SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
PEMARAGRAFAN
6.1 Pengertian
Paragraf sering disebut alinea. istilah paragraf diserap dari bahasa Inggris,
paragraph, sedangkan alinea dari bahasa Belanda yang berasal dari bahasa Latin a linea
yang berarti tidak segaris karena penulisannya bertakuk. Paragraf berasal dari kata
Yunani para, yang berarti sebelum dan grafein yang berarti menulis. Pada awalnya kata
itu dipakai untuk tanda ᴨ sebagai ciri awal paragraf (baru).
Secara definitif sebenarnya terdapat beberapa pengertian yang berbeda meskipun
saling melengkapi paragraf. Ada yang mengartikan paragraf adalah kelompok kalimat
yang menjadi bagian langsung dari karangan. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia karangan J.S. Badudu dan Sutan Muhammad Zain tertulis pengertian bahwa
paragraf adalah bagian wacana yang mengandung satu tema pokok, ditandai dengan
permulaan baris yang agak menjorok ke dalam (bentuk takuk) atau spasi yang lebih besar
dengan paragraf berikutnya jika digunakan tulisan bentuk lurus (1994: 1003).
Terhadap pengertian tersebut dapat dilontarkan pertanyaan, misalnya kelompok
kalimat yang bagaimana yang menjadi bagian langsung dari suatu karangan itu,
bagaimana satu tema pokok dalam paragraf disusun, bagaimana pula dikembangkan, dan
bagaimana sesuatu di balik yang ditulis harus dirangkaikan sehingga dapat dipahami
pembaca. Dari pertanyaan ini dapat disusun sebuah pengertian paragraf yang lebih
lengkap, yakni paragraf adalah kelompok kalimat yang merupakan bagian langsung dari
sebuah karangan, terdiri atas satu ide pokok yang dikembangkan beberapa pikiran
penjelas dan disusun secara sitematik-logis.
6.2 Syarat
Persyaratan pertama dalam pembuatan paragraf yaitu paragraf hanya
mengemukakan satu pokok pikiran utama (PU) yang dikemukakan secara tersirat atau
tersurat. Pokok pikiran ini kemudian dikembangkan dalam beberapa pikiran penjelas
(PP). Hal ini penting untuk menghindari loncatan pemikiran yang sering terjadi dalam
penulisan. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan gagasan pada paragraf akan sulit
dipahami dengan baik.
Syarat pembuatan paragraf yang lain adalah adanya kelengkapan yaitu sebuah
paragraf yang ditulis harus mencakup semua informasi yang dibutuhkan untuk
membangun gagasan utama. Dengan demikian, ketika proses pembacaan dilakukan
informasi tersebut dapat diserap secara langsung oleh pembaca. Untuk mendukung hal
tersebut harus diperhatikan mengenai keterpaduan (kohesi) gagasan dan kesinambungan
kalimat (koherensi). Secara khusus Keraf (1994:67) mengungkapkan bahwa kohesi dalam
paragraf menandakan bahwa semua kalimat yang terdapat dalam paragraf secara
bersama-sama menyatakan suatu hal atau tema tertentu, sedangkan koherensi merupakan
kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dan kalimat lain yang membentuk alinea
itu.
Selain syarat kepaduan dan kesinambungan tidak kalah pentingnya adalah syarat isi
yang memadai. Untuk lebih jelasnya tiga syarat yang baik adalah (1) kesatuan gagasan
(kohesi) dengan rumus satu paragraf satu ide pokok, (2) kesinambungan antarkalimat
(koherensi), dan (3) isi yang memadai dalam arti semua unsur pendukung ide tersebut
lengkap. Syarat-syarat tersebut penting untuk dipenuhi untuk membuat paragraf yang
baik. Jika hal itu tidak dilakukan uraian dalam paragraf akan sulit dipahami. Pada
akhirnya uraian yang hendak disampaikan kepada pembaca tidak akan terserap dengan
baik.
6.3 Unsur dan Teknik Menulis Paragraf
Setelah menentukan PU, tidak ada ketentuan harus berapa jumlah kalimat PP dibuat.
Panjang-pendek paragraf ditentukan oleh keluasan konsep. Namun, tentu saja jumlah
kalimat PP harus proporsional mengingat hanya menjelaskan satu PU. Umumnya panjang
paragraf maksimal setengah halaman. Sebagai pedoman, paragraf biasanya mengandung
transisi, pikiran utama (PU), pikiran penjelas (PP), dan penegas.
1. Transisi
Transisi adalah penghubung antarparagraf. Penghubung ini dapat berupa kata,
kelompok kata, atau kalimat. Kata sambung yang dapat dipakai sebagai penghubung
antarparagraf seperti sehubungan dengan hal itu, berkaitan dengan hal itu,
sementara itu, selanjutnya, selaras dengan hal itu, dapat digunakan sebagai transisi.
2. Pikiran Utama (PU)
Pikiran utama adalah inti persoalan atau gagasan yang ingin disampaikan dalam
paragraf. Pikiran utama ini dapat secara tersurat dalam kalimat tertentu, dapat pula
tersirat dalam keseluruhan uraian pada paragraf bersangkutan.
3. Pikiran Penjelas (PP)
Pikiran penjelas adalah rincian atau uraian pikiran yang menjelaskan gagasan atau
ide pokok (PU). Karena merupakan penjelas, PP terdiri atas beberapa kalimat.
4. Penegas
Penegas adalah bagian paragraf yang menegaskan inti persoalan atau pikiran utama
dalam paragraf. Fungsi penegas ada dua, yaitu sebagai pengulang atau penegas PU
dan sebagai unsur yang menambah daya tarik sebuah paragraf, menghindarkan
kejemuan pembaca (Tarigan, 1981: 20).
Unsur-unsur tersebut tidak selamanya hadir serempak dalam satu paragraf. Sering
sebuah paragraf ditulis tanpa kata atau kalimat transisi dan kalimat penegas. Selain itu,
letak tiap unsurnya juga tidak selamanya sama. PU, misalnya dapat saja terletak di
bagian akhir, bahkan dalam paragraf deskriptif PU merupakan simpulan dari semua
penjelasan dalam paragraf bersangkutan, tidak dinyatakan tersurat.
Penulis pemula biasanya mengalami kesulitan dalam membuat keterpaduan dan
kesinambungan gagasan di dalam kalimat. Agar dapat keluar dari kesulitan ini, setelah
PU ditentukan kita dapat membuat PP secara acak. Selanjutnya PP yang tidak teratur
tersebut dapat kita rangkaikan kembali secara sistematis. Harus diingat bahwa menulis
paragraf pada dasarnya sama dengan seni merangkai kalimat. Keterampilan merangkai
kalimat baru akan dikuasai setelah banyak berlatih.
6.4 Jenis
Jenis paragraf dapat dibedakan berdasarkan (a) pola pikir, (b) pengembangan, dan
(c) fungsi. Berdasarkan pola pikir, terdapat beberapa jenis paragraf, yaitu paragraf
deduktif, induktif, campuran, dan deskriptif. Berdasarkan pengembangan yang
dikandungnya paragraf dibedakan menjadi paragraf contoh, perbandingan, analogi, sebab
akibat, kronologi, perincian, dan definisi. Berdasarkan fungsi, paragraf ada tiga jenis
yaitu: pembuka, pengembang, dan penutup.
A. Paragraf Berdasarkan Pola Pikir
1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif merupakan paragraf yang dimulai dengan uraian yang
kemudian diikuti penjelasan. Dengan kata lain, pikiran utamanya diletakkan di awal
kemudian diikuti pikiran penjelas.
Contoh:
“Penerpan teknologi nano dalam bidang farmasi dan kesehatan memiliki potensi
yang cukup luar biasa untuk dikembangkan di Indonesia dalam menghadapi
kebutuhan obat-obatan masyarakat. Teknologi nano merupakan teknologi yang
memungkinkan suatu produk dipecah menjadi skala nanometer atau sepermiliar
meter. Dalam bidang farmasi teknologi nano dapat meningkatkan sifat kelarutan obat,
pelepasan senyawa aktif obat yang lebih terkontrol, dan memperbaiki stabilitas obat.
Selain itu, pemanfaatan teknologi nano dalam bidang farmasi juga memiliki
keuntungan lain yaitu dapat menekan biaya dan efek racun dari obat ketika seseorang
tengah mengonsumsi obat. Selain dalam bidang farmasi, penerapan teknologi nano di
Indonesia juga dapat dipergunakan untuk pengembangan lingkungan hidup, militer,
tekstil, dan lain-lain.”
2. Paragraf Induktif
Paragraf dengan pola induktif merupakan kebalikan dari deduktif, yaitu
keterangan atau pikiran penjelas diletakkan di awal kemudian diakhiri inti uraian atau
pikiran utama.
Contoh:
“Istilah unduh sebagai padanan kata download diambil dari bahasa daerah untuk
menggantikan istilah asing. Penyerapan kata dari bahasa lain merupakan kegiatan
yang lazim dilakukan dalam kegiatan berbahasa. Dalam konteks bahasa Indonesia,
penyerapan kata dari bahasa daerah menempati posisi pertama dalam pemerkayaan
bahasa Indonesia. Banyak sekali kata yang berasal dari bahasa daerah yang diserap
menjadi bahasa Indonesia seperti unggah, paguyuban, nyeri, dan gawai. Dengan
demikian, perkembangan bahasa tidak dapat dilepaskan dari keberadaan bahasa
daerah.”
3. Paragraf Campuran
Paragraf campuran atau deduktif-induktif dimulai dengan inti uraian (pikiran
utama), diikuti penjelasan (pikiran penjelas), dan diakhiri dengan penegasan atau
pengulangan inti uraian dengan kalimat yang bervariasi.
Contoh:
“Panjang usia manusia modern diprediksikan tidak akan melebihi umur tujuh
puluh tahun. Para ahli menyebutkan faktor eksternal merupakan salah satu penyebab
hal tersebut bisa terjadi. Makanan yang tidak sehat, bahan kimia, dan polusi udara
yang dikonsumsi manusia merupakan beberapa contoh faktor ekternal yang sulit
dihindari. Selain itu, faktor internal juga turut memengaruhi kondisi tubuh manusia.
Jarang berolah raga, stres, dan gaya hidup yang tidak sehat memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap usia seseorang. Hal-hal tersebut menyebabkan usia manusia
modern lebih pendek dibandingkan para leluhurnya pada zaman dahulu.”
4. Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif merupakan paragraf yang inti uraian atau pikiran utamanya
tersirat di seluruh uraian paragraf. Dengan demikian, inti uraian tersebut baru bisa
ditemukan setelah membaca seluruh uraian paragraf tersebut dan menyimpulkannya.
Contoh:
“Di Indonesia gaya arsitektur art deco dipopulerkan oleh Charles Proper Wolff
Schoemaker, salah seorang arsitek kenamaan di era kolonial. Desain arsitektur art
deco banyak ditemukan di wilayah Kota Bandung. Salah satu contohnya tampak pada
gedung hotel Savoy Homann Bandung. Hotel Savoy Homann terletak di Jalan Asia
Afrika. Posisinya tepat berada di seberang kantor redaksi harian Pikiran Rakyat.
Keseluruhan warna gedung hotel ini didominasi warna abu dan putih. Ornamen
gedung Savoy Homann berbentuk sederhana dan disajikan dalam bentuk berupa pola
zig-zag, geometris, atau berlapis-lapis. Jika dilihat dari seberang jalan, gedung Savoy
Homann memiliki komposisi massa gedung yang bertingkat-tingkat dengan pola
asimetris, dilengkapi unsur dekoratif yang terletak pada wilayah pinggir bangunan.
Salah satu hal yang mencolok dari gedung Savoy Homann berada tepat di bagian
tengah gedung yaitu kita akan melihat menara yang tidak terlalu tinggi sebagai
penanda citra arsitektur art deco.”
B. Paragraf Berdasarkan Pengembangan
1. Paragraf Contoh
Pikiran utama dikembangkan dengan memberikan contoh sehingga jelas
pengertiannya.
Contoh:
“Perkembangan teknologi informasi yang pesat dewasa ini telah menimbulkan
paradigma baru dalam pengelolaan wilayah perkotaan melalui konsep smart city.
Smart city adalah sebuah konsep kota cerdas yang membantu masyarakatnya
mengelola sumber daya yang ada dengan efisien seperti pemberian informasi
melalui teknologi informasi. Sebuah kota dikatakan memiliki konsep smart city
apabila telah memenuhi lima standar yang ditetapkan dalam bidang ekonomi,
lingkungan, budaya, teknologi informasi, dan pemerintahan. Beberapa kota yang
telah menerapkan contoh smart city di dunia contohnya Barcelona dan Tokyo.
Barcelona yang mengelola kotanya melalui program smart energy yang mampu
mengontrol hampir lima puluh persen energi perkotaan dan smart water melalui
program taman-taman kota yang memiliki alat pengendali irigasi jarak jauh.
Adapun Tokyo memiliki The Imperial Palace atau pulau hijau di perkotaan.
Rumah-rumah di Tokyo dapat menciptakan energi surya dan angin. Selain itu,
rumah-rumah tersebut juga dilengkapi dengan sistem perkiraan cuaca, LED, dan
generator yang mampu menciptakan listrik sendiri.”
2. Paragraf Perbandingan
Pikiran utama dijelaskan dengan membandingkan dua hal, persamaan dan
perbedaannya.
Contoh:
“Walaupun sama-sama dipergunakan sebagai pendukung alat transportasi, mesin
motor 4 tak dan 2 tak memiliki persamaan dan perbedaan masing-masing. Mesin
motor 4 tak dan 2 tak memiliki persamaan cara kerja yang serupa dalam
penciptaan tenaga hasil pembakaran yaitu berdasarkan campuran bensin, bensol,
dan etanol yang dapat terbakar dengan udara melalui pemampatan yang dilakukan
oleh piston. Walaupun begitu terdapat perbedaan anatara mesin motor 2 tak dan 4
tak. Untuk mendapatkan satu kali tenaga hasil pembakaran gas, motor 2 tak
memerlukan 2 kali gerakan piston naik turun, sedangkan mesin motor 4 tak
diperlukan 4 kali gerakan piston naik turun. Dari segi penggunaan bahan bakar
mesin 2 tak memerlukan bahan bakar campuran bensin dengan oli. Adapun mesin
motor 4 tak memakai bensin murni. Pada bagian mesin, motor 2 tak memerlukan
setiap piston mempunyai dua buah ring yaitu kompresi 1 dan 2, sedangkan pada
motor 4 tak memiliki empat buah ring.”
3. Paragraf Analogi
Pikiran utama dijelaskan dengan mengibaratkan atau mengumpamakan dengan
sesuatu yang memiliki kesamaan pola.
Contoh:
“Kehidupan manusia ibarat roda yang sedang berputar, kadang berada di atas,
kadang-kadang berada di bawah. Suatu waktu mungkin juga roda itu meluncur
cepat tanpa goncangan sebab melaju di jalan tol. Pada waktu yang lain roda itu
penuh goncangan karena berjalan melalui batu-batu dan lubang-lubang yang
dalam. Adakalanya roda itu harus mendaki tanjakan yang sangat tajam, namun
tidak jarang juga harus meluncuri turunan yang licin.”
4. Paragraf Sebab-Akibat
Pikiran utama dijelaskan dengan mengemukakan sebab atau akibat dari
pernyataan-pernyataan.
Contoh:
“Banjir dapat disebabkan faktor-faktor berikut: (1) sungai-sungai yang makin
sempit dan dangkal, (2) hutan-hutan yang makin kerdil, dan (3) sampah yang
dibuang sembarangan. Faktor pertama merupakan akibat tepian sungai dijadikan
permukiman. Faktor kedua merupakan akibat keserakahan dalam meraup
keuntungan sehingga hutan ditebang sewenang-wenang. Faktor ketiga sebagai
akibat rendahnya kesadaran lingkungan yang mungkin pula disebabkan kurangnya
pendidikan.”
5. Paragraf Kronologi
Pikiran utama dijelaskan dengan memberikan keterangan secara terperinci dari A
sampai Z yang menyangkut waktu,orang, kejadian, dan sebagainya.
Contoh:
“Proses kejadian manusia menurut ahli antropologi adalah sebagai berikut. Sejenis
makhluk yang disebut primata, muncul pertama kali dari mamalia kira-kira tujuh
puluh juta tahun yang lalu. Setelah berevolusi kurang lebih selama empat puluh
juta tahun makhluk primata itu bercabang-cabang di antaranya sejenis cabang
yang disebut hominoid. Setelah menempuh waktu selama lima belas juta tahun,
dari hominoid itu lahirlah sejenis kera yang disebut pongid. Setelah menempuh
kurun waktu lima belas juta tahun lagi, dari pongid lahirlah makhluk baru yang
disebut hominid (manusia).”
6. Paragraf Perincian
Pikiran utama dijelaskan dengan memberikan uraian secara terperinci.
Contoh:
“Alat indra adalah alat yang dimiliki manusia untuk mengenal sesuatu. Alat
tersebut ada lima: mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Mata berfungsi untuk
mengenal rupa atau warna, menyaring dan memfokuskan cahaya, menikmati
keindahan, dan memahami keadaan sesuatu. Telinga dipakai untuk mengenal
suara, berkomunikasi, menyimak pembicaraan orang, menikmati musik dan
telinga juga merupakan organ penyeimbang tubuh secara keseluruhan. Hidung
memiliki fungsi untuk mengenal bau-bauan dan sarana pernapasan. Adapun lidah
dipakai untuk mengenal rasa dan berbicara, sedangkan kulit dipergunakan sebagai
sarana sekresi dan mengenal halus atau kasarnya sesuatu.”
7. Paragraf Definisi
Sebuah istilah atau pengertian yang terkandung dalam pikiran utama memerlukan
penjelasan yang definitif. Paragraf yang mengandung uraian demikian disebut
paragraf definisi.
Contoh:
“Etika mengkaji tindak-tanduk manusia yang dilakukan secara sadar, sengaja, dan
bebas. Sadar artinya dalam keadaan jaga, tidak sedang mengigau, pingsan, atau
lupa. Sengaja berarti direncanakan, bukan secar kebetulan. Bebas maksudnya
dalam keadaan boleh memilih antara dilakukan atau tidak. Semua perilaku itu
kemudian dinilai baik buruknya menurut norma yang berlaku dalam masyarakat.
Dengan demikian, dapat didefinisikan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari
tindak-tanduk manusia yang dilakukan secara sadar, sengaja, dan bebas untuk
dinilai baik buruknya menurut norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.”

More Related Content

What's hot

7. paragraf dan pengembangannya
7. paragraf dan pengembangannya7. paragraf dan pengembangannya
7. paragraf dan pengembangannyabusitisahara
 
92342285 contoh-dengan-2-node-teorema-superposisi
92342285 contoh-dengan-2-node-teorema-superposisi92342285 contoh-dengan-2-node-teorema-superposisi
92342285 contoh-dengan-2-node-teorema-superposisidrui
 
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945Rido Frans
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaSusanti Susanti
 
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa IndonesiaMakalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa IndonesiaBram Agus Leonardo
 
Paragraf dan pengembangannya
Paragraf dan pengembangannyaParagraf dan pengembangannya
Paragraf dan pengembangannyaLia Destiani
 
5. diksi dalam kalimat
5. diksi dalam kalimat5. diksi dalam kalimat
5. diksi dalam kalimatbusitisahara
 
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiah
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiahStruktur bahasa indonesia ragam ilmiah
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiahImroati Ar
 
Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik lindkw
 
PENGERTIAN, DEFINISI, DAN PENYUSUNAN DEFINISI
PENGERTIAN, DEFINISI, DAN PENYUSUNAN DEFINISIPENGERTIAN, DEFINISI, DAN PENYUSUNAN DEFINISI
PENGERTIAN, DEFINISI, DAN PENYUSUNAN DEFINISIsyoretta
 
Makalah pancasila dalam sejarah bangsa
Makalah pancasila dalam sejarah bangsaMakalah pancasila dalam sejarah bangsa
Makalah pancasila dalam sejarah bangsaWarnet Raha
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan IndonesiaPancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesiarezekysholikhah
 
Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa Indonesia
Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa IndonesiaEjaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa Indonesia
Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa IndonesiaUNIB
 
Tabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan Heksadesimal
Tabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan HeksadesimalTabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan Heksadesimal
Tabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan HeksadesimalMustahal SSi
 
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaPancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaRiska Yuliatiningsih
 
PPT animasi menulis pantun
PPT animasi menulis pantunPPT animasi menulis pantun
PPT animasi menulis pantunirmanopianti
 

What's hot (20)

7. paragraf dan pengembangannya
7. paragraf dan pengembangannya7. paragraf dan pengembangannya
7. paragraf dan pengembangannya
 
92342285 contoh-dengan-2-node-teorema-superposisi
92342285 contoh-dengan-2-node-teorema-superposisi92342285 contoh-dengan-2-node-teorema-superposisi
92342285 contoh-dengan-2-node-teorema-superposisi
 
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
 
Penulisan paragraf
Penulisan paragrafPenulisan paragraf
Penulisan paragraf
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
 
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa IndonesiaMakalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
 
Paragraf dan pengembangannya
Paragraf dan pengembangannyaParagraf dan pengembangannya
Paragraf dan pengembangannya
 
5. diksi dalam kalimat
5. diksi dalam kalimat5. diksi dalam kalimat
5. diksi dalam kalimat
 
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiah
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiahStruktur bahasa indonesia ragam ilmiah
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiah
 
Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik
 
PENGERTIAN, DEFINISI, DAN PENYUSUNAN DEFINISI
PENGERTIAN, DEFINISI, DAN PENYUSUNAN DEFINISIPENGERTIAN, DEFINISI, DAN PENYUSUNAN DEFINISI
PENGERTIAN, DEFINISI, DAN PENYUSUNAN DEFINISI
 
Makalah pancasila dalam sejarah bangsa
Makalah pancasila dalam sejarah bangsaMakalah pancasila dalam sejarah bangsa
Makalah pancasila dalam sejarah bangsa
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan IndonesiaPancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
 
Laporan praktikum karakteristik dioda
Laporan praktikum karakteristik diodaLaporan praktikum karakteristik dioda
Laporan praktikum karakteristik dioda
 
Penulisan Huruf dan Kata
Penulisan Huruf dan KataPenulisan Huruf dan Kata
Penulisan Huruf dan Kata
 
Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa Indonesia
Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa IndonesiaEjaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa Indonesia
Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa Indonesia
 
Tabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan Heksadesimal
Tabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan HeksadesimalTabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan Heksadesimal
Tabel padanan bilangan Desimal, Biner, Oktal dan Heksadesimal
 
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaPancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
 
PPT animasi menulis pantun
PPT animasi menulis pantunPPT animasi menulis pantun
PPT animasi menulis pantun
 

Similar to PARAGRAF

Pengembangan paragraf
Pengembangan paragrafPengembangan paragraf
Pengembangan paragrafadityaaad
 
Makalah Bahasa Indonesia Paragraf - Kelompok 5 (1).docx
Makalah Bahasa Indonesia Paragraf - Kelompok 5 (1).docxMakalah Bahasa Indonesia Paragraf - Kelompok 5 (1).docx
Makalah Bahasa Indonesia Paragraf - Kelompok 5 (1).docxRara80056
 
Unsur kebahasaan dalam karya ilmiah
Unsur kebahasaan dalam karya ilmiahUnsur kebahasaan dalam karya ilmiah
Unsur kebahasaan dalam karya ilmiahMutiara Anggraini
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individutaufiq99
 
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdf
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdfMAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdf
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdfRusdhyCharles
 
Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..
Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..
Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..friget_rudzi
 
MODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptx
MODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptxMODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptx
MODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptxindro14
 
Paragraf bahasa indonesia
Paragraf bahasa indonesia Paragraf bahasa indonesia
Paragraf bahasa indonesia Desi Rahmawati
 
Bahasa indonesia (Paragraf)
Bahasa indonesia (Paragraf)Bahasa indonesia (Paragraf)
Bahasa indonesia (Paragraf)Christian Lokas
 
Kelompok puput cover
Kelompok puput coverKelompok puput cover
Kelompok puput covertaufiq99
 
B. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAF
B. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAFB. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAF
B. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAFEuisKomaracilvi
 
Makalah paragram yuli susastra stit bb edit
Makalah paragram yuli susastra stit bb editMakalah paragram yuli susastra stit bb edit
Makalah paragram yuli susastra stit bb editMuhammad Arifin
 

Similar to PARAGRAF (20)

Pengembangan paragraf
Pengembangan paragrafPengembangan paragraf
Pengembangan paragraf
 
Makalah Bahasa Indonesia Paragraf - Kelompok 5 (1).docx
Makalah Bahasa Indonesia Paragraf - Kelompok 5 (1).docxMakalah Bahasa Indonesia Paragraf - Kelompok 5 (1).docx
Makalah Bahasa Indonesia Paragraf - Kelompok 5 (1).docx
 
Deby r
Deby rDeby r
Deby r
 
Tinpus ppt
Tinpus pptTinpus ppt
Tinpus ppt
 
Unsur kebahasaan dalam karya ilmiah
Unsur kebahasaan dalam karya ilmiahUnsur kebahasaan dalam karya ilmiah
Unsur kebahasaan dalam karya ilmiah
 
Kelompok Paragraf
Kelompok ParagrafKelompok Paragraf
Kelompok Paragraf
 
Pembentukan paragraf
Pembentukan paragrafPembentukan paragraf
Pembentukan paragraf
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
 
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdf
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdfMAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdf
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Tentang_PARAGRA.pdf
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..
Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..
Ejaan, pilihan kata, kalimat dan paragraf..
 
MODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptx
MODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptxMODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptx
MODUL 3 - PARAGRAF (KET. MENULIS) (1).pptx
 
Paragraf bahasa indonesia
Paragraf bahasa indonesia Paragraf bahasa indonesia
Paragraf bahasa indonesia
 
Bahasa indonesia (Paragraf)
Bahasa indonesia (Paragraf)Bahasa indonesia (Paragraf)
Bahasa indonesia (Paragraf)
 
Kelompok puput cover
Kelompok puput coverKelompok puput cover
Kelompok puput cover
 
B. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAF
B. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAFB. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAF
B. INDO TUGAS 4 ANALISIS PEMADATTAN CIRI PARAGRAF
 
Makalah paragram yuli susastra stit bb edit
Makalah paragram yuli susastra stit bb editMakalah paragram yuli susastra stit bb edit
Makalah paragram yuli susastra stit bb edit
 
Makalah Bahasa Indonesia
Makalah Bahasa IndonesiaMakalah Bahasa Indonesia
Makalah Bahasa Indonesia
 
PARAGRAF
PARAGRAFPARAGRAF
PARAGRAF
 
Unsur karangan
Unsur karanganUnsur karangan
Unsur karangan
 

More from mudanp.com

Radikalisme terorisme
Radikalisme   terorismeRadikalisme   terorisme
Radikalisme terorismemudanp.com
 
PARTAI POLITIK
PARTAI POLITIKPARTAI POLITIK
PARTAI POLITIKmudanp.com
 
PENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARA
PENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARAPENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARA
PENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARAmudanp.com
 
Pengantar ilmu politik
Pengantar ilmu politik Pengantar ilmu politik
Pengantar ilmu politik mudanp.com
 
13 bidang2 studi hukum
13 bidang2 studi hukum13 bidang2 studi hukum
13 bidang2 studi hukummudanp.com
 
11 penemuan hukum
11 penemuan hukum11 penemuan hukum
11 penemuan hukummudanp.com
 
12 hukum kekuasaan
12 hukum   kekuasaan12 hukum   kekuasaan
12 hukum kekuasaanmudanp.com
 
10 penerapan penegakan hukum
10 penerapan   penegakan hukum10 penerapan   penegakan hukum
10 penerapan penegakan hukummudanp.com
 
09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukummudanp.com
 
08 sumber hukum
08 sumber hukum08 sumber hukum
08 sumber hukummudanp.com
 
07 asas asas hukum
07 asas asas hukum07 asas asas hukum
07 asas asas hukummudanp.com
 
06 dasar mengikatnya hukum
06 dasar mengikatnya hukum06 dasar mengikatnya hukum
06 dasar mengikatnya hukummudanp.com
 
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukummudanp.com
 
04 hub manusia,masy,norma dg hukum
04 hub manusia,masy,norma dg hukum04 hub manusia,masy,norma dg hukum
04 hub manusia,masy,norma dg hukummudanp.com
 
03 manusia, masyarakat, norma
03 manusia, masyarakat, norma03 manusia, masyarakat, norma
03 manusia, masyarakat, normamudanp.com
 
02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk
02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk 02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk
02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk mudanp.com
 
01 pengantar ilmu hukum
01 pengantar ilmu hukum01 pengantar ilmu hukum
01 pengantar ilmu hukummudanp.com
 
MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMMATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMmudanp.com
 
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM mudanp.com
 

More from mudanp.com (20)

Radikalisme terorisme
Radikalisme   terorismeRadikalisme   terorisme
Radikalisme terorisme
 
PARTAI POLITIK
PARTAI POLITIKPARTAI POLITIK
PARTAI POLITIK
 
PENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARA
PENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARAPENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARA
PENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARA
 
Pengantar ilmu politik
Pengantar ilmu politik Pengantar ilmu politik
Pengantar ilmu politik
 
13 bidang2 studi hukum
13 bidang2 studi hukum13 bidang2 studi hukum
13 bidang2 studi hukum
 
11 penemuan hukum
11 penemuan hukum11 penemuan hukum
11 penemuan hukum
 
12 hukum kekuasaan
12 hukum   kekuasaan12 hukum   kekuasaan
12 hukum kekuasaan
 
10 penerapan penegakan hukum
10 penerapan   penegakan hukum10 penerapan   penegakan hukum
10 penerapan penegakan hukum
 
09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum
 
08 sumber hukum
08 sumber hukum08 sumber hukum
08 sumber hukum
 
07 asas asas hukum
07 asas asas hukum07 asas asas hukum
07 asas asas hukum
 
06 dasar mengikatnya hukum
06 dasar mengikatnya hukum06 dasar mengikatnya hukum
06 dasar mengikatnya hukum
 
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
 
04 hub manusia,masy,norma dg hukum
04 hub manusia,masy,norma dg hukum04 hub manusia,masy,norma dg hukum
04 hub manusia,masy,norma dg hukum
 
03 manusia, masyarakat, norma
03 manusia, masyarakat, norma03 manusia, masyarakat, norma
03 manusia, masyarakat, norma
 
02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk
02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk 02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk
02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk
 
01 pengantar ilmu hukum
01 pengantar ilmu hukum01 pengantar ilmu hukum
01 pengantar ilmu hukum
 
MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMMATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
 
MUAMALAH PAI
MUAMALAH PAIMUAMALAH PAI
MUAMALAH PAI
 
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
 

Recently uploaded

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 

PARAGRAF

  • 1. PEMARAGRAFAN 6.1 Pengertian Paragraf sering disebut alinea. istilah paragraf diserap dari bahasa Inggris, paragraph, sedangkan alinea dari bahasa Belanda yang berasal dari bahasa Latin a linea yang berarti tidak segaris karena penulisannya bertakuk. Paragraf berasal dari kata Yunani para, yang berarti sebelum dan grafein yang berarti menulis. Pada awalnya kata itu dipakai untuk tanda ᴨ sebagai ciri awal paragraf (baru). Secara definitif sebenarnya terdapat beberapa pengertian yang berbeda meskipun saling melengkapi paragraf. Ada yang mengartikan paragraf adalah kelompok kalimat yang menjadi bagian langsung dari karangan. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan J.S. Badudu dan Sutan Muhammad Zain tertulis pengertian bahwa paragraf adalah bagian wacana yang mengandung satu tema pokok, ditandai dengan permulaan baris yang agak menjorok ke dalam (bentuk takuk) atau spasi yang lebih besar dengan paragraf berikutnya jika digunakan tulisan bentuk lurus (1994: 1003). Terhadap pengertian tersebut dapat dilontarkan pertanyaan, misalnya kelompok kalimat yang bagaimana yang menjadi bagian langsung dari suatu karangan itu, bagaimana satu tema pokok dalam paragraf disusun, bagaimana pula dikembangkan, dan bagaimana sesuatu di balik yang ditulis harus dirangkaikan sehingga dapat dipahami pembaca. Dari pertanyaan ini dapat disusun sebuah pengertian paragraf yang lebih lengkap, yakni paragraf adalah kelompok kalimat yang merupakan bagian langsung dari sebuah karangan, terdiri atas satu ide pokok yang dikembangkan beberapa pikiran penjelas dan disusun secara sitematik-logis. 6.2 Syarat Persyaratan pertama dalam pembuatan paragraf yaitu paragraf hanya mengemukakan satu pokok pikiran utama (PU) yang dikemukakan secara tersirat atau tersurat. Pokok pikiran ini kemudian dikembangkan dalam beberapa pikiran penjelas (PP). Hal ini penting untuk menghindari loncatan pemikiran yang sering terjadi dalam penulisan. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan gagasan pada paragraf akan sulit dipahami dengan baik. Syarat pembuatan paragraf yang lain adalah adanya kelengkapan yaitu sebuah paragraf yang ditulis harus mencakup semua informasi yang dibutuhkan untuk membangun gagasan utama. Dengan demikian, ketika proses pembacaan dilakukan informasi tersebut dapat diserap secara langsung oleh pembaca. Untuk mendukung hal tersebut harus diperhatikan mengenai keterpaduan (kohesi) gagasan dan kesinambungan kalimat (koherensi). Secara khusus Keraf (1994:67) mengungkapkan bahwa kohesi dalam paragraf menandakan bahwa semua kalimat yang terdapat dalam paragraf secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau tema tertentu, sedangkan koherensi merupakan kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dan kalimat lain yang membentuk alinea itu. Selain syarat kepaduan dan kesinambungan tidak kalah pentingnya adalah syarat isi yang memadai. Untuk lebih jelasnya tiga syarat yang baik adalah (1) kesatuan gagasan (kohesi) dengan rumus satu paragraf satu ide pokok, (2) kesinambungan antarkalimat
  • 2. (koherensi), dan (3) isi yang memadai dalam arti semua unsur pendukung ide tersebut lengkap. Syarat-syarat tersebut penting untuk dipenuhi untuk membuat paragraf yang baik. Jika hal itu tidak dilakukan uraian dalam paragraf akan sulit dipahami. Pada akhirnya uraian yang hendak disampaikan kepada pembaca tidak akan terserap dengan baik. 6.3 Unsur dan Teknik Menulis Paragraf Setelah menentukan PU, tidak ada ketentuan harus berapa jumlah kalimat PP dibuat. Panjang-pendek paragraf ditentukan oleh keluasan konsep. Namun, tentu saja jumlah kalimat PP harus proporsional mengingat hanya menjelaskan satu PU. Umumnya panjang paragraf maksimal setengah halaman. Sebagai pedoman, paragraf biasanya mengandung transisi, pikiran utama (PU), pikiran penjelas (PP), dan penegas. 1. Transisi Transisi adalah penghubung antarparagraf. Penghubung ini dapat berupa kata, kelompok kata, atau kalimat. Kata sambung yang dapat dipakai sebagai penghubung antarparagraf seperti sehubungan dengan hal itu, berkaitan dengan hal itu, sementara itu, selanjutnya, selaras dengan hal itu, dapat digunakan sebagai transisi. 2. Pikiran Utama (PU) Pikiran utama adalah inti persoalan atau gagasan yang ingin disampaikan dalam paragraf. Pikiran utama ini dapat secara tersurat dalam kalimat tertentu, dapat pula tersirat dalam keseluruhan uraian pada paragraf bersangkutan. 3. Pikiran Penjelas (PP) Pikiran penjelas adalah rincian atau uraian pikiran yang menjelaskan gagasan atau ide pokok (PU). Karena merupakan penjelas, PP terdiri atas beberapa kalimat. 4. Penegas Penegas adalah bagian paragraf yang menegaskan inti persoalan atau pikiran utama dalam paragraf. Fungsi penegas ada dua, yaitu sebagai pengulang atau penegas PU dan sebagai unsur yang menambah daya tarik sebuah paragraf, menghindarkan kejemuan pembaca (Tarigan, 1981: 20). Unsur-unsur tersebut tidak selamanya hadir serempak dalam satu paragraf. Sering sebuah paragraf ditulis tanpa kata atau kalimat transisi dan kalimat penegas. Selain itu, letak tiap unsurnya juga tidak selamanya sama. PU, misalnya dapat saja terletak di bagian akhir, bahkan dalam paragraf deskriptif PU merupakan simpulan dari semua penjelasan dalam paragraf bersangkutan, tidak dinyatakan tersurat. Penulis pemula biasanya mengalami kesulitan dalam membuat keterpaduan dan kesinambungan gagasan di dalam kalimat. Agar dapat keluar dari kesulitan ini, setelah PU ditentukan kita dapat membuat PP secara acak. Selanjutnya PP yang tidak teratur tersebut dapat kita rangkaikan kembali secara sistematis. Harus diingat bahwa menulis paragraf pada dasarnya sama dengan seni merangkai kalimat. Keterampilan merangkai kalimat baru akan dikuasai setelah banyak berlatih.
  • 3. 6.4 Jenis Jenis paragraf dapat dibedakan berdasarkan (a) pola pikir, (b) pengembangan, dan (c) fungsi. Berdasarkan pola pikir, terdapat beberapa jenis paragraf, yaitu paragraf deduktif, induktif, campuran, dan deskriptif. Berdasarkan pengembangan yang dikandungnya paragraf dibedakan menjadi paragraf contoh, perbandingan, analogi, sebab akibat, kronologi, perincian, dan definisi. Berdasarkan fungsi, paragraf ada tiga jenis yaitu: pembuka, pengembang, dan penutup. A. Paragraf Berdasarkan Pola Pikir 1. Paragraf Deduktif Paragraf deduktif merupakan paragraf yang dimulai dengan uraian yang kemudian diikuti penjelasan. Dengan kata lain, pikiran utamanya diletakkan di awal kemudian diikuti pikiran penjelas. Contoh: “Penerpan teknologi nano dalam bidang farmasi dan kesehatan memiliki potensi yang cukup luar biasa untuk dikembangkan di Indonesia dalam menghadapi kebutuhan obat-obatan masyarakat. Teknologi nano merupakan teknologi yang memungkinkan suatu produk dipecah menjadi skala nanometer atau sepermiliar meter. Dalam bidang farmasi teknologi nano dapat meningkatkan sifat kelarutan obat, pelepasan senyawa aktif obat yang lebih terkontrol, dan memperbaiki stabilitas obat. Selain itu, pemanfaatan teknologi nano dalam bidang farmasi juga memiliki keuntungan lain yaitu dapat menekan biaya dan efek racun dari obat ketika seseorang tengah mengonsumsi obat. Selain dalam bidang farmasi, penerapan teknologi nano di Indonesia juga dapat dipergunakan untuk pengembangan lingkungan hidup, militer, tekstil, dan lain-lain.” 2. Paragraf Induktif Paragraf dengan pola induktif merupakan kebalikan dari deduktif, yaitu keterangan atau pikiran penjelas diletakkan di awal kemudian diakhiri inti uraian atau pikiran utama. Contoh: “Istilah unduh sebagai padanan kata download diambil dari bahasa daerah untuk menggantikan istilah asing. Penyerapan kata dari bahasa lain merupakan kegiatan yang lazim dilakukan dalam kegiatan berbahasa. Dalam konteks bahasa Indonesia, penyerapan kata dari bahasa daerah menempati posisi pertama dalam pemerkayaan bahasa Indonesia. Banyak sekali kata yang berasal dari bahasa daerah yang diserap menjadi bahasa Indonesia seperti unggah, paguyuban, nyeri, dan gawai. Dengan demikian, perkembangan bahasa tidak dapat dilepaskan dari keberadaan bahasa daerah.” 3. Paragraf Campuran Paragraf campuran atau deduktif-induktif dimulai dengan inti uraian (pikiran utama), diikuti penjelasan (pikiran penjelas), dan diakhiri dengan penegasan atau pengulangan inti uraian dengan kalimat yang bervariasi.
  • 4. Contoh: “Panjang usia manusia modern diprediksikan tidak akan melebihi umur tujuh puluh tahun. Para ahli menyebutkan faktor eksternal merupakan salah satu penyebab hal tersebut bisa terjadi. Makanan yang tidak sehat, bahan kimia, dan polusi udara yang dikonsumsi manusia merupakan beberapa contoh faktor ekternal yang sulit dihindari. Selain itu, faktor internal juga turut memengaruhi kondisi tubuh manusia. Jarang berolah raga, stres, dan gaya hidup yang tidak sehat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap usia seseorang. Hal-hal tersebut menyebabkan usia manusia modern lebih pendek dibandingkan para leluhurnya pada zaman dahulu.” 4. Paragraf Deskriptif Paragraf deskriptif merupakan paragraf yang inti uraian atau pikiran utamanya tersirat di seluruh uraian paragraf. Dengan demikian, inti uraian tersebut baru bisa ditemukan setelah membaca seluruh uraian paragraf tersebut dan menyimpulkannya. Contoh: “Di Indonesia gaya arsitektur art deco dipopulerkan oleh Charles Proper Wolff Schoemaker, salah seorang arsitek kenamaan di era kolonial. Desain arsitektur art deco banyak ditemukan di wilayah Kota Bandung. Salah satu contohnya tampak pada gedung hotel Savoy Homann Bandung. Hotel Savoy Homann terletak di Jalan Asia Afrika. Posisinya tepat berada di seberang kantor redaksi harian Pikiran Rakyat. Keseluruhan warna gedung hotel ini didominasi warna abu dan putih. Ornamen gedung Savoy Homann berbentuk sederhana dan disajikan dalam bentuk berupa pola zig-zag, geometris, atau berlapis-lapis. Jika dilihat dari seberang jalan, gedung Savoy Homann memiliki komposisi massa gedung yang bertingkat-tingkat dengan pola asimetris, dilengkapi unsur dekoratif yang terletak pada wilayah pinggir bangunan. Salah satu hal yang mencolok dari gedung Savoy Homann berada tepat di bagian tengah gedung yaitu kita akan melihat menara yang tidak terlalu tinggi sebagai penanda citra arsitektur art deco.” B. Paragraf Berdasarkan Pengembangan 1. Paragraf Contoh Pikiran utama dikembangkan dengan memberikan contoh sehingga jelas pengertiannya. Contoh: “Perkembangan teknologi informasi yang pesat dewasa ini telah menimbulkan paradigma baru dalam pengelolaan wilayah perkotaan melalui konsep smart city. Smart city adalah sebuah konsep kota cerdas yang membantu masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dengan efisien seperti pemberian informasi melalui teknologi informasi. Sebuah kota dikatakan memiliki konsep smart city apabila telah memenuhi lima standar yang ditetapkan dalam bidang ekonomi, lingkungan, budaya, teknologi informasi, dan pemerintahan. Beberapa kota yang telah menerapkan contoh smart city di dunia contohnya Barcelona dan Tokyo. Barcelona yang mengelola kotanya melalui program smart energy yang mampu mengontrol hampir lima puluh persen energi perkotaan dan smart water melalui
  • 5. program taman-taman kota yang memiliki alat pengendali irigasi jarak jauh. Adapun Tokyo memiliki The Imperial Palace atau pulau hijau di perkotaan. Rumah-rumah di Tokyo dapat menciptakan energi surya dan angin. Selain itu, rumah-rumah tersebut juga dilengkapi dengan sistem perkiraan cuaca, LED, dan generator yang mampu menciptakan listrik sendiri.” 2. Paragraf Perbandingan Pikiran utama dijelaskan dengan membandingkan dua hal, persamaan dan perbedaannya. Contoh: “Walaupun sama-sama dipergunakan sebagai pendukung alat transportasi, mesin motor 4 tak dan 2 tak memiliki persamaan dan perbedaan masing-masing. Mesin motor 4 tak dan 2 tak memiliki persamaan cara kerja yang serupa dalam penciptaan tenaga hasil pembakaran yaitu berdasarkan campuran bensin, bensol, dan etanol yang dapat terbakar dengan udara melalui pemampatan yang dilakukan oleh piston. Walaupun begitu terdapat perbedaan anatara mesin motor 2 tak dan 4 tak. Untuk mendapatkan satu kali tenaga hasil pembakaran gas, motor 2 tak memerlukan 2 kali gerakan piston naik turun, sedangkan mesin motor 4 tak diperlukan 4 kali gerakan piston naik turun. Dari segi penggunaan bahan bakar mesin 2 tak memerlukan bahan bakar campuran bensin dengan oli. Adapun mesin motor 4 tak memakai bensin murni. Pada bagian mesin, motor 2 tak memerlukan setiap piston mempunyai dua buah ring yaitu kompresi 1 dan 2, sedangkan pada motor 4 tak memiliki empat buah ring.” 3. Paragraf Analogi Pikiran utama dijelaskan dengan mengibaratkan atau mengumpamakan dengan sesuatu yang memiliki kesamaan pola. Contoh: “Kehidupan manusia ibarat roda yang sedang berputar, kadang berada di atas, kadang-kadang berada di bawah. Suatu waktu mungkin juga roda itu meluncur cepat tanpa goncangan sebab melaju di jalan tol. Pada waktu yang lain roda itu penuh goncangan karena berjalan melalui batu-batu dan lubang-lubang yang dalam. Adakalanya roda itu harus mendaki tanjakan yang sangat tajam, namun tidak jarang juga harus meluncuri turunan yang licin.” 4. Paragraf Sebab-Akibat Pikiran utama dijelaskan dengan mengemukakan sebab atau akibat dari pernyataan-pernyataan. Contoh: “Banjir dapat disebabkan faktor-faktor berikut: (1) sungai-sungai yang makin sempit dan dangkal, (2) hutan-hutan yang makin kerdil, dan (3) sampah yang dibuang sembarangan. Faktor pertama merupakan akibat tepian sungai dijadikan permukiman. Faktor kedua merupakan akibat keserakahan dalam meraup keuntungan sehingga hutan ditebang sewenang-wenang. Faktor ketiga sebagai
  • 6. akibat rendahnya kesadaran lingkungan yang mungkin pula disebabkan kurangnya pendidikan.” 5. Paragraf Kronologi Pikiran utama dijelaskan dengan memberikan keterangan secara terperinci dari A sampai Z yang menyangkut waktu,orang, kejadian, dan sebagainya. Contoh: “Proses kejadian manusia menurut ahli antropologi adalah sebagai berikut. Sejenis makhluk yang disebut primata, muncul pertama kali dari mamalia kira-kira tujuh puluh juta tahun yang lalu. Setelah berevolusi kurang lebih selama empat puluh juta tahun makhluk primata itu bercabang-cabang di antaranya sejenis cabang yang disebut hominoid. Setelah menempuh waktu selama lima belas juta tahun, dari hominoid itu lahirlah sejenis kera yang disebut pongid. Setelah menempuh kurun waktu lima belas juta tahun lagi, dari pongid lahirlah makhluk baru yang disebut hominid (manusia).” 6. Paragraf Perincian Pikiran utama dijelaskan dengan memberikan uraian secara terperinci. Contoh: “Alat indra adalah alat yang dimiliki manusia untuk mengenal sesuatu. Alat tersebut ada lima: mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Mata berfungsi untuk mengenal rupa atau warna, menyaring dan memfokuskan cahaya, menikmati keindahan, dan memahami keadaan sesuatu. Telinga dipakai untuk mengenal suara, berkomunikasi, menyimak pembicaraan orang, menikmati musik dan telinga juga merupakan organ penyeimbang tubuh secara keseluruhan. Hidung memiliki fungsi untuk mengenal bau-bauan dan sarana pernapasan. Adapun lidah dipakai untuk mengenal rasa dan berbicara, sedangkan kulit dipergunakan sebagai sarana sekresi dan mengenal halus atau kasarnya sesuatu.” 7. Paragraf Definisi Sebuah istilah atau pengertian yang terkandung dalam pikiran utama memerlukan penjelasan yang definitif. Paragraf yang mengandung uraian demikian disebut paragraf definisi. Contoh: “Etika mengkaji tindak-tanduk manusia yang dilakukan secara sadar, sengaja, dan bebas. Sadar artinya dalam keadaan jaga, tidak sedang mengigau, pingsan, atau lupa. Sengaja berarti direncanakan, bukan secar kebetulan. Bebas maksudnya dalam keadaan boleh memilih antara dilakukan atau tidak. Semua perilaku itu kemudian dinilai baik buruknya menurut norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat didefinisikan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari tindak-tanduk manusia yang dilakukan secara sadar, sengaja, dan bebas untuk dinilai baik buruknya menurut norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.”