Masalah dan solusi yang terjadi saat compounding dan dispensing berbagai jenis sediaan obat ditinjau dari beberapa kasus yang ada. Kasus-kasus tersebut meliputi masalah ketidaktepatan dosis pemberian obat, kontaminasi obat, inkompatibilitas bahan, dan masalah stabilitas sediaan. Solusi yang diberikan antara lain memberikan informasi yang jelas kepada pasien, menjaga kebersihan dan suhu penyimpanan obat, serta memisahkan
MASALAH DAN SOLUSI COMPOUNDING AND DISPENSING SEDIAAN PADAT SEMIPADAT STERIL DAN CAIR
1. TUGAS COMPOUNDING DAN DISPENSING
MASALAH DAN SOLUSI COMPOUNDING DAN DISPENSING SEDIAAN
CAIR, PADAT, SEMIPADAT, DAN STERIL
Oleh :
Sofia Nofianti (1305065)
Kelas : A
Dosen pengampu :
Apt. Farida Rahim, M. Farm
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
PERINTIS PADANG
2020
2. 1. Masalah dan solusi yang terjadi saat compounding dan dispensing sediaan
cair, padat, semipadat, dan sediaan steril
Jawab :
1. Masalah dan solusi yang terjadi saat compounding dan dispensing sediaan
cair
KASUS 1
Kasus : Seorang apoteker memberikan obat kepada pasien. Obat tersebut
adalah antibiotik sirup kering sebanyak 60 ml. Setelah itu apoteker lupa
memberikan informasi kepada pasien kalau obat tersebut harus di tambahkan
air.
Masalahnya: wali atau pasien tidak tahu tentang cara pemakaian obat
amoxicilin sirup kering. Bisa saja obat antibiotik sirup kering itu langsung
ditambahkan aquadest sebanyak dia inginkan.
Solusinya : sebagai apoteker harus selalu ingat dan tidak boleh terburu-buru
untuk memberikan informasi kepada pasien kalau obat tersebut sudah
ditambahkan aquadest. Atau juga si wali harus menanyakan lagi kepada
apoteker cara memakai obat tersebut.
KASUS 2
Kasus : Melepaskan etiket obat asli pada botol syirup lalu diganti dengan
etiket apotik sendiri .
Masalah : Pasien tidak tahu dengan jelas obat apa yang digunakannya,
sehingga pasien jadi kurang mandiri untuk melakukan swamedikasi.
Solusi : Etiket tidak perlu diganti, atau walaupun diganti dilengkapi dengan
informasi yang jelas.
KASUS 3
Kasus : Ada beberapa jenis obat khususnya sirup yang tidak
menyediakan tutup takar. Seperti amoxicillin dry syrup, zinkids syrup, dan
lain-lain.
Masalah : Dikhawatirkan pasien tidak memiliki tutup takar
sendiri dirumah sehingga bisa terjadi ketidaktepat terhadap dosis.
Solusi : Apotek menyiapkan tutup takar sendiri untuk diberikan
kepada pasien disertai edukasi mengenai jumlah yang diminum
KASUS 4
3. Kasus : Seorang pasien datang ke apotek ingin membeli obat batuk
yang paten tetapi pada apotek tersebut obat paten yang pasien tersebut
maksudkan sedang restock dan kemudian Apoteker pada apotek tersebut
menawarkan obat generic yang memiliki komposisi dan khasiat yang sama
tetapi pasien tidak mau karena menurutnya obat paten lebih mahal sehingga
memiliki khasiat yang lebih baik.
Masalah : cara pemikiran pasien yang menyebutkan obat paten
lebih baik dari pada obat generik
Solusi : sebagai apoteker memberikan penjelasan tentang obat paten
dan obat generic yang memiliki khasiat dan efektifitas yang sama
KASUS 5
Kasus : Pada sebuah apotek yang memiliki praktek dokter anak setiap
harinya mengencerkan/melarutkan 20 botol Amoxicillin dry syrup. Setiap
syrup yang di encerkan terkadang tidak selalu habis diberikan kepada pasien
dalam sehari sehingga ada syrup yang telah diencerkan tersisa di apotek
Masalah : Syrup amoxicillin hanya tahan 7 hari setelah tutup
botol dibuka dan syrup diencerkan, sehingga bisa saja syrup amoxicillin
terkontaminasi selama penyimpanan diapotek yang dapat menyebabkan
menurun atau hilangnya khasiat dari obat.
Solusi : Syrup amoxicillin diencerkan seperlunya saja atau diencerkan
apabila ada resep masuk saja untuk mengindari kontaminasi dari luar.
KASUS 6
Kasus : R/ Amoxicillin dry syr I
S.3dd.5cc
Pro : Ana (5th)
Masalah : Diperlukan ketepatan penambahan pelarut
Solusi : diukur 60ml air dengan menggunakan gelas ukur kemudian
dimasukkan ¾ kedalam botol lalu kocok hingga terlarut dan homogen setelah
itu tambahkan sisa air hingga tanda batas.
KASUS 7
Kasus : Kebiasaaan meminum obat sesudah makan ex: gol antasida
4. Masalah : pasien kurangnya mengerti bahwa tidak smua obat syr
diminum langsung sesudah makan.
Solusi : seharusnya diberikan edukasi yang jeks tentang aturan makan
obat maag
KASUS 8
KASUS :
R/ Sodium salisilat 10 (1:10)
Sodium bicarbonat 10 (1:10)
Aqua cinnamomi 60
m.f sol
Masalah : pelarut untuk melarutkan bicarbonat kurang
Solusi :
Aqua cinnamomi ditambah jadi 2x lipat 100 untuk melarutkan
Sodium bicarbonat, yang 20 untuk melarutkan Sodium salisilat
Dosisnya: pemakaian jadi 2x semula
KASUS 9
R/ Lc Kemicetin syr FI 1
Stdd cth 1
Pro : anak rita
Masalah: kemicetin (kloramfenikol basa) pahit yang tidak bisa diatasi dengan
menambah corigen saporis
Solusi :
1. untuk anak dipakai kloramfenikol dalam bentuk ester (stearat dan
palmitat) yang tidak begitu pahit
5. 2. penyesuaian dosis karena kloramfeniko ester dilambung ->
kloramfenikol yang berkhasiat
3. pergantian bentuk sediaan perhatikan kelarutannya (tidak larut)->
suspensi,
4. kalo dalam bentuk kapsul tidak perlu diganti
masalah :
1. injesi dipakai aminofilin lebih larut daripada teofilin
2. untuk pasien mag analgesik antiporetik tidak pakai asetosal, tapi pakai
parasetamol
R/ fenol : zat berkhasiat
Menthol :
Tragacanth :
Olive pio : bereaksi menjadi ca oleat
Lime water qs : (emulgataor w/o)
Solusi : karena tipe berlawanan, tragacanth dihilangkan
KASUS 10
R/ fenol 0,5 (zat berkhasiat)
menthol 0,1
tragacanth 0,5
olive oil 50 ml bereaksi jd ca oleat
lime water qs 100 ml (emulgator w/o)
MASALAH: tragacanth larut dalam air (emulgator tipe o/w)
SOLUSI: karena tipe berlawanan, tragacanth dihilangkan
o Dilakukan bila tak ada cara lain
o Bentuk sediaan diubah atau sediaannya dipisah
EX:
Acetosal dalam sediaan obat minum harus dikeluarkan karena
terhidrolisa
Tak bisa diubah jadi bentuk asamnya akarena mengiritasi
6. Sediaan dipisah (bentuk kering, mis pulveres)
Pembuatan pulveres disesuaikan dengan jumlah sendok obat
minum (solutionya)
KASUS 11
R/ Solutio Acidi Borici
MASALAH: Menentukan kadar Acidi Borici dalam larutan
SOLUSI: Dalam menentukan Acidi Borici dalam larutan dengan melihat
FMS dimana tercantum didalamnya Acidi Borici 3% yang akan dilakukan
sesuai resep yang diminta.
KASUS 12
R/ Solutio Camphorae Spirituosa
Masalah:
1. Solutio dengan pelarut non aqua
2. Mengubah berat pelarut ke volume
Solusi Masalah
1. Satu bagian Camphora spiritus diencerkan dengan 70 bagian
air yang merupakan campuran jernih karena kelarutan
Champhora adalah 1: 700.
2. Mengubah berat spiritus ke volume dengan menghitung BJ
spiritus lalu berat spiritus dibagi BJ spiritus.
KASUS 13
R/ Solutio Iodii Aquasa
Permasalahan: Bahan aktif sukar larut dalam air
Solusi masalah: Iodium ditambahkan Kalii Iodida yang akan
terbentuk senyawa rangkap.
7. KASUS 14
R/ Potio Alba Contra Tussim
Permasalahan:
1. Solutio Formula Officinalis
2. Mengganti minyak menguap menjadi aqua aromatika
3. Meracik SASA dalam sediaan cair
Penyelesaian Masalah: Solutio Formula Officinalis adalah resep yang
dikerjakan dengan melihat panduan yang dikeluarkan oleh pemerintah
diantaranya: Formularium Indonesia, Formularium Nasional, FMS,
Farmakope Belanda edisi IV dan Farmakope Indonesia edisi III.
- Pada resep terdapat Oleum Menthae PIP yang diganti dengan Aqua
Menthae PIP, sebab dalam resep ini pelarut yang digunakan yaitu
Aqua destillata. Dimana minyak tidak dapat larut dengan Aqua
Menthae PIP. Dalam meracik SASA dalam sediaan cair akan
mengalami pengendapan, sehingga perlu adanya pengolesan pada
botol yang akan digunakan atau botol dilapisi Sirup Simplex. Hal ini
dapat mengurangi pengendapan, SASA dalam botol sehingga SASA
dapat tepat campur dengan larutan yang lain dalam sediaan obat cair
tersebut.
8. 2. Masalah dan solusi yang terjadi saat compounding dan dispensing sediaan
padat
KASUS 1
RACIKAN BAHAN OBAT YANG BERSIFAT HIGROSKOPIS
1. PERMASALAHAN
R/ Meixam 50 mg
Salbutamol 1 mg
Kenacort 1/5 tab
Tremenza 1/5 tab
m.f.l.a pulv dtd No XV
Obat-obat yang dicampur yaitu Tremenza (Pseudoefedrin HCl,
Triprolidin HCL,) Meixam (Kloksasilin), Salbutamol, Kenochort
(triamsinolon). Tremenza yang mengandung bahan aktif Pseudoephedrin
HCl dan Triprolidin HCl memiliki sifat Hygroscopic dan deliquescent
CATATAN:
Sediaanpadat yang tdk dpt diserbuk:
1. Sediaan Salut Enterik (enteric-coated / EC)
Ex:Astika, CardioAspirin, Cymbalta, Depakote, Dolofen, Neolanta Enzim, dll.
2. SediaanLepas Lambat (sustained-release/ SR, extended-release / XR,
controlled-release / CR, retard, depo)
Ex:Abbotic, Adalat, Aggrenox, Aldisa, Ciproxin, Tramal, Xatral, dll.
3. Sediaan SublingualatauBukal
Ex:Cedocard, Fasorbid, ISDN, dll.
9. akan menyerap air dari udara, sehingga pada saat dicampurkan dengan
obat-obat lain serbuk akan menjadi basah (Lowey, 2010).
2. Penyebab
Menjadi basahnya serbuk kemungkinan disebabkan oleh adanya obat
tertentu yang bersifat higroskopis atau lembab, misalnya bentuk garam
(HCl, HBr, maleat dan sebagainya) dan dalam bentuk kapsul yang
kemudian dikeluarkan isinya untuk dicampurkan dengan bahan obat lain
sehingga membuat serbuk menjadi basah. Sebagai contoh, Mucohexin
yang mengandung Bromheksin HCl, Tremenza yang mengandung bahan
aktif Triprolidine HCl dan Pseudoefedrin HCl. Sehingga meskipun
disimpan pada wadah tertutup rapat masih bisa mengalami penurunan
stabilitas, hanya saja dengan disimpan pada wadah tertutup rapat dapat
memperlambat terjadinya proses tersebut dalam hal ini menjadi basahnya
serbuk.
3. Solusi masalah
Upaya-upaya yang dilakukan agar resep racikan tersebut tidak
mengalami inkompatibilitas adalah:
1. Bahan obat yang bersifat higroskopis ditambahkan terakhir.
2. Peracikan dilakukan pada ruangan yang dilengkapi dengan
pendingin ruangan.
3. Resep racikan di simpan pada wadah tertutup baik.
10. 4. digerus dalam mortir kering dan hangat
5. ditambah absorben . MgCl2 Mg2C dan kaolin
6. dibungkus yang baik dan rapat
Pada saat penyimpanan pulveres bisa menjadi basah. Hal tersebut
dapat diatasi dengan memisahkan masing-masing obat yang bereaksi dan
dibungkus terpisah. Sementara untuk bahan-bahan yang mudah teroksidasi
antara lain bahan yang teraktifasi oleh panas, dan cahaya dapat diatasi
dengan disimpan pada wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya
(Depkes RI, 1995).
KASUS 2
RACIKAN INKOMATIBILITAS TAK TERCAMPURKAN
1. Masalah
R/ Demacolin 1/4 tab
Vit B comp 1/2 tab
m.f.l.a. pulv dtd No XII
Pada resep terdiri dari Demacolin dengan salah kandungannya adalah
Pseudoefedrin dan vitamin B comp (B1, B2, B6, B12, nikotinamid dan Ca
Pantotenat) yang apabila dicampur menyebabkan terjadinya
inkompatibilitas.
11. 2. Penyebab
Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara Pseudoefedrin
dengan vitamin B1dan B2, dimana pada saat penggerusan Pseudoefedrin
mengikat air dari udara sehingga menyebabkan campuran vitamin B1dan
B2 menjadi tak tercampurkan. Vitamin B1 dan B2 menjadi tak
tercampurkan ketika berada dalam larutan atau dalam keadaan basah
(Sweetman, 1983).
3. Solusi masalah
Pengerusan danperacikan harus di pisah antara pseaudoefedrin dan
vitamin B compleks.
KASUS 3
RACIKAN INKOMPITIBILITAS SERBUK BASAH DAN MELELEH
1. Masalah
R/ Decolsin 1 caps
Paracetamol 100 mg
DMP 12,5 mg
Mucohexin 2/3 tab
m.f.l.a caps dtd No XV
Resep terdiri dari obat-obat Decolcin (Paracetamol,
Phenylpropanolamine, Ethylephedrine HCl, Chlorpheniramine maleat,
12. Dextromethrophan HBr, Guaifenesin); paracetamol; DMP
(dextrometrophan HBr); Mucohexin (Bromheksin HCl). Dimana menurut
Sweetman (1983) chlorpeniramine maleat bersifat inkompatibel dengan
calcium chloride, noradrenaline acid trate, dan pentobarbitone sodium
selain itu ethylephedrine bersifat incompatible dengan chlorbutol, iodine,
silver salt, dan tannic acid. Sementara untuk guaifenesin, paracetamol,
phenylpropanolamine, dan dextrometrophan HBr, Bromheksin HCl tidak
ditemukan inkompatibel dengan bahan obat lain.
2. Penyebab
Terjadinya inkompatibilitas fisika disebabkan oleh banyaknya obat
dalam resep ini yang mengandung bentuk garam decolsin
(dextrometrophan HBr, Clorpeniramine maleat, ethylefedrine HCl); DMP
(dektrometrophan HBr); Mucohexin (Bromheksin HCl) yang sifatnya
Hygroscopic, sehingga pada saat dicampurkan satu sama lain akan terjadi
penurunan tekanan uap relatif dapat menyebabkan meleleh atau menjadi
basahnya campuran serbuk.
3. Solusi Masalah
1. Bahan obat yang bersifat higroskopis ditambahkan terakhir.
2. Peracikan dilakukan pada ruangan yang dilengkapi dengan pendingin
ruangan.
3. Resep racikan di simpan pada wadah tertutup baik.
13. 4. Mengurangi jumlah obat atau mengganti obat yang mengandung garam
dan hygroskopis
5. Memisahkan peracikan dan pengerusan obat yang mengandung garam
dan yang bersifat hygroskopis
KASUS 4
RACIKAN INKOMPITIBILITAS PERUBAHAN WARNA
1. Masalah
R/ Aminophilin 0,2
Ephedrin HCl 0,015
Prednison 0,005
Vit C 0,05
m.f.pulv dtd No XXX
Terjadinya perubahan warna pada sediaan pada resep apabila
dicampur.
2. Penyebab
Terjadinya perubahan disebabkan kan oleh vitamin C yang bersifat
mudah teroksidasi sehingga apabila vitamin c di campurkan dengan
sediaan lain atau obat lain akan menyebab kan menurunnya stabilitas dari
obat lain dengan menunjukkan adanya perubahan warna (menjadi coklat)
pada campuran obat.
3. Solusi masalah
Vit C diberikan terpisah
14. KASUS 5
ATURAN PAKAI OBAT YANG TIDAK SAMA
1. Masalah
R/ Ambroxsol 1 Tab
Salbutamol 0,5 Mg
Metil Prednisolone 8 Mg
Loratadine 1/3 Tab
Telfast 60 Mg
M f Caps dtd no XV
S3dd caps 1
Ny. Sri Hariani
Pada resep terdapat obat yang dimunum satu kali sehari dan
tiga kali sehari yang dijadikan dalam satu waktu.
2. Penyebab
Aturan pakai obat yang satu kali sehari yaitu obat loratadine dan
telfast sedangkan yang penggunaan tiga kali sehari yaitu ambroxsol,
salbutamol, dan metil prednisolon
3. Solusi masalah
Peracikan obat di atas harus di pisah antara pemakaian satu kali
sehari dengan tiga kali sehari , dengan peracikan antara loratadine dan
telfast dapat di gabung dengan aturan satu kali sehari, dan peracikan
15. antara ambroxsol, salbutamol, dan metal prednisolone di gabung dengan
aturan pakai tiga kali sehari.
KASUS 5
TABLET SALUT YANG TIDAK DAPAT DI GERUS
1. Masalah
R/ Trental 2 Tab
bio ATP 1 Tab
asetosal 100 mg
mf caps dtd no XII
stdd caps 1
umur : 32 tahun
pada resep terdapat tablet salut enteric dan tablet bio ATP yang tidak
boleh untuk di gerus.
2. Penyebab masalah
Tablet salut enteric trental di harapkan hancur pada usus halus
jika tablet di hancurkan di luar maka zat aktif yangh ada di dalam
tablet dapat mengiritasi lambung.
Jika tablet bio ATP di hancurkan bahan aktif dari tablet dapat
rusak dengan adanya pencahayaan dan kelembaban.
3. Solusi masalah
Tablet salut enterik trental dan tablet bio ATP tidak boleh di
gerus dan harus langsung di minum.
16. KASUS 6
TABLET HISAP YANG TIDAK BOLEH DI GERUS
1. Masalah
R/ FG Troches 1 Tab
Paracetamol 1 Tab
Mf pulv dtd no XII
S3dd pulv 1
Tablet hisap yang di gerus menjadi puyer tidak memberikan
efek yang optimal. Dan tablet FG Troches tidak boleh di gabung
dengan tablet Paracetamol
2. Penyebab
Tablet hisap FG Troches merupakan tablet yang bekerja pada
faring sehingga jika tablet di gerus tablet tidak efektif bekerja pada
faring. Jika tablet hisap FG Troches di gabungkan dengan Paracetamol
Penggunaan FG Troches harus sampai habis karena merupakan
antibiotic. Sementara paracetamol dapat di hentikan apabila demam
sudah turun.
3. Solusi masalah
Tablet FG trochesdan tablet paracetamol tidak di gabung,
tablet FG Troches tidak di gerus dan harus di hisap.
17. KASUS 7
KOMPOSISI RACIKAN RESEP YANG KURANG RASIONAL
1. Masalah
R/ Amoxicillin 1/4 1 Tab
Paracetamol1/3 1 Tab
Mf pulvdtd no XII
S3dd pulv 1
Penggabungan Antibiotik dengan Paracetamol dalam satu puyer.
2. Penyebab
Pada resep diatas antibiotic dicampur dengan obat demam.
Antibiotik harus dihabiskan, sementara obat penurun demam harus
dihentikan ketika sudah tidak demam.Akibatnya jika dicampur, pasien
akan menghabiskan racikan antibiotic bersama obat penurun demam
yang sebenarnya pada waktu tersebut pasien sudah tidak demam lagi.
Lebih lanjut dapat muncul efek samping yang tidak diinginkan.
3. Solusi masalah
Amoxicillin digerus secara terpisah
18. KASUS 8
RACIKAN INKOMPITIBILITAS KARENA PENURUNAN TITIK
LEBUR
1. Masalah
R/ Menthol 0,5
Camphor 0,5
Talc. Ad 15
m.f.pulv.adsp
s.u.e
Terjadinya penurunan titik lebur pada sediaan apabila dicampur.
2. Penyebab
Adanya menthol dan camphor akan menghasilkan serbuk yang lembek.
Terjadi penurunan titik lebur campuran serbuk dibandingkan titik lebur masing-
masing zat.
3. Solusi masalah
a. Masing-masing zat dicampur satu-satu dengan serbuk netral lain, seperti:
SL, Amilum.
b. Larutkan camphora dengan spiritus fortior dalam mortil sampai cukup
larut, aduk tambahkan SL sampai spiritus fortior menguap semua.
c. Jangan ditekan untuk menghindari camphora menggumpal, begitu juga
dengan menthol. Setelah itu baru dicampur kedua zat tersebut.
19. KASUS 9
TAK TERCAMPURKAN SECARA FISIKA
1. Masalah
R/ Ephedrin 0,070
Luminal 0,035
Ac. Acetylsalicyl 0,5
m.f pulv d.t.d V
Menjadi lembab dan timbul bau asam asetat.
2. Penyebab
Adanya Efedrin dengan luminal maupun dengan asam asetilsalisilat
akan menjadi lembab atau meleleh. Pada pencampuran efedrin dengan
asam asetilsalisilat terlihat adanya penguraian dengan terciumnya bau
asam asetat.
3. Solusi masalah
Efedrin diganti dengan dengan garam HCl nya yaitu Efedrin HCl
dalam jumlah yang setara, sehingga tidak terjadi perubahan apapun.
20. 4. Masalah dan solusi yang terjadi saat compounding dan dispensing
sediaan semipadat
KASUS 1
Kasus : Seringnya krim menempel pada tangan saat meracik
Masalah : Dilapangan hal ini jarang dilakukan, sehingga kemungkinan
terjadi kontaminasi antara peracik dengan obat secara langsung maupun tidak
langsung.
Solusi : Penggunaan masker dan handscoon saat mengerjakan obat
racikan. Jadi pada kasus diatas obat tidak bersentuhan dengan kulit secara
langsung.
KASUS 2
Kasus : Sebuah apotek menerima resep pencampuran 2 krim dan
seorang asisten apoteker mencampurkannya langsung kedalam pot salep lal
diaduk untuk mrnghomogenkannya.
Masalah : pencampuran langsung pada pot dapat menyebabkan kurang
homogennya krim sehingga khasiat yang ingin dicapai mungkin saja tidak
maksimal
Solusi : pencampuran krim sebaiknya di kerjakan dilumpang terlebih
dahulu setelah homogen lalu dipindahkan ke pot salep atau wadahnya.
KASUS 3
Kasus : Adanya pasien yang kembali ke apotek yang sama mengeluh
obatnya mencair/ meleleh dan tidak bisa lagi digunakan. Setelah dicek obat
nya ternyata suppose.
Masalah : Obat tidak dapat lagi digunakan oleh pasien
Solusi :Berikan edukasi yang benar tentang penyimpanan dan
pemakaian suppose kepada pasien
KASUS 4
21. Kasus : Seorang pasien ke apotek untuk membeli obat untuk jerawat
kemudian diberikan gel niacef (nicotinamide 4%).
Masalah : Gel niacef (nicotinamide 4%) merupakan obat keras dan tidak
termasuk obat OWA
Solusi : Obat keras yang tidak termasuk OWA seharusnya hanya
dapat diberikan jika ada resep dari dokter.
KASUS 5
Kasus : Pemberian 2 salep kepada pasien lansia dengan khasiat dan
tujuan penggunaan berbeda 1 salep untuk mata dan 1 salep untuk kulit
Masalah : pasien lansia biasanya memiliki penrunan fungsi tubuh
termasuk penglihatan
Solusi : berikan edukasi yang tepat pada pasien tersebut atau pada
keluarganya tentang bagaimana membedakan 2 salep tersebut agar tidak
tertkar pada saat pemakaian.
KASUS 6
Kasus : Pada sediaan saleep/krim yang diracik di apotek tidak
dilengkapi dengan tanggal pembuatan dan expire date juga tidak diketahui
dengan jelas.
Masalah : Pasien bisa saja menggunakan kembali salep/krim tersebut
dikemudian harinya, sehingga tidak bisa lagi dijamin keamanan dan khasiat
dari obat tersebut.
Solusi : Pencantuman tanggal peracikan obat di etiket harus jelas agar
pasien mendapatkan informasi yang jelas.
KASUS 7
Kasus : Banyaknya krim racikan dokter, umumnya dokter kulit
seringkali menyediakan obat racikan tanpa etiket. Hanya diberi kode saja
seperti m1, m2, dll. Tanpa dilengkapi dengan etiket yang berisi informasi yang
jelas. Sedangkan nantinya obat-obat tersebut dibuat copy resep berdasarkan zat
22. yang terkandung, sehingga pada saat pengecekan dilakukan oleh BPOM
kecurangan tidak diketahui.
Masalah : Pasien tidak mengetahui tentang obat yang digunakan
Solusi : Dilengkapi etiket yang berisi informasi yang jelas dan benar,
jika sudah tercampurkan dan terjadi perubahan efek terapi misalnya overdosis/
keracunan segera konsultasi dengan dokter, atau diatasi sendiri tanpa
konsultasi dokter dengan pengetahuan kefarmasian yaitu : modifikasi cara
pencampuran, penambahan bahan lain, mengganti pelarut (dengan NaCl/WFI),
mneghilangkan salah satu bahan yang efek terapinya kecil atau tidak berefek
sama sekali, membuat dalam bentuk sediaan terpisah, merubah bentuk obat
(tidak merubah efek terapi).
5. Masalah dan solusi yang terjadi saat compounding dan dispensing sediaan
steril
KASUS 1
Inkompatibilitas antibiotik ceftriaxone dicampurkan / dilarutkan dengan
Ringer Laktat (RL) akan membentuk larutan keruh/ endapan dan terjadi
perubahan warna lebih pekat pada larutan, sedangkan kompatibilitas jika
dilarutkan dengan pelarut normal salin (NaCl) dan WFI akan menghasilkan
larutan jernih dan warna juning.
Masalah : Pasien tidak mengetahui tentang infus yang digunakan
Solusi : jika sudah tercampurkan dan terjadi perubahan efek terapi misalnya
overdosis/ keracunan segera konsultasi dengan dokter, atau diatasi sendiri
tanpa konsultasi ke dokter dengan pengetahuan kefarmasian yaitu : modifikasi
cara pencampuran (misal obat dalam bentuk garam (larut air) yang perlu
ditambah pelarut lain harus dilarutkan dulu dalam pelarut yang melarutkan),
penambahan bahan lain, mengganti pelarut (dengan NaCl/WFI),
mneghilangkan salah satu bahan yang efek terapinya kecil atau tidak berefek
sama sekali.
KASUS 2
Natrium bikarbonat dengan larutan kalsium -> pengendapan
23. KASUS 3
Inkompatibilitas: Fenitoin + ringer lactat = kristal
Masalah : pencampuran fenitoin ke dalam infus ringer lactat terjadi karena
tidak tersedianya atau belum terdapat NaCl 0,9% dalam resep pasien
Solusi :
disarankan pada pemberian fenitoin paling tidak memiliki konsentrasi 1
mg/mL dan pH optimal adalah 10,00 yang dapat dicapai dalam penggunaan
NaCl 0,9%.
Eg: aseton, metanol tidak untuk obat dalam karena bisa mengakibatkan
kebutaan
Gliserin rasanya manis tp kalo kebanyakan panas, tidak untuk pelarut obat
minum
Halamn 19
Pencampuran fenitoin ke dalam ringer lactaat sebaiknya dihindari dan hanya
dipakai NaCl 0,9% sebagai larutan pencampur.
Perlu diperhatikan juga cara penghomogenisasian campuran melalui
pengocokan, untuk menghasilkan larutan yang terlarut sempurna
Faktor suhu merupakan faktor risiko inkompatibilitas fisika
KASUS 4
Inkompatibilitas : Fenitoin + NaCl = endapan dan kekeruhan pada larutan
Masalah : penyebab inkompatibilitas adalah pelarut yang mengandung
garam, konsentrasi fenitoin dalam larutan 1 mg/mL dan tidak terjadi pada
konsentrasi akhir 0,5 mg/mL, pH akhir campuran (lebih dari 11) dan
temperatur.
Solusi : ganti cairan pelarutnya
KASUS 5
Sianokobalamin + vitamin neurotopik = nyeri cukup hebat saat disuntikkan
24. KASUS 6
Trimetoprim – sulfametoksazol dengan dextrosa 5%, setelah 4 jam timbul
endapan
KASUS 7
Inkompatibilitas : Klorpromasin hidroklorida dalam Natrium klorida 0,9%,
bila ditambah alkali maka Klorpromasin base akan mengendap pada pH 6,7 –
6,8 (Penurunan kelarutan suatu obat dari senyawa non-elektrolit dan ion
hidrogen organik yang lemah dengan adanya senyawa elektrolit kuat
(tergantung: konsentrasi obat, suhu, pH)
Masalah : Pasien tidak mengetahui tentang infus yang digunakan
Solusi : UNTUK MENGANTISIPASI TERJADINYA ENDAPAN :
Endapan kristal mikro (< 50 μm): dipasang filter 0,22 μm
Senyawa kalsium sukar larut dalam air.
Hati-hati pencampuran infus yang mengandung kalsium ( larutan Ringer )
jangan dicampur dengan Na bikarbonat
Jangan memberikan campuran sediaan yang sudah terjadi endapan
Obat yang dicampur dengan pelarut khusus, tidak boleh dicampur dengan obat
lain, kecuali ada petunjuk.
KASUS 8
Inkompatibilitas :
PEMBENTUKAN KOMPLEKS
Tetrasiklin membentuk khelat dengan Al+3, Ca+2, Fe+2, Mg+2 (tergantung
konsentrasi dan pH )
Eritromisin gluseptat membentuk kompleks dengan preservatif dalam
bacteriostatic water for injection.
PERUBAHAN WARNA
25. Interaksi secara kimia yang menyebabkan perubahan molekul obat yang dapat
dilihat oleh mata
Contoh : Simpatomimetikamin (Adrenalin) dalam infus D5 dengan obat
yang bereaksi basa (Aminofilin) terjadi warna merah muda sampai coklat
dalam waktu 8 – 24 jam pada suhu kamar. Larutan tersebut kehilangan
potensi 10% dalam waktu 1,2 jam bila kena cahaya, dalam waktu 3 jam bila
kondisi gelap.
Injeksi, dipakai aminofilin yang lebih larut dr teofilin
PEMBENTUKAN GAS
Terjadi reaksi kimia antara karbonat atau bikarbonat dengan obat yang
asam, sehingga timbul gas CO2
FENOMENA SORPSI
Adsorpsi pada permukaan atau absorpsi ke dalam matriks bahan penyusun
wadah, selang infus, semprit injeksi, atau filter menyebabkan obat akan
menghilang dari larutan.
Absorpsi terjadi pada wadah PVC yang ditambah plasticizer agar plastiknya
menjadi fleksibel dapat menyebabkan obat yang larut dalam lemak
terabsorpsi
Kerugian: Pasien menerima obat lebih sedikit daripada seharusnya
Sangat bermakna: Bila obat dalam jumlah kecil atau konsentrasi rendah
Contoh: Klorpromasin HCl dalam NaCl 0,9%, dalam buret yang terbuat dari
selulosa propionat, dan selang PVC sepanjang 170 cm terabsorpsi 41% dalam
waktu 7 jam
Slide 13 364225532 inkompatibilitas campuran slide 19 dsb