SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
1
UNIVERSITY RESIDENCE - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KARASIBAZHU
(Kajian Rabu Siang Ba’da Zhuhur
Tafsir QS al-Baqarah/2: 183:
“Berpuasa Untuk Menggapai Takwa”
Bulan Ramadhan adalah bulan al-Qurân. Semestinya di bulan al-
Qurân ini umat Islam mengencangkan ikat pinggang dan menancap gas untuk
lebih bersemangat membaca serta merenungkan isi al-Qurân al-Karim. Ya,
perenungan isi al-Qurân hendaknya mendapat porsi yang besar dari aktivitas
umat Islam di bulan suci ini. Mengingat hanya dengan inilah umat Islam
dapat mengembalikan peran al-Qurân sebagai pedoman hidup dan panduan
menuju jalan yang benar.
Ingat firman Allah,
ۚۖ
ۗ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) al-Qurân sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-
Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS al-Baqarah/2: 185)
Usaha yang mulia ini bisa dimulai dari sebuah ayat yang sering
dibacakan, dikumandangkan, bahkan dihafal oleh kaum muslimin, yaitu QS
al-Baqarah/2: 183, yang membahas tentang ibadah puasa.
Ayat yang mulia tersebut ialah:
2
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS al-
Baqarah/2: 183)
Karena ayat ini – dalam pandangan para ulama -- mengandung
banyak pelajaran berharga berkaitan dengan ibadah puasa. Oleh karenanya,
mari kita kupas ‘ibrah (pelajaran) yang mendalam pada ayat al-Qurân yang
mulia ini.
Ayat ini dimulai dengan nidâ’ (panggilan atau seruan) kepada orang-
orang yang beriman, dengan rangkaian kata:
“Wahai orang-orang yang beriman”
Dari lafazh ini diketahui bahwa ayat ini adalah ayat madaniyyah atau
(ayat) diturunkan pada periode Madinah (setelah hijrah, pen.), sedangkan
yang diawali dengan yâ ayyuhan nâs, atau yâ banî âdam, adalah ayat makkiyyah
atau (ayat) diturunkan pada periode Makkah (sebelum hijrah, pen.).1
Ath-Thabari, di dalam kitab tafsirnya, menyatakan bahwa maksud
ayat ini adalah: “Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya, membenarkan keduanya dan mengikrarkan keimanan kepada
keduanya”.2
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini: “Firman Allah Subhânahu wa
Ta’âlâ ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman dari umat manusia dan
ini merupakan perintah untuk melaksanakan ibadah puasa.”3
Dari ayat ini kita melihat dengan jelas adanya kaitan antara puasa
dengan keimanan seseorang. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ memerintahkan puasa
kepada orang-orang yang memiliki ‘iman’, dengan demikian Allah Subhânahu
wa Ta’âlâ pun hanya menerima puasa dari jiwa-jiwa yang terdapat iman di
dalamnya. Dan puasa juga merupakan tanda kesempurnaan keimanan
seseorang.
Lalu, apakah iman itu?
1
Lihat, As-Suyuthi, Al-Itqân Fî ‘Ulum al-Qur’an, hal. 55
2
Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân Fî Ta’wîl al-Qur’an, juz III, hal. 409.
3
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’ân al-‘Azhîm, juz I, hal. 497.
3
Iman secara bahasa artinya: “percaya atau membenarkan”.
Sebagaimana yang dijeaslan dalam ayat al-Qur’an:
“Dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-
orang yang benar” (QS Yûsuf/12: 17)
Secara gamblang Rasulullah Shallallâhu ’Alaihi wa Sallam menjelaskan
makna iman dalam sebuah hadits:
“(Iman adalah) engkau mengimani Allah, mengimani Malaikat-Nya, mengimani
Kitab-kitab-Nya, mengimani para Rasul-Nya, mengimani hari kiamat, mengimani
qadha dan qadar, yang baik maupun yang buruk”4
Demikianlah enam poin yang harus dimiliki oleh orang yang
mengaku beriman. Maka orang yang enggan memersembahkan ibadah kepada
Allah semata, atau menyembah sesembahan lain selain Allah, perlu
dipertanyakan kesempurnaan imannya. Orang yang enggan mengimani
Muhammad adalah Rasulullah Shallallâhu ’Alaihi wa Sallam atau
meninggalkan sunnahnya, mengada-adakan ibadah yang tidak beliau
tuntunkan, perlu dipertanyakan kesempurnaan imannya. Orang yang tidak
percaya adanya Malaikat, tidak percaya akan datangnya kiamat, tidak percaya
terhadap takdir, perlu dipertanyakan kesempurnaan imannya.
Namun janganlah ‘anda’ mengira bahwa iman itu sekadar percaya di
dalam hati. Imam asy-Syafi’i – dalam hal ini -- menjelaskan:
“(Setahu saya), telah menjadi ijma’ (kesepakatan) para sahabat serta para tabi’in
bahwa iman itu berupa perkataan, perbuatan, dan niat (perbuatan hati), jangan
mengurangi salah satu pun dari tiga hal ini.”5
4
Hadits Riwayat Muslim dari Umar bin al-Khaththab, Shahîh Muslim, juz I,
hal. 28, hal. 102.
4
Dengan demikian tidak dapat dibenarkan orang yang mengaku
beriman namun enggan melaksanakan shalat, enggan membayar zakat, dan
amalan-amalan lahiriah lainnya. Atau wanita yang mengatakan “Walau saya
tidak berjilbab, yang penting hati saya berjilbab”. Jika imannya benar, tentu
hati yang ‘berjilbab’ akan ditunjukkan juga secara lahiriah, yaitu memakai
jilbab dan busana muslimah dengan benar. Oleh karena itu pula, puasa sebagai
amalan lahiriah merupakan konsekuensi iman.
“Telah diwajibkan atas kamu berpuasa ”
Al-Qurthubi menafsirkan ayat ini: “Sebagaimana Allah Subhânahu wa
Ta’âlâ telah menyebutkan wajibnya ‘qishash’6
dan wasiat kepada orang-orang
yang mukallaf pada ayat sebelumnya, Allah Subhânahu wa Ta’âlâ juga
menyebutkan kewajiban puasa dan mewajibkannya kepada mereka. Tidak ada
perselisihan pendapat mengenai wajibnya.”7
Namun ketahuilah, di awal perkembangan Islam, puasa belum
diwajibkan melainkan hanya dianjurkan. Sebagaimana ditunjukkan oleh ayat:
“Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada
hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika
mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.
Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan (puasa), maka itulah
yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
(QS al-Baqarah/2: 184)
5
Asy-Syafi’i, Syarh Ushûl I’tiqâd Ahl as-Sunnah, juz IV, hal. 149.
6
Qishash (bahasa arab: ‫/قصاص‬Qishâsh) adalah istilah dalam Hukum Islam
yang berarti pembalasan (memberi hukuman yang setimpal), mirip dengan istilah
"utang nyawa dibayar nyawa". Dalam kasus pembunuhan, hukum qishash:
“memberikan hak kepada keluarga korban untuk meminta hukuman mati kepada
pembunuh”.
7
Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ Li Ahkâm al-Qur’ân, juz II, hal. 272.
5
Ibnu Katsir menjelaskan dengan panjang lebar tentang masalah ini,
kemudian beliau menyatakan: “Kesimpulannya, penghapusan hukum
(dianjurkannya puasa) benar adanya bagi orang yang tidak sedang bepergian
dan sehat badannya, yaitu dengan diwajibkannya puasa berdasarkan ayat:
‘Barangsiapa di antara kamu hadir di bulan (Ramadhan) itu, wajib baginya puasa‘
(QS al Baqarah/2: 185).”8
Bertahapnya pewajiban ibadah puasa ini berjalan sesuai kondisi
aqidah umat Islam ketika itu. Syaikh Ali Hasan al-Halabi – hafizhahullâh –
menyatakan: “Kewajiban puasa ditunda hingga tahun kedua Hijriah, yaitu
ketika para sahabat telah mantap dalam bertauhid dan dalam mengagungkan
syiar Islam. Perpindahan hukum ini dilakukan secara bertahap. Karena
awalnya mereka diberi pilihan untuk berpuasa atau tidak, namun tetap
dianjurkan.”9
Dari hal ini terdapat sebuah pengajaran berharga bagi kita, bahwa
ketaatan seorang hamba kepada Rabb-Nya berbanding lurus dengan sejauh
mana ia menerapkan tauhid.
“Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian”
Al-Alusi dalam kitab tafsirnya menjelaskan: “Yang dimaksud dengan
‘orang-orang sebelum kalian’ adalah para Nabi sejak masa Nabi Adam ‘Alaihi as-
Salâm sampai sekarang, sebagaimana keumuman yang ditunjukkan dengan
adanya isim maushûl. Menurut ‘Abdullâh ibn ‘Abbâs dan Mujâhid, yang
dimaksud di sini adalah Ahl al-Kitâb. Menurut al-Hasan, as Suddi, dan as-
Sya’bi, yang dimaksud adalah kaum Nasrani.
Ayat ini menunjukkan adanya penekanan hukum, penambah
semangat, serta melegakan hati lawan bicara (yaitu manusia). Karena suatu
perkara yang sulit itu jika sudah menjadi hal yang umum dilakukan orang
banyak, akan menjadi hal yang biasa saja.
8
Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, juz I, hal. 500.
9
Ali Hasan al-Halabi, Shifatu Shaum an-Nabiy Fî Ramadhân, juz I, hal. 21.
6
Adapun permisalan puasa umat Muhammad dengan umat
sebelumnya, yaitu baik berupa sama-sama wajib hukumnya, atau sama waktu
pelaksanaannya, atau juga sama kadarnya”10
.
Beberapa riwayat menyatakan bahwa puasa umat sebelum umat
Muhammad adalah disyariatkannya puasa tiga hari setiap bulannya,
sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya: “Terdapat
riwayat dari Muâdz ibn Jabal, Abdullâh ibn Mas’ud, ‘Abdullâh ibn ‘Abbâs,
‘Atha’, Qatâdah, Adh-Dhahhâk bin Mazâhim, yang menyatakan bahwa
ibadah puasa awalnya hanya diwajibkan selama tiga hari setiap bulannya,
kemudian hal itu di-nasakh (dihapus) dengan disyariatkannya puasa
Ramadhan. Dalam riwayat tersebut terdapat tambahan bahwa kewajiban
puasa tiga hari setiap bulan sudah ada sejak zaman Nabi Nuh ‘Alaihi as-Salâm
hingga akhirnya di-nasakh oleh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dengan puasa
Ramadhan.”11
“Agar kalian bertaqwa”
Kata la’alla dalam al-Quran memiliki beberapa makna, di antaranya
ta’lîl (alasan) dan tarajji ‘inda al-mukhâthab (harapan dari sisi orang diajak
bicara). Dengan makna ta’lil, dapat kita artikan bahwa alasan diwajibkannya
puasa adalah agar orang yang berpuasa mencapai derajat taqwa. Dengan
makna tarajji, dapat kita artikan bahwa orang yang berpuasa berharap dengan
perantaraan puasanya ia dapat menjadi orang yang bertaqwa.12
.
Ath-Thabari menafsirkan ayat ini: “Maksudnya adalah agar kalian
bertaqwa (menjauhkan diri) dari makan, minum dan berjima’ dengan wanita
ketika puasa.”13
Al-Baghawi memerluas tafsir tersebut dengan penjelasannya:
“Maksudnya, mudah-mudahan kalian bertaqwa karena sebab puasa. Karena
puasa adalah wasîlah (sarana) menuju taqwa. Sebab puasa dapat
menundukkan nafsu14
dan mengalahkan syahwat15
. Sebagian ahli tafsir juga
10
Al-Alusi, Rûh al-Ma’âniî Fî Tafsîr al Qu’rîn al-‘Azhîm, juz II, hal. 121.
11
Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, juz I, 497.
12
Lihat, Syihâb ad-Dîn Abû al-‘Abbâs ibn Yûsuf ib as-Samîn al-Halabiy, Ad-
Durr al-Mashûn fî 'Ulûm al-Kitâb al-Maknûn , hal. 138, dan As-Suyuthi, Al Itqân Fî ‘Ulûm
al- Qur’ân, hal. 504.
13
Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân Fî Ta’wîl al-Qur’ân, juz III, hal. 413.
14
Nafsu, yang sering disebut dengan ‘hawa-nafsu’, memiliki tabiat menuntut
pemuasan seketika tanpa mempedulikan dampak bagi diri sendiri maupun bagi orang
lain. Begitu kuatnya dorongan hawa nafsu, maka al Qur’an mengibaratkan kedudukan
hawa nafsu bagi orang yang tidak mampu mengendalikannya seperti tuhan yang harus
7
menyatakan, maksudnya: agar kalian waspada terhadap syahwat yang muncul
dari makanan, minuman dan jima’ (bersetubuh).”16
Dalam Tafsir Jalâlain dijelaskan dengan ringkas: “Maksudnya, agar
kalian bertaqwa dari maksiat. Sebab puasa dapat mengalahkan syahwat yang
merupakan sumber maksiat”17
.
Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah taqwa itu?
Secara bahasa (Arab), taqwa berasal dari fi’il ittaqa-yattaqi, yang
artinya: “berhati-hati, waspada, atau takut”. Yang dimaksud dengan bertaqwa
dari maksiat: “waspada dan takut terjerumus dalam maksiat”. Namun secara
istilah, definisi taqwa yang terindah adalah yang diungkapkan oleh Thalq bin
Habib al-’Anazi:
“Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil),
mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan
takut terhadap adzab Allah.”18
Demikianlah sifat orang yang bertaqwa. Orang yang bertaqwa
beribadah, bermuamalah, bergaul, mengerjakan kebaikan karena ia teringat
dalil yang menjanjikan ganjaran dari Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, bukan atas
dasar ikut-ikutan, tradisi, taqlid buta, atau orientasi duniawi. Demikian juga
orang bertaqwa senantiasa takut mengerjakan hal yang dilarang oleh Allah
dan Rasul-Nya, karena ia teringat dalil yang mengancam dengan azab yang
mengerikan. Dari sini kita tahu bahwa ketaqwaan tidak mungkin tercapai
tanpa memiliki cahaya Allah, yaitu ilmu terhadap dalil al-Qurân dan sunnah
Nabi Shallallâhu ’Alaihi wa Sallam. Jika seseorang memenuhi kriteria ini,
layaklah ia menjadi hamba yang mulia di sisinya:
disembah (ittakhadza ilâhahu hawâhu). Pengabdi hawa nafsu akan menuruti apa pun
perilaku yang harus dikerjakan, betapa pun itu menjijikkan. Jika orang memanjakan
syahwat dapat terjerumus pada sikap hedonistik, maka orang yang selalu mengikuti
dorongan hawa nafsunya akan terjerumus pada kesesatan, kejahatan dan kenistaan.
15
Syahwat adalah: “kecenderungan jiwa terhadap apa yang dikehendakinya.
Dorongan syahwat jika diikuti dengan tetap memerhatikan nilai-nilai moral, maka ia
bernilai positif. Namun, jika dorongan syahwat dituruti tanpa kendali moral, maka ia
akan berubah menjadi dorongan hawa nafsu yang bersifat destruktif.”
16
Al-Baghawi, Ma’âlim at-Tanzîl, juz I, hal. 196.
17
Al-Mahalli dan as-Suyuthi, Tafsir al-Jalâlain, juz I, hal. 189.
18
Thalq bin Habib al-’Anazi, Siyar Ā’lamîn Nubalâ’ juz VIII, hal. 175.
8
“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di
antara kalian” (QS al Hujurât/49: 13)
Setelah mengetahui makna taqwa, simaklah penjelasan indah berikut
ini dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullâh dalam tafsirnya,
tentang keterkaitan antara puasa dengan ketaqwaan: “Puasa itu salah satu
sebab terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa telah
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Selain itu,
keterkaitan yang lebih luas lagi antara puasa dan ketaqwaan:
1. Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh
Allah berupa makan, minum jima’ dan semisalnya. Padahal jiwa
manusia memiliki kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan
semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala
dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa.
2. Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada
Allah, dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal
sebetulnya ia mampu untuk makan, minum atau berjima tanpa
diketahui orang, namun ia meninggalkannya karena sadar bahwa Allah
mengawasinya
3. Puasa itu memersempit gerak setan dalam aliran darah manusia,
sehingga pengaruh setan melemah. Akibatnya maksiat dapat dikurangi
4. Puasa itu secara umum dapat memerbanyak ketaatan kepada Allah,
dan ini merupakan tabiat orang yang bertaqwa
5. Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia
akan lebih peduli kepada orang-orang faqîr yang kekurangan. Dan ini
juga merupakan tabiat orang yang bertaqwa”19
Demikian kajian tafsir QS al-Baqarah/2: 183 yang dapat penulis
sajikan. Semoga bermanfaat.
Kita senantiasa bermohon kepada Allah agar puasa kita dapat
menjadi saksi di hadapan Allah tentang keimanan kita kepada-Nya. Dan
semoga puasa kita bisa mengantarkan diri kita menuju derajat taqwa, sehingga
diri kita benar-benar menjadi hamba yang mulia di sisi Allah Subhânahu wa
Ta’âlâ.
Āmîn Yâ Mujîbas Sâilîn.
(Dikutip dan diselaraskan dari tulisan Yulian Purnama, dalam
http://muslim.or.id/ramadhan/tafsir-surat-al-baqarah-183-berpuasa-
menggapai-takwa.html)
19
As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fi Tafsîri Kalâm al-Mannân, juz I, hal. 86.

More Related Content

What's hot

Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)
Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)
Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)zoelfiqar
 
Filsafat Islam - Al Ghazali
Filsafat Islam - Al GhazaliFilsafat Islam - Al Ghazali
Filsafat Islam - Al GhazaliEneng Susanti
 
wali songo.ppt
wali songo.pptwali songo.ppt
wali songo.pptPaulJhon5
 
tatacara Sholat jumat
tatacara Sholat jumat tatacara Sholat jumat
tatacara Sholat jumat asni furoida
 
Ijma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasIjma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasRikza Adhia
 
Teologi Islam - Mutazilah
Teologi Islam - MutazilahTeologi Islam - Mutazilah
Teologi Islam - MutazilahIslamic Studies
 
Sejarah perkembangan ilmu fikih
Sejarah perkembangan ilmu fikihSejarah perkembangan ilmu fikih
Sejarah perkembangan ilmu fikihAs Kum
 
Pendidikan Agama Islam kelas X : Pergaulan Bebas : pengertian, dampak, macam ...
Pendidikan Agama Islam kelas X : Pergaulan Bebas : pengertian, dampak, macam ...Pendidikan Agama Islam kelas X : Pergaulan Bebas : pengertian, dampak, macam ...
Pendidikan Agama Islam kelas X : Pergaulan Bebas : pengertian, dampak, macam ...RiriCesar RiriCesar
 
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUFmakalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUFKhusnul Kotimah
 
Ilmu – ilmu al qur’an
Ilmu – ilmu al qur’anIlmu – ilmu al qur’an
Ilmu – ilmu al qur’anmuliajayaabadi
 
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhidSejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhidMuhammad Wisnu D R
 
sejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptx
sejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptxsejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptx
sejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptxSYAMSULHAJ
 

What's hot (20)

Fiqh - Muamalah
Fiqh - MuamalahFiqh - Muamalah
Fiqh - Muamalah
 
Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)
Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)
Makalah isbd-manusia-dan-peradaban (1)
 
Filsafat Islam - Al Ghazali
Filsafat Islam - Al GhazaliFilsafat Islam - Al Ghazali
Filsafat Islam - Al Ghazali
 
wali songo.ppt
wali songo.pptwali songo.ppt
wali songo.ppt
 
Akhlak
AkhlakAkhlak
Akhlak
 
tatacara Sholat jumat
tatacara Sholat jumat tatacara Sholat jumat
tatacara Sholat jumat
 
Makalah ijaz alquran
Makalah ijaz alquranMakalah ijaz alquran
Makalah ijaz alquran
 
Ijma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasIjma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyas
 
Teologi Islam - Mutazilah
Teologi Islam - MutazilahTeologi Islam - Mutazilah
Teologi Islam - Mutazilah
 
Ppt al qur'an
Ppt al qur'anPpt al qur'an
Ppt al qur'an
 
Sejarah perkembangan ilmu fikih
Sejarah perkembangan ilmu fikihSejarah perkembangan ilmu fikih
Sejarah perkembangan ilmu fikih
 
MATERI PPT SKI
MATERI PPT SKI MATERI PPT SKI
MATERI PPT SKI
 
Ppt jual beli
Ppt jual beliPpt jual beli
Ppt jual beli
 
Pendidikan Agama Islam kelas X : Pergaulan Bebas : pengertian, dampak, macam ...
Pendidikan Agama Islam kelas X : Pergaulan Bebas : pengertian, dampak, macam ...Pendidikan Agama Islam kelas X : Pergaulan Bebas : pengertian, dampak, macam ...
Pendidikan Agama Islam kelas X : Pergaulan Bebas : pengertian, dampak, macam ...
 
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUFmakalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
 
Ilmu – ilmu al qur’an
Ilmu – ilmu al qur’anIlmu – ilmu al qur’an
Ilmu – ilmu al qur’an
 
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhidSejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
 
Muhammad Al-Fatih
Muhammad Al-Fatih Muhammad Al-Fatih
Muhammad Al-Fatih
 
Naskh mansukh
Naskh mansukhNaskh mansukh
Naskh mansukh
 
sejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptx
sejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptxsejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptx
sejarah singkat Nabi Muhammad SAW.pptx
 

Similar to PUASA

Tafsir surat al baqarah 183
Tafsir surat al baqarah 183Tafsir surat al baqarah 183
Tafsir surat al baqarah 183Muhsin Hariyanto
 
4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdf
4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdf4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdf
4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdfc9fhbm7gzj
 
FENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAHFENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAHIdrus Abidin
 
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN RUSLAN KELAS E.ppt
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN RUSLAN KELAS E.pptTUGAS MEDIA PEMBELAJARAN RUSLAN KELAS E.ppt
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN RUSLAN KELAS E.pptIrfanAudah1
 
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhanJaka Supriyanta
 
Keajaiban ramadhan training muslim sedunia
Keajaiban ramadhan training muslim seduniaKeajaiban ramadhan training muslim sedunia
Keajaiban ramadhan training muslim seduniaHelmon Chan
 
Keajaiban ramadhan training muslim sedunia
Keajaiban ramadhan training muslim seduniaKeajaiban ramadhan training muslim sedunia
Keajaiban ramadhan training muslim seduniaHelmon Chan
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsFakhri Cool
 
2.8.2012 konsep nasikh mansukh complete
2.8.2012   konsep nasikh mansukh complete2.8.2012   konsep nasikh mansukh complete
2.8.2012 konsep nasikh mansukh completeAngah Rahim
 
Sunber vajaran agama_islam
Sunber vajaran agama_islamSunber vajaran agama_islam
Sunber vajaran agama_islamLintoe1
 
Disusun Oleh Kelompok 3.pptx
Disusun Oleh Kelompok 3.pptxDisusun Oleh Kelompok 3.pptx
Disusun Oleh Kelompok 3.pptxAdeWahyufin
 
Tafsir Al azhar 098 al bayyinah
Tafsir Al azhar 098 al bayyinahTafsir Al azhar 098 al bayyinah
Tafsir Al azhar 098 al bayyinahMuhammad Idris
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahIska Nangin
 
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )Eja Fahreza
 
Makalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukhMakalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukhLutfi Widad
 
E-BOOK RAMADAN SINDONEWS.pdf
E-BOOK RAMADAN SINDONEWS.pdfE-BOOK RAMADAN SINDONEWS.pdf
E-BOOK RAMADAN SINDONEWS.pdfAbrisamReynandS
 

Similar to PUASA (20)

Tafsir surat al baqarah 183
Tafsir surat al baqarah 183Tafsir surat al baqarah 183
Tafsir surat al baqarah 183
 
4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdf
4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdf4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdf
4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdf
 
FENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAHFENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAH
 
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN RUSLAN KELAS E.ppt
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN RUSLAN KELAS E.pptTUGAS MEDIA PEMBELAJARAN RUSLAN KELAS E.ppt
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN RUSLAN KELAS E.ppt
 
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
 
Keajaiban ramadhan training muslim sedunia
Keajaiban ramadhan training muslim seduniaKeajaiban ramadhan training muslim sedunia
Keajaiban ramadhan training muslim sedunia
 
Keajaiban ramadhan training muslim sedunia
Keajaiban ramadhan training muslim seduniaKeajaiban ramadhan training muslim sedunia
Keajaiban ramadhan training muslim sedunia
 
Fiqih puasa
Fiqih puasaFiqih puasa
Fiqih puasa
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi Hadits
 
2.8.2012 konsep nasikh mansukh complete
2.8.2012   konsep nasikh mansukh complete2.8.2012   konsep nasikh mansukh complete
2.8.2012 konsep nasikh mansukh complete
 
Sunber vajaran agama_islam
Sunber vajaran agama_islamSunber vajaran agama_islam
Sunber vajaran agama_islam
 
Tafsir surat al 'ashr
Tafsir surat al 'ashrTafsir surat al 'ashr
Tafsir surat al 'ashr
 
Disusun Oleh Kelompok 3.pptx
Disusun Oleh Kelompok 3.pptxDisusun Oleh Kelompok 3.pptx
Disusun Oleh Kelompok 3.pptx
 
Tafsir Al azhar 098 al bayyinah
Tafsir Al azhar 098 al bayyinahTafsir Al azhar 098 al bayyinah
Tafsir Al azhar 098 al bayyinah
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnah
 
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
 
Makalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukhMakalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukh
 
C
CC
C
 
C
CC
C
 
E-BOOK RAMADAN SINDONEWS.pdf
E-BOOK RAMADAN SINDONEWS.pdfE-BOOK RAMADAN SINDONEWS.pdf
E-BOOK RAMADAN SINDONEWS.pdf
 

More from Muhsin Hariyanto

Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlMuhsin Hariyanto
 
Membuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMembuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMuhsin Hariyanto
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaMuhsin Hariyanto
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramMuhsin Hariyanto
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Muhsin Hariyanto
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisMuhsin Hariyanto
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikMuhsin Hariyanto
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMuhsin Hariyanto
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMuhsin Hariyanto
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMuhsin Hariyanto
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaMuhsin Hariyanto
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihMuhsin Hariyanto
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiMuhsin Hariyanto
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Muhsin Hariyanto
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserl
 
Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01
 
Membuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMembuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunci
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulis
 
Meraih haji mabrur
Meraih haji mabrurMeraih haji mabrur
Meraih haji mabrur
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politik
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halal
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta makna
 
Belajar memberi maaf
Belajar memberi maafBelajar memberi maaf
Belajar memberi maaf
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
 
Bermuhammadiyah
BermuhammadiyahBermuhammadiyah
Bermuhammadiyah
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
 
Mimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanyaMimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanya
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyah
 

Recently uploaded

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 

Recently uploaded (20)

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 

PUASA

  • 1. 1 UNIVERSITY RESIDENCE - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA KARASIBAZHU (Kajian Rabu Siang Ba’da Zhuhur Tafsir QS al-Baqarah/2: 183: “Berpuasa Untuk Menggapai Takwa” Bulan Ramadhan adalah bulan al-Qurân. Semestinya di bulan al- Qurân ini umat Islam mengencangkan ikat pinggang dan menancap gas untuk lebih bersemangat membaca serta merenungkan isi al-Qurân al-Karim. Ya, perenungan isi al-Qurân hendaknya mendapat porsi yang besar dari aktivitas umat Islam di bulan suci ini. Mengingat hanya dengan inilah umat Islam dapat mengembalikan peran al-Qurân sebagai pedoman hidup dan panduan menuju jalan yang benar. Ingat firman Allah, ۚۖ ۗ “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qurân sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan- penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk- Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS al-Baqarah/2: 185) Usaha yang mulia ini bisa dimulai dari sebuah ayat yang sering dibacakan, dikumandangkan, bahkan dihafal oleh kaum muslimin, yaitu QS al-Baqarah/2: 183, yang membahas tentang ibadah puasa. Ayat yang mulia tersebut ialah:
  • 2. 2 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS al- Baqarah/2: 183) Karena ayat ini – dalam pandangan para ulama -- mengandung banyak pelajaran berharga berkaitan dengan ibadah puasa. Oleh karenanya, mari kita kupas ‘ibrah (pelajaran) yang mendalam pada ayat al-Qurân yang mulia ini. Ayat ini dimulai dengan nidâ’ (panggilan atau seruan) kepada orang- orang yang beriman, dengan rangkaian kata: “Wahai orang-orang yang beriman” Dari lafazh ini diketahui bahwa ayat ini adalah ayat madaniyyah atau (ayat) diturunkan pada periode Madinah (setelah hijrah, pen.), sedangkan yang diawali dengan yâ ayyuhan nâs, atau yâ banî âdam, adalah ayat makkiyyah atau (ayat) diturunkan pada periode Makkah (sebelum hijrah, pen.).1 Ath-Thabari, di dalam kitab tafsirnya, menyatakan bahwa maksud ayat ini adalah: “Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul- Nya, membenarkan keduanya dan mengikrarkan keimanan kepada keduanya”.2 Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini: “Firman Allah Subhânahu wa Ta’âlâ ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman dari umat manusia dan ini merupakan perintah untuk melaksanakan ibadah puasa.”3 Dari ayat ini kita melihat dengan jelas adanya kaitan antara puasa dengan keimanan seseorang. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ memerintahkan puasa kepada orang-orang yang memiliki ‘iman’, dengan demikian Allah Subhânahu wa Ta’âlâ pun hanya menerima puasa dari jiwa-jiwa yang terdapat iman di dalamnya. Dan puasa juga merupakan tanda kesempurnaan keimanan seseorang. Lalu, apakah iman itu? 1 Lihat, As-Suyuthi, Al-Itqân Fî ‘Ulum al-Qur’an, hal. 55 2 Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân Fî Ta’wîl al-Qur’an, juz III, hal. 409. 3 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’ân al-‘Azhîm, juz I, hal. 497.
  • 3. 3 Iman secara bahasa artinya: “percaya atau membenarkan”. Sebagaimana yang dijeaslan dalam ayat al-Qur’an: “Dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang- orang yang benar” (QS Yûsuf/12: 17) Secara gamblang Rasulullah Shallallâhu ’Alaihi wa Sallam menjelaskan makna iman dalam sebuah hadits: “(Iman adalah) engkau mengimani Allah, mengimani Malaikat-Nya, mengimani Kitab-kitab-Nya, mengimani para Rasul-Nya, mengimani hari kiamat, mengimani qadha dan qadar, yang baik maupun yang buruk”4 Demikianlah enam poin yang harus dimiliki oleh orang yang mengaku beriman. Maka orang yang enggan memersembahkan ibadah kepada Allah semata, atau menyembah sesembahan lain selain Allah, perlu dipertanyakan kesempurnaan imannya. Orang yang enggan mengimani Muhammad adalah Rasulullah Shallallâhu ’Alaihi wa Sallam atau meninggalkan sunnahnya, mengada-adakan ibadah yang tidak beliau tuntunkan, perlu dipertanyakan kesempurnaan imannya. Orang yang tidak percaya adanya Malaikat, tidak percaya akan datangnya kiamat, tidak percaya terhadap takdir, perlu dipertanyakan kesempurnaan imannya. Namun janganlah ‘anda’ mengira bahwa iman itu sekadar percaya di dalam hati. Imam asy-Syafi’i – dalam hal ini -- menjelaskan: “(Setahu saya), telah menjadi ijma’ (kesepakatan) para sahabat serta para tabi’in bahwa iman itu berupa perkataan, perbuatan, dan niat (perbuatan hati), jangan mengurangi salah satu pun dari tiga hal ini.”5 4 Hadits Riwayat Muslim dari Umar bin al-Khaththab, Shahîh Muslim, juz I, hal. 28, hal. 102.
  • 4. 4 Dengan demikian tidak dapat dibenarkan orang yang mengaku beriman namun enggan melaksanakan shalat, enggan membayar zakat, dan amalan-amalan lahiriah lainnya. Atau wanita yang mengatakan “Walau saya tidak berjilbab, yang penting hati saya berjilbab”. Jika imannya benar, tentu hati yang ‘berjilbab’ akan ditunjukkan juga secara lahiriah, yaitu memakai jilbab dan busana muslimah dengan benar. Oleh karena itu pula, puasa sebagai amalan lahiriah merupakan konsekuensi iman. “Telah diwajibkan atas kamu berpuasa ” Al-Qurthubi menafsirkan ayat ini: “Sebagaimana Allah Subhânahu wa Ta’âlâ telah menyebutkan wajibnya ‘qishash’6 dan wasiat kepada orang-orang yang mukallaf pada ayat sebelumnya, Allah Subhânahu wa Ta’âlâ juga menyebutkan kewajiban puasa dan mewajibkannya kepada mereka. Tidak ada perselisihan pendapat mengenai wajibnya.”7 Namun ketahuilah, di awal perkembangan Islam, puasa belum diwajibkan melainkan hanya dianjurkan. Sebagaimana ditunjukkan oleh ayat: “Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan (puasa), maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS al-Baqarah/2: 184) 5 Asy-Syafi’i, Syarh Ushûl I’tiqâd Ahl as-Sunnah, juz IV, hal. 149. 6 Qishash (bahasa arab: ‫/قصاص‬Qishâsh) adalah istilah dalam Hukum Islam yang berarti pembalasan (memberi hukuman yang setimpal), mirip dengan istilah "utang nyawa dibayar nyawa". Dalam kasus pembunuhan, hukum qishash: “memberikan hak kepada keluarga korban untuk meminta hukuman mati kepada pembunuh”. 7 Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ Li Ahkâm al-Qur’ân, juz II, hal. 272.
  • 5. 5 Ibnu Katsir menjelaskan dengan panjang lebar tentang masalah ini, kemudian beliau menyatakan: “Kesimpulannya, penghapusan hukum (dianjurkannya puasa) benar adanya bagi orang yang tidak sedang bepergian dan sehat badannya, yaitu dengan diwajibkannya puasa berdasarkan ayat: ‘Barangsiapa di antara kamu hadir di bulan (Ramadhan) itu, wajib baginya puasa‘ (QS al Baqarah/2: 185).”8 Bertahapnya pewajiban ibadah puasa ini berjalan sesuai kondisi aqidah umat Islam ketika itu. Syaikh Ali Hasan al-Halabi – hafizhahullâh – menyatakan: “Kewajiban puasa ditunda hingga tahun kedua Hijriah, yaitu ketika para sahabat telah mantap dalam bertauhid dan dalam mengagungkan syiar Islam. Perpindahan hukum ini dilakukan secara bertahap. Karena awalnya mereka diberi pilihan untuk berpuasa atau tidak, namun tetap dianjurkan.”9 Dari hal ini terdapat sebuah pengajaran berharga bagi kita, bahwa ketaatan seorang hamba kepada Rabb-Nya berbanding lurus dengan sejauh mana ia menerapkan tauhid. “Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian” Al-Alusi dalam kitab tafsirnya menjelaskan: “Yang dimaksud dengan ‘orang-orang sebelum kalian’ adalah para Nabi sejak masa Nabi Adam ‘Alaihi as- Salâm sampai sekarang, sebagaimana keumuman yang ditunjukkan dengan adanya isim maushûl. Menurut ‘Abdullâh ibn ‘Abbâs dan Mujâhid, yang dimaksud di sini adalah Ahl al-Kitâb. Menurut al-Hasan, as Suddi, dan as- Sya’bi, yang dimaksud adalah kaum Nasrani. Ayat ini menunjukkan adanya penekanan hukum, penambah semangat, serta melegakan hati lawan bicara (yaitu manusia). Karena suatu perkara yang sulit itu jika sudah menjadi hal yang umum dilakukan orang banyak, akan menjadi hal yang biasa saja. 8 Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, juz I, hal. 500. 9 Ali Hasan al-Halabi, Shifatu Shaum an-Nabiy Fî Ramadhân, juz I, hal. 21.
  • 6. 6 Adapun permisalan puasa umat Muhammad dengan umat sebelumnya, yaitu baik berupa sama-sama wajib hukumnya, atau sama waktu pelaksanaannya, atau juga sama kadarnya”10 . Beberapa riwayat menyatakan bahwa puasa umat sebelum umat Muhammad adalah disyariatkannya puasa tiga hari setiap bulannya, sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya: “Terdapat riwayat dari Muâdz ibn Jabal, Abdullâh ibn Mas’ud, ‘Abdullâh ibn ‘Abbâs, ‘Atha’, Qatâdah, Adh-Dhahhâk bin Mazâhim, yang menyatakan bahwa ibadah puasa awalnya hanya diwajibkan selama tiga hari setiap bulannya, kemudian hal itu di-nasakh (dihapus) dengan disyariatkannya puasa Ramadhan. Dalam riwayat tersebut terdapat tambahan bahwa kewajiban puasa tiga hari setiap bulan sudah ada sejak zaman Nabi Nuh ‘Alaihi as-Salâm hingga akhirnya di-nasakh oleh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dengan puasa Ramadhan.”11 “Agar kalian bertaqwa” Kata la’alla dalam al-Quran memiliki beberapa makna, di antaranya ta’lîl (alasan) dan tarajji ‘inda al-mukhâthab (harapan dari sisi orang diajak bicara). Dengan makna ta’lil, dapat kita artikan bahwa alasan diwajibkannya puasa adalah agar orang yang berpuasa mencapai derajat taqwa. Dengan makna tarajji, dapat kita artikan bahwa orang yang berpuasa berharap dengan perantaraan puasanya ia dapat menjadi orang yang bertaqwa.12 . Ath-Thabari menafsirkan ayat ini: “Maksudnya adalah agar kalian bertaqwa (menjauhkan diri) dari makan, minum dan berjima’ dengan wanita ketika puasa.”13 Al-Baghawi memerluas tafsir tersebut dengan penjelasannya: “Maksudnya, mudah-mudahan kalian bertaqwa karena sebab puasa. Karena puasa adalah wasîlah (sarana) menuju taqwa. Sebab puasa dapat menundukkan nafsu14 dan mengalahkan syahwat15 . Sebagian ahli tafsir juga 10 Al-Alusi, Rûh al-Ma’âniî Fî Tafsîr al Qu’rîn al-‘Azhîm, juz II, hal. 121. 11 Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, juz I, 497. 12 Lihat, Syihâb ad-Dîn Abû al-‘Abbâs ibn Yûsuf ib as-Samîn al-Halabiy, Ad- Durr al-Mashûn fî 'Ulûm al-Kitâb al-Maknûn , hal. 138, dan As-Suyuthi, Al Itqân Fî ‘Ulûm al- Qur’ân, hal. 504. 13 Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân Fî Ta’wîl al-Qur’ân, juz III, hal. 413. 14 Nafsu, yang sering disebut dengan ‘hawa-nafsu’, memiliki tabiat menuntut pemuasan seketika tanpa mempedulikan dampak bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Begitu kuatnya dorongan hawa nafsu, maka al Qur’an mengibaratkan kedudukan hawa nafsu bagi orang yang tidak mampu mengendalikannya seperti tuhan yang harus
  • 7. 7 menyatakan, maksudnya: agar kalian waspada terhadap syahwat yang muncul dari makanan, minuman dan jima’ (bersetubuh).”16 Dalam Tafsir Jalâlain dijelaskan dengan ringkas: “Maksudnya, agar kalian bertaqwa dari maksiat. Sebab puasa dapat mengalahkan syahwat yang merupakan sumber maksiat”17 . Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah taqwa itu? Secara bahasa (Arab), taqwa berasal dari fi’il ittaqa-yattaqi, yang artinya: “berhati-hati, waspada, atau takut”. Yang dimaksud dengan bertaqwa dari maksiat: “waspada dan takut terjerumus dalam maksiat”. Namun secara istilah, definisi taqwa yang terindah adalah yang diungkapkan oleh Thalq bin Habib al-’Anazi: “Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap adzab Allah.”18 Demikianlah sifat orang yang bertaqwa. Orang yang bertaqwa beribadah, bermuamalah, bergaul, mengerjakan kebaikan karena ia teringat dalil yang menjanjikan ganjaran dari Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, bukan atas dasar ikut-ikutan, tradisi, taqlid buta, atau orientasi duniawi. Demikian juga orang bertaqwa senantiasa takut mengerjakan hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, karena ia teringat dalil yang mengancam dengan azab yang mengerikan. Dari sini kita tahu bahwa ketaqwaan tidak mungkin tercapai tanpa memiliki cahaya Allah, yaitu ilmu terhadap dalil al-Qurân dan sunnah Nabi Shallallâhu ’Alaihi wa Sallam. Jika seseorang memenuhi kriteria ini, layaklah ia menjadi hamba yang mulia di sisinya: disembah (ittakhadza ilâhahu hawâhu). Pengabdi hawa nafsu akan menuruti apa pun perilaku yang harus dikerjakan, betapa pun itu menjijikkan. Jika orang memanjakan syahwat dapat terjerumus pada sikap hedonistik, maka orang yang selalu mengikuti dorongan hawa nafsunya akan terjerumus pada kesesatan, kejahatan dan kenistaan. 15 Syahwat adalah: “kecenderungan jiwa terhadap apa yang dikehendakinya. Dorongan syahwat jika diikuti dengan tetap memerhatikan nilai-nilai moral, maka ia bernilai positif. Namun, jika dorongan syahwat dituruti tanpa kendali moral, maka ia akan berubah menjadi dorongan hawa nafsu yang bersifat destruktif.” 16 Al-Baghawi, Ma’âlim at-Tanzîl, juz I, hal. 196. 17 Al-Mahalli dan as-Suyuthi, Tafsir al-Jalâlain, juz I, hal. 189. 18 Thalq bin Habib al-’Anazi, Siyar Ā’lamîn Nubalâ’ juz VIII, hal. 175.
  • 8. 8 “Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian” (QS al Hujurât/49: 13) Setelah mengetahui makna taqwa, simaklah penjelasan indah berikut ini dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullâh dalam tafsirnya, tentang keterkaitan antara puasa dengan ketaqwaan: “Puasa itu salah satu sebab terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Selain itu, keterkaitan yang lebih luas lagi antara puasa dan ketaqwaan: 1. Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah berupa makan, minum jima’ dan semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa. 2. Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia mampu untuk makan, minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya karena sadar bahwa Allah mengawasinya 3. Puasa itu memersempit gerak setan dalam aliran darah manusia, sehingga pengaruh setan melemah. Akibatnya maksiat dapat dikurangi 4. Puasa itu secara umum dapat memerbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini merupakan tabiat orang yang bertaqwa 5. Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih peduli kepada orang-orang faqîr yang kekurangan. Dan ini juga merupakan tabiat orang yang bertaqwa”19 Demikian kajian tafsir QS al-Baqarah/2: 183 yang dapat penulis sajikan. Semoga bermanfaat. Kita senantiasa bermohon kepada Allah agar puasa kita dapat menjadi saksi di hadapan Allah tentang keimanan kita kepada-Nya. Dan semoga puasa kita bisa mengantarkan diri kita menuju derajat taqwa, sehingga diri kita benar-benar menjadi hamba yang mulia di sisi Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Āmîn Yâ Mujîbas Sâilîn. (Dikutip dan diselaraskan dari tulisan Yulian Purnama, dalam http://muslim.or.id/ramadhan/tafsir-surat-al-baqarah-183-berpuasa- menggapai-takwa.html) 19 As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fi Tafsîri Kalâm al-Mannân, juz I, hal. 86.