SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
1
http://muhsinhar.staff.umy.ac.id
Membuka Pintu (yang) Terkunci
Oleh: Muhsin Hariyanto
Ibrahim ibn Adham, ketika menjawab pertanyaan penduduk Basrah,
“kenapa doa-doa kami tak pernah dikabulkan oleh Allah?” Beliau menyatakan
bahwa ada sepuluh persoalan yang menjadi penyebab tidak terkabulnya
serangkain doa, salah satu di antaranya yang terpenting adalah: “banyak
memakan nikmat Tuhanmu, akan tetapi tidak mensyukurinya”. Pernyataan ini
— menurut pendapat penulis — sangat sejalan dengan peringatan Allah dalam
QS Ibrahim [14]: 7,
ْ‫م‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ّن‬
َ
‫يد‬ِ‫ز‬
َ َ
‫َل‬ ْ‫م‬
ُ
‫ت‬ْ‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ش‬ ِ‫ِئ‬
َ
‫ل‬ ْ‫م‬
ُ
‫ك‬ُ‫ّب‬َ‫ر‬
َ
‫ن‬
َ
‫ذ‬
َ
‫أ‬
َ
‫ت‬
ْ
‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ِۖ‫اِب‬
َ
‫ذ‬َ‫ع‬
َ
‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬
ُ
‫ت‬ْ‫ر‬
َ
‫ف‬
َ
‫ك‬ ِ‫ِئ‬
َ
‫ل‬َ‫و‬
‫يد‬ِ‫د‬
َ
‫ش‬
َ
‫ل‬
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Dalam pengamatan penulis, masalah yang tengah kita hadapi — di
negeri kita tercinta ini — mirip dengan masalah yang terjadi pada umat Islam
di negeri Basrah yang pada saat itu sangat gundah, dan bertanya-tanya:
“kenapa doa-doa mereka tak kunjung dikabulkan oleh Allah?” Pertanyaannya
selanjutnya adalah: “Apakah kita — di negeri katulistiwa ini — tergolong
dalam sepuluh kategori manusia yang tidak akan pernah dikabulkan doanya
sebagaimana yang pernah disebutkan oleh Ibrahim Ibn Adham dalam sebuah
kesempatan? Atau lebih spesifik lagi, apakah kita tergolong orang yang tidak
pernah menyukuri nikmat Allah?
Ibrahim Ibn Adham pernah menyatakan bahwa sepuluh penyebab
‘kematian hati’ yang mengakibatkan tak terkabulnya doa seseorang adalah: (1)
Kamu mengaku mengetahui adanya Allah, tetapi tidak mau tunduk dan patuh
kepada-Nya; (2) Kamu membaca al-Quran, tetapi kamu tidak mengamalkan
isinya; (3) Kamu mengetahui bahwa setan adalah musuh, tetapi justeru kamu
ikuti jalannya; (4) Kamu mengatakan mencintai Rasulullah s.a.w., tetapi kamu
meninggalkan akhlak dan sunnah-sunnah beliau; (5) Kamu mengatakan
memohon surga, tetapi tidak beramal untuk meraihnya; (6) Kamu mengatakan
takut neraka, tetapi tidak pernah berhenti melakukan dosa; (7) Kamu
mengatakan mati pasti akan datang, tetapi kamu tidak mempersiapkan diri
untuk menghadapinya; (8) Kamu sibuk membicarakan kekurangan orang lain,
tetapi tidak memikirkan mengenai kekurangan dirimu sendiri; (9) Kamu
makan rezeki dari Allah, tetapi tidak mau bersyukur kepada-Nya; dan (10)
Kamu menguburkan mayat saudaramu, tetapi tidak menjadikannya sebagai
pelajaran.
2
Kesepuluh macam penyakit inilah — yang menurut Ibrahim ibn Adham
— telah mematikan hati penduduk Basrah pada saat itu, hingga mereka
merasa doa-doa mereka tak dikabulkan oleh Allah. Dan salah satu di antaranya
“yang terpenting” adalah: “banyak memakan nikmat Allah, akan tetapi tidak
pernah mensyukurinya”. Salah satu bentuk ungkapan rasa syukur yang paling
utama dan mendasar yang belum teraktualisasi dengan baik pada penduduk
Basrah — dalam bentuk perbuatan — ketika itu adalah: “selalu mengingat
kebesaran Allah, melaksanakan segala perintah-Nya, dan meninggalkan segala
larangan-Nya. Sedangkan dalam bentuk sikap, adalah: “Ikhlas ketika berada
di bawah, dan tidak sombong ketika berada di atas”, sebagaimana peringatan
yang dinyatakan olah Allah dalam QS al-Ma’ârij [70]: 19-21,
﴿ ‫ا‬‫وًع‬
ُ
‫ل‬
َ
‫ه‬ َ‫ق‬ِ‫ل‬
ُ
‫خ‬
َ
‫ان‬ َ‫نس‬ِ
ْ
‫اْل‬
َ
‫ن‬ِ‫إ‬٩١﴿ ‫ا‬‫وًع‬ُ‫ز‬َ‫ج‬ ُ َ
‫الرَّش‬
ُ
‫ه‬ َ‫س‬َ‫م‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬ ﴾٠٢‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ﴾
﴿ ‫ا‬‫وًع‬ُ‫ن‬َ‫م‬ ُ ْ‫ْي‬َْ
‫اْل‬
ُ
‫ه‬ َ‫س‬َ‫م‬٠٩﴾
”Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila
dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah. Dan apabila dia mendapat kebaikan
di amat kikir”.
Siapakah yang bisa dikecualikan dari pernyataan Allah dalam ayat tersebut di
atas? Allah pun menjelaskan:
﴿ َ‫ني‬
ّ
ِ‫ل‬ َ‫ص‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬
َ
‫َّل‬ِ‫إ‬٠٠﴿
َ
‫ون‬ُ‫م‬ِ‫ئ‬‫ا‬
َ
‫د‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬
َ
‫َل‬ َ‫ص‬ ٰ َ َ‫لَع‬ ْ‫م‬
ُ
‫ه‬ َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬ ﴾٠٢﴾َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬َ‫و‬
﴿ ‫وم‬
ُ
‫ل‬
ْ
‫ع‬
َ
‫م‬ ٌ‫ق‬َ‫ح‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬
ْ
‫م‬
َ
‫أ‬ ِ‫ِف‬٠٢﴿ ِ‫وم‬ُ‫ر‬
ْ
‫ح‬َ‫م‬
ْ
‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ل‬ِ‫ئ‬‫ا‬ َ‫لس‬
ّ
ِ‫ل‬ ﴾٠٢َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬َ‫و‬ ﴾
﴿ ِ‫ين‬ّ
ِ‫دل‬‫ا‬ ِ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ِ‫ب‬
َ
‫ون‬
ُ
‫ق‬
ّ
ِ‫د‬ َ‫ص‬ُ‫ي‬٠٢
َ
‫ون‬
ُ
‫ق‬ِ‫ف‬
ْ
‫ش‬
ُ
‫م‬ ‫م‬ِ‫ه‬ّ
ِ‫ّب‬َ‫ر‬ ِ‫اب‬
َ
‫ذ‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬
ّ
ِ‫م‬ ‫م‬
ُ
‫ه‬ َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬َ‫و‬ ﴾
﴿٠٢﴿ ٍ‫ون‬ُ‫م‬
ْ
‫أ‬َ‫م‬ ُ ْ‫ْي‬
َ
‫غ‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ّ
ِ‫ّب‬َ‫ر‬ َ‫اب‬
َ
‫ذ‬َ‫ع‬
َ
‫ن‬ِ‫إ‬ ﴾٠٢
ُ
‫ف‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬
ُ
‫ه‬ َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬َ‫و‬ ﴾ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫وج‬ُ‫ر‬
﴿
َ
‫ون‬
ُ
‫ظ‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ح‬٠١ُ ْ‫ْي‬
َ
‫غ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
ُ
‫ان‬َ‫م‬
ْ
‫ي‬
َ
‫أ‬ ْ‫ت‬
َ
‫ك‬
َ
‫ل‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ ْ‫و‬
َ
‫أ‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫اج‬َ‫و‬ْ‫ز‬
َ
‫أ‬ ٰ َ َ‫لَع‬
َ
‫َّل‬ِ‫إ‬ ﴾
﴿ َ‫ني‬ِ‫م‬‫و‬
ُ
‫ل‬َ‫م‬٢٢
َ
‫ذ‬ َ‫اء‬َ‫ر‬َ‫و‬ ٰ َ
‫َغ‬َ‫ت‬ْ‫اب‬ ِ‫ن‬َ‫م‬
َ
‫ف‬ ﴾ٰ﴿
َ
‫ون‬
ُ
‫اد‬َ‫ع‬
ْ
‫ال‬ ُ‫م‬
ُ
‫ه‬
َ
َِِٰٰ
َ
‫ول‬
ُ
‫أ‬
َ
‫ف‬
َ
َِ‫ل‬٢٩﴾
﴿
َ
‫ون‬ُ‫اع‬َ‫ر‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫د‬
ْ
‫ه‬
َ
‫ع‬َ‫و‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫ا‬
َ
‫اّن‬َ‫م‬
َ
ِ‫َل‬ ْ‫م‬
ُ
‫ه‬ َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬َ‫و‬٢٠‫ا‬َ‫و‬ ﴾ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫ا‬
َ
‫اد‬َ‫ه‬
َ
‫ش‬ِ‫ب‬ ‫م‬
ُ
‫ه‬ َ‫ين‬ِ
َ
‫َّل‬
﴿
َ
‫ون‬ُ‫م‬ِ‫ئ‬‫ا‬
َ
‫ق‬٢٢﴿
َ
‫ون‬
ُ
‫ظ‬ِ‫ف‬‫ا‬َ ُ
‫ُي‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬
َ
‫َل‬ َ‫ص‬ ٰ َ َ‫لَع‬ ْ‫م‬
ُ
‫ه‬ َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬َ‫و‬ ﴾٢٢ِ‫ِف‬
َ
َِِٰٰ
َ
‫ول‬
ُ
‫أ‬ ﴾
﴿
َ
‫ون‬ُ‫م‬َ‫ر‬
ْ
‫ك‬
ُ
‫م‬ ٍ‫ات‬
َ
‫ن‬َ‫ج‬٢٢﴾
3
“Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian
tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai
apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari
pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena
sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari
kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki
[Maksudnya: budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan
orang kafir, bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. dalam
peperangan dengan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan
biasanya dibagi-bagikan kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan
itu, dan kebiasan ini bukanlah suatu yang diwajibkan. imam boleh melarang
kebiasaan ini. Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak
ikut tertawan bersama-samanya]. Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini
tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu [Maksudnya: zina,
homoseksual, dan sebagainya], Maka mereka Itulah orang-orang yang
melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya.
Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di surga lagi
dimuliakan.” (QS al-Ma’ârij [70]: 22-35)
Barangkali ada baiknya kita merenung sejenak, kemudian bertanya
dengan sejujur-jujurnya kepada diri kita: “Apakah selama ini kita sudah
menunjukkan rasa syukur ketika telah dilimpahi karunia dan nikmat yang
demikian berlimpah di negeri ‘gemah ripah loh jinawi‘ ini, sebuah negeri yang
tenteram dan makmur serta sangat subur tanahnya? “Gemah Ripah Loh
Jinawi,” itulah sebuah ungkapan yang sering kita dengar untuk
menggambarkan negeri kita tercinta ini. Negeri yang – secara potensial –
sangat kaya, tetapi masih ‘terpuruk’ dalam problem kemiskinan dan
keterbelakangan. Dan – untuk itu — kita tak perlu bertanya lagi: “Salah
siapakah semua ini?”, karena jawabnya – meminjam nasihat Ibrahim ibn
Adham — terang-benderang: “karena kita sudah terlalu banyak memakan
nikmat Allah, akan tetapi lupa untuk mensyukurinya”. Kita belum sungguh-
sungguh bersyukur kepada Allah, dan bahkan – kalau benar-benar mau
menjawab dengan sikap jujur — “kita selama ini masih lebih banyak bersikap
kufur”.
‘Kita juga masih sering tidak pernah berpikir serius untuk
mempertanyakan sikap kita dalam berdoa. Jangan-jangan masih ada yang
salah dalam diri kita, di samping ‘sikap kufur kita’ yang masing sering kita
demonstrasikan di hadapan Allah. Jika dalam berinteraksi antarkita, kita
butuhkan ‘akhlak antarmakhluk’, sudah barang tentu di saat diri kita
berinteraksi dengan Allah pun ada panduan akhlaknya. Jika dalam menemui
seseorang yang lebih terhormat saja terkadang kita sangat sibuk menyiapkan
diri, untuk memikirkan cara yang layak dan patut, bagaimana halnya ketika
kita ingin menemui (menghadap) Allah, Dzat Yang Menciptakan orang-orang
terhormat yang selama ini sangat kita hormati? Pantaskah kita tak
mengindahkan persiapan diri yang lebih matang?
4
Berdoa – kata Imam al-Ghazali — merupakan salah satu bentuk
interaksi manusia dengan “Sang Pencipta”. Sebab doa kita, ada serangkain
permintaan yang kita mohonkan kepada Allah yang Maha Mendengar dan
Maha Tahu (Samî’un-Bashîr), dan Allah akan selalu bersedia untuk
mengabulkan apa pun yang dimohonkan oleh hamba-Nya. Sebagaimana
firmanNya:
‫يب‬ِ‫ر‬
َ
‫ق‬
ّ
ِ‫ِن‬ِ‫إ‬
َ
‫ف‬ ّ
ِ‫ِن‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬
َ
َ
َ
‫ل‬
َ
‫أ‬َ‫س‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ِۖ‫ن‬ َ‫ًع‬
َ
‫د‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬ ِ‫اع‬َ‫ادل‬
َ
‫ة‬َ‫و‬
ْ
‫ع‬
َ
‫د‬ ُ‫يب‬ِ‫ج‬
ُ
‫أ‬ۖ
َ
‫ون‬ُ‫د‬
ُ
‫ش‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬
َ
‫ل‬ ِ‫ِب‬ ‫وا‬ُ‫ن‬ِ‫م‬
ْ
‫ؤ‬ُ ْ
‫ْل‬َ‫و‬ ِ‫ِل‬ ‫وا‬ُ‫يب‬ِ‫ج‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬
ْ
‫ل‬
َ
‫ف‬
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS al-Baqarah, 2: 186)
Mari kita simak pernyataan Imam al-Ghazali — misalnya — dalam
karya monumentalnya Ihya’ ‘Ulûmiddîn telah memaparkan lima hal penting
yang harus diimplementasikan oleh siapa pun ketika berdoa kepada Allah.
Pertama, berdoalah pada waktu-waktu yang mulia. Menurut Imam al-
Ghazali, seseorang yang berdoa hendaklah bisa memilih dan memanfaatkan
waktu-waktu mulia seperti pada hari ‘Arafah, hari-hari pada bulan Ramadhan,
hari Jumat, pada waktu sahur dan yang tak kalah mulianya adalah: “sepertiga
malam terakhir, ketika kita bertafakkur dan berdzikir di sela-sela qiyâmul lail
kita”. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.:
ُ
‫ل‬ِ
ْ
‫ْن‬
َ
‫ي‬‫ا‬
َ
‫ن‬ُ‫ّب‬َ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ار‬َ‫ب‬
َ
‫ت‬
َ
‫ال‬َ‫ع‬
َ
‫ت‬َ‫و‬
َ ُ
‫ُك‬ٍ‫ة‬
َ
‫ل‬ْ َ
‫ْل‬
َ
‫ل‬ِ‫إ‬ِ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫الس‬‫ا‬َ‫ي‬
ْ
‫ن‬ُ‫ادل‬َ ْ
‫ني‬ِ‫ح‬
َ
‫ق‬ْ‫ب‬
َ
‫ي‬
ُ
‫ث‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫ث‬
ِ‫ل‬ْ‫ي‬
َ
‫الل‬ُ‫ر‬ِ‫اآلخ‬
ُ
‫ول‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ي‬:ْ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ون‬ُ‫ع‬
ْ
‫د‬َ‫ي‬ْ‫ي‬ِ‫ج‬َ‫ت‬ْ‫س‬
َ
‫أ‬
َ
‫ف‬َ‫ب‬ُ َ
‫ل‬ْ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ِن‬
ُ
‫ل‬
َ
‫أ‬ْ‫س‬َ‫ي‬
ُ
‫ه‬َ‫ي‬ِ‫ط‬
ْ
‫ع‬
ُ
‫أ‬
َ
‫ف‬
ْ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ن‬ُ‫ر‬ِ‫ف‬
ْ
‫غ‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬َ‫ر‬ِ‫ف‬
ْ
‫غ‬
َ
‫أ‬
َ
‫ف‬ُ َ
‫ل‬.
“Rabb (Tuhan) kita Tabâraka wa Ta'âlâ kita turun di setiap malam ke langit
dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: “Siapa pun yang berdoa
kepadaKu pasti Kukabulkan dan siapa pun yang meminta kepadaKu pasti
Kupenuhi dan siapa pun yang memohon ampun kepadaKu pasti Kuampuni.”
(Hadis Riwayat al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, juz II, hal. 66, hadits no. 1145
dan Muslim, Shahîh Muslim, juz II, hal. 175, hadits no. 1808, dari Abu
Hurairah radhiyallâhu ‘anhu)
5
Imam al-Ghazali juga menyebut waktu-waktu yang lebih spesifik yang
seharusnya kita gunakan untuk berdoa, yaitu: “waktu di antara adzan dan
iqamah dan dalam keadaan kita bersujud. Sebagaimana sabda Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
ُ‫ء‬ َ‫ًع‬ُ‫ادل‬
َ
‫َّل‬ُ‫ي‬
ُ
‫د‬َ‫ر‬َ ْ
‫ني‬َ‫ب‬ِ‫ان‬
َ
‫ذ‬
َ
‫اَل‬ِ‫ة‬َ‫ام‬
َ
‫ق‬ِ‫اْل‬َ‫و‬.
“Setiap doa tidak akan ditolak (ketika diucapkan) di antara adzan dan
iqamah.” (Hadis Riwayat at-Tirmidzi Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu,
Sunan at-Tirmidzi, juz I, hal. 415, hadits no. 212), dan sabda beliau yang lain,
ُ‫ب‬َ‫ر‬
ْ
‫ق‬
َ
‫أ‬‫ا‬َ‫م‬
ُ
‫ون‬
ُ
‫ك‬َ‫ي‬ُ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬
ْ
‫ال‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ّب‬َ‫ر‬َ‫و‬
ُ
‫ه‬َ‫و‬‫د‬ِ‫اج‬َ‫س‬‫وا‬ُ ِ‫ِث‬
ْ
‫ك‬
َ
‫أ‬
َ
‫ف‬َ‫ء‬ َ‫ًع‬ُ‫ادل‬
“Kedekatan antara hamba dengan Rabb (Tuhan)-nya ialah ketika ia sedang
bersujud. Maka perbanyaklah doa di dalamnya.” (Hadis Riwayat Muslim dari
Abu Hurairah radhiyallâhu ’anhu, Shahîh Muslim, juz II, hal. 49, hadits no.
1111)
Kedua, tidak meninggikan suara ketika berdoa. Dikisahkan, ketika
Rasulullah s.a.w. mendengar suatu kaum yang meninggikan suaranya saat
berdoa, beliau pun segera menegurnya dengan sabdanya:
‫ا‬َ‫ه‬
ُ
‫ي‬
َ
‫أ‬ُ‫اس‬َ‫اّنل‬‫وا‬ُ‫ع‬َ‫ّب‬ْ‫ار‬
َ َ‫لَع‬ْ‫م‬
ُ
‫ك‬ ِ‫س‬
ُ
‫ف‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬ْ‫ٰم‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ّن‬ِ‫إ‬َ ْ
‫ٰي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ون‬ُ‫ع‬
ْ
‫ٰد‬
َ
‫ت‬َ‫ٰم‬ َ‫ص‬
َ
‫أ‬
َ
‫َّل‬َ‫و‬
‫ا‬‫ا‬‫ب‬ِ‫ئ‬
َ
‫َغ‬ْ‫م‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ّن‬ِ‫إ‬
َ
‫ون‬ُ‫ع‬
ْ
‫د‬
َ
‫ت‬‫ا‬‫ا‬‫يع‬ِ‫م‬َ‫س‬‫ا‬‫ا‬‫يب‬ِ‫ر‬
َ
‫ق‬َ‫و‬
ُ
‫ه‬َ‫و‬ْ‫م‬
ُ
‫ك‬َ‫ع‬َ‫م‬
“Hai manusia, rendahkanlah suara kalian, sesungguhnya kalian tidak berdoa
kepada Dzat yang tuli dan jauh, tetapi kalian berdoa kepada Tuhan Yang Maha
Mendengar dan Maha Dekat, dan Dia selalu beserta kalian.” (Hadits Riwayat
Muslim dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallâhu ‘anhu, Shahîh Muslim, juz VIII,
hal. 73, hadits no.7073)
Menurut Imam al-Ghazali pernyataan Rasulullah s.a.w. di atas
memberikan sinyal bahwa dalam berdoa hendaklah kita tidak meninggikan
suara, dengan seolah-olah menganggap Allah itu tidak mendengar bisikan-
bisikan kita dalam berdoa. Sebab Allah, Tuhan yang kita selalu mohon, ada di
dekat kita, dan selalu mendengar apa pun yang kita mohonkan meskipun
dalam bisikan hati kita sekali pun. Bahkan Allah pun berfirman:
ِ‫ل‬
ُ
‫ق‬‫وا‬ُ‫ع‬
ْ
‫اد‬َ َ
‫اّلل‬ِ‫و‬
َ
‫أ‬‫وا‬ُ‫ع‬
ْ
‫اد‬َٰٰ ْ
‫ْح‬َ‫الر‬َ‫ن‬ۖ‫ا‬ً‫ي‬
َ
‫أ‬‫ا‬
َ
‫م‬‫وا‬ُ‫ع‬
ْ
‫د‬
َ
‫ت‬
ُ
‫ه‬
َ
‫ل‬
َ
‫ف‬ُ‫اء‬َ‫م‬ْ‫س‬
َ ْ
‫اَل‬ٰ َ‫ن‬ ْ‫س‬ُْ
‫اْل‬ۚ
َ
‫َّل‬َ‫و‬ْ‫ر‬َ‫ه‬
ْ َ
‫َت‬
َ
َِ‫ت‬
َ
‫َل‬ َ‫ص‬ِ‫ب‬
َ
‫َّل‬َ‫و‬ْ‫ت‬ِ‫ف‬‫ا‬
َ ُ
‫ُت‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ِ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫اب‬َ‫و‬َ ْ
‫ني‬َ‫ب‬
َ
‫ذ‬ ٰٰ
َ
َِ‫ل‬
‫ا‬
‫يَل‬ِ‫ب‬َ‫س‬
6
“Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah ar-Rahmân. dengan nama yang mana
saja kamu seru, Dia mempunyai al-Asmâul Husnâ (nama-nama yang terbaik)
dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah
pula merendahkannya [maksudnya: janganlah membaca ayat al-Quran dalam
shalat terlalu keras atau terlalu perlahan tetapi cukuplah sekadar dapat
didengar oleh makmum] dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS al-
Isrâ'/17: 110). Yang dimaksud kata “shalat” dalam ayat ini – menurut para
mufassir – adalah “doa”, sebagaimana penjelasan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa
sallam yang telah diriwayatkan oleh Muslim dari ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ.
Ketiga, bersikap rendah hati, khusyû’ dan disertai dengan sikap khauf
dan rajâ’. Imam al-Ghazali menyatakan bahwa setiap orang yang berdoa
hendaklah menghayati setiap lafal doanya, dengan penuh ketundukan dan
kerendahan hati serta penuh pengharapan, dan selalu berusaha agar pikiran
dan hatinya benar-benar terlibat (hadir) pada saat berdoa. Sebagaimana
peringatan Allah dalam firmanNya:
‫ا‬
َ
‫ن‬ْ‫ب‬َ‫ج‬َ‫ت‬ْ‫اس‬
َ
‫ف‬ُ َ
‫ل‬‫ا‬
َ
‫ن‬ْ‫ب‬
َ
‫ه‬َ‫و‬َ‫و‬ُ َ
‫ل‬ٰ َ‫ي‬
ْ َ
‫ُي‬‫ا‬
َ
‫ن‬
ْ
‫ح‬
َ
‫ل‬ ْ‫ص‬
َ
‫أ‬َ‫و‬ُ َ
‫ل‬
ُ
‫ه‬َ‫ج‬ْ‫و‬َ‫ز‬ْۚ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ن‬ِ‫إ‬‫وا‬
ُ
‫ّن‬
َ
‫َك‬
َ
‫ون‬ُ‫ع‬ِ‫ار‬ َ‫س‬ُ‫ي‬
ِ‫ِف‬ِ‫ات‬َ ْ‫ْي‬َْ
‫اْل‬‫ا‬
َ
‫ن‬
َ
‫ون‬ُ‫ع‬
ْ
‫د‬َ‫ي‬َ‫و‬‫ا‬‫ا‬‫ب‬
َ
‫غ‬َ‫ر‬‫ا‬‫ا‬‫ب‬
َ
‫ه‬َ‫ر‬َ‫و‬ۖ‫وا‬
ُ
‫ّن‬
َ
‫َك‬َ‫و‬‫ا‬َ َ
‫ّنل‬َ‫ني‬ِ‫ع‬ِ‫اش‬
َ
‫خ‬
“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya
Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-
perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas
[maksudnya: mengharap agar dikabulkan Allah doanya dan khawatir akan
azabnya]. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami.” (QS al-
Anbiyâ', 21: 90).
Demikian juga dalam firmanNya yang lain,
‫وا‬ُ‫ع‬
ْ
‫اد‬ْ‫م‬
ُ
‫ك‬َ‫ّب‬َ‫ر‬‫ا‬‫ًع‬ُ َ‫رَض‬
َ
‫ت‬
‫ا‬
‫ة‬َ‫ي‬
ْ
‫ف‬
ُ
‫خ‬َ‫و‬ۚ
ُ
‫ه‬
َ
‫ّن‬ِ‫إ‬
َ
‫َّل‬ُ‫ب‬ِ
ُ
‫ُي‬َ‫ين‬ِ‫د‬َ‫ت‬
ْ
‫ع‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬﴿٢٢﴾
َ
‫َّل‬َ‫و‬
‫وا‬ُ‫د‬ ِ‫س‬
ْ
‫ف‬
ُ
‫ت‬ِ‫ِف‬ِ‫ض‬ْ‫ر‬
َ ْ
‫اَل‬
َ
‫د‬
ْ
‫ع‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ح‬
َ
‫َل‬ ْ‫ص‬ِ‫إ‬ُ‫وه‬ُ‫ع‬
ْ
‫اد‬َ‫و‬‫ا‬
‫ا‬
‫ف‬ْ‫و‬
َ
‫خ‬‫ا‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬ َ‫ط‬َ‫و‬ۚ
َ
‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ت‬َ ْ
‫ْح‬َ‫ر‬
ِ
َ
‫اّلل‬‫يب‬ِ‫ر‬
َ
‫ق‬َ‫ن‬
ّ
ِ‫م‬َ‫ني‬ِ‫ن‬ ِ‫س‬
ْ
‫ح‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬﴿٢٢﴾
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan
(akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-
orang yang berbuat baik.” (QS al-A’râf/7: 55-56)
7
Keempat, mengawali aktivitas berdoa dengan dzikrullâh dan shalawat.
Termasuk bagian dari ‘adab’ – menurut Imam al-Ghazali — dalam berdoa:
“Tidak langsung memulainya dengan sebuah permohonan. Akan tetapi terlebih
dahulu dibuka dengan dzikrullâh (bisa berupa ucapan hamdalah) dan
shalawat pendek atas Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam”.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang diceritakan
oleh salah seorang sahabat beliau Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallâhu ‘anhu,
َ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬
ُ
‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ِ‫لل‬‫ا‬َ‫ص‬
َ
‫ّل‬‫ا‬ُ‫لل‬َ‫ع‬
َ
‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ه‬َ‫و‬َ‫س‬
َ
‫ل‬َ‫م‬
‫ا‬
‫َل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬‫و‬ُ‫ع‬
ْ
‫د‬َ‫ي‬ِ‫ِف‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬
َ
‫َل‬ َ‫ص‬ْ‫م‬
َ
‫ل‬
ِ‫د‬ِ‫ج‬َ‫م‬
ُ
‫ي‬‫ا‬َ‫لل‬
َ
‫ت‬،
َ
‫ال‬َ‫ع‬ْ‫م‬
َ
‫ل‬َ‫و‬
ِ
‫ل‬ َ‫ص‬ُ‫ي‬
َ َ‫لَع‬ِ
ِ‫ِب‬َ‫اّنل‬
َ
‫ّل‬ َ‫ص‬ُ‫الل‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬َ‫م‬
َ
‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬،
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬
َ
‫ف‬
ُ
‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ِ‫لل‬‫ا‬
َ
‫ّل‬ َ‫ص‬ُ‫الل‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬َ‫م‬
َ
‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬:
َ
‫ل‬ِ‫ج‬َ‫ع‬،‫ا‬
َ
‫ذ‬
َ
‫ه‬َ‫م‬
ُ
‫ث‬ُ‫ه‬ َ‫ًع‬
َ
‫د‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬
َ
‫ف‬ُ َ
‫ل‬:-ْ‫و‬
َ
‫أ‬
ِ‫ه‬ِ
ْ‫ْي‬
َ
‫غ‬ِ‫ل‬-‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬
َ
‫ّل‬ َ‫ص‬،ْ‫م‬
ُ
‫ك‬ُ‫د‬َ‫ح‬
َ
‫أ‬
ْ
‫أ‬
َ
‫د‬ْ‫ب‬َ‫ي‬
ْ
‫ل‬
َ
‫ف‬ِ‫يد‬ِ‫ج‬ْ‫م‬َ‫ت‬ِ‫ب‬ِ‫ه‬ِ‫ّب‬َ‫ر‬
َ
‫ل‬َ‫ج‬،َ‫ز‬َ‫ع‬َ‫و‬ِ‫ء‬‫ا‬
َ
‫ن‬َ‫اّثل‬َ‫و‬
ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬،َ‫م‬
ُ
‫ث‬
ِ
‫ّل‬ َ‫ص‬ُ‫ي‬
َ َ‫لَع‬ِ
ِ‫ِب‬َ‫اّنل‬
َ
‫ّل‬ َ‫ص‬ُ‫الل‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬َ‫م‬
َ
‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬،َ‫م‬
ُ
‫ث‬‫و‬ُ‫ع‬
ْ
‫د‬َ‫ي‬ُ‫د‬
ْ
‫ع‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬
َ‫اء‬
َ
‫ش‬.
“Rasulullah shallallâhu 'alaihi wasallam (pernah) mendengar seorang laki-laki
berdoa dalam shalatnya dan tidak mengagungkan Allâh Ta'âlâ serta tidak
bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian Rasulullah
shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: “Orang ini telah terburu-buru.”
Kemudian beliau memanggilnya dan berkata kepadanya atau kepada orang
lain: “Apabila salah seorang di antara kalian melakukan shalat maka
hendaknya memulai dengan mengagungkan Tuhannya yang Maha Agung dan
Perkasa, serta dengan memuji kepadaNya, kemudian bershalawat kepada Nabi
shallallâhu 'alaihi wasallam kemudian berdoa setelah itu dengan apa yang ia
kehendaki.” (Hadits Riwayat Abu Dawud dari Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallâhu
‘anhu, Sunan Abi Dâwud, juz II, hal. 77, hadits no. 1481)
Kelima, bersikap optimis ketika berdoa. Setiap orang yang berdoa –
menurut Imam al-Ghazali — harus selalu yakin bahwa setiap doanya akan
terkabulkan. Dan janganlah berdoa dengan menyatakan sebuah kata atau
kalimat yang bisa menimbulkan sikap ‘pesimis’. Yakinkan kepada diri kita
bahwa Allah adalah Dzat yang selalu bersedia untuk mengabulkan setiap
permohonan kita, sebagaimana yang dinyatakanNya dalam beberapa ayat al-
Qur’an, yang antara lain tersebut dalam QS al-Baqarah, 2: 186. Namun, harus
kita sadari bahwa bahwa apa pun yang kita mohonkan kepada Allah tidak
selamanya secara langsung (dengan cara ‘instan’) akan diberikan olehNya. Bisa
jadi untuk sementara waktu ditunda hingga sampai pada saat yang tepat akan
“diberikan” kepada diri kita, bahkan mungkin saja baru akan benar-benar
diberikan di akhirat kelak. Atau bisa juga dijawab dengan cara yang lain,
berupa maghfirah (penghapusan dosa) sesuai dengan kadar doa dan dosa-dosa
kita. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam:
8
‫ا‬َ‫م‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ٍ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬‫و‬ُ‫ع‬
ْ
‫د‬َ‫ي‬َ َ
‫اّلل‬ٍ‫ء‬ َ‫ًع‬ُ‫د‬ِ‫ب‬
َ
‫َّل‬ِ‫إ‬َ‫يب‬ِ‫ج‬ُ‫ت‬ْ‫اس‬ُ َ
‫ل‬‫ا‬
َ
‫م‬ِ‫إ‬
َ
‫ف‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫ل‬َ‫ج‬َ‫ع‬
ُ
‫ي‬ُ َ
‫ل‬ِ‫ف‬
‫ا‬َ‫ي‬
ْ
‫ن‬ُ‫ادل‬‫ا‬
َ
‫م‬ِ‫إ‬َ‫و‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫ر‬
َ
‫خ‬
َ
‫د‬ُ‫ي‬ُ َ
‫ل‬ِ‫ف‬ِ‫ة‬َ‫ر‬ِ‫اآلخ‬‫ا‬
َ
‫م‬ِ‫إ‬َ‫و‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫ر‬
َ
‫ف‬
َ
‫ك‬ُ‫ي‬
ُ
‫ه‬
ْ
‫ن‬
َ
‫ع‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫وّب‬
ُ
‫ّن‬
ُ
‫ذ‬
ِ‫ر‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ًع‬
َ
‫د‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫م‬
َ
‫ل‬
ُ
‫ع‬
ْ
‫د‬َ‫ي‬ٍ‫م‬
ْ
‫ث‬ِ‫إ‬ِ‫ب‬ْ‫و‬
َ
‫أ‬ِ‫ة‬َ‫يع‬ِ‫ط‬
َ
‫ق‬ٍ‫م‬ِ‫ح‬َ‫ر‬ْ‫و‬
َ
‫أ‬
ُ
‫ل‬ِ‫ج‬
ْ
‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬.‫وا‬
ُ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬
َ
‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ِ
َ
‫اّلل‬
َ
‫ف‬ْ‫ي‬
َ
‫ك‬َ‫و‬ِ‫ج‬
ْ
‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬
ُ
‫ل‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬:
ُ
‫ول‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ي‬
ُ
‫ت‬ْ‫و‬َ‫ع‬
َ
‫د‬
ِ
‫ّب‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫م‬
َ
‫ف‬َ‫اب‬َ‫ج‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ِ‫ل‬.
“Tidaklah seseorang yang berdoa kepada Allah kecuali akan dikabulkan
untuknya, baik akan disegerakan di dunia atau dijadikan tabungan di akhirat
atau akan menghapus dosa-dosanya sesuai dengan doa yang ia lantunkan,
selama ia tidak berdoa untuk kemaksiatan atau memutus tali silaturrahim atau
terburu-buru.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana ia terburu-
buru? Beliau bersabda: “Ia berkata, aku telah berdoa akan tetapi Rabb
(Tuhan)-ku tidak juga mengabulkan untukku.” (HR at-Tirmidzi dari Abu
Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Sunan at-Tirmidzi, juz, XIII, hal. 172, hadits no.
3957)
Mencermati penjelasan di atas, akhirnya kita harus segera berbenah
diri. Dan ternyata, yang kita perlukan untuk membuka pintu maghfirah dan
rahmah Allah yang – hingga kini dan di masa yang akan datang — tengah
tertutup hanyalah dua ragam kunci (miftâhain). Kunci Yang Pertama,
bersihkan hati kita dan jagalah untuk tetap menjadi bersih, hingga kita
menjadi orang yang bersih dari sikap kufur dan selalu bersedia untuk
bersyukur. Dan Kunci Yang Kedua, siapkan diri kita untuk menjadi orang yang
selalu bersedia membangun akhlak yang mulia ketika hendak berdoa, dengan
berupaya seoptimal mungkin untuk memanfaatkan momentum yang tepat dan
sangat berharga dalam rangka menggapai ‘maghfirah dan rahmah‘ Allah,
kapan pun dan di mana pun.
Penulis adalah Dosen Tetap FAI-UM Yogyakarta dan Dosen Luar Biasa STIKES
‘Aisyiyah Yogyakarta

More Related Content

What's hot

7000+ bangla ebook list by tanbircox
7000+ bangla ebook list by tanbircox7000+ bangla ebook list by tanbircox
2023 Bangla Bakoron o Nirmiti 3500MCQ v1.pdf
2023 Bangla Bakoron o Nirmiti 3500MCQ v1.pdf2023 Bangla Bakoron o Nirmiti 3500MCQ v1.pdf
The smart way of learning english fast volume 4
The smart way of learning english fast volume 4The smart way of learning english fast volume 4
The smart way of learning english fast volume 4
eBook.com.bd (প্রয়োজনীয় বাংলা বই)
 
Formaatii_walii_galtee.ppt
Formaatii_walii_galtee.pptFormaatii_walii_galtee.ppt
Formaatii_walii_galtee.ppt
Jaafar47
 
Most common words you should know volume 05
Most common words you should know volume 05 Most common words you should know volume 05
Geometry equation hsc & honours (short technique & formulas) 13
Geometry equation  hsc & honours (short technique & formulas) 13Geometry equation  hsc & honours (short technique & formulas) 13
Geometry equation hsc & honours (short technique & formulas) 13
eBook.com.bd (প্রয়োজনীয় বাংলা বই)
 
Magic method of fill in the blanks by tanbircox
Magic method of fill in the blanks by tanbircoxMagic method of fill in the blanks by tanbircox
Magic method of fill in the blanks by tanbircox
eBook.com.bd (প্রয়োজনীয় বাংলা বই)
 

What's hot (20)

English phrases with bangla about doctor and nursing
English phrases with bangla about doctor and nursingEnglish phrases with bangla about doctor and nursing
English phrases with bangla about doctor and nursing
 
তামাদি_আইন__১৯০৮.pdf
তামাদি_আইন__১৯০৮.pdfতামাদি_আইন__১৯০৮.pdf
তামাদি_আইন__১৯০৮.pdf
 
7000+ bangla ebook list by tanbircox
7000+ bangla ebook list by tanbircox7000+ bangla ebook list by tanbircox
7000+ bangla ebook list by tanbircox
 
Cheat password gta san andreas lengkap
Cheat password gta san andreas lengkapCheat password gta san andreas lengkap
Cheat password gta san andreas lengkap
 
2023 Bangla Bakoron o Nirmiti 3500MCQ v1.pdf
2023 Bangla Bakoron o Nirmiti 3500MCQ v1.pdf2023 Bangla Bakoron o Nirmiti 3500MCQ v1.pdf
2023 Bangla Bakoron o Nirmiti 3500MCQ v1.pdf
 
The smart way of learning english fast volume 4
The smart way of learning english fast volume 4The smart way of learning english fast volume 4
The smart way of learning english fast volume 4
 
Bangla photoshop tutorial
Bangla photoshop tutorialBangla photoshop tutorial
Bangla photoshop tutorial
 
2500 hugely used news paper words and phrases
2500 hugely used news paper words and phrases2500 hugely used news paper words and phrases
2500 hugely used news paper words and phrases
 
De plaats van het bijvoeglijk naamwoord in het Frans: het verhaal van de goed...
De plaats van het bijvoeglijk naamwoord in het Frans: het verhaal van de goed...De plaats van het bijvoeglijk naamwoord in het Frans: het verhaal van de goed...
De plaats van het bijvoeglijk naamwoord in het Frans: het verhaal van de goed...
 
Formaatii_walii_galtee.ppt
Formaatii_walii_galtee.pptFormaatii_walii_galtee.ppt
Formaatii_walii_galtee.ppt
 
700 essential english words with bangla for everyday life
700 essential english words with bangla  for everyday life700 essential english words with bangla  for everyday life
700 essential english words with bangla for everyday life
 
Student’s favourite english grammar
Student’s favourite  english grammarStudent’s favourite  english grammar
Student’s favourite english grammar
 
Most common words you should know volume 05
Most common words you should know volume 05 Most common words you should know volume 05
Most common words you should know volume 05
 
Bangla quotes of humayun ahmed
Bangla quotes of humayun ahmedBangla quotes of humayun ahmed
Bangla quotes of humayun ahmed
 
5000vocabulary
5000vocabulary5000vocabulary
5000vocabulary
 
Geometry equation hsc & honours (short technique & formulas) 13
Geometry equation  hsc & honours (short technique & formulas) 13Geometry equation  hsc & honours (short technique & formulas) 13
Geometry equation hsc & honours (short technique & formulas) 13
 
Magic english spoken & written [www.onlinebcs.com]
Magic english spoken & written [www.onlinebcs.com]Magic english spoken & written [www.onlinebcs.com]
Magic english spoken & written [www.onlinebcs.com]
 
Most common words you should know volume 03
Most common words you should know volume 03Most common words you should know volume 03
Most common words you should know volume 03
 
Maintenance of computer
Maintenance of computer Maintenance of computer
Maintenance of computer
 
Magic method of fill in the blanks by tanbircox
Magic method of fill in the blanks by tanbircoxMagic method of fill in the blanks by tanbircox
Magic method of fill in the blanks by tanbircox
 

Viewers also liked

Slide dzikir dan doa
Slide dzikir dan doaSlide dzikir dan doa
Slide dzikir dan doa
Jusuf AN
 
Presentasi motivasi diri
Presentasi motivasi diriPresentasi motivasi diri
Presentasi motivasi diri
Rona Binham
 
Motivation
MotivationMotivation
Motivation
Aastha
 

Viewers also liked (20)

Kisah Nyata Pengorbanan dan Cinta Seorang Ibu
Kisah Nyata Pengorbanan dan Cinta Seorang IbuKisah Nyata Pengorbanan dan Cinta Seorang Ibu
Kisah Nyata Pengorbanan dan Cinta Seorang Ibu
 
Kerlap kerlip 114 : Doa dan kekuatan Doa
Kerlap kerlip 114 : Doa dan kekuatan Doa Kerlap kerlip 114 : Doa dan kekuatan Doa
Kerlap kerlip 114 : Doa dan kekuatan Doa
 
Dzikir dan doa
Dzikir dan doaDzikir dan doa
Dzikir dan doa
 
Konsep tabaruk
Konsep tabarukKonsep tabaruk
Konsep tabaruk
 
Ppt dzikir dan doa setelah sholat
Ppt dzikir dan doa setelah sholatPpt dzikir dan doa setelah sholat
Ppt dzikir dan doa setelah sholat
 
Wonderstruck: Awaken to the Nearness of God
Wonderstruck: Awaken to the Nearness of GodWonderstruck: Awaken to the Nearness of God
Wonderstruck: Awaken to the Nearness of God
 
Apa itu Doa?
Apa itu Doa?Apa itu Doa?
Apa itu Doa?
 
Jurus jitu mendidik anak
Jurus jitu mendidik anakJurus jitu mendidik anak
Jurus jitu mendidik anak
 
Chapter 7 motivation and emotion 1
Chapter 7 motivation and emotion 1Chapter 7 motivation and emotion 1
Chapter 7 motivation and emotion 1
 
Contoh animasi power point
Contoh animasi power pointContoh animasi power point
Contoh animasi power point
 
Ajaibnya doa
Ajaibnya doa  Ajaibnya doa
Ajaibnya doa
 
Ppt agama islam
Ppt agama islamPpt agama islam
Ppt agama islam
 
Psychology: Motivation And Emotion
Psychology: Motivation And EmotionPsychology: Motivation And Emotion
Psychology: Motivation And Emotion
 
Introduction to motivation and emotion
Introduction to motivation and emotionIntroduction to motivation and emotion
Introduction to motivation and emotion
 
Kalimat pembuka presentasi yang memukau
Kalimat pembuka presentasi yang memukauKalimat pembuka presentasi yang memukau
Kalimat pembuka presentasi yang memukau
 
Aqidah dan akhlak
Aqidah dan akhlakAqidah dan akhlak
Aqidah dan akhlak
 
Slide dzikir dan doa
Slide dzikir dan doaSlide dzikir dan doa
Slide dzikir dan doa
 
Presentasi motivasi diri
Presentasi motivasi diriPresentasi motivasi diri
Presentasi motivasi diri
 
Presentasi Motivasi Islami - Presentasi Islam
Presentasi Motivasi Islami - Presentasi IslamPresentasi Motivasi Islami - Presentasi Islam
Presentasi Motivasi Islami - Presentasi Islam
 
Motivation
MotivationMotivation
Motivation
 

Similar to Membuka pintu (yang) terkunci

Membuka pintu yang tertutup
Membuka pintu yang tertutupMembuka pintu yang tertutup
Membuka pintu yang tertutup
Muhsin Hariyanto
 
Membuka pintu (yan) tertutup
Membuka pintu (yan) tertutupMembuka pintu (yan) tertutup
Membuka pintu (yan) tertutup
Muhsin Hariyanto
 
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadahKhutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Muchammad Dimyati
 
al islam semester 1 kelas 11
al islam semester 1 kelas 11al islam semester 1 kelas 11
al islam semester 1 kelas 11
desikapyromaniacs
 
Doa doa daripada-al-quran
Doa doa daripada-al-quranDoa doa daripada-al-quran
Doa doa daripada-al-quran
izzatullaila
 
Risalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbul
Risalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbulRisalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbul
Risalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbul
Ahmad Junaidi Mohd Said
 
Doa agar cepat hamil lengkap
Doa agar cepat hamil lengkapDoa agar cepat hamil lengkap
Doa agar cepat hamil lengkap
Muhsin Hariyanto
 

Similar to Membuka pintu (yang) terkunci (20)

Membuka pintu yang tertutup
Membuka pintu yang tertutupMembuka pintu yang tertutup
Membuka pintu yang tertutup
 
Membuka pintu (yan) tertutup
Membuka pintu (yan) tertutupMembuka pintu (yan) tertutup
Membuka pintu (yan) tertutup
 
Kemuliaan muhajirin
Kemuliaan muhajirinKemuliaan muhajirin
Kemuliaan muhajirin
 
Id agar doa di ijabah
Id agar doa di ijabahId agar doa di ijabah
Id agar doa di ijabah
 
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadahKhutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
 
Bidaah
BidaahBidaah
Bidaah
 
Allah pencemburu
Allah pencemburuAllah pencemburu
Allah pencemburu
 
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
 
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
 
Doa
DoaDoa
Doa
 
al islam semester 1 kelas 11
al islam semester 1 kelas 11al islam semester 1 kelas 11
al islam semester 1 kelas 11
 
Doa doa daripada-al-quran
Doa doa daripada-al-quranDoa doa daripada-al-quran
Doa doa daripada-al-quran
 
Risalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbul
Risalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbulRisalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbul
Risalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbul
 
Tujuh Golongan Yang Allah Naungi di Hari Kiamat
Tujuh Golongan Yang Allah Naungi di Hari KiamatTujuh Golongan Yang Allah Naungi di Hari Kiamat
Tujuh Golongan Yang Allah Naungi di Hari Kiamat
 
Memupuk jiwa qana'ah
Memupuk jiwa qana'ahMemupuk jiwa qana'ah
Memupuk jiwa qana'ah
 
Dakwah dan cinta
Dakwah dan cintaDakwah dan cinta
Dakwah dan cinta
 
Nota Kuliah Mengejar Usia 1
Nota Kuliah Mengejar Usia 1Nota Kuliah Mengejar Usia 1
Nota Kuliah Mengejar Usia 1
 
4 golongan manusia yang dirindukan syurga
4 golongan manusia yang dirindukan syurga4 golongan manusia yang dirindukan syurga
4 golongan manusia yang dirindukan syurga
 
Komitment Spiritual Dan Produktivitas
Komitment Spiritual Dan ProduktivitasKomitment Spiritual Dan Produktivitas
Komitment Spiritual Dan Produktivitas
 
Doa agar cepat hamil lengkap
Doa agar cepat hamil lengkapDoa agar cepat hamil lengkap
Doa agar cepat hamil lengkap
 

More from Muhsin Hariyanto

Memahami konsep dan implementasi at tamakkun
Memahami konsep dan implementasi at tamakkunMemahami konsep dan implementasi at tamakkun
Memahami konsep dan implementasi at tamakkun
Muhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserl
 
Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulis
 
Meraih haji mabrur
Meraih haji mabrurMeraih haji mabrur
Meraih haji mabrur
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politik
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halal
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta makna
 
Belajar memberi maaf
Belajar memberi maafBelajar memberi maaf
Belajar memberi maaf
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
 
Bermuhammadiyah
BermuhammadiyahBermuhammadiyah
Bermuhammadiyah
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
 
Mimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanyaMimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanya
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyah
 
Memahami konsep dan implementasi at tamakkun
Memahami konsep dan implementasi at tamakkunMemahami konsep dan implementasi at tamakkun
Memahami konsep dan implementasi at tamakkun
 

Recently uploaded (7)

PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
 
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan SundalPerintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
 
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
 
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islamKEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
 

Membuka pintu (yang) terkunci

  • 1. 1 http://muhsinhar.staff.umy.ac.id Membuka Pintu (yang) Terkunci Oleh: Muhsin Hariyanto Ibrahim ibn Adham, ketika menjawab pertanyaan penduduk Basrah, “kenapa doa-doa kami tak pernah dikabulkan oleh Allah?” Beliau menyatakan bahwa ada sepuluh persoalan yang menjadi penyebab tidak terkabulnya serangkain doa, salah satu di antaranya yang terpenting adalah: “banyak memakan nikmat Tuhanmu, akan tetapi tidak mensyukurinya”. Pernyataan ini — menurut pendapat penulis — sangat sejalan dengan peringatan Allah dalam QS Ibrahim [14]: 7, ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ّن‬ َ ‫يد‬ِ‫ز‬ َ َ ‫َل‬ ْ‫م‬ ُ ‫ت‬ْ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ش‬ ِ‫ِئ‬ َ ‫ل‬ ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ُ‫ّب‬َ‫ر‬ َ ‫ن‬ َ ‫ذ‬ َ ‫أ‬ َ ‫ت‬ ْ ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ِۖ‫اِب‬ َ ‫ذ‬َ‫ع‬ َ ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ ُ ‫ت‬ْ‫ر‬ َ ‫ف‬ َ ‫ك‬ ِ‫ِئ‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ ‫يد‬ِ‫د‬ َ ‫ش‬ َ ‫ل‬ “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. Dalam pengamatan penulis, masalah yang tengah kita hadapi — di negeri kita tercinta ini — mirip dengan masalah yang terjadi pada umat Islam di negeri Basrah yang pada saat itu sangat gundah, dan bertanya-tanya: “kenapa doa-doa mereka tak kunjung dikabulkan oleh Allah?” Pertanyaannya selanjutnya adalah: “Apakah kita — di negeri katulistiwa ini — tergolong dalam sepuluh kategori manusia yang tidak akan pernah dikabulkan doanya sebagaimana yang pernah disebutkan oleh Ibrahim Ibn Adham dalam sebuah kesempatan? Atau lebih spesifik lagi, apakah kita tergolong orang yang tidak pernah menyukuri nikmat Allah? Ibrahim Ibn Adham pernah menyatakan bahwa sepuluh penyebab ‘kematian hati’ yang mengakibatkan tak terkabulnya doa seseorang adalah: (1) Kamu mengaku mengetahui adanya Allah, tetapi tidak mau tunduk dan patuh kepada-Nya; (2) Kamu membaca al-Quran, tetapi kamu tidak mengamalkan isinya; (3) Kamu mengetahui bahwa setan adalah musuh, tetapi justeru kamu ikuti jalannya; (4) Kamu mengatakan mencintai Rasulullah s.a.w., tetapi kamu meninggalkan akhlak dan sunnah-sunnah beliau; (5) Kamu mengatakan memohon surga, tetapi tidak beramal untuk meraihnya; (6) Kamu mengatakan takut neraka, tetapi tidak pernah berhenti melakukan dosa; (7) Kamu mengatakan mati pasti akan datang, tetapi kamu tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya; (8) Kamu sibuk membicarakan kekurangan orang lain, tetapi tidak memikirkan mengenai kekurangan dirimu sendiri; (9) Kamu makan rezeki dari Allah, tetapi tidak mau bersyukur kepada-Nya; dan (10) Kamu menguburkan mayat saudaramu, tetapi tidak menjadikannya sebagai pelajaran.
  • 2. 2 Kesepuluh macam penyakit inilah — yang menurut Ibrahim ibn Adham — telah mematikan hati penduduk Basrah pada saat itu, hingga mereka merasa doa-doa mereka tak dikabulkan oleh Allah. Dan salah satu di antaranya “yang terpenting” adalah: “banyak memakan nikmat Allah, akan tetapi tidak pernah mensyukurinya”. Salah satu bentuk ungkapan rasa syukur yang paling utama dan mendasar yang belum teraktualisasi dengan baik pada penduduk Basrah — dalam bentuk perbuatan — ketika itu adalah: “selalu mengingat kebesaran Allah, melaksanakan segala perintah-Nya, dan meninggalkan segala larangan-Nya. Sedangkan dalam bentuk sikap, adalah: “Ikhlas ketika berada di bawah, dan tidak sombong ketika berada di atas”, sebagaimana peringatan yang dinyatakan olah Allah dalam QS al-Ma’ârij [70]: 19-21, ﴿ ‫ا‬‫وًع‬ ُ ‫ل‬ َ ‫ه‬ َ‫ق‬ِ‫ل‬ ُ ‫خ‬ َ ‫ان‬ َ‫نس‬ِ ْ ‫اْل‬ َ ‫ن‬ِ‫إ‬٩١﴿ ‫ا‬‫وًع‬ُ‫ز‬َ‫ج‬ ُ َ ‫الرَّش‬ ُ ‫ه‬ َ‫س‬َ‫م‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ ﴾٠٢‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ﴾ ﴿ ‫ا‬‫وًع‬ُ‫ن‬َ‫م‬ ُ ْ‫ْي‬َْ ‫اْل‬ ُ ‫ه‬ َ‫س‬َ‫م‬٠٩﴾ ”Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah. Dan apabila dia mendapat kebaikan di amat kikir”. Siapakah yang bisa dikecualikan dari pernyataan Allah dalam ayat tersebut di atas? Allah pun menjelaskan: ﴿ َ‫ني‬ ّ ِ‫ل‬ َ‫ص‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬ َ ‫َّل‬ِ‫إ‬٠٠﴿ َ ‫ون‬ُ‫م‬ِ‫ئ‬‫ا‬ َ ‫د‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ ‫َل‬ َ‫ص‬ ٰ َ َ‫لَع‬ ْ‫م‬ ُ ‫ه‬ َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬ ﴾٠٢﴾َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬َ‫و‬ ﴿ ‫وم‬ ُ ‫ل‬ ْ ‫ع‬ َ ‫م‬ ٌ‫ق‬َ‫ح‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ ْ ‫م‬ َ ‫أ‬ ِ‫ِف‬٠٢﴿ ِ‫وم‬ُ‫ر‬ ْ ‫ح‬َ‫م‬ ْ ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ل‬ِ‫ئ‬‫ا‬ َ‫لس‬ ّ ِ‫ل‬ ﴾٠٢َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬َ‫و‬ ﴾ ﴿ ِ‫ين‬ّ ِ‫دل‬‫ا‬ ِ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ِ‫ب‬ َ ‫ون‬ ُ ‫ق‬ ّ ِ‫د‬ َ‫ص‬ُ‫ي‬٠٢ َ ‫ون‬ ُ ‫ق‬ِ‫ف‬ ْ ‫ش‬ ُ ‫م‬ ‫م‬ِ‫ه‬ّ ِ‫ّب‬َ‫ر‬ ِ‫اب‬ َ ‫ذ‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬ ّ ِ‫م‬ ‫م‬ ُ ‫ه‬ َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬َ‫و‬ ﴾ ﴿٠٢﴿ ٍ‫ون‬ُ‫م‬ ْ ‫أ‬َ‫م‬ ُ ْ‫ْي‬ َ ‫غ‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ّ ِ‫ّب‬َ‫ر‬ َ‫اب‬ َ ‫ذ‬َ‫ع‬ َ ‫ن‬ِ‫إ‬ ﴾٠٢ ُ ‫ف‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ ُ ‫ه‬ َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬َ‫و‬ ﴾ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫وج‬ُ‫ر‬ ﴿ َ ‫ون‬ ُ ‫ظ‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ح‬٠١ُ ْ‫ْي‬ َ ‫غ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ ُ ‫ان‬َ‫م‬ ْ ‫ي‬ َ ‫أ‬ ْ‫ت‬ َ ‫ك‬ َ ‫ل‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ ْ‫و‬ َ ‫أ‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫اج‬َ‫و‬ْ‫ز‬ َ ‫أ‬ ٰ َ َ‫لَع‬ َ ‫َّل‬ِ‫إ‬ ﴾ ﴿ َ‫ني‬ِ‫م‬‫و‬ ُ ‫ل‬َ‫م‬٢٢ َ ‫ذ‬ َ‫اء‬َ‫ر‬َ‫و‬ ٰ َ ‫َغ‬َ‫ت‬ْ‫اب‬ ِ‫ن‬َ‫م‬ َ ‫ف‬ ﴾ٰ﴿ َ ‫ون‬ ُ ‫اد‬َ‫ع‬ ْ ‫ال‬ ُ‫م‬ ُ ‫ه‬ َ َِِٰٰ َ ‫ول‬ ُ ‫أ‬ َ ‫ف‬ َ َِ‫ل‬٢٩﴾ ﴿ َ ‫ون‬ُ‫اع‬َ‫ر‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫د‬ ْ ‫ه‬ َ ‫ع‬َ‫و‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫ا‬ َ ‫اّن‬َ‫م‬ َ ِ‫َل‬ ْ‫م‬ ُ ‫ه‬ َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬َ‫و‬٢٠‫ا‬َ‫و‬ ﴾ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫ا‬ َ ‫اد‬َ‫ه‬ َ ‫ش‬ِ‫ب‬ ‫م‬ ُ ‫ه‬ َ‫ين‬ِ َ ‫َّل‬ ﴿ َ ‫ون‬ُ‫م‬ِ‫ئ‬‫ا‬ َ ‫ق‬٢٢﴿ َ ‫ون‬ ُ ‫ظ‬ِ‫ف‬‫ا‬َ ُ ‫ُي‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ ‫َل‬ َ‫ص‬ ٰ َ َ‫لَع‬ ْ‫م‬ ُ ‫ه‬ َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬َ‫و‬ ﴾٢٢ِ‫ِف‬ َ َِِٰٰ َ ‫ول‬ ُ ‫أ‬ ﴾ ﴿ َ ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ر‬ ْ ‫ك‬ ُ ‫م‬ ٍ‫ات‬ َ ‫ن‬َ‫ج‬٢٢﴾
  • 3. 3 “Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki [Maksudnya: budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir, bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. dalam peperangan dengan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan ini bukanlah suatu yang diwajibkan. imam boleh melarang kebiasaan ini. Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersama-samanya]. Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu [Maksudnya: zina, homoseksual, dan sebagainya], Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.” (QS al-Ma’ârij [70]: 22-35) Barangkali ada baiknya kita merenung sejenak, kemudian bertanya dengan sejujur-jujurnya kepada diri kita: “Apakah selama ini kita sudah menunjukkan rasa syukur ketika telah dilimpahi karunia dan nikmat yang demikian berlimpah di negeri ‘gemah ripah loh jinawi‘ ini, sebuah negeri yang tenteram dan makmur serta sangat subur tanahnya? “Gemah Ripah Loh Jinawi,” itulah sebuah ungkapan yang sering kita dengar untuk menggambarkan negeri kita tercinta ini. Negeri yang – secara potensial – sangat kaya, tetapi masih ‘terpuruk’ dalam problem kemiskinan dan keterbelakangan. Dan – untuk itu — kita tak perlu bertanya lagi: “Salah siapakah semua ini?”, karena jawabnya – meminjam nasihat Ibrahim ibn Adham — terang-benderang: “karena kita sudah terlalu banyak memakan nikmat Allah, akan tetapi lupa untuk mensyukurinya”. Kita belum sungguh- sungguh bersyukur kepada Allah, dan bahkan – kalau benar-benar mau menjawab dengan sikap jujur — “kita selama ini masih lebih banyak bersikap kufur”. ‘Kita juga masih sering tidak pernah berpikir serius untuk mempertanyakan sikap kita dalam berdoa. Jangan-jangan masih ada yang salah dalam diri kita, di samping ‘sikap kufur kita’ yang masing sering kita demonstrasikan di hadapan Allah. Jika dalam berinteraksi antarkita, kita butuhkan ‘akhlak antarmakhluk’, sudah barang tentu di saat diri kita berinteraksi dengan Allah pun ada panduan akhlaknya. Jika dalam menemui seseorang yang lebih terhormat saja terkadang kita sangat sibuk menyiapkan diri, untuk memikirkan cara yang layak dan patut, bagaimana halnya ketika kita ingin menemui (menghadap) Allah, Dzat Yang Menciptakan orang-orang terhormat yang selama ini sangat kita hormati? Pantaskah kita tak mengindahkan persiapan diri yang lebih matang?
  • 4. 4 Berdoa – kata Imam al-Ghazali — merupakan salah satu bentuk interaksi manusia dengan “Sang Pencipta”. Sebab doa kita, ada serangkain permintaan yang kita mohonkan kepada Allah yang Maha Mendengar dan Maha Tahu (Samî’un-Bashîr), dan Allah akan selalu bersedia untuk mengabulkan apa pun yang dimohonkan oleh hamba-Nya. Sebagaimana firmanNya: ‫يب‬ِ‫ر‬ َ ‫ق‬ ّ ِ‫ِن‬ِ‫إ‬ َ ‫ف‬ ّ ِ‫ِن‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ َ َ َ ‫ل‬ َ ‫أ‬َ‫س‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ِۖ‫ن‬ َ‫ًع‬ َ ‫د‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ ِ‫اع‬َ‫ادل‬ َ ‫ة‬َ‫و‬ ْ ‫ع‬ َ ‫د‬ ُ‫يب‬ِ‫ج‬ ُ ‫أ‬ۖ َ ‫ون‬ُ‫د‬ ُ ‫ش‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ َ ‫ل‬ ِ‫ِب‬ ‫وا‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ ْ ‫ؤ‬ُ ْ ‫ْل‬َ‫و‬ ِ‫ِل‬ ‫وا‬ُ‫يب‬ِ‫ج‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬ ْ ‫ل‬ َ ‫ف‬ “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada- Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS al-Baqarah, 2: 186) Mari kita simak pernyataan Imam al-Ghazali — misalnya — dalam karya monumentalnya Ihya’ ‘Ulûmiddîn telah memaparkan lima hal penting yang harus diimplementasikan oleh siapa pun ketika berdoa kepada Allah. Pertama, berdoalah pada waktu-waktu yang mulia. Menurut Imam al- Ghazali, seseorang yang berdoa hendaklah bisa memilih dan memanfaatkan waktu-waktu mulia seperti pada hari ‘Arafah, hari-hari pada bulan Ramadhan, hari Jumat, pada waktu sahur dan yang tak kalah mulianya adalah: “sepertiga malam terakhir, ketika kita bertafakkur dan berdzikir di sela-sela qiyâmul lail kita”. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.: ُ ‫ل‬ِ ْ ‫ْن‬ َ ‫ي‬‫ا‬ َ ‫ن‬ُ‫ّب‬َ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ار‬َ‫ب‬ َ ‫ت‬ َ ‫ال‬َ‫ع‬ َ ‫ت‬َ‫و‬ َ ُ ‫ُك‬ٍ‫ة‬ َ ‫ل‬ْ َ ‫ْل‬ َ ‫ل‬ِ‫إ‬ِ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫الس‬‫ا‬َ‫ي‬ ْ ‫ن‬ُ‫ادل‬َ ْ ‫ني‬ِ‫ح‬ َ ‫ق‬ْ‫ب‬ َ ‫ي‬ ُ ‫ث‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫ث‬ ِ‫ل‬ْ‫ي‬ َ ‫الل‬ُ‫ر‬ِ‫اآلخ‬ ُ ‫ول‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ي‬:ْ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ون‬ُ‫ع‬ ْ ‫د‬َ‫ي‬ْ‫ي‬ِ‫ج‬َ‫ت‬ْ‫س‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬َ‫ب‬ُ َ ‫ل‬ْ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ِن‬ ُ ‫ل‬ َ ‫أ‬ْ‫س‬َ‫ي‬ ُ ‫ه‬َ‫ي‬ِ‫ط‬ ْ ‫ع‬ ُ ‫أ‬ َ ‫ف‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ن‬ُ‫ر‬ِ‫ف‬ ْ ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬َ‫ر‬ِ‫ف‬ ْ ‫غ‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬ُ َ ‫ل‬. “Rabb (Tuhan) kita Tabâraka wa Ta'âlâ kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: “Siapa pun yang berdoa kepadaKu pasti Kukabulkan dan siapa pun yang meminta kepadaKu pasti Kupenuhi dan siapa pun yang memohon ampun kepadaKu pasti Kuampuni.” (Hadis Riwayat al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, juz II, hal. 66, hadits no. 1145 dan Muslim, Shahîh Muslim, juz II, hal. 175, hadits no. 1808, dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu)
  • 5. 5 Imam al-Ghazali juga menyebut waktu-waktu yang lebih spesifik yang seharusnya kita gunakan untuk berdoa, yaitu: “waktu di antara adzan dan iqamah dan dalam keadaan kita bersujud. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. ُ‫ء‬ َ‫ًع‬ُ‫ادل‬ َ ‫َّل‬ُ‫ي‬ ُ ‫د‬َ‫ر‬َ ْ ‫ني‬َ‫ب‬ِ‫ان‬ َ ‫ذ‬ َ ‫اَل‬ِ‫ة‬َ‫ام‬ َ ‫ق‬ِ‫اْل‬َ‫و‬. “Setiap doa tidak akan ditolak (ketika diucapkan) di antara adzan dan iqamah.” (Hadis Riwayat at-Tirmidzi Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu, Sunan at-Tirmidzi, juz I, hal. 415, hadits no. 212), dan sabda beliau yang lain, ُ‫ب‬َ‫ر‬ ْ ‫ق‬ َ ‫أ‬‫ا‬َ‫م‬ ُ ‫ون‬ ُ ‫ك‬َ‫ي‬ُ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ْ ‫ال‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ّب‬َ‫ر‬َ‫و‬ ُ ‫ه‬َ‫و‬‫د‬ِ‫اج‬َ‫س‬‫وا‬ُ ِ‫ِث‬ ْ ‫ك‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬َ‫ء‬ َ‫ًع‬ُ‫ادل‬ “Kedekatan antara hamba dengan Rabb (Tuhan)-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah doa di dalamnya.” (Hadis Riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ’anhu, Shahîh Muslim, juz II, hal. 49, hadits no. 1111) Kedua, tidak meninggikan suara ketika berdoa. Dikisahkan, ketika Rasulullah s.a.w. mendengar suatu kaum yang meninggikan suaranya saat berdoa, beliau pun segera menegurnya dengan sabdanya: ‫ا‬َ‫ه‬ ُ ‫ي‬ َ ‫أ‬ُ‫اس‬َ‫اّنل‬‫وا‬ُ‫ع‬َ‫ّب‬ْ‫ار‬ َ َ‫لَع‬ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ ِ‫س‬ ُ ‫ف‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ْ‫ٰم‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ّن‬ِ‫إ‬َ ْ ‫ٰي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ون‬ُ‫ع‬ ْ ‫ٰد‬ َ ‫ت‬َ‫ٰم‬ َ‫ص‬ َ ‫أ‬ َ ‫َّل‬َ‫و‬ ‫ا‬‫ا‬‫ب‬ِ‫ئ‬ َ ‫َغ‬ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ّن‬ِ‫إ‬ َ ‫ون‬ُ‫ع‬ ْ ‫د‬ َ ‫ت‬‫ا‬‫ا‬‫يع‬ِ‫م‬َ‫س‬‫ا‬‫ا‬‫يب‬ِ‫ر‬ َ ‫ق‬َ‫و‬ ُ ‫ه‬َ‫و‬ْ‫م‬ ُ ‫ك‬َ‫ع‬َ‫م‬ “Hai manusia, rendahkanlah suara kalian, sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan jauh, tetapi kalian berdoa kepada Tuhan Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat, dan Dia selalu beserta kalian.” (Hadits Riwayat Muslim dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallâhu ‘anhu, Shahîh Muslim, juz VIII, hal. 73, hadits no.7073) Menurut Imam al-Ghazali pernyataan Rasulullah s.a.w. di atas memberikan sinyal bahwa dalam berdoa hendaklah kita tidak meninggikan suara, dengan seolah-olah menganggap Allah itu tidak mendengar bisikan- bisikan kita dalam berdoa. Sebab Allah, Tuhan yang kita selalu mohon, ada di dekat kita, dan selalu mendengar apa pun yang kita mohonkan meskipun dalam bisikan hati kita sekali pun. Bahkan Allah pun berfirman: ِ‫ل‬ ُ ‫ق‬‫وا‬ُ‫ع‬ ْ ‫اد‬َ َ ‫اّلل‬ِ‫و‬ َ ‫أ‬‫وا‬ُ‫ع‬ ْ ‫اد‬َٰٰ ْ ‫ْح‬َ‫الر‬َ‫ن‬ۖ‫ا‬ً‫ي‬ َ ‫أ‬‫ا‬ َ ‫م‬‫وا‬ُ‫ع‬ ْ ‫د‬ َ ‫ت‬ ُ ‫ه‬ َ ‫ل‬ َ ‫ف‬ُ‫اء‬َ‫م‬ْ‫س‬ َ ْ ‫اَل‬ٰ َ‫ن‬ ْ‫س‬ُْ ‫اْل‬ۚ َ ‫َّل‬َ‫و‬ْ‫ر‬َ‫ه‬ ْ َ ‫َت‬ َ َِ‫ت‬ َ ‫َل‬ َ‫ص‬ِ‫ب‬ َ ‫َّل‬َ‫و‬ْ‫ت‬ِ‫ف‬‫ا‬ َ ُ ‫ُت‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ِ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫اب‬َ‫و‬َ ْ ‫ني‬َ‫ب‬ َ ‫ذ‬ ٰٰ َ َِ‫ل‬ ‫ا‬ ‫يَل‬ِ‫ب‬َ‫س‬
  • 6. 6 “Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah ar-Rahmân. dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al-Asmâul Husnâ (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya [maksudnya: janganlah membaca ayat al-Quran dalam shalat terlalu keras atau terlalu perlahan tetapi cukuplah sekadar dapat didengar oleh makmum] dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS al- Isrâ'/17: 110). Yang dimaksud kata “shalat” dalam ayat ini – menurut para mufassir – adalah “doa”, sebagaimana penjelasan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang telah diriwayatkan oleh Muslim dari ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ. Ketiga, bersikap rendah hati, khusyû’ dan disertai dengan sikap khauf dan rajâ’. Imam al-Ghazali menyatakan bahwa setiap orang yang berdoa hendaklah menghayati setiap lafal doanya, dengan penuh ketundukan dan kerendahan hati serta penuh pengharapan, dan selalu berusaha agar pikiran dan hatinya benar-benar terlibat (hadir) pada saat berdoa. Sebagaimana peringatan Allah dalam firmanNya: ‫ا‬ َ ‫ن‬ْ‫ب‬َ‫ج‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ َ ‫ف‬ُ َ ‫ل‬‫ا‬ َ ‫ن‬ْ‫ب‬ َ ‫ه‬َ‫و‬َ‫و‬ُ َ ‫ل‬ٰ َ‫ي‬ ْ َ ‫ُي‬‫ا‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ح‬ َ ‫ل‬ ْ‫ص‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ُ َ ‫ل‬ ُ ‫ه‬َ‫ج‬ْ‫و‬َ‫ز‬ْۚ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ن‬ِ‫إ‬‫وا‬ ُ ‫ّن‬ َ ‫َك‬ َ ‫ون‬ُ‫ع‬ِ‫ار‬ َ‫س‬ُ‫ي‬ ِ‫ِف‬ِ‫ات‬َ ْ‫ْي‬َْ ‫اْل‬‫ا‬ َ ‫ن‬ َ ‫ون‬ُ‫ع‬ ْ ‫د‬َ‫ي‬َ‫و‬‫ا‬‫ا‬‫ب‬ َ ‫غ‬َ‫ر‬‫ا‬‫ا‬‫ب‬ َ ‫ه‬َ‫ر‬َ‫و‬ۖ‫وا‬ ُ ‫ّن‬ َ ‫َك‬َ‫و‬‫ا‬َ َ ‫ّنل‬َ‫ني‬ِ‫ع‬ِ‫اش‬ َ ‫خ‬ “Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan- perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas [maksudnya: mengharap agar dikabulkan Allah doanya dan khawatir akan azabnya]. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami.” (QS al- Anbiyâ', 21: 90). Demikian juga dalam firmanNya yang lain, ‫وا‬ُ‫ع‬ ْ ‫اد‬ْ‫م‬ ُ ‫ك‬َ‫ّب‬َ‫ر‬‫ا‬‫ًع‬ُ َ‫رَض‬ َ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ة‬َ‫ي‬ ْ ‫ف‬ ُ ‫خ‬َ‫و‬ۚ ُ ‫ه‬ َ ‫ّن‬ِ‫إ‬ َ ‫َّل‬ُ‫ب‬ِ ُ ‫ُي‬َ‫ين‬ِ‫د‬َ‫ت‬ ْ ‫ع‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬﴿٢٢﴾ َ ‫َّل‬َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫د‬ ِ‫س‬ ْ ‫ف‬ ُ ‫ت‬ِ‫ِف‬ِ‫ض‬ْ‫ر‬ َ ْ ‫اَل‬ َ ‫د‬ ْ ‫ع‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ح‬ َ ‫َل‬ ْ‫ص‬ِ‫إ‬ُ‫وه‬ُ‫ع‬ ْ ‫اد‬َ‫و‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ف‬ْ‫و‬ َ ‫خ‬‫ا‬‫ا‬‫ع‬َ‫م‬ َ‫ط‬َ‫و‬ۚ َ ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ت‬َ ْ ‫ْح‬َ‫ر‬ ِ َ ‫اّلل‬‫يب‬ِ‫ر‬ َ ‫ق‬َ‫ن‬ ّ ِ‫م‬َ‫ني‬ِ‫ن‬ ِ‫س‬ ْ ‫ح‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬﴿٢٢﴾ “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang- orang yang berbuat baik.” (QS al-A’râf/7: 55-56)
  • 7. 7 Keempat, mengawali aktivitas berdoa dengan dzikrullâh dan shalawat. Termasuk bagian dari ‘adab’ – menurut Imam al-Ghazali — dalam berdoa: “Tidak langsung memulainya dengan sebuah permohonan. Akan tetapi terlebih dahulu dibuka dengan dzikrullâh (bisa berupa ucapan hamdalah) dan shalawat pendek atas Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam”. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang diceritakan oleh salah seorang sahabat beliau Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallâhu ‘anhu, َ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ ُ ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ِ‫لل‬‫ا‬َ‫ص‬ َ ‫ّل‬‫ا‬ُ‫لل‬َ‫ع‬ َ ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ه‬َ‫و‬َ‫س‬ َ ‫ل‬َ‫م‬ ‫ا‬ ‫َل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬‫و‬ُ‫ع‬ ْ ‫د‬َ‫ي‬ِ‫ِف‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ ‫َل‬ َ‫ص‬ْ‫م‬ َ ‫ل‬ ِ‫د‬ِ‫ج‬َ‫م‬ ُ ‫ي‬‫ا‬َ‫لل‬ َ ‫ت‬، َ ‫ال‬َ‫ع‬ْ‫م‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ ِ ‫ل‬ َ‫ص‬ُ‫ي‬ َ َ‫لَع‬ِ ِ‫ِب‬َ‫اّنل‬ َ ‫ّل‬ َ‫ص‬ُ‫الل‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬َ‫م‬ َ ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬، َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ ‫ف‬ ُ ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ِ‫لل‬‫ا‬ َ ‫ّل‬ َ‫ص‬ُ‫الل‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬َ‫م‬ َ ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬: َ ‫ل‬ِ‫ج‬َ‫ع‬،‫ا‬ َ ‫ذ‬ َ ‫ه‬َ‫م‬ ُ ‫ث‬ُ‫ه‬ َ‫ًع‬ َ ‫د‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ ‫ف‬ُ َ ‫ل‬:-ْ‫و‬ َ ‫أ‬ ِ‫ه‬ِ ْ‫ْي‬ َ ‫غ‬ِ‫ل‬-‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ ‫ّل‬ َ‫ص‬،ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ُ‫د‬َ‫ح‬ َ ‫أ‬ ْ ‫أ‬ َ ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ْ ‫ل‬ َ ‫ف‬ِ‫يد‬ِ‫ج‬ْ‫م‬َ‫ت‬ِ‫ب‬ِ‫ه‬ِ‫ّب‬َ‫ر‬ َ ‫ل‬َ‫ج‬،َ‫ز‬َ‫ع‬َ‫و‬ِ‫ء‬‫ا‬ َ ‫ن‬َ‫اّثل‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬،َ‫م‬ ُ ‫ث‬ ِ ‫ّل‬ َ‫ص‬ُ‫ي‬ َ َ‫لَع‬ِ ِ‫ِب‬َ‫اّنل‬ َ ‫ّل‬ َ‫ص‬ُ‫الل‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬َ‫م‬ َ ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬،َ‫م‬ ُ ‫ث‬‫و‬ُ‫ع‬ ْ ‫د‬َ‫ي‬ُ‫د‬ ْ ‫ع‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ َ‫اء‬ َ ‫ش‬. “Rasulullah shallallâhu 'alaihi wasallam (pernah) mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya dan tidak mengagungkan Allâh Ta'âlâ serta tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian Rasulullah shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: “Orang ini telah terburu-buru.” Kemudian beliau memanggilnya dan berkata kepadanya atau kepada orang lain: “Apabila salah seorang di antara kalian melakukan shalat maka hendaknya memulai dengan mengagungkan Tuhannya yang Maha Agung dan Perkasa, serta dengan memuji kepadaNya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam kemudian berdoa setelah itu dengan apa yang ia kehendaki.” (Hadits Riwayat Abu Dawud dari Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallâhu ‘anhu, Sunan Abi Dâwud, juz II, hal. 77, hadits no. 1481) Kelima, bersikap optimis ketika berdoa. Setiap orang yang berdoa – menurut Imam al-Ghazali — harus selalu yakin bahwa setiap doanya akan terkabulkan. Dan janganlah berdoa dengan menyatakan sebuah kata atau kalimat yang bisa menimbulkan sikap ‘pesimis’. Yakinkan kepada diri kita bahwa Allah adalah Dzat yang selalu bersedia untuk mengabulkan setiap permohonan kita, sebagaimana yang dinyatakanNya dalam beberapa ayat al- Qur’an, yang antara lain tersebut dalam QS al-Baqarah, 2: 186. Namun, harus kita sadari bahwa bahwa apa pun yang kita mohonkan kepada Allah tidak selamanya secara langsung (dengan cara ‘instan’) akan diberikan olehNya. Bisa jadi untuk sementara waktu ditunda hingga sampai pada saat yang tepat akan “diberikan” kepada diri kita, bahkan mungkin saja baru akan benar-benar diberikan di akhirat kelak. Atau bisa juga dijawab dengan cara yang lain, berupa maghfirah (penghapusan dosa) sesuai dengan kadar doa dan dosa-dosa kita. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam:
  • 8. 8 ‫ا‬َ‫م‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ٍ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬‫و‬ُ‫ع‬ ْ ‫د‬َ‫ي‬َ َ ‫اّلل‬ٍ‫ء‬ َ‫ًع‬ُ‫د‬ِ‫ب‬ َ ‫َّل‬ِ‫إ‬َ‫يب‬ِ‫ج‬ُ‫ت‬ْ‫اس‬ُ َ ‫ل‬‫ا‬ َ ‫م‬ِ‫إ‬ َ ‫ف‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫ل‬َ‫ج‬َ‫ع‬ ُ ‫ي‬ُ َ ‫ل‬ِ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ْ ‫ن‬ُ‫ادل‬‫ا‬ َ ‫م‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫ر‬ َ ‫خ‬ َ ‫د‬ُ‫ي‬ُ َ ‫ل‬ِ‫ف‬ِ‫ة‬َ‫ر‬ِ‫اآلخ‬‫ا‬ َ ‫م‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫ر‬ َ ‫ف‬ َ ‫ك‬ُ‫ي‬ ُ ‫ه‬ ْ ‫ن‬ َ ‫ع‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫وّب‬ ُ ‫ّن‬ ُ ‫ذ‬ ِ‫ر‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ًع‬ َ ‫د‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫م‬ َ ‫ل‬ ُ ‫ع‬ ْ ‫د‬َ‫ي‬ٍ‫م‬ ْ ‫ث‬ِ‫إ‬ِ‫ب‬ْ‫و‬ َ ‫أ‬ِ‫ة‬َ‫يع‬ِ‫ط‬ َ ‫ق‬ٍ‫م‬ِ‫ح‬َ‫ر‬ْ‫و‬ َ ‫أ‬ ُ ‫ل‬ِ‫ج‬ ْ ‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬.‫وا‬ ُ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬ َ ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ِ َ ‫اّلل‬ َ ‫ف‬ْ‫ي‬ َ ‫ك‬َ‫و‬ِ‫ج‬ ْ ‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬ ُ ‫ل‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬: ُ ‫ول‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ي‬ ُ ‫ت‬ْ‫و‬َ‫ع‬ َ ‫د‬ ِ ‫ّب‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫م‬ َ ‫ف‬َ‫اب‬َ‫ج‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ِ‫ل‬. “Tidaklah seseorang yang berdoa kepada Allah kecuali akan dikabulkan untuknya, baik akan disegerakan di dunia atau dijadikan tabungan di akhirat atau akan menghapus dosa-dosanya sesuai dengan doa yang ia lantunkan, selama ia tidak berdoa untuk kemaksiatan atau memutus tali silaturrahim atau terburu-buru.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana ia terburu- buru? Beliau bersabda: “Ia berkata, aku telah berdoa akan tetapi Rabb (Tuhan)-ku tidak juga mengabulkan untukku.” (HR at-Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Sunan at-Tirmidzi, juz, XIII, hal. 172, hadits no. 3957) Mencermati penjelasan di atas, akhirnya kita harus segera berbenah diri. Dan ternyata, yang kita perlukan untuk membuka pintu maghfirah dan rahmah Allah yang – hingga kini dan di masa yang akan datang — tengah tertutup hanyalah dua ragam kunci (miftâhain). Kunci Yang Pertama, bersihkan hati kita dan jagalah untuk tetap menjadi bersih, hingga kita menjadi orang yang bersih dari sikap kufur dan selalu bersedia untuk bersyukur. Dan Kunci Yang Kedua, siapkan diri kita untuk menjadi orang yang selalu bersedia membangun akhlak yang mulia ketika hendak berdoa, dengan berupaya seoptimal mungkin untuk memanfaatkan momentum yang tepat dan sangat berharga dalam rangka menggapai ‘maghfirah dan rahmah‘ Allah, kapan pun dan di mana pun. Penulis adalah Dosen Tetap FAI-UM Yogyakarta dan Dosen Luar Biasa STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta