SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
105
KEGIATAN BELAJAR
PRILAKU KONSUMEN, TEORI PRODUKSI
DAN BIAYA
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan belajar 4 ini dibahas hal-hal yang berhubungan dengan 1)
Prilaku Konsumen, yang meliputi; Cara mengukur manfaat (utility) melalui
pendekatan kardinal dan ordinal, kendala konsumen, keseimbangan konsumen, 2)
Teori Produksi yang meliputi: fungsi produksi, produksi dengan satu faktor
variabel, produksi dengan dua variabel dimensi jangka pendek dan jangka
panjang, serta isoquant dan isocost, 3) Teori Biaya yang meliputi: biaya total,
biaya rata-rata, biaya marginal, teori biaya jangka pendek dan jangka panjang.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta memperoleh pemahaman
tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan teori konsumsi (perilaku
konsumen), teori produksi, dan teori biaya tersebut.
Materi dalam kegiatan belajar 2 ini disajikan secara sistimatis, yang
menggambarkan bagaimana prilaku konsumen atau rumah tangga dalam
memaksimumkan kepuasannya (utility) yang relatif tidak terbatas, dihadapkan
pada alat pemuas kebutuhan yang relatif terbatas tersebut, sehingga konsumen
harus bijak dalam memilih berdasarkan skala prioritas. Sementara itu dipihak
Capaian Pembelajara Mata Kegiatan (CPMK)
Peserta Kompeten dalam Menguasai konsep dasar ekonomi termasuk
ekonomi syariah, permintaan dan penawaran, teori harga, teori pasar, teori
konsumsi, dan teori produksi serta hasil penelitian terkait
Pokok Materi
1. Prilaku konsumen
2. Teori produksi.
3. Teori biaya
4
106
produsen, bagaimana mereka melakukan kegiatan produksi yang dapat
memaksimalkan keuntungan dengan kendala keterbatasan modal, bagaimana
mereka mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi agar outout yang
dihasilkannya maksimal, serta bagaimana mereka bisa menekan biaya produksi
baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang agar dapat memperoleh
keuntungan yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan.
Agar para peserta dapat memahami materi ini secara tuntas, maka para
peserta diharapkan mengikuti petunjuk/instruksi langkah-langkah pembelajaran
berikut.
1. Bacalah setiap uraian dengan cermat, teliti, dan tertib sampai anda memahami
pesan, ide, dan makna yang disampaikan!,
2. Kerjakan apa yang diminta dan diinstruksikan dalam materi ini, termasuk tugas,
latihan dan tes formatif!,
3. Lakukan diskusi dengan teman-teman sejawat dalam mengatasi bagian yang
belum anda pahami!,
4. Tanamkan pada diri anda bahwa anda akan berhasil dan buktikanlah bahwa
anda memang berhasil!, dan
5. Tanamkan bahwa orang sukses selalu mencari jalan dan orang gagal selalu
mencari alasan. Anda adalah orang sukses yang selalu dapat mencari jalan
keluar dari permasalahan yang dihadapi.
107
A. Prilaku Konsumen
Konsumen dalam melaksanakan kegiatan konsumsinya selalu ingin
mendapatkan manfaat (utility) yang optimal atas barang yang dikonsumsinya agar
mendapatkan kepuasan yang optimal pula. Analisis terhadap kepuasan konsumen
ini dibahas dalam teori perilaku konsumen. Teori perilaku konsumen
menerangkan: (1) Alasan konsumen membeli lebih banyak barang pada harga
yang lebih rendah, dan mengurangi pembeliannya pada harga yang tinggi, serta
(2) bagimanakah seseorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari
komoditas (barang) yang akan dibeli dengan pendapatan yang diperolehnya.
1. Cara Mengukur Manfaat
Jika konsumen membeli barang tentu ia berharap memperoleh manfaat
(utility), yang optimal. Secara rasional, utility akan meningkat jika jumlah
komoditas yang dikonsumsi meningkat. Menurut Samuelson dan Nordhaus
(2001), bahwa tinggi-rendahnya manfaat/utilitas suatu barang akan menentukan
tinggi-rendahnya kepuasan konsumen. Tentang nilai guna/manfaat/utilitas ini
akan dibahas dalam teori nilai guna. Yang menjadi permasalahan adalah
bagaimana mengukur nilai manfaatatau kepuasan tersebut? Dalam hal ini ada dua
pendekatan pengukuran nilai manfaat dari suatu komoditas yakni: pendekatan
kardinal (dengan menggunakan pendekatan nilai absolut) dan pendekatan ordinal
(dengan menggunakan pendekatan nilai relatif, order atau rangking).
a. Pendekatan Kardinal
Dalam pendekatan kardinal, ada anggapan bahwa manfaat (utilitas) yang
diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif dan dapat diukur
secara pasti. Untuk setiap unit barang yang dikonsumsi akan dapat dihitung nilai
gunanya. Berdasarkan anggapan bahwa konsumen akan memaksimumkan
kepuasan yang akan dicapainya, akan diketahui bagaimana seorang konsumen
akan memaksimumkan kepuasannya dengan memilih komoditas yang tersedia di
pasar.
URAIAN MATERI
108
Tabel 4.1. Total Utility dan Marginal Utility
Jumlah Jeruk yang
dikonsumsi (Q)
Total Utility
(TU)
Marginal Utility
(MU)
0 - -
1 20 20
2 35 15
3 45 10
4 50 5
5 53 3
6 55 2
7 55 0
Dalam teori nilai guna dikenal nilai guna total (total utility = TU) dan nilai
guna marginal (marginal utility = MU). Nilai guna total berkenaan dengan jumlah
seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah komoditas
(barang) tertentu. Nilai guna marginal adalah pertambahan atau pengurangan
kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit
komoditas (barang) yang dikonsumsi. Berkaitan dengan fenomena ini dalam teori
nilai guna dikenal hukum diminishing marginal utility; yaitu pertambahan utilitas
yang menurun karena pertambahan satu unit komoditas yang dikonsumsi. Sebagai
ilustrasi perhatikanlah tabel 4.1. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa nilai TU terus
bertambah hingga jeruk ke 6, sedangkan MU bertambah dengan pola menurun
(pertambahannya semakin menurun), hingga unit jeruk ke 7 nilai MU mencapai 0
yang berarti TU telah maksimal. Posisi ini dikenal sebagai titik jenuh (saturation
point).
Pertanyaan yang penting adalah dapatkah kita mengukur secara pasti nilai
guna dari suatau komoditas? Jawabnya adalah tidak! Oleh karena itu pendekatan
kardinal tidak umum dipakai dalam kehidupan ekonomi yang modern, tetapi
prinsip marginal utility yang menurun tetap berlaku hingga kini.
109
Gambar 4.1. Kurva Total Utility dan Marginal Utility
b. Pendekatan Ordinal
Pendekatan kedua untuk mengukur kepuasan atau utilitas suatu komoditas
menggunakan pendekatan ordinal. Tingkat utilitas diukur melalui order atau
rangking tetapi tidak disebutkan nilai utilitasnya secara pasti. Dalam pengukuran
ini ada anggapan bahwa mengkonsumsi lebih rari satu jenis komoditas pada
umumnya lebih memuaskan dari pada mengkonsumsi satu jenis komoditas. Akan
tetapi berapa nilai kepuasannya tidak dapat diketahui secara pasti.
Sesuai dengan Hukum Gossen II, pada umumnya masyarakat tidak hanya
mengkonsumsi satu jenis komoditas, tetapi kombinasi lebih dari satu jenis
komoditas. Misalkan saja seorang konsumen ingin mengkonsumsi 2 jenis
komoditas, yaitu buah jeruk dan buah apel. Konsumen secara rasional ingin
membeli sebanyak-banyaknya buah jeruk dan buah apel, tetapi mereka
dihadapkan pada kendala keterbatasan dana. Oleh karena itu konsumen dapat
mengubah-ubah jumlah kombinasi jeruk dan apel yang dibelinya sedemikian rupa,
sehingga jika salah satu diperbanyak jumlahnya maka yang lain mesti dikurangi
agar nilai utilitas atau kepuasan yang diperoleh konsumen tetap sama. Fenomena
ini digambarkan dalam kurva kepuasan sama atau indifference curve (IC), yaitu
kurva yang menggambarkan tingkat utility yang sama untuk berbagai kombinasi
TU
Jeruk
Q
20
2 3 4 5 6 7 81
55
TU
MU
Jeruk
Q
20
71
MU
110
jenis komoditas. Secara teoritis suatu Indifference curve menuntut anggapan
berikut.
1) Konsisten (prinsip transitivity); Jika dikatakan kombinasi A lebih disukai dari
B dan B lebih disukai dari C maka A mestilah lebih disukai dari C. Dengan
dalil ini maka kurva indifferen tidak ada yang berpotongan. Perhatikan Gambar
4.2.b titik E seolah-olah merupakan titik potong antara IC1 dan IC2. Sebenarnya
titik E semestinya diartikan ada pada salah satu kurva indiferen.
2) Kombinasi banyak jenis komoditas lebih disukai dari pada kombinasi sedikit
jenis komoditas (more is better). Hal ini merupakan alasan rasional sehingga
kurva indiferen yang berada pada sisi kanan lebih disukai, karena memberikan
nilai utilitas atau kepuasan yang semakin tinggi. Perhatikan Gambar 4.2.c. Titik
2 lebih disukai dari titik 1, sedangkan titik 3 sebaliknya. Titik 4 dan titik 5
bersifat indiferen terhadap titik1.
3) Tidak harus paralel (Gambar 4.2.d); karena perubahan utilitas tidak harus
proporsional, tetapi anggapan (2) harus tetap dipakai.
Jika konsumen dapat menukar kombinasi komoditas X dan Y untuk satu
utilitas yang sama; maka dalam hal ini sebenarnya konsumen menukar nilai
manfaat dari barang X dan Y. Menambah atau mengurangi komoditas X berarti
menambah atau mengurangi total utilitas dari barang X; yang berdampak pada
adanya perubahan marginal utility (MU). Jadi perubahan jumlah X dan Y sama
dengan perubahan marginal utility . Jika diperhatikan pada Gambar 4.2.a maka
perubahan kombinasi dari A ke C menunjukkan kemiringan (slope) kurvanya.
Y
IC
0 X
Y
A
C
(A)
Y
IC1
0 X
E
A
IC2
(B)
111
Gambar 4.2. Kurva Indifferen (Indifference Curve = IC)
sehingga :
YMU
XMU
Y∂
TU∂
X∂
TU∂
x∂
y∂

Persamaan di atas dikenal sebagai Marginal Rate of Substitution (MRS),
yang sebenarnya menunjukkan kemiringan dari kurva indiferen. MRS selalu
negatif dan mengukur pertukaran (trade-off) dua komoditas pada kondisi utilitas
konsumen yang tidak berubah. Karena prinsip inilah maka suatu kurva indiferen
mempunyai kecenderungan cembung terhadap titik asal (convex to origin).
2. Kendala Konsumen
Secara rasional konsumen cenderung mengkonsumsi komoditas sebanyak
mungkin, tetapi mereka dibatasi oleh pendapatannya. Dengan suatu tingkat
pendapatan tertentu konsumen harus mengatur komposisi/kombinasi jenis
komoditas yang dikonsumsinya, sehingga nilai utiltasnya/manfaatnya optimal.
Kendala pendapatan ini dikenal sebagai garis anggaran atau budget line (BL).
Garis anggaran dapat juga dikatakan sebagai garis anggaran pengeluaran,
Menurut Sukirno (2001) bahwa garis anggaran pengeluaran menunjukkan
berbagai gabungan barang–barang yang dapat dibeli oleh sejumlah pendapatan
tertentu. Jika barang yang dikonsumsi adalah X dan Y, maka persamaan budget
line dapat ditulis pada gambar kurva 4.3 sebagai berikut :
Y
IC1
0 X
Y
3
(C)
1
4
5
3
IC2
2
IC3
Y
IC1
0 X
Y
(D)
IC2
112
Gambar 4.3. Kurva Garis Anggaran (Budget Line)
Y.P.(X)PBL YX +=
Dimana :
BL : Garis Anggaran
PX : Tingkat Harga barang X
PY : Tingkat Harga barang Y
Jika diasumsikan tingkat harga barang X dan Y tetap maka akan didapatkan BL
berupa garis lurus dan dengan slope (kemiringan garis) sebesar rasio tingkat
harga; sehingga ;
PY
PX
X
Y
=
∂
∂
Jika terjadi kenaikan atau penurunan pendapatan, maka BL akan bergeser
ke kanan atau ke kiri secara paralel dengan slope tetap, tetapi jika tejadi
perubahan tingkat harga maka slope BL akan berubah.
Contoh :
Persamaan garis anggaran adalah P1X1 + P2X2 = Y. Jika P1 naik 2 kali lipat,
P2 naik 8 kali lipat dan pendapatan naik 4 kali lipat, bagaimana persamaan garis
anggaran yang baru dalam hubungannya dengan harga dan pendapatan yang
lama?. Gambarkan kurvanya !
Penyelesaian :
P1X1 + P2X2 = Y
2P1X1 + 8P2X2 = 4Y
Misal : Y = 100 tentu Y* = 400
Y
BL
0
X
Y
(a)
113
P1 = 10 tentu P1* = 20
P2 = 5 tentu P2*= 40
Gambar 4.4. Kurva Garis Anggaran (Budget Line)
3. Keseimbangan konsumen
Jika dari (A) diketahui konsumen ingin mengoptimalkan utilitinya,
sedangkan dari (B) diketahui adanya keterbatasan dana; dari kasus tesebut
menurut Salvatore (2006) tujuan seorang konsumen yang rasional adalah
memaksimumkan utilitas atau kepuasan total yang diperoleh dari penggunaan
pendapataanya. Pertanyaannya adalah: dengan dana terbatas berapakah utilitas
maksimalnya; atau dengan utilitas tertentu berapakah dana minimal yang
diperlukan. Untuk itu dapat diperhatikan Gambar 4.5, IC tertinggi adalah IC2, dan
IC terendah adalah IC0. Komsumen ingin menikmati titik D pada IC2 tetapi dana
yang tersedia tidak mencukupi. Konsumen dapat menikmati titik C pada IC0 tetapi
konsumen juga dapat menikmati titik E pada IC1, dimana IC1>IC0. Karena itu titik
E adalah titik optimal yang dapat dinikmati konsumen. Jika diperhatikan pada titik
E maka diketahui kedua kurva yakni IC dan BL bersinggungan, dengan kata lain
dikatakan slopenya sama, sehingga :
PY
YMU
PX
XMU
PY
PX
YMU
XMU
X
Y
MRS
=
=
=
∂
∂
Persamaan di atas menunjukkan tempat keseimbangan konsumen; yakni
jika rasio marginal utility terhadap harga dari suatu barang telah sama. Jika rasio
tersebut tidak sama; katakan misalnya
PY
YMU
PX
XMU
> maka keseimbangan belum
Y
BL
0 X
Y(a)
Y
0
(b)
Y1
Y2
X1
Y
X2
Y
X3
3Y
Y3
Y
0 X
Y(c)
Y1
Y2
114
tercapai. Pada kondisi tersebut tambahan manfaat yang diperoleh persatuan uang
yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi komoditas X lebih besar dari tambahan
manfaat yang diperoleh persatuan uang yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi
komoditas Y sehingga kepuasan konsumen dapat ditingkatkan jika konsumsi
terhadap komoditas X dinaikkan dan konsumsi komoditas Y diturunkan.
Pemindahan konsumsi dari komoditas Y ke komoditas X tersebut tidak perlu lagi
dilakukan bila keseimbangan telah tercapai, yaitu saat
PY
YMU
PX
XMU
= karena pada
saat itu tambahan manfaat yang diperoleh persatuan uang yang dikeluarkan untuk
mengkonsumsi komoditas X maupun Y sama saja.
Gambar 4.5. Kurva Keseimbangan Konsumen
Pertanyaan untuk diskusi : Bagaimana jika terjadi kenaikan tingkat
pendapatan, apakah titik E tetap merupakan keseimbangan?. (anda dapat
menemukan jawabnya, dengan menggeser kurva BL ke kanan).
4. Derivasi Pembentukan Kurva Permintaan
Sesuai dengan hukum pasarmaka perubahan harga akan mengubah jumlah
yang diminta. Jika dimisalkan harga komoditas X mengalami penurunan
sedangkan harga komoditas Y tetap, maka BL akan berubah dari BL1 ke BL2 ke
BL3 (perubahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.6), sekarang keseimbangan
berubah dari titik A ke titik B ke titik C. Atas dasar perubahan yang terjadi dapat
ditarik kesimpulan hubungan antar jumlah komoditas X yang diminta (diturunkan
dari titk A,B dan C) karena perubahan harga.
IC 1
0
X
Y
IC 2
Y
IC 0
E
C
D
115
Hubungan itu tiada lain adalah kurva permintaan. Jadi kurva permintaan
adalah keseimbangan konsumen (keinginan optimal konsumen untuk membeli
suatu komoditas pada satu kendala tertentu). Bila titik-titik keseimbangan A,B,C
pada kurva BL dihubungkan menjadi 1 garis, hasil yang diperoleh dikenal dengan
Price Consumption Curve (PCC), yaitu garis yang menunjukkan keseimbangan
konsumen karena perubahan tingkat harga, dengan asumsi tingkat pendapatan
tetap.
Gambar 4.6. Price Consumption Curve (PCC)
Bagaimana jika yang berubah sekarang bukan tingkat harga, melainkan
tingkat pendapatan? Permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan (shift the
demand curve) tergantung apakah tingkat pendapatan naik atau turun. Fenomena
ini dapat diterangkan sebagai berikut: Naiknya tingkat pendapatan akan
menggeser BL secara paralel dari BL4 ke BL5 ke BL6 (perubahan tersebut
Y
X10
X
Y
PCC
BL 1
IC 2
IC 3A
B
C
BL 2 BL 3
IC 1
X2 X3
0
A
B
C
P2
P3
X1 X2 X3
P1
X
Y
116
ditampilkan pada Gambar 4.7). selanjutnya keseimbangan konsumen bergeser dari
titik D ke titik E lalu ke titik F. Bila titik-titik D,E,F dapat dihubungkan menjadi 1
garis, hasil yang diperoleh dikenal sebagai Income Consumption Curve (ICC)
yang menunjukkan keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat
pendapatan selama tingkat harga tetap. Pada gambar 4.7 bagian bawah
ditunjukkan bahwa titik D,E,F berlaku pada 1 tingkat harga komoditas X,
sehingga dapat dilihat terjadinya perubahan (shift) kurva permintaannya.
Gambar 4.7. Pergeseran Kurva Permintaan
B. Teori Produksi
Kegiatan produksi adalah kegiatan mengkombinasi berbagai input atau
masukan untuk menghasilkan output (produk). Hubungan antara input dan output
tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi
Y
X10
X
Y
ICC
BL 4
IC 5
IC 6A
B
C
BL 5 BL 6
IC 4
X2 X3
0
D1 D2 D3
X1 X2 X3
X
Y
117
(Salvatore, 1994 : 147), Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang
menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input
tertentu (Ferguson dan Gould, 1975 : 140 ).
Kegiatan produksi mempunyai kerterkaitan dengan barang yang akan
diproduksi dan bagaimana cara memproduksinya, sehingga yang awalnya
merupakan bahan mentah (input) setelah diolah berubah menjadi barang jadi
(output) dan dapat dijual kepada konsumen, Menurut Sugiharso (2008) bahwa
produksi dapat didefenisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas
ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian,
kegiataan produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai input untuk
menghasilkan output.
Dimensi Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Dalam aktivitas produksi, produsen mengubah berbagai faktor produksi
menjadi barang dan jasa. Faktor produksi dibedakan menjadi dua, yaitu: Faktor
produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variabel input). Jumlah
penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin
besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan.
Keputusan yang diambil oleh suatu perusahaan tentang berapa banyak yang akan
diproduksi, bagaimana memproduksi, dan input apa yang digunakan semuanya
mempertimbangkan waktu.
Dalam jangka panjang, tidak ada faktor produksi yang tetap dalam arti
semua faktor produksi sifatnya variabel. Perusahaan dapat menambah atau
mengurangi kapasitas produksi sesuai dengan output yang diinginkan. Tenggang
waktu setiap perusahaan berbeda-beda tergantung jenis usahanya. Perusahaan
yang bergerak dalam memproduksi barang-barang modal, jangka waktunya lebih
dari satu tahun, sedangkan perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan,
periode jangka waktunya kurang dari satu tahun, seperti perusahaan yang
mengolah makanan.
118
TP
Total Produksi
L
Tenaga Kerja
C
Modal
R
Keahlian Keusahawanan
T
Teknologi
1. Fungsi Produksi
Menurut Sukirno (2001) bahwa kaitan antara faktor-faktor produksi dan
tingkat produksi yang diciptakannya dinamakan dengan fungsi produksi. Dari
pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa hasil dari produksi yaitu berupa output
dapat dipengaruhi oleh beberapa indikator input penting yaitu (a) tenaga kerja
yang dipakai, (b) modal, (c) keahlian keusahawanan, dan (d) tingkat teknologi.
Menurut Sugiarso (2008) bahwa bentuk umum dari fungsi produksi adalah
sebagai berikut :
T)R,C,(L,TP f
Dimana :
TP : Jumlah produksi
L : Tenaga kerja
C : Modal
R : Keahlian keusahawanan
T : Pemakaian teknologi
Pada umumnya setiap pemakaian input (a,b,c,d) untuk menghasilkan
output memiliki hubungan positif, sehingga model persamaan dari pengaruh (a)
tenaga kerja, (b) modal, (c) keahlian keusahawanan, dan (d) Teknologi, adalah
sebagai berikut :
TRCLTP 43210  
Gambar 4.8. Faktor-fakktor Yang Mempengaruhi Produksi
119
Agar memudahkan dalam menganalisis persamaan linier berganda di atas
maka dapat dijelaskan dalam bentuk gambar kerangka konspetual pada Gambar
4.8. Gambar 4.8 di atas menjelaskan kerangka konspetual suatu hubungan antara
jumlah produk yang dipengaruhi beberapa faktor yaitu tenaga kerja, modal,
keahlian keuasahawanan, dan teknologi.
2. Teori Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel
Teori produksi yang sederhana mengambarkan perkaitan antara tingkat
produksi sesuatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan barang tersebut. Dalam model produk satu faktor produksi variabel,
barang modal dianggap faktor produksi tetap. Keputusan produksi ditentukan
berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja. Pada umumnya teori produksi
membahas tentang hukum hasil lebih yang semakin berkurang. Sukirno (2001)
menjelaskan tentang hukum hasil lebih yang semakin berkurang, bahwa apabila
faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus
ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total produk akan semakin
banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu titik tertentu, tambahan
jumlah produk akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai nagatif. Hal
ini menyebabkan pertambahan total produk semakin lambat, dan akhirnya ia
mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun.
Dengan demikian pada hakekatnya hukum hasil lebih yang semakin berkurang
menyatakan bahwa perkaitan di antara tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja
yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu :
i. Tahap pertama : total produk mengalami pertambahan yang semakin cepat.
ii. Tahap kedua : total produk pertambahannya semakin lama semakin kecil
iii. Tahap ketiga : total produk semakin lama semakin berkurang
Untuk lebih memahami bagaimana konsep dari hukum hasil lebih yang
semakin berkurang diterapkan dalam kegiatan produksi, maka dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2 menjelaskan pertambahan pemakaian tenaga kerja atas
pemakaian tanah yang tetap konstan. Setiap pemakaian tenaga kerja menghasilkan
total produksi, produksi rata-rata, produksi marginal pada tahap produksi yang
berbeda.
120
a. Produksi Total (Total Product)
Secara matematis TP akan maksimum apabila turunan pertama dari fungsi
nilainya sama dengan nol. Turunan pertama adalah MP, maka TP
maksimum pada saat MP sama dengan nol.
Tabel 4.2. Tenaga Kerja pada Tingkat Produksi Total Barang Pertanian
anah
Kuantitas
Tenaga
Kerja
Produk
Total
(TP)
Produk
Rata-rata
(AP)
Produk
Marginal
(MP)
Tahap
Produksi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 1 50 50 - Tahap
Pertama1 2 100 50 50
1 3 300 100 200
1 4 600 150 300
Tahap
Kedua
1 5 750 150 150
1 6 917 152.83 167
1 7 917 131 0
1 8 900 112.50 -17 Tahap
Ketiga1 9 830 92.22 - 70
1 10 600 60 - 230
b. Produksi Marginal Marginal Product)
Kolom (5) menunjukkan nilai dari produk marjinal adalah tambahan produk
yang dihasilkan karena penambahan penggunan satu unit faktor produksi.
Sehingga produk marginal diformulasikan sebagai berikut:
L
TP
MP
Δ
Δ
=
Nilai dari marginal produk (MP) diperoleh dari perhitungan formulasi di atas,
misalnya saja nilai MP pada tenaga kerja kedua yaitu tahap pertama diperoleh
dari [(100 – 50) / (2 – 1) = 50]. Nilai tertinggi marginal produksi jika kita
lihat dari tabel tersebut yaitu 300 dan nilai terendah yaitu - 230 Jika MP
sudah < 0, penambahan tenaga kerja akan mengurangi produk total maka
akan berlakulah hukum Penambahan hasil yang menurun (The Law of
Diminishing Return).
121
c. Produk Rata-Rata (Average Product = AP)
Pada kolom (4) ditunjukkan bahwa nilai produk rata-rata adalah jumlah AP
diformulasikan sebagai berikut.
L
TP
AP 
Misalnya saja dari pemakaian tenaga kerja tiga pada tahap pertama, maka
AP =[(300/3) = 100].
Gambar 4.9. Hubungan Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata,
Produksi Marginal
Total Produksi
100
2 3 4 5 6 7 81
200
300
400
500
600
700
800
Produksi Total
900
9 10
1.000
50
2 3 4 5 6 7 81
100
150
200
250
9 10
MP dan AP
300
Jumlah
Tenaga
Kerja
AP
MP
Jumlah Tenaga
Kerja
122
Di atas telah dijelaskan tentang ”hukum hasil lebih yang semakin
berkurang”. Hukum tersebut berlaku ketika perusahaan menghasilkan produk
tanpa menganalisis pemakaian tingkat tenaga kerja dapat mengoptimalkan
keuntungan perusahaan melalui pemakaian tenaga kerja. Pada kondisi ini
perusahaan melakukan pemborosan pemakaian tenaga kerja. Walau pun total
produk (TP) mencapai titik puncak. Apabila ditambah satu tenaga kerja lagi maka
total produk perusahaan akan mengalami penurunan dan marginal produk akan
mengalami nilai negatif.
Pada kondisi mana yang lebih baik ? kondisi yang lebih baik yaitu pada
pemakaian tenaga kerja yang ke empat, sebab pada pemakaian tenaga kerja
tersebut perusahaan dapat mengoptimalkan keuntungan dari pertambahan
pemakaian tenaga kerja yang dimilikinya.
3. Teori Produksi dengan Dua Faktor Produksi Variabel
Pada uraian berikut akan dibahas produksi dengan dua faktor produksi
variabel, misalnya tenaga kerja dan modal.
a. Produksi yang sama (isoquant)
Apabila perusahaan hanya menggunakan dua faktor produksi tenaga kerja
dan modal yang keduanya bersifat variabel, maka analisis kita berhubungan
dengan analisis jangka panjang. Kurva yang tepat untuk menganalisis penggunaan
dua faktor produksi variabel yaitu kurva isokuan. Menurut Sukirno (2001)
Isokuan (isoquant) adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi
penggunaan dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat
teknologi tertentu menghasilkan produk yang sama. Sama halnya dengan
pandangan Salvatore (2006) bahwa isokuan (isoquant) adalah kurva yang
menunjukkan kombinasi yang berbeda dari pemakaian tenaga kerja dan barang
modal, yang memungkin perusahaan menghasilkan jumlah output tertentu.
Isokuan yang lebih tinggi mencerminkan jumlah output yang lebih besar, dan
isokuan yang lebih rendah mencerminkan jumlah output yang lebih kecil.
Agar lebih memahami tentang kurva isokuan, berikut pemisalan tentang
kurva isokuan. Misalanya seorang pengusaha ingin memproduksi sesuatu barang
sebanyak 1.000 unit, dan untuk memproduksi barang tersebut pengusaha itu diberi
123
alternatif beberapa gabungan pemakaian tenaga kerja dan jumlah modal yang
tersedia. Gabungan tenaga kerja dan modal dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Alternatif Gabungan Pemakaian Tenaga Kerja dan Modal
Untuk Menghasilkan Produksi 1.000 Unit
Gabungan Alternatif Tenaga Kerja Modal
A 1 6
B 2 3
C 3 2
D 6 1
Tabel 4.3 menjelaskan tentang alternatif gabungan yang akan dipilih oleh
pengusaha tersebut dalam memproduksi 1.000 unit barang. Pada gabungan A
terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja sebanyak 1 dan modal yang disediakan
sebanyak 6, pada gabungan B bahwa pemakaian tenaga kerja sebanyak 2 dan
modal sebanyak 3. pada gabungan C terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja
sebanyak 3 dan modal yang disediakan sebanyak 2 dan yang terakhir pada
gabungan D terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja sebanyak 6 dan modal yang
disediakan sebanyak 1. Angka-angka tersebut dapat digambarkan dalam bentuk
kurva. Gambar 4.10 menjelaskan gabungan tenaga kerja dan modal yang
menghasilkan unit tertentu. Kurva A dibuat berdasarkan angka-angka dalam tabel
4.3 dan dibuat pada tingkat produk 1.000 unit. Di samping itu didapati kurva B, C,
dan D yang terletak di atas kurva A.
Gambar 4.10. Kurva Isokuan (Isoquant) Kurva Produksi Sama
Modal
Jumlah
Tenaga Kerja
1
2 3 4 5 6 7 81
2
3
4
5
6
7
8
A = 1.000 unit
B = 2.000 unit
C = 3.000 unit
D = 4.000 unit
124
Ketiga kurva tersebut menggambarkan tingkat produksi yang berbeda-
beda, yaitu jauh dari titik 0 letaknya kurva, keadaan ini dimaksudkan adalah
isokuan yang lebih tinggi mencerminkan jumlah output yang lebih besar, dan
isokuan yang lebih rendah mencerminkan jumlah output yang lebih kecil.
b. Garis ongkos sama (Isocost)
Untuk menghemat biaya produksi dan memaksimumkan keuntungan,
perusahaan harus mampu meminimumkan ongkos (biaya) dari produksi. Untuk
membuat analisis mengenai minimasi ongkos produksi perlu dibuat garis ongkos
sama (isocost). Salvatore (2006) menjelaskan bahwa isocost menunjukkan semua
kombinasi yang berbeda dari tenaga kerja dan modal yang dapat dibeli oleh
perusahaan, dengan pengeluaran total dan harga-harga faktor produksi yang
tertentu. Untuk dapat membuat garis isocost maka data yang diperlukan adalah (1)
harga faktor produksi yang digunakan dan (2) jumlah uang yang tersedia untuk
membeli faktor produksi yang dibutuhkan.
Misalkan upah tenaga kerja per orang adalah sebesar Rp. 2.000 dan untuk
memperoleh barang modal diperlukan ongkos sebesar Rp 4.000 per unit. Dengan
uang yang tersedia misalnya sebanyak Rp 16.000,-, maka kurva garis ongkos
sama (isocost) dapat digambarkan pada gambar 4.11 sebagai berikut.
Modal
TK
1
2 3 4 5 6 7 81
2
3
4
5
6
7
8
9 1310 11 12 14
TC 1
TC 2
TC 3
TC 4
Gambar 4.11. Garis Ongkos Sama (Isocost)
125
Gambar 4.11 menjelaskan bahwa garis ongkos sama (isocost) adalah garis
yang menggambarkan gabungan faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh
dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu.
a. Keadaan TC 1 dengan uang yang tersedia Rp. 16.000, maka alternatif yang
tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 4 unit modal (4 x Rp. 4.000 = Rp
16.000) atau 8 TK (8 x Rp 2.000 = Rp 16.000).
b. Keadaan TC 2 dengan uang yang tersedia Rp. 20.000, maka alternatif yang
tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 5 unit modal (5 x Rp. 4.000 = Rp
20.000) atau 10 TK (10 x Rp 2.000 = Rp 20.000)
c. Keadaan TC 3 dengan uang yang tersedia Rp. 24.000, maka alternatif yang
tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 6 unit modal (6 x Rp. 4.000 = Rp
24.000) atau 12 TK (12 x Rp 2.000 = Rp 24.000)
d. Keadaan TC 4 dengan uang yang tersedia Rp. 28.000,maka alternatif yang
tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 7 unit modal (7 x Rp. 4.000 = Rp
28.000) atau 14 TK (14 x Rp 2.000 = Rp 28.000).
4. Keseimbangan Produsen
Keseimbangan Produsen terjadi ketika kurva isocost bersinggungan dengan
kurva isoquant. Di titik persinggungan itu kombinasi penggunaan kedua faktor
produksi akan memberikan hasil output yang maksimum. Keseimbangan dapat
berubah karena perubahan kemampuan anggaran maupun harga faktor produksi.
Analisis perubahan keseimbangan produsen analogis dengan analisis perilaku
konsumen. Salvator (2006) menyatakan bahwa ekuilibrium produsen ketika
produsen dapat memaksimumkan produksinya dengan pengeluaran biaya yang
dimilikinya (pengeluaran total). Dengan kata lain, produsen mengalami
ekuilibrium ketika mencapai isoquant yang tertinggi dan ini terjadi apabila
isoquant bersinggungan dengan isocost.
Perubahan jumlah faktor produksi yang digunakan merupakan interaksi
kekuatan efek substitusi dan efek skala produksi. Karena itu produsen juga
mengenal faktor produksi inferior, yaitu faktor produksi yang meningkat
(kemampuan memproduksi meningkat). Misalnya, tenaga kerja adalah faktor
126
produksi inferior, jika tingkat produksi ditingkatkan, jumlah tenaga kerja semakin
dikurangi, perusahaan akan menambah barang modal (mesin).
C. Teori Biaya
Konsep biaya dalam analisis ekonomi berdasar pada prinsip biaya
alternatif (the alternative cost principle). Dalam keadaan full employment jika
seluruh telah dialokasikan secara efisien dalam proses produksi, kenaikan jumlah
output harus diikuti oleh penurunan output alternatif yang lain dalam proses
produksi. Dengan kata lain, kenaikan output tertentu harus mengorbankan output
yang lainnya. Misalnya penggunaan tenaga kerja yang sudah full capacity dalam
produk mesin cuci dan lemari es, kenaikan produk lemari es akan menyebabkan
penurunan produk mesin cuci, karena tenaga kerja yang digunakan di produk
mesin cuci harus dipindahkan ke produk lemari es. Jadi dalam keadaan full
employment atau full capacity, untuk memproduksi sesuatu output tertentu harus
mengorbankan beberapa alternatif produk yang lainnya.
Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus
ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu produk. Biaya produksi
merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mendapatkan faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan
suatu produk. Analisis biaya dibedakan antara analisis biaya jangka pendek dan
teori biaya jangka.
1. Jenis-jenis Biaya
Berdasarkan metode pembebanan biayanya, diklasifikasikan menjadi biaya
langsung dan biaya tidak langsung, yaitu:
a. Biaya Langsung (direct cost) adalah biaya yang langsung dibebankan pada
produk, misalnya bahan baku langsung, bahan pembantu, dan upah tenaga
kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi.
b. Biaya Tidak Langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak langsung
melekat pada produk yang dihasilkan. Misalnya gaji pimpinan, gaji mandor,
biaya administrasi, dan biaya iklan Berdasarkan hubungannya dengan volume
kegiatan, biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya
variabel.
127
c. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya jumlahnya cenderung tetap tidak
tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan. Contoh: penyusutan gedung,
mesin, dan peralatan produksi yang lain, upah tenaga kerja tetap
(harian/bulanan), serta biaya iklan.
d. Biaya variabel (variabel cost) yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah seuai
dengan jumlah produk yang dihasilkan. Contoh: biaya bahan baku, bahan
pembantu, bahan bakar, dan upah tenaga kerja yang dibayar per satuan
produk.
2. Analisis Biaya Jangka Pendek
Jangka pendek mengandung arti suatu periode dimana perusahan tidak
dapat mengubah (menambah) faktor produksi tetap, dan hanya bisa mengubah
faktor produksi variabel. Berdasarkan penghitungannya, biaya dikelompokkan
menjadi:
a. Biaya Total (TC)
Biaya total merupakan jumlah keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan
perusahaan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.Biaya total dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Biaya Total(Total Cost) = TC = f(Q)
TC = TFC + TVC
b. Biaya Tetap Total (TFC)
Biaya tetap merupakan biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat
produksi. Sebagai contoh adalah biaya peneliharaan pabrik dan asuransi,
biaya telepon bulanan.
Biaya Tetap Total(Total Fixed Cost) = TFC
128
Sumber : Google search
Gambar 4.12. Kurva Analisis Biaya Total Produksi Jangka Pendek
c. Biaya Variabel Total (TVC)
Biaya variabel total TVC adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam faktor produksi dan bersifat Variabel atau dapat berubah-
ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan. Semakin banyak
produk yang dhasilkan, maka semakin besar pula biaya yang harus
dikeluarkan. Sebagai contoh : Biaya bahan baku, upah tenaga kerja, bahan
bakar, dan lainnya
Biaya Variabel Total(Total Variable Cost) = TVC = f(Q)
d. Biaya Tetap Rata-rata (AFC)
Biaya tetap rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya tetap (FC) untuk
memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi
tersebut. Biaya tetap rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost)AFC = TFC/Q
129
e. Biaya Variabel Rata-rata (AVC)
Biaya variabel rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya variabel (VC)
untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi
tertentu. Biaya variabel rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut, yaitu:
Biaya Variabel Rata-Rata (Average VariableCost) AVC = TVC/Q
Sumber : Google search
Gambar 4.13. Kurva Analisis Biaya Produksi Marginal Jangka Pendek
f. Biaya Total Rata-rata (AC)
Biaya total rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya total (TC) untuk
memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi
oleh perusahaan. Biaya total rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut, yaitu:
Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost)ATC = TC/Q = AFC +AVC
g. Biaya Marjinal (MC)
Biaya marginal dapat juga dikatakan sebagai biaya pertambahan
(incremental cost). Biaya marginal merupakan kenaikan biaya produksi
130
yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit keluaran
tambahan. Biaya marginal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Biaya Marjinal (Marginal Cost)TC/Q = TVC/Q
Bagaimana kaitan antara jumlah tenaga kerja, jumlah produksi, jumlah
biaya, baik variabel maupun tetap, biaya variabel per unit baik variabelaupun tetap
dan biaya marginal akan ditampilkan dalam tabel 4.4
Tabel 4.4. Biaya Total dan Biaya Rata serta Biaya Marginal (Ribuan Rupiah)
Jumlah
pekerja
Jumlah
produksi
(Q)
TFC TVC TC AFC AVC ATC MC
0 0 50 0 50 - - - -
1 2 50 50 100 25 25 50 25
2 6 50 100 150 12.5 16.7 25 12.5
3 12 50 150 200 8.3 12.5 16.7 8.3
4 20 50 200 250 6.25 10 12.5 6.25
5 27 50 250 300 7.1 9.3 11.1 7.1
6 33 50 300 350 8.3 9.1 10.6 8.3
7 38 50 350 400 10.0 9.2 10.5 10.0
8 42 50 400 450 12.5 9.5 10.7 12.5
9 45 50 450 500 16.7 10 11.1 16.7
10 47 50 500 550 25 10.6 11.7 25
Biaya total produksi atau lebih di kenal total cost (TC) merupakan
keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen yang berkaitan dengan
proses produksi, sebagai aktivitas utama untuk menghasilkan suatu produk.
Dalam jangka pendek, total cost sangat di tentukan oleh input-input produksi baik
secara kuantitas maupun kualitas. Dimana input-input produksi tersebut dapat
memberikan konsekuensi pembiayaaan bersifat tetap dan bersifat variabel.
Pembiayaan bersifat tetap di sebut biaya tetap atau total fixed cost (TFC)
Biaya tetap total (total fixsed cost/TFC) dapat di katakan biaya yang sifatnya
wajib di keluarkan oleh produsen dimana ada atau tidak ada aktivitas produksi.
Jika biaya tetap tersebut tidak di keluarkan, maka konsekuensinya dapat
menghambat jalannya proses produksi yang lainnya. Membeli mesin, mendirikan
131
bangunan pabrik adalah contoh dari faktor produksi yang dianggap tidak
mengalami perubahan dalam jangka pendek.
Sedangkan biaya variabel (variable cost) merupakan keseluruhan biaya
yang harus dikeluarkan ketika ada aktivitas proses produksi. Oleh sebab itu biaya
berubah biasanya merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja yang
digunakan. Jadi besar kecilnya biaya veriabel yang dikeluarka produsen sesuai
dan tergantung pada skala proses produksi yang di lakukan. Dengan kata lain
semakin besar skala proses produksi, biaya variabel semakin besar. Tetapi jika
skala proses produksi relatif kecil maka biaya varibel yang di keluarkan menjadi
relatif kecil juga.
D. Forum diskusi
Sebagai seorang konsumen, harus rasional dalam memilih serta mengambil
keputusan mengenai kriteria apa saja yang digunakan konsumen untuk
memutuskan produk apa yang akan mereka beli dan bagaimanakah proses
pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen tersebut. ?
132
Rangkuman
1. Perilaku konsumen adalah sebuah kegiatan yang berkaitan erat dengan proses
pembelian suatu barang atau jasa.
2. Pendekatan kardinal merupakan manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif/dapat diukur.
3. Pendekatan ordinal merupakan manfaat atau kenikmatan diukur melalui order
atau rangking tetapi tidak disebutkan nilai utilitasnya secara pasti.
4. Utilitas adalah Utilitas adalah tingkat kepuasan yang diperoleh seorang
individu dari mengkonsumsi suatu barang atau melakukan suatu aktivitas.
5. Marginal Utilitas tambahan kepuasan yang diterima konsumen pada setiap
tambahan konsumsi barang/jasa
6. Price Consumption Curve (PCC), yaitu garis yang menunjukkan
keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat harga, dengan asumsi
tingkat pendapatan tetap.
7. Produksi adalah suatu proses mengubah bahan baku menjadi barang jadi atau
menambah nilai suatu produk (barang dan jasa) agar dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat.
8. Fungsi Produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan hubungan
ketergantungan (fungsional) antara tingkat input yang digunakan dalam
proses produksi dengan tingkat output yang dihasilkan.
9. Isoquant adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi penggunaan
dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi
tertentu menghasilkan produk yang sama.
10. Isocost menunjukkan semua kombinasi yang berbeda dari tenaga kerja dan
modal yang dapat dibeli oleh perusahaan, dengan pengeluaran total dan
harga-harga faktor produksi yang tertentu.
11. Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus ditanggung
oleh produsen untuk menghasilkan suatu produk.

More Related Content

What's hot

Ekonomi Mikro Sesi 5 (Teori Tingkah Laku Konsumen)
Ekonomi Mikro Sesi 5 (Teori Tingkah Laku Konsumen)Ekonomi Mikro Sesi 5 (Teori Tingkah Laku Konsumen)
Ekonomi Mikro Sesi 5 (Teori Tingkah Laku Konsumen)Elsy Resita
 
Ekman konsep dasar perilaku konsumen1 (kuliah ke 6)
Ekman konsep dasar perilaku konsumen1 (kuliah ke 6)Ekman konsep dasar perilaku konsumen1 (kuliah ke 6)
Ekman konsep dasar perilaku konsumen1 (kuliah ke 6)Defina Sulastiningtiyas
 
Presentasi perilaku konsumen
Presentasi perilaku konsumenPresentasi perilaku konsumen
Presentasi perilaku konsumenNia Pratiwi
 
4. teori perilaku konsumen
4. teori perilaku konsumen4. teori perilaku konsumen
4. teori perilaku konsumenYayan Firmansah
 
Ch 4. Utility Maximization & Choice
Ch 4. Utility Maximization & ChoiceCh 4. Utility Maximization & Choice
Ch 4. Utility Maximization & ChoiceAr Tinambunan
 
Bab 4 teori dan perilaku konsumen
Bab 4   teori dan perilaku konsumenBab 4   teori dan perilaku konsumen
Bab 4 teori dan perilaku konsumenquantum enterprise
 
Perilaku konsumen dan produsen
Perilaku konsumen dan produsenPerilaku konsumen dan produsen
Perilaku konsumen dan produsenVina Widya Putri
 
Perilaku Konsumen dan Elastisitas dan Aplikasinya
Perilaku Konsumen dan Elastisitas dan AplikasinyaPerilaku Konsumen dan Elastisitas dan Aplikasinya
Perilaku Konsumen dan Elastisitas dan AplikasinyaMuhammad Khoirul Fuddin
 
Teori Pengantar Mikroekonomi bab 7 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Teori Nila...
Teori Pengantar Mikroekonomi bab 7 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Teori Nila...Teori Pengantar Mikroekonomi bab 7 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Teori Nila...
Teori Pengantar Mikroekonomi bab 7 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Teori Nila...Nur Fajri Irvan
 

What's hot (20)

Ekonomi Mikro Sesi 5 (Teori Tingkah Laku Konsumen)
Ekonomi Mikro Sesi 5 (Teori Tingkah Laku Konsumen)Ekonomi Mikro Sesi 5 (Teori Tingkah Laku Konsumen)
Ekonomi Mikro Sesi 5 (Teori Tingkah Laku Konsumen)
 
Ekman konsep dasar perilaku konsumen1 (kuliah ke 6)
Ekman konsep dasar perilaku konsumen1 (kuliah ke 6)Ekman konsep dasar perilaku konsumen1 (kuliah ke 6)
Ekman konsep dasar perilaku konsumen1 (kuliah ke 6)
 
Presentasi perilaku konsumen
Presentasi perilaku konsumenPresentasi perilaku konsumen
Presentasi perilaku konsumen
 
Teori tingkah laku konsumen
Teori tingkah laku konsumenTeori tingkah laku konsumen
Teori tingkah laku konsumen
 
Makalah kardinal
Makalah kardinalMakalah kardinal
Makalah kardinal
 
4. teori perilaku konsumen
4. teori perilaku konsumen4. teori perilaku konsumen
4. teori perilaku konsumen
 
Ch 4. Utility Maximization & Choice
Ch 4. Utility Maximization & ChoiceCh 4. Utility Maximization & Choice
Ch 4. Utility Maximization & Choice
 
Teori perilaku konsumen2
Teori perilaku konsumen2Teori perilaku konsumen2
Teori perilaku konsumen2
 
Teori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku KonsumenTeori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku Konsumen
 
Slide 8 (pe)
Slide 8 (pe)Slide 8 (pe)
Slide 8 (pe)
 
Bab 4 teori dan perilaku konsumen
Bab 4   teori dan perilaku konsumenBab 4   teori dan perilaku konsumen
Bab 4 teori dan perilaku konsumen
 
Pengantar Teori Perilaku Konsumen
Pengantar Teori Perilaku KonsumenPengantar Teori Perilaku Konsumen
Pengantar Teori Perilaku Konsumen
 
Perilaku konsumen 1
Perilaku konsumen 1Perilaku konsumen 1
Perilaku konsumen 1
 
Compilation micro
Compilation microCompilation micro
Compilation micro
 
Pertemuan 04 konsep elastisitas
Pertemuan 04 konsep elastisitasPertemuan 04 konsep elastisitas
Pertemuan 04 konsep elastisitas
 
Teori perilaku konsumen
Teori perilaku konsumenTeori perilaku konsumen
Teori perilaku konsumen
 
Perilaku konsumen dan produsen
Perilaku konsumen dan produsenPerilaku konsumen dan produsen
Perilaku konsumen dan produsen
 
Perilaku Konsumen dan Elastisitas dan Aplikasinya
Perilaku Konsumen dan Elastisitas dan AplikasinyaPerilaku Konsumen dan Elastisitas dan Aplikasinya
Perilaku Konsumen dan Elastisitas dan Aplikasinya
 
Teori Pengantar Mikroekonomi bab 7 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Teori Nila...
Teori Pengantar Mikroekonomi bab 7 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Teori Nila...Teori Pengantar Mikroekonomi bab 7 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Teori Nila...
Teori Pengantar Mikroekonomi bab 7 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Teori Nila...
 
Perilku konsumen
Perilku konsumenPerilku konsumen
Perilku konsumen
 

Similar to TEORI EKONOMI

Optimasi Konsumen.pptx
Optimasi Konsumen.pptxOptimasi Konsumen.pptx
Optimasi Konsumen.pptxRahmadKhadafi2
 
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 7.pdf
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 7.pdfPengantar Ekonomi Mikro Kelompok 7.pdf
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 7.pdfCelineAmanda1
 
Ecn 2013 teori gelagat penguna
Ecn 2013   teori gelagat pengunaEcn 2013   teori gelagat penguna
Ecn 2013 teori gelagat pengunaSukhairi Husain
 
7. Teori-perilaku-konsumen.ppt
7. Teori-perilaku-konsumen.ppt7. Teori-perilaku-konsumen.ppt
7. Teori-perilaku-konsumen.pptAnugeraDewangga
 
Pertemuan_5-_Teori_Perilaku_Konsumen.ppt
Pertemuan_5-_Teori_Perilaku_Konsumen.pptPertemuan_5-_Teori_Perilaku_Konsumen.ppt
Pertemuan_5-_Teori_Perilaku_Konsumen.pptWahdaNhia
 
Pertemuan_6-_Teori_Perilaku_Konsumen.pptx
Pertemuan_6-_Teori_Perilaku_Konsumen.pptxPertemuan_6-_Teori_Perilaku_Konsumen.pptx
Pertemuan_6-_Teori_Perilaku_Konsumen.pptxSasa995222
 
Microeconomy compilation
Microeconomy compilationMicroeconomy compilation
Microeconomy compilationThalia Frederik
 
TEORI EKONOMI MIKRO.pptx
TEORI EKONOMI MIKRO.pptxTEORI EKONOMI MIKRO.pptx
TEORI EKONOMI MIKRO.pptxIrfanFauzi83
 
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 6.pptx
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 6.pptxPengantar Ekonomi Mikro Kelompok 6.pptx
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 6.pptxCellaJayadi
 
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatanJelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatanMaria Khusuma
 
Pengantar Ekonomi Mikro.pptx
Pengantar Ekonomi Mikro.pptxPengantar Ekonomi Mikro.pptx
Pengantar Ekonomi Mikro.pptxfebitheresia
 
Teori perilaku konsumen
Teori perilaku konsumenTeori perilaku konsumen
Teori perilaku konsumentri yulianto
 
Perilaku Konsumen
Perilaku KonsumenPerilaku Konsumen
Perilaku KonsumenJogo Hera
 
Pengantarteoriperilakukonsumen 121021121919-phpapp02 (1)
Pengantarteoriperilakukonsumen 121021121919-phpapp02 (1)Pengantarteoriperilakukonsumen 121021121919-phpapp02 (1)
Pengantarteoriperilakukonsumen 121021121919-phpapp02 (1)Haidar Bashofi
 
tugas_akhir_mikro[1].pptx
tugas_akhir_mikro[1].pptxtugas_akhir_mikro[1].pptx
tugas_akhir_mikro[1].pptxRiskaintan3
 
Tugas Akhir Mikro.pdf
Tugas Akhir Mikro.pdfTugas Akhir Mikro.pdf
Tugas Akhir Mikro.pdfRiskaintan3
 

Similar to TEORI EKONOMI (20)

Optimasi Konsumen.pptx
Optimasi Konsumen.pptxOptimasi Konsumen.pptx
Optimasi Konsumen.pptx
 
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 7.pdf
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 7.pdfPengantar Ekonomi Mikro Kelompok 7.pdf
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 7.pdf
 
Ecn 2013 teori gelagat penguna
Ecn 2013   teori gelagat pengunaEcn 2013   teori gelagat penguna
Ecn 2013 teori gelagat penguna
 
7. Teori-perilaku-konsumen.ppt
7. Teori-perilaku-konsumen.ppt7. Teori-perilaku-konsumen.ppt
7. Teori-perilaku-konsumen.ppt
 
Pertemuan_5-_Teori_Perilaku_Konsumen.ppt
Pertemuan_5-_Teori_Perilaku_Konsumen.pptPertemuan_5-_Teori_Perilaku_Konsumen.ppt
Pertemuan_5-_Teori_Perilaku_Konsumen.ppt
 
Pertemuan_6-_Teori_Perilaku_Konsumen.pptx
Pertemuan_6-_Teori_Perilaku_Konsumen.pptxPertemuan_6-_Teori_Perilaku_Konsumen.pptx
Pertemuan_6-_Teori_Perilaku_Konsumen.pptx
 
Microeconomy compilation
Microeconomy compilationMicroeconomy compilation
Microeconomy compilation
 
TEORI EKONOMI MIKRO.pptx
TEORI EKONOMI MIKRO.pptxTEORI EKONOMI MIKRO.pptx
TEORI EKONOMI MIKRO.pptx
 
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 6.pptx
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 6.pptxPengantar Ekonomi Mikro Kelompok 6.pptx
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 6.pptx
 
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatanJelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
 
Pengantar Ekonomi Mikro.pptx
Pengantar Ekonomi Mikro.pptxPengantar Ekonomi Mikro.pptx
Pengantar Ekonomi Mikro.pptx
 
Tugas presentasi ekonomi kelompok 1
Tugas presentasi ekonomi kelompok 1Tugas presentasi ekonomi kelompok 1
Tugas presentasi ekonomi kelompok 1
 
Teori perilaku konsumen
Teori perilaku konsumenTeori perilaku konsumen
Teori perilaku konsumen
 
Manajerial bab vii
Manajerial bab viiManajerial bab vii
Manajerial bab vii
 
Perilaku konsumen
Perilaku konsumenPerilaku konsumen
Perilaku konsumen
 
Pengantar teori perilaku konsumen
Pengantar teori perilaku konsumenPengantar teori perilaku konsumen
Pengantar teori perilaku konsumen
 
Perilaku Konsumen
Perilaku KonsumenPerilaku Konsumen
Perilaku Konsumen
 
Pengantarteoriperilakukonsumen 121021121919-phpapp02 (1)
Pengantarteoriperilakukonsumen 121021121919-phpapp02 (1)Pengantarteoriperilakukonsumen 121021121919-phpapp02 (1)
Pengantarteoriperilakukonsumen 121021121919-phpapp02 (1)
 
tugas_akhir_mikro[1].pptx
tugas_akhir_mikro[1].pptxtugas_akhir_mikro[1].pptx
tugas_akhir_mikro[1].pptx
 
Tugas Akhir Mikro.pdf
Tugas Akhir Mikro.pdfTugas Akhir Mikro.pdf
Tugas Akhir Mikro.pdf
 

More from PPGhybrid3

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1PPGhybrid3
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORPPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3PPGhybrid3
 

More from PPGhybrid3 (20)

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3
 

Recently uploaded

aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 

Recently uploaded (20)

aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 

TEORI EKONOMI

  • 1.
  • 2. 105 KEGIATAN BELAJAR PRILAKU KONSUMEN, TEORI PRODUKSI DAN BIAYA PENDAHULUAN Dalam kegiatan belajar 4 ini dibahas hal-hal yang berhubungan dengan 1) Prilaku Konsumen, yang meliputi; Cara mengukur manfaat (utility) melalui pendekatan kardinal dan ordinal, kendala konsumen, keseimbangan konsumen, 2) Teori Produksi yang meliputi: fungsi produksi, produksi dengan satu faktor variabel, produksi dengan dua variabel dimensi jangka pendek dan jangka panjang, serta isoquant dan isocost, 3) Teori Biaya yang meliputi: biaya total, biaya rata-rata, biaya marginal, teori biaya jangka pendek dan jangka panjang. Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta memperoleh pemahaman tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan teori konsumsi (perilaku konsumen), teori produksi, dan teori biaya tersebut. Materi dalam kegiatan belajar 2 ini disajikan secara sistimatis, yang menggambarkan bagaimana prilaku konsumen atau rumah tangga dalam memaksimumkan kepuasannya (utility) yang relatif tidak terbatas, dihadapkan pada alat pemuas kebutuhan yang relatif terbatas tersebut, sehingga konsumen harus bijak dalam memilih berdasarkan skala prioritas. Sementara itu dipihak Capaian Pembelajara Mata Kegiatan (CPMK) Peserta Kompeten dalam Menguasai konsep dasar ekonomi termasuk ekonomi syariah, permintaan dan penawaran, teori harga, teori pasar, teori konsumsi, dan teori produksi serta hasil penelitian terkait Pokok Materi 1. Prilaku konsumen 2. Teori produksi. 3. Teori biaya 4
  • 3. 106 produsen, bagaimana mereka melakukan kegiatan produksi yang dapat memaksimalkan keuntungan dengan kendala keterbatasan modal, bagaimana mereka mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi agar outout yang dihasilkannya maksimal, serta bagaimana mereka bisa menekan biaya produksi baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Agar para peserta dapat memahami materi ini secara tuntas, maka para peserta diharapkan mengikuti petunjuk/instruksi langkah-langkah pembelajaran berikut. 1. Bacalah setiap uraian dengan cermat, teliti, dan tertib sampai anda memahami pesan, ide, dan makna yang disampaikan!, 2. Kerjakan apa yang diminta dan diinstruksikan dalam materi ini, termasuk tugas, latihan dan tes formatif!, 3. Lakukan diskusi dengan teman-teman sejawat dalam mengatasi bagian yang belum anda pahami!, 4. Tanamkan pada diri anda bahwa anda akan berhasil dan buktikanlah bahwa anda memang berhasil!, dan 5. Tanamkan bahwa orang sukses selalu mencari jalan dan orang gagal selalu mencari alasan. Anda adalah orang sukses yang selalu dapat mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi.
  • 4. 107 A. Prilaku Konsumen Konsumen dalam melaksanakan kegiatan konsumsinya selalu ingin mendapatkan manfaat (utility) yang optimal atas barang yang dikonsumsinya agar mendapatkan kepuasan yang optimal pula. Analisis terhadap kepuasan konsumen ini dibahas dalam teori perilaku konsumen. Teori perilaku konsumen menerangkan: (1) Alasan konsumen membeli lebih banyak barang pada harga yang lebih rendah, dan mengurangi pembeliannya pada harga yang tinggi, serta (2) bagimanakah seseorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari komoditas (barang) yang akan dibeli dengan pendapatan yang diperolehnya. 1. Cara Mengukur Manfaat Jika konsumen membeli barang tentu ia berharap memperoleh manfaat (utility), yang optimal. Secara rasional, utility akan meningkat jika jumlah komoditas yang dikonsumsi meningkat. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2001), bahwa tinggi-rendahnya manfaat/utilitas suatu barang akan menentukan tinggi-rendahnya kepuasan konsumen. Tentang nilai guna/manfaat/utilitas ini akan dibahas dalam teori nilai guna. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mengukur nilai manfaatatau kepuasan tersebut? Dalam hal ini ada dua pendekatan pengukuran nilai manfaat dari suatu komoditas yakni: pendekatan kardinal (dengan menggunakan pendekatan nilai absolut) dan pendekatan ordinal (dengan menggunakan pendekatan nilai relatif, order atau rangking). a. Pendekatan Kardinal Dalam pendekatan kardinal, ada anggapan bahwa manfaat (utilitas) yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif dan dapat diukur secara pasti. Untuk setiap unit barang yang dikonsumsi akan dapat dihitung nilai gunanya. Berdasarkan anggapan bahwa konsumen akan memaksimumkan kepuasan yang akan dicapainya, akan diketahui bagaimana seorang konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan memilih komoditas yang tersedia di pasar. URAIAN MATERI
  • 5. 108 Tabel 4.1. Total Utility dan Marginal Utility Jumlah Jeruk yang dikonsumsi (Q) Total Utility (TU) Marginal Utility (MU) 0 - - 1 20 20 2 35 15 3 45 10 4 50 5 5 53 3 6 55 2 7 55 0 Dalam teori nilai guna dikenal nilai guna total (total utility = TU) dan nilai guna marginal (marginal utility = MU). Nilai guna total berkenaan dengan jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah komoditas (barang) tertentu. Nilai guna marginal adalah pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit komoditas (barang) yang dikonsumsi. Berkaitan dengan fenomena ini dalam teori nilai guna dikenal hukum diminishing marginal utility; yaitu pertambahan utilitas yang menurun karena pertambahan satu unit komoditas yang dikonsumsi. Sebagai ilustrasi perhatikanlah tabel 4.1. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa nilai TU terus bertambah hingga jeruk ke 6, sedangkan MU bertambah dengan pola menurun (pertambahannya semakin menurun), hingga unit jeruk ke 7 nilai MU mencapai 0 yang berarti TU telah maksimal. Posisi ini dikenal sebagai titik jenuh (saturation point). Pertanyaan yang penting adalah dapatkah kita mengukur secara pasti nilai guna dari suatau komoditas? Jawabnya adalah tidak! Oleh karena itu pendekatan kardinal tidak umum dipakai dalam kehidupan ekonomi yang modern, tetapi prinsip marginal utility yang menurun tetap berlaku hingga kini.
  • 6. 109 Gambar 4.1. Kurva Total Utility dan Marginal Utility b. Pendekatan Ordinal Pendekatan kedua untuk mengukur kepuasan atau utilitas suatu komoditas menggunakan pendekatan ordinal. Tingkat utilitas diukur melalui order atau rangking tetapi tidak disebutkan nilai utilitasnya secara pasti. Dalam pengukuran ini ada anggapan bahwa mengkonsumsi lebih rari satu jenis komoditas pada umumnya lebih memuaskan dari pada mengkonsumsi satu jenis komoditas. Akan tetapi berapa nilai kepuasannya tidak dapat diketahui secara pasti. Sesuai dengan Hukum Gossen II, pada umumnya masyarakat tidak hanya mengkonsumsi satu jenis komoditas, tetapi kombinasi lebih dari satu jenis komoditas. Misalkan saja seorang konsumen ingin mengkonsumsi 2 jenis komoditas, yaitu buah jeruk dan buah apel. Konsumen secara rasional ingin membeli sebanyak-banyaknya buah jeruk dan buah apel, tetapi mereka dihadapkan pada kendala keterbatasan dana. Oleh karena itu konsumen dapat mengubah-ubah jumlah kombinasi jeruk dan apel yang dibelinya sedemikian rupa, sehingga jika salah satu diperbanyak jumlahnya maka yang lain mesti dikurangi agar nilai utilitas atau kepuasan yang diperoleh konsumen tetap sama. Fenomena ini digambarkan dalam kurva kepuasan sama atau indifference curve (IC), yaitu kurva yang menggambarkan tingkat utility yang sama untuk berbagai kombinasi TU Jeruk Q 20 2 3 4 5 6 7 81 55 TU MU Jeruk Q 20 71 MU
  • 7. 110 jenis komoditas. Secara teoritis suatu Indifference curve menuntut anggapan berikut. 1) Konsisten (prinsip transitivity); Jika dikatakan kombinasi A lebih disukai dari B dan B lebih disukai dari C maka A mestilah lebih disukai dari C. Dengan dalil ini maka kurva indifferen tidak ada yang berpotongan. Perhatikan Gambar 4.2.b titik E seolah-olah merupakan titik potong antara IC1 dan IC2. Sebenarnya titik E semestinya diartikan ada pada salah satu kurva indiferen. 2) Kombinasi banyak jenis komoditas lebih disukai dari pada kombinasi sedikit jenis komoditas (more is better). Hal ini merupakan alasan rasional sehingga kurva indiferen yang berada pada sisi kanan lebih disukai, karena memberikan nilai utilitas atau kepuasan yang semakin tinggi. Perhatikan Gambar 4.2.c. Titik 2 lebih disukai dari titik 1, sedangkan titik 3 sebaliknya. Titik 4 dan titik 5 bersifat indiferen terhadap titik1. 3) Tidak harus paralel (Gambar 4.2.d); karena perubahan utilitas tidak harus proporsional, tetapi anggapan (2) harus tetap dipakai. Jika konsumen dapat menukar kombinasi komoditas X dan Y untuk satu utilitas yang sama; maka dalam hal ini sebenarnya konsumen menukar nilai manfaat dari barang X dan Y. Menambah atau mengurangi komoditas X berarti menambah atau mengurangi total utilitas dari barang X; yang berdampak pada adanya perubahan marginal utility (MU). Jadi perubahan jumlah X dan Y sama dengan perubahan marginal utility . Jika diperhatikan pada Gambar 4.2.a maka perubahan kombinasi dari A ke C menunjukkan kemiringan (slope) kurvanya. Y IC 0 X Y A C (A) Y IC1 0 X E A IC2 (B)
  • 8. 111 Gambar 4.2. Kurva Indifferen (Indifference Curve = IC) sehingga : YMU XMU Y∂ TU∂ X∂ TU∂ x∂ y∂  Persamaan di atas dikenal sebagai Marginal Rate of Substitution (MRS), yang sebenarnya menunjukkan kemiringan dari kurva indiferen. MRS selalu negatif dan mengukur pertukaran (trade-off) dua komoditas pada kondisi utilitas konsumen yang tidak berubah. Karena prinsip inilah maka suatu kurva indiferen mempunyai kecenderungan cembung terhadap titik asal (convex to origin). 2. Kendala Konsumen Secara rasional konsumen cenderung mengkonsumsi komoditas sebanyak mungkin, tetapi mereka dibatasi oleh pendapatannya. Dengan suatu tingkat pendapatan tertentu konsumen harus mengatur komposisi/kombinasi jenis komoditas yang dikonsumsinya, sehingga nilai utiltasnya/manfaatnya optimal. Kendala pendapatan ini dikenal sebagai garis anggaran atau budget line (BL). Garis anggaran dapat juga dikatakan sebagai garis anggaran pengeluaran, Menurut Sukirno (2001) bahwa garis anggaran pengeluaran menunjukkan berbagai gabungan barang–barang yang dapat dibeli oleh sejumlah pendapatan tertentu. Jika barang yang dikonsumsi adalah X dan Y, maka persamaan budget line dapat ditulis pada gambar kurva 4.3 sebagai berikut : Y IC1 0 X Y 3 (C) 1 4 5 3 IC2 2 IC3 Y IC1 0 X Y (D) IC2
  • 9. 112 Gambar 4.3. Kurva Garis Anggaran (Budget Line) Y.P.(X)PBL YX += Dimana : BL : Garis Anggaran PX : Tingkat Harga barang X PY : Tingkat Harga barang Y Jika diasumsikan tingkat harga barang X dan Y tetap maka akan didapatkan BL berupa garis lurus dan dengan slope (kemiringan garis) sebesar rasio tingkat harga; sehingga ; PY PX X Y = ∂ ∂ Jika terjadi kenaikan atau penurunan pendapatan, maka BL akan bergeser ke kanan atau ke kiri secara paralel dengan slope tetap, tetapi jika tejadi perubahan tingkat harga maka slope BL akan berubah. Contoh : Persamaan garis anggaran adalah P1X1 + P2X2 = Y. Jika P1 naik 2 kali lipat, P2 naik 8 kali lipat dan pendapatan naik 4 kali lipat, bagaimana persamaan garis anggaran yang baru dalam hubungannya dengan harga dan pendapatan yang lama?. Gambarkan kurvanya ! Penyelesaian : P1X1 + P2X2 = Y 2P1X1 + 8P2X2 = 4Y Misal : Y = 100 tentu Y* = 400 Y BL 0 X Y (a)
  • 10. 113 P1 = 10 tentu P1* = 20 P2 = 5 tentu P2*= 40 Gambar 4.4. Kurva Garis Anggaran (Budget Line) 3. Keseimbangan konsumen Jika dari (A) diketahui konsumen ingin mengoptimalkan utilitinya, sedangkan dari (B) diketahui adanya keterbatasan dana; dari kasus tesebut menurut Salvatore (2006) tujuan seorang konsumen yang rasional adalah memaksimumkan utilitas atau kepuasan total yang diperoleh dari penggunaan pendapataanya. Pertanyaannya adalah: dengan dana terbatas berapakah utilitas maksimalnya; atau dengan utilitas tertentu berapakah dana minimal yang diperlukan. Untuk itu dapat diperhatikan Gambar 4.5, IC tertinggi adalah IC2, dan IC terendah adalah IC0. Komsumen ingin menikmati titik D pada IC2 tetapi dana yang tersedia tidak mencukupi. Konsumen dapat menikmati titik C pada IC0 tetapi konsumen juga dapat menikmati titik E pada IC1, dimana IC1>IC0. Karena itu titik E adalah titik optimal yang dapat dinikmati konsumen. Jika diperhatikan pada titik E maka diketahui kedua kurva yakni IC dan BL bersinggungan, dengan kata lain dikatakan slopenya sama, sehingga : PY YMU PX XMU PY PX YMU XMU X Y MRS = = = ∂ ∂ Persamaan di atas menunjukkan tempat keseimbangan konsumen; yakni jika rasio marginal utility terhadap harga dari suatu barang telah sama. Jika rasio tersebut tidak sama; katakan misalnya PY YMU PX XMU > maka keseimbangan belum Y BL 0 X Y(a) Y 0 (b) Y1 Y2 X1 Y X2 Y X3 3Y Y3 Y 0 X Y(c) Y1 Y2
  • 11. 114 tercapai. Pada kondisi tersebut tambahan manfaat yang diperoleh persatuan uang yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi komoditas X lebih besar dari tambahan manfaat yang diperoleh persatuan uang yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi komoditas Y sehingga kepuasan konsumen dapat ditingkatkan jika konsumsi terhadap komoditas X dinaikkan dan konsumsi komoditas Y diturunkan. Pemindahan konsumsi dari komoditas Y ke komoditas X tersebut tidak perlu lagi dilakukan bila keseimbangan telah tercapai, yaitu saat PY YMU PX XMU = karena pada saat itu tambahan manfaat yang diperoleh persatuan uang yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi komoditas X maupun Y sama saja. Gambar 4.5. Kurva Keseimbangan Konsumen Pertanyaan untuk diskusi : Bagaimana jika terjadi kenaikan tingkat pendapatan, apakah titik E tetap merupakan keseimbangan?. (anda dapat menemukan jawabnya, dengan menggeser kurva BL ke kanan). 4. Derivasi Pembentukan Kurva Permintaan Sesuai dengan hukum pasarmaka perubahan harga akan mengubah jumlah yang diminta. Jika dimisalkan harga komoditas X mengalami penurunan sedangkan harga komoditas Y tetap, maka BL akan berubah dari BL1 ke BL2 ke BL3 (perubahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.6), sekarang keseimbangan berubah dari titik A ke titik B ke titik C. Atas dasar perubahan yang terjadi dapat ditarik kesimpulan hubungan antar jumlah komoditas X yang diminta (diturunkan dari titk A,B dan C) karena perubahan harga. IC 1 0 X Y IC 2 Y IC 0 E C D
  • 12. 115 Hubungan itu tiada lain adalah kurva permintaan. Jadi kurva permintaan adalah keseimbangan konsumen (keinginan optimal konsumen untuk membeli suatu komoditas pada satu kendala tertentu). Bila titik-titik keseimbangan A,B,C pada kurva BL dihubungkan menjadi 1 garis, hasil yang diperoleh dikenal dengan Price Consumption Curve (PCC), yaitu garis yang menunjukkan keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat harga, dengan asumsi tingkat pendapatan tetap. Gambar 4.6. Price Consumption Curve (PCC) Bagaimana jika yang berubah sekarang bukan tingkat harga, melainkan tingkat pendapatan? Permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan (shift the demand curve) tergantung apakah tingkat pendapatan naik atau turun. Fenomena ini dapat diterangkan sebagai berikut: Naiknya tingkat pendapatan akan menggeser BL secara paralel dari BL4 ke BL5 ke BL6 (perubahan tersebut Y X10 X Y PCC BL 1 IC 2 IC 3A B C BL 2 BL 3 IC 1 X2 X3 0 A B C P2 P3 X1 X2 X3 P1 X Y
  • 13. 116 ditampilkan pada Gambar 4.7). selanjutnya keseimbangan konsumen bergeser dari titik D ke titik E lalu ke titik F. Bila titik-titik D,E,F dapat dihubungkan menjadi 1 garis, hasil yang diperoleh dikenal sebagai Income Consumption Curve (ICC) yang menunjukkan keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat pendapatan selama tingkat harga tetap. Pada gambar 4.7 bagian bawah ditunjukkan bahwa titik D,E,F berlaku pada 1 tingkat harga komoditas X, sehingga dapat dilihat terjadinya perubahan (shift) kurva permintaannya. Gambar 4.7. Pergeseran Kurva Permintaan B. Teori Produksi Kegiatan produksi adalah kegiatan mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output (produk). Hubungan antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi Y X10 X Y ICC BL 4 IC 5 IC 6A B C BL 5 BL 6 IC 4 X2 X3 0 D1 D2 D3 X1 X2 X3 X Y
  • 14. 117 (Salvatore, 1994 : 147), Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu (Ferguson dan Gould, 1975 : 140 ). Kegiatan produksi mempunyai kerterkaitan dengan barang yang akan diproduksi dan bagaimana cara memproduksinya, sehingga yang awalnya merupakan bahan mentah (input) setelah diolah berubah menjadi barang jadi (output) dan dapat dijual kepada konsumen, Menurut Sugiharso (2008) bahwa produksi dapat didefenisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian, kegiataan produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output. Dimensi Jangka Panjang dan Jangka Pendek Dalam aktivitas produksi, produsen mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Faktor produksi dibedakan menjadi dua, yaitu: Faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variabel input). Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan. Keputusan yang diambil oleh suatu perusahaan tentang berapa banyak yang akan diproduksi, bagaimana memproduksi, dan input apa yang digunakan semuanya mempertimbangkan waktu. Dalam jangka panjang, tidak ada faktor produksi yang tetap dalam arti semua faktor produksi sifatnya variabel. Perusahaan dapat menambah atau mengurangi kapasitas produksi sesuai dengan output yang diinginkan. Tenggang waktu setiap perusahaan berbeda-beda tergantung jenis usahanya. Perusahaan yang bergerak dalam memproduksi barang-barang modal, jangka waktunya lebih dari satu tahun, sedangkan perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan, periode jangka waktunya kurang dari satu tahun, seperti perusahaan yang mengolah makanan.
  • 15. 118 TP Total Produksi L Tenaga Kerja C Modal R Keahlian Keusahawanan T Teknologi 1. Fungsi Produksi Menurut Sukirno (2001) bahwa kaitan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya dinamakan dengan fungsi produksi. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa hasil dari produksi yaitu berupa output dapat dipengaruhi oleh beberapa indikator input penting yaitu (a) tenaga kerja yang dipakai, (b) modal, (c) keahlian keusahawanan, dan (d) tingkat teknologi. Menurut Sugiarso (2008) bahwa bentuk umum dari fungsi produksi adalah sebagai berikut : T)R,C,(L,TP f Dimana : TP : Jumlah produksi L : Tenaga kerja C : Modal R : Keahlian keusahawanan T : Pemakaian teknologi Pada umumnya setiap pemakaian input (a,b,c,d) untuk menghasilkan output memiliki hubungan positif, sehingga model persamaan dari pengaruh (a) tenaga kerja, (b) modal, (c) keahlian keusahawanan, dan (d) Teknologi, adalah sebagai berikut : TRCLTP 43210   Gambar 4.8. Faktor-fakktor Yang Mempengaruhi Produksi
  • 16. 119 Agar memudahkan dalam menganalisis persamaan linier berganda di atas maka dapat dijelaskan dalam bentuk gambar kerangka konspetual pada Gambar 4.8. Gambar 4.8 di atas menjelaskan kerangka konspetual suatu hubungan antara jumlah produk yang dipengaruhi beberapa faktor yaitu tenaga kerja, modal, keahlian keuasahawanan, dan teknologi. 2. Teori Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel Teori produksi yang sederhana mengambarkan perkaitan antara tingkat produksi sesuatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan barang tersebut. Dalam model produk satu faktor produksi variabel, barang modal dianggap faktor produksi tetap. Keputusan produksi ditentukan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja. Pada umumnya teori produksi membahas tentang hukum hasil lebih yang semakin berkurang. Sukirno (2001) menjelaskan tentang hukum hasil lebih yang semakin berkurang, bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total produk akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu titik tertentu, tambahan jumlah produk akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai nagatif. Hal ini menyebabkan pertambahan total produk semakin lambat, dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun. Dengan demikian pada hakekatnya hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa perkaitan di antara tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu : i. Tahap pertama : total produk mengalami pertambahan yang semakin cepat. ii. Tahap kedua : total produk pertambahannya semakin lama semakin kecil iii. Tahap ketiga : total produk semakin lama semakin berkurang Untuk lebih memahami bagaimana konsep dari hukum hasil lebih yang semakin berkurang diterapkan dalam kegiatan produksi, maka dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 menjelaskan pertambahan pemakaian tenaga kerja atas pemakaian tanah yang tetap konstan. Setiap pemakaian tenaga kerja menghasilkan total produksi, produksi rata-rata, produksi marginal pada tahap produksi yang berbeda.
  • 17. 120 a. Produksi Total (Total Product) Secara matematis TP akan maksimum apabila turunan pertama dari fungsi nilainya sama dengan nol. Turunan pertama adalah MP, maka TP maksimum pada saat MP sama dengan nol. Tabel 4.2. Tenaga Kerja pada Tingkat Produksi Total Barang Pertanian anah Kuantitas Tenaga Kerja Produk Total (TP) Produk Rata-rata (AP) Produk Marginal (MP) Tahap Produksi (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 1 50 50 - Tahap Pertama1 2 100 50 50 1 3 300 100 200 1 4 600 150 300 Tahap Kedua 1 5 750 150 150 1 6 917 152.83 167 1 7 917 131 0 1 8 900 112.50 -17 Tahap Ketiga1 9 830 92.22 - 70 1 10 600 60 - 230 b. Produksi Marginal Marginal Product) Kolom (5) menunjukkan nilai dari produk marjinal adalah tambahan produk yang dihasilkan karena penambahan penggunan satu unit faktor produksi. Sehingga produk marginal diformulasikan sebagai berikut: L TP MP Δ Δ = Nilai dari marginal produk (MP) diperoleh dari perhitungan formulasi di atas, misalnya saja nilai MP pada tenaga kerja kedua yaitu tahap pertama diperoleh dari [(100 – 50) / (2 – 1) = 50]. Nilai tertinggi marginal produksi jika kita lihat dari tabel tersebut yaitu 300 dan nilai terendah yaitu - 230 Jika MP sudah < 0, penambahan tenaga kerja akan mengurangi produk total maka akan berlakulah hukum Penambahan hasil yang menurun (The Law of Diminishing Return).
  • 18. 121 c. Produk Rata-Rata (Average Product = AP) Pada kolom (4) ditunjukkan bahwa nilai produk rata-rata adalah jumlah AP diformulasikan sebagai berikut. L TP AP  Misalnya saja dari pemakaian tenaga kerja tiga pada tahap pertama, maka AP =[(300/3) = 100]. Gambar 4.9. Hubungan Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata, Produksi Marginal Total Produksi 100 2 3 4 5 6 7 81 200 300 400 500 600 700 800 Produksi Total 900 9 10 1.000 50 2 3 4 5 6 7 81 100 150 200 250 9 10 MP dan AP 300 Jumlah Tenaga Kerja AP MP Jumlah Tenaga Kerja
  • 19. 122 Di atas telah dijelaskan tentang ”hukum hasil lebih yang semakin berkurang”. Hukum tersebut berlaku ketika perusahaan menghasilkan produk tanpa menganalisis pemakaian tingkat tenaga kerja dapat mengoptimalkan keuntungan perusahaan melalui pemakaian tenaga kerja. Pada kondisi ini perusahaan melakukan pemborosan pemakaian tenaga kerja. Walau pun total produk (TP) mencapai titik puncak. Apabila ditambah satu tenaga kerja lagi maka total produk perusahaan akan mengalami penurunan dan marginal produk akan mengalami nilai negatif. Pada kondisi mana yang lebih baik ? kondisi yang lebih baik yaitu pada pemakaian tenaga kerja yang ke empat, sebab pada pemakaian tenaga kerja tersebut perusahaan dapat mengoptimalkan keuntungan dari pertambahan pemakaian tenaga kerja yang dimilikinya. 3. Teori Produksi dengan Dua Faktor Produksi Variabel Pada uraian berikut akan dibahas produksi dengan dua faktor produksi variabel, misalnya tenaga kerja dan modal. a. Produksi yang sama (isoquant) Apabila perusahaan hanya menggunakan dua faktor produksi tenaga kerja dan modal yang keduanya bersifat variabel, maka analisis kita berhubungan dengan analisis jangka panjang. Kurva yang tepat untuk menganalisis penggunaan dua faktor produksi variabel yaitu kurva isokuan. Menurut Sukirno (2001) Isokuan (isoquant) adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi tertentu menghasilkan produk yang sama. Sama halnya dengan pandangan Salvatore (2006) bahwa isokuan (isoquant) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi yang berbeda dari pemakaian tenaga kerja dan barang modal, yang memungkin perusahaan menghasilkan jumlah output tertentu. Isokuan yang lebih tinggi mencerminkan jumlah output yang lebih besar, dan isokuan yang lebih rendah mencerminkan jumlah output yang lebih kecil. Agar lebih memahami tentang kurva isokuan, berikut pemisalan tentang kurva isokuan. Misalanya seorang pengusaha ingin memproduksi sesuatu barang sebanyak 1.000 unit, dan untuk memproduksi barang tersebut pengusaha itu diberi
  • 20. 123 alternatif beberapa gabungan pemakaian tenaga kerja dan jumlah modal yang tersedia. Gabungan tenaga kerja dan modal dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Alternatif Gabungan Pemakaian Tenaga Kerja dan Modal Untuk Menghasilkan Produksi 1.000 Unit Gabungan Alternatif Tenaga Kerja Modal A 1 6 B 2 3 C 3 2 D 6 1 Tabel 4.3 menjelaskan tentang alternatif gabungan yang akan dipilih oleh pengusaha tersebut dalam memproduksi 1.000 unit barang. Pada gabungan A terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja sebanyak 1 dan modal yang disediakan sebanyak 6, pada gabungan B bahwa pemakaian tenaga kerja sebanyak 2 dan modal sebanyak 3. pada gabungan C terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja sebanyak 3 dan modal yang disediakan sebanyak 2 dan yang terakhir pada gabungan D terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja sebanyak 6 dan modal yang disediakan sebanyak 1. Angka-angka tersebut dapat digambarkan dalam bentuk kurva. Gambar 4.10 menjelaskan gabungan tenaga kerja dan modal yang menghasilkan unit tertentu. Kurva A dibuat berdasarkan angka-angka dalam tabel 4.3 dan dibuat pada tingkat produk 1.000 unit. Di samping itu didapati kurva B, C, dan D yang terletak di atas kurva A. Gambar 4.10. Kurva Isokuan (Isoquant) Kurva Produksi Sama Modal Jumlah Tenaga Kerja 1 2 3 4 5 6 7 81 2 3 4 5 6 7 8 A = 1.000 unit B = 2.000 unit C = 3.000 unit D = 4.000 unit
  • 21. 124 Ketiga kurva tersebut menggambarkan tingkat produksi yang berbeda- beda, yaitu jauh dari titik 0 letaknya kurva, keadaan ini dimaksudkan adalah isokuan yang lebih tinggi mencerminkan jumlah output yang lebih besar, dan isokuan yang lebih rendah mencerminkan jumlah output yang lebih kecil. b. Garis ongkos sama (Isocost) Untuk menghemat biaya produksi dan memaksimumkan keuntungan, perusahaan harus mampu meminimumkan ongkos (biaya) dari produksi. Untuk membuat analisis mengenai minimasi ongkos produksi perlu dibuat garis ongkos sama (isocost). Salvatore (2006) menjelaskan bahwa isocost menunjukkan semua kombinasi yang berbeda dari tenaga kerja dan modal yang dapat dibeli oleh perusahaan, dengan pengeluaran total dan harga-harga faktor produksi yang tertentu. Untuk dapat membuat garis isocost maka data yang diperlukan adalah (1) harga faktor produksi yang digunakan dan (2) jumlah uang yang tersedia untuk membeli faktor produksi yang dibutuhkan. Misalkan upah tenaga kerja per orang adalah sebesar Rp. 2.000 dan untuk memperoleh barang modal diperlukan ongkos sebesar Rp 4.000 per unit. Dengan uang yang tersedia misalnya sebanyak Rp 16.000,-, maka kurva garis ongkos sama (isocost) dapat digambarkan pada gambar 4.11 sebagai berikut. Modal TK 1 2 3 4 5 6 7 81 2 3 4 5 6 7 8 9 1310 11 12 14 TC 1 TC 2 TC 3 TC 4 Gambar 4.11. Garis Ongkos Sama (Isocost)
  • 22. 125 Gambar 4.11 menjelaskan bahwa garis ongkos sama (isocost) adalah garis yang menggambarkan gabungan faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu. a. Keadaan TC 1 dengan uang yang tersedia Rp. 16.000, maka alternatif yang tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 4 unit modal (4 x Rp. 4.000 = Rp 16.000) atau 8 TK (8 x Rp 2.000 = Rp 16.000). b. Keadaan TC 2 dengan uang yang tersedia Rp. 20.000, maka alternatif yang tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 5 unit modal (5 x Rp. 4.000 = Rp 20.000) atau 10 TK (10 x Rp 2.000 = Rp 20.000) c. Keadaan TC 3 dengan uang yang tersedia Rp. 24.000, maka alternatif yang tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 6 unit modal (6 x Rp. 4.000 = Rp 24.000) atau 12 TK (12 x Rp 2.000 = Rp 24.000) d. Keadaan TC 4 dengan uang yang tersedia Rp. 28.000,maka alternatif yang tersedia untuk dibeli adalah TC1 yaitu 7 unit modal (7 x Rp. 4.000 = Rp 28.000) atau 14 TK (14 x Rp 2.000 = Rp 28.000). 4. Keseimbangan Produsen Keseimbangan Produsen terjadi ketika kurva isocost bersinggungan dengan kurva isoquant. Di titik persinggungan itu kombinasi penggunaan kedua faktor produksi akan memberikan hasil output yang maksimum. Keseimbangan dapat berubah karena perubahan kemampuan anggaran maupun harga faktor produksi. Analisis perubahan keseimbangan produsen analogis dengan analisis perilaku konsumen. Salvator (2006) menyatakan bahwa ekuilibrium produsen ketika produsen dapat memaksimumkan produksinya dengan pengeluaran biaya yang dimilikinya (pengeluaran total). Dengan kata lain, produsen mengalami ekuilibrium ketika mencapai isoquant yang tertinggi dan ini terjadi apabila isoquant bersinggungan dengan isocost. Perubahan jumlah faktor produksi yang digunakan merupakan interaksi kekuatan efek substitusi dan efek skala produksi. Karena itu produsen juga mengenal faktor produksi inferior, yaitu faktor produksi yang meningkat (kemampuan memproduksi meningkat). Misalnya, tenaga kerja adalah faktor
  • 23. 126 produksi inferior, jika tingkat produksi ditingkatkan, jumlah tenaga kerja semakin dikurangi, perusahaan akan menambah barang modal (mesin). C. Teori Biaya Konsep biaya dalam analisis ekonomi berdasar pada prinsip biaya alternatif (the alternative cost principle). Dalam keadaan full employment jika seluruh telah dialokasikan secara efisien dalam proses produksi, kenaikan jumlah output harus diikuti oleh penurunan output alternatif yang lain dalam proses produksi. Dengan kata lain, kenaikan output tertentu harus mengorbankan output yang lainnya. Misalnya penggunaan tenaga kerja yang sudah full capacity dalam produk mesin cuci dan lemari es, kenaikan produk lemari es akan menyebabkan penurunan produk mesin cuci, karena tenaga kerja yang digunakan di produk mesin cuci harus dipindahkan ke produk lemari es. Jadi dalam keadaan full employment atau full capacity, untuk memproduksi sesuatu output tertentu harus mengorbankan beberapa alternatif produk yang lainnya. Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu produk. Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan suatu produk. Analisis biaya dibedakan antara analisis biaya jangka pendek dan teori biaya jangka. 1. Jenis-jenis Biaya Berdasarkan metode pembebanan biayanya, diklasifikasikan menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung, yaitu: a. Biaya Langsung (direct cost) adalah biaya yang langsung dibebankan pada produk, misalnya bahan baku langsung, bahan pembantu, dan upah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi. b. Biaya Tidak Langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak langsung melekat pada produk yang dihasilkan. Misalnya gaji pimpinan, gaji mandor, biaya administrasi, dan biaya iklan Berdasarkan hubungannya dengan volume kegiatan, biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
  • 24. 127 c. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya jumlahnya cenderung tetap tidak tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan. Contoh: penyusutan gedung, mesin, dan peralatan produksi yang lain, upah tenaga kerja tetap (harian/bulanan), serta biaya iklan. d. Biaya variabel (variabel cost) yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah seuai dengan jumlah produk yang dihasilkan. Contoh: biaya bahan baku, bahan pembantu, bahan bakar, dan upah tenaga kerja yang dibayar per satuan produk. 2. Analisis Biaya Jangka Pendek Jangka pendek mengandung arti suatu periode dimana perusahan tidak dapat mengubah (menambah) faktor produksi tetap, dan hanya bisa mengubah faktor produksi variabel. Berdasarkan penghitungannya, biaya dikelompokkan menjadi: a. Biaya Total (TC) Biaya total merupakan jumlah keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.Biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Biaya Total(Total Cost) = TC = f(Q) TC = TFC + TVC b. Biaya Tetap Total (TFC) Biaya tetap merupakan biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi. Sebagai contoh adalah biaya peneliharaan pabrik dan asuransi, biaya telepon bulanan. Biaya Tetap Total(Total Fixed Cost) = TFC
  • 25. 128 Sumber : Google search Gambar 4.12. Kurva Analisis Biaya Total Produksi Jangka Pendek c. Biaya Variabel Total (TVC) Biaya variabel total TVC adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam faktor produksi dan bersifat Variabel atau dapat berubah- ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan. Semakin banyak produk yang dhasilkan, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Sebagai contoh : Biaya bahan baku, upah tenaga kerja, bahan bakar, dan lainnya Biaya Variabel Total(Total Variable Cost) = TVC = f(Q) d. Biaya Tetap Rata-rata (AFC) Biaya tetap rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya tetap (FC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut. Biaya tetap rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost)AFC = TFC/Q
  • 26. 129 e. Biaya Variabel Rata-rata (AVC) Biaya variabel rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya variabel (VC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi tertentu. Biaya variabel rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut, yaitu: Biaya Variabel Rata-Rata (Average VariableCost) AVC = TVC/Q Sumber : Google search Gambar 4.13. Kurva Analisis Biaya Produksi Marginal Jangka Pendek f. Biaya Total Rata-rata (AC) Biaya total rata-rata merupakan biaya yang apabila biaya total (TC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi oleh perusahaan. Biaya total rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut, yaitu: Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost)ATC = TC/Q = AFC +AVC g. Biaya Marjinal (MC) Biaya marginal dapat juga dikatakan sebagai biaya pertambahan (incremental cost). Biaya marginal merupakan kenaikan biaya produksi
  • 27. 130 yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit keluaran tambahan. Biaya marginal dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Biaya Marjinal (Marginal Cost)TC/Q = TVC/Q Bagaimana kaitan antara jumlah tenaga kerja, jumlah produksi, jumlah biaya, baik variabel maupun tetap, biaya variabel per unit baik variabelaupun tetap dan biaya marginal akan ditampilkan dalam tabel 4.4 Tabel 4.4. Biaya Total dan Biaya Rata serta Biaya Marginal (Ribuan Rupiah) Jumlah pekerja Jumlah produksi (Q) TFC TVC TC AFC AVC ATC MC 0 0 50 0 50 - - - - 1 2 50 50 100 25 25 50 25 2 6 50 100 150 12.5 16.7 25 12.5 3 12 50 150 200 8.3 12.5 16.7 8.3 4 20 50 200 250 6.25 10 12.5 6.25 5 27 50 250 300 7.1 9.3 11.1 7.1 6 33 50 300 350 8.3 9.1 10.6 8.3 7 38 50 350 400 10.0 9.2 10.5 10.0 8 42 50 400 450 12.5 9.5 10.7 12.5 9 45 50 450 500 16.7 10 11.1 16.7 10 47 50 500 550 25 10.6 11.7 25 Biaya total produksi atau lebih di kenal total cost (TC) merupakan keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen yang berkaitan dengan proses produksi, sebagai aktivitas utama untuk menghasilkan suatu produk. Dalam jangka pendek, total cost sangat di tentukan oleh input-input produksi baik secara kuantitas maupun kualitas. Dimana input-input produksi tersebut dapat memberikan konsekuensi pembiayaaan bersifat tetap dan bersifat variabel. Pembiayaan bersifat tetap di sebut biaya tetap atau total fixed cost (TFC) Biaya tetap total (total fixsed cost/TFC) dapat di katakan biaya yang sifatnya wajib di keluarkan oleh produsen dimana ada atau tidak ada aktivitas produksi. Jika biaya tetap tersebut tidak di keluarkan, maka konsekuensinya dapat menghambat jalannya proses produksi yang lainnya. Membeli mesin, mendirikan
  • 28. 131 bangunan pabrik adalah contoh dari faktor produksi yang dianggap tidak mengalami perubahan dalam jangka pendek. Sedangkan biaya variabel (variable cost) merupakan keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan ketika ada aktivitas proses produksi. Oleh sebab itu biaya berubah biasanya merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja yang digunakan. Jadi besar kecilnya biaya veriabel yang dikeluarka produsen sesuai dan tergantung pada skala proses produksi yang di lakukan. Dengan kata lain semakin besar skala proses produksi, biaya variabel semakin besar. Tetapi jika skala proses produksi relatif kecil maka biaya varibel yang di keluarkan menjadi relatif kecil juga. D. Forum diskusi Sebagai seorang konsumen, harus rasional dalam memilih serta mengambil keputusan mengenai kriteria apa saja yang digunakan konsumen untuk memutuskan produk apa yang akan mereka beli dan bagaimanakah proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen tersebut. ?
  • 29. 132 Rangkuman 1. Perilaku konsumen adalah sebuah kegiatan yang berkaitan erat dengan proses pembelian suatu barang atau jasa. 2. Pendekatan kardinal merupakan manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif/dapat diukur. 3. Pendekatan ordinal merupakan manfaat atau kenikmatan diukur melalui order atau rangking tetapi tidak disebutkan nilai utilitasnya secara pasti. 4. Utilitas adalah Utilitas adalah tingkat kepuasan yang diperoleh seorang individu dari mengkonsumsi suatu barang atau melakukan suatu aktivitas. 5. Marginal Utilitas tambahan kepuasan yang diterima konsumen pada setiap tambahan konsumsi barang/jasa 6. Price Consumption Curve (PCC), yaitu garis yang menunjukkan keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat harga, dengan asumsi tingkat pendapatan tetap. 7. Produksi adalah suatu proses mengubah bahan baku menjadi barang jadi atau menambah nilai suatu produk (barang dan jasa) agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. 8. Fungsi Produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan hubungan ketergantungan (fungsional) antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dengan tingkat output yang dihasilkan. 9. Isoquant adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi tertentu menghasilkan produk yang sama. 10. Isocost menunjukkan semua kombinasi yang berbeda dari tenaga kerja dan modal yang dapat dibeli oleh perusahaan, dengan pengeluaran total dan harga-harga faktor produksi yang tertentu. 11. Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu produk.