1. Tulisan ini membahas makna mimpi menurut budaya Jawa yang membedakan tiga jenis mimpi berdasarkan waktu terjadinya yaitu sebelum tengah malam, sesudah tengah malam, dan menjelang subuh.
2. Mimpi juga merupakan salah satu jalur turunnya wahyu kepada para nabi seperti Nabi Ibrahim yang disuruh menyembelih putranya melalui mimpi.
3. Nabi Muhammad saw juga diber
1. 1
Mimpi, Apa Maknanya?
TULISAN ini semula hanya merupakan bagian dari coretan ‘iseng’ dari
penulis. Tetapi, karena ada salah seorang mantan mahasiswa saya yang
bertanya tentang “Makna Mimpi”, sebut saja namanya mBak Siti, maka tulisan
ini kemudian saya sempurrnakan, dengan mengutip salah satu tulisan yang
tersedia di ‘file’ saya, yang berasal dari sebuah situs internet.
Mimpi — sebagaimana kita maklumi — tidak hanya dialami manusia
biasa. Banyak di antara tokoh dan ‘orang-orang’ penting di kalangan
masyarakat kita yang juga mengalaminya. Dan kini, semakin banyak orang
yang ‘penasaran’ terhadap makna mimpi, sehingga muncullah tafsir-tafsir –
banyak kalangan — atas mimpi. Orang Jawa – misalnya — memiliki ‘Ngelmu’
Tafsir Mimpi. ‘Ngelmu’ Tafsir Mimpi Orang Jawa didapat melalui ‘Ngelmu
Titen’, yakni mencermati kejadian yang berulang-ulang, sambil melakukan
konsentrasi tinggi agar dapat memfokuskan diri pada rasa yang netral.
Sehingga dapat dibedakan mana bentuk mimpi yang hanya bunga tidur, mana
yang merupakan Sasmita atau Pralambang.
Tafsir mimpi yang bersifat alamat buruk, anggap saja sekadar menjadi
iseng-iseng, lelucon, atau sebagai intermezzo. Dipercaya boleh-boleh saja,
tidak pun juga tidak ada masalah. Kendati demikian, banyak pula yang percaya
karena memang sering terjadi match antara mimpi dengan kenyataan yang
terjadi di kemudian hari.
Orang boleh percaya atau tidak, tidak ada pemaksaan. “Kamus Tafsir
Mimpi” kita hargai sebagai karya budaya sastra nenek moyang kita zaman
dulu yang “berkreasi” untuk meraih“NgelmuTiten”. Semua itu dilakukan
sebagai upaya menyibak makna di balik mimpi.
Terkadang mimpi tidak hanya sekadar menjadi bunga tidur, namun ada
pula yang disebut sebagai PuspaTajem, Sasmitoningroh, Daradasih. Yakni
mimpi yang menjadi pralambang, pertanda, sasmita agar supaya kita menjadi
lebih hati-hati, ‘eling’, waspada. Dan yang bersifat pertanda menggembirakan
jangan sampai membuat kewaspadaan kita justeru menjadi lengah.
Terlepas kita percaya atau tidak, soal mimpi ternyata juga menjadi salah
satu pasal dalam kebudayaan kita, terutama kebudayaan Jawa. Mimpi – dalam
budaya Jawa — dibagi dalam 3 (tiga) kategori berdasarkan waktunya, yaitu
titiyoni, gandayoni dan puspa tajem. (1) Titiyoni, adalah mimpi yang terjadi
sebelum tengah malam dan tidak ada artinya. Mungkin karena tidur sejak sore,
maka sebelum tengah malam sudah ‘keburu’ kenyang, sehingga muncul
mimpi; (2) Gandayoni (baca: Gondoyoni), adalah mimpi yang terjadi setelah
lewat tengah malam sebelum pagi. Umumnya memimpikan hal yang pernah
dialami dan sangat berkesan. Misalnya mimpi ‘memancing’, karena memang
memiliki hobi ‘mancing’, atau memimpikan hal-hal yang sangat diinginkan.
Misalnya mimpi ‘punya’ Jeep Wrangler JK baru, karena memang sedang
‘ngiler-pingin’ memiliki mobil tersebut; (3) Puspa Tajem (baca: Puspo Tajem),
adalah mimpi yang terjadi di saat menjelang subuh. Mimpi itu biasanya –
dalam pemahaman orang Jawa — merupakan ‘wangsit’ atau pertanda sesuatu
2. 2
yang akan terjadi. Namanya juga pertanda, tidak harus eksplisit. Misalnya
mimpi ‘nunggang gajah’, merupakan pertanda “akan mendapat kemujuran”.
Berdasarkan hasil penelusuran penulis di beberapa sumber tulisan,
ternyata para Nabi dan Rasul pun juga pernah mengalaminya. Bahkan, salah
satu jalur turunnya wahyu kepada utusan-Nya adalah melalui mimpi.
Misalnya, ketika diperintah Allah SWT untuk menyembelih puteranya
(Isma’il), Nabi Ibrahim a.s. mendapatinya melalui mimpi,
اَّم
َ
ل
َ
ف
َ
غ
َ
لَبهَعَمَ ْع َالّس
َ
ال
َ
قاَيَ ََنب
ّ
ِنِإىَر
َ
أِفِام
َ
نَّم
ْ
ال
ّ
ِن
َ
أ
َ
ك
َ
َب
ْ
ذ
َ
أْرانظ
َ
ف
ا
َ
اذَمىَر
َ
تۚ
َ
ال
َ
قاَيِتَب
َ
أ
ْ
لَع
ْ
افَمارَم
ْ
ؤتِۖندِجَتَسنِإَاء
َ
ش
َ
اّللَنِم
َينِرِاب َالّص﴿٢٠١﴾اَّم
َ
ل
َ
فاَّم
َ
لْس
َ
أه
َ
ل
َ
تَوِيِبَج
ْ
لِل﴿٢٠١﴾اه
َ
ن
ْ
ي
َ
اد
َ
نَون
َ
أاَي
يمِهاَرْبِإ﴿٢٠١﴾
ْ
د
َ
قَت
ْ
ق
َ
د َصاَي
ْ
ؤُالرۚا
َ
نِإ
َ
ذ
َ
كٰ
َ
كِليِز
ْ َ
َنَيِن ِّس
ْ
حّم
ْ
ال
﴿٢٠١﴾
َ
نِإـ
َ
ها
َ
ذَوه
َ
لَ ْ
الء
َ
ليِبّم
ْ
ال﴿٢٠١﴾اه
َ
ن
ْ
ي
َ
د
َ
فَوحْبِذِبيمِظَع
﴿٢٠١﴾
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: “Hai
Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu [Yang dimaksud
dengan membenarkan mimpi ialah memercayai bahwa mimpi itu benar dari
Allah SWT dan wajib melaksana- kannya]. Sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini
benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar [Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan
Ismail a.s., maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan
korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa
ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari raya haji].
(QS ash-Shaffât [37]: 102-107).
Nabi Muhammad saw diberitahu oleh Allah SWT melalui mimpi,bahwa
dirinya akan memasuki Masjidil Haram dengan aman tanpa diliputi rasa takut,
3. 3
ْ
د
َ
ق
َ
ل
َ
ق
َ
د َص
َ
اّلل
َ
ولسَراَي
ْ
ؤُالرّقَْ
اْلِبَنلخ
ْ
دَ َ
َل
َ
دِجّْسَّم
ْ
الَامَرَْ
اْل
ْ
نِإَاء
َ
ش
َ
اّللَيِنِمآَيِق
ّ
ل
َ
ُمْمكَوسءرَينِ
ّ
ِّص
َ
قمَو
َ
ل
َ
وناف
َ َ
َتَمِلَع
َ
فاَمْم
َ
ل
واّم
َ
ل
ْ
ع
َ
ت
َ
لَعَج
َ
فْنِمِوند
َ
كِل
َ
ذاًح
ْ
ت
َ
فاًيبِر
َ
ق
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang
kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu
pasti akan memasuki Masjidil Haram, insyaallah dalam keadaan aman, dengan
mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa
takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia
memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat [selang beberapa lama
sebelum terjadi perdamaian Hudaibiyah Nabi Muhammad saw bermimpi
bahwa beliau bersama para sahabatnya memasuki kota Mekah dan Masjidil
Haram dalam keadaan sebagian mereka bercukur rambut dan sebahagian lagi
bergunting. Nabi saw mengatakan bahwa mimpi beliau itu akan terjadi nanti.
Kemudian berita ini tersiar di kalangan kaum muslimin, orang-orang munafik,
orang-orang Yahudi dan Nasrani. Setelah terjadi perdamaian Hudaibiyah dan
kaum muslimin waktu itu tidak sampai memasuki Mekah. Maka orang-orang
munafik memperolok-olokkan Nabi saw dan menyatakan bahwa mimpi Nabi
saw yang dikatakan beliau pasti akan terjadi itu adalah bohong belaka. Maka
turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi saw itu pasti akan
menjadi kenyataan di tahun yang akan datang. Dan sebelum itu dalam waktu
yang dekat Nabi saw akan menaklukkan kota Khaibar. Andaikata pada tahun
terjadinya perdamaian Hudaibiyah itu kaum muslimin memasuki kota Mekah,
maka dikhawatirkan keselamatan orang-orang yang menyembunyikan
imannya yang berada dalam kota Mekah waktu itu].” (QS al-Fath [48]: 27).
Isyarat kenabian Yusuf a.s. diperlihatkan Allah SWT melalui mimpi
dengan melihat 11 (sebelas) bintang, matahari, dan bulan yang bersujud
kepadanya,
ْ
ذِإ
َ
ال
َ
قفوسييِب
َ
ألِهاَيِبت
َ
أ
ّ
نِإتْي
َ
أَر
َ
دَح
َ
أَ َ
شَعاًب
َ
كْو
َ
كَسّْم
َ
الّشَوَو
َرَّم
َ
ق
ْ
الْمهت
ْ
ي
َ
أَرِلَينِدِاجَس
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku [Bapak
Yusuf a.s. ialah Ya’qub a.s., putera Ishaq a.s., putera Ibrahim a.s.],
sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku.” (QS Yûsuf [12]: 4).
Meskipun muatan dan konsekuensi mimpi para Nabi berbeda dengan
orang biasa, bukan berarti mimpi orang awam tak punya makna. Buktinya,
saat para sahabat mengusulkan perihal panggilan shalat, Nabi Muhammad saw
4. 4
akhirnya setuju dan menetapkan syariat adzan dari usul yang didapat mimpi
sahabatnya, Abdullah bin Zaid. Itulah lafazh adzan yang berkumandang
sampai kini hingga akhir zaman.
Tetapi Nabi s.a.w mengingatkan,
َ
ل
َ
قْب
َ
ييِد
ْ
عَبْنِمِةَوبُاّنلءْ َ
َش
َ
لِإاتَ ّ
شَبّم
ْ
الواال
َ
قاَي
َ
ولسَرِ
َ
اّللاَمَو
اتَ ّ
شَبّم
ْ
ال
َ
ال
َ
قاَي
ْ
ؤُالرةَ ِاْل َالّصا
َ
اهَرَيلجَالرْو
َ
أىَرت
َ
ل
“Tidak ada lagi sesudahku kenabian kecuali kabar-kabar gembira.” Para
sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah apa kabar gembira tefsebut?” Rasulullah
bersabda: “Yaitu mimpi yang baik (yang benar) yang dilihat oleh seseorang
atau diperlihatkan kepadanya.” (HR Ahmad dari ‘Aisyah r.a., Musnad Ahmad
ibn Hanbal, VI/129, hadits nomor 25021)
Selanjutnya Nabi saw juga bersabda,
اَي
ْ
ؤُالرة
َ
ن َّسَْ
اْلَنِمِلجَالرِحِلا َالّصءْزجْنِمة
َ
تِسَوَيِعَبْر
َ
أَنِماًءْزج
ِةَوبُاّنل
”Mimpi yang baik oleh orang yang saleh merupakan satu dari 46 empat puluh
enam) bagian dari mimpi kenabian.” (HR al-Bukhari dari Anas bin Malik r.a.,
Shahîh al-Bukhâriy, IX/38, hadits nomor 6983).
ق
َ
د ْص
َ
أاَي
ْ
ؤُالرِارَحْس
َ
األِب
‘Mimpi yang paling benar adalah yang terjadi (sebelum fajar) menjelang waktu
sahur.” (HR al-Hakim, Al-Mustadrak, IV/392,hadits nomor 8183 dan at-
Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, IX/29, hadits nomor 2443, dari Abu Sa’id al-
Khudriy r.a.).
Walaupun baik, sebaiknya mimpi tidak terlalu mudah diceritakan
kecuali pada saudara dekat atau yang dipercaya imannya. Seperti kisah Nabi
Yusuf a.s. yang dilarang oleh ayahnya (Nabi Ya’qub a.s.) untuk menceritakan
mimpi baiknya karena khawatir timbul fitnah. Sebagaimana firman Allah,
َ
ال
َ
قاَيَ ََنب
َ
لْصّص
ْ
ق
َ
تَاكَي
ْ
ؤر
َ ََع
َ
كِتَو
ْ
خِإ
ْ
وايدِكَي
َ
ف
َ
ك
َ
لا
ً
دْي
َ
ك
َ
نِإ
َ
ان َطْي
َ
الّشِان َنّسِإلِلّودَعيِب
ُ
م
5. 5
“Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu
kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk
membinasakan) mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi
manusia.” (QS Yûsuf [12]: 5).
Apalagi mengadukan dan menanyakan maknanya kepada para tukang
ramal atau – sekarang — paranormal. Karena Nabi saw pernah
memeringatkan,
ْنَم
َ
ت
َ
أا
ً
نِه
َ
َكْو
َ
أا
ً
افَرَعه
َ
ق
َ
د َّص
َ
فاَّمِبولق
َ
ي
ْ
د
َ
ق
َ
فَر
َ
ف
َ
كاَّمِب
َ
لِز
ْ
نأ
َ ََع
دَّم
َ
ُم
َ
ّل َص
َ
اّللِهْي
َ
لَعَم
َ
لَسَو
“Barangsiapa mendatangi seorang dukun atau peramal kemudian
membenarkan apa yang ia katakan, maka ia telah kafir terhadap wahyu yang
diturunkan kepada Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam.” (HR Ahmad dari
Abu Hurairah dan Al-Hasan bin Ali, Musnad Ahmad ibn Hanbal, II/429, hadits
nomor 9532)
ْنَم
َ
ت
َ
أا
ً
افَرَع
َ
ل
َ
أ َّس
َ
فْن
َ
عء ْ َ
َشْم
َ
ل
ْ
لَب
ْ
قت
َ
لة
َ
ل َصَيِعَبْر
َ
أ
ً
ة
َ
لْ َ
َل
“Barangsiapa mendatangi peramal, lalu menanyakan sesuatu dan
membenarkan ucapannya, maka shalatnya tidak diterima selama 40 [empat
puluh] hari.” (HR Muslim dari sebagian isteri Nabi saw, Shahîh Muslim,
VII/37, hadits nomor 5957; HR Ath-Thabarani dari Umar bin al-Khaththab
r.a., Al-Mu’jam al-Ausath, IX/76, hadits nomor 9172).
Sedangkan yang terkait dengan mimpi buruk, Nabi saw melarang untuk
menceritakannya,
اَي
ْ
ؤُالرةَ ِاْل َالّصْنِمِ
َ
اّلل
ْ
ؤُالرَواَيءْو َالّسْنِمِان َطْي
َ
الّشْنَّم
َ
فى
َ
أَراَي
ْ
ؤر
َهِر
َ
ك
َ
فاَه
ْ
نِماًئ
ْ
ي
َ
ش
ْ
ثف
ْ
نَي
ْ
ل
َ
فْن
َ
عِهِار َّسَيَو
ْ
ذَوَعَتَ ْ
َلِ
َ
اّللِبْنِمِان َطْي
َ
الّش
هُرُض
َ
ت
َ
ل
َ
لَوْ
ِب
ْ
ُياَهِبا
ً
دَح
َ
أ
ْ
نِإ
َ
فى
َ
أَراَي
ْ
ؤر
ً
ة
َ
ن َّسَحْ
ِش
ْ
بي
ْ
ل
َ
ف
َ
لَوْ
ِب
ْ
ُي
َ
لِإ
ْنَمُبُِي
“Mimpi yang baik datang dari Allah dan mimpi yang buruk datang dari setan;
barangsiapa yang bermimpi buruk maka hendaklah ia meludah ke sebelah
kirinya dan meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan, niscaya
tidak akan membahayakannya. Dan jangan menceritakan mimpi itu kepada
6. 6
siapa pun. Dan jika dia bermimpi baik maka bergembiralah dan jangan
menceritakannya kecuali kepada orang orang yang dicintai.” (HR Muslim dari
Abu Qatadah, Shahîh Muslim, VII/51, hadits nomor 6039).
Tetapi, yang harus diingat, bahwa kualifikasi kesalehan manusia itu
beragam, dan oleh karenananya menjadikan kebenaran mimpinya tidaklah
mutlak sama. Bisa benar dan boleh jadi salah. Dalam hal ini, Yusuf al-
Qaradhawi – dalam sebuah tulsannya -- memberikan pernyataan (untuk
mengingatkan): “jika kita ingin bermimpi baik atau benar, hendaklah diri kita
senantiasa bersifat benar, makan makanan yang halal, peduli perintah dan
larangan-Nya, tidur dalam keadaan suci dan biasakan untuk menghadap kiblat
(meskipun hal ini bukan merupakan keharusan, pen.), serta berdzikir sampai
tertidur. Dengan membiasakan hal-hal yang baik, insyâallah kita akan selalu
mendapatkan lindungan Allah.”
Jadi, mimpi bisa jadi merupakan petunjuk yang baik. Tetapi di sisi lain,
bisa jadi hanyalah merupakan bunga tidur yang tidak harus dimaknai sebagai
petunjuk. Bahkan, bisa jadi setan pun sangan mungkin bermain dalam mimpi
kita, dalam rangka menggoda dan menjerumuskan diri kita ke dalam lembah
kemaksiatan.
Memang dalam tidur kita bisa saja bermimpi secara tiba-tiba tanpa kita
ketahui sebelumnya. Tapi, apapun mimpinya entah itu baik atau buruk
usahakan selalu membaca doa (Silakan pelajari: Doa Ketika Mimpi Baik dan
Mimpi Buruk).
Dan, mengingat mimpi datang tanpa kita ketahui sebelumnya, maka
alangkah baiknya sebelum tidur panjatkan doa (Silakan pelajari: Bacaan Doa
sebelum Tidur), atau kita juga langsung bisa meminta atau memohon kepada
Allah SWT untuk didatangkan mimpi yang baik dan indah saat tidur. Berikut
adalah –sebuah contoh -- lafazh doa agar (supaya) mendapatkan mimpi baik,
yang banyak diajarkan oleh para ustadz, yang menurut hasil penulusuran
penulis, merupakan doa yang biasa diucapkan oleh‘Aisyah r.a. (isteri
Rasulullah saw),
“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu mimpi yang baik yang benar dan tidak
dusta, yang bermanfaat dan tidak berbahaya.” (Ibnu Sunni, ‘Amal al-Yaum wa
al-Lailah, juz III, hal.413, no. 741)
Itulah bacaan doa (meminta agar) dapat mimpi baik, yang dengan doa
itu semoga kita semua selalu emndapatkan sesuatu yang terbaik dari Allah.
Āmîn.
Wallâhu al-Musta’ân. Nashrun Min Allâh, wa Fathun Qarîb.
7. 7
(Tulisan ini bermula dari kutipan dan hasil elaborasi dari tulisan La Ode
Sidratullah, Jumat, 11 Agustus 2006, dengan judul: “Mimpi”, dalam
http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=260322&kat_id=14. Tulisan
in – kemudian – penulis sempurnakan dengan mengutip beberapa sumber
yang lain, baik dari tulisan-tulisan lepas di beberapa situs internet, maupun
hasil bincang-bincang penulis dengan beberapa nara sumber yang sempat
penuli temui)
Sumber: http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/mimpi-apa-maknanya/