SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
C. KEHUJJAHAN SYAR”U MAN QABLANA ( (حجية شرع من قبلنا في الشريعةالإسلامية 
Pembagian syar’u Man Qablana dan contohnya : 
Syar’u Man Qablana dibagi menjadi dua bagian. Pertama, setiap hukum syariat dari 
umat terdahulu namun tidak disebutkan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Ulama’ 
sepakat bahwa macam pertama ini jelas tidak termasuk syariat Islam.Kedua, setiap 
hukum syariat dari umat terdahulu namun disebutkan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. 
Pembagian kedua ini diklasifikasi menjadi tiga : 
a. Ajaran agama terdahulu yang telah dihapuskan oleh syariat Islam(dimansukh). 
Ajaran agama terdahulu tersebut tidak termasuk syariat agama Islam menurut 
kesepakatan semua ulama. 
Misalnya Q.S. al-An’am ayat 146 yang artinya sebagai berikut : 
“Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku. Sedangkan 
dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak 
yang melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang bercampur 
dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka, dan 
sesungguhnya Kami adalah Maha Benar”. 
Berdasarkan pesan dalam ayat di atas, umat Muhammad yang ingin menebus 
dosa cukup berhenti melakukan perbuatan yang dipandang memiliki konsekuensi 
dosa dan menyesali perbuatan yang telah dilakukan dengan dibuktikan secara nyata 
adanya tekad yang terealisasi secara empiris bahwa perbuatan dosa tersebut tidak 
diulangi lagi. Begitu juga dengan kotoran yang dipandang najis apabila mengenai 
salah satu pakaian. Dalam syari’at terdahulu pakaian tersebut harus dipotong sesuai 
dengan bagian pakaian yang kena najis. Namun setelah Islam lahir, kewajiban seperti 
ini tidak ditetapkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya. Kenyataan ini dapat 
dilihat pada Q.S. 74: 4 (yang artinnya: Dan pakaianmu bersihkanlah). 
Berdasarkan ayat-ayat Alqur’an di atas, para ahli usul al-fiqh dapat menentukan 
dengan mudah bahwa syar’u man Qablana semacam itu sudah tidak berlaku lagi 
karena telah dibatalkan atau diganti (mansukh) oleh ayat Alqur’an sendiri yang nota 
bene merupakan syari’at Nabi Muhammad 
b. Ajaran yang ditetapkan diwarisi oleh syariat islam. Dianggap 
syariat Islammelalui al-Qur’an dan al-Sunnah. 
Contohnya perintah menjalankan puasa. Pada bentuk kedua ini justru Nabi 
Muhammad dan umatnya mewarisi dan melanjutkan apa yang telah ditetapkan oleh 
umat terdahulu. Di antara warisan hukum itu dapat dilihat pada Q.S. 2: 183 yang 
terjemahnya sebagai berikut: 
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas 
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Warisan lain yang ditetapkan untuk umat Nabi Muhammad adalah perintah 
berkurban yang sebelumnya pernah diwajibkan kepada Nabi Ibrahim. Ketentuan itu 
tetap diberlakukan untuk Muhammad dan umatnya berdasarkan pernyataan Nabi 
Muhammad sendiri melalui sabdanya: 
“Berkurbanlah karena yang demikian itu adalah sunnah bapakmu, yaitu Ibrahim”. 
c. Ajaran yang tidak ditetapkan oleh Syari’at islam. 
a) Yang diberitakan kepada Islam baik melalui al-Qur'an atau as-Sunnah, tetapi tidak tegas 
diwajibkan kepada Islam sebagaimana diwajibkan kepada umat sebelum Islam. 
Tidak ada penegasan dari syariat Islam apakah dinaskh atau dianggap sebagai syariat 
Islam. Pembagian ketiga inilah yang menjadi inti pokok pembahasan dalil syara’ 
ini(Syar’u Man Qablana) : 
Misalnya Q.S.5:32 yang menyebutkan: 
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang 
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan 
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia 
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah 
dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Sesungguhnya telah datang kepada 
mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian 
banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat 
kerusakan di muka bumi. 
Begitu juga pada Q.S. 5: 45 yang artinya sebagai berikut: 
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) 
dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan 
gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak kisas)-nya, maka 
melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara 
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. 
Pada kedua ayat di atas terlihat dengan jelas bahwa Tuhan menceritakan adanya 
kewajiban kepada Bani Israil hukum yang tercatat dalam Taurat. Namun tidak 
menjelaskan apakah ketentuan itu berlaku juga terhadap umat Islam atau tidak. Tidak 
adanya kejelasan pada ayat itu menimbulkan berbagai pertanyaan di kalangan para 
ahli usul al-fiqh, apakah hal tersebut diberlakukan juga untuk umat Islam atau tidak 
mengingat ketentuan itu terdapat di dalam Alqur’an yang nota bene merupakan 
Islamb suci umat Islam. 
Berkaitan dengan masalah tersebut, Bazdawi (t.t.: 232) mengatakan bahwa 
syari’at terdahulu yang tidak ditemukan ketegasan pengamalannya bagi umat Islam 
adalah tidak berlaku bagi umat Islam sampai ditemukannya dalil yang 
mewajibkannya. Namun yang populer dari pendapat Bazdawi adalah tentang 
anggapannya yang menyatakan bahwa ketentuan itu merupakan syari’at karena ia 
dituliskan kembali dalam Alqur’an, sehingga ia telah menjadi syari’at Muhammad. 
Hal ini ditanggapi berbeda oleh Hazm (1404, V: 149) yang mengatakan bahwa bentuk 
syari’at seperti itu hanya merupakan nass atau teks semata yang tidak perlu 
diamalkan. 
Sedangkan Syairazi (1985: 34) mengatakan bahwa perbedaan tersebut tampak 
semakin berkembang dengan adanya 3 kelompok yang berkiprah memberikan
pendapat yakni: 1) bukan sebagai syari’at umat Islam, 2) sebagai syari’at Islam, 
kecuali adanya dalil yang membatalkannya, 3) semua syari’at terdahulu, baik syari’at 
Ibrahim, syari’at Musa (kecuali yang telah di-naskholeh syari’at Isa), dan syari’at Isa 
sendiri adalah syari’at Islam. 
Pendapat Mazhab-mazhab terhadap permasalahan yang ke tiga ini : 
a. Juhmuru al-Hanafiyah, Malikiyah dan sebagian kalangan Syafi’iyah mengatakan bahwa 
hukum-hukum syariat umat sebelum Islam bilasoheh maka menjadi syariat bagi Islam, 
tapi tinjauannya tetap melaluiWahyu dari Rasul bukan Islamb-Islamb mereka. 
b. Asya’irah Mu’tazilah, Si’ah dan yang Rajih dari kalangan Syafi’ie mengatakan bahwa 
syariat umat sebelumnya apabila tidak ditegaskan oleh syariat Islam, maka tidak 
termasuk syariat Islam. Pendapat mereka ini diambil juga oleh al-Ghazali, al-Amudi, 
al-Razi, Ibnu Hazm dankebanyakan para ulama’. 
Ada empat dalil yang dibuat tendensi mereka, para ulama’ yang menganggap bahwa 
syariat umat sebelum Islam adalah syariat Islam : 
1. Syariat umat sebelum Islam adalah syariat Allah yang tidak ditegaskan kalausanya telah 
dinasakh, karena itu Islam dituntut mengikutinya serta mengamalkan berdasarkan 
firman Allah dalam surat al-An’am, ayat, 90, al-Nahl,ayat, 123 dan surat al-Syura, ayat, 
13. Disebutkan juga bahwa Ibnu Abbas pernah melakukan Sujud Tilawah ketika 
membaca salah satu ayat al-Quran dalam surat shod( ص) ayat 24. 
2. kewajiban menqadho’i shalat Fardhu berdasarkan hadis nabi”Barangsiapa yang tertidur 
atau lupa melakukan shalat maka Qadho’ilah kalau nanti sudah ingat” dan 
ayat”Kerjakanlah shalat untuk mengingatku” yang disebutkan oleh Nabi secara 
berurutan dengan hadis di atas. Ayat ini ditujukan pada Nabi Musa AS, karena itu 
seandainya Nabi tidak dituntut untuk mengikuti syariat nabi sebelumnya niscaya 
penyebutan ayat di atas tidak dapat memberikan faidah. 
3. Ayat kelima dalam surat al-Ma’idah yang menyebutkan permasalahan Qishas. Ayat ini 
dibuat tendensi oleh para ulama’ akan kewajibannya Qishas dalam syariat Islam. 
4. Nabi itu senang untuk mencocoki Ahli al-Qitab dalam permasalahan yang belum 
ditetapkan keberadaannya oleh Wahyu. 
Ada empat dalil yang juga dipakai oleh mereka yang mengingkari syariat umat 
sebelum Islam sebagai syariat Islam, yaitu : 
1. Ketika Nabi mengutus Muadz Bin Jabal ke Yaman beliau menanyainya tentang apa 
yang akan Muadz jadikan dalil ketika mau menghukumi suatu masalah. Sahabat 
Muadz menjawab “aku akan memakai al-Quran dan hadis dan bila aku dalam 
keduanya tidak mendapatkan jawaban permasalahan tersebut maka aku akan 
berijtihad. 
2. Firman Allah yang menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan syariat dalam 
masing-masing umat, baik umat Nabi Muhammad atau umat Nabi terdahulu. 
3. Seandainya Nabi, umatnya wajib mengikuti syariat umat terdahulu, niscaya beliau 
wajib mempelajari syariat tersebut.
4. Syariat terdahulu adalah husus bagi umat tertentu, sementara syariat islam adalah 
syariat umum yang menasakh syariat-syraiat terdahulu. 
b) Yang tidak disebut-sebut (diceritakan) oleh syari'at Islam.

More Related Content

What's hot

Buku Pedoman MUI ttg Syiah-6
Buku Pedoman MUI ttg Syiah-6Buku Pedoman MUI ttg Syiah-6
Buku Pedoman MUI ttg Syiah-6Feizal Karim
 
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhanJaka Supriyanta
 
Ppt agama islam 3 bab puasa
Ppt agama islam 3 bab puasaPpt agama islam 3 bab puasa
Ppt agama islam 3 bab puasaDindaNova1
 
Sumber hukum islam yang tidak disepakati oleh ulama’ 2
Sumber hukum islam yang tidak disepakati oleh ulama’ 2Sumber hukum islam yang tidak disepakati oleh ulama’ 2
Sumber hukum islam yang tidak disepakati oleh ulama’ 2Ramadhan, Dicky
 
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’anKedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’anVia Dewi Syahara
 
Berlomba Lomba Dalam Kebaikan dan Etos Kerja
Berlomba Lomba Dalam Kebaikan dan Etos KerjaBerlomba Lomba Dalam Kebaikan dan Etos Kerja
Berlomba Lomba Dalam Kebaikan dan Etos KerjaShafira Hany
 
Ayat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisi
Ayat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisiAyat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisi
Ayat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisiFarijihan Putri
 
kaitan antara fiqh & aqidah, sumber fiqh
 kaitan antara fiqh & aqidah, sumber fiqh kaitan antara fiqh & aqidah, sumber fiqh
kaitan antara fiqh & aqidah, sumber fiqhIM UMAZ
 
Funsi al-qur'an dan hadist
Funsi al-qur'an dan hadistFunsi al-qur'an dan hadist
Funsi al-qur'an dan hadistMuhammad Rifalza
 
Tahlilan dalam timbangan
Tahlilan dalam timbanganTahlilan dalam timbangan
Tahlilan dalam timbanganChika Aje
 
Materi surat yunus dan maidah (samiul )
Materi surat yunus dan maidah (samiul )Materi surat yunus dan maidah (samiul )
Materi surat yunus dan maidah (samiul )Nisrokhah6
 
0001 ii.pengertian al-qur'an
0001 ii.pengertian al-qur'an0001 ii.pengertian al-qur'an
0001 ii.pengertian al-qur'anSurono Rene
 
Tafsir Al azhar 109 al kaafirun
Tafsir Al azhar 109 al kaafirunTafsir Al azhar 109 al kaafirun
Tafsir Al azhar 109 al kaafirunMuhammad Idris
 
Makalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukhMakalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukhLutfi Widad
 
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’isumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’iOppi Ulandari
 
Pengertian al quran
Pengertian al quranPengertian al quran
Pengertian al quranYatie Emkay
 

What's hot (19)

Buku Pedoman MUI ttg Syiah-6
Buku Pedoman MUI ttg Syiah-6Buku Pedoman MUI ttg Syiah-6
Buku Pedoman MUI ttg Syiah-6
 
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
 
Materi al quran 1
Materi al quran 1Materi al quran 1
Materi al quran 1
 
Tasyri' masa sahabat
Tasyri'  masa sahabatTasyri'  masa sahabat
Tasyri' masa sahabat
 
Ppt agama islam 3 bab puasa
Ppt agama islam 3 bab puasaPpt agama islam 3 bab puasa
Ppt agama islam 3 bab puasa
 
Sumber hukum islam yang tidak disepakati oleh ulama’ 2
Sumber hukum islam yang tidak disepakati oleh ulama’ 2Sumber hukum islam yang tidak disepakati oleh ulama’ 2
Sumber hukum islam yang tidak disepakati oleh ulama’ 2
 
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’anKedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
 
Berlomba Lomba Dalam Kebaikan dan Etos Kerja
Berlomba Lomba Dalam Kebaikan dan Etos KerjaBerlomba Lomba Dalam Kebaikan dan Etos Kerja
Berlomba Lomba Dalam Kebaikan dan Etos Kerja
 
Presentation psi
Presentation psiPresentation psi
Presentation psi
 
Ayat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisi
Ayat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisiAyat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisi
Ayat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisi
 
kaitan antara fiqh & aqidah, sumber fiqh
 kaitan antara fiqh & aqidah, sumber fiqh kaitan antara fiqh & aqidah, sumber fiqh
kaitan antara fiqh & aqidah, sumber fiqh
 
Funsi al-qur'an dan hadist
Funsi al-qur'an dan hadistFunsi al-qur'an dan hadist
Funsi al-qur'an dan hadist
 
Tahlilan dalam timbangan
Tahlilan dalam timbanganTahlilan dalam timbangan
Tahlilan dalam timbangan
 
Materi surat yunus dan maidah (samiul )
Materi surat yunus dan maidah (samiul )Materi surat yunus dan maidah (samiul )
Materi surat yunus dan maidah (samiul )
 
0001 ii.pengertian al-qur'an
0001 ii.pengertian al-qur'an0001 ii.pengertian al-qur'an
0001 ii.pengertian al-qur'an
 
Tafsir Al azhar 109 al kaafirun
Tafsir Al azhar 109 al kaafirunTafsir Al azhar 109 al kaafirun
Tafsir Al azhar 109 al kaafirun
 
Makalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukhMakalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukh
 
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’isumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i
 
Pengertian al quran
Pengertian al quranPengertian al quran
Pengertian al quran
 

Viewers also liked

Agama islam perlembagaaan_persekutuan_dan_negara_malaysia
Agama islam perlembagaaan_persekutuan_dan_negara_malaysiaAgama islam perlembagaaan_persekutuan_dan_negara_malaysia
Agama islam perlembagaaan_persekutuan_dan_negara_malaysiafaizah12
 
pentadbiran undang-undang islam di malaysia
pentadbiran undang-undang islam di malaysiapentadbiran undang-undang islam di malaysia
pentadbiran undang-undang islam di malaysiaustzm0den
 
PRINSIP SYARIAH DAN ETIKA ISLAM DALAM SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAAN
PRINSIP SYARIAH DAN ETIKA ISLAM DALAM SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAANPRINSIP SYARIAH DAN ETIKA ISLAM DALAM SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAAN
PRINSIP SYARIAH DAN ETIKA ISLAM DALAM SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAANNormurni Mohamad
 

Viewers also liked (6)

Biuv 5103
Biuv 5103Biuv 5103
Biuv 5103
 
Agama islam perlembagaaan_persekutuan_dan_negara_malaysia
Agama islam perlembagaaan_persekutuan_dan_negara_malaysiaAgama islam perlembagaaan_persekutuan_dan_negara_malaysia
Agama islam perlembagaaan_persekutuan_dan_negara_malaysia
 
Islam dan Syariah Islam
Islam dan Syariah IslamIslam dan Syariah Islam
Islam dan Syariah Islam
 
pentadbiran undang-undang islam di malaysia
pentadbiran undang-undang islam di malaysiapentadbiran undang-undang islam di malaysia
pentadbiran undang-undang islam di malaysia
 
PRINSIP SYARIAH DAN ETIKA ISLAM DALAM SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAAN
PRINSIP SYARIAH DAN ETIKA ISLAM DALAM SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAANPRINSIP SYARIAH DAN ETIKA ISLAM DALAM SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAAN
PRINSIP SYARIAH DAN ETIKA ISLAM DALAM SAINS TEKNOLOGI DAN KEJURUTERAAN
 
03 syariat islam
03 syariat islam03 syariat islam
03 syariat islam
 

Similar to SYAR'U MAN

Fiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablanaFiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablanaRisma Amalia
 
Ushul Fiqh - Syara man Qoblana
Ushul Fiqh - Syara man QoblanaUshul Fiqh - Syara man Qoblana
Ushul Fiqh - Syara man QoblanaRendra Fahrurrozie
 
PAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAMPAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAMSarah Nadhila
 
FENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAHFENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAHIdrus Abidin
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsFakhri Cool
 
Hukum dalam islam
Hukum dalam islamHukum dalam islam
Hukum dalam islamAhmad Rudi
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamkhumairoh
 
Materi sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfMateri sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfagyana_nadian
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamkhumairoh
 
Sumber Dasar Pengaturan Hukum Pidana Islam
Sumber Dasar Pengaturan Hukum Pidana IslamSumber Dasar Pengaturan Hukum Pidana Islam
Sumber Dasar Pengaturan Hukum Pidana Islamswirawan
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamDewwii Casono
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamRisqi19
 
sejarahturunnyaalquran-141209082658-conversion-gate02(1).pdf
sejarahturunnyaalquran-141209082658-conversion-gate02(1).pdfsejarahturunnyaalquran-141209082658-conversion-gate02(1).pdf
sejarahturunnyaalquran-141209082658-conversion-gate02(1).pdfPaulJhon5
 

Similar to SYAR'U MAN (20)

Fiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablanaFiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablana
 
Ilmu nasikh mansukh
Ilmu nasikh mansukhIlmu nasikh mansukh
Ilmu nasikh mansukh
 
Ushul Fiqh - Syara man Qoblana
Ushul Fiqh - Syara man QoblanaUshul Fiqh - Syara man Qoblana
Ushul Fiqh - Syara man Qoblana
 
PPT FIQIH.pdf
PPT FIQIH.pdfPPT FIQIH.pdf
PPT FIQIH.pdf
 
Agama (2)
Agama (2)Agama (2)
Agama (2)
 
4. sumber hukum islam
4. sumber hukum islam4. sumber hukum islam
4. sumber hukum islam
 
PAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAMPAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAM
 
FENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAHFENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAH
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi Hadits
 
Hukum dalam islam
Hukum dalam islamHukum dalam islam
Hukum dalam islam
 
Syariah,fikih dan hukum islam
Syariah,fikih dan hukum islamSyariah,fikih dan hukum islam
Syariah,fikih dan hukum islam
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islam
 
Materi sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfMateri sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdf
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islam
 
Sumber Dasar Pengaturan Hukum Pidana Islam
Sumber Dasar Pengaturan Hukum Pidana IslamSumber Dasar Pengaturan Hukum Pidana Islam
Sumber Dasar Pengaturan Hukum Pidana Islam
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
 
sejarahturunnyaalquran-141209082658-conversion-gate02(1).pdf
sejarahturunnyaalquran-141209082658-conversion-gate02(1).pdfsejarahturunnyaalquran-141209082658-conversion-gate02(1).pdf
sejarahturunnyaalquran-141209082658-conversion-gate02(1).pdf
 

More from Khuzain Terate

More from Khuzain Terate (16)

Methodology
MethodologyMethodology
Methodology
 
Media of instruction 1st
Media of instruction  1stMedia of instruction  1st
Media of instruction 1st
 
Materials design
Materials designMaterials design
Materials design
 
Material evaluation
Material evaluationMaterial evaluation
Material evaluation
 
Materi ke 3
Materi ke 3Materi ke 3
Materi ke 3
 
Language description4
Language description4Language description4
Language description4
 
Development of esp
Development of espDevelopment of esp
Development of esp
 
Approaches to course design
Approaches to course designApproaches to course design
Approaches to course design
 
Language description4
Language description4Language description4
Language description4
 
Materials design
Materials designMaterials design
Materials design
 
Material evaluation
Material evaluationMaterial evaluation
Material evaluation
 
Materi ke 3
Materi ke 3Materi ke 3
Materi ke 3
 
Language description4
Language description4Language description4
Language description4
 
Handout drama 05092012
Handout drama 05092012Handout drama 05092012
Handout drama 05092012
 
Concept meaning in trans suhridin
Concept meaning in trans suhridinConcept meaning in trans suhridin
Concept meaning in trans suhridin
 
Approaches to course design
Approaches to course designApproaches to course design
Approaches to course design
 

SYAR'U MAN

  • 1. C. KEHUJJAHAN SYAR”U MAN QABLANA ( (حجية شرع من قبلنا في الشريعةالإسلامية Pembagian syar’u Man Qablana dan contohnya : Syar’u Man Qablana dibagi menjadi dua bagian. Pertama, setiap hukum syariat dari umat terdahulu namun tidak disebutkan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Ulama’ sepakat bahwa macam pertama ini jelas tidak termasuk syariat Islam.Kedua, setiap hukum syariat dari umat terdahulu namun disebutkan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Pembagian kedua ini diklasifikasi menjadi tiga : a. Ajaran agama terdahulu yang telah dihapuskan oleh syariat Islam(dimansukh). Ajaran agama terdahulu tersebut tidak termasuk syariat agama Islam menurut kesepakatan semua ulama. Misalnya Q.S. al-An’am ayat 146 yang artinya sebagai berikut : “Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku. Sedangkan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka, dan sesungguhnya Kami adalah Maha Benar”. Berdasarkan pesan dalam ayat di atas, umat Muhammad yang ingin menebus dosa cukup berhenti melakukan perbuatan yang dipandang memiliki konsekuensi dosa dan menyesali perbuatan yang telah dilakukan dengan dibuktikan secara nyata adanya tekad yang terealisasi secara empiris bahwa perbuatan dosa tersebut tidak diulangi lagi. Begitu juga dengan kotoran yang dipandang najis apabila mengenai salah satu pakaian. Dalam syari’at terdahulu pakaian tersebut harus dipotong sesuai dengan bagian pakaian yang kena najis. Namun setelah Islam lahir, kewajiban seperti ini tidak ditetapkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya. Kenyataan ini dapat dilihat pada Q.S. 74: 4 (yang artinnya: Dan pakaianmu bersihkanlah). Berdasarkan ayat-ayat Alqur’an di atas, para ahli usul al-fiqh dapat menentukan dengan mudah bahwa syar’u man Qablana semacam itu sudah tidak berlaku lagi karena telah dibatalkan atau diganti (mansukh) oleh ayat Alqur’an sendiri yang nota bene merupakan syari’at Nabi Muhammad b. Ajaran yang ditetapkan diwarisi oleh syariat islam. Dianggap syariat Islammelalui al-Qur’an dan al-Sunnah. Contohnya perintah menjalankan puasa. Pada bentuk kedua ini justru Nabi Muhammad dan umatnya mewarisi dan melanjutkan apa yang telah ditetapkan oleh umat terdahulu. Di antara warisan hukum itu dapat dilihat pada Q.S. 2: 183 yang terjemahnya sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
  • 2. Warisan lain yang ditetapkan untuk umat Nabi Muhammad adalah perintah berkurban yang sebelumnya pernah diwajibkan kepada Nabi Ibrahim. Ketentuan itu tetap diberlakukan untuk Muhammad dan umatnya berdasarkan pernyataan Nabi Muhammad sendiri melalui sabdanya: “Berkurbanlah karena yang demikian itu adalah sunnah bapakmu, yaitu Ibrahim”. c. Ajaran yang tidak ditetapkan oleh Syari’at islam. a) Yang diberitakan kepada Islam baik melalui al-Qur'an atau as-Sunnah, tetapi tidak tegas diwajibkan kepada Islam sebagaimana diwajibkan kepada umat sebelum Islam. Tidak ada penegasan dari syariat Islam apakah dinaskh atau dianggap sebagai syariat Islam. Pembagian ketiga inilah yang menjadi inti pokok pembahasan dalil syara’ ini(Syar’u Man Qablana) : Misalnya Q.S.5:32 yang menyebutkan: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. Begitu juga pada Q.S. 5: 45 yang artinya sebagai berikut: Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak kisas)-nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. Pada kedua ayat di atas terlihat dengan jelas bahwa Tuhan menceritakan adanya kewajiban kepada Bani Israil hukum yang tercatat dalam Taurat. Namun tidak menjelaskan apakah ketentuan itu berlaku juga terhadap umat Islam atau tidak. Tidak adanya kejelasan pada ayat itu menimbulkan berbagai pertanyaan di kalangan para ahli usul al-fiqh, apakah hal tersebut diberlakukan juga untuk umat Islam atau tidak mengingat ketentuan itu terdapat di dalam Alqur’an yang nota bene merupakan Islamb suci umat Islam. Berkaitan dengan masalah tersebut, Bazdawi (t.t.: 232) mengatakan bahwa syari’at terdahulu yang tidak ditemukan ketegasan pengamalannya bagi umat Islam adalah tidak berlaku bagi umat Islam sampai ditemukannya dalil yang mewajibkannya. Namun yang populer dari pendapat Bazdawi adalah tentang anggapannya yang menyatakan bahwa ketentuan itu merupakan syari’at karena ia dituliskan kembali dalam Alqur’an, sehingga ia telah menjadi syari’at Muhammad. Hal ini ditanggapi berbeda oleh Hazm (1404, V: 149) yang mengatakan bahwa bentuk syari’at seperti itu hanya merupakan nass atau teks semata yang tidak perlu diamalkan. Sedangkan Syairazi (1985: 34) mengatakan bahwa perbedaan tersebut tampak semakin berkembang dengan adanya 3 kelompok yang berkiprah memberikan
  • 3. pendapat yakni: 1) bukan sebagai syari’at umat Islam, 2) sebagai syari’at Islam, kecuali adanya dalil yang membatalkannya, 3) semua syari’at terdahulu, baik syari’at Ibrahim, syari’at Musa (kecuali yang telah di-naskholeh syari’at Isa), dan syari’at Isa sendiri adalah syari’at Islam. Pendapat Mazhab-mazhab terhadap permasalahan yang ke tiga ini : a. Juhmuru al-Hanafiyah, Malikiyah dan sebagian kalangan Syafi’iyah mengatakan bahwa hukum-hukum syariat umat sebelum Islam bilasoheh maka menjadi syariat bagi Islam, tapi tinjauannya tetap melaluiWahyu dari Rasul bukan Islamb-Islamb mereka. b. Asya’irah Mu’tazilah, Si’ah dan yang Rajih dari kalangan Syafi’ie mengatakan bahwa syariat umat sebelumnya apabila tidak ditegaskan oleh syariat Islam, maka tidak termasuk syariat Islam. Pendapat mereka ini diambil juga oleh al-Ghazali, al-Amudi, al-Razi, Ibnu Hazm dankebanyakan para ulama’. Ada empat dalil yang dibuat tendensi mereka, para ulama’ yang menganggap bahwa syariat umat sebelum Islam adalah syariat Islam : 1. Syariat umat sebelum Islam adalah syariat Allah yang tidak ditegaskan kalausanya telah dinasakh, karena itu Islam dituntut mengikutinya serta mengamalkan berdasarkan firman Allah dalam surat al-An’am, ayat, 90, al-Nahl,ayat, 123 dan surat al-Syura, ayat, 13. Disebutkan juga bahwa Ibnu Abbas pernah melakukan Sujud Tilawah ketika membaca salah satu ayat al-Quran dalam surat shod( ص) ayat 24. 2. kewajiban menqadho’i shalat Fardhu berdasarkan hadis nabi”Barangsiapa yang tertidur atau lupa melakukan shalat maka Qadho’ilah kalau nanti sudah ingat” dan ayat”Kerjakanlah shalat untuk mengingatku” yang disebutkan oleh Nabi secara berurutan dengan hadis di atas. Ayat ini ditujukan pada Nabi Musa AS, karena itu seandainya Nabi tidak dituntut untuk mengikuti syariat nabi sebelumnya niscaya penyebutan ayat di atas tidak dapat memberikan faidah. 3. Ayat kelima dalam surat al-Ma’idah yang menyebutkan permasalahan Qishas. Ayat ini dibuat tendensi oleh para ulama’ akan kewajibannya Qishas dalam syariat Islam. 4. Nabi itu senang untuk mencocoki Ahli al-Qitab dalam permasalahan yang belum ditetapkan keberadaannya oleh Wahyu. Ada empat dalil yang juga dipakai oleh mereka yang mengingkari syariat umat sebelum Islam sebagai syariat Islam, yaitu : 1. Ketika Nabi mengutus Muadz Bin Jabal ke Yaman beliau menanyainya tentang apa yang akan Muadz jadikan dalil ketika mau menghukumi suatu masalah. Sahabat Muadz menjawab “aku akan memakai al-Quran dan hadis dan bila aku dalam keduanya tidak mendapatkan jawaban permasalahan tersebut maka aku akan berijtihad. 2. Firman Allah yang menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan syariat dalam masing-masing umat, baik umat Nabi Muhammad atau umat Nabi terdahulu. 3. Seandainya Nabi, umatnya wajib mengikuti syariat umat terdahulu, niscaya beliau wajib mempelajari syariat tersebut.
  • 4. 4. Syariat terdahulu adalah husus bagi umat tertentu, sementara syariat islam adalah syariat umum yang menasakh syariat-syraiat terdahulu. b) Yang tidak disebut-sebut (diceritakan) oleh syari'at Islam.