1. RIWAYAT HIDUP BUDDHA GOTAMA
I. Buddhajatikkhetta (Ruang Lingkup Kelahiran Buddha).
Dewa Santusita dari surga Tusita melakukan 5 macam pengamatan dunia:
1. Umur manusia antara 100 - 100.000 tahun.
2. Memilih Jambudipa (Rose –Apple Island) yaitu India, tempat para petapa dan ada gunung
tertinggi di dunia (Himalaya).
3. Memilih Negara Tengah yaitu Majjhimadesa (Kapilavatthu).
4. Memilih keluarga yaitu Kasta Ksatria, suku Sakya dengan Raja Suddhodana sebagai ayah.
5. Memilih ibu yang berkualitas (Silavati) yaitu Ratu Mahamaya Devi.
Pengamatan ini dilakukan pada bulan Uttarasalha (Juni – Juli)
2. A.MASA KELAHIRAN.
1. Keluarga Bodhisatta: Kerajaan Suku Sakya, Ibukota Kapilavatthu, Keluarga Gotama,
Ayahnya bernama Raja Suddhodana dan ibunya bernama Ratu Mahamayadevi.
3. 2. Lahirnya Pangeran Siddharta,
a. Di Taman Lumbini, di bulan Vesakha/Visakha (April-Mei) dan ada 8 hal yang lahir/timbul
bersamaan waktu, yaitu; Ananda, Channa, Kaludayi, Yasodhara, Kuda Khanthaka, Gajah
Istana, Pohon Bodhi dan Tempat Permata (Nidhikumbhi).
b. Alam semesta menyambut kelahiran Bodhisatta, yaitu : gempa bumi, bunga-bunga
bermekaran tidak pada musimnya, turun hujan panas dan dingin.
4. c. Bayi Boddhisatta berjalan 7 langkah kearah utara – muncul bunga teratai pada setiap
langkah dan kemudian Beliau dapat berbicara :
- Aggo’hamasmi lokassa – Akulah yang tertinggi di dunia
- Jettho ‘hamasmi lokassa – Akulah yang terbesar di dunia
- Settho ‘hamasmi lokassa – Akulah pemimpin di dunia
- Ayamantima jati – Inilah kelahiranKu yang terakhir.
-Natthidani punabbhavo’ti – tidak ada lagi kelahiran bagiKu.
5. d. Petapa Asita Kaladevala datang ke Kapilavatthu melihat 32 tanda manusia besar,
kemudian beliau tertawa lalu menangis (Nalaka Sutta, Sutta Nipata/Nidana katha).
Beliau meramalkan bahwa bayi tersebut akan menjadi Buddha, meninggalkan
duniawi setelah melihat 4 peristiwa.
6. 3. Usia 5 hari diadakan upacara pemberian nama :
a. Diramal oleh 108 Brahmana, 7 Brahmana meramalkan 2 kemungkinan, yaitu menjadi Raja
Dunia atau menjadi Buddha, sedangkan yang seorang ,Brahmana Kondañña, dengan pasti
meramalkan menjadi Buddha bila melihat 4 peristiwa; mereka juga melihat 32 tanda Manusia
Agung.
b. Bayi Boddhisatta diberi nama “Siddharta” (yang tercapai cita-citanya) dengan nama
keluarga Gotama.
4. Usia 7 hari Ibu Mahamayadevi meninggal dunia, dan beliau terlahir di surga Tusita
sebagai Raja Deva Santusita. Pangeran diasuh oleh bibinya yang bernama Ratu Maha Pajapati
Gotami.
7. B. MASA KANAK-KANAK.
1. Saat upacara membajak, pada usia 7 tahun Pangeran Siddharta meraih meditasi jhana I
di bawah pohon jambu; terjadi peristiwa alam (bayangan pohon tidak bergeser dengan
berlalunya waktu). Pengalaman ini menjadi inspirasi kelak pada Bodhisatta sebelum
Penerangan Sempurna.
8. 2. Dibuatkan 3 kolam bunga teratai (merah, biru dan putih).
3. Pangeran bersekolah diajar oleh guru yang bernama : Visvamitta
Beliau siswa yang cerdas (Kitab Lalitavistara menyebutkan Beliau menguasai
64 bahasa termasuk bahasa China dan Huns).
9. C. MASA REMAJA
1. Pada usia 16 tahun Pangeran Siddharta menikah dengan Putri Yasodhara (anak Raja
Suppabuddha dan Ratu Amita ).Putri Yasodhara adik dari P. Devadatta
2. Dibuatkan 3 istana untuk 3 musim (musim panas, musim dingin, musim hujan). Hal ini
dilakukan oleh ayah Bodhisatta dengan tujuan agar Pangeran Siddharta tidak melihat 4
peristiwa yang telah diramalkan oleh para brahmana, sehingga pangeran tidak menjadi
Buddha.
10. 3. Melihat 4 Peristiwa (Devadhuta 4), yaitu : orang tua, orang sakit, orang meninggal, dan
petapa yang mencari obat untuk terbebas dari usia tua, sakit, dan mati.
4. Pangeran Siddharta juga ingin mencari obat tersebut.
5. Saat merenungkan hal tersebut di atas, Pangeran menerima berita bahwa anaknya telah lahir, “rahula jato
bandhanam jati, sebuah belenggu telah lahir”. Oleh sebab itu, anaknya diberi nama Rahula. Pada saat itu
Pangeran Siddharta merasakan perasaan religius yang mendalam (Samvega) untuk meninggalkan
keduniawian.
11. D. MASA PENGLEPASAN AGUNG (usia 29 tahun)
1. P. Siddharta memutuskan mencari obat untuk terbebas dari usia tua, sakit, dan kematian.
Beliau meninggalkan istana pada bulan Uttarasalha (Juni – Juli) dengan menunggangi Kuda
Khantaka didampingi kusir Channa melewati daerah Kapilavatthu, Malla dan sampai di
daerah Kerajaan Magadha, menyeberangi Sungai Anotatta.
2. Lalu memotong rambut, kemudian mengenakan jubah yang diberi oleh Brahma Ghatikara
lengkap dengan peralatan lainnya.
12. 3. Mencari guru-guru spiritual terkenal seperti : YM. Alara Kalama dan YM. Uddaka Ramaputta.
Petapa Gotama meraih pencapaian jhana-jhana : Arupa Jhana ke 3 dibawah bimbingan YM.
Alara Kalama dan Arupa Jhana ke 4 dibawah bimbingan YM. Uddaka Ramaputta.
4. Karena belum juga menemukan obat kemudian Petapa Gotama melakukan praktik penyiksaan
diri (Attakilamatthanûyogo) di hutan Uruvela, di goa Dońgasiri, daerah Senanigama , Kerajaan
Magadha. Beliau ditemani 5 orang petapa yaitu : Kondañña, Bhaddiya, Vappa, Mahanama,
dan Assajji.
13. 5. Setelah merenungkan bahwa penyiksaan diri selama 6 tahun tidak membawa faedah ke arah
kebebasan, Beliau memutuskan untuk praktik madya setelah menerima susu kambing dari
pengembala Nanda. Lima temannya meninggalkan Petapa Gotama menuju Taman Rusa
Isipatana, Migadaya, Baranasi. Mereka menganggap Bodhisatta telah memanjakan diri
sendiri, telah berhenti berjuang, dan kembali menikmati keduniawian.
6. Beliau menyeberangi Sungai Phalguna dan duduk berdiam di bawah pohon Banyan.
14. 7. Pada hari ke 14 menjelang Penerangan Sempurna, Petapa Gotama bermimpi, ada lima mimpi
(Ańguttara Nikâya iii; 240 / Sutta Nipata 425 – 449), yaitu :
a. Bumi sebagai dipan /tempat tidur,Gunung Himalaya sebagai bantal, tangan kanan
tercelup di Samudera Barat, tangan kiri di Samudera Timur, dan kedua
kakinya tercelup di Samudera Selatan. Arti mimpi : Beliau akan mencapai
Penerangan Sempurna menjadi Buddha.
b. Dari pusar tubuhnya tumbuh tanaman merambat yaitu rumput “ Tiriya” yang
menembus ke angkasa. Arti mimpi : Jalan Mulia Berunsur Delapan
merupakan satu-satunya jalan “Ekayanamaggo”
15. c. Setelah menjadi Buddha, dari telapak kaki hingga lutut dikerubungi oleh ulat-ulat
putih berkepala hitam. Arti mimpi : Sang Buddha kelak akan selalu diikuti oleh umat
awam berbaju putih yang memiliki keyakinan terhadap Tiratana sebagai upasaka/i.
d. Ada 4 burung berwarna (biru,keemasan,merah dan abu-abu) terbang dan menabrak
tubuh Sang Buddha, kemudian jatuh dan berubah warna menjadi putih. Arti mimpi :
empat kasta (Ksatria, Brahmana, Vessa, dan Sudda) bila menjadi anggota Savgha,
mereka menanggalkan status kasta mereka, dan mereka dikenal sebagai Putra- pu
tra Sakya.
e. Sang Buddha mendaki gunung kotoran tetapi kaki dan jubahNya tidak terkotori. Arti
mimpi : kelak Sang Buddha walaupun menerima persembahan berlimpah dan
mewah dari umat setia tapi batin Beliau tidak lagi terkotori oleh Lobha, Dosa, Moha.
16. 8. Petapa Gotama menerima persembahan makanan madhupayasa (bubur susu) dari Putri
Sujata. Putri Sujata pernah bertekad di bawah pohon Banyan tempat Petapa Gotama duduk,
dia mengganggap Petapa Gotama sebagai dewa pohon yang telah membantunya
menggabulkan tekadnya.
17. Gambar/foto persembahan Putri Sujata kepada Petapa Gotama (terlihat penyisipan
ajaran Brahmanisme, ada patung sapi).
19. 9. Setelah menyakini Aditthana Parami memegang keberhasilan suatu cita-cita, Petapa Gotama
kemudian menyatakan tekad bila Beliau dapat mencapai Penerangan Sempurna dalam hidup
ini, semoga mangkuk ini dapat melawan arus Sungai Nerañjara yang mengalir kehilir Sungai
Gangga. Dan ternyata mangkuk itu melawan arus, lalu Petapa Gotama menyeberangi Sungai
Neranjara dan sampai di daerah Buddhagaya. Dan beliau duduk di bawah pohon Bodhi
di bulan Vesâkha.
20. 10. Penerangan Sempurna Sang Buddha pada bulan Vesakha 588 SM (usia 35 tahun):
a. Waktu jaga pertama pk. 18.00 – 22.00, Petapa Gotama meraih Pengetahuan
“ Pubbenivasanussati Ñâņa ” yaitu melihat kelahiran-kelahiran Beliau tanpa batas.
b. Waktu jaga kedua pk. 22.00 – 02.00, Petapa Gotama meraih Pengetahuan
“ Cutupapata Ñâņa “ yaitu melihat kelahiran dan kematian makhluk-makhluk lain
di alam semesta tanpa batas.
c. Waktu jaga ketiga pk. 02.00 – 06.00, Petapa Gotama meraih Penerangan Sempurna
di bawah pohon Bodhi ini dengan Pengetahuan lengkap “ Asavakkhaya Ñâņa “
telah menghancurkan total kekotoran batin dan dikenal sebagai Sammasambuddha.
21. Gambar/foto SINGGASANA “ APARAJITAPALLANKHE “ Tempat Sang
Buddha mencapai Penerangan Sempurna dan di sini pula Sang Buddha
mengalahkan Mara beserta balatentaranya, memperoleh kemenangan
(Mavgala).
22.
23. 11. Perenungan Sang Buddha Gotama setelah Penerangan Sempurna dis ekitar pohon Bodhi
pada bulan Vesakha :
a. Satu minggu pertama : Sang Buddha mengalami kebahagiaan Nibbâna di bawah
pohon Bodhi, pada hari terakhir di Minggu Pertama ini Beliau merenungkan
Paticcasamuppâda dalam urutan renungan maju dan mundur.
24. b. Satu minggu kedua : Sang Buddha mengalami Kebahagian Nibbâna dengan posisi
berdiri sambil memandang pohon Bodhi tanpa berkedip (Animisalocana). Sebagai
pertanda bahwa Sang Buddha pun menghargai alam sebagai salah satu kondisi
pencapaian pencerahan Beliau.
25. c. Satu minggu ketiga : Sang Buddha mengetahui keragu-raguan para dewa atas Penerangan
Sempurna Beliau, lalu Sang Buddha menciptakan secara batin Jembatan Emas, melakukan
meditasi jalan (Cankamana) di angkasa. Beliau mengalami kebahagian Nibbâna.
26. GAMBAR /FOTO TEMPAT MEDITASI JALAN (CANKAMANA) DI ANGKASA SEBANYAK 19 LANGKAH
BOLAK – BALIK
28. d. Satu minggu keempat : Sang Buddha menciptakan secara batin Ruang Permata
“ Ratanaghara “. Di ruangan ini Beliau merenungkan secara analitis Dhamma yang tercakup
dalam tujuh aspek yang kemudian dikenal sebagai Dhamma yang sangat luhur,
“Abhidhamma“. Di sini , saat merenungkan secara sempurna kitab “Patthana” yaitu 24
kondisi yang saling mengondisikan ,dari tubuh Sang Buddha terpancar 6 warna, yaitu biru,
kuning, merah, putih, jingga dan campuran 5 warna tesebut, yg merambat ke seluruh alam
semesta. Cahaya yang memancar dari tubuh Sang Buddha pada saat Beliau merenungkan
“Patthana” masih bergerak menuju alam semesta yang tidak terhitung banyaknya, bahkan
hingga hari ini dalam bentuk rantai zat-zat bersuhu (Utuja-rûpa)
29. e. Satu minggu kelima : Sang Buddha meninggalkan lokasi Buddhagaya/Bodhgaya
menyeberangi Sungai Nerañjara menuju tempat yang berdekatan saat menerima makanan
dari Putri Sujata. Beliau duduk meditasi mengalami kebahagiaan Nibbâna di bawah pohon
Ajapala Banyan. Pada hari terakhir minggu ini Sang Buddha menjawab pertanyaan seorang
brahmana tentang “ Bagaimana seseorang bisa disebut/menjadi seorang brahmana ? “.
30. f. Satu minggu keenam : Sang Buddha setelah meninggalkan pohon Ajapala Banyan kembali
di sekitar daerah Buddhagaya/Bodhgaya , duduk di bawah pohon Mucalinda. Pada saat itu
terjadi peristiwa hujan lebat yang disertai halilintar, Sang Buddha duduk meditasi menigalami
Nibbana di pohon ini. Dewa pohon, yaitu Naga Mucalinda dalam wujud sebagai ular besar
menaungi Sang Buddha agar tidak terkena hujan selama satu minggu ini. Di hari terakhir badai
berhenti dan ular besar itu kembali kewujud asal sebagai seorang pemuda yang memberikan
penghormatan kepada Sang Buddha.
31. GAMBAR/FOTO PENJELASAN SANG BUDDHA DINAUNGI NAGA MUCALINDA SAAT
TERJADI BADAI YANG BESAR DI MINGGU KEENAM INI.
32. g. Satu minggu ketujuh : Sang Buddha berpindah tempat dari Pohon Mucalinda ke Pohon
Rajayatana, Beliau duduk bermeditasi mengalami kebahagian Nibbâna. (Demikianlah,
sattasattâha atau 7 x 7 = 49 hari yang dilalui Sang Buddha). Dan pada hari terakhir
dari minggu ini Beliau berjumpa dengan saudagar Tapussa dan Bhallika. Mereka memberikan
dana makanan keras maupun lunak kepada Sang Buddha yang diterima oleh Sang Buddha
menggunakan mangkuk persembahan Empat Raja Dewa Catummaharajika. Setelah itu, para
saudagar menyatakan berlindung kepada Sang Buddha dengan menerima Devâcika Sarana,
yaitu rumusan Buddham Saraņam Gacchâmi, Dhammam Saranam Gacchâmi.
34. 12. Setelah bertemu Tapussa dan Bhallika, Beliau merenungkan bahwa Dhamma ini sangat sulit,
dalam, dan halus, hanya dapat dimengerti oleh mereka/makhluk yang sedikit debu di dalam
batin mereka. Tentang tingkatan kualitas batin para makhluk, Beliau merenungkan perum-
pamaan bunga teratai di dalam kolam, Pada kesempatan ini Brahma Sahampati datang sambil
duduk bersimpuh, beranjali , memohon kepada Sang Buddha untuk membabarkan Dhamma
kepada semua makhluk agar tidak jatuh ke alam sengsara. Ungkapan ini dikenal dengan
permohonan “Dhammadesana Aradhana”.
35. E. PEMUTARAN RODA DHAMMA.
Setelah menerima permohonan dari Brahma Sahampati, dengan kemampuan batin
Dibbacakkhu/Mata Dewa, Sang Buddhha mencari orang yang siap menerima Dhamma ini.
Petapa Alara Kalama dan Petapa Uddaka Ramaputta tidak memiliki kesempatan menerima
Dhamma SangBuddha. Akhirnya , Sang Buddha melihat kalau di daerah Benares, Isipatana,
Migadaya, berdiam lima orang petapa (Pancavaggiya) yang siap untuk melihat Kebenaran
Dhamma Sang Buddha ini.
36. Akhirnya, Sang Buddha memutuskan pergi ke daerah Benares untuk menemui lima petapa
tersebut dengan melakukan perjalanan kaki dari Buddhagaya menuju Benares sejauh ± 230 km.
Di tengah perjalanan Sang Buddha berjumpa dengan Petapa Upaka yang bertanya tentang jati
diri Sang Buddha (Sang Buddha kemudian dikenal oleh Upaka dengan sebutan “Anantajina/Sang
Pemenang”. Setelah satu minggu perjalanan, Sang Buddha akhirnya tiba di Benares.
(GAMBAR/FOTO LOKASI ISIPATANA, BENARES, INDIA)
37. Setiba Sang Buddha di Benares Beliau
menuju Taman Rusa Isipatana menjumpai
lima orang petapa. Dari jauh kedatangan
Sang Buddha terlihat oleh lima orang
petapa tersebut, dan mereka sepakat
untuk mengacuhkan Sang Buddha. Tetapi,
mereka spontan melupakan kesepakatan
mereka ketika Sang Buddha telah dekat
(karena Mahakaruna Sang Buddha sangat
besar pengaruhnya terhadap semua
makhluk).
GAMBAR/FOTO DHAMEKH
STUPA
38. Pertemuan Sang Buddha dengan lima orang petapa diawali dengan percakapan tentang jati diri
Sang Buddha. Awalnya Pancavaggiya ini memanggil Sang Buddha dengan sebutan “ Avuso”
yang artinya ‘sahabat’. Tetapi , Sang Buddha menerangkan siapa Beliau saat ini yang dikenal
oleh dunia sebagai “Anuttara Sammasambodhi/Sammasambuddha”, yang telah terbebas total
dari kekotoran batin serta terbebas dari kematian. Percakapan ini terulang sebanyak tiga kali,
pada akhirnya , lima petapa ini menaruh perhatian terhadap pernyataan Sang Buddha tersebut.
39. 1. Pembabaran Dhammacakkappavattana Sutta
(Kotbah Pemutaran Roda Dhamma Pertama),
yang berisikan Empat Kebenaran Mulia, yaitu:
a. Kebenaran Mulia tentang Dukkha
b. Kebenaran Mulia tentang Sebab Dukkha
c. Kebenaran Mulia tentang Terhentinya
Dukkha.
d. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju
Terhentinya Dukkha.
Awalnya Sang Buddha menjelaskan 2 hal extrim
(penyiksaan diri dan memanjakan diri).
kemudian menjelaskan Jalan Tengah (Majjhima
Patipada).
Empat Kebenaran Mulia (EKM) ini dibabarkan
Sang Buddha lengkap dalam 3 tahap dan 12
segi pandangan.
40. Pada saat khotbah Dhammacakkappavattana
Sutta dibabarkan Sang Buddha, pada Petapa
Kondanna timbul mata Dhamma
“Dhammacakkhu”, segala sesuatu timbul ada
sebabnya dan segala sesuatu tidak timbul
kalau sebabnya tidak ada. Beliau (Kondañña)
yang pertama mengerti sehingga memperoleh
julukan “Añña Kondañña”. Saat itu pula
Sangharatana timbul di dunia ini, lengkaplah
Tiratana. Pada akhir khotbah ini, kelima orang
petapa itu meraih kesucian tingkat
pertama/Sotapanna. Mereka mohon
ditahbiskan menjadi bhikkhu di bawah
bimbingan Sang Buddha (Ehi Bhikkhu
Upasampada).
(GAMBAR /FOTO PILAR ASOKA DI KOMPLEK
ISIPATANA, BENARES, INDIA).
41. 2. Pembabaran Anattalakkhana Sutta.
Setelah membabarkan khotbah pertama
selama 5 hari, kemudian Sang Buddha
membabarkan khotbah kedua tentang
ajaran/doktrin ketanpa-akuan.
42. Di tempat inilah Sang Buddha membabarkan Anattalakkhana Sutta yang berisikan topik
Dhamma bahwa segala sesuatu dicengkeram oleh tiga corak universal yaitu :
- Anicca Lakkhana : corak ketidak-kekalan.
- Dukkha Lakkhana : corak ketidak-puasan.
- Anatta Lakkhana : corak ketanpa-akuan/tanpa inti yang kekal.
43. Di sinilah lokasi Anattalakkhana Sutta dibabarkan Sang Buddha kepada lima orang bhikkhu yang
terdiri dari : YA. Añña Kondañña, YA. Vappa, YA. Bhaddiya, YA. Mahanama dan YA. Assajji.
Setelah khotbah ini selesai dibabarkan, kelima bhikkhu tersebut meraih kesucian tertinggi, yaitu
Arahatta Phala (terbebas dari kekotoran batin & kemelekatan terhadap pancakkhandha).
( PADA SITUS INI ADA GAMBAR LIMA BUNGA TERATAI LAMBANG PANCAKKHANDHA)
Pada hari ke 7 : Petapa Nalaka menjumpai Sang Buddha.
44. 3. Di tempat ini pula (Benares), Sang Buddha
menerima YA. Yasa beserta 54 temannya
ditahbiskan menjadi bhikkhu dan meraih
kesucian Arahatta Phala setelah mendengar
khotbah Sang Buddha yaitu Anupubbekatha.
Sang Buddha memberi tugas kepada 60
Bhikkhu Arahat itu agar mereka berjalan
menyebar sendiri-sendiri ke seluruh pelosok
negeri Jambudipa,India untuk
memberitakan Dhamma ini yang indah
di awal,indah di pertengahan, dan indah
di akhir kepada semua makhluk.
Pada saat itu juga Sang Buddha menerima
umat awam pertama sebagai upasaka dan
upasika, yaitu ayah dan ibu serta istri dari
YA. Yasa dengan rumusan Tisarana.
45. F. MASA MENYEBARKAN DHAMMA.
Buddhasasana dibabarkan Sang Buddha setelah pencapaian Penerangan Sempurna
berlangsung selama 45 tahun hingga wafatnya Sang Buddha diusia 80 tahun.
Selama masa pembabaran ini terdapat 84.000 topik Dhamma yang telah dijelaskan Sang
Buddha kepada siswa-siswi Beliau yang meliputi para bhikkhu, bhikkhuni, upasaka, upasika,
maupun para Dewa.
(GAMBAR /FOTO DHAMMASALA DI VIHARA JETAVANA ARAMA, SAVATTHI/SAHET MAHET)
46. 1. Adittapariyaya Sutta (khotbah api/kebakaran)
menjelaskan 12 landasan indera (ayatana) yg
terus menerus terbakar oleh 11 api. Dikhotbahkan
kepada Kasappa bersaudara hingga mencapai
kesucian Arahat.
2. Sepasang Siswa Utama.
Sang Buddha memiliki sepasang Siswa Utama
atau “Aggasavaka” yaitu :
a. Upatissa yang kemudian yang dikenal
sebagai Bhikkhu Sariputta.
b. Kolita yang kemudian yang dikenal
sebagai Bhikkhu Moggallana.
Sebelumnya, Upatissa memperoleh Dhamma dari
YA.Assajji dengan pemahaman “Yankinci samudaya
Dhammam, Sabbantam nirodhadhammam”, segala
sesuatu timbul karena ada sebabnya, segala suatu
tidak timbul karena sebabnya tidak ada. Saat itu
Upatissa menjadi Sotapanna, menyusul temannya
Kolita menjadi Sotapanna setelah mendengar
Dhamma dari Upatissa.
Kota Nalanda terkenal sebagai pusat pendidikan
Buddhasasana di zaman dahulu.
Nalanda adalah tempat kelahiran dan kematian dari
YA. Sariputta.
47. 2. Pertemuan Besar Para Arahat (Maghapuja)
Di Hutan Bambu tempat bermain binatang tupai , Raja Bimbisara sering menghabiskan
waktu untuk rekreasi di tempat ini. Tempat ini ,Veluvana Arama ,memiliki sejarah
dalam Buddhasasana sebagai tempat peristiwa Pesamuan Besar Para Arahat di bawah
pimpinanSang Buddha di bulan Magha (Februari – Maret).
48. Di tempat ini terjadi Pesamuan Agung Para Arahat, tempat Sang Buddha membabarkan
“Ovadapatimokkha” yang ditandai dengan 4 Peristiwa Agung, yaitu :
a. Persamuan Agung Sangha di bulan Magha.
b. Berkumpulnya 1250 bhikkhu Arahat tanpa kesepakatan sebelumnya.
c. Semua bhikkhu memiliki enam kemampuan batin (chalabhinna).
d. Semua bhikkhu diupasampada langsung oleh Sang Buddha dengan ‘Ehi Bhikkhu-
upasampada’, yang artinya ‘Datanglah Bhikkhu’ dan langsung lengkap dengan 4
perlengkapan bhikkhu.
49. Di Veluvana Arama ini Sang Buddha membabarkan Ovadapatimokkha yang berisikan 3 bait syair
terkenal, di antaranya sebagai berikut:
“Janganlah berbuat kejahatan,
Berbuatlah Kebajikan,
Sucikan batin atau pikiran,
Inilah Ajaran Para Buddha”.
50. 3. Vihara Jetavana Arama.
Vihara Jetavana Arama merupakan tempat tinggal yang paling lama ditinggali/didiami oleh
Sang Buddha (26 Vassa). Vihara ini merupakan donasi dari hartawan kaya raya yang bernama
Sudatta yang kemudian dikenal sebagai Anathapindika dari Savatthi. Tanah ini dibeli oleh
Anathapindika dari Pangeran Jeta dengan cara menutupi tanah ini dengan lempengan emas
sebanyak 18.000.000 crore emas. Jalan setapak pada gambar/foto ini merupakan sebagian
donasi dari Pangeran Jeta.
51. Gambar /foto salah satu bangunan yang ada di Jetavana Arama yaitu
Kuti Harum “Gandhakuti” Sang Buddha.
52. Gambar/foto salah satu bangunan di Vihara Jetavana Arama yang dikenal sebagai Cetiya
Mańgala.
Di tempat ini Sang Buddha membabarkan Mańgala Sutta , khotbah tentang Berkah Utama , atas
permohonan/pertanyaan dari seorang Putra Devata. Khotbah ini berisikan 38 Berkah Utama
yang bermanfaat baik untuk manusia maupun dewa. Di Vihara ini pula Sang Buddha banyak
membabarkan khotbah Dhamma seperti : Bala Sutta, Saraniyadhamma Sutta, Karaniyametta
Sutta, dll.
53. Gambar /foto pohon Bodhi Ananda di komplek Vihara Jetavana Arama.
Pohon Bodhi ini ditanam atas permintaan Upasaka Anathapindika untuk memberikan
penghormatan kepada Sang Buddha apabila Sang Buddha tidak ada di Savatthi. Bhikkhu Ananda
merupakan pendamping setia Sang Buddha selama 25 tahun hingga Sang Buddha Parinibbâna.
Kelak setelah Sang Buddha wafat, Bhikkhu Ananda memegang peranan penting dalam
pengulangan Dhamma Vinaya Sang Buddha pada Konsili / Sidang Agung Sangha I.
55. Ini adalah gambar/foto Stupa Ananda yang
berada dikota Vesali Kerajaan Licchavi-
Vajjis. Stupa ini dibangun sebagai
penghormatan kepada Bhikkhu Ananda
atas jasa dan suri teladannya yang diberikan
kepada Sang Buddha . Pilar ini dibangun
pada zaman Kerajaan Asoka. Bhikkhu
Ananda merupakan salah satu Siswa Utama
dari Sang Buddha.
58. Gambar /foto lokasi Sang Buddha mempertunjukkan keajaiban ganda “ YAMAKA PATIHARIYA”.
(air dan api keluar dari tubuh Beliau). Di kota Savatthi ini Sang Buddha menundukkan 6 aliran
besar saat itu. Setelah pertunjukkan keajaiban ini, Sang Buddha pergi melewatkan Vassa ke-7 di
surga Tavatimsa sambil mengajarkan Abhidhamma kepada ibunda Beliau serta para dewa dari
semua alam surga. Setelah Vassa selesai Beliau turun dari Tavatimsa di gerbang kota Sańkassa
atau Sańkssa dan keajiban ganda ini dipertunjukkan kembali.
59. GAMBAR/FOTO BUKIT PARUH BURUNG NASAR DI RAJAGAHA, MAGADHA.
Lokasi ini dalam penyebaran Dhamma memiliki sejarah yaitu merupakan tempat tinggal Sang
Buddha di Kerajaan Magadha. Ada peristiwa yang penting terjadi di sini yaitu: peristiwa Gajah
Nalagiri mabuk, peristiwa penggulingan batu besar oleh Bhikkhu Devadatta sehingga melukai
kaki Sang Buddha, Pembabaran khotbah Ătānātiya Sutta , Jivaka Sutta, dll.
60. GAMBAR/FOTO KUTI HARUM SANG BUDDHA DI BUKIT GIJJHAKUTTA,
BURUNG NASAR. KUTI INI DISEBUT MULAGHANDA KUTI.
61. Gambar Goa Sûkharakata (yang digali oleh babi), Goa YA. SARIPUTTA, Lokasi ini terdapat di
sepanjang jalan menuju Mulaghanda Kuti di bukit Gijjhakutta. Di Goa inilah pencapaian ke-
Arahatan YA. Sariputta terjadi ketika Sang Buddha membabarkan Vedanapariggaha Sutta pada
keponakan Bhikkhu Sariputta yang bernama Dighanakha. Sutta ini dikenal juga dengan sebutan
Dighanakha Sutta. Saat itu Bhikkhu Sariputta sedang mengipasi Sang Buddha, selesai khotbah
ini pemuda Dighanakha merealisasi kesucian Sotapanna.
62. Penyebaran Dhamma lainnya berlokasi di Kota Vesali Kerajaan Licchavi-Vajjis. Terlihat dalam
gambar Bangunan Atap Runcing “ Kutagara Sala” . Di tempat ini terdapat peristiwa yang
terkenal yaitu : pembabaran khotbah Ratana Sutta oleh Sang Buddha kepada penduduk Vesali.
Bhikkhu Ananda memegang peranan penting dalam membebaskan penduduk Vesali dari
bencana (kemarau, kelaparan, dan hantu-hantu kelaparan).
63. G. HARI – HARI TERAKHIR SANG BUDDHA.
1. Menjelang Sang Buddha wafat ;
a. Sang Buddha memberitahukan Bhikkhu Ananda 3 bulan lagi kedepan Sang Buddha akan
Parinibbâna (terjadi peristiwa alam : gempa bumi, dan halilintar)
b. Sang Buddha menerima santapan makanan terakhir dari Brahmana Cunda (Sotapanna) seorang
pandai besi berupa makanan istimewa “sukara maddava” yaitu : daging babi muda.
c. Di tempat ini (foto di atas) Mara penggoda mengusulkan agar Sang Buddha Gotama
cepat-cepat Parinibbâna. Usul ini ditolak Sang Buddha.
d. Pesan terakhir Sang Buddha kepada para bhikkhu yaitu : “Vayodhamma savkhara, Appamadena
Sampadhethati” artinya : segala yang berkondisi tidak kekal, waspadalah terhadap fenomena ini.
64. 2. Parinibbâna Sang Buddha.
a. Parinibbâna di antara dua pohon Sala, di Kota kecil Kusinara, Kerajaan Malla.
b. Menerima Bhikkhu Subhadda sebagai siswa terakhir yang ditahbis langsung oleh Sang
Buddha dengan “Ehi Bhikkhu”
c. Menjelang wafat, Sang Buddha membaringkan tubuh dan memasuki Jhana-jhana terlebih
dahulu sebelum Beliau Parinibbâna total (Bhikkhu Anuruddha mengawasi perirtiwa ini dan
menyatakan Yang Agung telah wafat).
d. Alam menyambut peristiwa duka ini (terjadi gempa bumi).
65. 3. Sesudah Sang Buddha Parinibbâna.
a. Jenazah Sang Buddha dikremasikan tidak jauh dari tempat Beliau Parinibbâna yaitu :
sekarang dikenal sebagai “Ramabhar Stupa” (GAMBAR/FOTO DI ATAS).
b. Kremasi berlangsung setelah YA. Maha Kassappa tiba dan telah memberikan penghormatan
kepada Buddha (dewa campur tangan).
c. Ketika YA. Maha Kassappa berjalan dari kota Pava menuju Kusinara terdengar perkataan
bhikkhu tua Subhadda bahwa kita (umat Buddha) tidak harus mentaati aturan-aturan yang
ditetapkan oleh petapa tua, Sang Buddha. Hal ini memicu YA. Maha Kassappa mengadakan
Konsili/Sidang Agung Savgha Pertama, 3 bulan setelah Sang Buddha Parinibbâna.
66. d. Relik-relik Guru Agung Sang Buddha , setelah kremasi, agar tidak terjadi pertikaian antar suku
bangsa, di tempat ini,Kutagara Sala, Brahmana Dona membagikan relik SB menjadi 8 bagian
yang kemudian diberikan kepada : Raja Ajatasattu (Magadha), Suku Licchavi-Vajjis, Suku Sakya,
Suku Buli, Suku Koliya, Suku Malla, Brahmana Vethadipa, dan Brahmana Dona sendiri (berupa
mangkuk relik itu).
e. Saat ini relik Sang Buddha sudah tersebar di seluruh dunia , yaitu: Indonesia, Thailand,
Myanmar,India, Laos, Kamboja, China, dll.