1. KARYA TULIS ILMIAH
1.1 Pentingnya Tata Tulis Karya Ilmiah
Kemajuan manusia tidak akan terjadi tanpa kemajuan ilmu. Temuan demi temuan
telah menuntun perjalanan peradaban manusia dari serba alami sampai pada peradaban
serba ilmiah. Artinya, manusia yang semula hidup semata-mata bergantung pada
kehendak alam, berkat kemajuan ilmu, berangsur-angsur menjadi hidup menurut
kehendaknya sendiri dengan cara mengendalikan kehendak alam. Kemajuan pemanfaatan
alam itu terjadi karena setiap temuan digunakan pijakan untuk penemuan berikutnya.
Semua temuan beserta prosesnya hanya bisa dimanfaatkan oleh generasi penerus jika ada
dokumen. Salah satu bentuk dokumen ilmiah yang sangat penting adalah karya tulis
ilmiah. Selain itu, karya tulis ilmiah tidak kalah pentingnya sebagai sarana komunikasi
ilmiah yang sangat efektif bagi masyarakat pada zamannya.
Tata tulis karya ilmiah adalah cara menyusun tulisan tentang perencanaan,
pelaksanaan, dan hasil suatu kajian ilmiah. Cara menyusun tulisan tersebut meliputi
penggunaan bahasa, pengurutan materi tulisan, dan penampilan naskah. Perencanaan
kegiatan maksudnya menentukan dan menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan
beserta objek-objeknya, sedangkan pelaksanaan kegiatan adalah cara kegiatan itu
dilakukan tahap demi tahap. Sementara itu, hasil kegiatan adalah segala hal yang telah
dicapai oleh kegiatan itu.
Pembahasan mengenai kegiatan ilmiah terdiri dari tiga aspek yaitu materi kajian,
cara pengkajian, dan tujuan pengkajian. Materi kajian adalah segala fenomena masalah
yang ada dalam kehidupan, sedangkan cara pengkajian adalah metode yang digunakan
untuk mengenali segala yang ada dalam kehidupan itu. Tujuan pengkajian adalah
memprediksi dan atau mengendalikan berbagai fenomena dalam kehidupan supaya
bermanfaat bagi manusia. Dengan demikian, suatu kegiatan dikatakan ilmiah apabila
kegiatan itu mengkaji berbagai fenomena dalam kehidupan dengan menggunakan metode
tertentu sehingga hasilnya dapat dipakai untuk memprediksi atau mengintrol fenomena
kehidupan itu.
1.2 Syarat dan Subjek Karya Ilmiah
Syarat dan subjek karya ilmiah sebagai berikut:
1. menggunakan bahasa tulis ilmiah;
2. mengangkat fenomena yang terdapat dalam kehidupan;
3. menggunakan cara pengkajian tertentu;
4. menemukan sesuatu yang dapat dijadikan masukan untuk memprediksi atau
mengontrol fenomena dalam kehidupan; dan
5. menyajikan tulisan itu dengan cara tertentu.
Materi bahasa tulis ilmiah meliputi ejaan, tata kata, tata kalimat, dan tata istilah.
Materi ejaan yang penting adalah penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, dan penggunaan tanda baca. Bidang tata kata yang akan dibahasa meliputi proses
pembentukan kata, arti/fungsi pembentukan kata, dan penggunaan berbagai bentukan kata
dalam yang masih sering salah.
2. Pengkajian/pendekatan ilmiah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengkajian
secara rasional dan pengkajian secara empiris. Pengkajian secara rasional artinya data
yang diperlukan untuk meneliti masalah itu diambil dari berbagai literatur. Adapun
pengkajian secara empiris artinya data yang diperlukan untuk meneliti masalah itu diambil
dari kenyataan melalui teknik survei dan eksperimen. Survei dapat dilakukan dengan
mengadakan wawancara, kuesioner, dan observasi. Eksperimen dapat dilakukan dengan
mengadakan percobaan di laboratorium atau lapangan. Observasi dapat dilakukan dengan
partisipasi melalui praktik kerja di tempat tertentu yang memberikan peluang untuk
mendapatkan data yang diperlukan.
Hasil karya ilmiah selayaknya memberikan solusi atas masalah yang dihadapi umat
manusia. Misalnya, manusia menghadapi masalah kerawanan pangan di suatu daerah.
Dengan menggunakan salah satu cara atau gabungan dari cara/metode tersebut, manusia
akan berusaha pula untuk menemukan jalan keluar dari persoalan tersebut. Setelah itu,
manusia akan berusaha pula untuk menemukan jalan keluar dari persoalan tersebut. Jalan
keluar itulah tujuan akhir suatu penelitian. Jalan keluar tersebut merupakan suatu
rekomendasi/saran yang disimpulkan dari hasil penelitian. Tulisan mengenai hasil
penelitian tersebut, walaupun menggunakan bahasa ilmiah, belum dapat diterima sebagai
karya ilmiah formal apabila penyajiannya tidak menurut tata tulis yang telah disepakati
oleh kalangan akademisi.
1.3 Ciri Bahasa Ilteks dalam Karya Ilmiah
Bahasa yang digunakan dalam menulis karya ilmiah adalah bahasa ragam ilmiah.
Bahasa ragam ilmiah berdasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam
bidang kegiatan. Sesuai dengan sifat keilmuan, bahasa Indonesia ragam ilmiah harus
memenuhi syarat yaitu sesuai dengan kaidah bahasa baku, logis, kuantitatif, denotatif,
jelas, lugas, runtun, dan tepat.
Pada bahasa Indonesia ragam ilmiah, bahasa sebagai bentuk luar dan ide yang
disampaikan melalui bahasa itu sebagai bentuk dalam tidak dapat dipisahkan. Hal ini
terlihat pada ciri bahasa ilmiah yang disebut sebagai bahasa iltek (ilmu dan teknologi).
Ciri bahasa itu sebagai berikut.
1. Bahasa Baku
Berbicara tentang bahasa baku berarti kita berada pada situasi formal, baik lisan
maupun tulis. Situasi formal yang paling mendukung pemakaian dan pembinaan
bahasa adalah dalam bidang pendidikan. Kaidah bahasa baku itu paling lengkap
diberikan bila dibandingkan dengan ragam bahasa lain. Ragam bahasa baku adalah
ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat pemakainya
sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan penggunaan bahasa. Ragam baku
mempunyai sifat kemantapan dinamis, cendekia, dan seragam.
a. Kemantapan Dinamis
Ragam bahasa baku mempunyai kemantapan dinamis berupa kaidah atau
aturan yang tetap berarti tidak dapat berubah setiap saat. Kaidah pembentukan
kata yang memunculkan bentuk perasa, petani, pesuruh, perumus, dsb. dengan
taat asas harus dapat menghasilkan bentuk perajin, perusak, pesepak bola bukan
pengrajin, pengrusak, penyepak bola, dll. Kehomoniman yang timbul akibat
3. penerapan kaidah bukan alasan yang cukup kuat membolehkan penyimpangan itu.
Bahasa mana pun tidak dapat luput dari kehomoniman itu. Kalau kita berpegang
pada sifat mantap, kata pengrajin dan pengrusak tidak berterima.
Di pihak lain, kemantapan itu tidak kaku, tetapi cukup luwes sehingga
memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di bidang kosakata dan
peristilahan serta mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang diperlukan
dalam kehidupan modern. Misalnya, di bidang peristilahan muncul keperluan
“untuk membedakan pelanggan orang yang berlanggan(an)” dan langganan pihak
yang tetap menjual barang kepada orang lain; “hal menerima terbitan atau jasa
atas pesanan secara teratur” Tokonya disebut langganan dan orang yang
berlangganan itu disebut pelanggan (Moeliono:1997).
Demikian juga, struktur kalimat maupun pemilihan kata/istilah harus sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia. Perhatikan contoh kalimat berikut! Dikarenakan
kekurangan dana, modal, tenaga, dan lain sebagainya maka projek itu terpaksa
serahkan kepada pengusaha asing. Pada kalimat tersebut terdapat kata dan
struktur yang tidak baku yaitu dikarenakan, dan lain sebagainya, dan kita
terpaksa serahkan. Kalimat tersebut seharusnya sebagai berikut. Karena
kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, pelaksanaan projek itu terpaksa kita
serahkan kepada penguasaha asing.
b. Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat dan situasi
resmi. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih
besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk
akal. Pencedekiaan bahasa itu sangat penting karena pengenalan ilmu dan
teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa asing harus
dapat dilangsungkan melalui buku bahasa Indonesia (Moeliono:1997).
c. Seragam
Ragam baku bersifat seragam artinya proses pembakuan adalah proses
penyeragaman bahasa. Pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik
keseragaman. Pelayan pada pesawat terbang dianjurkan memakai istilah
pramugara dan pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa
pelayan pesawat terbang disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu
seragam, kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardes
sampai saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Pusat bahasa pernah menganjurkan
untuk menggunakan kata sangkil dan mangkus sebagai pengganti kata efektif dan
efisien, namun sampai saat ini pemakai bahasa tidak menggunakannya. Artinya
kata itu tidak berterima bagi masyarakat.
2. Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah harus sesuai
dengan fakta dan dapat diterima akal sehat. Perhatikan contoh berikut. Orang yang
sering menggunakan alat itu harus sering diservis supaya tidak cepat rusak. Ide yang
4. dikemukakan pada kalimat tersebut tidak logis. Frasa harus sering diservis mengacu
pada kata “orang” bukan pada kata “alat”. Dalam hal ini, orang tidak mungkin
diservis. Itulah sebabnya ide pada kalimat tersebut tidak logis. Perhatikan kalimat
berikut. Alat yang sering digunakan orang itu harus diservis supaya tidak cepat
rusak.
3. Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan dalam tulisan dapat diukur secara pasti. Perhatikan
contoh kalimat berikut. Menurut mereka jarak Bandung-Jakarta jauh sekali. Frasa
jauh sekali tidak menunjukkan ukuran yang pasti. Perhatikan kalimat berikut.
Menurut mereka jarak Bandung-Jakarta 200 km.
4. Tepat/Jelas
Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh penutur atau
penulis dan mengandung satu makna. Hal ini bergantung pada ketepatan memilih kata
dan penyusunan struktur kalimat sehingga kalimat yang digunakan efektif. Perhatikan
contoh berikut. Atap bangunan yang sudah rusak itu dari sirap. Kalimat tersebut
mengandung makna ganda. Frasa yang sudah rusak dapat mengacu pada kata atap
juga mengacu pada kata bangunan. Perhatikan contoh berikut.
a. Atap-bangunan yang sudah rusak itu dari sirap.
b. Atap bangunan-yang sudah rusak itu dari sirap.
c. Bangunan yang sudah rusak itu atapnya dari sirap.
5. Denotatif
Kata yang digunakan dipilih sesuai dengan arti yang sesungguhnya dan tidak
melibatkan perasaan karena sifat ilmu itu objektif. Perhatikan contoh berikut. Kota-
kota besar tidak pernah tidur padat dengan pabrik-pabrik yang berjalan terus tanpa
lelah. Kata tidur, berjalan, dan lelah tidak merujuk pada arti yang sebenarnya. Dalam
bahasa ilmiah, ide pada kalimat di atas dapat diungkapkan sebagai berikut. Di kota-
kota besar, kehidupan tidak pernah berhenti baik siang maupun malam.
6. Lugas
Ide atau gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek, tetapi padat isi (bernas)
langsung menuju sasaran, pemakaian kata sesuai dengan kebutuhan. Perhatikan
contoh berikut. Sebaiknya letak rumah tidak dekat dengan rawa-rawa dan sedapat
mungkin letak rumah tidak dekat pula dengan tempat ramai sebab bila dekat tempat
ramai kita tidak dapat beristirahat dengan baik. Kalimat tersebut tidak ringkas
karena pada kalimat itu terdapat kata yang idenya dapat dinyatakan dengan cara lain
dan pengulangan frasa yang tidak perlu. Ide tersebut dapat diungkapkan dengan
kalimat lebih ringkas sebagai berikut. Sebaiknya letak rumah jauh dari rawa dan dari
tempat ramai agar penghuninya dapat beristirahat dengan tenang.
5. 7. Runtun
Ide ungkapan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya baik dalam
kalimat maupun dalam paragraf. Perhatikan paragraf berikut.
Pada masa kini kemampuan masyarakat untuk memiliki kendaraan semakin
besar, seiring dengan majunya perotomotifan yang mengeluarkan produk
kendaraannya dengan berbagai model dan berbagai kualitas, mereka dapat
memperolehnya. Semakin majunya suatu produk kendaraan makin banyak
memberikan kemudahan untuk memeliharanya. Kenyataannya para pemilik
kendaraan tidak cukup memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang pemeliharaan
kendaraan.
Paragraf tersebut tidak runtun. Kalimat kedua tidak runtun dengan kalimat
pertama; demikian juga kalimat ketiga dengan kalimat kedua. Setiap kalimat
mengungkapkan ide pokok yang berbeda. Ketidakruntutan ide yang diungkapkan
pada paragraf itu terlihat juga pada klausa akhir kalimat pertama. Klausa akhir pada
kalimat tersebut tida runtun dengan klausa sebelumnya.
1.4 Jenis Karya Tulis Ilmiah
Pembagian jenis karya ilmiah dapat dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan
berikut.
1. Capaian Akademis
a. Disertasi adalah karya tulis ilmiah untuk mencapai gelar doktor.
b. Tesis adalah karya tulis ilmiah untuk mencapai gelar magister.
c. Skripsi/Tugas Akhir adalah karya tulis ilmiah untuk mencapai gelar sarjana.
d. Makalah adalah karya tulis untuk memenuhi tugas mata kuliah tertentu.
Isi semua karya tulis tersebut berupa hasil penelitian beserta prosesnya. Perbedaanya
terletak pada kekompleksan masalah, kecanggihan metode, dan kualitas penyelesaian
masalah.
2. Forum yang Digunakan
a. Artikel ilmiah adalah jenis esai yang membahas suatu masalah berdasarkan
logika, pustaka, atau fakta untuk dimuat pada jurnal, majalah, surat kabar, dan
internet.
b. Makalah/paper/kertas kerja adalah karya tulis yang membahas suatu masalah
berdasarkan logika, pustaka, atau fakta untuk disajikan pada seminar, simposium,
lokakarya, dan diskusi. Makalah mungkin saja menjadi suatu artikel bila disajikan
pada majalah atau surat kabar. Sebaliknya, artikel bisa saja disebut makalah bila
disajikan pada suatu temu ilmiah.
c. Buku daras/buku teks/ buku ajar adalah kumpulan tulisan mengenai teori, dalil,
hukum, atau kaidah mengenai suatu disiplin ilmu untuk dijadikan acuan mata
kuliah atau mata pelajaran dalam proses belajar mengajar.
6. 3. Laporan Penelitian
Laporan penelitian adalah suatu tulisan tentang proses dan hasil penelitian untuk
disebarluaskan kepada masyarakat atau ilmuwan. Ciri khas laporan penelitian antara
lain menggunakan studi literatur dan berbagai metode pengumpulan data.
Sumber:
Alwi, H. dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI). Kemedikbud.
Sosiokomunikasi, KK Ilmu Kemanusiaan, FSRD-ITB 2008. Metode Penulisan Ipteks.
Bandung Penerbit ITB.