2. Ilmu-Ilmu Hukum
• Sebagai kumpulan dari berbagai cabang pengetahuan, antara lain meliputi:
a. Ilmu tentang Kaidah
b. Ilmu tentang Pengertian;
c. Ilmu tentang Kenyataan.
3. Ilmu tentang Kaidah
• Ilmu tentang kaidah atau normwissenschaft atau sollenwissenschaft, yaitu ilmu yang
menelaah hukum sebagai kaidah, atau sistem kaidah-kaidah, dengan dogmatik
hukum dan sistematik hukum.
• Manusia sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat tidak selalu menyadari,
bahwa di dalam hidupnya sehari-hari sebetulnya dia diperlakukan atau bersikap
tindak menurut pola tertentu.
• Kaidah adalah patokan atau ukuran ataupun pedoman untuk berperilaku atau
bersikap tindak dalam hidup.
• Ditinjau dari hakikatnya, kaidah merupakan perumusan suatu pandangan mengenai
perikelakuan atau sikap tindak, misalnya siapa yang membeli harus membayar, siapa
yang meminjam harus mengembalikan.
4. 1. Kaidah Agama atau Kepercayaan
• Van Kan menguraikan kaidah agama sebagai peraturan-peraturan yang oleh orang
yang taat padanya dianggap sebagai perintah Tuhan. Ada kalanya bahwa orang
beranggapan bahwa semua peraturan yang ditaati adalah perintah-perintah Tuhan.
• Kaidah agama ditujukan kepada kaidah beriman yang mewajibkan manusia untuk
melaksanakan kaidah-kaidah agama, agar kehidupan manusia menjadi sempurna.
Karenanya tidak dikehendaki penjahat-penjahat.
• Kaidah agama tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi sikap batin manusia.
• Kaidah agama bersumber dari ajaran-ajaran kepercayaan atau agama yang oleh
pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan
• Kaidah agama ini diturunkan melalui wahyu atau melalui Nabi atau suruhan Tuhan,
dan telah dituliskan dalam Kitab Suci.
5. • Sifat kaidah agama ini adalah internal, artinya dalam melaksanakan kaidah ini
diperintahkan niat (motif) yang mendorongnya.
• Bagi pelanggar-pelanggar terhadap norma ini, maka Tuhan sendiri yang
memberi sanksi, walaupun di dunia ini manusia ada yang diberi hak untuk
menjalankan sanksi dari kaidah agama ini.
6. 2. Kaidah Kesusilaan
• Kaidah kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu karena
menyangkut kehidupan pribadi manusia.
• Sebagai pendukung kaidah kesusilaan adalah nurani individu dan bukan
manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang
terorganisasi.
• Kaidah ini dapat melengkapi ketidakseimbangan hidup pribadi mencegah
kegelisahan diri sendiri.
7. • Kaidah kesusilaan ditujukan kepada umat manusia agar terbentuk kebaikan akhlak
pribadi guna penyempurnaan manusia dan melarang manusia melakukan perbuatan
jahat.
• Kaidah kesusilaan diharapkan pada manusia terwujud kebaikan akhlak manusia yang
baik. Dengan terwujud akhlak manusia baik, maka sudah dapat diduga bahwa
hubungan antara manusia dan masyarakat tidak akan mengalami gangguan-gangguan.
• Sumber dari kaidah kesusilaan adalah dari hati nurani manusia sendiri, jadi bersifat
otonom dan ditujukan kepada sikap batin manusia juga.
Batinnya sendirilah mengancam perbuatan yang melanggar kaidah kesusilaan dengan
sanksi.
Tidak ada kekuasaan di luar dirinya yang memaksakan sanksi itu.
8. 3. Kaidah Kesopanan atau Adat
Kaidah kesopanan didasarkan atas kebiasaan, kepatutan atau kepantasan yang berlaku
dalam masyarakat.
• Kaidah kesopanan ditujukan kepada sikap lahir pelakunya yang konkrit demi
penyempurnaan atau ketertiban masyarakat dan bertujuan menciptakan perdamaian,
tata tertib atau membuat “sedap” lalu lintar antara manusia yang bersifat lahiriah.
• Kesopanan lebih mementingkan yang lahiriah atau yang formal, misalnya pergaulan,
pakaian, bahasa.
• Tetapi tidak hanya ditujukan kepada sikap lahir semata, bahkan seringkali sudah
puas dengan sikap semu (basa basi) atau pura-pura, jadi sama sekali tidak menuntut
sikap batin.
9. • Kaidah kesopanan, mungkin berbeda di dalam suatu masyarakat dengan
masyarakat lainnya. Misalnya daerah jawa barat dengan daerah minang dan
lainnya.
• Kaidah kesopanan merupakan perbuatan yang kita lakukan sehari-hari,
misalnya: berpakaian rapih (sopan), Tatakrama bertamu, makan dengan tidak
berbunyi dari mulut, orang lebih muda harus lebih dahulu memberi salam
kepada yang lebih tua, dan sebagainya.
• Pelanggaran terhadap kaidah kesopanan, merupaan cemoohan dari
masyarakat (orang lain), misalnya: “tak tahu sopan”, “tak tahu adat”, kata-
kata ini merupakan celaan terhadap pelanggaran kaidah kesopanan.
10. • Kekuasaan tidak resmi pada kesopanan dimiliki oleh masyarakat dimana kita
tinggal.
• Kekuasaan di luar kita bersifat heteronom, artinya kaidah ini baru berlaku jika
manusia hidup bermasyarakat.
• Jadi, kaidah kesopanan tetap mengikuti manusia, artinya kemana dia masuk
dalam suatu masyarakat, maka kaidah kesopanan itupun ada di situ serta
mengikat baginya.
11. 4. Kaidah Hukum
• Berdasarkan uraian kaidah-kaidah di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, kaidah
agama bertujuan pada kesucian hidup pribadi; kaidah kesusilaan bertujuan agar
terbentuk kebaikan akhlak pribadi: kaidah kesopanan bertujuan untuk mencapai
kesedapan hidup bersama.
• Begitu juga apabila dilihat dari apa yang diaturnya, sanksi yang diberikan, belumlah
cukup memenuhi kebutuhan manusia yang mampu melindungi dalam
memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekundernya.
• Untuk mengisi dan menguatkan kaidah-kaidah yang ada, maka diperlukan kaidah
hukum.
12. • Isi kaidah hukum, yaitu:
1. Kaidah hukum yang berisikan keharusan-keharusan atau suruhan-suruhan (gebod);
2. Kaidah hukum yang berisikan larang-larangan (verbod);
3. Kaidah hukum yang berisikan kebolehan (mogen).
• Kaidah hukum yang berisikan gebod dan verbod sifatnya adalah imperatif atau
keharusan, sedangkan mogen bersifat fakultatif atau sifatnya sebagai pelengkap.
13. • Sifat imperatif mengharuskan kepada setiap anggota masyarakat untuk
mewujudkan isi kaidah tersebut. Kepada masyarakat yang tunduk kepada kaidah
hukum itu, kepadanya dapat dipaksakan agar isi kaidah tersebut dapat diwujudkan
dalam bentuk berbuat atau tidak berbuat.
• Negara/Pemerintah diberi hak untuk mempertahankan isi kaidah hukum tadi, agar
terwujud ketertiban dalam masyarakat.
• Apabila dalam kaidah agama, kesusilaan, kesopanan hanya terdapat kewajiban dari
warga masyarakat (individu), maka dalam kaidah hukum terdapat hak dan kewajiban.
14. Hubungan Kaidah Hukum dan Kaidah lainnya
• Terdapat dua sifat dari hubungan antara kaidah hukum dengan kaidah
lainnya, yaitu hubungan yang bersifat positif dan yang bersifat negatif.
• Bersifat positif, yaitu suatu hubungan yang saling mempengaruhi dan
memperkuat di antara keduanya.
• Bersifat negatif, yaitu suatu hubungan yang saling melemahkan atau
bertentangan.
15. Pertama
• Hubungan antara kaidah hukum dengan kaidah agama. Sebagai contoh kaidah agama
yang menunjang tercapainya tujuan kaidah hukum.
• Jika manusia mematuhi kaidah agama, maka tidak akan ada manusia yang mempunyai
sikap batin yang buruk hingga merencanakan perbuatan jahat. Dampak positifnya hubungan
antar anggota masyarakat menjadi aman, tertib, dan adil. Dengan demikian tujuan kaidah
hukum tercapai.
• Sebaliknya, jika sejak awal manusia jahat, maka manusia akan mudah melakukan
pelanggaran terhadap kaidah hukum, dan apabila diketahui aparat penegak hukum
kemungkinan akan menerima sanksi hukum. setelah menerima hukum kemungkinan akan
bertobat, dan apabila bertaubat maka sikap batinnya akan berubah menjadi baik dimana
pada akhirnya akan patuh terhadap perintah tuhan.
• Dengan demikian, kaidah hukum mendukung tercapainya kaidah agama.
16. Kedua
• Hubungan antara kaidah hukum dan kaidah kesusilaan.
• Apabila suara hati setiap pribadi manusia menghendaki agar manusia itu selalu berbuat
yang baik, maka pribadi manusia sebagai anggota masyarakat cenderung akan baik pula,
sehingga akan terjalin kehidupam masyarakat yang tertib dan damai. Dengan demikian
tujuan hukum demi mewujudkan masyarakat yang tertib dan damai tercapai.
• Sebaliknya, apabila seseorang pribadinya cenderung tidak baik maka ia akan cenderung
melakukan perbuatan yang tidak baik. Apabila pribadi yang tidak baik itu terwujud melalui
perbuatan yang melanggar hukum, seharusnya mendapatkan sanksi berupa hukuman.
Setelah menjalani hukuman, kemungkinan ia tidak akan melakukan kejahatan. Berarti sikap
batin seseorang itu menjadi baik pula, dan pada akhirnya tujuan kaidah kesusilaan
tercapai.
• Hubungan tersebut saling melengkapi dan saling menunjang demi tercapainya tujuan
masing-masing kaidah hukum dan kaidah kesusilaan.
17. Ketiga
• Hubungan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan.
• Apabila anggota masyarakat dapat menerapkan kaidah kesopanan, maka ia akan
berlaku dan bersikap sopan terhadap siapa pun. Dampak positifya, setiap orang
akan saling menghargai dan tidak saling mengganggu sehingga kehidupan
masyarakat akan tertib dan damai yang pada akhirnya tujuan kaidah hukum akan
tercapai.
• Sebaliknya apabila seseorang selalu melanggar kesopanan, kemungkinan besar
dirinya akan dikucilkan. Keterasingan itu dapat saja mengiring dia ke arah perbuatan
yang melanggar hukum dan ia dapat dihukum. Setelah menjalani hukum
kemungkinan dia sadar dan akan berlaku sopan serta tidak mau lagi melakukan
perbuatan melanggar hukum. dengan demikian kaidah hukum juga dapat
mendukung tercapainya kaidah kesopanan.
18. Hubungan antar kaidah yang bersifat negatif
• Hubungan yang saling melemahkan atau bertentangan.
• Sebagai contoh dalam agama saling membunuh itu dilarang sebab ada
anggapan bahwa mencabut nyawa seseorang itu adalah hak Tuhan bukan hak
manusia. Akan tetapi dalam hukum perang, menghancurkan dan membunuh
musuh dibolehkan tentunya dengan ketentuan yang ketat.
20. Menjawab Soal
• Berilah contoh penerapan norma-norma yang ada di dalam masyarakat !
• Jelaskan hubungan manusia, masyarakat, norma (kaidah), dan hukum ?
• Bagaimana dampak bila norma hukum tidak dapat diberlakukan di masyarakat ?
• Sebutkan dan jelaskan contoh kegiatan ataupun peristiwa di masyarakat yang dapat
membuktikan keberadaan kaidah hukum di masyarakat sebagai penguat maupun
pelengkap kaidah-kaidah yang sudah ada !
• Dikirim ke Form Tugas Google Classroom