SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
OTM Gentamisin 2
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
LARUTAN OBAT TETES MATA
27 Mei 2010
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERANDAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
TUJUAN
Memahami tentang larutan obat tetes mata
Memahami prinsip dasar pembuatan dan mampu mengaplikasikannya dalam praktikum
untuk skala lab
Memahami evaluasi dan mampu mengaplikasikannya dalam praktikum untuk skala lab
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Berdasarkan FI III
Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola
mata.
Teks Book of Pharmaceutics, hal; 358
Tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk
dimasukkan ke dalam saccus conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan
antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti
fisostigmin sulfat atau obat midriatik seperti atropin sulfat.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembuatan Tetes Mata
Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan;
Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk
menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan dari sediaan;
Isotonisitas dari larutan;
pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang optimum
Faktor yang paling penting dipertimbangkan ketika menyiapkan larutan mata adalah
tonisitas, pH, stabilitas, viskositas, seleksi pengawet dan sterilisasi. Sayang sekali, yang
paling penting dari itu dalah sterilitas yang telah menerima sifat/perhatian dan farmasis dan
ahli mata.
Banyak dari syarat ini saling berkaitan dan tidak dapat dipandang sebagai faktor terisolasi
yang dipertimbangkan secara individual. Sterilisasi misalnya, dapat dihubungkan dengan
pH, buffer, dan pengemasan. Sistem dapar harus dipertimbangkan dengan pemikiran
tonisitas dan dengan pemikiran kenyamanan produk.
Keuntungan dan Kreugian Tetes Mata
Keuntungan Tetes Mata
Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat yang
larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yantg obat-obatnya larut dalam air.
Obat tetes mata tidak menganggu penglihatan ketika digunakan.
Kerugian Tetes Mata
Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara
obat dan permukaan yang terabsorsi. Bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya
digunakan secara topical untuk kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang
dimasukkan melewati kornea. Sampai ke ruang anterior. Sejak boavailabilitas obat sangat
lambat, pasien mematuhi aturan dan teknik pemakaian yang tepat.
Penggunaan Tetes Mata
Cuci tangan
Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah
Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penetes dimasukkan ke dalam
botol untuk membawa larutan ke dalam penetes
Tempatkan penetes di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian bawah
sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan penetes pada mata atau jari.
Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan berkedip
paling kurang 30 detik
Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat
Jika penetesnya terpisah, selalu tempatkan penetes dengan ujung menghadap ke bawah
Jangan pernah menyentuhkan penetes denga permukaan apapun
Jangan mencuci penetes
Ketika penetes diletakkan diatas botol, hindari kontaminasi pada tutup ketika dipindahkan
Ketika penetes adalah permanen dalam botol, ketika dihasilkan oleh industri farmasi uunutk
farmasis, peraturan yang sama digunkahn menghindari kontaminasi
Jangan pernah menggunakan tetes mata yang telah mengalami perubahan warna
Jika anda mempunyai lebih dari satu botol dari tetes yang sama, buka hanya satu botol saja
Jika kamu menggunakan lebih dari satu jenis tetes pada waktu yang sama, tunggu
beberapa menit sebelum menggunakan tetes mata yang lain
Sangat membantu penggunaan obat dengan latihan memakai obat di depan cermin
Setelah penggunaan tetes mata jangan menutup mata terlalu rapat dan tidak berkedip lebih
sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat dari tempat kerjanya.
Karakteristik Sediaan Mata
Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing dan jernih secara normal
diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci baik sehingga bahan-
bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk
menghilangkannya. pengerjaan penampilan dalam lingkungan bersih.
Penggunaan Laminar Air Flow dan harus tidak tertumpahkan akan memberikan
kebersamaan untuk penyiapan larutan jernih bebas partikel asing. Dalam beberapa
permasalahan, kejernihan dan streilitas dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini
penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah
dan tutup. keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak tertumpahkan. Wadah
dan tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama sepanjang
penyimpanan. Normalnya dilakukan test sterilitas.
Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH
produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zaat tambahan larutan dan
tipe pengemasan.
Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6.8 namun
demikian, pH stabilitas kimia (atau kestabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan.
Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pH 5,
kedua obat stabil dalam beberapa tahun.
Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4.
Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam optalmologi adalah garam
basa lemah dan paling stabil pada pH asam. ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi
kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya paling stabil pada pH asam.
Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang dihasilkan oleh larutan dari keberadaan padatan
terlarut atau tidak larut. Cairan mata dan cairan tubuh lainnya memberikan tekanan osmotik
sama dengan garam normal atau 0,9% larutan NaCl. Larutan yang mempunyai jumlah
bahan terlarut lebih besar daripada cairan mata disebut hipertonik. Sebaliknya, cairan yang
mempunyai sedikit zat terlarut mempunyai tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik.
Mata dapat mentoleransi larutan yang mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen
0,5% sampai 1,6% NaCl tanpa ketidaknyamanan yang besar.
Tonisitas pencuci mata mempunyai hal penting lebih besar daripada tetes mata karena
volume larutan yang digunakan. Dengan pencuci mata dan dengan bantuan penutup mata,
mata dicuci dengan larutan kemudian overwhelming kemampuan cairan mata untuk
mengatur beberapa perbedaan tonisitas. Jika tonisitas pencuci mata tidak mendekati cairan
mata, dapat, menghasilkan nyeri dan iritasi.
Dalam pembuatan larutan mata, tonisitas larutan dapat diatur sama cairan lakrimal dengan
penambahan zat terlarut yang cocok seperti NaCl. Jika tekanan osmotik dari obat diinginkan
konsentrasi melampaui cairan mata, tidak ada yang dapat dilakukan jika konsentrasi obat
yang diinginkan dipertahankan, ketika larutan hipertonik. Contohnya 10 dan 30% larutan
natrium sulfasetamid adalah hipertonik, konsentrasi kurang dari 10% tidak memberikan efek
klinik yang diinginkan. Untuk larutan hipotonik sejumlah metode disiapkan untuk menghitung
jumlah NaCl untuk mengatur tonisitas larutan mata, salah satu metodenya adalah metode
penurunan titik beku.
Viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang lama
kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti
metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk
meningkatkan viskositas.
Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam
mata. umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama
kontak dalam mata.
Additives/Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian
pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat,
digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung
garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan.
Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.
Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. surfaktan nonionik,
kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya
suspensi dan berhubungan dengan kejernihan larutan.
Penggunaan surfaktan, khususnya pada beberapa konsentrasi sebaiknya disesuaikan
dengan karakteristik bahan-bahan. Surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan
adsorpsi dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet.
Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi hampir invariabel
sebagai pengawet antimikroba. benzalkonium klorida dalam range 0,01-0,02% dengan
toksisitas faktor pembatas konsentrasi. Benzalkonium klorida sebagai pengawet digunakan
dalam jumlah besar dalam larutan dan suspensi mata komersial.
Sterilisasi
Sterilisasi merupakan sesuatu yang penting. larutan mata yang dibuat dapat membawa
banyak organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. infeksi mata
dari organisme ini yang dapat menyebabkan kebutaan. Ini khususnya berbahaya untuk
penggunaan produk nonsteril di dalam mata ketika kornea dibuka. bahan-bahan partikulat
dapat mengiritasi mata, ketidaknyamanan pada pasien dan metode ini tersedia untuk
pengeluarannya.
Jika suatu batasan pertimbangan dan mekanisme pertahanan mata, bahwa sediaan mata
harus steril. air mata, kecuali darah, tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk
memproduksinya. Oleh karena itu, mekanisme pertahanan utama melawan infeksi mata
secara sederhana aksi pertahanan oleh air mata, dan sebuah enzim ditemukan dalam air
mata (lizozim) dimana mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa polisakarida dari
beberapa organisme ini. Organisme ini tidak dipengaruhi oleh lizozim. satu yang paling
mungkin yang menyebabkan kerusakan mata adalah Pseudomonas aeruginosa (Bacillus
pyocyneas).
Bahaya Obat Nonsteril
Pseudomonas aeruginas (B. pyocyaneus; P. pyocyanea; Blue pas bacillus) ini merupakan
mikroorganisme berbahaya dan upportunis yang tumbuh baik pada kultur media yang
menghasilkan toksin dan zat/produk antibakteri, cenderung untuk membunuh kontaminan
lain dan membiarkan Pseudomonas aeruginosa untuk tumbuh pada kultur murni. Bacillus
gram negative menjadi sumber dari infeksi yang serius pada kornea. Ini dapat menybabkan
kehilangan penglihatan pada 24-48 jam. Pada konsentrasi yang ditoleransi oleh jaringan
mata, menunjukkan bahwa semua zat antimikroba didiskusikan pada bagian berikut dapat
tidak efektif melawan beberapa strain dari organisme ini.
Wadah
Wadah untuk larutan mata. Larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit kecil, tidak
pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. Botol 7,5 ml adalah ukuran
yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata. Penggunaan wadah kecil
memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan jumlah
pemaparan kontaminasi.
Botol plastik untuk larutan mata juga dapat digunakan. Meskipun beberapa botol plastik
untuk larutan mata telah dimunculkan dalam pasaran, mereka masih melengkapi dan yang
terbaik adalah untuk menulis secara langsung produksi untuk menghasilkan informasi teknik
dalam perkembangan terakhir.
Zat Aktif - Gentamisin Sulfat
Gentamisin merupakan antimikroba golongan aminoglikosida, sekelompok dengan
tobramisin dan amikasin. Kelompok ini biasanya digunakan untuk melawan bakteri aerob
gram-negatif dengan cara berikatan pada antar muka antara subunit ribosom 30S dan 50S.
Bakteri anaerob umumnya resisten terhadap aminoglikosida karena transport
aminoglikosida ke dalam sel membutuhkan oksigen.
Gentamisin sulfat merupakan bentuk gentamisin yang lebih larut. Hal ini mempermudah
dalam pembuatan sediaan-sediaan larutan gentamisin.
FORMULA DASAR
R/ Gentamisin sulfat 0.3%
Benzalkonium klorida 0.02%
Na. Metabisulfit 0.1%
Na. EDTA 0.1%
Ad API 10 ml
MONOGRAFI
ZAT AKTIF – GENTAMISIN SULFAT
Pemerian : Serbuk, putih sampai kuning gading
Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol (95%)P, dalam kloroform
P dan dalam eter P.
pH : 3.5 – 5.5
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Antibiotikum
ZAT TAMBAHAN
Benzalkonium klorida
Pemerian : Serbuk, putih atau kekuningan
Kelarutan : praktis tidak larut dalam eter, sangat larut dalam aseton, etanol (95%), metanol,
propanol dan air
pH : 5 - 8
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Fungsi : Antimikroba, antiseptik, disinfktan, solubilizing agent dan wetting agent.
Inkompatibel : Alumunium, surfaktan anionik, sitrat dan hidrogen peroksida.
Na-Metabisulfit
Pemerian : Tidak berwarna, berbantuk kristal prisma atau bubuk kristal berwana putih
hingga putih gading
Kelarutan : Larut dalam 1.9 bagian air
pH : 3.5 - 5
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Fungsi : Antioksidan
Inkompatibel : Kloramfenikol, obat simpatomimetik, derivat asam sulfonat, fenilmerkuri
asetat ketika sedang di auroklaf untuk obat tetes mata.
Na-EDTA
Pemerian : Bubuk kristal putih
Kelarutan : Larut dalam alkali hidroksida dan larut dalam 500 bagian air
pH : 4.3 – 4.7
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Fungsi : chelating agent
Inkompatibel : Oksida kuat, basa kuat dan polivalen logam kuat.
NaCl
Pemerian : Bubuk kristal berwarna putih atau kristal tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam 2.8 bagian air, 250 bagian etanol (95%) dan 10 bagian gliserin
pH : 6.7 – 7.3
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Fungsi : Tonisitas
Na2HPO4
Pemerian : Serbuk putih.
Kelarutan : Sangat larut dalam air, lebih larut lagi dalam air panas atau mendidih, praktis
tidak larut dalam etanol (95%). Bentuk anhidrat larut 1 bagian dalam 8 bagian air, bentuk
heptahidrat larut 1 bagian dalam 4 bagian air, sedangkan bentuk dodekahidrat larut 1 bagian
dalam 3 bagian air.
pH : 9.1
Stabilitas : Higroskopis. Saat dipanaskan pada suhu 40oC, bentuk dodekahidrat melebur;
pada suhu 100oC ia kehilangan air kristalnya, dan pada sekitar 240oC, ia berubah menjadi
pirofosfat, Na4P2O7. Larutan dibasic natrium fosfat stabil dan dapat disterilisasi dengan
autoklaf. Harus disimpan pada wadah kedap udara, tempat yang sejuk dan kering.
Fungsi : Penyusun senyawa pendapar.
KH2PO4
Pemerian : Serbuk kristal atau granul tidak berwarna atau warna putih.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol (95%).
pH : 4,5 – 1% dalam larutan air. Suhu 25oC.
Fungsi : Penyusun senyawa pendapar.
PERHITUNGAN DAN FORMULASI AKHIR
Perhitungan
Perhitungan Konsentrasi Dapar Fosfat
Diketahui β (kapasitas dapar) = 0,01
Dapar fosfat yang digunakan merupakan kombinasi dari KH2PO4 yang berfungsi sebagai
asam dan Na2HPO4 yang berfungsi sebagai garam.
pKa asam KH2PO4 = 7,21
pKa = - log Ka
7,21 = - log Ka
Ka = 6,2 x 10-8
pH yang direncanakan untuk sediaan ini yaitu pH = 7
[H+] = 10-7
Konsentrasi masing-masing KH2PO4 dan Na2HPO4 dicari dengan persamaan sebagai
berikut:
pH = pKa + log ([G])/([A])
7 = 7,21 + log ([G])/([A])
log ([G])/([A]) = 0,21
([G])/([A]) = 0,62 M
[G] = 0,62 [A]
β = "2,3C" ("Ka.[" "H" ^"+" "]" )/〖"(Ka + [" "H" ^"+" "])" 〗^"2"
0,01 = "2,3C" ("(6,2 x " 〖"10" 〗^"-8" ").(" 〖"10" 〗^"-7" ")" )/〖"((6,2 x " 〖"10" 〗^"-8" ")+(" 〖"10"
〗^"-7" "))" 〗^"2"
0,01 = "2,3C" ("6,2 x" 〖"10" 〗^(-"15" ))/〖"(1,62 x" 〖"10" 〗^(-"7" ) ")" 〗^"2"
0,01 = "2,3C" ("6,2 x " 〖"10" 〗^(-"15" ))/("2,62 x " 〖"10" 〗^(-"14" ) )
0,01 = "2,3C.0,2366"
0,01 = 0,5442 C
C = 0,01/0,5442
= 0,018 M
C = [A] + [G]
0,018 = [A] + 0,62 [A]
0,018 = 1,62 [A]
[A] = 0,011 M
[G] = 0,018-0,011 = 0,007 M
Perhitungan Dapar Fosfat yang Digunakan untuk 10 ml
Persamaan yang digunakan:
M= Berat/Mr x 1000/V
Berat (g) = (M x Mr x V)/1000
Berat KH2PO4 (asam) dalam 10 ml
Berat (g) = (M x Mr x V)/1000
= (0,011 x 136,09 x 10 )/1000
= 0,014969 gram
= 14,97 mg
Maka, konsentrasi yang digunakan adalah 0,1497%
Berat Na2HPO4 (garam) dalam 10 ml
Berat (g) = (M x Mr x V)/1000
= (0,007 x 141,96 x 10 )/1000
= 0,0099472 gram
= 9,95 mg
Maka konsentrasi yang digunakan adalah 0,0995%
Konversi Na2HPO4 anhidrat ke dihidrat = 177,98/141,96 x 0,0995% = 0,1247%
Perhitungan ekivalensi
E gentamisin sulfat = 17 = 17 = 0,1147
E Benzalkonium klorida = 0,18
E Na-EDTA = 0,24
E Na2HPO4 anhidrat = 17 = 17 = 0,328
E KH2PO4 = 17 = 17 = 0,425
E Na-metabisulfit = 0,7
Perhitungan Tonisitas
V = W x E x 111,1
= (0,03 x 0,1147 x 111,1) + (0,002 x 0,18 x 111,1) + (0,01 x 0,7 x 111,1) + (0,01 x 0,24 x
111,1) + (0,012 x 0,328 x 111,1) + (0,015 x 0,425 x 111,1)
= 2,612 ml (Hipotonis)
Volume NaCl yang ditambahkan untuk isotonis = 10 ml – 2,612 ml = 7,388
W = = = 0,066 g
Formula Akhir
R/ Gentamisin sulfat 30 mg
Benzalkonium klorida 2 mg
Na. Metabisulfit 10 mg
Na. EDTA 10 mg
Na2HPO4 12 mg
KH2PO4 15 mg
NaCl 66 mg
API ad 10 ml
MATERI DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat
Alat Sterilisasi Awal dan Akhir Suhu dan Waktu Literatur
1. Beker glass 50ml dan 100ml Autoklaf 1210 C, 30 menit FI IV
2. Erlenmeyer 50ml dan 100ml Autoklaf 1210 C, 30 menit FI IV
3. Gelas ukur 10ml dan 25ml Autoklaf 1210 C, 30 menit FI IV
4. Kaca arloji Oven 1500 C, 30 menit FI IV
5. Batang Pengaduk Oven 1500 C, 30 menit FI IV
6. Spatula Oven 1500 C, 30 menit FI IV
7. Ampuls Autoklaf 1210 C, 30 menit FI IV
8. Pipet Direndam alcohol Suhu kamar, 30 menit Watt 1/45
karet pipet Direbus dengan air mendidih 30 menit Watt 1/45
9. Spuit Direndam alcohol Suhu kamar, 30 menit Watt 1/45
10. Kertas saring Autoklaf 1210 C, 30 menit FI IV
11. Corong pisah Oven 1500 C, 30 menit FI IV
12. Pinset Oven 1500 C, 30 menit FI IV
13. Krustang Oven 1500 C, 30 menit FI IV
14., Spatula Direndam alkohol Suhu kamar, 30 menit Watt 1/45
15. Mortir Dibakar dengan etanol95% - -
Bahan
Gentamisin sulfat = 30 mg
Benzalkonium klorida = 2 mg
Na. Metabisulfit = 10 mg
Na. EDTA = 10 mg
Na2HPO4 = 12 mg
KH2PO4 = 15 mg
NaCl = 66 mg
API ad 10 ml
Penimbangan Bahan
Akan dibuat obat tetes mata sebanyak 20 ml
Gentamisin sulfat = 60 mg
Benzalkonium klorida = 4 mg
Na. Metabisulfit = 20 mg
Na. EDTA = 20 mg
Na2HPO4 = 24 mg
KH2PO4 = 30 mg
NaCl = 132 mg
API ad 20 ml
Prosedur
Menimbang semua bahan pada kaca arloji sesuai dengan formula dan segera dilarutkan
dengan menggunakan aquabides secukupnya
Memasukkan semua bahan ke dalam beker glass yang dilengkapi batang pengaduk, dan
menambahkan aquabides hingga larut, membilas kaca arloji dengan aquabides minimal dua
kali
Setelah semua bahan larut, menuang larutan tersebut ke dalam gelas ukur hingga volume
tertentu di bawah volume akhir yang diinginkan
Membasahi terlebih dahulu kerta saring lipat rangkap 2 dengan menggunakan aquabides.
Air pembasah ditempatkan dalam satu Erlenmeyer
Menyaring larutan dalam gelas ukur ke dalam Erlenmeyer bersih dari steril melalui corong
dan kertas saring yang telah dibasahi
Membilas beaker glass dengan aquabides, menuang hasil bilasan ke dalam gelas ukur
hingga tepat 10 ml dan saring ke dalam Erlenmeyer yang berisi filtrate larutan sebelumnya
Memasukkan sediaan ke dalam tempat kemasan, melakukan sterilisasi dan memberikan
etiket
Melakukan evaluasi mutu terhadap sediaan.
Evaluasi
Evaluasi Fisika
Uji kejernihan (FI IV hal 998)
Penetuan bobot jenis (FI IV <981>, hal 1030)
Penentuan pH (FI IV <1071>, hal 1039)
Penentuan bahan partikulat (FI IV <751>, hal 981)
Penentuan volume terpindahkan (FI IV <1261>, hal 1089)
Evaluasi Kimia
Penetapan kadar
Identifikasi
Evaluasi Biologi
Uji sterilitas
Uji efektivitas pengawet (FI IV <61>, hal 854-855)
Penentuan potensi (untuk antibiotik)
HASIL PERCOBAAN DAN EVALUASI
Kejernihan
Evaluasi ini dilakukan dengan cara memperhatikan dengan teliti larutan infus didalam
erlenmeyer yang berisi sediaan obat tetes mata untuk evaluasi ada atau tidaknya partikel
yang mengambang.
pH
pH diuji dengan menggunakan indicator pH universal dan pHmeter. pH larutan injeksi adalah
7.
Homogenitas
Evaluasi ini dilakukan dengan memperhatikan larutan obat tetes mata yang dihasilkan
terlarut sempurna ditunjukkan dengan tidak adanya partikel yang menggambang dan
menggendap.
PEMBAHASAN HASIL
Obat tetes mata merupakan salah satu bentuk sediaan obat untuk mengatasi gangguan
pada mata yang dapat disebabkan adanya iritasi oleh virus dan bakteri. Zat aktif yang
digunakan juga berbeda untuk mengatas iritasi ringan hingga irtitasi berat yang disebabkan
oleh bakteri. Adanya iritasi oleh mikroba dapat diatasi dengan penggunaan antibiotik. Salah
satu antibiotik yang digunakan adalah garamisin yang merupakan gentamisin sulfat. Zat aktif
ini memiliki pH asam yaitu 3,5-5,5 yang apabila digunakan akan memberikan rasa perih
pada mata. Selain itu, gentamisin sulfat ini memiliki kelarutan yang baik dengan air sehingga
dapat diformulasikan sebagai larutan berupa tetes mata.
Sediaan obat mata harus memilik persyaratan steril karena akan digunakan untuk
mengeliminasi adanya iritasi oleh mikroba sehingga sediaan tidak boleh terkontaminasi.
Sediaan harus isotonis untuk menyesuaikan tonisitas pada mata yang setara dengan 0,9%
NaCl. Pada pengisian sediaan kedalam kemasan, obat tidak dilebihkan karena ketika
digunakan tidak akan ada larutan yang akan terbuang saat sebelum diberikan seperti
sediaan injeksi.
Formularium pada obat tetes mata memiliki eksipien standar yang terdiri dari pengawet,
antioksidan, pengkelat, pendapar , dan pengisotoni. Selain itu, dapat ditambahkan peningkat
viskositas (pada formulasi kami tidak menambahkan eksipien ini, karena bukan eksipien
yang wajib ditambahkan). Berdasarkan formularium dasar tersebut kami mengunakan
eksipien Benzalkonium klorida sebagai pengawet. Penggunaan pegawet dikarenakan basis
yang digunakan berupa larutan yang mudah ditumbuhi mikroba. Antioksidan yang
digunakan adalah Natrium metabisulfit. Pemakaian antioksidan ditujukan untuk mencegah
terjadinya oksidasi yang dapat mempengaruhi stabilitas dari zat altif. Adanya pengkelat
ditujukan untuk mengatasi adanya logam yang dapat menggangu zat aktif, sehingga logam
tersebut dikelat dengan adanya Na. EDTA. Penggunaan pendapar ditujukan untuk
mempertahankan zat aktif pada pH stabilnya. Sediaan gentamisin sulfat yang berupa obat
tetes mata memiliki pH stabil antara 6-7. Maka, kami mendapar sediaan untuk memperoleh
pH 7 yang mendekati pH mata yaitu 7,4 sehingga tidak perih ketika digunakan.pendapar
yang digunakan adalah dapar fosfat yang terdiri dari Na2HPO4 (garam) dan KH2PO4
(asam). Selanjutnya eksipien yang ditambahkan adalah zat pengisotoni yang berupa NaCl
agar zat memiliki tonisitas sesuai tonisitas mata.
Sterilisasi yang kami gunakan adalah sterilisasi akhir. Setelah mendapatkan dispensasi,
kami melakukan kalibrasi alat dan penimbangan bahan sesuai dengan formula. Melakukan
pencampuran pada white area hingga menjadi larutan kemudian mengukur volume pada
gelas ukur dan disaring. Selanjutnya, membilas beaker glass yang digunakan kemudian
disaring untuk ditambahkan kedalam filtrat hingga tepat 10 ml. Setelah sediaan obat tetes
mata selesai, selajutnya melakukan uji pH, pH yang dihasilakan yaitu 7 sesuai dengan
tujuan pendapar yang digunakan.
Evaluasi selanjutnya yang digunakan adalah uji kejernihan dengan cara mengamati dengan
baik larutan sediaan yang telah ditempatkan pada wadah tembus cahaya di ruangan yang
terkena pancaran sinar matahari. Partikel-partikel melayang akan tampak jelas karena
memantulkan cahaya matahari tersebut. Pada pengamatan, sediaan yang kami buat tidak
menunjukkan tanda-tanda tersebut. Dengan demikian, kami menyimpulkan sediaan obat
mata kami jernih.
KESIMPULAN
Tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk
dimasukkan ke dalam saccus conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan
antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti
fisostigmin sulfat atau obat midriatik seperti atropin sulfat.
Karakteristik sediaan mata yang perlu diperhatikan di antaranya
Kejernihan
Stabilitas; tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk, metode penyimpanan
(khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutan dan tipe pengemasan.
Buffer dan pH; pH ideal = ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4.
Tonisitas = tekanan osmotik yang dihasilkan oleh larutan dari keberadaan padatan terlarut
atau tidak larut. tekanan osmotik Cairan mata dan cairan tubuh lainnya = 0,9% larutan NaCl.
Mata dapat mentoleransi larutan yang mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen
0,5% sampai 1,6% NaCl tanpa ketidaknyamanan yang besar.
Viskositas; peningkat viskositas berguna memperpanjang lama kontak dalam mata dan
untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Viskositas yang meningkat dalam rentang 25-50 cP
meningkatkan lama kontak dalam mata.
Additives/Tambahan
Sterilisasi
Wadah
Formulasi akhir
R/ Gentamisin sulfat 30 mg
Benzalkonium klorida 2 mg
Na. Metabisulfit 10 mg
Na. EDTA 10 mg
Na2HPO4 12 mg
KH2PO4 15 mg
NaCl 66 mg
API ad 10 ml
Evaluasi sediaan yang kami lakukan
Kejernihan = sediaan jernih, bebas partikel melayang
pH = 7
Homogenitas = homogen
DAFTAR PUSTAKA
Harjasaputra, Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian Medipress.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. ISO Indonesia. Volume 32. Jakarta : PT. Anem
Kosong Anem.
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Nelly Suryani dan Farida Sulistiawati. 2009. Formulasi Sediaan Steril. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.
Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen
Kesehatan RI
Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eighth edition.
London : The Pharmaceutical Press.
Tjay, Tan Hoan,dkk. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta : Gramedia
Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of Pharmaseutical Excipients. Second
edition. Washington : American Pharmaseutical Association

More Related Content

What's hot

Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Sapan Nada
 
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obatkasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obatErsa Yuliza
 
Fitokimia Kromatografi lapis tipis
Fitokimia Kromatografi lapis tipisFitokimia Kromatografi lapis tipis
Fitokimia Kromatografi lapis tipisSapan Nada
 
Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1marwahhh
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliKezia Hani Novita
 
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Nova Rizky
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)Annie Rahmatillah
 
preformulasi Naproksen tab
preformulasi Naproksen tabpreformulasi Naproksen tab
preformulasi Naproksen tabMaranata Gultom
 
Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSapan Nada
 
Formulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatFormulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatBayu Mario
 
Evaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilEvaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilArwinAr
 
19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.Maranata Gultom
 
Presentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsungPresentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsungZidny Ilmayaqin
 

What's hot (20)

Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
 
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obatkasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
 
Fitokimia Kromatografi lapis tipis
Fitokimia Kromatografi lapis tipisFitokimia Kromatografi lapis tipis
Fitokimia Kromatografi lapis tipis
 
Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1
 
Ppt emulsi lotion
Ppt emulsi lotionPpt emulsi lotion
Ppt emulsi lotion
 
Salep mata (1)
Salep mata (1)Salep mata (1)
Salep mata (1)
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
 
preformulasi Naproksen tab
preformulasi Naproksen tabpreformulasi Naproksen tab
preformulasi Naproksen tab
 
Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat Kapsul
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
 
Formulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatFormulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Formulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
 
Tablet salut
Tablet salutTablet salut
Tablet salut
 
Evaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilEvaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan steril
 
19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.
 
Laporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentumLaporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentum
 
Presentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsungPresentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsung
 
Ekskresi dan klirens ginjal
Ekskresi dan klirens ginjalEkskresi dan klirens ginjal
Ekskresi dan klirens ginjal
 

Viewers also liked

Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrakStandarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrakGina Sakinah
 
共享創意知多D及如何利用共享創意分享教材與創作 - 校本經驗分享 - Edu 3.4
共享創意知多D及如何利用共享創意分享教材與創作 - 校本經驗分享 - Edu 3.4共享創意知多D及如何利用共享創意分享教材與創作 - 校本經驗分享 - Edu 3.4
共享創意知多D及如何利用共享創意分享教材與創作 - 校本經驗分享 - Edu 3.4eLearning Consortium 電子學習聯盟
 
Origen y evolucion del hombre
Origen y evolucion del hombreOrigen y evolucion del hombre
Origen y evolucion del hombreMarioly Alvarez
 
تجارب مميزة في البحث النوعي وتطبيقاته
تجارب مميزة في البحث النوعي وتطبيقاتهتجارب مميزة في البحث النوعي وتطبيقاته
تجارب مميزة في البحث النوعي وتطبيقاتهahmedajina
 
“Learn the fundamental of programming with animals and robots” - Edu 3.4
“Learn the fundamental of programming with animals and robots” - Edu 3.4“Learn the fundamental of programming with animals and robots” - Edu 3.4
“Learn the fundamental of programming with animals and robots” - Edu 3.4eLearning Consortium 電子學習聯盟
 
borrador de Ensayo economia de variaciones en actividades de produccion
 borrador de Ensayo economia de variaciones en actividades de produccion borrador de Ensayo economia de variaciones en actividades de produccion
borrador de Ensayo economia de variaciones en actividades de produccioncarlos javier franco mendoza
 

Viewers also liked (13)

Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrakStandarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
 
Laporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksiLaporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksi
 
共享創意知多D及如何利用共享創意分享教材與創作 - 校本經驗分享 - Edu 3.4
共享創意知多D及如何利用共享創意分享教材與創作 - 校本經驗分享 - Edu 3.4共享創意知多D及如何利用共享創意分享教材與創作 - 校本經驗分享 - Edu 3.4
共享創意知多D及如何利用共享創意分享教材與創作 - 校本經驗分享 - Edu 3.4
 
Origen y evolucion del hombre
Origen y evolucion del hombreOrigen y evolucion del hombre
Origen y evolucion del hombre
 
“Can we deface your Web in 10 mins?” - Edu 3.4
“Can we deface your Web in 10 mins?” - Edu 3.4“Can we deface your Web in 10 mins?” - Edu 3.4
“Can we deface your Web in 10 mins?” - Edu 3.4
 
M-BOT
M-BOTM-BOT
M-BOT
 
Mohanned
MohannedMohanned
Mohanned
 
Microsoft Learning Companion (MLC) Preview - Edu 3.4
Microsoft Learning Companion (MLC) Preview - Edu 3.4Microsoft Learning Companion (MLC) Preview - Edu 3.4
Microsoft Learning Companion (MLC) Preview - Edu 3.4
 
Budweiser nataly suarez
Budweiser nataly suarezBudweiser nataly suarez
Budweiser nataly suarez
 
“Performance Analytics and Assessment for Learning” - Edu 3.4
“Performance Analytics and Assessment for Learning” - Edu 3.4“Performance Analytics and Assessment for Learning” - Edu 3.4
“Performance Analytics and Assessment for Learning” - Edu 3.4
 
تجارب مميزة في البحث النوعي وتطبيقاته
تجارب مميزة في البحث النوعي وتطبيقاتهتجارب مميزة في البحث النوعي وتطبيقاته
تجارب مميزة في البحث النوعي وتطبيقاته
 
“Learn the fundamental of programming with animals and robots” - Edu 3.4
“Learn the fundamental of programming with animals and robots” - Edu 3.4“Learn the fundamental of programming with animals and robots” - Edu 3.4
“Learn the fundamental of programming with animals and robots” - Edu 3.4
 
borrador de Ensayo economia de variaciones en actividades de produccion
 borrador de Ensayo economia de variaciones en actividades de produccion borrador de Ensayo economia de variaciones en actividades de produccion
borrador de Ensayo economia de variaciones en actividades de produccion
 

Similar to OTM Gentamisin

Similar to OTM Gentamisin (20)

Obat mata sam AKPER PEMKAB MUNA
Obat mata sam AKPER PEMKAB MUNAObat mata sam AKPER PEMKAB MUNA
Obat mata sam AKPER PEMKAB MUNA
 
Bentuk Sediaan.pptx
Bentuk Sediaan.pptxBentuk Sediaan.pptx
Bentuk Sediaan.pptx
 
Tetes Mata
Tetes MataTetes Mata
Tetes Mata
 
La rangki obat tetes mata
La rangki obat tetes mataLa rangki obat tetes mata
La rangki obat tetes mata
 
Salep mata
Salep mataSalep mata
Salep mata
 
Kelompok 6 (injeksi & spray)
Kelompok 6 (injeksi & spray)Kelompok 6 (injeksi & spray)
Kelompok 6 (injeksi & spray)
 
Kul2 sediaan steril
Kul2 sediaan sterilKul2 sediaan steril
Kul2 sediaan steril
 
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
 
sedian farmasi.pptx
sedian farmasi.pptxsedian farmasi.pptx
sedian farmasi.pptx
 
Laporan Teknologi Farmasi
Laporan Teknologi FarmasiLaporan Teknologi Farmasi
Laporan Teknologi Farmasi
 
21. dr. iit farmakologi obat topikal mata
21. dr. iit   farmakologi obat topikal mata21. dr. iit   farmakologi obat topikal mata
21. dr. iit farmakologi obat topikal mata
 
Bentuk dan cara pemberian obat
Bentuk dan cara pemberian  obatBentuk dan cara pemberian  obat
Bentuk dan cara pemberian obat
 
Kuliah 2 farmakope
Kuliah 2 farmakopeKuliah 2 farmakope
Kuliah 2 farmakope
 
3. Materi Pengaruh Interaksi Obat & Makanan pada Bayi & Anak-Anak (Jumat, 11 ...
3. Materi Pengaruh Interaksi Obat & Makanan pada Bayi & Anak-Anak (Jumat, 11 ...3. Materi Pengaruh Interaksi Obat & Makanan pada Bayi & Anak-Anak (Jumat, 11 ...
3. Materi Pengaruh Interaksi Obat & Makanan pada Bayi & Anak-Anak (Jumat, 11 ...
 
Ppt fts
Ppt ftsPpt fts
Ppt fts
 
SESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptxSESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptx
 
Salep mata
Salep mataSalep mata
Salep mata
 
Makalah componding
Makalah compondingMakalah componding
Makalah componding
 
Pasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citraPasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citra
 
Aku titip
Aku titipAku titip
Aku titip
 

Recently uploaded

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 

Recently uploaded (18)

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 

OTM Gentamisin

  • 1. OTM Gentamisin 2 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL LARUTAN OBAT TETES MATA 27 Mei 2010 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERANDAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 TUJUAN Memahami tentang larutan obat tetes mata Memahami prinsip dasar pembuatan dan mampu mengaplikasikannya dalam praktikum untuk skala lab Memahami evaluasi dan mampu mengaplikasikannya dalam praktikum untuk skala lab TINJAUAN PUSTAKA Definisi Berdasarkan FI III Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata. Teks Book of Pharmaceutics, hal; 358 Tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat midriatik seperti atropin sulfat. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembuatan Tetes Mata Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan; Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan dari sediaan; Isotonisitas dari larutan; pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang optimum Faktor yang paling penting dipertimbangkan ketika menyiapkan larutan mata adalah tonisitas, pH, stabilitas, viskositas, seleksi pengawet dan sterilisasi. Sayang sekali, yang paling penting dari itu dalah sterilitas yang telah menerima sifat/perhatian dan farmasis dan ahli mata. Banyak dari syarat ini saling berkaitan dan tidak dapat dipandang sebagai faktor terisolasi yang dipertimbangkan secara individual. Sterilisasi misalnya, dapat dihubungkan dengan pH, buffer, dan pengemasan. Sistem dapar harus dipertimbangkan dengan pemikiran tonisitas dan dengan pemikiran kenyamanan produk. Keuntungan dan Kreugian Tetes Mata
  • 2. Keuntungan Tetes Mata Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yantg obat-obatnya larut dalam air. Obat tetes mata tidak menganggu penglihatan ketika digunakan. Kerugian Tetes Mata Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi. Bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topical untuk kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea. Sampai ke ruang anterior. Sejak boavailabilitas obat sangat lambat, pasien mematuhi aturan dan teknik pemakaian yang tepat. Penggunaan Tetes Mata Cuci tangan Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penetes dimasukkan ke dalam botol untuk membawa larutan ke dalam penetes Tempatkan penetes di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian bawah sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan penetes pada mata atau jari. Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan berkedip paling kurang 30 detik Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat Jika penetesnya terpisah, selalu tempatkan penetes dengan ujung menghadap ke bawah Jangan pernah menyentuhkan penetes denga permukaan apapun Jangan mencuci penetes Ketika penetes diletakkan diatas botol, hindari kontaminasi pada tutup ketika dipindahkan Ketika penetes adalah permanen dalam botol, ketika dihasilkan oleh industri farmasi uunutk farmasis, peraturan yang sama digunkahn menghindari kontaminasi Jangan pernah menggunakan tetes mata yang telah mengalami perubahan warna Jika anda mempunyai lebih dari satu botol dari tetes yang sama, buka hanya satu botol saja Jika kamu menggunakan lebih dari satu jenis tetes pada waktu yang sama, tunggu beberapa menit sebelum menggunakan tetes mata yang lain Sangat membantu penggunaan obat dengan latihan memakai obat di depan cermin Setelah penggunaan tetes mata jangan menutup mata terlalu rapat dan tidak berkedip lebih sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat dari tempat kerjanya. Karakteristik Sediaan Mata Kejernihan Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci baik sehingga bahan- bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. pengerjaan penampilan dalam lingkungan bersih. Penggunaan Laminar Air Flow dan harus tidak tertumpahkan akan memberikan kebersamaan untuk penyiapan larutan jernih bebas partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan streilitas dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak tertumpahkan. Wadah dan tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama sepanjang penyimpanan. Normalnya dilakukan test sterilitas. Stabilitas Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zaat tambahan larutan dan tipe pengemasan. Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6.8 namun
  • 3. demikian, pH stabilitas kimia (atau kestabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan. Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pH 5, kedua obat stabil dalam beberapa tahun. Buffer dan pH Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya paling stabil pada pH asam. Tonisitas Tonisitas berarti tekanan osmotik yang dihasilkan oleh larutan dari keberadaan padatan terlarut atau tidak larut. Cairan mata dan cairan tubuh lainnya memberikan tekanan osmotik sama dengan garam normal atau 0,9% larutan NaCl. Larutan yang mempunyai jumlah bahan terlarut lebih besar daripada cairan mata disebut hipertonik. Sebaliknya, cairan yang mempunyai sedikit zat terlarut mempunyai tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik. Mata dapat mentoleransi larutan yang mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen 0,5% sampai 1,6% NaCl tanpa ketidaknyamanan yang besar. Tonisitas pencuci mata mempunyai hal penting lebih besar daripada tetes mata karena volume larutan yang digunakan. Dengan pencuci mata dan dengan bantuan penutup mata, mata dicuci dengan larutan kemudian overwhelming kemampuan cairan mata untuk mengatur beberapa perbedaan tonisitas. Jika tonisitas pencuci mata tidak mendekati cairan mata, dapat, menghasilkan nyeri dan iritasi. Dalam pembuatan larutan mata, tonisitas larutan dapat diatur sama cairan lakrimal dengan penambahan zat terlarut yang cocok seperti NaCl. Jika tekanan osmotik dari obat diinginkan konsentrasi melampaui cairan mata, tidak ada yang dapat dilakukan jika konsentrasi obat yang diinginkan dipertahankan, ketika larutan hipertonik. Contohnya 10 dan 30% larutan natrium sulfasetamid adalah hipertonik, konsentrasi kurang dari 10% tidak memberikan efek klinik yang diinginkan. Untuk larutan hipotonik sejumlah metode disiapkan untuk menghitung jumlah NaCl untuk mengatur tonisitas larutan mata, salah satu metodenya adalah metode penurunan titik beku. Viskositas USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas. Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata. umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak dalam mata. Additives/Tambahan Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan. Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin. Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. surfaktan nonionik, kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya suspensi dan berhubungan dengan kejernihan larutan. Penggunaan surfaktan, khususnya pada beberapa konsentrasi sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik bahan-bahan. Surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet. Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi hampir invariabel sebagai pengawet antimikroba. benzalkonium klorida dalam range 0,01-0,02% dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi. Benzalkonium klorida sebagai pengawet digunakan
  • 4. dalam jumlah besar dalam larutan dan suspensi mata komersial. Sterilisasi Sterilisasi merupakan sesuatu yang penting. larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. infeksi mata dari organisme ini yang dapat menyebabkan kebutaan. Ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk nonsteril di dalam mata ketika kornea dibuka. bahan-bahan partikulat dapat mengiritasi mata, ketidaknyamanan pada pasien dan metode ini tersedia untuk pengeluarannya. Jika suatu batasan pertimbangan dan mekanisme pertahanan mata, bahwa sediaan mata harus steril. air mata, kecuali darah, tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Oleh karena itu, mekanisme pertahanan utama melawan infeksi mata secara sederhana aksi pertahanan oleh air mata, dan sebuah enzim ditemukan dalam air mata (lizozim) dimana mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa polisakarida dari beberapa organisme ini. Organisme ini tidak dipengaruhi oleh lizozim. satu yang paling mungkin yang menyebabkan kerusakan mata adalah Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocyneas). Bahaya Obat Nonsteril Pseudomonas aeruginas (B. pyocyaneus; P. pyocyanea; Blue pas bacillus) ini merupakan mikroorganisme berbahaya dan upportunis yang tumbuh baik pada kultur media yang menghasilkan toksin dan zat/produk antibakteri, cenderung untuk membunuh kontaminan lain dan membiarkan Pseudomonas aeruginosa untuk tumbuh pada kultur murni. Bacillus gram negative menjadi sumber dari infeksi yang serius pada kornea. Ini dapat menybabkan kehilangan penglihatan pada 24-48 jam. Pada konsentrasi yang ditoleransi oleh jaringan mata, menunjukkan bahwa semua zat antimikroba didiskusikan pada bagian berikut dapat tidak efektif melawan beberapa strain dari organisme ini. Wadah Wadah untuk larutan mata. Larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. Botol 7,5 ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata. Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminasi. Botol plastik untuk larutan mata juga dapat digunakan. Meskipun beberapa botol plastik untuk larutan mata telah dimunculkan dalam pasaran, mereka masih melengkapi dan yang terbaik adalah untuk menulis secara langsung produksi untuk menghasilkan informasi teknik dalam perkembangan terakhir. Zat Aktif - Gentamisin Sulfat Gentamisin merupakan antimikroba golongan aminoglikosida, sekelompok dengan tobramisin dan amikasin. Kelompok ini biasanya digunakan untuk melawan bakteri aerob gram-negatif dengan cara berikatan pada antar muka antara subunit ribosom 30S dan 50S. Bakteri anaerob umumnya resisten terhadap aminoglikosida karena transport aminoglikosida ke dalam sel membutuhkan oksigen. Gentamisin sulfat merupakan bentuk gentamisin yang lebih larut. Hal ini mempermudah dalam pembuatan sediaan-sediaan larutan gentamisin. FORMULA DASAR R/ Gentamisin sulfat 0.3% Benzalkonium klorida 0.02% Na. Metabisulfit 0.1% Na. EDTA 0.1% Ad API 10 ml
  • 5. MONOGRAFI ZAT AKTIF – GENTAMISIN SULFAT Pemerian : Serbuk, putih sampai kuning gading Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol (95%)P, dalam kloroform P dan dalam eter P. pH : 3.5 – 5.5 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Khasiat : Antibiotikum ZAT TAMBAHAN Benzalkonium klorida Pemerian : Serbuk, putih atau kekuningan Kelarutan : praktis tidak larut dalam eter, sangat larut dalam aseton, etanol (95%), metanol, propanol dan air pH : 5 - 8 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Fungsi : Antimikroba, antiseptik, disinfktan, solubilizing agent dan wetting agent. Inkompatibel : Alumunium, surfaktan anionik, sitrat dan hidrogen peroksida. Na-Metabisulfit Pemerian : Tidak berwarna, berbantuk kristal prisma atau bubuk kristal berwana putih hingga putih gading Kelarutan : Larut dalam 1.9 bagian air pH : 3.5 - 5 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Fungsi : Antioksidan Inkompatibel : Kloramfenikol, obat simpatomimetik, derivat asam sulfonat, fenilmerkuri asetat ketika sedang di auroklaf untuk obat tetes mata. Na-EDTA Pemerian : Bubuk kristal putih Kelarutan : Larut dalam alkali hidroksida dan larut dalam 500 bagian air pH : 4.3 – 4.7 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Fungsi : chelating agent Inkompatibel : Oksida kuat, basa kuat dan polivalen logam kuat. NaCl Pemerian : Bubuk kristal berwarna putih atau kristal tidak berwarna Kelarutan : Larut dalam 2.8 bagian air, 250 bagian etanol (95%) dan 10 bagian gliserin pH : 6.7 – 7.3 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Fungsi : Tonisitas Na2HPO4 Pemerian : Serbuk putih. Kelarutan : Sangat larut dalam air, lebih larut lagi dalam air panas atau mendidih, praktis tidak larut dalam etanol (95%). Bentuk anhidrat larut 1 bagian dalam 8 bagian air, bentuk heptahidrat larut 1 bagian dalam 4 bagian air, sedangkan bentuk dodekahidrat larut 1 bagian dalam 3 bagian air. pH : 9.1 Stabilitas : Higroskopis. Saat dipanaskan pada suhu 40oC, bentuk dodekahidrat melebur; pada suhu 100oC ia kehilangan air kristalnya, dan pada sekitar 240oC, ia berubah menjadi pirofosfat, Na4P2O7. Larutan dibasic natrium fosfat stabil dan dapat disterilisasi dengan
  • 6. autoklaf. Harus disimpan pada wadah kedap udara, tempat yang sejuk dan kering. Fungsi : Penyusun senyawa pendapar. KH2PO4 Pemerian : Serbuk kristal atau granul tidak berwarna atau warna putih. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol (95%). pH : 4,5 – 1% dalam larutan air. Suhu 25oC. Fungsi : Penyusun senyawa pendapar. PERHITUNGAN DAN FORMULASI AKHIR Perhitungan Perhitungan Konsentrasi Dapar Fosfat Diketahui β (kapasitas dapar) = 0,01 Dapar fosfat yang digunakan merupakan kombinasi dari KH2PO4 yang berfungsi sebagai asam dan Na2HPO4 yang berfungsi sebagai garam. pKa asam KH2PO4 = 7,21 pKa = - log Ka 7,21 = - log Ka Ka = 6,2 x 10-8 pH yang direncanakan untuk sediaan ini yaitu pH = 7 [H+] = 10-7 Konsentrasi masing-masing KH2PO4 dan Na2HPO4 dicari dengan persamaan sebagai berikut: pH = pKa + log ([G])/([A]) 7 = 7,21 + log ([G])/([A]) log ([G])/([A]) = 0,21 ([G])/([A]) = 0,62 M [G] = 0,62 [A] β = "2,3C" ("Ka.[" "H" ^"+" "]" )/〖"(Ka + [" "H" ^"+" "])" 〗^"2" 0,01 = "2,3C" ("(6,2 x " 〖"10" 〗^"-8" ").(" 〖"10" 〗^"-7" ")" )/〖"((6,2 x " 〖"10" 〗^"-8" ")+(" 〖"10" 〗^"-7" "))" 〗^"2" 0,01 = "2,3C" ("6,2 x" 〖"10" 〗^(-"15" ))/〖"(1,62 x" 〖"10" 〗^(-"7" ) ")" 〗^"2" 0,01 = "2,3C" ("6,2 x " 〖"10" 〗^(-"15" ))/("2,62 x " 〖"10" 〗^(-"14" ) ) 0,01 = "2,3C.0,2366" 0,01 = 0,5442 C C = 0,01/0,5442 = 0,018 M C = [A] + [G] 0,018 = [A] + 0,62 [A] 0,018 = 1,62 [A] [A] = 0,011 M [G] = 0,018-0,011 = 0,007 M Perhitungan Dapar Fosfat yang Digunakan untuk 10 ml Persamaan yang digunakan: M= Berat/Mr x 1000/V Berat (g) = (M x Mr x V)/1000 Berat KH2PO4 (asam) dalam 10 ml Berat (g) = (M x Mr x V)/1000 = (0,011 x 136,09 x 10 )/1000 = 0,014969 gram = 14,97 mg Maka, konsentrasi yang digunakan adalah 0,1497% Berat Na2HPO4 (garam) dalam 10 ml
  • 7. Berat (g) = (M x Mr x V)/1000 = (0,007 x 141,96 x 10 )/1000 = 0,0099472 gram = 9,95 mg Maka konsentrasi yang digunakan adalah 0,0995% Konversi Na2HPO4 anhidrat ke dihidrat = 177,98/141,96 x 0,0995% = 0,1247% Perhitungan ekivalensi E gentamisin sulfat = 17 = 17 = 0,1147 E Benzalkonium klorida = 0,18 E Na-EDTA = 0,24 E Na2HPO4 anhidrat = 17 = 17 = 0,328 E KH2PO4 = 17 = 17 = 0,425 E Na-metabisulfit = 0,7 Perhitungan Tonisitas V = W x E x 111,1 = (0,03 x 0,1147 x 111,1) + (0,002 x 0,18 x 111,1) + (0,01 x 0,7 x 111,1) + (0,01 x 0,24 x 111,1) + (0,012 x 0,328 x 111,1) + (0,015 x 0,425 x 111,1) = 2,612 ml (Hipotonis) Volume NaCl yang ditambahkan untuk isotonis = 10 ml – 2,612 ml = 7,388 W = = = 0,066 g Formula Akhir R/ Gentamisin sulfat 30 mg Benzalkonium klorida 2 mg Na. Metabisulfit 10 mg Na. EDTA 10 mg Na2HPO4 12 mg KH2PO4 15 mg NaCl 66 mg API ad 10 ml MATERI DAN METODE Alat dan Bahan Alat Alat Sterilisasi Awal dan Akhir Suhu dan Waktu Literatur 1. Beker glass 50ml dan 100ml Autoklaf 1210 C, 30 menit FI IV 2. Erlenmeyer 50ml dan 100ml Autoklaf 1210 C, 30 menit FI IV 3. Gelas ukur 10ml dan 25ml Autoklaf 1210 C, 30 menit FI IV 4. Kaca arloji Oven 1500 C, 30 menit FI IV 5. Batang Pengaduk Oven 1500 C, 30 menit FI IV 6. Spatula Oven 1500 C, 30 menit FI IV 7. Ampuls Autoklaf 1210 C, 30 menit FI IV 8. Pipet Direndam alcohol Suhu kamar, 30 menit Watt 1/45 karet pipet Direbus dengan air mendidih 30 menit Watt 1/45 9. Spuit Direndam alcohol Suhu kamar, 30 menit Watt 1/45 10. Kertas saring Autoklaf 1210 C, 30 menit FI IV 11. Corong pisah Oven 1500 C, 30 menit FI IV 12. Pinset Oven 1500 C, 30 menit FI IV
  • 8. 13. Krustang Oven 1500 C, 30 menit FI IV 14., Spatula Direndam alkohol Suhu kamar, 30 menit Watt 1/45 15. Mortir Dibakar dengan etanol95% - - Bahan Gentamisin sulfat = 30 mg Benzalkonium klorida = 2 mg Na. Metabisulfit = 10 mg Na. EDTA = 10 mg Na2HPO4 = 12 mg KH2PO4 = 15 mg NaCl = 66 mg API ad 10 ml Penimbangan Bahan Akan dibuat obat tetes mata sebanyak 20 ml Gentamisin sulfat = 60 mg Benzalkonium klorida = 4 mg Na. Metabisulfit = 20 mg Na. EDTA = 20 mg Na2HPO4 = 24 mg KH2PO4 = 30 mg NaCl = 132 mg API ad 20 ml Prosedur Menimbang semua bahan pada kaca arloji sesuai dengan formula dan segera dilarutkan dengan menggunakan aquabides secukupnya Memasukkan semua bahan ke dalam beker glass yang dilengkapi batang pengaduk, dan menambahkan aquabides hingga larut, membilas kaca arloji dengan aquabides minimal dua kali Setelah semua bahan larut, menuang larutan tersebut ke dalam gelas ukur hingga volume tertentu di bawah volume akhir yang diinginkan Membasahi terlebih dahulu kerta saring lipat rangkap 2 dengan menggunakan aquabides. Air pembasah ditempatkan dalam satu Erlenmeyer Menyaring larutan dalam gelas ukur ke dalam Erlenmeyer bersih dari steril melalui corong dan kertas saring yang telah dibasahi Membilas beaker glass dengan aquabides, menuang hasil bilasan ke dalam gelas ukur hingga tepat 10 ml dan saring ke dalam Erlenmeyer yang berisi filtrate larutan sebelumnya Memasukkan sediaan ke dalam tempat kemasan, melakukan sterilisasi dan memberikan etiket Melakukan evaluasi mutu terhadap sediaan. Evaluasi Evaluasi Fisika Uji kejernihan (FI IV hal 998) Penetuan bobot jenis (FI IV <981>, hal 1030) Penentuan pH (FI IV <1071>, hal 1039) Penentuan bahan partikulat (FI IV <751>, hal 981) Penentuan volume terpindahkan (FI IV <1261>, hal 1089) Evaluasi Kimia Penetapan kadar Identifikasi Evaluasi Biologi Uji sterilitas
  • 9. Uji efektivitas pengawet (FI IV <61>, hal 854-855) Penentuan potensi (untuk antibiotik) HASIL PERCOBAAN DAN EVALUASI Kejernihan Evaluasi ini dilakukan dengan cara memperhatikan dengan teliti larutan infus didalam erlenmeyer yang berisi sediaan obat tetes mata untuk evaluasi ada atau tidaknya partikel yang mengambang. pH pH diuji dengan menggunakan indicator pH universal dan pHmeter. pH larutan injeksi adalah 7. Homogenitas Evaluasi ini dilakukan dengan memperhatikan larutan obat tetes mata yang dihasilkan terlarut sempurna ditunjukkan dengan tidak adanya partikel yang menggambang dan menggendap. PEMBAHASAN HASIL Obat tetes mata merupakan salah satu bentuk sediaan obat untuk mengatasi gangguan pada mata yang dapat disebabkan adanya iritasi oleh virus dan bakteri. Zat aktif yang digunakan juga berbeda untuk mengatas iritasi ringan hingga irtitasi berat yang disebabkan oleh bakteri. Adanya iritasi oleh mikroba dapat diatasi dengan penggunaan antibiotik. Salah satu antibiotik yang digunakan adalah garamisin yang merupakan gentamisin sulfat. Zat aktif ini memiliki pH asam yaitu 3,5-5,5 yang apabila digunakan akan memberikan rasa perih pada mata. Selain itu, gentamisin sulfat ini memiliki kelarutan yang baik dengan air sehingga dapat diformulasikan sebagai larutan berupa tetes mata. Sediaan obat mata harus memilik persyaratan steril karena akan digunakan untuk mengeliminasi adanya iritasi oleh mikroba sehingga sediaan tidak boleh terkontaminasi. Sediaan harus isotonis untuk menyesuaikan tonisitas pada mata yang setara dengan 0,9% NaCl. Pada pengisian sediaan kedalam kemasan, obat tidak dilebihkan karena ketika digunakan tidak akan ada larutan yang akan terbuang saat sebelum diberikan seperti sediaan injeksi. Formularium pada obat tetes mata memiliki eksipien standar yang terdiri dari pengawet, antioksidan, pengkelat, pendapar , dan pengisotoni. Selain itu, dapat ditambahkan peningkat viskositas (pada formulasi kami tidak menambahkan eksipien ini, karena bukan eksipien yang wajib ditambahkan). Berdasarkan formularium dasar tersebut kami mengunakan eksipien Benzalkonium klorida sebagai pengawet. Penggunaan pegawet dikarenakan basis yang digunakan berupa larutan yang mudah ditumbuhi mikroba. Antioksidan yang digunakan adalah Natrium metabisulfit. Pemakaian antioksidan ditujukan untuk mencegah terjadinya oksidasi yang dapat mempengaruhi stabilitas dari zat altif. Adanya pengkelat ditujukan untuk mengatasi adanya logam yang dapat menggangu zat aktif, sehingga logam tersebut dikelat dengan adanya Na. EDTA. Penggunaan pendapar ditujukan untuk mempertahankan zat aktif pada pH stabilnya. Sediaan gentamisin sulfat yang berupa obat tetes mata memiliki pH stabil antara 6-7. Maka, kami mendapar sediaan untuk memperoleh pH 7 yang mendekati pH mata yaitu 7,4 sehingga tidak perih ketika digunakan.pendapar yang digunakan adalah dapar fosfat yang terdiri dari Na2HPO4 (garam) dan KH2PO4 (asam). Selanjutnya eksipien yang ditambahkan adalah zat pengisotoni yang berupa NaCl agar zat memiliki tonisitas sesuai tonisitas mata. Sterilisasi yang kami gunakan adalah sterilisasi akhir. Setelah mendapatkan dispensasi, kami melakukan kalibrasi alat dan penimbangan bahan sesuai dengan formula. Melakukan pencampuran pada white area hingga menjadi larutan kemudian mengukur volume pada gelas ukur dan disaring. Selanjutnya, membilas beaker glass yang digunakan kemudian disaring untuk ditambahkan kedalam filtrat hingga tepat 10 ml. Setelah sediaan obat tetes
  • 10. mata selesai, selajutnya melakukan uji pH, pH yang dihasilakan yaitu 7 sesuai dengan tujuan pendapar yang digunakan. Evaluasi selanjutnya yang digunakan adalah uji kejernihan dengan cara mengamati dengan baik larutan sediaan yang telah ditempatkan pada wadah tembus cahaya di ruangan yang terkena pancaran sinar matahari. Partikel-partikel melayang akan tampak jelas karena memantulkan cahaya matahari tersebut. Pada pengamatan, sediaan yang kami buat tidak menunjukkan tanda-tanda tersebut. Dengan demikian, kami menyimpulkan sediaan obat mata kami jernih. KESIMPULAN Tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat midriatik seperti atropin sulfat. Karakteristik sediaan mata yang perlu diperhatikan di antaranya Kejernihan Stabilitas; tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutan dan tipe pengemasan. Buffer dan pH; pH ideal = ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Tonisitas = tekanan osmotik yang dihasilkan oleh larutan dari keberadaan padatan terlarut atau tidak larut. tekanan osmotik Cairan mata dan cairan tubuh lainnya = 0,9% larutan NaCl. Mata dapat mentoleransi larutan yang mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen 0,5% sampai 1,6% NaCl tanpa ketidaknyamanan yang besar. Viskositas; peningkat viskositas berguna memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Viskositas yang meningkat dalam rentang 25-50 cP meningkatkan lama kontak dalam mata. Additives/Tambahan Sterilisasi Wadah Formulasi akhir R/ Gentamisin sulfat 30 mg Benzalkonium klorida 2 mg Na. Metabisulfit 10 mg Na. EDTA 10 mg Na2HPO4 12 mg KH2PO4 15 mg NaCl 66 mg API ad 10 ml Evaluasi sediaan yang kami lakukan Kejernihan = sediaan jernih, bebas partikel melayang pH = 7 Homogenitas = homogen DAFTAR PUSTAKA Harjasaputra, Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian Medipress. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. ISO Indonesia. Volume 32. Jakarta : PT. Anem Kosong Anem. Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Penerbit Andi. Nelly Suryani dan Farida Sulistiawati. 2009. Formulasi Sediaan Steril. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah. Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen Kesehatan RI Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen
  • 11. Kesehatan RI Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eighth edition. London : The Pharmaceutical Press. Tjay, Tan Hoan,dkk. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta : Gramedia Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of Pharmaseutical Excipients. Second edition. Washington : American Pharmaseutical Association