Sejarah munculnya aliran Mu’tazilah muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke-2 Hijriyah, tahun 105 – 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan Khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha‟ Al-Makhzumi Al-Ghozzal yang lahir di Madinah tahun 700 M.
1. ILMU KALAM
MU’TAZILAH : AKAL DAN WAHYU
Oleh :
1. Lutfiyatun Nisa (2321166)
2. Ahadeatul Faiza (2321167)
3. Muhammad Sabily Akmal (2321168)
2. SEJARAH MUNCULNYA MU’TAZILAH
Sejak munculnya aliran Mu’tazilah muncul di Kota Bashrah (Iraq) pada tahun 105-
110 H. pelopornya adalah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha’ Al-
Makhzumi Al-Ghozzal. Kemunculan ini karena Wasil bin Atha’ berpendapat bahwa muslim
berdosa besar itu bukan mukmin dan bukan kafir, tetapi berarti dia fasik. Tetapi Imam Hasan Al-
Bashri berpendapat bahwa muslim berdosa besar itu tetap berstatus mukmin. Setelah
mengatakan pendapatnya itu, Washil pergi ke salah satu tiang masjid dan duduk sambil
menyerukan pendapatnya kepada para murid Hasan Al-Bashri. Maka, Hasan Al-Bashri
mengatakan bahwa Washil telah memisahkan diri dari mereka. Maka dari itu, disebutlah Whasil
dan para pengikutnya dengan sebutan Mu’tazilah.
Ada versi lain yang dikemukakan oleh Tasy Kubra Zadah yang menyatakan bahwa
Qatadah bin Da’amah pada suatu hari masuk ke masjid Bashrah dan bergabung dengan majelis
‘Amr bin ‘Ubaid yang dikira adalah majelis Hasan Al-Bashri. Setelah Qatadah mengetahui bahwa
majelis tersebut bukan majelis Hasan Al-Basri, ia berdiri dan meninggalkan tempat sambil
berkata bahwa ini kaum Mu’tazilah. Sejak itulah kaum tersebut dinamakan Mu’tazilah.
2
3. PERKEMBANGAN MU’TAZILAH
Pada periode khalifah ke-5 Dinasti Umayyah, aliran Mu’tazilah tidak begitu
berkembang sebab tidak mendapat dukungan dari pemerintah yang berkuasa dikarenakan
pemerintah saat itu masih sibuk mengurusi persoalan politik. Teologi rasional Mu’tazilah muncul
di ujung pemerintahan Dinasti Umayyah, namun berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah.
Pada awalnya Mu’tazilah merupakan aliran teologi yang hanya dianut oleh
masyarakat biasa. Kemudian teologi bercorak rasional dan liberal ini menarik perhatian
kalangan intelektual dan juga lingkungan pemerintah Kerajaan Abbasiyah. Melihat hal itu,
Khalifah Al-Makmun, putra Harun Al-Rasyid menjadikan teologi Mu’tazilah sebagai madzhab
resmi negara pada 827 M. Sejak saat itu resmilah aliran Mu’tazilah menjadi satu-satunya aliran
teologi yang boleh dianut oleh umat Islam dalam wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
3
4. TOKOH-TOKOH MU’TAZILAH
Washil bin Atha’ (80-131 H)
Merupakan tokoh pertama yang melahirkan aliran Mu’tazilah. Karenanya, beliau diberi
gelar kehormatan dengan sebutan Syaikh Al-Mu’tazilah wa Qadimuha, yang berarti pimpinan tertua
sekaligus orang tertua dalam Mu’tazilah. Pemikiran-pemikiran beliau adalah bahwa mukmin yang
berbuat dosa besar dihukumi tidak mukmin dan tidak kafir dan manusia memiliki kebebasan,
kemampuan, dan kekuasaan, untuk melakukan, atau tidak melakukan suatu perbuatan. Washil juga
berpendapat bahwa Allah tidak memiliki sifat, apa yang dianggap orang sebagai sifat Allah tidak lain
adalah zat Allah sendiri.
4
5. TOKOH-TOKOH MU’TAZILAH
Abu Zuhail Al-Allaf (751-849)
Beliau lebih populer dengan panggila Al-Allaf, karena rumahnya dekat dengan tempat
penjualan makanan ternak. Gurunya bernama Usman Al-Tawil, salah satu murid Washil bin Atha’.
Beliau merupakan generasi kedua Mu’tazilah dan merupakan orang yang meletakkan dasar pertama
bagi pembunuhan aliran kalam, menyelaraskan akal dan wahyu serta tetap menempatkan wahyu
pada kedudukan premier.
Bisyir Al-Mu’tamar
Beliau memiliki pandangan yang luas mengenai kesusastraan yang menimbulkan dugaan
bahwa beliau adalah orang pertama yang menyusun ilmu balaghah. Beliau adalah seorang tokoh
aliran ini yang membahas konsep tawallud, yaitu batas-batas pertanggungjawaban manusia atas
perbuatannya. Bisyir mempunyai murid-murid yang besar pengaruhnya dalam penyebaran paham
Mu’tazilah, khususnya di Baghdad.
5
6. TOKOH-TOKOH MU’TAZILAH
An-Nazzam
Pendapatnya yang terpenting adalah mengenai keadilan Allah. Beliau berpendapat
bahwa perbuatan zalim hanya dikerjakan oleh orang-orang yang bodoh. Beliau juga mengeluarkan
pendapat mengenai mukjizat Al-Quran. Menurutnya, mukjizat Al-Qur’an terletak pada kandungannya.
Beliau juga memberikan penjelasan tentang kalam Allah swt. adalah segala sesuatu yang tersusun
dari huruf yang dapat didengar. Karena itu, kalam adalah sesuatu yang bersifat baru dan tidak kadim.
Al-Jubba’i
Beliau memiliki pendapat yang masyhur mengenai kalam Allah Swt., sifat Allah Swt.,
kewajiban manusia, dan daya akal. Mengenai sifat Allah, beliau menerangkan bahwa Allah tidak
mempunya sifat. Kalau dikatakan bahwa Allah berkuasa, berkehendak, dan mengetahui , berarti Allah
berkuasa, berkehendak, dan mengetahui melalui esensi-Nya, bukan dengan sifat-Nya. Lalu tentang
kewajiban manusia, beliau membaginya ke dalam dua kelompok, yakni wajibah aqilah dan wajibah
syari’ah.
6
7. POKOK AJARAN MU’TAZILAH
At-Tauhid
Sebenarnya ajaran tauhid ini bukan ajaran Mu’tazilah saja, tetapi menjadi milik setiap
orang Islam. Hanya saja, Mu’tazilah mempunyai tafsir khusus dan mereka mempertahankannya.
Al-adl
Al-adl artinya maha adil. Manusia memiliki kebebasan dalam segala perbuatannya,
tetapi mereka harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya kelak. Jika berbuat baik,
Allah akan memberinya kebaikan. Tetapi jika perbuatannya salah, Allah akan memberinya siksaan.
Amar Ma’ruf nahi Munkar
Ajaran ini menekankan manusia untuk berpihak kepada kebenaran dan kebaikan. Hal
ini merupakan konsekuensi logis dari keimanan seseorang . Pengakuan keimanan harus dibuktikan
perbuatan baik dengan menyuruh orang berbuat baik dan mencegah dari kejahatan
7
8. PEMIKIRAN-PEMIKIRAN ALIRAN MU’TAZILAH
• Tentang Status Pelaku Dosa Besar
Orang ini dikatakan tidak mukmin dan tidak kafir. Tetapi menurut Mu’tazilah yang
termasuk dosa besar adalah segala perbuatan yang ancamannya secara tegas dalam nas, sedangkan
dosa kecil adalah segala ketidakpatuhan yang ancamannya tidak tegas dalam nas.
• Tentang Iman dan Kufur
Setiap pelaku dosa besar menduduki posisi tengah di antara posisi mukmin dan kafir. Jika
meninggal dunia sebelum bertaubat, maka ia dimasukkan ke dalam neraka namun siksanya lebih
ringan daripada siksaan orang yang kafir.
8
9. PEMIKIRAN-PEMIKIRAN ALIRAN MU’TAZILAH
• Tentang Sifat-sifat Allah
Menurut Mu’tazilah Allah tidak memiliki sifat, yang ada hanya zat-Nya. Semua sifat yang
dikatakan itu melekat pada zat-Nya.
• Tentang Kehendak Mutlak Allah dan Keadilan Allah
Aliran kalam rasional yang menekankan kebebasan manusia cenderung memahami
keadilan Allah. Mu’tazilah berpendapat bahwa Allah itu adil dan tidak mungkin berbuat zalim.
Dengan demikian, manusia diberi kebebasan untuk melakukan perbuatannya tanpa ada paksaan
sedikitpun dari Allah. Dengan kebebasan itulah manusia dapat bertanggungjawab atas segala
perbuatannya. Tidak adil jika Allah memberikan pahala atau siksa kepada hamba-Nya tanpa
mengiringinya dengan memberikan kebebasan terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa
kekuasaan Allah sebenarnya tidak mutlak lagi. Ketidakmutlakan kekuasaan Allah itu disebabkan oleh
kebebasan yang diberikan Allah kepada manusia serta adanya hukum alam yang menurut Al-Quran
tidak pernah berubah.
9