1. Epilepsi
kelompok v :
al fajri (3105013)
putri wulandari (3105035)
nurfadilah (3105041)
atika sri indiyani (3105075)
sofia novianti (3105065)
prastika purnama (3105063)
resa gusmayanti(3105067)
dessy kurnia (3105015)
2. KASUS V: EPILEPSI
Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun dibawa IGD rumah sakit dengan keluhan
kejang berulang sejak kemaren tadi pagi kejang pada seluruh tubuh, pada saat di IGD pasien
masih dalam keadaan kejang Keluarga pasien menjelaskan bahwa pasien sudah menggunakan
obat epilepsi sejak usia 8 tahun.Obat yang digunakan adalah Fenitoin yang diminum 2 kali
sehari 200 mg, dan sejak satu minggu yang lalu pasien berhenti minum obat dengan alasan
tidak sempat kontrol. Selain itu pasien masih dalam pengobatan TB paru dan sedang
menggunakan obat TB paru nya. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 120/80
mmHg, laju pernafasan 40 x/menit, Nadi 100 x/menit, suhu tubuh 360 C. Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan dalam batas normal.
Dokter mendiagnosa sebagai bangkitan kejang (status epileptikus) dan memberikan
terapi berupa: Diazepam 10 mg iv, Setelah diulang 3 kali baru kejang pasien teratasi
Selanjutnya pasien diberkan injeksi fenitoin 100 mg iv bolus. Dan dikirim ke ruang
rawat inap
2
3. sambungan
Selain itu pasien masih dalam pengobatan TB paru dan sedang menggunakan obat
TB paru nya. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 120/80 mmHg,
laju pernafasan 40 x/menit, Nadi 100 x/menit, suhu tubuh 360 C. Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan dalam batas normal.
Dokter mendiagnosa sebagai bangkitan kejang (status epileptikus) dan
memberikan terapi berupa: Diazepam 10 mg iv, Setelah diulang 3 kali baru kejang
pasien teratasi
Selanjutnya pasien diberkan injeksi fenitoin 100 mg iv bolus. Dan dikirim ke
ruang rawat inap
3
4. Di ruang rawat inap pasien diberi terapi sebagai berikut :
Fenitoin kapsul 200 mg 3 kali sehari per oral
Carbamazepin 300 mg 2 kali sehari per oral
Rifampisin 450 mg 1 kali sehari per oral
Isoniazid 300 mg 1 kali sehari
Pyrazinamid 500 mg 2 kali sehari
Ethambutol 500 mg 2 kali sehari
5. TINJAUAN PATOFISIOLOGI EPILEPSI
Kejang disebabkan oleh eksitasi yang
berlebihan atau dari gangguan neuron yang
tidak teratur. Awalnya, sejumlah kecil
neuron terbakar secara tidak normal.
Konduktansi membran normal dan
penghambatan arus sinaptik kemudian rusak,
dan rangsangan menyebar secara lokal
(kejang fokus) atau lebih luas (kejang
umum). Kejang epileptik terjadi ketika
adanya sinkronisasi penembakan neuron
yang berlebihan.
5
Penyelesaian Kasus
6. sambungan
> Mekanisme yang dapat berkontribusi terhadap hipereksitabilitas termasuk:
• Perubahan saluran ion dalam membran neuron.
• Modifikasi biokimia reseptor.
• Modulasi sistem pesan kedua dan ekspresi gen.
• Perubahan konsentrasi ion ekstraseluler.
• Perubahan dalam vesikel dan pelepasan neurotransmitter.
• Perubahan dalam penyerapan dan metabolisme neurotransmitter.
• Modifikasi dalam rasio dan fungsi sirkuit penghambat.
6
8. Pilihan AED pada orang dewasa dan anak-anak berdasarkan pada tipe kejang (National
Guidelines for the Management of Epilepsy., 2016)
8
9. ANALISIS DRP SERTA REKOMENDASINYA
• Data pasien
> Pasien perempuan umur 35
tahun datang ke IGD
> Riwayat penyakit sekarang
Kejang
> Riwayat penyakit dahulu
Kejang dan TB Paru
• Hasil pemeriksaan laboratorium dan
interpretasinya : Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan dalam batas
normal
Hasil pemeriksaan fisik dan interpretasinya :
9
pemerik
saan
Hasil
pemerik
saan
Nilai
normal
keteran
gan
Tekana
n darah
120/80
mmHg
90/60-
120/80
Normal
Laju
pernapa
san
40x/
menit
14-20 x
/ menit
Tinggi
Nadi 100x
/menit
60-100
x/menit
Normal
Suhu
tubuh
36⁰ C 36,5⁰C-
37,5⁰C
Normal
10. Analisis DRP
• Adanya Duplikasi obat antara obat Fenitoin dan Karbamazepin yang memiliki mekanisme yang sama
yaitu menghambat channel Na pada membran sel akson. Dan dapat mengurangi efek obat.
• Adverse Drug Reaction (ADR)
Isoniazid
> Efek Samping: Neuritis perifer
> Solusi: Ditambahkan Vitamin B6 (pyridoxine)
Pirazinamid
> Efek Samping: Penurunan Fungsi Hati
> Solusi: Ditambahkan Curcuma
• Interaksi Obat
Rifampisin dan Karbamazepin
> Rifamfisin induktor enzim sehingga menurunkan efek karbamazepin.
> Solusi: Karbamazepin dihentikan
10
11. Pemantauan Terapi Obat (PTO). Merupakan proses yang memastikan
bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan
terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping.
Kriteria pasien yang mendapatkan Pemantauan Terapi Obat (PTO) :
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui
b. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis
c. Adanya multidiagnosis
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati
e. Menerima obat dengan indeks terapi sempit
f. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang
merugikan.
RENCANA ASUHAN / PELAYANAN KEFARMASIAN
EPILEPSI
11
12. Tim medis menetapkan desain terapi berdasarkan tipe bangkitan,
risiko Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD), faktor ekonomi, jenis kelamin,
penggunaan obat iain atau riwayat pengobatan yang digunakan, umur, dan gaya
hidup. Pasien dan tim medis bekerjasama dalam membuat rencana pengobatan
untuk tercapainya hasil terapi yang optimal. Tim medis memotivasi pasien
sehingga pasien mampu memonitor frekuensi bangkitan dan ROTD. Tim
medis perlu mengedukasi pasien untuk memantau efektivltas dan ROTD DAE.
Pasien diminta mencatat beberapa hal dalam buku kesehatannya, antara lain:
• jenis bangkitan,
• lama/waktu terjadinya bangkitan,
• jumlah bangkitan, dan
• pemicu/pencetus bangkitan.
12