SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
1
Mimpi, Apa Maknanya?
TULISAN ini semula hanya merupakan bagian dari coretan ‘iseng’ dari
penulis. Tetapi, karena ada salah seorang mantan mahasiswa saya yang
bertanya tentang “Makna Mimpi”, sebut saja namanya mBak Siti, maka tulisan
ini kemudian saya sempurrnakan, dengan mengutip salah satu tulisan yang
tersedia di ‘file’ saya, yang berasal dari sebuah situs internet.
Mimpi — sebagaimana kita maklumi — tidak hanya dialami manusia
biasa. Banyak di antara tokoh dan ‘orang-orang’ penting di kalangan
masyarakat kita yang juga mengalaminya. Dan kini, semakin banyak orang
yang ‘penasaran’ terhadap makna mimpi, sehingga muncullah tafsir-tafsir –
banyak kalangan — atas mimpi. Orang Jawa – misalnya — memiliki ‘Ngelmu’
Tafsir Mimpi. ‘Ngelmu’ Tafsir Mimpi Orang Jawa didapat melalui ‘Ngelmu
Titen’, yakni mencermati kejadian yang berulang-ulang, sambil melakukan
konsentrasi tinggi agar dapat memfokuskan diri pada rasa yang netral.
Sehingga dapat dibedakan mana bentuk mimpi yang hanya bunga tidur, mana
yang merupakan Sasmita atau Pralambang.
Tafsir mimpi yang bersifat alamat buruk, anggap saja sekadar menjadi
iseng-iseng, lelucon, atau sebagai intermezzo. Dipercaya boleh-boleh saja,
tidak pun juga tidak ada masalah. Kendati demikian, banyak pula yang percaya
karena memang sering terjadi match antara mimpi dengan kenyataan yang
terjadi di kemudian hari.
Orang boleh percaya atau tidak, tidak ada pemaksaan. “Kamus Tafsir
Mimpi” kita hargai sebagai karya budaya sastra nenek moyang kita zaman
dulu yang “berkreasi” untuk meraih“NgelmuTiten”. Semua itu dilakukan
sebagai upaya menyibak makna di balik mimpi.
Terkadang mimpi tidak hanya sekadar menjadi bunga tidur, namun ada
pula yang disebut sebagai PuspaTajem, Sasmitoningroh, Daradasih. Yakni
mimpi yang menjadi pralambang, pertanda, sasmita agar supaya kita menjadi
lebih hati-hati, ‘eling’, waspada. Dan yang bersifat pertanda menggembirakan
jangan sampai membuat kewaspadaan kita justeru menjadi lengah.
Terlepas kita percaya atau tidak, soal mimpi ternyata juga menjadi salah
satu pasal dalam kebudayaan kita, terutama kebudayaan Jawa. Mimpi – dalam
budaya Jawa — dibagi dalam 3 (tiga) kategori berdasarkan waktunya, yaitu
titiyoni, gandayoni dan puspa tajem. (1) Titiyoni, adalah mimpi yang terjadi
sebelum tengah malam dan tidak ada artinya. Mungkin karena tidur sejak sore,
maka sebelum tengah malam sudah ‘keburu’ kenyang, sehingga muncul
mimpi; (2) Gandayoni (baca: Gondoyoni), adalah mimpi yang terjadi setelah
lewat tengah malam sebelum pagi. Umumnya memimpikan hal yang pernah
dialami dan sangat berkesan. Misalnya mimpi ‘memancing’, karena memang
memiliki hobi ‘mancing’, atau memimpikan hal-hal yang sangat diinginkan.
Misalnya mimpi ‘punya’ Jeep Wrangler JK baru, karena memang sedang
‘ngiler-pingin’ memiliki mobil tersebut; (3) Puspa Tajem (baca: Puspo Tajem),
adalah mimpi yang terjadi di saat menjelang subuh. Mimpi itu biasanya –
dalam pemahaman orang Jawa — merupakan ‘wangsit’ atau pertanda sesuatu
2
yang akan terjadi. Namanya juga pertanda, tidak harus eksplisit. Misalnya
mimpi ‘nunggang gajah’, merupakan pertanda “akan mendapat kemujuran”.
Berdasarkan hasil penelusuran penulis di beberapa sumber tulisan,
ternyata para Nabi dan Rasul pun juga pernah mengalaminya. Bahkan, salah
satu jalur turunnya wahyu kepada utusan-Nya adalah melalui mimpi.
Misalnya, ketika diperintah Allah SWT untuk menyembelih puteranya
(Isma’il), Nabi Ibrahim a.s. mendapatinya melalui mimpi,
‫ا‬َ‫ّم‬
َ
‫ل‬
َ
‫ف‬
َ
‫غ‬
َ
‫ل‬َ‫ب‬‫ه‬َ‫ع‬َ‫م‬َ ْ‫ع‬ َ‫الّس‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬َ َ‫َن‬‫ب‬
ّ
ِ‫ن‬ِ‫إ‬‫ى‬َ‫ر‬
َ
‫أ‬ِ‫ف‬ِ‫ام‬
َ
‫ن‬َ‫ّم‬
ْ
‫ال‬
ّ
ِ‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫ك‬
َ
‫َب‬
ْ
‫ذ‬
َ
‫أ‬ْ‫ر‬‫انظ‬
َ
‫ف‬
‫ا‬
َ
‫اذ‬َ‫م‬‫ى‬َ‫ر‬
َ
‫ت‬ۚ
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ت‬َ‫ب‬
َ
‫أ‬
ْ
‫ل‬َ‫ع‬
ْ
‫اف‬َ‫م‬‫ا‬‫ر‬َ‫م‬
ْ
‫ؤ‬‫ت‬ِۖ‫ن‬‫د‬ِ‫ج‬َ‫ت‬َ‫س‬‫ن‬ِ‫إ‬َ‫اء‬
َ
‫ش‬
َ
‫اّلل‬َ‫ن‬ِ‫م‬
َ‫ين‬ِ‫ر‬ِ‫اب‬ َ‫الّص‬﴿٢٠١﴾‫ا‬َ‫ّم‬
َ
‫ل‬
َ
‫ف‬‫ا‬َ‫ّم‬
َ
‫ل‬ْ‫س‬
َ
‫أ‬‫ه‬
َ
‫ل‬
َ
‫ت‬َ‫و‬ِ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ج‬
ْ
‫ل‬ِ‫ل‬﴿٢٠١﴾‫اه‬
َ
‫ن‬
ْ
‫ي‬
َ
‫اد‬
َ
‫ن‬َ‫و‬‫ن‬
َ
‫أ‬‫ا‬َ‫ي‬
‫يم‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ب‬ِ‫إ‬﴿٢٠١﴾
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬َ‫ت‬
ْ
‫ق‬
َ
‫د‬ َ‫ص‬‫ا‬َ‫ي‬
ْ
‫ؤ‬ُ‫الر‬ۚ‫ا‬
َ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫ذ‬
َ
‫ك‬ٰ
َ
‫ك‬ِ‫ل‬‫ي‬ِ‫ز‬
ْ َ
‫َن‬َ‫ي‬ِ‫ن‬ ِ‫ّس‬
ْ
‫ح‬‫ّم‬
ْ
‫ال‬
﴿٢٠١﴾
َ
‫ن‬ِ‫إ‬‫ـ‬
َ
‫ه‬‫ا‬
َ
‫ذ‬َ‫و‬‫ه‬
َ
‫ل‬َ ْ
‫ال‬‫ء‬
َ
‫ل‬‫ي‬ِ‫ب‬‫ّم‬
ْ
‫ال‬﴿٢٠١﴾‫اه‬
َ
‫ن‬
ْ
‫ي‬
َ
‫د‬
َ
‫ف‬َ‫و‬‫ح‬ْ‫ب‬ِ‫ذ‬ِ‫ب‬‫يم‬ِ‫ظ‬َ‫ع‬
﴿٢٠١﴾
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: “Hai
Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu [Yang dimaksud
dengan membenarkan mimpi ialah memercayai bahwa mimpi itu benar dari
Allah SWT dan wajib melaksana- kannya]. Sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini
benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar [Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan
Ismail a.s., maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan
korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa
ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari raya haji].
(QS ash-Shaffât [37]: 102-107).
Nabi Muhammad saw diberitahu oleh Allah SWT melalui mimpi,bahwa
dirinya akan memasuki Masjidil Haram dengan aman tanpa diliputi rasa takut,
3
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ل‬
َ
‫ق‬
َ
‫د‬ َ‫ص‬
َ
‫اّلل‬
َ
‫ول‬‫س‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫ي‬
ْ
‫ؤ‬ُ‫الر‬ّ‫ق‬َْ
‫اْل‬ِ‫ب‬َ‫ن‬‫ل‬‫خ‬
ْ
‫د‬َ َ
‫َل‬
َ
‫د‬ِ‫ج‬ْ‫ّس‬َ‫ّم‬
ْ
‫ال‬َ‫ام‬َ‫ر‬َْ
‫اْل‬
ْ
‫ن‬ِ‫إ‬َ‫اء‬
َ
‫ش‬
َ
‫اّلل‬َ‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫م‬‫آ‬َ‫ي‬ِ‫ق‬
ّ
‫ل‬
َ
‫ُم‬ْ‫م‬‫ك‬َ‫وس‬‫ء‬‫ر‬َ‫ين‬ِ
ّ
‫ِّص‬
َ
‫ق‬‫م‬َ‫و‬
َ
‫ل‬
َ
‫ون‬‫اف‬
َ َ
‫َت‬َ‫م‬ِ‫ل‬َ‫ع‬
َ
‫ف‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫م‬
َ
‫ل‬
‫وا‬‫ّم‬
َ
‫ل‬
ْ
‫ع‬
َ
‫ت‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬
َ
‫ف‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ون‬‫د‬
َ
‫ك‬ِ‫ل‬
َ
‫ذ‬‫ا‬ً‫ح‬
ْ
‫ت‬
َ
‫ف‬‫ا‬ً‫يب‬ِ‫ر‬
َ
‫ق‬
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang
kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu
pasti akan memasuki Masjidil Haram, insyaallah dalam keadaan aman, dengan
mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa
takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia
memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat [selang beberapa lama
sebelum terjadi perdamaian Hudaibiyah Nabi Muhammad saw bermimpi
bahwa beliau bersama para sahabatnya memasuki kota Mekah dan Masjidil
Haram dalam keadaan sebagian mereka bercukur rambut dan sebahagian lagi
bergunting. Nabi saw mengatakan bahwa mimpi beliau itu akan terjadi nanti.
Kemudian berita ini tersiar di kalangan kaum muslimin, orang-orang munafik,
orang-orang Yahudi dan Nasrani. Setelah terjadi perdamaian Hudaibiyah dan
kaum muslimin waktu itu tidak sampai memasuki Mekah. Maka orang-orang
munafik memperolok-olokkan Nabi saw dan menyatakan bahwa mimpi Nabi
saw yang dikatakan beliau pasti akan terjadi itu adalah bohong belaka. Maka
turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi saw itu pasti akan
menjadi kenyataan di tahun yang akan datang. Dan sebelum itu dalam waktu
yang dekat Nabi saw akan menaklukkan kota Khaibar. Andaikata pada tahun
terjadinya perdamaian Hudaibiyah itu kaum muslimin memasuki kota Mekah,
maka dikhawatirkan keselamatan orang-orang yang menyembunyikan
imannya yang berada dalam kota Mekah waktu itu].” (QS al-Fath [48]: 27).
Isyarat kenabian Yusuf a.s. diperlihatkan Allah SWT melalui mimpi
dengan melihat 11 (sebelas) bintang, matahari, dan bulan yang bersujud
kepadanya,
ْ
‫ذ‬ِ‫إ‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ف‬‫وس‬‫ي‬‫ي‬ِ‫ب‬
َ
‫أل‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ي‬ِ‫بت‬
َ
‫أ‬
ّ
‫ن‬ِ‫إ‬‫ت‬ْ‫ي‬
َ
‫أ‬َ‫ر‬
َ
‫د‬َ‫ح‬
َ
‫أ‬َ َ
‫ش‬َ‫ع‬‫ا‬ً‫ب‬
َ
‫ك‬ْ‫و‬
َ
‫ك‬َ‫س‬ْ‫ّم‬
َ
‫الّش‬َ‫و‬َ‫و‬
َ‫ر‬َ‫ّم‬
َ
‫ق‬
ْ
‫ال‬ْ‫م‬‫ه‬‫ت‬
ْ
‫ي‬
َ
‫أ‬َ‫ر‬ِ‫ل‬َ‫ين‬ِ‫د‬ِ‫اج‬َ‫س‬
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku [Bapak
Yusuf a.s. ialah Ya’qub a.s., putera Ishaq a.s., putera Ibrahim a.s.],
sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku.” (QS Yûsuf [12]: 4).
Meskipun muatan dan konsekuensi mimpi para Nabi berbeda dengan
orang biasa, bukan berarti mimpi orang awam tak punya makna. Buktinya,
saat para sahabat mengusulkan perihal panggilan shalat, Nabi Muhammad saw
4
akhirnya setuju dan menetapkan syariat adzan dari usul yang didapat mimpi
sahabatnya, Abdullah bin Zaid. Itulah lafazh adzan yang berkumandang
sampai kini hingga akhir zaman.
Tetapi Nabi s.a.w mengingatkan,
َ
‫ل‬
َ
‫ق‬ْ‫ب‬
َ
‫ي‬‫ي‬ِ‫د‬
ْ
‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ة‬َ‫و‬‫ب‬ُ‫اّنل‬‫ء‬ْ َ
‫َش‬
َ
‫ل‬ِ‫إ‬‫ات‬َ ّ
‫ش‬َ‫ب‬‫ّم‬
ْ
‫ال‬‫وا‬‫ال‬
َ
‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬
َ
‫ول‬‫س‬َ‫ر‬ِ
َ
‫اّلل‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬
‫ات‬َ ّ
‫ش‬َ‫ب‬‫ّم‬
ْ
‫ال‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬
ْ
‫ؤ‬ُ‫الر‬‫ة‬َ ِ‫اْل‬ َ‫الّص‬‫ا‬
َ
‫اه‬َ‫ر‬َ‫ي‬‫ل‬‫ج‬َ‫الر‬ْ‫و‬
َ
‫أ‬‫ى‬َ‫ر‬‫ت‬
َ
‫ل‬
“Tidak ada lagi sesudahku kenabian kecuali kabar-kabar gembira.” Para
sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah apa kabar gembira tefsebut?” Rasulullah
bersabda: “Yaitu mimpi yang baik (yang benar) yang dilihat oleh seseorang
atau diperlihatkan kepadanya.” (HR Ahmad dari ‘Aisyah r.a., Musnad Ahmad
ibn Hanbal, VI/129, hadits nomor 25021)
Selanjutnya Nabi saw juga bersabda,
‫ا‬َ‫ي‬
ْ
‫ؤ‬ُ‫الر‬‫ة‬
َ
‫ن‬ َ‫ّس‬َْ
‫اْل‬َ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ل‬‫ج‬َ‫الر‬ِ‫ح‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫الّص‬‫ء‬ْ‫ز‬‫ج‬ْ‫ن‬ِ‫م‬‫ة‬
َ
‫ت‬ِ‫س‬َ‫و‬َ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬
َ
‫أ‬َ‫ن‬ِ‫م‬‫ا‬ً‫ء‬ْ‫ز‬‫ج‬
ِ‫ة‬َ‫و‬‫ب‬ُ‫اّنل‬
”Mimpi yang baik oleh orang yang saleh merupakan satu dari 46 empat puluh
enam) bagian dari mimpi kenabian.” (HR al-Bukhari dari Anas bin Malik r.a.,
Shahîh al-Bukhâriy, IX/38, hadits nomor 6983).
‫ق‬
َ
‫د‬ ْ‫ص‬
َ
‫أ‬‫ا‬َ‫ي‬
ْ
‫ؤ‬ُ‫الر‬ِ‫ار‬َ‫ح‬ْ‫س‬
َ
‫األ‬ِ‫ب‬
‘Mimpi yang paling benar adalah yang terjadi (sebelum fajar) menjelang waktu
sahur.” (HR al-Hakim, Al-Mustadrak, IV/392,hadits nomor 8183 dan at-
Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, IX/29, hadits nomor 2443, dari Abu Sa’id al-
Khudriy r.a.).
Walaupun baik, sebaiknya mimpi tidak terlalu mudah diceritakan
kecuali pada saudara dekat atau yang dipercaya imannya. Seperti kisah Nabi
Yusuf a.s. yang dilarang oleh ayahnya (Nabi Ya’qub a.s.) untuk menceritakan
mimpi baiknya karena khawatir timbul fitnah. Sebagaimana firman Allah,
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬َ َ‫َن‬‫ب‬
َ
‫ل‬ْ‫ص‬‫ّص‬
ْ
‫ق‬
َ
‫ت‬َ‫اك‬َ‫ي‬
ْ
‫ؤ‬‫ر‬
َ َ‫َع‬
َ
‫ك‬ِ‫ت‬َ‫و‬
ْ
‫خ‬ِ‫إ‬
ْ
‫وا‬‫يد‬ِ‫ك‬َ‫ي‬
َ
‫ف‬
َ
‫ك‬
َ
‫ل‬‫ا‬
ً
‫د‬ْ‫ي‬
َ
‫ك‬
َ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫ان‬ َ‫ط‬ْ‫ي‬
َ
‫الّش‬ِ‫ان‬ َ‫نّس‬ِ‫إل‬ِ‫ل‬ّ‫و‬‫د‬َ‫ع‬‫ي‬ِ‫ب‬
ُ
‫م‬
5
“Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu
kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk
membinasakan) mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi
manusia.” (QS Yûsuf [12]: 5).
Apalagi mengadukan dan menanyakan maknanya kepada para tukang
ramal atau – sekarang — paranormal. Karena Nabi saw pernah
memeringatkan,
ْ‫ن‬َ‫م‬
َ
‫ت‬
َ
‫أ‬‫ا‬
ً
‫ن‬ِ‫ه‬
َ
‫َك‬ْ‫و‬
َ
‫أ‬‫ا‬
ً
‫اف‬َ‫ر‬َ‫ع‬‫ه‬
َ
‫ق‬
َ
‫د‬ َ‫ّص‬
َ
‫ف‬‫ا‬َ‫ّم‬ِ‫ب‬‫ول‬‫ق‬
َ
‫ي‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ف‬َ‫ر‬
َ
‫ف‬
َ
‫ك‬‫ا‬َ‫ّم‬ِ‫ب‬
َ
‫ل‬ِ‫ز‬
ْ
‫ن‬‫أ‬
َ َ‫َع‬
‫د‬َ‫ّم‬
َ
‫ُم‬
َ
‫ّل‬ َ‫ص‬
َ
‫اّلل‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬َ‫م‬
َ
‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬
“Barangsiapa mendatangi seorang dukun atau peramal kemudian
membenarkan apa yang ia katakan, maka ia telah kafir terhadap wahyu yang
diturunkan kepada Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam.” (HR Ahmad dari
Abu Hurairah dan Al-Hasan bin Ali, Musnad Ahmad ibn Hanbal, II/429, hadits
nomor 9532)
ْ‫ن‬َ‫م‬
َ
‫ت‬
َ
‫أ‬‫ا‬
ً
‫اف‬َ‫ر‬َ‫ع‬
َ
‫ل‬
َ
‫أ‬ َ‫ّس‬
َ
‫ف‬ْ‫ن‬
َ
‫ع‬‫ء‬ ْ َ
‫َش‬ْ‫م‬
َ
‫ل‬
ْ
‫ل‬َ‫ب‬
ْ
‫ق‬‫ت‬
َ
‫ل‬‫ة‬
َ
‫ل‬ َ‫ص‬َ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬
َ
‫أ‬
ً
‫ة‬
َ
‫ل‬ْ َ
‫َل‬
“Barangsiapa mendatangi peramal, lalu menanyakan sesuatu dan
membenarkan ucapannya, maka shalatnya tidak diterima selama 40 [empat
puluh] hari.” (HR Muslim dari sebagian isteri Nabi saw, Shahîh Muslim,
VII/37, hadits nomor 5957; HR Ath-Thabarani dari Umar bin al-Khaththab
r.a., Al-Mu’jam al-Ausath, IX/76, hadits nomor 9172).
Sedangkan yang terkait dengan mimpi buruk, Nabi saw melarang untuk
menceritakannya,
‫ا‬َ‫ي‬
ْ
‫ؤ‬ُ‫الر‬‫ة‬َ ِ‫اْل‬ َ‫الّص‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ
َ
‫اّلل‬
ْ
‫ؤ‬ُ‫الر‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ي‬‫ء‬ْ‫و‬ َ‫الّس‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ان‬ َ‫ط‬ْ‫ي‬
َ
‫الّش‬ْ‫ن‬َ‫ّم‬
َ
‫ف‬‫ى‬
َ
‫أ‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫ي‬
ْ
‫ؤ‬‫ر‬
َ‫ه‬ِ‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ف‬‫ا‬َ‫ه‬
ْ
‫ن‬ِ‫م‬‫ا‬ً‫ئ‬
ْ
‫ي‬
َ
‫ش‬
ْ
‫ث‬‫ف‬
ْ
‫ن‬َ‫ي‬
ْ
‫ل‬
َ
‫ف‬ْ‫ن‬
َ
‫ع‬ِ‫ه‬ِ‫ار‬ َ‫ّس‬َ‫ي‬َ‫و‬
ْ
‫ذ‬َ‫و‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ ْ
‫َل‬ِ
َ
‫اّلل‬ِ‫ب‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ان‬ َ‫ط‬ْ‫ي‬
َ
‫الّش‬
‫ه‬ُ‫رُض‬
َ
‫ت‬
َ
‫ل‬
َ
‫ل‬َ‫و‬ْ
ِ‫ب‬
ْ
‫ُي‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬‫ا‬
ً
‫د‬َ‫ح‬
َ
‫أ‬
ْ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫ف‬‫ى‬
َ
‫أ‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫ي‬
ْ
‫ؤ‬‫ر‬
ً
‫ة‬
َ
‫ن‬ َ‫ّس‬َ‫ح‬ْ
ِ‫ش‬
ْ
‫ب‬‫ي‬
ْ
‫ل‬
َ
‫ف‬
َ
‫ل‬َ‫و‬ْ
ِ‫ب‬
ْ
‫ُي‬
َ
‫ل‬ِ‫إ‬
ْ‫ن‬َ‫م‬ُ‫ب‬ِ‫ُي‬
“Mimpi yang baik datang dari Allah dan mimpi yang buruk datang dari setan;
barangsiapa yang bermimpi buruk maka hendaklah ia meludah ke sebelah
kirinya dan meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan, niscaya
tidak akan membahayakannya. Dan jangan menceritakan mimpi itu kepada
6
siapa pun. Dan jika dia bermimpi baik maka bergembiralah dan jangan
menceritakannya kecuali kepada orang orang yang dicintai.” (HR Muslim dari
Abu Qatadah, Shahîh Muslim, VII/51, hadits nomor 6039).
Tetapi, yang harus diingat, bahwa kualifikasi kesalehan manusia itu
beragam, dan oleh karenananya menjadikan kebenaran mimpinya tidaklah
mutlak sama. Bisa benar dan boleh jadi salah. Dalam hal ini, Yusuf al-
Qaradhawi – dalam sebuah tulsannya -- memberikan pernyataan (untuk
mengingatkan): “jika kita ingin bermimpi baik atau benar, hendaklah diri kita
senantiasa bersifat benar, makan makanan yang halal, peduli perintah dan
larangan-Nya, tidur dalam keadaan suci dan biasakan untuk menghadap kiblat
(meskipun hal ini bukan merupakan keharusan, pen.), serta berdzikir sampai
tertidur. Dengan membiasakan hal-hal yang baik, insyâallah kita akan selalu
mendapatkan lindungan Allah.”
Jadi, mimpi bisa jadi merupakan petunjuk yang baik. Tetapi di sisi lain,
bisa jadi hanyalah merupakan bunga tidur yang tidak harus dimaknai sebagai
petunjuk. Bahkan, bisa jadi setan pun sangan mungkin bermain dalam mimpi
kita, dalam rangka menggoda dan menjerumuskan diri kita ke dalam lembah
kemaksiatan.
Memang dalam tidur kita bisa saja bermimpi secara tiba-tiba tanpa kita
ketahui sebelumnya. Tapi, apapun mimpinya entah itu baik atau buruk
usahakan selalu membaca doa (Silakan pelajari: Doa Ketika Mimpi Baik dan
Mimpi Buruk).
Dan, mengingat mimpi datang tanpa kita ketahui sebelumnya, maka
alangkah baiknya sebelum tidur panjatkan doa (Silakan pelajari: Bacaan Doa
sebelum Tidur), atau kita juga langsung bisa meminta atau memohon kepada
Allah SWT untuk didatangkan mimpi yang baik dan indah saat tidur. Berikut
adalah –sebuah contoh -- lafazh doa agar (supaya) mendapatkan mimpi baik,
yang banyak diajarkan oleh para ustadz, yang menurut hasil penulusuran
penulis, merupakan doa yang biasa diucapkan oleh‘Aisyah r.a. (isteri
Rasulullah saw),
“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu mimpi yang baik yang benar dan tidak
dusta, yang bermanfaat dan tidak berbahaya.” (Ibnu Sunni, ‘Amal al-Yaum wa
al-Lailah, juz III, hal.413, no. 741)
Itulah bacaan doa (meminta agar) dapat mimpi baik, yang dengan doa
itu semoga kita semua selalu emndapatkan sesuatu yang terbaik dari Allah.
Āmîn.
Wallâhu al-Musta’ân. Nashrun Min Allâh, wa Fathun Qarîb.
7
(Tulisan ini bermula dari kutipan dan hasil elaborasi dari tulisan La Ode
Sidratullah, Jumat, 11 Agustus 2006, dengan judul: “Mimpi”, dalam
http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=260322&kat_id=14. Tulisan
in – kemudian – penulis sempurnakan dengan mengutip beberapa sumber
yang lain, baik dari tulisan-tulisan lepas di beberapa situs internet, maupun
hasil bincang-bincang penulis dengan beberapa nara sumber yang sempat
penuli temui)
Sumber: http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/mimpi-apa-maknanya/

More Related Content

Similar to Mimpi, apa maknanya

Similar to Mimpi, apa maknanya (8)

Rian Riana - Tafsir mimpi menurut barat dan islam
Rian Riana - Tafsir mimpi menurut barat dan islamRian Riana - Tafsir mimpi menurut barat dan islam
Rian Riana - Tafsir mimpi menurut barat dan islam
 
Tafsir mimpi
Tafsir mimpiTafsir mimpi
Tafsir mimpi
 
Tafsir mimpi
Tafsir mimpiTafsir mimpi
Tafsir mimpi
 
Lailatul qodar
Lailatul qodarLailatul qodar
Lailatul qodar
 
Lailatul qodar
Lailatul qodarLailatul qodar
Lailatul qodar
 
Sama Bermula Dari Mimpi para nabi AS.pptx
Sama Bermula Dari Mimpi para nabi AS.pptxSama Bermula Dari Mimpi para nabi AS.pptx
Sama Bermula Dari Mimpi para nabi AS.pptx
 
Tafsir mimpi
Tafsir mimpiTafsir mimpi
Tafsir mimpi
 
Tafsir mimpi
Tafsir mimpiTafsir mimpi
Tafsir mimpi
 

More from Muhsin Hariyanto

Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlMuhsin Hariyanto
 
Membuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMembuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMuhsin Hariyanto
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaMuhsin Hariyanto
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramMuhsin Hariyanto
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Muhsin Hariyanto
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisMuhsin Hariyanto
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikMuhsin Hariyanto
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMuhsin Hariyanto
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMuhsin Hariyanto
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMuhsin Hariyanto
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaMuhsin Hariyanto
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihMuhsin Hariyanto
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiMuhsin Hariyanto
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Muhsin Hariyanto
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahMuhsin Hariyanto
 
Memahami konsep dan implementasi at tamakkun
Memahami konsep dan implementasi at tamakkunMemahami konsep dan implementasi at tamakkun
Memahami konsep dan implementasi at tamakkunMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserl
 
Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01
 
Membuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMembuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunci
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulis
 
Meraih haji mabrur
Meraih haji mabrurMeraih haji mabrur
Meraih haji mabrur
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politik
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halal
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta makna
 
Belajar memberi maaf
Belajar memberi maafBelajar memberi maaf
Belajar memberi maaf
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
 
Bermuhammadiyah
BermuhammadiyahBermuhammadiyah
Bermuhammadiyah
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyah
 
Memahami konsep dan implementasi at tamakkun
Memahami konsep dan implementasi at tamakkunMemahami konsep dan implementasi at tamakkun
Memahami konsep dan implementasi at tamakkun
 

Recently uploaded

PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...KangSarungPangeranBe
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024GilbertFibriyantAdan
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEIGilbertFibriyantAdan
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7Adam Hiola
 
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islamKEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islamsyifaavirarachman
 
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.pptMichaelPateh1
 

Recently uploaded (6)

PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
 
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islamKEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
 
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
 

Mimpi, apa maknanya

  • 1. 1 Mimpi, Apa Maknanya? TULISAN ini semula hanya merupakan bagian dari coretan ‘iseng’ dari penulis. Tetapi, karena ada salah seorang mantan mahasiswa saya yang bertanya tentang “Makna Mimpi”, sebut saja namanya mBak Siti, maka tulisan ini kemudian saya sempurrnakan, dengan mengutip salah satu tulisan yang tersedia di ‘file’ saya, yang berasal dari sebuah situs internet. Mimpi — sebagaimana kita maklumi — tidak hanya dialami manusia biasa. Banyak di antara tokoh dan ‘orang-orang’ penting di kalangan masyarakat kita yang juga mengalaminya. Dan kini, semakin banyak orang yang ‘penasaran’ terhadap makna mimpi, sehingga muncullah tafsir-tafsir – banyak kalangan — atas mimpi. Orang Jawa – misalnya — memiliki ‘Ngelmu’ Tafsir Mimpi. ‘Ngelmu’ Tafsir Mimpi Orang Jawa didapat melalui ‘Ngelmu Titen’, yakni mencermati kejadian yang berulang-ulang, sambil melakukan konsentrasi tinggi agar dapat memfokuskan diri pada rasa yang netral. Sehingga dapat dibedakan mana bentuk mimpi yang hanya bunga tidur, mana yang merupakan Sasmita atau Pralambang. Tafsir mimpi yang bersifat alamat buruk, anggap saja sekadar menjadi iseng-iseng, lelucon, atau sebagai intermezzo. Dipercaya boleh-boleh saja, tidak pun juga tidak ada masalah. Kendati demikian, banyak pula yang percaya karena memang sering terjadi match antara mimpi dengan kenyataan yang terjadi di kemudian hari. Orang boleh percaya atau tidak, tidak ada pemaksaan. “Kamus Tafsir Mimpi” kita hargai sebagai karya budaya sastra nenek moyang kita zaman dulu yang “berkreasi” untuk meraih“NgelmuTiten”. Semua itu dilakukan sebagai upaya menyibak makna di balik mimpi. Terkadang mimpi tidak hanya sekadar menjadi bunga tidur, namun ada pula yang disebut sebagai PuspaTajem, Sasmitoningroh, Daradasih. Yakni mimpi yang menjadi pralambang, pertanda, sasmita agar supaya kita menjadi lebih hati-hati, ‘eling’, waspada. Dan yang bersifat pertanda menggembirakan jangan sampai membuat kewaspadaan kita justeru menjadi lengah. Terlepas kita percaya atau tidak, soal mimpi ternyata juga menjadi salah satu pasal dalam kebudayaan kita, terutama kebudayaan Jawa. Mimpi – dalam budaya Jawa — dibagi dalam 3 (tiga) kategori berdasarkan waktunya, yaitu titiyoni, gandayoni dan puspa tajem. (1) Titiyoni, adalah mimpi yang terjadi sebelum tengah malam dan tidak ada artinya. Mungkin karena tidur sejak sore, maka sebelum tengah malam sudah ‘keburu’ kenyang, sehingga muncul mimpi; (2) Gandayoni (baca: Gondoyoni), adalah mimpi yang terjadi setelah lewat tengah malam sebelum pagi. Umumnya memimpikan hal yang pernah dialami dan sangat berkesan. Misalnya mimpi ‘memancing’, karena memang memiliki hobi ‘mancing’, atau memimpikan hal-hal yang sangat diinginkan. Misalnya mimpi ‘punya’ Jeep Wrangler JK baru, karena memang sedang ‘ngiler-pingin’ memiliki mobil tersebut; (3) Puspa Tajem (baca: Puspo Tajem), adalah mimpi yang terjadi di saat menjelang subuh. Mimpi itu biasanya – dalam pemahaman orang Jawa — merupakan ‘wangsit’ atau pertanda sesuatu
  • 2. 2 yang akan terjadi. Namanya juga pertanda, tidak harus eksplisit. Misalnya mimpi ‘nunggang gajah’, merupakan pertanda “akan mendapat kemujuran”. Berdasarkan hasil penelusuran penulis di beberapa sumber tulisan, ternyata para Nabi dan Rasul pun juga pernah mengalaminya. Bahkan, salah satu jalur turunnya wahyu kepada utusan-Nya adalah melalui mimpi. Misalnya, ketika diperintah Allah SWT untuk menyembelih puteranya (Isma’il), Nabi Ibrahim a.s. mendapatinya melalui mimpi, ‫ا‬َ‫ّم‬ َ ‫ل‬ َ ‫ف‬ َ ‫غ‬ َ ‫ل‬َ‫ب‬‫ه‬َ‫ع‬َ‫م‬َ ْ‫ع‬ َ‫الّس‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬َ َ‫َن‬‫ب‬ ّ ِ‫ن‬ِ‫إ‬‫ى‬َ‫ر‬ َ ‫أ‬ِ‫ف‬ِ‫ام‬ َ ‫ن‬َ‫ّم‬ ْ ‫ال‬ ّ ِ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫ك‬ َ ‫َب‬ ْ ‫ذ‬ َ ‫أ‬ْ‫ر‬‫انظ‬ َ ‫ف‬ ‫ا‬ َ ‫اذ‬َ‫م‬‫ى‬َ‫ر‬ َ ‫ت‬ۚ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ت‬َ‫ب‬ َ ‫أ‬ ْ ‫ل‬َ‫ع‬ ْ ‫اف‬َ‫م‬‫ا‬‫ر‬َ‫م‬ ْ ‫ؤ‬‫ت‬ِۖ‫ن‬‫د‬ِ‫ج‬َ‫ت‬َ‫س‬‫ن‬ِ‫إ‬َ‫اء‬ َ ‫ش‬ َ ‫اّلل‬َ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ين‬ِ‫ر‬ِ‫اب‬ َ‫الّص‬﴿٢٠١﴾‫ا‬َ‫ّم‬ َ ‫ل‬ َ ‫ف‬‫ا‬َ‫ّم‬ َ ‫ل‬ْ‫س‬ َ ‫أ‬‫ه‬ َ ‫ل‬ َ ‫ت‬َ‫و‬ِ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ج‬ ْ ‫ل‬ِ‫ل‬﴿٢٠١﴾‫اه‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ي‬ َ ‫اد‬ َ ‫ن‬َ‫و‬‫ن‬ َ ‫أ‬‫ا‬َ‫ي‬ ‫يم‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ب‬ِ‫إ‬﴿٢٠١﴾ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬َ‫ت‬ ْ ‫ق‬ َ ‫د‬ َ‫ص‬‫ا‬َ‫ي‬ ْ ‫ؤ‬ُ‫الر‬ۚ‫ا‬ َ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫ذ‬ َ ‫ك‬ٰ َ ‫ك‬ِ‫ل‬‫ي‬ِ‫ز‬ ْ َ ‫َن‬َ‫ي‬ِ‫ن‬ ِ‫ّس‬ ْ ‫ح‬‫ّم‬ ْ ‫ال‬ ﴿٢٠١﴾ َ ‫ن‬ِ‫إ‬‫ـ‬ َ ‫ه‬‫ا‬ َ ‫ذ‬َ‫و‬‫ه‬ َ ‫ل‬َ ْ ‫ال‬‫ء‬ َ ‫ل‬‫ي‬ِ‫ب‬‫ّم‬ ْ ‫ال‬﴿٢٠١﴾‫اه‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ي‬ َ ‫د‬ َ ‫ف‬َ‫و‬‫ح‬ْ‫ب‬ِ‫ذ‬ِ‫ب‬‫يم‬ِ‫ظ‬َ‫ع‬ ﴿٢٠١﴾ “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu [Yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah memercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah SWT dan wajib melaksana- kannya]. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar [Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s., maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari raya haji]. (QS ash-Shaffât [37]: 102-107). Nabi Muhammad saw diberitahu oleh Allah SWT melalui mimpi,bahwa dirinya akan memasuki Masjidil Haram dengan aman tanpa diliputi rasa takut,
  • 3. 3 ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ َ ‫ق‬ َ ‫د‬ َ‫ص‬ َ ‫اّلل‬ َ ‫ول‬‫س‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫ي‬ ْ ‫ؤ‬ُ‫الر‬ّ‫ق‬َْ ‫اْل‬ِ‫ب‬َ‫ن‬‫ل‬‫خ‬ ْ ‫د‬َ َ ‫َل‬ َ ‫د‬ِ‫ج‬ْ‫ّس‬َ‫ّم‬ ْ ‫ال‬َ‫ام‬َ‫ر‬َْ ‫اْل‬ ْ ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫اء‬ َ ‫ش‬ َ ‫اّلل‬َ‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫م‬‫آ‬َ‫ي‬ِ‫ق‬ ّ ‫ل‬ َ ‫ُم‬ْ‫م‬‫ك‬َ‫وس‬‫ء‬‫ر‬َ‫ين‬ِ ّ ‫ِّص‬ َ ‫ق‬‫م‬َ‫و‬ َ ‫ل‬ َ ‫ون‬‫اف‬ َ َ ‫َت‬َ‫م‬ِ‫ل‬َ‫ع‬ َ ‫ف‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫م‬ َ ‫ل‬ ‫وا‬‫ّم‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ع‬ َ ‫ت‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ َ ‫ف‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ون‬‫د‬ َ ‫ك‬ِ‫ل‬ َ ‫ذ‬‫ا‬ً‫ح‬ ْ ‫ت‬ َ ‫ف‬‫ا‬ً‫يب‬ِ‫ر‬ َ ‫ق‬ “Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insyaallah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat [selang beberapa lama sebelum terjadi perdamaian Hudaibiyah Nabi Muhammad saw bermimpi bahwa beliau bersama para sahabatnya memasuki kota Mekah dan Masjidil Haram dalam keadaan sebagian mereka bercukur rambut dan sebahagian lagi bergunting. Nabi saw mengatakan bahwa mimpi beliau itu akan terjadi nanti. Kemudian berita ini tersiar di kalangan kaum muslimin, orang-orang munafik, orang-orang Yahudi dan Nasrani. Setelah terjadi perdamaian Hudaibiyah dan kaum muslimin waktu itu tidak sampai memasuki Mekah. Maka orang-orang munafik memperolok-olokkan Nabi saw dan menyatakan bahwa mimpi Nabi saw yang dikatakan beliau pasti akan terjadi itu adalah bohong belaka. Maka turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi saw itu pasti akan menjadi kenyataan di tahun yang akan datang. Dan sebelum itu dalam waktu yang dekat Nabi saw akan menaklukkan kota Khaibar. Andaikata pada tahun terjadinya perdamaian Hudaibiyah itu kaum muslimin memasuki kota Mekah, maka dikhawatirkan keselamatan orang-orang yang menyembunyikan imannya yang berada dalam kota Mekah waktu itu].” (QS al-Fath [48]: 27). Isyarat kenabian Yusuf a.s. diperlihatkan Allah SWT melalui mimpi dengan melihat 11 (sebelas) bintang, matahari, dan bulan yang bersujud kepadanya, ْ ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ف‬‫وس‬‫ي‬‫ي‬ِ‫ب‬ َ ‫أل‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ي‬ِ‫بت‬ َ ‫أ‬ ّ ‫ن‬ِ‫إ‬‫ت‬ْ‫ي‬ َ ‫أ‬َ‫ر‬ َ ‫د‬َ‫ح‬ َ ‫أ‬َ َ ‫ش‬َ‫ع‬‫ا‬ً‫ب‬ َ ‫ك‬ْ‫و‬ َ ‫ك‬َ‫س‬ْ‫ّم‬ َ ‫الّش‬َ‫و‬َ‫و‬ َ‫ر‬َ‫ّم‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ال‬ْ‫م‬‫ه‬‫ت‬ ْ ‫ي‬ َ ‫أ‬َ‫ر‬ِ‫ل‬َ‫ين‬ِ‫د‬ِ‫اج‬َ‫س‬ “(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku [Bapak Yusuf a.s. ialah Ya’qub a.s., putera Ishaq a.s., putera Ibrahim a.s.], sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (QS Yûsuf [12]: 4). Meskipun muatan dan konsekuensi mimpi para Nabi berbeda dengan orang biasa, bukan berarti mimpi orang awam tak punya makna. Buktinya, saat para sahabat mengusulkan perihal panggilan shalat, Nabi Muhammad saw
  • 4. 4 akhirnya setuju dan menetapkan syariat adzan dari usul yang didapat mimpi sahabatnya, Abdullah bin Zaid. Itulah lafazh adzan yang berkumandang sampai kini hingga akhir zaman. Tetapi Nabi s.a.w mengingatkan, َ ‫ل‬ َ ‫ق‬ْ‫ب‬ َ ‫ي‬‫ي‬ِ‫د‬ ْ ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ة‬َ‫و‬‫ب‬ُ‫اّنل‬‫ء‬ْ َ ‫َش‬ َ ‫ل‬ِ‫إ‬‫ات‬َ ّ ‫ش‬َ‫ب‬‫ّم‬ ْ ‫ال‬‫وا‬‫ال‬ َ ‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬ َ ‫ول‬‫س‬َ‫ر‬ِ َ ‫اّلل‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫ات‬َ ّ ‫ش‬َ‫ب‬‫ّم‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬ ْ ‫ؤ‬ُ‫الر‬‫ة‬َ ِ‫اْل‬ َ‫الّص‬‫ا‬ َ ‫اه‬َ‫ر‬َ‫ي‬‫ل‬‫ج‬َ‫الر‬ْ‫و‬ َ ‫أ‬‫ى‬َ‫ر‬‫ت‬ َ ‫ل‬ “Tidak ada lagi sesudahku kenabian kecuali kabar-kabar gembira.” Para sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah apa kabar gembira tefsebut?” Rasulullah bersabda: “Yaitu mimpi yang baik (yang benar) yang dilihat oleh seseorang atau diperlihatkan kepadanya.” (HR Ahmad dari ‘Aisyah r.a., Musnad Ahmad ibn Hanbal, VI/129, hadits nomor 25021) Selanjutnya Nabi saw juga bersabda, ‫ا‬َ‫ي‬ ْ ‫ؤ‬ُ‫الر‬‫ة‬ َ ‫ن‬ َ‫ّس‬َْ ‫اْل‬َ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ل‬‫ج‬َ‫الر‬ِ‫ح‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫الّص‬‫ء‬ْ‫ز‬‫ج‬ْ‫ن‬ِ‫م‬‫ة‬ َ ‫ت‬ِ‫س‬َ‫و‬َ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬ َ ‫أ‬َ‫ن‬ِ‫م‬‫ا‬ً‫ء‬ْ‫ز‬‫ج‬ ِ‫ة‬َ‫و‬‫ب‬ُ‫اّنل‬ ”Mimpi yang baik oleh orang yang saleh merupakan satu dari 46 empat puluh enam) bagian dari mimpi kenabian.” (HR al-Bukhari dari Anas bin Malik r.a., Shahîh al-Bukhâriy, IX/38, hadits nomor 6983). ‫ق‬ َ ‫د‬ ْ‫ص‬ َ ‫أ‬‫ا‬َ‫ي‬ ْ ‫ؤ‬ُ‫الر‬ِ‫ار‬َ‫ح‬ْ‫س‬ َ ‫األ‬ِ‫ب‬ ‘Mimpi yang paling benar adalah yang terjadi (sebelum fajar) menjelang waktu sahur.” (HR al-Hakim, Al-Mustadrak, IV/392,hadits nomor 8183 dan at- Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, IX/29, hadits nomor 2443, dari Abu Sa’id al- Khudriy r.a.). Walaupun baik, sebaiknya mimpi tidak terlalu mudah diceritakan kecuali pada saudara dekat atau yang dipercaya imannya. Seperti kisah Nabi Yusuf a.s. yang dilarang oleh ayahnya (Nabi Ya’qub a.s.) untuk menceritakan mimpi baiknya karena khawatir timbul fitnah. Sebagaimana firman Allah, َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ا‬َ‫ي‬َ َ‫َن‬‫ب‬ َ ‫ل‬ْ‫ص‬‫ّص‬ ْ ‫ق‬ َ ‫ت‬َ‫اك‬َ‫ي‬ ْ ‫ؤ‬‫ر‬ َ َ‫َع‬ َ ‫ك‬ِ‫ت‬َ‫و‬ ْ ‫خ‬ِ‫إ‬ ْ ‫وا‬‫يد‬ِ‫ك‬َ‫ي‬ َ ‫ف‬ َ ‫ك‬ َ ‫ل‬‫ا‬ ً ‫د‬ْ‫ي‬ َ ‫ك‬ َ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫ان‬ َ‫ط‬ْ‫ي‬ َ ‫الّش‬ِ‫ان‬ َ‫نّس‬ِ‫إل‬ِ‫ل‬ّ‫و‬‫د‬َ‫ع‬‫ي‬ِ‫ب‬ ُ ‫م‬
  • 5. 5 “Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS Yûsuf [12]: 5). Apalagi mengadukan dan menanyakan maknanya kepada para tukang ramal atau – sekarang — paranormal. Karena Nabi saw pernah memeringatkan, ْ‫ن‬َ‫م‬ َ ‫ت‬ َ ‫أ‬‫ا‬ ً ‫ن‬ِ‫ه‬ َ ‫َك‬ْ‫و‬ َ ‫أ‬‫ا‬ ً ‫اف‬َ‫ر‬َ‫ع‬‫ه‬ َ ‫ق‬ َ ‫د‬ َ‫ّص‬ َ ‫ف‬‫ا‬َ‫ّم‬ِ‫ب‬‫ول‬‫ق‬ َ ‫ي‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ف‬َ‫ر‬ َ ‫ف‬ َ ‫ك‬‫ا‬َ‫ّم‬ِ‫ب‬ َ ‫ل‬ِ‫ز‬ ْ ‫ن‬‫أ‬ َ َ‫َع‬ ‫د‬َ‫ّم‬ َ ‫ُم‬ َ ‫ّل‬ َ‫ص‬ َ ‫اّلل‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬َ‫م‬ َ ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ “Barangsiapa mendatangi seorang dukun atau peramal kemudian membenarkan apa yang ia katakan, maka ia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam.” (HR Ahmad dari Abu Hurairah dan Al-Hasan bin Ali, Musnad Ahmad ibn Hanbal, II/429, hadits nomor 9532) ْ‫ن‬َ‫م‬ َ ‫ت‬ َ ‫أ‬‫ا‬ ً ‫اف‬َ‫ر‬َ‫ع‬ َ ‫ل‬ َ ‫أ‬ َ‫ّس‬ َ ‫ف‬ْ‫ن‬ َ ‫ع‬‫ء‬ ْ َ ‫َش‬ْ‫م‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ل‬َ‫ب‬ ْ ‫ق‬‫ت‬ َ ‫ل‬‫ة‬ َ ‫ل‬ َ‫ص‬َ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬ َ ‫أ‬ ً ‫ة‬ َ ‫ل‬ْ َ ‫َل‬ “Barangsiapa mendatangi peramal, lalu menanyakan sesuatu dan membenarkan ucapannya, maka shalatnya tidak diterima selama 40 [empat puluh] hari.” (HR Muslim dari sebagian isteri Nabi saw, Shahîh Muslim, VII/37, hadits nomor 5957; HR Ath-Thabarani dari Umar bin al-Khaththab r.a., Al-Mu’jam al-Ausath, IX/76, hadits nomor 9172). Sedangkan yang terkait dengan mimpi buruk, Nabi saw melarang untuk menceritakannya, ‫ا‬َ‫ي‬ ْ ‫ؤ‬ُ‫الر‬‫ة‬َ ِ‫اْل‬ َ‫الّص‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ َ ‫اّلل‬ ْ ‫ؤ‬ُ‫الر‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ي‬‫ء‬ْ‫و‬ َ‫الّس‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ان‬ َ‫ط‬ْ‫ي‬ َ ‫الّش‬ْ‫ن‬َ‫ّم‬ َ ‫ف‬‫ى‬ َ ‫أ‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫ي‬ ْ ‫ؤ‬‫ر‬ َ‫ه‬ِ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ف‬‫ا‬َ‫ه‬ ْ ‫ن‬ِ‫م‬‫ا‬ً‫ئ‬ ْ ‫ي‬ َ ‫ش‬ ْ ‫ث‬‫ف‬ ْ ‫ن‬َ‫ي‬ ْ ‫ل‬ َ ‫ف‬ْ‫ن‬ َ ‫ع‬ِ‫ه‬ِ‫ار‬ َ‫ّس‬َ‫ي‬َ‫و‬ ْ ‫ذ‬َ‫و‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ ْ ‫َل‬ِ َ ‫اّلل‬ِ‫ب‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ان‬ َ‫ط‬ْ‫ي‬ َ ‫الّش‬ ‫ه‬ُ‫رُض‬ َ ‫ت‬ َ ‫ل‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ْ ِ‫ب‬ ْ ‫ُي‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬‫ا‬ ً ‫د‬َ‫ح‬ َ ‫أ‬ ْ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫ف‬‫ى‬ َ ‫أ‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫ي‬ ْ ‫ؤ‬‫ر‬ ً ‫ة‬ َ ‫ن‬ َ‫ّس‬َ‫ح‬ْ ِ‫ش‬ ْ ‫ب‬‫ي‬ ْ ‫ل‬ َ ‫ف‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ْ ِ‫ب‬ ْ ‫ُي‬ َ ‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ُ‫ب‬ِ‫ُي‬ “Mimpi yang baik datang dari Allah dan mimpi yang buruk datang dari setan; barangsiapa yang bermimpi buruk maka hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya dan meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan, niscaya tidak akan membahayakannya. Dan jangan menceritakan mimpi itu kepada
  • 6. 6 siapa pun. Dan jika dia bermimpi baik maka bergembiralah dan jangan menceritakannya kecuali kepada orang orang yang dicintai.” (HR Muslim dari Abu Qatadah, Shahîh Muslim, VII/51, hadits nomor 6039). Tetapi, yang harus diingat, bahwa kualifikasi kesalehan manusia itu beragam, dan oleh karenananya menjadikan kebenaran mimpinya tidaklah mutlak sama. Bisa benar dan boleh jadi salah. Dalam hal ini, Yusuf al- Qaradhawi – dalam sebuah tulsannya -- memberikan pernyataan (untuk mengingatkan): “jika kita ingin bermimpi baik atau benar, hendaklah diri kita senantiasa bersifat benar, makan makanan yang halal, peduli perintah dan larangan-Nya, tidur dalam keadaan suci dan biasakan untuk menghadap kiblat (meskipun hal ini bukan merupakan keharusan, pen.), serta berdzikir sampai tertidur. Dengan membiasakan hal-hal yang baik, insyâallah kita akan selalu mendapatkan lindungan Allah.” Jadi, mimpi bisa jadi merupakan petunjuk yang baik. Tetapi di sisi lain, bisa jadi hanyalah merupakan bunga tidur yang tidak harus dimaknai sebagai petunjuk. Bahkan, bisa jadi setan pun sangan mungkin bermain dalam mimpi kita, dalam rangka menggoda dan menjerumuskan diri kita ke dalam lembah kemaksiatan. Memang dalam tidur kita bisa saja bermimpi secara tiba-tiba tanpa kita ketahui sebelumnya. Tapi, apapun mimpinya entah itu baik atau buruk usahakan selalu membaca doa (Silakan pelajari: Doa Ketika Mimpi Baik dan Mimpi Buruk). Dan, mengingat mimpi datang tanpa kita ketahui sebelumnya, maka alangkah baiknya sebelum tidur panjatkan doa (Silakan pelajari: Bacaan Doa sebelum Tidur), atau kita juga langsung bisa meminta atau memohon kepada Allah SWT untuk didatangkan mimpi yang baik dan indah saat tidur. Berikut adalah –sebuah contoh -- lafazh doa agar (supaya) mendapatkan mimpi baik, yang banyak diajarkan oleh para ustadz, yang menurut hasil penulusuran penulis, merupakan doa yang biasa diucapkan oleh‘Aisyah r.a. (isteri Rasulullah saw), “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu mimpi yang baik yang benar dan tidak dusta, yang bermanfaat dan tidak berbahaya.” (Ibnu Sunni, ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah, juz III, hal.413, no. 741) Itulah bacaan doa (meminta agar) dapat mimpi baik, yang dengan doa itu semoga kita semua selalu emndapatkan sesuatu yang terbaik dari Allah. Āmîn. Wallâhu al-Musta’ân. Nashrun Min Allâh, wa Fathun Qarîb.
  • 7. 7 (Tulisan ini bermula dari kutipan dan hasil elaborasi dari tulisan La Ode Sidratullah, Jumat, 11 Agustus 2006, dengan judul: “Mimpi”, dalam http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=260322&kat_id=14. Tulisan in – kemudian – penulis sempurnakan dengan mengutip beberapa sumber yang lain, baik dari tulisan-tulisan lepas di beberapa situs internet, maupun hasil bincang-bincang penulis dengan beberapa nara sumber yang sempat penuli temui) Sumber: http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/mimpi-apa-maknanya/