SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Download to read offline
1
KEGIATAN BELAJAR 4
Analisis Finansial Unggas Petelur
2
KEGIATAN BELAJAR 4. ANALISIS FINANSIAL UNGGAS PETELUR
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan
pertanian yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu,
serta telur yang bernilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan peternak,
meningkatkan devisa serta memperluas kesempatan kerja di pedesaan. Kegiatan
pengembangan usaha peternakan ayam petelur merupakan salah satu cara dalam
memenuhi kebutuhan telur di masyarakat hal tersebut mendorong seseorang untuk
berinvestasi dalam usaha peternakan ayam petelur. Investasi dalam usaha ayam
petelur tersebut cukup menjanjikan dan bersifat low risk.
Analisis finansial dapat digunakan suatu perusahaan untuk memberikan
informasi kepada peternak tentang besarnya keuntungan usahanya dan efisien
tidaknya penggunaan modal yang telah diinvestasikan, memberikan informasi
kepada pemerintah setempat dalam upaya pembinaan dan pengembangan usaha
peternakan ayam niaga petelur (Parasdya et al., 2013). Selain itu, jika Kita telah
terjun ke investasi peternakan ayam petelur, sudah seharusnya Kita perlu
mengevaluasi apakah usaha tersebut telah berhasil dan mampu memberikan
keuntungan secara optimal.
2. Relevansi
Kegiatan belajar ini berisikan teori tentang hal-hal yang berkaitan dengan
analisis finansial usaha peternakan ayam petelur. Relevansinya dengan budidaya
unggas petelur terutama ayam petelur dengan hasil akhir yang diharapkan adalah
mengetahui dan mampu mengevaluasi usaha peternakan ayam petelur sehingga
dikatakan berhasil dan mampu memberikan keuntungan secara optimal bagi
peternak.
3
3. Panduan Belajar
Pembelajaran materi dalam kegiatan belajar ini dilakukan secara berurutan
mulai dari pembahasan mengenai parameter keberhasilan ayam petelur sampai
dengan analisis finansial usaha peternakan ayam petelur. Pembelajaran dapat
dilakukan secara mandiri maupun tim dengan tambahan referensi lain baik dari
berbagai buku dan publikasi ilmiah yang terpercaya. Forum diskusi dan tes
formatif sebagai tolok ukur penguasaan materi dalam kegiatan belajar ini.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan belajar ini diharapkan peserta didik mampu
menganalisis prinsip agribisnis ternak unggas petelur dan aplikasinya dalam
pembelajaran bidang studi agribisnis ternak.
2. Sub Capaian Pembelajaran
1. Mampu menjelaskan parameter keberhasilan ayam petelur
2. Mampu menjelaskan komponen pengeluaran usaha peternakan ayam
petelur
3. Mampu menjelaskan komponen pemasukan usaha peternakan ayam
petelur
4. Mampu melakukan analisis investasi usaha peternakan ayam petelur
5. Mampu melakukan analisis finansial usaha peternakan ayam petelur
3. Uraian Materi
Parameter Keberhasilan Ayam Petelur
Bukan perkara yang mudah untuk mengetahui keberhasilan sebuah usaha
ayam petelur. Sejumlah data dan perhitungan diperlukan untuk menentukan
tingkat keberhasilan. Menurut Info Medion (2011), keberhasilan di sini dibagi
menjadi dua aspek, yaitu pencapaian produktivitas dan keuntungan finansial.
4
Pencapaian Produktivitas
Nilai standar produktivitas ayam telah ditentukan oleh perusahaan pembibit
(breeder). Standar tersebut meliputi hen day, berat telur, lama produksi, konversi
ransum, kekebalan dan daya hidup serta pertumbuhan. Pencapaian performan
tersebut tergantung dari manajemen pemeliharaan yang diterapkan oleh masing-
masing peternak.
Hen Day (HD). Hen day ialah persentase produksi telur yang dihasilkan
oleh ayam produktif per hari. Rata-rata produksi (HD) ayam petelur selama
hidupnya ialah 80% dengan HD mencapai puncak produksi pada angka 95% dan
persistensi produksi (lama bertahan dipuncak HD > 90%) selama 23 – 24 minggu
(rata-rata strain ayam petelur).
Feed Conversion Ratio (FCR). Konversi ransum atau FCR dalam
peternakan ayam petelur merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi ayam untuk
menghasilkan sebutir telur. Ayam yang baik akan mengkonsumsi sejumlah
ransum lebih sedikit dibandingkan telur yang dihasilkan. Idealnya satu kilogram
ransum dapat menghasilkan satu kilogram telur atau lebih. Namun sampai saat ini,
hal itu belum pernah ada. Nilai FCR untuk ayam petelur adalah 2.1 – 2.3.
Tingkat Kematian (Mortalitas). Mortalitas ditentukan oleh banyak faktor
seperti kesalahan manajemen pemeliharaan dan infeksi bibit penyakit. Untuk
mencegah tingginya angka mortalitas, maka jalan keluarnya ialah meminimalkan
faktor penyebab mortalitas. Mortalitas akan mempengaruhi nilai penyusutan
ayam. Standar mortalitas ayam petelur selama masa grower adalah 2 – 3%,
sedangkan pada masa produksi adalah 4 – 7%. Berikut disajikan mortalitas
kumulatif ayam petelur berdasarkan umur. Berikut disajikan tabel ringkasan
standar kinerja ayam petelur dan Gambar pertumbuhan dan perkembangan ayam
petelur.
Tabel 1. Ringkasan standar kinerja ayam petelur
Masa pertumbuhan (hingga 17 minggu):
Daya hidup 98%
Konsumsi pakan 5.75 – 6.13 kg
Berat badan pada 17 minggu 1.4 – 1.48 kg
Masa bertelur (hingga 100 minggu):
5
Persentase puncak produksi 95 – 96%
Telur hen day hingga 60 minggu (hen day = populasi
ayam saat ini)
Telur hen day hingga 90 minggu
Telur hen day hingga 100 minggu
257 – 266
419 – 432
468 – 483
Telur hen housed hingga 60 minggu (hen housed =
populasi ayam saat pertama kali dimasukkan dalam
kandang)
Telur hen housed hingga 90 minggu
Telur hen housed hingga 100 minggu
253 – 262
408 – 421
453 – 467
Daya hidup hingga 60 minggu
Daya hidup hingga 100 minggu
97%
92%
Jumlah hari hingga mencapai produksi 50% (dari
menetas)
140 hari
Berat telur pada 26 minggu
Berat telur pada 32 minggu
Berat telur pada 70 minggu
Berat telur pada 100 minggu
57.3 – 59.7 gr/butir
60.1 – 62.5 gr/butir
62.9 – 65.5 gr/butir
64 – 66.7 gr/butir
Massa telur total per hen housed (18 – 100 minggu) 28,4 kg
Berat badan pada 32 minggu
Berat badan pada 70 minggu
Berat badan pada 100 minggu
1.85 – 1.97 kg
1.91 – 2.03 kg
1.92 – 2.04 kg
Kebebasan dari cemaran dalam telur Sangat baik
Kekuatan cangkang Sangat baik
Warna cangkang pada 38 minggu
Warna cangkang pada 56 minggu
Warna cangkang pada 70 minggu
Warna cangkang pada 100 minggu
87
85
81
78
Nilai Haugh Unit (HU) pada 38 minggu
Nilai Haugh Unit (HU) pada 56 minggu
Nilai Haugh Unit (HU) pada 70 minggu
Nilai Haugh Unit (HU) pada 100 minggu
90
84
81.1
79.3
Konsumsi pakan harian rata-rata (18 – 100 minggu) 105 – 112 gr/hari/ekor
Tingkat konversi pakan, kg pakan/kg telur (20 – 60
minggu)
Tingkat konversi pakan, kg pakan/kg telur (20 – 100
minggu)
1.87 – 1.99
1.98 – 2.1
Pemanfaatan pakan, kg telur/kg pakan (20 – 60 minggu)
Pemanfaatan pakan, kg telur/kg pakan (20 – 100
minggu)
0.5 – 0.54
0.48 – 0.51
Konsumsi pakan per 10 telur (20 – 60 minggu)
Konsumsi pakan per 10 telur (20 – 100 minggu)
1.18 – 1.22 kg
1.28 – 1.32 kg
Konsumsi pakan per lusin telur (20 – 60 minggu)
Konsumsi pakan per lusin telur (20 – 100 minggu)
1.42 – 1.46 kg
1.54 – 1.58 kg
Warna kulit Kuning
Kondisi kotoran Kering
6
Sumber: Hy-line (2018)
Gambar 1. Pertumbuhan dan perkembangan ayam petelur
Sumber: Hy-line (2018)
Aspek Keuntungan Finansial
Untuk mengetahui keuntungan atau kerugian suatu usaha dari segi finansial,
maka dilakukan analisis laporan keuangan untuk mengetahui Break Even Point
(BEP). Break Even Point adalah titik impas antara jumlah biaya produksi
(pengeluaran) dan tingkat harga pendapatan (pemasukan). Pada saat mencapai
BEP, peternak hanya memperoleh keuntungan = 0. Untuk mendapatkan
7
keuntungan maka harga jual telur harus di atas nilai titik impas tersebut. Rumus
yang digunakan untuk menghitung BEP adalah :
( ) ( ) ( )
Keterangan:
R = Harga ransum per kg
FCR = Feed Conversion Ratio
EM = Egg Mass (kg telur yang diproduksi selama 60 minggu)
HP = Harga pullet (biaya pemeliharaan) dari DOC sampai pullet (0 – 16
minggu)
HAF = Harga ayam afkir
BOVK = Biaya obat, vaksin, dan kimia
BO = Biaya operasional
Selama ini tidak jarang dijumpai peternak yang kurang tepat dalam
menghitung keuntungan. Umumnya, mereka hanya menghitung keuntungan dari
selisih penjualan telur dengan biaya umum yang telah dikeluarkan. Biaya umum
tersebut hanya terdiri dari biaya ransum, tenaga kerja, dan biaya obat serta vaksin.
Sebagai contoh hasil penjualan telur adalah Rp 20.000.000 dan biaya pengeluaran
(ransum, tenaga kerja, dan obat-obatan) adalah Rp 17.000.000, maka keuntungan
yang diperoleh sebesar Rp 3.000.000.
Metode perhitungan seperti di atas masih kurang tepat karena sesungguhnya
biaya yang dikeluarkan untuk produksi bukan hanya terdiri dari biaya ransum,
tenaga kerja, dan obat-obatan saja tapi masih ditambah pula dengan biaya-biaya
penyusutan dan biaya operasional lainnya.
Komponen Pengeluaran – Break Even Point (BEP)
Kunci keberhasilan pemeliharaan ayam petelur terletak pada pencapaian
produksi telur yang optimal dan efisiensi biaya. Efisiensi ini terkait dalam hal
manajemen. Bukan hanya manajemen pemeliharaan ternak, tapi juga manajemen
8
dalam melihat peluang pasar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
analisis laporan keuangan yang menjadi patokan penentuan untung dan rugi
adalah nilai BEP. Sesungguhnya BEP dipengaruhi pula oleh faktor-faktor biaya
produksi yang terdiri dari biaya ransum; Obat, Vaksin dan Kimia (OVK);
penyusutan ayam; penyusutan kandang; dan biaya operasional. Suatu peternakan
akan dikatakan efisien jika memiliki nilai BEP seminimal mungkin. Berikut akan
coba dijabarkan mengenai komponen BEP untuk mencapai konsep efisien.
Biaya Penyusutan
Hal yang tidak kalah penting dalam usaha peternakan ayam petelur ialah
perhitungan biaya penyusutan dalam biaya produksi. Kadangkala peternak lupa
memasukkan biaya penyusutan ke dalam perhitungan sehingga hasil perhitungan
dengan laba yang diperoleh tidak sesuai. Biaya penyusutan yang dimaksud
meliputi penyusutan ayam, kandang, dan peralatan kandang.
 Penyusutan ayam
Pada usaha peternakan ayam petelur, Kita dapat memelihara ayam dari Day
Old Chicken (DOC) sampai afkir atau memelihara dari pullet sampai afkir. Bila
memelihara dari pullet sampai afkir, maka yang diperhitungkan adalah harga
ayam ditambah biaya masa produksi. Day old chicken atau ayam pullet ini disebut
bibit.
Untuk menghitung biaya produksi yang dikeluarkan dari sektor bibit, tidak
hanya jumlah seluruh modal untuk pembelian bibit, tetapi juga harus
diperhitungkan dengan nilai yang hilang (penyusutan bibit/ayam). Penyusutan
ayam di sini bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu peningkatan umur dan mortalitas.
Peningkatan umur. Peningkatan umur berpengaruh terhadap produksi.
Ayam petelur mulai berproduksi umur 18 minggu. Produksi telur dimulai dengan
produksi rendah kemudian meningkat dan puncaknya pada umur 24 – 26 minggu.
Setelah mengalami puncak produksi, maka produksi akan turun perlahan-lahan.
Ayam bisa berproduksi sampai tingkat menguntungkan sampai umur 20 bulan.
Jadi mulai awal produksi pada umur 5 bulan dan berakhir pada umur 20 bulan
9
berarti ayam hanya berproduksi efektif selama 15 bulan. Penyusutan harga ayam
setiap bulan dihitung dengan rumus berikut:
( ) ( )
Keterangan:
P2 = Jumlah ayam pullet
HP = Harga ayam pullet atau biaya pemeliharaan dari DOC – pullet
AA = Jumlah ayam afkir
HAA = Harga ayam afkir
Mortalitas. Mortalitas sangat berpengaruh terhadap produksi telur (HD).
Jika mortalitas tinggi maka jumlah ayam produktif menurun dan HD pun akan
ikut menurun. Akibatnya pendapatan dari hasil penjualan telur juga menurun.
Semakin tinggi mortalitas, nilai penyusutan ayam juga semakin tinggi. Lakukan
manajemen kesehatan, pemeliharaan, dan biosekuriti yang ketat dan disiplin untuk
meminimalkan mortalitas. Biaya penyusutan ayam akibat mortalitas:
 Penyusutan kandang
Beban biaya penyusutan kandang, tidak termasuk nilai lahan. Karena lahan
nilainya tidak menyusut, malah akan naik terus dari waktu ke waktu. Kandang
dapat dibuat di tanah milik pribadi atau sewa. Kandang ayam petelur bisa terbuat
dari bambu, kayu atau kawat. Kandang bambu atau kayu lebih cocok untuk usaha
peternakan skala kecil, sementara kandang dari kawat lebih cocok untuk
peternakan skala besar. Kandang bambu atau kayu, biaya investasinya rendah
namun penyusutannya lebih cepat. Sementara kandang kawat, investasinya tinggi
namun penyusutannya juga lama. Sehingga sebenarnya kandang kawat jatuhnya
lebih murah dibandingkan dengan kandang bambu. Lama ketahanan kandang
selama 10 tahun. Penyusutan kandang dihitung dengan rumus berikut:
10
( )
Keterangan:
BK/SK = Biaya investasi bangunan kandang atau biaya sewa kandang
LKK/LSDK = Lama ketahanan atau lama sewa kandang
 Peralatan kandang
Peralatan kandang yang digunakan meliputi pemanas indukan, tempat
ransum, dan tempat minum. Sama halnya dengan kandang, peralatan kandang
juga mengalami penyusutan. Perawatan peralatan secara rutin dapat membantu
menekan biaya penyusutan. Cara menghitung penyusutan peralatan kandang
yaitu:
( )
Keterangan:
Lama ketahanan peralatan kandang rata-rata adalah selama 4 tahun
Biaya Ransum
Ransum pada pemeliharaan ayam petelur dikelompokkan berdasarkan
periode pemeliharaannya, yaitu masa starter, grower, dan layer (produksi).
Ransum untuk layer dapat langsung menggunakan pakan buatan pabrik atau
melakukan pencampuran sendiri.
Porsi terbesar komponen pembentuk harga pokok produksi telur adalah
ransum yaitu kurang lebih 75%. Maka dari itu segala daya upaya harus
diusahakan agar bisa menghasilkan penghematan pemakaian ransum tetapi tanpa
mengorbankan sisi produktivitas. Dalam pembelian ransum, yang sering
diperhitungkan oleh peternak adalah pertimbangan masalah harga ransum. Selisih
11
sedikit saja, peternak bisa berganti merk. Penyebabnya adalah besarnya biaya
yang tersedot pada penyediaan ransum tersebut. Padahal, mahalnya harga ransum
bukanlah faktor terpenting. Yang terpenting adalah mutu ransum (feed quality).
Akan menjadi lebih buruk lagi jika ransum yang harganya relatif murah tersebut
ternyata banyak mengandung zat-zat racun makanan (feed toxin). Bahkan
pemberian ransum dengan kualitas lebih rendah dari standar pada periode starter
bisa mengakibatkan laju pertumbuhannya terhambat dan akan berujung pada
pencapaian berat yang lebih rendah dari perkiraan.
Peternak yang sudah berpengalaman (memiliki dasar-dasar pengetahuan
mengenai bahan pakan) sebaiknya dapat menyusun ransum sendiri. Tujuannya
adalah agar biaya ransum dapat dihemat, sehingga keuntungan yang akan
diperoleh juga meningkat. Selain itu, dengan menyusun ransum sendiri, peternak
dapat menentukan bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan dalam penyusunan dan
lebih efesien karena bahan-bahan pakan cukup tersedia di lingkungan peternakan.
Cara perhitungan jumlah ransum yang dibutuhkan oleh ayam setiap bulannya
yaitu:
Biaya Kesehatan
Peternakan ayam petelur memerlukan obat-obatan (antibiotik, vitamin, anti
parasit, dan anti cacing), vaksin (vaksin aktif dan vaksin inaktif) dan kimia
(desinfektan dan insektisida) agar ayam tetap sehat dan berproduksi secara
optimal. Vaksinasi, pemberian obat-obatan, vitamin, pemberantasan hama lalat
dan kutu serta biosekuriti juga harus diberikan secara berkala. Semua biaya itu
dimasukkan ke dalam biaya Obat, Vaksin, dan Kimia (OVK). Jika kejadian
penyakit bisa dicegah, pengeluaran dari OVK juga bisa ditekan.
12
( )
Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja meliputi gaji pokok dan bonus. Pemberian bonus
diperlukan sebagai sebuah reward (balas jasa) atas kinerja yang optimal. Bila
peternak menggunakan peralatan serba otomatis pada peternakannya, maka tenaga
kerja yang dibutuhkan lebih sedikit dan biaya ini pun bisa ditekan. Dalam usaha
budidaya skala kecil, penyerapan tenaga kerja yang masih berasal dari sanak
keluarga juga dapat menghemat tenaga buruh.
Biaya Lain-lain
Biaya ini termasuk pengeluaran biaya rutin yang tidak bisa dimasukkan ke
dalam pengeluaran yang telah disebutkan sebelumnya, seperti listrik, pemanas,
litter, ongkos transportasi, dan lain-lain. Biaya tidak terduga seperti biaya sosial,
kesehatan karyawan, keamanan, kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan kerja juga
masuk dalam biaya lain-lain.
Setelah telur diproduksi, masih ada biaya yang harus dikeluarkan untuk
menjualnya walaupun dijual di tempat (di kandang atau gudang telur). Biaya-
biaya itu meliputi telepon, listrik, susut bobot, retak, pecah, upah tenaga kerja,
kemasan (peti kayu, egg tray, tali, label, dan lain-lain), sehingga biaya ini pun
masuk ke dalam biaya lain-lain.
Komponen Pemasukan
BEP merupakan bentuk pengeluaran dalam usaha peternakan, sedangkan
pemasukan terdiri dari:
Penjualan Telur
Informasi pasar selayaknya selalu diketahui oleh peternak. Fluktuasi harga
telur yang selalu terjadi membuat peternak harus selalu melakukan pemantauan
pasar. Produksi telur dari bulan ke bulan tidak sama, karena itu untuk menghitung
13
produksi telur (HD) setiap bulannya dilakukan dengan mengkalkulasikan data
produksi harian. Di sinilah pentingnya pencatatan atau recording harian. Perlu
juga Kita memprediksikan pendapatan dari penjualan telur berdasarkan data
produksi rata-rata bulanan dan harga rata-rata per bulan.
Keterangan:
RHD = Rata-rata Hen Day (%)
A = Jumlah ayam
T = Jumlah 1 kg telur (16 butir)
Kotoran Ayam
Kotoran ayam umumnya sampai 30 karung per bulan per 1000 ekor dan
biasanya dijual untuk dijadikan pupuk kandang. Penjualan kotoran kandang dapat
memberikan sumbangan pendapatan bagi peternak.
( )
Sumber pemasukan lainnya adalah penjualan ayam afkir, namun hal
tersebut sudah diperhitungkan dalam penyusutan bibit.
Simulasi Analisis Investasi Usaha Peternakan Ayam Petelur
Perhitungan biaya pemeliharaan pullet yang dipelihara sendiri (16 minggu)
tercantum pada Tabel 34 dengan diketahui:
o Harga DOC layer = Rp 4.000/ekor
o Jumlah konsumsi ayam petelur fase starter selama 4 bulan = 5.48
kg/ekor
o Biaya investasi kandang postal untuk pemeliharaan fase starter dengan
kapasitas 1000 ekor = Rp 12.000.000
14
o Biaya investasi peralatan kandang untuk kapasitas 1000 ekor = Rp
2.500.000
o Biaya kesehatan DOC sampai pullet = Rp 5.770,36/ekor
o Biaya tenaga kerja = Rp 400.000/bulan
o Biaya lain-lain = Rp 200.000/bulan
o Mortalitas pemeliharaan dari DOC sampai pullet = 2%
Tabel 2. Rincian biaya pemeliharaan pullet yang dipelihara sendiri (umur 1 – 16
minggu)
Sumber: Info Medion (2011)
Berdasarkan data di atas, jika mortalitas selama masa pemeliharaan starter
sebesar 2%, maka harga pullet yang dipelihara sendiri adalah:
( )
Ada selisih Rp 4.033,99 dari harga pullet jadi/pullet pabrikan (Rp 40.000/
ekor). Perlu diketahui bahwa pullet buatan sendiri lebih terjamin kualitasnya
karena peternak bisa mengetahui sejarah pemeliharaannya. Namun memerlukan
waktu cukup lama untuk pemeliharaannya.
Perhitungan biaya produksi (pengeluaran) pemeliharaan fase grower (pullet
sampai afkir) tercantum pada tabel di bawah, dengan diketahui data pendukung:
o Mortalitas ayam fase grower sampai afkir = 4%
o Lama pemeliharaan fase grower/pullet sampai afkir = 15 bulan
15
o Jumlah konsumsi layer selama fase grower/pullet sampai afkir = 0.115
kg/ekor/hari
o Biaya kesehatan = Rp 1.905/ekor
Tabel 3. Rincian biaya produksi lanjutan (fase grower sampai layer)
Sumber: Info Medion (2011)
Rincian pendapatan atau pemasukan dari hasil produksi layer dapat dilihat
pada tabel di bawah, dengan data pendukung:
o Rata-rata HD = 75%
o Harga telur/kg = Rp 12.500/kg
o Jumlah telur/kg = 16 butir
o Harga kotoran = Rp 3.500/karung
o Total kotoran = 30 karung
Tabel 4. Rincian perhitungan hasil produksi
Sumber: Info Medion (2011)
16
Dari data tersebut, diperoleh keuntungan:
Jika memelihara dari DOC sampai afkir sendiri = Rp 1.886.044,01
Jika memelihara dari pullet sampai afkir = Rp 1.669.946,67
Keuntungan (laba) yang diperoleh dari perhitungan masih termasuk laba
kotor dan akan menghasilkan laba bersih setelah dikurangi pajak. Nilai laba bersih
berguna untuk mendapatkan nilai profit margin, Return of Investment (ROI) dan
Returno of Equity (ROE), dimana nilai-nilai tersebut nantinya akan dibandingkan
dengan nilai rata-rata peternakan ayam petelur dan nilai pada periode usaha tahun
sebelumnya. Dari perbandingan tersebut, bisa dilihat apakah usaha ayam petelur
yang Kita jalankan sudah efisien atau belum.
Simulasi Analisis Finansial Usaha Peternakan Ayam Petelur
Menurut Sanusi (2000), analisis usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh
mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha.
Hasil analisis usaha digunakan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan
untuk melanjutkan usaha atau tidak melanjutkan usaha. Kelayakan suatu usaha
akan menentukan keputusan dalam melanjutkan usaha. Kelayakan usaha
merupakan kondisi usaha yang dapat memberikan manfaat secara finansial dan
sosial benefit. Analisis finansial adalah analisis usaha dalam menilai manfaat
finansial dari sudut pandang pemilik. Analisis finansial melihat segi cash-flow
dari suatu usaha, yaitu perbandingan antara hasil penerimaan dengan total biaya
yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria keuntungan suatu
usaha. Hasil finansial sering juga disebut private returns.
Menurut Kadariah (2001), terdapat beberapa metode analisis finansial
berdasarkan kriteria investasi, yaitu metode Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Return On Investmen (ROI), dan
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio).
Net Present Value (NPV). Net present value merupakan selisih antara nilai
sekarang (present value benefit) dan nilai biaya sekarang (present value cost)
17
selama umur proyek dengan tingkat bunga tertentu (Mariyah, 2010). Rumus untuk
menghitung NPV adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Bt = Manfaat proyek pada tahun t
Ct = Biaya proyek pada tahun t
n = Umur ekonomis proyek
i = Tingkat bunga
t = Tahun
Dari perhitungan tersebut, apabila diperoleh:
NPV > 0, maka proyek layak diteruskan
NPV < 0, maka proyek tak layak diteruskan
NPV = 0, maka proyek akan mengembalikan tepat sebesar tingkat bunga yang
sedang berlaku.
Internal Rate of Return (IRR). Internal rate of return adalah suatu tingkat
bunga (bukan bunga bank) yang menggambarkan tingkat keuntungan usaha
dimana nilai sekarang netto dari seluruh ongkos investasi usaha (total net cash
flow setelah di present value-kan (Nilai Sekarang Netto = NSN), jumlah sama
dengan biaya investasi (project cost atau initial cost) (Muhammad et al., 2017).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
IRR = Tingkat keuntungan internal
NPV¹ = Nilai Rp pada tingkat bunga terendah dengan NPV positif
NPV² = Nilai Rp pada tingkat bunga tertinggi dengan NPV negatif
18
i¹ = Tingkat bunga terendah yang memberikan nilai NPV positif
i² = Tingkat bunga tertinggi yang memberikan nilai NPV negatif
Dari perhitungan IRR apabila diperoleh:
IRR > i, maka NPV > 0, maka proyek layak diteruskan.
IRR < i, maka NPV < 0, maka proyek tidak layak diteruskan.
IRR = i, maka NPV = 0, maka proyek akan cukup menutupi seluruh biaya dengan
tingkat bunga yang sedang berlaku.
Payback Period (PP). Payback period dilakukan untuk mengetahui jangka
waktu pengembalian investasi. Payback period merupakan jangka waktu periode
yang dibutuhkan untuk membayar kembali semua biaya yang telah dikeluarkan di
dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik
proyek tersebut untuk diusahakan.
Keterangan:
PP = Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal/investasi
(tahun/bulan)
I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan (Rp)
Ab = Manfaat bersih rata-rata per tahun (Rp)
Berikut merupakan contoh sederhana analisis finansial usaha peternakan
ayam petelur UD. Balebat yang dilaporkan oleh Ulfa et al. (2014):
Return on Investmen (ROI). Return on investmen digunakan untuk menilai
kelayakan investasi usaha atau proyek, sebuah usaha dikatakan layak dijalankan
apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku pada saat
usaha tersebut diusahakan (Suparno dan Maharani, 2017).
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio). Rasio biaya manfaat adalah jumlah
serangkaian manfaat dibagi dengan biaya yang telah dikalikan dengan faktor
diskonto. Suatu usaha dikatakan menguntungkan jika nilai B/C lebih besar dari 1
(Widiati et al., 2017).
19
 Biaya Produksi
Biaya produksi pada UD. Balebat berupa biaya tetap (fixed cost) dan biaya
tidak tetap (variable cost).
Tabel 5. Biaya tetap perusahaan ayam petelur UD. Balebat
Tabel 6. Biaya tidak tetap perusahaan ayam petelur UD. Balebat
Biaya tidak tetap adalah biaya yang selalu berubah-ubah menurut besar
kecilnya produksi. Biaya tidak tetap meliputi pakan, kesehatan, upah tenaga kerja,
telepon, servis kandang dan peralatan, listrik dan lain-lain.
20
 Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan utama UD. Balebat berasal dari penjualan telur utuh sedangkan
penerimaan sampingan berasal dari penjualan telur retak, penjualan ayam afkir,
kotoran dan karung goni.
Tabel 7. Penerimaan total perusahaan ayam petelur UD. Balebat
Penerimaan dari penjualan telur ayam per tahun dihitung berdasarkan harga
jual per kilogram dikalikan dengan kilogram jumlah telur yang diproduksi tiap
tahunnya. Harga telur merupakan harga yang berlaku sesuai dengan harga pasar.
Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.
Pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan kotor dan bersih.
 Analisis Finansial
Tabel 8. Pendapatan perusahaan ternak ayam petelur UD. Balebat
21
Tabel 9. Hasil analisis finansial perusahaan ayam petelur UD. Balebat
No Metode analisis Satuan Nilai
1 ROI % 47.94
2 PP tahun 1.62
3 B/C ratio 1.57
Perusahaan ayam petelur UD. Balebat berdasarkan perhitungan memiliki
nilai ROI selama 3 tahun yaitu 47.94% yang berarti dalam setiap Rp 100 modal
atau biaya yang ditanamkan pada usahanya menghasilkan keuntungan sebesar Rp
47,94. Perusahaan ayam petelur UD. Balebat dinyatakan mampu menghasilkan
keuntungan dari investasi yang ditanamkan sehingga dapat dikatakan layak secara
finansial karena nilai ROI dibandingkan dengan suku bunga deposito bank sebesar
5.25%. Di samping itu, perhitungan nilai PP diperoleh nilai sebesar 1.62. Hasil ini
menunjukkan bahwa perusahaan ayam petelur UD. Balebat dapat mengembalikan
investasi yang ditanamkan selama 1 tahun 7 bulan 13 hari. Hal ini berarti
pengembalian investasi lebih cepat daripada waktu yang ditentukan, yaitu 5 tahun
dan dinyatakan menguntungkan. Apabila PP lebih pendek dari yang ditentukan,
maka usaha dikatakan menguntungkan, sedangkan jika lebih lama maka usaha
ditolak. Hasil analisis BCR pada UD. Balebat menunjukkan bahwa total nilai PV
proceed sebesar Rp 4.735.418.510 dan PV outlay sebesar Rp. 3.009.809.167.
Maka, perbandingan nilai-nilai tersebut adalah sebesar 1.57. Hasil analisis BCR
yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa perusahaan ayam petelur UD.
Balebat mempunyai penerimaan yang lebih besar dari biaya sehingga dikatakan
mampu menghasilkan keuntungan.
Contoh hasil penelitian analisis finansial usaha peternakan ayam petelur
lainnya dapat diakses pada link berikut ini:
1. http://fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/jurnal-boya-
105050113111072.pdf
2. http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/article/viewFile/10505/10060
3. http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/75493/1/H15ata.pdf
22
4. https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/136612/jurnal_epr
oc/analisis-kelayakan-pengembangan-usaha-budidaya-ayam-ras-petelur-
maya-rolet.pdf
5. http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Pembangunan/article/view/1
92
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Parameter keberhasilan suatu usaha ayam petelur dibagi menjadi dua aspek,
yaitu pencapaian produktivitas dan keuntungan finansial. Kunci keberhasilan
pemeliharaan ayam petelur terletak pada pencapaian produksi telur yang optimal
dan efisiensi biaya. Analisis laporan keuangan yang menjadi patokan penentuan
untung dan rugi adalah nilai Break Even Point (BEP). Komponen BEP merupakan
bentuk pengeluaran dalam usaha peternakan yang terbagai atas biaya penyusutan,
biaya ransum, biaya kesehatan, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Sedangkan
komponen pemasukan terbagi atas penjualan telur dan kotoran ayam.
Analisis finansial adalah analisis usaha dalam menilai manfaat finansial dari
sudut pandang pemilik. Analisis finansial melihat segi cash-flow dari suatu usaha,
yaitu perbandingan antara hasil penerimaan dengan total biaya yang dinyatakan
dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria keuntungan suatu usaha. Hasil
finansial sering juga disebut private returns. Metode analisis finansial berdasarkan
kriteria investasi, yaitu metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Payback Period (PP), Return On Investmen (ROI), dan Benefit Cost Ratio
(B/C Ratio).
Daftar Pustaka
Hy-line. 2018. Panduan Manajemen.
https://www.hyline.com/userdocs/pages/BRN_COM_BAH.pdf. Diakses
tanggal 20 September 2019.
23
Info Medion .2011. Seberapa Efisienkah Investasi Layer Anda?.
https://www.medion.co.id/id/2010/01/27/seberapa-efisienkah-investasi-
layer-anda/. Diakses tanggal 18 Oktober 2019.
Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. FE UI, Jakarta.
Mariyah. 2010. Analisis finansial budidaya ayam petelur di Kalimantan Timur.
EPP 7 (2): 6-13.
Muhammad, Hadayani, dan A. Laapo. Analisis kelayakan finansial usaha
peternakan ayam petelur pada CV. Taufik Nur di kota Palu. J. Agroland 24
(1): 18-26.
Parasdya. W, S. Mastuti, O. E. Djatmiko. 2013. Analisis finansial usaha
peternakan ayam niaga petelur di kecamatan Kademangan kabupaten Blitar.
Jurnal Ilmiah Peternakan. 1 (1): 88-98.
Sanusi, B. 2000. Pengantar Evaluasi Proyek. FE UI, Jakarta.
Suparno dan D. Maharani. 2017. Analisis kelayakan usaha peternakan ayam ras
petelur di kecamatan Ambunten, kabupaten Sumenep. Maduranch 2 (1): 31-
36.
Ulfa, Z., W. Sarengat, dan S. I. Santoso. 2014. Analisis finansial usaha peternakan
ayam petelur UD. Balebat di desa Karang Kobar kecamatan Sukorejo
kabupaten Kendal. Animal Agriculture Journal 3 (3): 476-482.

More Related Content

What's hot

PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.pptPENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.pptirhamakbar7
 
Laporan vegetatif pamelo
Laporan vegetatif pameloLaporan vegetatif pamelo
Laporan vegetatif pameloEkal Kurniawan
 
EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTANEKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTANEDIS BLOG
 
Model sebagai Media Pembelajaran
Model sebagai Media PembelajaranModel sebagai Media Pembelajaran
Model sebagai Media PembelajaranSiti Nur Aeni
 
Matematika bab 1 kelas 1 MI/SD
Matematika bab 1 kelas 1 MI/SDMatematika bab 1 kelas 1 MI/SD
Matematika bab 1 kelas 1 MI/SDizy zafr
 
Pengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayatiPengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayatiDesti Diana Putri
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
 
MACAM MACAM DAUR
MACAM MACAM DAURMACAM MACAM DAUR
MACAM MACAM DAUREDIS BLOG
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPy Bayu
 
Matematika Kelas 5 (Denah dan Skala).pptx
Matematika Kelas 5 (Denah dan Skala).pptxMatematika Kelas 5 (Denah dan Skala).pptx
Matematika Kelas 5 (Denah dan Skala).pptxNoor Daswan
 
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpaduLaporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpaduLaode Syawal Fapet
 

What's hot (20)

PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.pptPENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
 
Laporan vegetatif pamelo
Laporan vegetatif pameloLaporan vegetatif pamelo
Laporan vegetatif pamelo
 
EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTANEKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
 
Filsafat pertanian
Filsafat pertanianFilsafat pertanian
Filsafat pertanian
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran
 
Penyakit Bulai Pada Jagung
Penyakit Bulai Pada JagungPenyakit Bulai Pada Jagung
Penyakit Bulai Pada Jagung
 
Model sebagai Media Pembelajaran
Model sebagai Media PembelajaranModel sebagai Media Pembelajaran
Model sebagai Media Pembelajaran
 
Matematika bab 1 kelas 1 MI/SD
Matematika bab 1 kelas 1 MI/SDMatematika bab 1 kelas 1 MI/SD
Matematika bab 1 kelas 1 MI/SD
 
Laporan pesti 4
Laporan pesti 4Laporan pesti 4
Laporan pesti 4
 
Menggambar
MenggambarMenggambar
Menggambar
 
Pengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayatiPengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayati
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
MACAM MACAM DAUR
MACAM MACAM DAURMACAM MACAM DAUR
MACAM MACAM DAUR
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi
 
Laporan resmi(1)
Laporan resmi(1)Laporan resmi(1)
Laporan resmi(1)
 
Matematika Kelas 5 (Denah dan Skala).pptx
Matematika Kelas 5 (Denah dan Skala).pptxMatematika Kelas 5 (Denah dan Skala).pptx
Matematika Kelas 5 (Denah dan Skala).pptx
 
Agung_Nugroho_FP_UB_1999-2015_pipg
Agung_Nugroho_FP_UB_1999-2015_pipgAgung_Nugroho_FP_UB_1999-2015_pipg
Agung_Nugroho_FP_UB_1999-2015_pipg
 
Laporan perlintan
Laporan perlintanLaporan perlintan
Laporan perlintan
 
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpaduLaporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
 
Ilmu Usahatani
Ilmu UsahataniIlmu Usahatani
Ilmu Usahatani
 

Similar to Analisis Finansial Unggas Petelur

AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4PPGhybrid3
 
Morfologi ayam boiler
Morfologi ayam boilerMorfologi ayam boiler
Morfologi ayam boilerputri kembar
 
Contoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAAN
Contoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAANContoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAAN
Contoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAANKevin Meilina
 
Pendahuluan Produksi Ternak Unggas
Pendahuluan Produksi Ternak UnggasPendahuluan Produksi Ternak Unggas
Pendahuluan Produksi Ternak UnggasEmi Suhaemi
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1PPGhybrid3
 
kuliah manajemen usaha peternakan.ppt
kuliah manajemen usaha peternakan.pptkuliah manajemen usaha peternakan.ppt
kuliah manajemen usaha peternakan.pptbudiresno
 
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdfMANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdfYuziNosfris
 
Mengevaluasi usaha budidaya ayam pedaging
Mengevaluasi usaha budidaya ayam pedagingMengevaluasi usaha budidaya ayam pedaging
Mengevaluasi usaha budidaya ayam pedagingDiva Syachrani
 
PPT ANS FIX.pptx
PPT ANS FIX.pptxPPT ANS FIX.pptx
PPT ANS FIX.pptxfarissandi1
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3PPGhybrid3
 
Budidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurBudidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurDisty Ridha H
 
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okPembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okMasyithahRachmat30
 
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptx
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptxPPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptx
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptxwidyatihasibuan1
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1PPGhybrid3
 

Similar to Analisis Finansial Unggas Petelur (20)

AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4
 
Morfologi ayam boiler
Morfologi ayam boilerMorfologi ayam boiler
Morfologi ayam boiler
 
Contoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAAN
Contoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAANContoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAAN
Contoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAAN
 
Pendahuluan Produksi Ternak Unggas
Pendahuluan Produksi Ternak UnggasPendahuluan Produksi Ternak Unggas
Pendahuluan Produksi Ternak Unggas
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1
 
Bakal sapo
Bakal sapoBakal sapo
Bakal sapo
 
kuliah manajemen usaha peternakan.ppt
kuliah manajemen usaha peternakan.pptkuliah manajemen usaha peternakan.ppt
kuliah manajemen usaha peternakan.ppt
 
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdfMANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
 
Mengevaluasi usaha budidaya ayam pedaging
Mengevaluasi usaha budidaya ayam pedagingMengevaluasi usaha budidaya ayam pedaging
Mengevaluasi usaha budidaya ayam pedaging
 
PPT ANS FIX.pptx
PPT ANS FIX.pptxPPT ANS FIX.pptx
PPT ANS FIX.pptx
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3
 
Laporan Praktikum
Laporan Praktikum Laporan Praktikum
Laporan Praktikum
 
Budidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurBudidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas Petelur
 
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
 
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udangTeknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
 
Jen 1
Jen 1Jen 1
Jen 1
 
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okPembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
 
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptx
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptxPPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptx
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptx
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
 

More from PPGhybrid3

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1PPGhybrid3
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORPPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2PPGhybrid3
 

More from PPGhybrid3 (20)

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1
 
AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2
 
AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3
 
AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 

Analisis Finansial Unggas Petelur

  • 1. 1 KEGIATAN BELAJAR 4 Analisis Finansial Unggas Petelur
  • 2. 2 KEGIATAN BELAJAR 4. ANALISIS FINANSIAL UNGGAS PETELUR A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, serta telur yang bernilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan peternak, meningkatkan devisa serta memperluas kesempatan kerja di pedesaan. Kegiatan pengembangan usaha peternakan ayam petelur merupakan salah satu cara dalam memenuhi kebutuhan telur di masyarakat hal tersebut mendorong seseorang untuk berinvestasi dalam usaha peternakan ayam petelur. Investasi dalam usaha ayam petelur tersebut cukup menjanjikan dan bersifat low risk. Analisis finansial dapat digunakan suatu perusahaan untuk memberikan informasi kepada peternak tentang besarnya keuntungan usahanya dan efisien tidaknya penggunaan modal yang telah diinvestasikan, memberikan informasi kepada pemerintah setempat dalam upaya pembinaan dan pengembangan usaha peternakan ayam niaga petelur (Parasdya et al., 2013). Selain itu, jika Kita telah terjun ke investasi peternakan ayam petelur, sudah seharusnya Kita perlu mengevaluasi apakah usaha tersebut telah berhasil dan mampu memberikan keuntungan secara optimal. 2. Relevansi Kegiatan belajar ini berisikan teori tentang hal-hal yang berkaitan dengan analisis finansial usaha peternakan ayam petelur. Relevansinya dengan budidaya unggas petelur terutama ayam petelur dengan hasil akhir yang diharapkan adalah mengetahui dan mampu mengevaluasi usaha peternakan ayam petelur sehingga dikatakan berhasil dan mampu memberikan keuntungan secara optimal bagi peternak.
  • 3. 3 3. Panduan Belajar Pembelajaran materi dalam kegiatan belajar ini dilakukan secara berurutan mulai dari pembahasan mengenai parameter keberhasilan ayam petelur sampai dengan analisis finansial usaha peternakan ayam petelur. Pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri maupun tim dengan tambahan referensi lain baik dari berbagai buku dan publikasi ilmiah yang terpercaya. Forum diskusi dan tes formatif sebagai tolok ukur penguasaan materi dalam kegiatan belajar ini. B. INTI 1. Capaian Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini diharapkan peserta didik mampu menganalisis prinsip agribisnis ternak unggas petelur dan aplikasinya dalam pembelajaran bidang studi agribisnis ternak. 2. Sub Capaian Pembelajaran 1. Mampu menjelaskan parameter keberhasilan ayam petelur 2. Mampu menjelaskan komponen pengeluaran usaha peternakan ayam petelur 3. Mampu menjelaskan komponen pemasukan usaha peternakan ayam petelur 4. Mampu melakukan analisis investasi usaha peternakan ayam petelur 5. Mampu melakukan analisis finansial usaha peternakan ayam petelur 3. Uraian Materi Parameter Keberhasilan Ayam Petelur Bukan perkara yang mudah untuk mengetahui keberhasilan sebuah usaha ayam petelur. Sejumlah data dan perhitungan diperlukan untuk menentukan tingkat keberhasilan. Menurut Info Medion (2011), keberhasilan di sini dibagi menjadi dua aspek, yaitu pencapaian produktivitas dan keuntungan finansial.
  • 4. 4 Pencapaian Produktivitas Nilai standar produktivitas ayam telah ditentukan oleh perusahaan pembibit (breeder). Standar tersebut meliputi hen day, berat telur, lama produksi, konversi ransum, kekebalan dan daya hidup serta pertumbuhan. Pencapaian performan tersebut tergantung dari manajemen pemeliharaan yang diterapkan oleh masing- masing peternak. Hen Day (HD). Hen day ialah persentase produksi telur yang dihasilkan oleh ayam produktif per hari. Rata-rata produksi (HD) ayam petelur selama hidupnya ialah 80% dengan HD mencapai puncak produksi pada angka 95% dan persistensi produksi (lama bertahan dipuncak HD > 90%) selama 23 – 24 minggu (rata-rata strain ayam petelur). Feed Conversion Ratio (FCR). Konversi ransum atau FCR dalam peternakan ayam petelur merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi ayam untuk menghasilkan sebutir telur. Ayam yang baik akan mengkonsumsi sejumlah ransum lebih sedikit dibandingkan telur yang dihasilkan. Idealnya satu kilogram ransum dapat menghasilkan satu kilogram telur atau lebih. Namun sampai saat ini, hal itu belum pernah ada. Nilai FCR untuk ayam petelur adalah 2.1 – 2.3. Tingkat Kematian (Mortalitas). Mortalitas ditentukan oleh banyak faktor seperti kesalahan manajemen pemeliharaan dan infeksi bibit penyakit. Untuk mencegah tingginya angka mortalitas, maka jalan keluarnya ialah meminimalkan faktor penyebab mortalitas. Mortalitas akan mempengaruhi nilai penyusutan ayam. Standar mortalitas ayam petelur selama masa grower adalah 2 – 3%, sedangkan pada masa produksi adalah 4 – 7%. Berikut disajikan mortalitas kumulatif ayam petelur berdasarkan umur. Berikut disajikan tabel ringkasan standar kinerja ayam petelur dan Gambar pertumbuhan dan perkembangan ayam petelur. Tabel 1. Ringkasan standar kinerja ayam petelur Masa pertumbuhan (hingga 17 minggu): Daya hidup 98% Konsumsi pakan 5.75 – 6.13 kg Berat badan pada 17 minggu 1.4 – 1.48 kg Masa bertelur (hingga 100 minggu):
  • 5. 5 Persentase puncak produksi 95 – 96% Telur hen day hingga 60 minggu (hen day = populasi ayam saat ini) Telur hen day hingga 90 minggu Telur hen day hingga 100 minggu 257 – 266 419 – 432 468 – 483 Telur hen housed hingga 60 minggu (hen housed = populasi ayam saat pertama kali dimasukkan dalam kandang) Telur hen housed hingga 90 minggu Telur hen housed hingga 100 minggu 253 – 262 408 – 421 453 – 467 Daya hidup hingga 60 minggu Daya hidup hingga 100 minggu 97% 92% Jumlah hari hingga mencapai produksi 50% (dari menetas) 140 hari Berat telur pada 26 minggu Berat telur pada 32 minggu Berat telur pada 70 minggu Berat telur pada 100 minggu 57.3 – 59.7 gr/butir 60.1 – 62.5 gr/butir 62.9 – 65.5 gr/butir 64 – 66.7 gr/butir Massa telur total per hen housed (18 – 100 minggu) 28,4 kg Berat badan pada 32 minggu Berat badan pada 70 minggu Berat badan pada 100 minggu 1.85 – 1.97 kg 1.91 – 2.03 kg 1.92 – 2.04 kg Kebebasan dari cemaran dalam telur Sangat baik Kekuatan cangkang Sangat baik Warna cangkang pada 38 minggu Warna cangkang pada 56 minggu Warna cangkang pada 70 minggu Warna cangkang pada 100 minggu 87 85 81 78 Nilai Haugh Unit (HU) pada 38 minggu Nilai Haugh Unit (HU) pada 56 minggu Nilai Haugh Unit (HU) pada 70 minggu Nilai Haugh Unit (HU) pada 100 minggu 90 84 81.1 79.3 Konsumsi pakan harian rata-rata (18 – 100 minggu) 105 – 112 gr/hari/ekor Tingkat konversi pakan, kg pakan/kg telur (20 – 60 minggu) Tingkat konversi pakan, kg pakan/kg telur (20 – 100 minggu) 1.87 – 1.99 1.98 – 2.1 Pemanfaatan pakan, kg telur/kg pakan (20 – 60 minggu) Pemanfaatan pakan, kg telur/kg pakan (20 – 100 minggu) 0.5 – 0.54 0.48 – 0.51 Konsumsi pakan per 10 telur (20 – 60 minggu) Konsumsi pakan per 10 telur (20 – 100 minggu) 1.18 – 1.22 kg 1.28 – 1.32 kg Konsumsi pakan per lusin telur (20 – 60 minggu) Konsumsi pakan per lusin telur (20 – 100 minggu) 1.42 – 1.46 kg 1.54 – 1.58 kg Warna kulit Kuning Kondisi kotoran Kering
  • 6. 6 Sumber: Hy-line (2018) Gambar 1. Pertumbuhan dan perkembangan ayam petelur Sumber: Hy-line (2018) Aspek Keuntungan Finansial Untuk mengetahui keuntungan atau kerugian suatu usaha dari segi finansial, maka dilakukan analisis laporan keuangan untuk mengetahui Break Even Point (BEP). Break Even Point adalah titik impas antara jumlah biaya produksi (pengeluaran) dan tingkat harga pendapatan (pemasukan). Pada saat mencapai BEP, peternak hanya memperoleh keuntungan = 0. Untuk mendapatkan
  • 7. 7 keuntungan maka harga jual telur harus di atas nilai titik impas tersebut. Rumus yang digunakan untuk menghitung BEP adalah : ( ) ( ) ( ) Keterangan: R = Harga ransum per kg FCR = Feed Conversion Ratio EM = Egg Mass (kg telur yang diproduksi selama 60 minggu) HP = Harga pullet (biaya pemeliharaan) dari DOC sampai pullet (0 – 16 minggu) HAF = Harga ayam afkir BOVK = Biaya obat, vaksin, dan kimia BO = Biaya operasional Selama ini tidak jarang dijumpai peternak yang kurang tepat dalam menghitung keuntungan. Umumnya, mereka hanya menghitung keuntungan dari selisih penjualan telur dengan biaya umum yang telah dikeluarkan. Biaya umum tersebut hanya terdiri dari biaya ransum, tenaga kerja, dan biaya obat serta vaksin. Sebagai contoh hasil penjualan telur adalah Rp 20.000.000 dan biaya pengeluaran (ransum, tenaga kerja, dan obat-obatan) adalah Rp 17.000.000, maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 3.000.000. Metode perhitungan seperti di atas masih kurang tepat karena sesungguhnya biaya yang dikeluarkan untuk produksi bukan hanya terdiri dari biaya ransum, tenaga kerja, dan obat-obatan saja tapi masih ditambah pula dengan biaya-biaya penyusutan dan biaya operasional lainnya. Komponen Pengeluaran – Break Even Point (BEP) Kunci keberhasilan pemeliharaan ayam petelur terletak pada pencapaian produksi telur yang optimal dan efisiensi biaya. Efisiensi ini terkait dalam hal manajemen. Bukan hanya manajemen pemeliharaan ternak, tapi juga manajemen
  • 8. 8 dalam melihat peluang pasar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa analisis laporan keuangan yang menjadi patokan penentuan untung dan rugi adalah nilai BEP. Sesungguhnya BEP dipengaruhi pula oleh faktor-faktor biaya produksi yang terdiri dari biaya ransum; Obat, Vaksin dan Kimia (OVK); penyusutan ayam; penyusutan kandang; dan biaya operasional. Suatu peternakan akan dikatakan efisien jika memiliki nilai BEP seminimal mungkin. Berikut akan coba dijabarkan mengenai komponen BEP untuk mencapai konsep efisien. Biaya Penyusutan Hal yang tidak kalah penting dalam usaha peternakan ayam petelur ialah perhitungan biaya penyusutan dalam biaya produksi. Kadangkala peternak lupa memasukkan biaya penyusutan ke dalam perhitungan sehingga hasil perhitungan dengan laba yang diperoleh tidak sesuai. Biaya penyusutan yang dimaksud meliputi penyusutan ayam, kandang, dan peralatan kandang.  Penyusutan ayam Pada usaha peternakan ayam petelur, Kita dapat memelihara ayam dari Day Old Chicken (DOC) sampai afkir atau memelihara dari pullet sampai afkir. Bila memelihara dari pullet sampai afkir, maka yang diperhitungkan adalah harga ayam ditambah biaya masa produksi. Day old chicken atau ayam pullet ini disebut bibit. Untuk menghitung biaya produksi yang dikeluarkan dari sektor bibit, tidak hanya jumlah seluruh modal untuk pembelian bibit, tetapi juga harus diperhitungkan dengan nilai yang hilang (penyusutan bibit/ayam). Penyusutan ayam di sini bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu peningkatan umur dan mortalitas. Peningkatan umur. Peningkatan umur berpengaruh terhadap produksi. Ayam petelur mulai berproduksi umur 18 minggu. Produksi telur dimulai dengan produksi rendah kemudian meningkat dan puncaknya pada umur 24 – 26 minggu. Setelah mengalami puncak produksi, maka produksi akan turun perlahan-lahan. Ayam bisa berproduksi sampai tingkat menguntungkan sampai umur 20 bulan. Jadi mulai awal produksi pada umur 5 bulan dan berakhir pada umur 20 bulan
  • 9. 9 berarti ayam hanya berproduksi efektif selama 15 bulan. Penyusutan harga ayam setiap bulan dihitung dengan rumus berikut: ( ) ( ) Keterangan: P2 = Jumlah ayam pullet HP = Harga ayam pullet atau biaya pemeliharaan dari DOC – pullet AA = Jumlah ayam afkir HAA = Harga ayam afkir Mortalitas. Mortalitas sangat berpengaruh terhadap produksi telur (HD). Jika mortalitas tinggi maka jumlah ayam produktif menurun dan HD pun akan ikut menurun. Akibatnya pendapatan dari hasil penjualan telur juga menurun. Semakin tinggi mortalitas, nilai penyusutan ayam juga semakin tinggi. Lakukan manajemen kesehatan, pemeliharaan, dan biosekuriti yang ketat dan disiplin untuk meminimalkan mortalitas. Biaya penyusutan ayam akibat mortalitas:  Penyusutan kandang Beban biaya penyusutan kandang, tidak termasuk nilai lahan. Karena lahan nilainya tidak menyusut, malah akan naik terus dari waktu ke waktu. Kandang dapat dibuat di tanah milik pribadi atau sewa. Kandang ayam petelur bisa terbuat dari bambu, kayu atau kawat. Kandang bambu atau kayu lebih cocok untuk usaha peternakan skala kecil, sementara kandang dari kawat lebih cocok untuk peternakan skala besar. Kandang bambu atau kayu, biaya investasinya rendah namun penyusutannya lebih cepat. Sementara kandang kawat, investasinya tinggi namun penyusutannya juga lama. Sehingga sebenarnya kandang kawat jatuhnya lebih murah dibandingkan dengan kandang bambu. Lama ketahanan kandang selama 10 tahun. Penyusutan kandang dihitung dengan rumus berikut:
  • 10. 10 ( ) Keterangan: BK/SK = Biaya investasi bangunan kandang atau biaya sewa kandang LKK/LSDK = Lama ketahanan atau lama sewa kandang  Peralatan kandang Peralatan kandang yang digunakan meliputi pemanas indukan, tempat ransum, dan tempat minum. Sama halnya dengan kandang, peralatan kandang juga mengalami penyusutan. Perawatan peralatan secara rutin dapat membantu menekan biaya penyusutan. Cara menghitung penyusutan peralatan kandang yaitu: ( ) Keterangan: Lama ketahanan peralatan kandang rata-rata adalah selama 4 tahun Biaya Ransum Ransum pada pemeliharaan ayam petelur dikelompokkan berdasarkan periode pemeliharaannya, yaitu masa starter, grower, dan layer (produksi). Ransum untuk layer dapat langsung menggunakan pakan buatan pabrik atau melakukan pencampuran sendiri. Porsi terbesar komponen pembentuk harga pokok produksi telur adalah ransum yaitu kurang lebih 75%. Maka dari itu segala daya upaya harus diusahakan agar bisa menghasilkan penghematan pemakaian ransum tetapi tanpa mengorbankan sisi produktivitas. Dalam pembelian ransum, yang sering diperhitungkan oleh peternak adalah pertimbangan masalah harga ransum. Selisih
  • 11. 11 sedikit saja, peternak bisa berganti merk. Penyebabnya adalah besarnya biaya yang tersedot pada penyediaan ransum tersebut. Padahal, mahalnya harga ransum bukanlah faktor terpenting. Yang terpenting adalah mutu ransum (feed quality). Akan menjadi lebih buruk lagi jika ransum yang harganya relatif murah tersebut ternyata banyak mengandung zat-zat racun makanan (feed toxin). Bahkan pemberian ransum dengan kualitas lebih rendah dari standar pada periode starter bisa mengakibatkan laju pertumbuhannya terhambat dan akan berujung pada pencapaian berat yang lebih rendah dari perkiraan. Peternak yang sudah berpengalaman (memiliki dasar-dasar pengetahuan mengenai bahan pakan) sebaiknya dapat menyusun ransum sendiri. Tujuannya adalah agar biaya ransum dapat dihemat, sehingga keuntungan yang akan diperoleh juga meningkat. Selain itu, dengan menyusun ransum sendiri, peternak dapat menentukan bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan dalam penyusunan dan lebih efesien karena bahan-bahan pakan cukup tersedia di lingkungan peternakan. Cara perhitungan jumlah ransum yang dibutuhkan oleh ayam setiap bulannya yaitu: Biaya Kesehatan Peternakan ayam petelur memerlukan obat-obatan (antibiotik, vitamin, anti parasit, dan anti cacing), vaksin (vaksin aktif dan vaksin inaktif) dan kimia (desinfektan dan insektisida) agar ayam tetap sehat dan berproduksi secara optimal. Vaksinasi, pemberian obat-obatan, vitamin, pemberantasan hama lalat dan kutu serta biosekuriti juga harus diberikan secara berkala. Semua biaya itu dimasukkan ke dalam biaya Obat, Vaksin, dan Kimia (OVK). Jika kejadian penyakit bisa dicegah, pengeluaran dari OVK juga bisa ditekan.
  • 12. 12 ( ) Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja meliputi gaji pokok dan bonus. Pemberian bonus diperlukan sebagai sebuah reward (balas jasa) atas kinerja yang optimal. Bila peternak menggunakan peralatan serba otomatis pada peternakannya, maka tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit dan biaya ini pun bisa ditekan. Dalam usaha budidaya skala kecil, penyerapan tenaga kerja yang masih berasal dari sanak keluarga juga dapat menghemat tenaga buruh. Biaya Lain-lain Biaya ini termasuk pengeluaran biaya rutin yang tidak bisa dimasukkan ke dalam pengeluaran yang telah disebutkan sebelumnya, seperti listrik, pemanas, litter, ongkos transportasi, dan lain-lain. Biaya tidak terduga seperti biaya sosial, kesehatan karyawan, keamanan, kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan kerja juga masuk dalam biaya lain-lain. Setelah telur diproduksi, masih ada biaya yang harus dikeluarkan untuk menjualnya walaupun dijual di tempat (di kandang atau gudang telur). Biaya- biaya itu meliputi telepon, listrik, susut bobot, retak, pecah, upah tenaga kerja, kemasan (peti kayu, egg tray, tali, label, dan lain-lain), sehingga biaya ini pun masuk ke dalam biaya lain-lain. Komponen Pemasukan BEP merupakan bentuk pengeluaran dalam usaha peternakan, sedangkan pemasukan terdiri dari: Penjualan Telur Informasi pasar selayaknya selalu diketahui oleh peternak. Fluktuasi harga telur yang selalu terjadi membuat peternak harus selalu melakukan pemantauan pasar. Produksi telur dari bulan ke bulan tidak sama, karena itu untuk menghitung
  • 13. 13 produksi telur (HD) setiap bulannya dilakukan dengan mengkalkulasikan data produksi harian. Di sinilah pentingnya pencatatan atau recording harian. Perlu juga Kita memprediksikan pendapatan dari penjualan telur berdasarkan data produksi rata-rata bulanan dan harga rata-rata per bulan. Keterangan: RHD = Rata-rata Hen Day (%) A = Jumlah ayam T = Jumlah 1 kg telur (16 butir) Kotoran Ayam Kotoran ayam umumnya sampai 30 karung per bulan per 1000 ekor dan biasanya dijual untuk dijadikan pupuk kandang. Penjualan kotoran kandang dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi peternak. ( ) Sumber pemasukan lainnya adalah penjualan ayam afkir, namun hal tersebut sudah diperhitungkan dalam penyusutan bibit. Simulasi Analisis Investasi Usaha Peternakan Ayam Petelur Perhitungan biaya pemeliharaan pullet yang dipelihara sendiri (16 minggu) tercantum pada Tabel 34 dengan diketahui: o Harga DOC layer = Rp 4.000/ekor o Jumlah konsumsi ayam petelur fase starter selama 4 bulan = 5.48 kg/ekor o Biaya investasi kandang postal untuk pemeliharaan fase starter dengan kapasitas 1000 ekor = Rp 12.000.000
  • 14. 14 o Biaya investasi peralatan kandang untuk kapasitas 1000 ekor = Rp 2.500.000 o Biaya kesehatan DOC sampai pullet = Rp 5.770,36/ekor o Biaya tenaga kerja = Rp 400.000/bulan o Biaya lain-lain = Rp 200.000/bulan o Mortalitas pemeliharaan dari DOC sampai pullet = 2% Tabel 2. Rincian biaya pemeliharaan pullet yang dipelihara sendiri (umur 1 – 16 minggu) Sumber: Info Medion (2011) Berdasarkan data di atas, jika mortalitas selama masa pemeliharaan starter sebesar 2%, maka harga pullet yang dipelihara sendiri adalah: ( ) Ada selisih Rp 4.033,99 dari harga pullet jadi/pullet pabrikan (Rp 40.000/ ekor). Perlu diketahui bahwa pullet buatan sendiri lebih terjamin kualitasnya karena peternak bisa mengetahui sejarah pemeliharaannya. Namun memerlukan waktu cukup lama untuk pemeliharaannya. Perhitungan biaya produksi (pengeluaran) pemeliharaan fase grower (pullet sampai afkir) tercantum pada tabel di bawah, dengan diketahui data pendukung: o Mortalitas ayam fase grower sampai afkir = 4% o Lama pemeliharaan fase grower/pullet sampai afkir = 15 bulan
  • 15. 15 o Jumlah konsumsi layer selama fase grower/pullet sampai afkir = 0.115 kg/ekor/hari o Biaya kesehatan = Rp 1.905/ekor Tabel 3. Rincian biaya produksi lanjutan (fase grower sampai layer) Sumber: Info Medion (2011) Rincian pendapatan atau pemasukan dari hasil produksi layer dapat dilihat pada tabel di bawah, dengan data pendukung: o Rata-rata HD = 75% o Harga telur/kg = Rp 12.500/kg o Jumlah telur/kg = 16 butir o Harga kotoran = Rp 3.500/karung o Total kotoran = 30 karung Tabel 4. Rincian perhitungan hasil produksi Sumber: Info Medion (2011)
  • 16. 16 Dari data tersebut, diperoleh keuntungan: Jika memelihara dari DOC sampai afkir sendiri = Rp 1.886.044,01 Jika memelihara dari pullet sampai afkir = Rp 1.669.946,67 Keuntungan (laba) yang diperoleh dari perhitungan masih termasuk laba kotor dan akan menghasilkan laba bersih setelah dikurangi pajak. Nilai laba bersih berguna untuk mendapatkan nilai profit margin, Return of Investment (ROI) dan Returno of Equity (ROE), dimana nilai-nilai tersebut nantinya akan dibandingkan dengan nilai rata-rata peternakan ayam petelur dan nilai pada periode usaha tahun sebelumnya. Dari perbandingan tersebut, bisa dilihat apakah usaha ayam petelur yang Kita jalankan sudah efisien atau belum. Simulasi Analisis Finansial Usaha Peternakan Ayam Petelur Menurut Sanusi (2000), analisis usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis usaha digunakan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan untuk melanjutkan usaha atau tidak melanjutkan usaha. Kelayakan suatu usaha akan menentukan keputusan dalam melanjutkan usaha. Kelayakan usaha merupakan kondisi usaha yang dapat memberikan manfaat secara finansial dan sosial benefit. Analisis finansial adalah analisis usaha dalam menilai manfaat finansial dari sudut pandang pemilik. Analisis finansial melihat segi cash-flow dari suatu usaha, yaitu perbandingan antara hasil penerimaan dengan total biaya yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria keuntungan suatu usaha. Hasil finansial sering juga disebut private returns. Menurut Kadariah (2001), terdapat beberapa metode analisis finansial berdasarkan kriteria investasi, yaitu metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Return On Investmen (ROI), dan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio). Net Present Value (NPV). Net present value merupakan selisih antara nilai sekarang (present value benefit) dan nilai biaya sekarang (present value cost)
  • 17. 17 selama umur proyek dengan tingkat bunga tertentu (Mariyah, 2010). Rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut: Keterangan: Bt = Manfaat proyek pada tahun t Ct = Biaya proyek pada tahun t n = Umur ekonomis proyek i = Tingkat bunga t = Tahun Dari perhitungan tersebut, apabila diperoleh: NPV > 0, maka proyek layak diteruskan NPV < 0, maka proyek tak layak diteruskan NPV = 0, maka proyek akan mengembalikan tepat sebesar tingkat bunga yang sedang berlaku. Internal Rate of Return (IRR). Internal rate of return adalah suatu tingkat bunga (bukan bunga bank) yang menggambarkan tingkat keuntungan usaha dimana nilai sekarang netto dari seluruh ongkos investasi usaha (total net cash flow setelah di present value-kan (Nilai Sekarang Netto = NSN), jumlah sama dengan biaya investasi (project cost atau initial cost) (Muhammad et al., 2017). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Keterangan: IRR = Tingkat keuntungan internal NPV¹ = Nilai Rp pada tingkat bunga terendah dengan NPV positif NPV² = Nilai Rp pada tingkat bunga tertinggi dengan NPV negatif
  • 18. 18 i¹ = Tingkat bunga terendah yang memberikan nilai NPV positif i² = Tingkat bunga tertinggi yang memberikan nilai NPV negatif Dari perhitungan IRR apabila diperoleh: IRR > i, maka NPV > 0, maka proyek layak diteruskan. IRR < i, maka NPV < 0, maka proyek tidak layak diteruskan. IRR = i, maka NPV = 0, maka proyek akan cukup menutupi seluruh biaya dengan tingkat bunga yang sedang berlaku. Payback Period (PP). Payback period dilakukan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi. Payback period merupakan jangka waktu periode yang dibutuhkan untuk membayar kembali semua biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik proyek tersebut untuk diusahakan. Keterangan: PP = Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal/investasi (tahun/bulan) I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan (Rp) Ab = Manfaat bersih rata-rata per tahun (Rp) Berikut merupakan contoh sederhana analisis finansial usaha peternakan ayam petelur UD. Balebat yang dilaporkan oleh Ulfa et al. (2014): Return on Investmen (ROI). Return on investmen digunakan untuk menilai kelayakan investasi usaha atau proyek, sebuah usaha dikatakan layak dijalankan apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku pada saat usaha tersebut diusahakan (Suparno dan Maharani, 2017). Benefit Cost Ratio (B/C Ratio). Rasio biaya manfaat adalah jumlah serangkaian manfaat dibagi dengan biaya yang telah dikalikan dengan faktor diskonto. Suatu usaha dikatakan menguntungkan jika nilai B/C lebih besar dari 1 (Widiati et al., 2017).
  • 19. 19  Biaya Produksi Biaya produksi pada UD. Balebat berupa biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Tabel 5. Biaya tetap perusahaan ayam petelur UD. Balebat Tabel 6. Biaya tidak tetap perusahaan ayam petelur UD. Balebat Biaya tidak tetap adalah biaya yang selalu berubah-ubah menurut besar kecilnya produksi. Biaya tidak tetap meliputi pakan, kesehatan, upah tenaga kerja, telepon, servis kandang dan peralatan, listrik dan lain-lain.
  • 20. 20  Penerimaan dan Pendapatan Penerimaan utama UD. Balebat berasal dari penjualan telur utuh sedangkan penerimaan sampingan berasal dari penjualan telur retak, penjualan ayam afkir, kotoran dan karung goni. Tabel 7. Penerimaan total perusahaan ayam petelur UD. Balebat Penerimaan dari penjualan telur ayam per tahun dihitung berdasarkan harga jual per kilogram dikalikan dengan kilogram jumlah telur yang diproduksi tiap tahunnya. Harga telur merupakan harga yang berlaku sesuai dengan harga pasar. Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan kotor dan bersih.  Analisis Finansial Tabel 8. Pendapatan perusahaan ternak ayam petelur UD. Balebat
  • 21. 21 Tabel 9. Hasil analisis finansial perusahaan ayam petelur UD. Balebat No Metode analisis Satuan Nilai 1 ROI % 47.94 2 PP tahun 1.62 3 B/C ratio 1.57 Perusahaan ayam petelur UD. Balebat berdasarkan perhitungan memiliki nilai ROI selama 3 tahun yaitu 47.94% yang berarti dalam setiap Rp 100 modal atau biaya yang ditanamkan pada usahanya menghasilkan keuntungan sebesar Rp 47,94. Perusahaan ayam petelur UD. Balebat dinyatakan mampu menghasilkan keuntungan dari investasi yang ditanamkan sehingga dapat dikatakan layak secara finansial karena nilai ROI dibandingkan dengan suku bunga deposito bank sebesar 5.25%. Di samping itu, perhitungan nilai PP diperoleh nilai sebesar 1.62. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan ayam petelur UD. Balebat dapat mengembalikan investasi yang ditanamkan selama 1 tahun 7 bulan 13 hari. Hal ini berarti pengembalian investasi lebih cepat daripada waktu yang ditentukan, yaitu 5 tahun dan dinyatakan menguntungkan. Apabila PP lebih pendek dari yang ditentukan, maka usaha dikatakan menguntungkan, sedangkan jika lebih lama maka usaha ditolak. Hasil analisis BCR pada UD. Balebat menunjukkan bahwa total nilai PV proceed sebesar Rp 4.735.418.510 dan PV outlay sebesar Rp. 3.009.809.167. Maka, perbandingan nilai-nilai tersebut adalah sebesar 1.57. Hasil analisis BCR yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa perusahaan ayam petelur UD. Balebat mempunyai penerimaan yang lebih besar dari biaya sehingga dikatakan mampu menghasilkan keuntungan. Contoh hasil penelitian analisis finansial usaha peternakan ayam petelur lainnya dapat diakses pada link berikut ini: 1. http://fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/jurnal-boya- 105050113111072.pdf 2. http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/article/viewFile/10505/10060 3. http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/75493/1/H15ata.pdf
  • 22. 22 4. https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/136612/jurnal_epr oc/analisis-kelayakan-pengembangan-usaha-budidaya-ayam-ras-petelur- maya-rolet.pdf 5. http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Pembangunan/article/view/1 92 C. PENUTUP 1. Rangkuman Parameter keberhasilan suatu usaha ayam petelur dibagi menjadi dua aspek, yaitu pencapaian produktivitas dan keuntungan finansial. Kunci keberhasilan pemeliharaan ayam petelur terletak pada pencapaian produksi telur yang optimal dan efisiensi biaya. Analisis laporan keuangan yang menjadi patokan penentuan untung dan rugi adalah nilai Break Even Point (BEP). Komponen BEP merupakan bentuk pengeluaran dalam usaha peternakan yang terbagai atas biaya penyusutan, biaya ransum, biaya kesehatan, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Sedangkan komponen pemasukan terbagi atas penjualan telur dan kotoran ayam. Analisis finansial adalah analisis usaha dalam menilai manfaat finansial dari sudut pandang pemilik. Analisis finansial melihat segi cash-flow dari suatu usaha, yaitu perbandingan antara hasil penerimaan dengan total biaya yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria keuntungan suatu usaha. Hasil finansial sering juga disebut private returns. Metode analisis finansial berdasarkan kriteria investasi, yaitu metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Return On Investmen (ROI), dan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio). Daftar Pustaka Hy-line. 2018. Panduan Manajemen. https://www.hyline.com/userdocs/pages/BRN_COM_BAH.pdf. Diakses tanggal 20 September 2019.
  • 23. 23 Info Medion .2011. Seberapa Efisienkah Investasi Layer Anda?. https://www.medion.co.id/id/2010/01/27/seberapa-efisienkah-investasi- layer-anda/. Diakses tanggal 18 Oktober 2019. Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. FE UI, Jakarta. Mariyah. 2010. Analisis finansial budidaya ayam petelur di Kalimantan Timur. EPP 7 (2): 6-13. Muhammad, Hadayani, dan A. Laapo. Analisis kelayakan finansial usaha peternakan ayam petelur pada CV. Taufik Nur di kota Palu. J. Agroland 24 (1): 18-26. Parasdya. W, S. Mastuti, O. E. Djatmiko. 2013. Analisis finansial usaha peternakan ayam niaga petelur di kecamatan Kademangan kabupaten Blitar. Jurnal Ilmiah Peternakan. 1 (1): 88-98. Sanusi, B. 2000. Pengantar Evaluasi Proyek. FE UI, Jakarta. Suparno dan D. Maharani. 2017. Analisis kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur di kecamatan Ambunten, kabupaten Sumenep. Maduranch 2 (1): 31- 36. Ulfa, Z., W. Sarengat, dan S. I. Santoso. 2014. Analisis finansial usaha peternakan ayam petelur UD. Balebat di desa Karang Kobar kecamatan Sukorejo kabupaten Kendal. Animal Agriculture Journal 3 (3): 476-482.