Pertemuan 05 Teori Perilaku Konsumen.
Bahasan ini akan menguraikan perilaku konsumen dalam menentukan alokasi sumber daya ekonominya.
Tujuan yang ingin dicapai oleh konsumen adalah kepuasan maksimum.
Untuk dapat membahasnya kita harus mengetahui beberapa pengertian dan asumsi dasar (utama)
]
ASUMSI UTAMA:
a. Barang (commodities)
Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat atau kegunaan. Bila seseorang mengonsumsi lebih dari satu barang dan jasa, sleuruhnya digabungkan dalam bundle barang (commodities bundle). Barang yang dokonsumsi mempunyai sifat makin banyak dikonsumsi makin besar manfaat yang diperoleh (good). Contoh: pakaian, makin banyak dimiliki makin memberi manfaat. Sesuatu yang bila konsumsinya ditambah justru mengurangi kenikmatan hidup (bad) tidak dimasukkan dalam analisis. Misal: penyakit
b. utilitas (utility)
Adalah manfaat yang diperoleh karena mengonsumsi barang. Utilitas merupakan ukuran manfaan suatu barang disbanding dengan alternatif penggunaannya. Utilitas digunakan sebagai dasar pegnambilan keputusan oleh konsumen. Utilitas total (total utility?TU) adalah manfaat yang diperoleh dari seluruh barang yang dikonsumsi. Utilitas marginal (marginal Utilility/MU) adalah tambahan manfaat yang diperoleh karen amanmabah konsumsi sebanyak satu unit barang.
c. Hukum pertambahan manfaat yang makin menusurn (The law of diminishing marginal utility)
Pada awalnya penambahan konsumsi suatu barang akan memberi tambahan utilitas yang besar, tetapi makin lam apertambahan itu bukan makin menurun, bahkan negative. Good sudah berubah menjadi bad. Gejala itu disebut The law of diminishing marginal utility. Dalam analisis perilaku konsumen, gejala LDMU dilihat dari makin menurunnya nilai utilitas marjinal. Karena dasar analisisnya adalah perubahan utilitas marjinal, analisis ini dikenal sebagai analisis marjinal (marginal analysis).
d. Konsistensi preferensi (Transitivity).
Konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen Menyusun prioritas pilihan agar dapat mengambil keputusan. Minimal ada dua sikap yang berkaitan dengan preferensi konsumen yaitu lebih suka (prefer) dan atau sama – sama disukai (indifference). Misal ada du abarang X dan Y, maka konsumen mengetakan X lebih disukai dari padaY (X>Y) atau X sama – sama disukai seperti Y (X= Y). Tanpa sikap ini perilaku konsumen ulit dianalisis. Syarat lain agar perilakunya dapat dianalisis, konsumen harus memiliki konsistensi preferensi. Bila barang X lebih disukai dari Y (X>Y) dan barang Y lebih disukai dari Z (Y>Z), maka barang X lebih disukai dari Z (X>Z). Konsep ini disebut transitivitas (transitivity).
e. Pengetahuan sempurna (Perfenct Konowledge)
Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dan harga barang di pasar. Mereka mampu memprediksi jumlah penerimaan untuk suatu periode konsumsi
1. Pengantar Ilmu Ekonomi
Teori Perilaku Konsumen
Wiji Safitri, SMB., MM.
Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial
Universitas Pelita Bangsa
2. 2
Pengertian – pengertian dan Asumsi Utama
➢Bahasan ini akan menguraikan perilaku konsumen dalam menentukan alokasi
sumber daya ekonominya.
➢Tujuan yang ingin dicapai oleh konsumen adalah kepuasan maksimum.
➢Untuk dapat membahasnya kita harus mengetahui beberapa pengertian dan asumsi
dasar (utama)
Wiji Safitri, SMB., MM.
3. Wiji Safitri, SMB., MM.
Asumsi Utama
a. Barang (commodities)
• Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat atau kegunaan. Bila
seseorang mengonsumsi lebih dari satu barang dan jasa, sleuruhnya digabungkan dalam bundle barang
(commodities bundle). Barang yang dokonsumsi mempunyai sifat makin banyak dikonsumsi makin besar
manfaat yang diperoleh (good). Contoh: pakaian, makin banyak dimiliki makin memberi manfaat.
Sesuatu yang bila konsumsinya ditambah justru mengurangi kenikmatan hidup (bad) tidak dimasukkan
dalam analisis. Misal: penyakit
b. utilitas (utility)
• Adalah manfaat yang diperoleh karena mengonsumsi barang. Utilitas merupakan ukuran manfaan suatu
barang disbanding dengan alternatif penggunaannya. Utilitas digunakan sebagai dasar pegnambilan
keputusan oleh konsumen. Utilitas total (total utility?TU) adalah manfaat yang diperoleh dari seluruh
barang yang dikonsumsi. Utilitas marginal (marginal Utilility/MU) adalah tambahan manfaat yang
diperoleh karen amanmabah konsumsi sebanyak satu unit barang.
4. Wiji Safitri, SMB., MM.
Asumsi Utama
c. Hukum pertambahan manfaat yang makin menusurn (The law of diminishing marginal utility)
• Pada awalnya penambahan konsumsi suatu barang akan memberi tambahan utilitas yang besar, tetapi makin lam
apertambahan itu bukan makin menurun, bahkan negative. Good sudah berubah menjadi bad. Gejala itu disebut The
law of diminishing marginal utility. Dalam analisis perilaku konsumen, gejala LDMU dilihat dari makin menurunnya
nilai utilitas marjinal. Karena dasar analisisnya adalah perubahan utilitas marjinal, analisis ini dikenal sebagai analisis
marjinal (marginal analysis).
d. Konsistensi preferensi (Transitivity).
• Konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen Menyusun prioritas pilihan agar dapat mengambil
keputusan. Minimal ada dua sikap yang berkaitan dengan preferensi konsumen yaitu lebih suka (prefer) dan atau sama
– sama disukai (indifference). Misal ada du abarang X dan Y, maka konsumen mengetakan X lebih disukai dari padaY
(X>Y) atau X sama – sama disukai seperti Y (X= Y). Tanpa sikap ini perilaku konsumen ulit dianalisis. Syarat lain agar
perilakunya dapat dianalisis, konsumen harus memiliki konsistensi preferensi. Bila barang X lebih disukai dari Y (X>Y)
dan barang Y lebih disukai dari Z (Y>Z), maka barang X lebih disukai dari Z (X>Z). Konsep ini disebut transitivitas
(transitivity).
5. Wiji Safitri, SMB., MM.
Asumsi Utama
e. Pengetahuan sempurna (Perfenct Konowledge)
• Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan
keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang
digunakan dan harga barang di pasar. Mereka mampu memprediksi jumlah penerimaan untuk suatu
periode konsumsi
6. Wiji Safitri, SMB., MM.
Teori Kardinal (Cardinal Theory)
Teori cardinal menyatakan bahwa:
Kegunaan dapat dihitung secara nominal, sebagaimana kita menghitung berat dengan gram atau kilogram,
Panjang dengan centimeter atau meter.
➢ Sedangkan satuan ukuran kegunaan (utility) adalah util.
➢ Keputusan mengkonsumsi suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya
yang harus dikeluarkan. Nilai kegunaan yang diperoleh dari konsumsi disebut utilitas total (TU).
➢ Tambahan kegunaan dari penambahan satu unit barang yang dikonsumsi disebut utilitas marjinal (MU).
➢ Total uang yang harus dikeluarkan untuk konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan dengan harga per unit.
➢ Untuk setiap unit tambahan konsumsi, tambahan biaya yang harus dikeluarkan sama dengan harga barang per
unit.
7. Wiji Safitri, SMB., MM.
Teori Kardinal (Cardinal Theory)
Contoh:
Ahmad ingin membeli baju, harga per helainya Rp. 25.000,-. Berapa buah baju yang akan dikonsumsi? Untuk menjawabnya,
kita harus tahu dahulu nilai baju itu bagi Ahmad yang diasumsikan setera dengan rupiah. Seandainya pola konsumsi Ahmad
diasumsikan dalam tabel berikut:
Harga baju per helai
(Rp)
Jumlah baju yang
dikonsumsi
Uang yang harus
dikeluarkan (Rp)
Kegunaan total /TU
(util)
Tambahan Kegunaan /
MU (util)
25.000 1 25.000 50.000 50.000
25.000 2 50.000 125.000 75.000
25.000 3 75.000 185.000 80.000
25.000 4 100.000 225.000 40.000
25.000 5 125.000 250.000 25.000
25.000 6 150.000 250.000 0
25.000 7 175.000 225.000 -25.000
25.000 8 200.000 100.000 -125.000
8. Wiji Safitri, SMB., MM.
Teori Kardinal (Cardinal Theory)
Lanjutan contoh:
Dari tabel sebelumnya walaupun telah terjadi penurunan MU (Hukum pertambahan manfaat yang makin menurun telah
terjadi) tetap lebih menguntungkan. Seandainya Ahmad terus menambah konsumsi bajunya maka setelah baju kelima
penambahan konsumsi tidak menambah TU bahkan dapat menurunkan TU karena MU sudah <0 (negative). Ditunjukkan
dalam kurva berikut:
-150000
-100000
-50000
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Grafik MU dan TU
Series2 Series3 Series4
TU
MU = 0, TU Maks
MU
Baju
Util
9. Wiji Safitri, SMB., MM.
Lanjutan contoh:
Dari tabel disimpulkan bahwa Ahmad akan berhenti mengonsumsi pada baju kelima. Jka setelah itu dia menambah
jumlah baju yang dikonsumsi, Tindakan ini bukan saja menambah TU, bahkan menguranginya. Ahmad berhenti
mengonsumsi pada saat harga baju (Rp. 25.000) sama dengan nilai utilitas marjinalnya (25.000 util).
MU = P
Prinsip ini berlaku untuk semua barang, sehingga konsumen akan mencapai kepuasan maksimum pada saat:
Mux = Px
Dimana:
MUx: = tambahan kegunaan X
Px = Harga X
10. Wiji Safitri, SMB., MM.
Teori Kardinal Ordinal (Ordinal Theory)
a. Kurva Indiferensi (Indifference Curve)
Menurut teori ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung. Hanya dapat dibandingkan, sebagaimana kita
menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk menjelaskannya Teori Ordinal menggunakan kurva
indiferensi (indifference curve).
Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang
memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen.
Suatu kurva indiferensi atau sekumpulan kurva indiferensi (yang disebut peta indiferensi atai indifference
map), dihadapi oleh hanya seorang konsumen.
Misal Sutarno mengombinasikan konsumsi makan bakso dengan makan sate.
11. Wiji Safitri, SMB., MM.
Teori Kardinal Ordinal (Ordinal Theory)
a. Kurva Indiferensi (Indifference Curve)
a. Kurva Indiferensi (Indifference Curve)
Persamaan matematis:
U = X.Y
Dimana,
U = tingkat kepuasan
X = makan bakso (mangkok per bulan)
Y = makan sate (porsi per bulan)
12. Wiji Safitri, SMB., MM.
Teori Kardinal Ordinal (Ordinal Theory)
a. Kurva Indiferensi (Indifference Curve)
Contoh Kurva Indiferensi (Indifference Curve):
Tabel Makan bakso dan makan sate yang memberi tingkat kepuasan sam abagi Sutarno
0
5
10
15
20
25
30
0 5 10 15 20 25 30
Makan bakso
Makan sate
U = X, Y
13. Wiji Safitri, SMB., MM.
Teori Kardinal Ordinal (Ordinal Theory)
a. Kurva Indiferensi (Indifference Curve)
Asumsi Kurva Indiferensi (Indifference Curve):
1. Semakin jauh kurva indiferensi dari titik origin, semakin tinggi tingkat kepuasannnya.
2. Kurva indiferensi menurun dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping) , dan cembung ke titik
origin
3. Kurva indiferensi tidak saling berpotongan (asumsi ini penting agar asumsi sensitivitas terpenuhi)
14. Wiji Safitri, SMB., MM.
Teori Kardinal Ordinal (Ordinal Theory)
b. Kurva Garis Anggaran
Garis anggaran (Budget Line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang membutuhkan
biaya (anggaran) yangs ama besar.
Misalnya garis anggaran dinotasikan sebagai BL, sedangkan harga sebagai P (Px untuk X dan Py untyuk Y) dan jumlah barang
yang dikonsumsi adalah Q (Qx untuk X dan Qy untuk Y), maka:
BL = Px. Qx + Py.Qy
Kemiringan (slope) kurva BL adalah negative, yang merupakan rasio Px dan Py.
Rumus slope kurva garis anggaran adalah:
- (OY/OX) = - (1/Py.M) / (1/Px.M) = - Px/Py
Px. X1 + Py. Y1 = Px .X2 + Py.Y2 = Px.X3 + Py.Y3
15. Wiji Safitri, SMB., MM.
Teori Kardinal Ordinal (Ordinal Theory)
c. Perubahan Harga Barang dan Pendapatan
❖ Perubahan harga dan pendapatan akan memengaruhi daya beli, diukur dari
besarnya luas bidang segitiga yang dibatasi kurva garis anggaran.
❖ Bila luas segitiga makin luas, daya beli meningkat
16. Wiji Safitri, SMB., MM.
Teori Kardinal Ordinal (Ordinal Theory)
d. Keseimbangan Konsumen
❖Kondisi keseimbangan adalah kondisi dimana konsumen mengalokasikan
seluruh pendapatannya untuk konsumsi.
❖Uang yang ada (jumlahnya tertentu) dipakai untuk mencapai tingkat
kepuasan tertinggi (maksimalisasi kegunaan), atau tingkat kepuasan
tertentu dapat dicapai dengan anggaran paling minim (minimalisasi
biaya).
❖Secara grafis kondisi keseimbangan tercapai pada saat kurva garis
anggaran (menggambarkan tingkat kemampuan) bersinggungan dengan
kurva indiferensi (menggambarkan kepuasan).
17. Wiji Safitri, SMB., MM.
Teori Kardinal Ordinal (Ordinal Theory)
e. Reaksi terhadap perubahan harga barang
❖ Keseimbangan yang dicapai dapat berubah karena pendapatan nyata berubah. Jika pendapatan nyata
meningkat, konsumen dapat menaikkan tingakat kepuasannya.
❖ Sebaliknya bila pendapatan nyata menurun, dengan terpaksa konsumen menurunkan tingkat kepuasannya,
disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang menurun.
❖ Salah satu factor yang dapat mengubah pendapatan nyata adalah perubahan harga barang.
1. Kurva Harga – Konsumsi (Price –Consumption Curve)
Perubahan harga salah satu barang menyebabkan rasio harga berubah. Akibatnya barang yang harganya turun
atau naik menjadi relative lebih murah atau mahal disbanding barang lainnya. Perubahan ini menyebabkan
pendapatan nyata berubah walaupun pendapatan nominal (money income) tidak berubah. Akhirnya jumlah
barang yang dikonsumsi berubah karena tingkat keseimbangan konsumen juga berubah. Perubahan tersebut
dapat digambarkan dalam kurva Harga – Konsumsi (Price Konsumption Curve).
PCC dapat didefinisikan sebagai tempat kedudukan (lokus) titik-titik keseimbangan konsumen pada berbagai
rasio harga sebagai akibat perubahan harga suatu barang, dimana pendapatan nominalnya tetap.
18. Wiji Safitri, SMB., MM.
Teori Kardinal Ordinal (Ordinal Theory)
e. Reaksi terhadap perubahan harga barang
2. Penurunan Kurva Permintaan (Demand Curve)
Kurva permintaan diasumsikan dalam tiga asumsi:
a. Konsumen berada pada kondisi keseimbangan
b. Pendapatan nominal tidak berubah
c. Harga nominal barang lain tidak berubah
3. Permintaan Individu dan Permintaan Pasar
Permintaan pasar adalah: jumlah permintaan individu – individu yang ada di pasar.
19. Wiji Safitri, SMB., MM.
Teori Kardinal Ordinal (Ordinal Theory)
f. Reasksi terhadap Perubahan Pendapatan Nominal
1. Kurva pendapatan konsumsi (Income –Consumption Curve)
➢ Income Consumption Curve (ICC) dapat didefinisikand engan tempat kedudukan titik – titik keseimbangan
konsumen pada berbagai tingkat pendapatan nominal, dimana harga nominal barang tidak berubah.
➢ Kemiringan ICC adalah positif karena umumnya permintaan terhadap suatu barang meningkat bila pendapatan
meningkat (barang normal).
➢ Sudut kemiringan ICC dapat memberikan indikasi apakah suatu barang merupakan berang kebutuhan pokok atau
barang mewah.
2. Kurva Engel (Engel Curve)
❖ Klarifikasi lebih jelas diperlukan untuk mengetahui apakah suatu barang merupakan barang kebutuhan pokok atau
barang mewah dilakukan dengan kurva Engel.
❖ Penemunya adalah Lorenz Ernst Engel (statistian Jerman abad 19), yang mencoba melihat hubungan antara tingkat
pendapatan dengan tingkat konsumsi.
❖ Bila kurva individu diturunkan dari Price Consumption Curve)< kurva Engel diturunkan dari Income Consumption
Curve (ICC).
20. Wiji Safitri, SMB., MM.
Teori Kardinal Ordinal (Ordinal Theory)
G. Efek Substitusi (Substitution Effect) dan Efek Pendapatan
(Income Effect)
Jika harga barang turun, maka ada dua komponen yang dipengaruhi:
1. Harga relative barang menjadi murah, sehingga apabila konsumen bergerak pada
tingkat kepuasan yang sama (kurva indiferensi awal) dan pendapatan nyata dianggap
tetap, maka konsumen akan menambah jumlah konsumsi barang yang harganya
menjadi relative lebih murah dan mengurangi jumlah konsumsi barang yang harganya
menajdi relative lebih mahal. Inilah yang disebut efek substitusi (substitution effect)
2. Pendapatan nyata berubah menyebabkan jumlah permintaan berubah. Jika perubahan
ini dilihat dari sisi harga barang lain dan pendapatan nominal dianggap tetap, kita akan
melihat efek pendapatan (income effect).