Paragraf tersebut memberikan penjelasan mengenai pengertian, syarat, unsur, dan jenis-jenis paragraf. Secara ringkas, paragraf didefinisikan sebagai kelompok kalimat yang membentuk satu ide pokok dan dikembangkan secara sistematis, dengan syarat memiliki kesatuan gagasan, kesinambungan, dan isi yang memadai. Paragraf terdiri atas unsur seperti transisi, pikiran utama, dan pikiran penjel
1. PEMARAGRAFAN
6.1 Pengertian
Paragraf sering disebut alinea. istilah paragraf diserap dari bahasa Inggris,
paragraph, sedangkan alinea dari bahasa Belanda yang berasal dari bahasa Latin a linea
yang berarti tidak segaris karena penulisannya bertakuk. Paragraf berasal dari kata
Yunani para, yang berarti sebelum dan grafein yang berarti menulis. Pada awalnya kata
itu dipakai untuk tanda ᴨ sebagai ciri awal paragraf (baru).
Secara definitif sebenarnya terdapat beberapa pengertian yang berbeda meskipun
saling melengkapi paragraf. Ada yang mengartikan paragraf adalah kelompok kalimat
yang menjadi bagian langsung dari karangan. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia karangan J.S. Badudu dan Sutan Muhammad Zain tertulis pengertian bahwa
paragraf adalah bagian wacana yang mengandung satu tema pokok, ditandai dengan
permulaan baris yang agak menjorok ke dalam (bentuk takuk) atau spasi yang lebih besar
dengan paragraf berikutnya jika digunakan tulisan bentuk lurus (1994: 1003).
Terhadap pengertian tersebut dapat dilontarkan pertanyaan, misalnya kelompok
kalimat yang bagaimana yang menjadi bagian langsung dari suatu karangan itu,
bagaimana satu tema pokok dalam paragraf disusun, bagaimana pula dikembangkan, dan
bagaimana sesuatu di balik yang ditulis harus dirangkaikan sehingga dapat dipahami
pembaca. Dari pertanyaan ini dapat disusun sebuah pengertian paragraf yang lebih
lengkap, yakni paragraf adalah kelompok kalimat yang merupakan bagian langsung dari
sebuah karangan, terdiri atas satu ide pokok yang dikembangkan beberapa pikiran
penjelas dan disusun secara sitematik-logis.
6.2 Syarat
Persyaratan pertama dalam pembuatan paragraf yaitu paragraf hanya
mengemukakan satu pokok pikiran utama (PU) yang dikemukakan secara tersirat atau
tersurat. Pokok pikiran ini kemudian dikembangkan dalam beberapa pikiran penjelas
(PP). Hal ini penting untuk menghindari loncatan pemikiran yang sering terjadi dalam
penulisan. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan gagasan pada paragraf akan sulit
dipahami dengan baik.
Syarat pembuatan paragraf yang lain adalah adanya kelengkapan yaitu sebuah
paragraf yang ditulis harus mencakup semua informasi yang dibutuhkan untuk
membangun gagasan utama. Dengan demikian, ketika proses pembacaan dilakukan
informasi tersebut dapat diserap secara langsung oleh pembaca. Untuk mendukung hal
tersebut harus diperhatikan mengenai keterpaduan (kohesi) gagasan dan kesinambungan
kalimat (koherensi). Secara khusus Keraf (1994:67) mengungkapkan bahwa kohesi dalam
paragraf menandakan bahwa semua kalimat yang terdapat dalam paragraf secara
bersama-sama menyatakan suatu hal atau tema tertentu, sedangkan koherensi merupakan
kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dan kalimat lain yang membentuk alinea
itu.
Selain syarat kepaduan dan kesinambungan tidak kalah pentingnya adalah syarat isi
yang memadai. Untuk lebih jelasnya tiga syarat yang baik adalah (1) kesatuan gagasan
(kohesi) dengan rumus satu paragraf satu ide pokok, (2) kesinambungan antarkalimat
2. (koherensi), dan (3) isi yang memadai dalam arti semua unsur pendukung ide tersebut
lengkap. Syarat-syarat tersebut penting untuk dipenuhi untuk membuat paragraf yang
baik. Jika hal itu tidak dilakukan uraian dalam paragraf akan sulit dipahami. Pada
akhirnya uraian yang hendak disampaikan kepada pembaca tidak akan terserap dengan
baik.
6.3 Unsur dan Teknik Menulis Paragraf
Setelah menentukan PU, tidak ada ketentuan harus berapa jumlah kalimat PP dibuat.
Panjang-pendek paragraf ditentukan oleh keluasan konsep. Namun, tentu saja jumlah
kalimat PP harus proporsional mengingat hanya menjelaskan satu PU. Umumnya panjang
paragraf maksimal setengah halaman. Sebagai pedoman, paragraf biasanya mengandung
transisi, pikiran utama (PU), pikiran penjelas (PP), dan penegas.
1. Transisi
Transisi adalah penghubung antarparagraf. Penghubung ini dapat berupa kata,
kelompok kata, atau kalimat. Kata sambung yang dapat dipakai sebagai penghubung
antarparagraf seperti sehubungan dengan hal itu, berkaitan dengan hal itu,
sementara itu, selanjutnya, selaras dengan hal itu, dapat digunakan sebagai transisi.
2. Pikiran Utama (PU)
Pikiran utama adalah inti persoalan atau gagasan yang ingin disampaikan dalam
paragraf. Pikiran utama ini dapat secara tersurat dalam kalimat tertentu, dapat pula
tersirat dalam keseluruhan uraian pada paragraf bersangkutan.
3. Pikiran Penjelas (PP)
Pikiran penjelas adalah rincian atau uraian pikiran yang menjelaskan gagasan atau
ide pokok (PU). Karena merupakan penjelas, PP terdiri atas beberapa kalimat.
4. Penegas
Penegas adalah bagian paragraf yang menegaskan inti persoalan atau pikiran utama
dalam paragraf. Fungsi penegas ada dua, yaitu sebagai pengulang atau penegas PU
dan sebagai unsur yang menambah daya tarik sebuah paragraf, menghindarkan
kejemuan pembaca (Tarigan, 1981: 20).
Unsur-unsur tersebut tidak selamanya hadir serempak dalam satu paragraf. Sering
sebuah paragraf ditulis tanpa kata atau kalimat transisi dan kalimat penegas. Selain itu,
letak tiap unsurnya juga tidak selamanya sama. PU, misalnya dapat saja terletak di
bagian akhir, bahkan dalam paragraf deskriptif PU merupakan simpulan dari semua
penjelasan dalam paragraf bersangkutan, tidak dinyatakan tersurat.
Penulis pemula biasanya mengalami kesulitan dalam membuat keterpaduan dan
kesinambungan gagasan di dalam kalimat. Agar dapat keluar dari kesulitan ini, setelah
PU ditentukan kita dapat membuat PP secara acak. Selanjutnya PP yang tidak teratur
tersebut dapat kita rangkaikan kembali secara sistematis. Harus diingat bahwa menulis
paragraf pada dasarnya sama dengan seni merangkai kalimat. Keterampilan merangkai
kalimat baru akan dikuasai setelah banyak berlatih.
3. 6.4 Jenis
Jenis paragraf dapat dibedakan berdasarkan (a) pola pikir, (b) pengembangan, dan
(c) fungsi. Berdasarkan pola pikir, terdapat beberapa jenis paragraf, yaitu paragraf
deduktif, induktif, campuran, dan deskriptif. Berdasarkan pengembangan yang
dikandungnya paragraf dibedakan menjadi paragraf contoh, perbandingan, analogi, sebab
akibat, kronologi, perincian, dan definisi. Berdasarkan fungsi, paragraf ada tiga jenis
yaitu: pembuka, pengembang, dan penutup.
A. Paragraf Berdasarkan Pola Pikir
1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif merupakan paragraf yang dimulai dengan uraian yang
kemudian diikuti penjelasan. Dengan kata lain, pikiran utamanya diletakkan di awal
kemudian diikuti pikiran penjelas.
Contoh:
“Penerpan teknologi nano dalam bidang farmasi dan kesehatan memiliki potensi
yang cukup luar biasa untuk dikembangkan di Indonesia dalam menghadapi
kebutuhan obat-obatan masyarakat. Teknologi nano merupakan teknologi yang
memungkinkan suatu produk dipecah menjadi skala nanometer atau sepermiliar
meter. Dalam bidang farmasi teknologi nano dapat meningkatkan sifat kelarutan obat,
pelepasan senyawa aktif obat yang lebih terkontrol, dan memperbaiki stabilitas obat.
Selain itu, pemanfaatan teknologi nano dalam bidang farmasi juga memiliki
keuntungan lain yaitu dapat menekan biaya dan efek racun dari obat ketika seseorang
tengah mengonsumsi obat. Selain dalam bidang farmasi, penerapan teknologi nano di
Indonesia juga dapat dipergunakan untuk pengembangan lingkungan hidup, militer,
tekstil, dan lain-lain.”
2. Paragraf Induktif
Paragraf dengan pola induktif merupakan kebalikan dari deduktif, yaitu
keterangan atau pikiran penjelas diletakkan di awal kemudian diakhiri inti uraian atau
pikiran utama.
Contoh:
“Istilah unduh sebagai padanan kata download diambil dari bahasa daerah untuk
menggantikan istilah asing. Penyerapan kata dari bahasa lain merupakan kegiatan
yang lazim dilakukan dalam kegiatan berbahasa. Dalam konteks bahasa Indonesia,
penyerapan kata dari bahasa daerah menempati posisi pertama dalam pemerkayaan
bahasa Indonesia. Banyak sekali kata yang berasal dari bahasa daerah yang diserap
menjadi bahasa Indonesia seperti unggah, paguyuban, nyeri, dan gawai. Dengan
demikian, perkembangan bahasa tidak dapat dilepaskan dari keberadaan bahasa
daerah.”
3. Paragraf Campuran
Paragraf campuran atau deduktif-induktif dimulai dengan inti uraian (pikiran
utama), diikuti penjelasan (pikiran penjelas), dan diakhiri dengan penegasan atau
pengulangan inti uraian dengan kalimat yang bervariasi.
4. Contoh:
“Panjang usia manusia modern diprediksikan tidak akan melebihi umur tujuh
puluh tahun. Para ahli menyebutkan faktor eksternal merupakan salah satu penyebab
hal tersebut bisa terjadi. Makanan yang tidak sehat, bahan kimia, dan polusi udara
yang dikonsumsi manusia merupakan beberapa contoh faktor ekternal yang sulit
dihindari. Selain itu, faktor internal juga turut memengaruhi kondisi tubuh manusia.
Jarang berolah raga, stres, dan gaya hidup yang tidak sehat memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap usia seseorang. Hal-hal tersebut menyebabkan usia manusia
modern lebih pendek dibandingkan para leluhurnya pada zaman dahulu.”
4. Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif merupakan paragraf yang inti uraian atau pikiran utamanya
tersirat di seluruh uraian paragraf. Dengan demikian, inti uraian tersebut baru bisa
ditemukan setelah membaca seluruh uraian paragraf tersebut dan menyimpulkannya.
Contoh:
“Di Indonesia gaya arsitektur art deco dipopulerkan oleh Charles Proper Wolff
Schoemaker, salah seorang arsitek kenamaan di era kolonial. Desain arsitektur art
deco banyak ditemukan di wilayah Kota Bandung. Salah satu contohnya tampak pada
gedung hotel Savoy Homann Bandung. Hotel Savoy Homann terletak di Jalan Asia
Afrika. Posisinya tepat berada di seberang kantor redaksi harian Pikiran Rakyat.
Keseluruhan warna gedung hotel ini didominasi warna abu dan putih. Ornamen
gedung Savoy Homann berbentuk sederhana dan disajikan dalam bentuk berupa pola
zig-zag, geometris, atau berlapis-lapis. Jika dilihat dari seberang jalan, gedung Savoy
Homann memiliki komposisi massa gedung yang bertingkat-tingkat dengan pola
asimetris, dilengkapi unsur dekoratif yang terletak pada wilayah pinggir bangunan.
Salah satu hal yang mencolok dari gedung Savoy Homann berada tepat di bagian
tengah gedung yaitu kita akan melihat menara yang tidak terlalu tinggi sebagai
penanda citra arsitektur art deco.”
B. Paragraf Berdasarkan Pengembangan
1. Paragraf Contoh
Pikiran utama dikembangkan dengan memberikan contoh sehingga jelas
pengertiannya.
Contoh:
“Perkembangan teknologi informasi yang pesat dewasa ini telah menimbulkan
paradigma baru dalam pengelolaan wilayah perkotaan melalui konsep smart city.
Smart city adalah sebuah konsep kota cerdas yang membantu masyarakatnya
mengelola sumber daya yang ada dengan efisien seperti pemberian informasi
melalui teknologi informasi. Sebuah kota dikatakan memiliki konsep smart city
apabila telah memenuhi lima standar yang ditetapkan dalam bidang ekonomi,
lingkungan, budaya, teknologi informasi, dan pemerintahan. Beberapa kota yang
telah menerapkan contoh smart city di dunia contohnya Barcelona dan Tokyo.
Barcelona yang mengelola kotanya melalui program smart energy yang mampu
mengontrol hampir lima puluh persen energi perkotaan dan smart water melalui
5. program taman-taman kota yang memiliki alat pengendali irigasi jarak jauh.
Adapun Tokyo memiliki The Imperial Palace atau pulau hijau di perkotaan.
Rumah-rumah di Tokyo dapat menciptakan energi surya dan angin. Selain itu,
rumah-rumah tersebut juga dilengkapi dengan sistem perkiraan cuaca, LED, dan
generator yang mampu menciptakan listrik sendiri.”
2. Paragraf Perbandingan
Pikiran utama dijelaskan dengan membandingkan dua hal, persamaan dan
perbedaannya.
Contoh:
“Walaupun sama-sama dipergunakan sebagai pendukung alat transportasi, mesin
motor 4 tak dan 2 tak memiliki persamaan dan perbedaan masing-masing. Mesin
motor 4 tak dan 2 tak memiliki persamaan cara kerja yang serupa dalam
penciptaan tenaga hasil pembakaran yaitu berdasarkan campuran bensin, bensol,
dan etanol yang dapat terbakar dengan udara melalui pemampatan yang dilakukan
oleh piston. Walaupun begitu terdapat perbedaan anatara mesin motor 2 tak dan 4
tak. Untuk mendapatkan satu kali tenaga hasil pembakaran gas, motor 2 tak
memerlukan 2 kali gerakan piston naik turun, sedangkan mesin motor 4 tak
diperlukan 4 kali gerakan piston naik turun. Dari segi penggunaan bahan bakar
mesin 2 tak memerlukan bahan bakar campuran bensin dengan oli. Adapun mesin
motor 4 tak memakai bensin murni. Pada bagian mesin, motor 2 tak memerlukan
setiap piston mempunyai dua buah ring yaitu kompresi 1 dan 2, sedangkan pada
motor 4 tak memiliki empat buah ring.”
3. Paragraf Analogi
Pikiran utama dijelaskan dengan mengibaratkan atau mengumpamakan dengan
sesuatu yang memiliki kesamaan pola.
Contoh:
“Kehidupan manusia ibarat roda yang sedang berputar, kadang berada di atas,
kadang-kadang berada di bawah. Suatu waktu mungkin juga roda itu meluncur
cepat tanpa goncangan sebab melaju di jalan tol. Pada waktu yang lain roda itu
penuh goncangan karena berjalan melalui batu-batu dan lubang-lubang yang
dalam. Adakalanya roda itu harus mendaki tanjakan yang sangat tajam, namun
tidak jarang juga harus meluncuri turunan yang licin.”
4. Paragraf Sebab-Akibat
Pikiran utama dijelaskan dengan mengemukakan sebab atau akibat dari
pernyataan-pernyataan.
Contoh:
“Banjir dapat disebabkan faktor-faktor berikut: (1) sungai-sungai yang makin
sempit dan dangkal, (2) hutan-hutan yang makin kerdil, dan (3) sampah yang
dibuang sembarangan. Faktor pertama merupakan akibat tepian sungai dijadikan
permukiman. Faktor kedua merupakan akibat keserakahan dalam meraup
keuntungan sehingga hutan ditebang sewenang-wenang. Faktor ketiga sebagai
6. akibat rendahnya kesadaran lingkungan yang mungkin pula disebabkan kurangnya
pendidikan.”
5. Paragraf Kronologi
Pikiran utama dijelaskan dengan memberikan keterangan secara terperinci dari A
sampai Z yang menyangkut waktu,orang, kejadian, dan sebagainya.
Contoh:
“Proses kejadian manusia menurut ahli antropologi adalah sebagai berikut. Sejenis
makhluk yang disebut primata, muncul pertama kali dari mamalia kira-kira tujuh
puluh juta tahun yang lalu. Setelah berevolusi kurang lebih selama empat puluh
juta tahun makhluk primata itu bercabang-cabang di antaranya sejenis cabang
yang disebut hominoid. Setelah menempuh waktu selama lima belas juta tahun,
dari hominoid itu lahirlah sejenis kera yang disebut pongid. Setelah menempuh
kurun waktu lima belas juta tahun lagi, dari pongid lahirlah makhluk baru yang
disebut hominid (manusia).”
6. Paragraf Perincian
Pikiran utama dijelaskan dengan memberikan uraian secara terperinci.
Contoh:
“Alat indra adalah alat yang dimiliki manusia untuk mengenal sesuatu. Alat
tersebut ada lima: mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Mata berfungsi untuk
mengenal rupa atau warna, menyaring dan memfokuskan cahaya, menikmati
keindahan, dan memahami keadaan sesuatu. Telinga dipakai untuk mengenal
suara, berkomunikasi, menyimak pembicaraan orang, menikmati musik dan
telinga juga merupakan organ penyeimbang tubuh secara keseluruhan. Hidung
memiliki fungsi untuk mengenal bau-bauan dan sarana pernapasan. Adapun lidah
dipakai untuk mengenal rasa dan berbicara, sedangkan kulit dipergunakan sebagai
sarana sekresi dan mengenal halus atau kasarnya sesuatu.”
7. Paragraf Definisi
Sebuah istilah atau pengertian yang terkandung dalam pikiran utama memerlukan
penjelasan yang definitif. Paragraf yang mengandung uraian demikian disebut
paragraf definisi.
Contoh:
“Etika mengkaji tindak-tanduk manusia yang dilakukan secara sadar, sengaja, dan
bebas. Sadar artinya dalam keadaan jaga, tidak sedang mengigau, pingsan, atau
lupa. Sengaja berarti direncanakan, bukan secar kebetulan. Bebas maksudnya
dalam keadaan boleh memilih antara dilakukan atau tidak. Semua perilaku itu
kemudian dinilai baik buruknya menurut norma yang berlaku dalam masyarakat.
Dengan demikian, dapat didefinisikan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari
tindak-tanduk manusia yang dilakukan secara sadar, sengaja, dan bebas untuk
dinilai baik buruknya menurut norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.”