Dokumen tersebut membahas tentang membantu dan memfasilitasi. Ia menjelaskan pendekatan yang berbeda untuk membantu seperti memberi dukungan, menantang, mengumpulkan informasi, dan memberikan saran. Dokumen tersebut juga membahas tentang keterampilan membantu seperti empati, probing, memberikan umpan balik, serta nilai-nilai inti seperti respek dan ketulusan.
2. Tujuan Pembelajaran
Untuk memahami sifat membantu dan untuk mengembangkan apresiasi kritis
terhadap faktor-faktor yang dapat berkontribusi pada keefektifan hubungan
membantu.
3. Helping and
Facilitating
The Shorter Oxford English Dictionary defines facilitation
as rendering easier, promoting, helping forward, and
assisting. To a greater or lesser extent, we are all
facilitators
4. Helping Styles
The Helping Style Profile has been designed to help you think about your typical
approach to helping and facilitating. It will enable you to audit your typical
approach and provide a point of reference when thinking about howyou can
improve the effectiveness of your helping interventions.
5. Different
approaches to
helping
Lima pendekatan untuk menolong yang
disajikan dalam Profil Style Menolong
mewakili sebagian metode di mana
kita bisa jadi berupaya untuk
menolong orang lain. Bagian ini
hendak mangulas tiap- tiap
pendekatan ini secara bergantian.
Blake serta Mouton( 1986)
menggambarkan esensi dari menolong
selaku usaha pemecah siklus.
6. Blake dan Mouton mendefinisikan fungsi helper sebagai membantu
klien mengidentifikasi dan keluar dari jenis siklus yang merusak ini.
Upaya memutus siklus ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk.
Theorising Advising Supporting
Challenging Information gathering
7. Is there one
best
approach?
Beberapa penulis mengambil posisi
universal dan menganjurkan bahwa
ada satu cara terbaik untuk
membantu. Yang lain mengadopsi
pendekatan kontingen dan
berpendapat bahwa gaya terbaik
bergantung pada klien dan masalah
atau peluang yang perlu dikelola
klien secara lebih efektif.
8. Prescriptive vs. collaborative
approaches
The goal of the prescriptive helper seems to be confined to finding a solution to the immediate
problem being experienced by the client.
Steele (1969: p. 193) argues that the needs of both the client and the helper may propel the
helper towards exclusive occupancy of the role of expert in their relationship and that in those
circumstances where the client accepts the helper as expert there may be some benefits.
Pendekatan kolaboratif untuk membantu, seperti pengumpulan informasi, berpusat pada klien,
dan bertujuan untuk memberdayakan klien untuk mengelola masalahnya sendiri atau untuk
mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang secara lebih efektif.
Seligman (1975) defined helplessness as the psychological state that frequently results when
events are perceived to be uncontrollable.
9. Choice of style and the
characteristics of problem and
client
Blake and Mouton (1986) argue that theories can help clients free themselves from blind
reliance on intuition, hunch, common sense and conventional wisdom, and enable them to see
situations more objectively.
Emosi yang terpendam dapat merusak kemampuan individu untuk mengambil pandangan
objektif.
10. Choice of style and the stage of
the helping relationship
The supportive mode of helping and facilitation, for example, focuses on the provision of
empathy and passive acceptance in order to help clients develop a new level of understanding.
11. Stages in the helping
process
Egan (1998) menyajikan model bantuan tiga tahap yang dapat kita
gunakan sebagai peta kognitif. Dia berpendapat bahwa itu akan
membantu kita memahami sifat hubungan kita dengan klien dan
memberi kita arah.
Stage 1 : Identifying and clarifying problem situations and
unused opportunities
Stage 2 with Goal setting: developing a more desirable scenario
Stage 3 with Helping clients act
12. Sharing the helping model
with clients
Blake dan Mouton berpendapat bahwa teori dapat membantu klien
mengubah perilaku mereka dengan berbagai cara. Ini memberi
mereka rasa perspektif yang dapat memotivasi mereka untuk
memikirkan implikasi jangka panjang dari apa yang mereka
lakukan.
13. Helping skills
Membantu melibatkan penggunaan yang tepat dari berbagai keterampilan
interpersonal 'sehari-hari dan umum'. Hayes (1996) mengidentifikasi beberapa
yang paling penting sebagai:
kesadaran diri
membangun hubungan baik dan membangun hubungan
empati
mendengarkan fakta dan perasaan
menggali informasi
mengidentifikasi tema dan melihat gambaran yang lebih besar
memberi umpan balik
asumsi yang menantang
14. Empathy
Empati adalah keterampilan penting yang dibangun di atas keterampilan
dasar. Ini melibatkan kita dalam memberi tahu klien bahwa mereka telah
dipahami dari dalam kerangka acuan mereka sendiri dan bahwa kita dapat
melihat dunia seperti yang mereka lihat sambil tetap terpisah darinya.
respond to what has been said
reflect back to the client what it is that we believe the client is thinking and
feeling
attend carefully to the cues given off by the client which either confirm or
deny the accuracy of these responses.
This can be achieved if we:
Empati adalah keterampilan inti dalam membangun hubungan.
15. Probing
Kami dapat menggunakan probe untuk membantu klien menjelajahi
masalah mereka.
Egan (1998) offers six suggestions for the use of probes:
Keep in mind the purpose of probing, which is to help clients tell their stories, to help them
focus on relevant and important issues and to help them identify experiences, behaviours
and feelings that give a fuller picture of the problem.
Use a mix of directive and non-directive probes.
Avoid question-and-answer sessions (see Chapter 4).
If a probe helps a client reveal relevant information, follow it up with an empathetic response
rather than another probe.
Use whatever mixture of empathy and probing is needed to help clients clarify problems,
identify blind spots, develop new scenarios, search for action strategies, formulate plans and
review outcomes of action.
Remember that probing is a communication skill that is only effective to the degree that it
helps the client.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
16. Giving feedback
Umpan balik yang menawarkan informasi baru kepada klien tentang diri
mereka sendiri dapat membantu mereka mengembangkan perspektif
alternatif tentang masalah.
Challenging
Blake dan Mouton (1986) menyatakan bahwa intervensi konfrontatif dapat
menjadi salah satu yang paling efektif dalam mengurangi keefektifan
mekanisme pertahanan. Dengan menantang klien, kita dapat membujuk
mereka untuk menghadapi kontradiksi antara apa yang mereka katakan
dan lakukan atau antara cara mereka memandang diri sendiri dan cara
orang lain memandang mereka.