Dokumen tersebut membahas tentang perilaku konsumen dan teori-teori yang melandasinya. Teori-teori tersebut meliputi hukum nilai guna marginal yang semakin menurun, hukum Gossen I dan II, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen seperti pendapatan, harga, selera, dan status sosial.
1. Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 1
Perilaku Konsumen
Indikator : Mendeskripsikan manfaat dan nilai suatu barang.
A. Manfaat dan Nilai Guna Barang
Manfaat dari suatu barang adalah kemampuan dari barang itu untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan manusia.
Manfaat suatu barang dapat bersifat subjektif, artinya bergantung pada orang yang membutuhkannya dan hanya dapat
diukur dengan menggunakan tingkat intensitas kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh barang itu. Contohnya: Buku dan
alat-alat tulis memiliki tingkat intensitas yang tinggi bila dilihat dari sudut pandang seorang pelajar, bila dibandingkan
dengan petani maka petani akan menilai buku dan alat-alat tulis tersebut kurang bermanfaat dan lebih bermanfaat
cangkul, pupuk dan alat-alat pertanian lainnya.
1. Nilai Pakai (value in use)
Nilai pakai adalah kemampuan suatu barang untuk dapat memuaskan kebutuhan. Tinggi atau rendahnya nilai pakai
barang ditentukan oleh intensitas kebutuhan, tempat dan waktu.
Contohnya baju dingin akan tinggi nilainya jika dibutuhkan di daerah pegunungan yang berhawa dingin, apalagi di
waktu musim salju.
Nilai pakai terdiri dari dua macam, yaitu:
• Nilai pakai subjektif
Nilai/arti yang diberikan oleh seseorang pada suatu barang, sehubungan dengan kemampuan barang untuk
memenuhi/memuaskan kebutuhan. Misalnya Buku pelajaran ekonomi bagi siswa, buku tulis bagi siswa, tas
sekolah bagi siswa, nasi bagi orang yang lapar.
• Nilai pakai objektif
Kemampuan suatu barang untuk dapat memuaskan kebutuhan manusia pada umumnya. Misalnya sandang,
makanan, perumahan sangat bernilai bagi suatu keluarga, buku pelajaran sangat bernilai bagi siswa SMA, baju
akan mempunyai nilai pakai yang sama bagi semua orang yaitu dipakai untuk melindungi tubuh.
2. Nilai Tukar (value in exchange)
Nilai tukar ialah kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lain di pasar. Tinggi atau
rendahnya nilai tukar suatu barang ditentukan oleh nilai pakai barang tersebut.
Nilai tukar terdiri dari dua macam, yaitu:
• Nilai tukar subjektif
Nilai/arti yang diberikan seseorang pada suatu barang, sehubungan kemampuan suatu barang untuk dapat
ditukarkan dengan barang lain. Contohnya, orang Asia khususnya Indonesia makanan pokoknya nasi, namun
apabila nasi ini ditukar dengan roti atau kentang untuk menggantikan nasi sebagai makanan pokok tentu saja
tidak akan mau, sebab nasi sudah menjadi makanan pokok secara turun temurun. Demikian juga dengan orang
Eropa, apabila makanan pokok mereka yaitu roti diganti dengan nasi juga tidak akan mau, walaupun pada
dasarnya nasi dan roti sama-sama
mengandung karbohidrat yang dibutuhkan oleh tubuh.
• Nilai tukar objektif
Kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lain. Hampir semua barang yang ada di dalam
masyraka mempunyai nilai tukar objektif, karena setiap manusia tidak membuat sendiri barang-barang yang ia
butuhkan. Semakin maju pembagian kerjadalam masyrakat, makin mudah kita memperoleh barang-barang
denganj alan pertukaran. Maka dengan sendirinya barang-barang tersebut mempunyai nilai tukar objektif.
misalnya: mengganti penggunaan bus menjadi taxi. Hal ini terjadi karena bus memiliki nilai tukar objektif
dengan taxi.
Indikator : Mendeskripsikan teori perilaku konsumen.
B. Perilaku Konsumen
1. Pengertian Konsumsi dan Konsumen
Konsumsi adalah kegiatan menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang dan jasa. Misalnya :
makan nasi adalah merupakan kegiatan konsumsi karena menghabiskan nilai guna nasi, memakai baju juga
merupakan kegiatan konsumsi karena mengurangi nilai guna baju.
Kita harus berhati-hati untuk menentukan apakah suatu kegiatan dalam menggunakan suatu benda termasuk
dalam lingkup konsumsi atau tidak, karena selain untuk tujuan konsumsi suatu benda juga dipergunakan sebagai
benda produksi.
Contohnya :
Pak Amir memiliki mobil. Pada hari senin-sabtu mobil tersebut digunakan untuk mengangkut penumpang.
Sedangkan pada hari Minggu mobil tersebut digunakan untuk rekreasi bersama keluarga. Perlu anda ketahui
penggunaan mobil dari hari senin-sabtu merupakan penggunaan barang untuk tujuan produksi (menghasilkan uang)
atau digunakan sebagai benda produksi. Sebalinya penggunaan mobil pada hari minggu adalah merupakan
penggunaan mobil untuk kegiatan konsumsi.
Tujuan utama orang melakukan kegiatan konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup secara
langsung. Kadang kala orang mengonsumsi barang atau jasa bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tapi
juga ingin mendapat penghargaan/pujian dari orang lain. Contoh, orang memakai mobil mewah selain untuk
memenuhi kebutuhan akan mobil, juga ingin mendapat penghargaan dari orang lain.
Ciri-ciri Konsumsi :
Benda-benda yang dikonsumsi adalah benda ekonomi, sehingga kegiatan menghirup udara, berjemur pada sinar
matahari bukan merupakan kegiatan konsumsi.
Benda yang dikonsumsi ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penggunaan gergaji, cangkul,
mesin-mesin dan barnag modal lainnya yang bertujuan menambah manfaat barang tidak dikategorikan sebagai
kegiatan konsumsi. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan produksi.
Manfaat, nilai, atau volume benda-benda yang digunakan tersebut akan habis sekaligus ataupun berangsur-
angsur habis.
2. Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 2
2. Teori Perilaku Konsumen
Teori perilaku konsumen dapat menjelaskan bagaimana seorang konsumen memilih suatu produk yang
diyakini akan memberikan kepuasaan maksimum dengan dibatasi oleh pendapatan dan harga. Konsep dasar perilaku
konsumen menyatakan bahwapada umumnya konsumen selalu berusaha untuk mencapai utilitas yang maksimal
dari pemakaian benda. Utilitas (utility) adalah derajat seberapa besar atau ukuran kepuasaan yang diterima
konsumen dari penggunaan barang dan jasa. Setiap konsumen memiliki tingkat kepuasaan yang berbeda-beda,
namun mereka akan berusaha mencapai kepuasaan yang maksimal. Perilaku konsumen dapat dilihat dengan dua
pendekatan :
a. Pendekatan Kardinal/Nilai Guna (Utility Approach)
Pendekatan kardinal menganggap bahwa kepuasan konsumen yang diperoleh dari kegiatan konsumsi
barang dan jasa dapat diukur secara kuantitatif. Artinya kepuasan konsumen dapat diukur dengan angka/satuan
tertentu seperti uang, jumlah atau buah. Sebagaimana kita mengukur berat badan, tinggi badan dan sebagainya.
Kepuasan konsumen yang diperoleh dari hasil konsumsi barang dan jasa disebut dengan istilah utilitas (utility).
Ada 4 konsep dasar tentang perilaku konsumen dengan pendekatan kardinal yaitu :
• Kepuasaan Total/Utilitas Total (Total Utility)
Kepuasaan yang dinikmati konsumen dalam mengonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu secara
keseluruhan.
• Kepuasaan Marginal/Utilitas Marginal (Marginal Utility)
Pertambahan kepuasaan yang dinikmati dari setiap tambahan unit barang atau jasa yang dikonsumsi.
• Kepuasaan Total dan Marginal yang Semakin Menurun (Diminishing Utility)
Konsumen berusaha menikmati barang atau jasa yang dimiliki sepuas-puasnya. Setelah kepuasaan dari
mengonsumsi suatu barang atau jasa berlangsung terus-menerus, sampai titik tertentu akhirnya kepuasaan
itu akan sampai pada tingkat kejenuhan tertentu.
Indikator : Membuat kesimpulan tentang hukum Gossen.
Untuk lebih memahami tentang ketiga konsep di atas, perhatikan tabel berikut :
Jumlah
Konsumsi
Jeruk
Titik Kepuasaan Total
Kepuasaan
Marginal
0 0 -
1 A 50 50
2 B 80 30
3 C 95 15
4 D 105 10
5 E 110 5
6 F 110 0
7 G 105 -5
8 H 90 -15
9 I 70 -20
10 J 40 -30
120
100
80
60
40 (Total Utility (TU)
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-20
-40 Marginal Utility (MU)
Berdasarkan tabel dan grafik di atas tampaklah bahwa kepuasaan total seseorang pada awalnya
terus meningkat seiring dengan naikknya konsumsi jeruk hingga mencapai puncaknya pada konsumsi
jeruk yang ke 5 dan 6. Tetapi konsumsi yang lebih jauh di atas jumlah tersebut menyebabkan
kepuasaan akan menurun ini terlihat dari konsumsi jeruk yang ke-7, ke-8 dst yang memiliki tingkat
kepuasaan total yang lebih rendah pada konsumsi jeruk yang ke-5 dan ke-6.
Bila kita menghubungkan dengan kurva kepuasaan marginal terlihat bahwa kepuasaan marginal
bernilai positif hingga konsumsi buah jeruk yang ke-6. Di titik ini juga kepuasaan marginal bernilai
nol, yang artinya tambahan konsumsi jeruk tidak menambah kepuasaan sama sekali. Sementara itu
tambahan konsumsi buah jeruk memberikan kepuasaan marginal yang negatif. Ini berarti tambahan
konsumsi jeruk justru mengurangi kepuasaan yang telah dimiliki. Dengan demikian dapat dikatakan
3. Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 3
sebagai hukum tambahan nilai guna marginal yang semakin menurun (The law of diminishing
marginal utility)
Selain itu dapat disimpulkan bahwa, “Jika pemenuhan kebutuhan akan suatu barang
dilakukan secara terus-menerus maka rasa nikmatnya mula-mula sangat tinggi,
namun makin lama kenikmatan tersebut semakin berkurang sampai akhirnya
mencapai titik jenuh”. Inilah yang disebut Hukum Gossen I
b. Pendekatan Ordinal/Kurva Indiferen
Kurva Indiferen adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi barang-barang
yang menghasilkan tingkat kepuasaan yang sama.
Perhatikan tabel dan grafik sebagai berikut :
Gabungan Makanan
dan Pakaian
Jumlah barang Tingkat Subtitusi
Marjinal Makanan dan
Pakaian
Makanan Pakaian
A 10 2
B 7 3 3 : 1 = 3,0
C 5 4 2 : 1 = 2,0
D 4 5 1 : 1 = 1,0
E 3 7 1 : 2 = 0,5
F 2 10 1 : 3 = 0,3
10
7
5
4
3
2
0 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berdasarkan tabel dan grafik di atas konsumen mencari kepuasaan melalui konsumsi
makanan dan pakaian. Gabungan kepuasaan makanan dan pakaian terdapat pada gabungan A,
B, C, D, E atau F. Gabungan manapun yang dipilih oleh orang tersebut tetap akan
memberikan kepuasaan yang sama besarnya.Sehingga dapat disimpulkan bahwa “konsumen
akan memuaskan kebutuhan yang beranekaragam sampai mencapai titik intensitas yang
sama”. Inilah yang disebut dengan Hukum Gossen II
3. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Melakukan Konsumsi Barang/Jasa
• Pendapatan
Semakin besar pendapatan yang diterima oleh seseorang, semakin besar pula daya belinya. Akan
tetapi sebaliknya jika pendapatan seseorang semakin kecil, maka kemampuan membeli akan barang
dan jasa jugasemakin kecil, semakin sedikit barang atau jasa yang dapat dibeli/dimiliki.
• Selera Konsumen
Di antara orang-orang yang usianya sama, namun pengeluaran konsumsinya tidak sama, karena
perbedaan sikap menghemat atau attitude toward thrift dan selera masyarakat dalam berkonsumsi.
Bila masyarakat memiliki selera yang menurun dalam konsumsi, maka tingkat konsumsi juga akan
turun. Sebaliknya jika selera konsumsi masyarakat meningkat,hal ini akan meningkatkan konsumsi
pula.
• Harga Barang dan jasa
Harga barang sangat menentukan terhadap besar atau kecilnya konsumsi seseorang. Jika harga barang
naik, maka seseorang akan memperkecil konsumsinya, sebaliknya jika harga barang turun, seseorang
akan memperbesar konsumsinya. Akan tetapi perubahan harga barang ini tidak berlaku untuk barang
kebutuhan pokok pada umumnya yang selalu akan dibeli dalam jumlah yang relatif tetap, kendati
harga mengalami perubahan.
• Adat Istiadat dan Kebiasaan Konsumen
Adat istiadat dan kebiasaan cukup berpengaruh pada konsumsi seseorang atau masyarakat. Adat
istiadat dan kebiasaan dapat menyebabkan seseorang berperilaku konsumtif.
Kebiasaan masyarakat yang sering dan senang melakukan pesta dan hidup berhura-hura, maka akan
akan memperbesar konsumsinya. Akan tetapi masyarakat yang mempunyai adat istiadat dan
4. Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 4
kebiasaan bersikap terhadap kehematan (attitude toward thrift), maka konsumsimasyarakat tersebut
akan semakin kecil.
• Adanya Barang Subtitusi
Barang subtitusi/pengganti dapat mempengaruhi tingkat konsumsiseseorang/masyarakat. Jika
terdapat barang yang dapat menggantikan fungsi suatu barang yang dibutuhkan seseorang dengan
harga yang jauh lebih murah, maka barang tersebut dapat mempengaruhi
konsumsiseseorang/masyarakat tersebut.
Contoh: Ember plastik dengan merek tertentu mahal harganya, sementaraada ember plastik merek
lain atau ember seng yang harganya lebih murah,maka seseorang akan membeli ember merek lain
atau ember seng yanglebih murah tersebut.
• Status Sosial
Posisi seseorang di masyarakat akan membentuk pola konsumsi orang tersebut. oleh karena itu,
status sosial berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi
• Lingkungan Tempat Tinggal
Manusia tidak hidup sendirian dan selalu beradaptasi dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya
sehingga pola konsumsinya juga dipengaruhi oleh lingkungannya.
Indikator :Menerapkan pola hidup hemat dan bersahaja dalam perilaku konsumen.
4. Pola Hidup Hemat dan Bersahaja
Pola hidup hemat berarti gaya hidup yang tidak boros dan tidak berlebihan. Dapat dicontohkan
seorang ibu yang pergi berbelanja dengan membawa daftar belanja, maka ia akan berbelanja sesuai
dengan kebutuhan. Lain halnya bila seorang ibu yang pergi belanja tanpa daftar belanja, maka ia akan
berbelanja diluar yang dibutuhkan, dan ini biasanya akan menimbulkan pemborosan.
Oleh karena itu konsumen harus rasional dalam mengonsumsi barang dan jasa dengan
mempertimbangkan berbagai faktor antara lain :
• Barang yang dibeli dapat memberikan kegunaan yang optimal
• Barang yang dibeli benar-benar dibutuhkan
• Mutu barang terjamin
• Harga barang terjangkau dan sesuai dengan kemampuan untuk membeli.
C. Perilaku Produsen
Pengertian Produksi menekankan pada barang (goods) dan atau jasa (services) yang dihasilkan
perusahaan; yang sering disebut “Produk”.
Menurut pengertian ekonomi, produksi adalah setiap kegiatan atau usaha manusia untuk menghasilkan
atau menambah guna barang dan jasa. Contoh: menanam tebu (menghasilkan), mengambil ikan dari sungai
(menambah guna tempat), menjahit kain menjadi baju (menambah guna bentuk). Agar lebih. Tujuan kegiatan
produksi secara umum adalah memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Dilihat dari sudut
pandang produsen maka tujuan kegiatan produksi juga untuk Mencari keuntungan atau laba dan menjaga
kelangsungan hidup perusahaan.
1. Faktor Produksi
a. Faktor Produksi Alam (natural resources)
Faktor produksi alam adalah segala sesuatu di alam semesta ini baik yang ada di darat, laut, maupun
udara yang digunakan dalam proses produksi. Tanah yang terhampar luas, baik yang ada di atasnya
seperti air, udara, tumbuhan, binatang, dan sebagainya, maupun yang ada di dalamnya seperti
bebatuan, emas, tembaga, batu bara, timah, dan sebagainya merupakan contoh faktor produksi alam.
Balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor produksi alam berupa sewa, seperti sewa tanah.
b. Faktor produksi tenaga kerja (human resources)
Faktor produksi tenaga kerja adalah segala kegiatan jasmani atau rohani manusia yang ditujukan
untuk kegiatan produksi. Contoh faktor produksi tenaga kerja adalah buruh, mandor, tenaga harian,
satpam, kepala bagian, dan sebagainya. Balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor produksi tenaga
kerja adalah upah atau gaji.
Secara garis besar faktor produksi tenaga kerja dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:
1) Tenaga kerja rohaniah, yaitu tenaga kerja yang kegiatannya lebihbanyak menggunakan pikiran
daripada kekuatan fisik. Tenaga kerjajenis ini dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu:
Managerial skill (keterampilan mengelola), yaitu tenaga kerja yang memiliki kemampuan
mengelola segala sumber daya untukmencapai tujuan tertentu, misalnya manajer perusahaan,
kepalabagian, dan sebagainya.
Technological skill (keterampilan teknologi), yaitu tenaga kerja yang memiliki kemampuan
menggunakan dan menerapkanteknologi dalam proses produksi, misalnya teknisi
komputer,teknisi mesin, programmer, dan sebagainya.
Organizational skill (keterampilan organisasi), yaitu tenaga kerja yang memiliki kemampuan
melakukan pembagian tugasdan tanggung jawab dalam kegiatan proses produksi,
misalnyamandor, pengawas, direktur perusahaan, dan sebagainya.
2) Tenaga kerja jasmaniah, yaitu tenaga kerja yang lebih banyakmenggunakan kekuatan fisik dalam
melakukan kegiatan prosesproduksi. Tenaga kerja jenis ini dibedakan ke dalam tiga bagian,
yakni:
5. Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 5
Tenaga kerja terdidik (skilled labour), yaitu tenaga kerja yangmemerlukan pendidikan khusus
sesuai dengan bidangnya terlebihdahulu sebelum melakukan kegiatan proses produksi,
misalnyadokter, perawat, insinyur, tenaga pembukuan, dan sebagainya.
Tenaga kerja terlatih (trained labour), yaitu tenaga kerja yangmemerlukan latihan terlebih
dahulu sebelum melakukan kegiatanproses produksi, misalnya juru ketik, montir, sopir,
pemahat,tukang ojek, dan sebagainya.
Tenaga kerja tidak terdidik (unskilled labour), yaitu tenaga kerja yang tidak memerlukan
pendidikan atau latihan dalam melakukan kegiatan proses produksi, misalnya tukang sapu,
buruhbangunan, pemulung, penjaga malam, dan sebagainya.
c. Faktor produksi modal (capital resources)
Modal yang dimaksudkan di sini tidak hanya terbatas pada uang saja melainkan dapat pula berujud
barang-barang yangdigunakan dalam proses produksi. Jadi, faktor produksi modal dapat berupabenda
atau alat yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk.Balas jasa atau imbalan yang diterima
oleh pemilik faktor produksi modaladalah berupa bunga, seperti bunga pinjaman, bunga modal,sewa
kendaraan, dan sebagainya
Untuk lebih jelasnya lihatlah pembagian modalberikut ini:
d. Faktor produksi kewirausahaan (entrepreneurship resources)
Walaupun sudah tersedia faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal, namun hal itu tidaklah
menjamin bahwa proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien tanpa adanya kemampuan
pengusaha untuk mengelola faktor-faktor produksi tersebut secara baik. Kemampuan untuk
mengelola dan mengkombinasikan faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal tersebut biasanya
dinamakan kewirausahaan (entrepreneurship). Definisi di atas dapat diuraikan bahwa seorang
wirausaha atau orang yang memiliki jiwa wirausaha akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Ulet dan tidak mudah putus asa
• Berani mengambil risiko
• Memiliki rasa percaya diri yang tinggi
• Bersifat kreatif dan inovatif
• Berorientasi ke depan
• Memiliki kemampuan memimpin
2. Bidang-Bidang Produksi
a. Bidang ekstraktif, yaitu produksi yang memungut langsung hasil yan disediakan alam tanpa
melakukan pengolahan lebih lanjut. Seperti pertambangan, penangkapan ikan, dan lain-lain.
b. Bidang agraris, yaitu produksi yang mengolah alam untuk memelihara tanaman dan hewan. Seperti:
pertanian, perkebunan, peternakan, dan lain-lain.
c. Bidang industri, yaitu produksi yang mengolah;
bahan mentah menjadi barang jadi contoh: kedelai diolah menjadi tempe
bahan mentah menjadi barang setengah jadi, contoh: kapas diolah menjadi benang pintalan
bahan setengah jadi menjadi barang setengah jadi, contoh: pintalan benang diolah menjadi kain
bahan setengah jadi menjadi barang jadi, contoh: kain diolah menjadi pakaian
Pariwisata termasuk bidang produksi industri, karena mengolah objek wisata alam untuk
mendatangkan wisatawan sehingga diperoleh pendapatan.
6. Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 6
d. Bidang perdagangan, yaitu produksi yang mengumpulkan dan menjual kembali hasil produksi kepada
yang memerlukan untuk memperoleh keuntungan. Seperti: toko, supermarket, kios, dan lain-lain.
e. Bidang jasa, yaitu produksi yang membantu dan memperlancar proses produksi tanpa ikut membuat
barang itu sendiri. Jadi, bidang produksi
jasa tidak menghasilkan barang melainkan hanya menghasilkan jasa.
Contoh: perbankan, angkutan, asuransi, dan lain-lain.
3. Tingkatan Produksi
a. Primer, yaitu produksi yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang bisa langsung dikonsumsi atau
yang akan digunakan dalam proses produksi selanjutnya. Bidang produksi ekstraktif dan agraris
merupakan produksi tingkat primer.
b. Sekunder, yaitu produksi yang mengolah bahan-bahan dasar yang dihasilkan oleh tingkat produksi
primer. Bidang produksi industri merupakan produksi tingkat sekunder.
c. Tersier, yaitu produksi yang bersifat memperlancar proses produksi dan menyalurkan hasil produksi.
Bidang produksi perdagangan dan jasa merupakan produksi tingkat tersier
Indikator :Mendeskripsikan teori produksi.
4. Produksi Total (Total Production), Produksi Marjinal (Marginal Production), Produksi Rata Rata
(Average Production)
Produk total adalah jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu. Produksi marjinal merupakan
output/keluaran ekstra yang dihasilkan oleh tambahan satu unit faktor produksi.
Untuk mengetahui produksi marjinal, terlebih dahulu kita harus mengetahui dua hal. Pertama adalah
penambahan jumlah tenaga kerja, kedua adalah jumlah produksi secara keseluruhan (Total produksi).
Jika dirumuskan secara matematis, produksi marginal (Marginal Production) akan menjadi sebagai
berikut :
𝑀𝑃 =
∆𝑇𝑃
∆𝐿
Sementara produksi rata-rata (Average Production) dirumuskan secara matematis sebagai berikut :
𝐴𝑃 =
𝑇𝑃
𝐿
Indikator :Membuat kesimpulan dari tabel dan grafik persamaan produksi.
5. Hukum Produksi Marginal Yang Semakin Menurun/The Law of diminshing marginal returns)
Menurut hukum produksi marjinal yang semakin menurun (The Law of diminshing marginal returns),
apabila faktor produksi (tenaga kerja) ditambah terus menerus sebanyak unit tertentu, faktor
lain (tanah) tetap, pada mulanya total produksi meningkat. Akan tetapi hingga titik tertentu
produksi marjinal atau tambahan produksi akan menurun dan pada akhirnya mencapai titik
negatif.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dan Grafik sebagai berikut :
Tanah
Tenaga
Kerja
Total
produksi
Produksi
Marjinal
Produksi
rata-rata
Tahap
kegiatan
Produksi
1 1 100 - 100
Tahap I
1 2 300 200 150
1 3 600 300 200
1 4 880 280 220
Tahap II
1 5 1.050 170 210
1 6 1.140 90 190
1 7 1.190 50 170
1 8 1.190 0 150
Tahap III1 9 1.100 -90 120
1 10 700 -1.400 70
Keterangan :
Tahap I : Terjadi pada penggunaan tenaga kerja 1 hingga 3 unit, terlihat
bahwa tambahan produksi positif dan meningkat akibat
tambahan penggunaan tenaga kerja sebanyak satu unit.
Tahap II : Terjadi pada penggunaan tenaga kerja 4 hingga 7 unit. Ditahap
ini tambahan produksi positif dan mulai menurun.
Tahap III : Tambahan produksi sudah negatif, dimana penambahan tenaga
kerja justru mengurangi total produksi
1.200
1.100
1.000
900
7. Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 7
800
700 TP
600
500
400
300
200
100 AP
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
MP
Kurva AP mula-mula naik mencapai maksimum dan kemudian turun tetapi tetap positif selama
TP positif. Sementara itu, kurva MP juga mula-mula naik mencapai maksimum dan kemudian
turun. MP menjadi nol ketika TP mencapai maksimum dan menjadi negatif ketika TP mulai
menurun. Bagian kurva MP yang menurun menunjukkan the law of diminshing marginal returns.
6. Produksi Yang Sama
Pada tingkatan-tingkatan produksi tertentu, proses produksi memiliki jumlah output yang sama
meskipun menggunakan sejumlah kombinasi faktor produksi yang berbeda. Ini dikarenakan satu
faktor produksi dapat mensubtitusi faktor produksi yang lain.untuk menerangkan produksi yang
sama digunakan kuva isoquant/isoproduk (Isoquant Curve).
Kurva Isoquant adalah kurva tempat kedudukan titik-titik yang menunjukkan kombinasi dua
faktor produksi untuk menghasilkan tingkat produksi yang sama.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dan grafik sebagai berikut :
Hasil Produksi
(m)
Tenaga Kerja
(orang)
Modal (unit) Keterangan
100 2 7 Cara 1 (Q1)
100 3 5 Cara 2 (Q2)
100 4 4 Cara 3 (Q3)
Kurva Produksi Yang Sama (Isoquant Curve)
Dari kuva Isoquant disamping terlihat bahwa antara cara 1, 2 dan 3 memiliki bauran input yang
berbeda memiliki kemampuan berupa menghasilkan kuantitas output yang sama
2 Q1
3 Q2
4 Q3
0 4 5 7
7. Perluasaan Produksi
• Ekstensifikasi adalah perluasaan produksi dengan cara menambah unit produksi baru.
Misalnya, Bidang pertanian dengan menambah jumlah tenaga kerja, area kerja, bibit tanaman.
Bidang jasa dengan menambah angkutan baru
• Intensifikasi adalah perluasaan produksi yang dilakukan dengan cara meningkatkan produktifitas
(kemampuan yang menghasilkan) dari faktor produksi yang ada pada tiap unit produksi.
Misalnya, di bidang industri dengan mengadakan pembagian kerja (spesialisasi kerja), peningkatan
kemampuan/keahlian kerja. Perbaikan manajemen, penggantian mesin lama dengan mesin yang
lebih canggih, kerjasama antar perusahaan
• Diversifikasi, yaitu perluasan produksi dengan cara menambah jenis produksi.
Contoh: awalnya satu pabrik hanya memproduksi kertas, kemudian pabrik tersebut memproduksi
buku gambar, buku tulis, buku berpetak, dan lain-lain.
• Normalisasi, yaitu perluasan produksi dengan cara menambah keragaman dari satu jenis produksi.
Contoh: mula-mula suatu pabrik hanya memproduksi kertas HVS 60 gram lalu ditambah dengan
memproduksi HVS 70 gram dan 80 gram.
• Spesialisasi, yaitu perluasan produksi dengan cara mengadakan pembagian kerja. Dengan
pembagian kerja, kualitas barang yang dihasilkan bisa meningkat dan umumnya kuantitas (jumlah)
barang juga ikut meningkat, ini disebabkan karena setiap pekerjaan dilakukan oleh orang-orang
yang memiliki kemampuan di bidangnya.
• Mekanisasi, yaitu perluasan produksi dengan cara menggunakan mesin- mesin yang bias
menghemat waktu dan tenaga, sehingga hasil produksi lebih meningkat baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya.
8. Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 8
• Memberikan fasilitas dan kemudahan, yaitu perluasan produksi yang dilakukan pemerintah sebagai
suatu kebijakan umum, di antaranya dengan cara pemberian kredit bagi usaha kecil dan menengah,
deregulasi (penyederhanaan peraturan), debirokratisasi (penyederhanaan mekanisme perizinan),
mengadakan kursus-kursus peningkatan keterampilan kerja, dan lain-lain.
Indikator :Mengidentifikasi perilaku produsen yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan yang merugikan
masyarakat.
8. Perilaku Produsen Yang Menguntungkan dan Yang Merugikan Masyarakat
Berikut ini beberapa perilaku produsen yang mengutungkan masyarakat:
• Memperoleh bahan baku dengan cara yang wajar
• Memberikan upah yang layak kepada karyawannya dengan memerhatikan kesejahteraan
• Kegiatan produksinya tidak mengganggu lingkungan disekitarnya
• Mengutamakan keselamatan karyawan dalam berproduksi
• Menghasilkan barang-barang yang benar-benar dibutuhkan masyarakat
• Menghasilkan barang yang berkualitas sehingga konsumen merasa puas
• Harga barang yang dihasilkan terjangkau oleh beli masyarakat
Berikut ini beberapa perilaku produsen yang merugikan masyarakat:
• Memproleh bahan baku dengan cara yang tidak wajar seperti menimbun, memonopoli atau
menyelundupkan bahan baku sehingga produsen lain kesulitan untuk mendapatkannya.
• Membayar upah yang tepat kepada karyawan dan sering tidak tepat waktu dalam pembayarannya
dengan dalih melakukan prinsip efisiensi
• Kurang memerhatikan keselamatan karyawan
• Melakukan kegiatan produksi yang menimbulkan pencemaran lingkungan.
• Kualitas barang yang dihasilkan rendah, sedangkan harga barang yang ditawarkan tinggi
• Pelayanan produsen/ pengusaha kepada karyawan kurang memuaskan.
Daftar Referensi
a. Ekonomi SMA Jilid 1, MT. Ritonga, Yoga Firdaus. PT. Phibeta Jakarta 2007
b. Ekonomi Fenomena di Sekitar Kita 1, Rusdarti-Kusmuriyanto. PT. Tiga Serangakai Pustaka
Mandiri, 2008
c. Ekonomi SMA Kelas X, Alam S.Esis. 2006
d. BSE Ekonomi Kelas X Chumidatus Sa'dyah
e. ( http://bse.kemdikbud.go.id )
Akan Kuberitahu Kalian Suatu Rahasia. Ahli Ekonomi Sering Dipandang Orang
yang Berpikiran Segersang Debu dan Menjemukan, Anggapan Itu Keliru Sebab
Yang Benar Adalah Sebaliknya
(Paul A. Samuelson)