tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
Bab ii ejaan bahasa indonesia
1. BAB II
EJAAN
1.1 Pengertian dan Ranah Ejaan
Ejaan atau tata cara menulis bahasa Indonesia dengan huruf Latin ketiga kali dibakukan
secara resmi pada tahun 1972, setelah berlakunya Ejaan Van Ophuijsen (1901) dan ejaan
Soewandi (1947). Pada tahun 1975 dikeluarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan yang menguraikan kaidah ejaan yang baru itu secara terinci dan
lengkap. Jika kita menerapkan patokan pembakuan yang terurai di atas, maka dapat
dikemukakan pendapat bahwa kaidah ejaan kita sudah seragam, dasar penyusunannya
memenuhi syarat kecendekiaan, tetapi pelaksanaannya belum mantap.
Ejaan adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan dan pemisahan
kata, penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa. Pengertian senada dengan KBBI
(2005:205), Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalam bentuk
huruf serta penggunaan tanda baca dalam tataran wacana. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia merupakan rambu-rambu untuk menuliskan bahasa tulis baku.
Ranah atau lingkup dari ejaan bahasa Indonesia mencakup beberapa hal di antaranya:
1) pemakaian huruf kapital, huruf miring, dan huruf tebal;
2) penulisan kata;
3) penulisan unsur serapan; dan
4) pemakaian tanda baca.
1.2 Pemakaian Huruf Kapital, Miring, dan Tebal
1.2.1 Huruf Kapital
Aksara Latin mengenal huruf kapital dan huruf kecil. Huruf kapital tidak identik
dengan huruf besar, meskipun istilah biasa diperlawankan dengan huruf kecil. Istilah huruf
kapital digunakan untuk menandai satu bentuk huruf yang memiliki fungsi berbeda dalam
kata atau kalimat. Secara fonemis huruf kapital tetap diujarkan sama dengan huruf kecil.
Huruf A (kapital) secara fonemis sebunyi dengan a (kecil), tetapi karena fungsinya berlainan
tampilan grafisnya berbeda. Penggunaan huruf kapital terdiri dari beberapa bagian, di
antaranya, huruf kapital digunakan pada awal kalimat, nama orang, nama geografis, dan lain-
lain. Secara umum penggunaan huruf kapital tidak menimbulkan permasalahan.
1.2.2 Huruf Miring
Sebuah huruf, kata, atau kalimat ditulis dengan huruf miring untuk membedakan dari
huruf, kata, atau kalimat lain dalam sebuah kata, kalimat, paragraf, atau karangan utuh. Huruf
yang dicetak miring adalah penanda yang mengacu pada beberapa informasi, antara lain
sebagai penekanan, kutipan dari bahasa asing, istilah Latin, dan nama penerbitan yang ditulis
pada naskah (koran, majalah, dan lain-lain). Jika ditulis dengan menggunakan tulisan tangan,
huruf miring diganti dengan garis bawah. Garis bawah hendaknya ditulis per kata, bukan per
frasa atau kalimat.
2. Contoh:
(a) Artikelnya yang berjudul “Perkembangan Sains dan Teknologi di Indonesia” dimuat
pada koran Media Indonesia. (salah)
(b) Artikelnya yang berjudul “Perkembangan Sains dan Teknologi di Indonesia” dimuat
pada koran Media Indonesia. (benar)
(c) Artikelnya yang berjudul “Perkembangan Sains dan Teknologi di Indonesia” dimuat
pada koran Media Indonesia. (benar)
1.2.3 Huruf Tebal
Huruf tebal dapat digunakan dalam sebuah bentuk tulisan tentunya dengan maksud
tersendiri. Berikut penggunaan penulisan huruf tebal berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Republik Indonesia No. 46 Tahun 2009
1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian/subbab,
daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Misalnya:
Judul : PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF
Bab : BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah
2. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Misalnya:
Huruf dh, seperti dalam kata Ramadhan, tidak terdapat dalam ejaan bahasa Indonesia.
1.3 Penulisan Kata
Beberaapa hal yang termasuk ke dalam pembahasan tentang penulisan kata adalah
penulisan (1) kata dasar, (2) kata turunan, (3) kata ulang, (4) gabungan kata, (5) pemenggalan
kata, (6) kata depan, (7) partikel, (8) singkatan dan akronim, (9) angka dan bilangan, (10)
kata ganti. Kecuali gabungan kata, penulisan kata umumnya tidak menimbulkan
permasalahan. Oleh sebab itu, di sini hanya diuraikan secara singkat tentang gabungan kata
tersebut.
Gabungan kata yang lazim disebut sebagai kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, mata kuliah, orang tua, kambing
hitam, rumah sakit, kecuali kata majemuk yang sudah senyawa, misalnya matahari, dan lain-
lain. Sementara itu, gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
salah pengertian bisa ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian antara unsur
yang bersangkutan. Misalnya: alat pandang-dengar, orang-tua muda, buku-sejarah baru,
buku sejarah-baru, dan lain-lain.
1.4 Penulisan Unsur Serapan
Bahasa Indonesia diangkat dari bahasa Melayu. Di dalam perkembangannya bahasa ini
banyak menyerap dari bahasa lain, baik dari bahasa Nusantara maupun asing. Bahasa Sunda,
Jawa, dan Batak adalah tiga contoh bahasa Nusantara yang banyak memperkaya bahasa
Indonesia. Sementara itu, bahasa asing yang banyak diserap adalah bahasa Inggris, Belanda,
Portugis, Sanskerta, dan Arab.
Secara umum dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang menulis
bunyi. Artinya, pelafalan kita terhadap sebuah kata asing, itulah yang ditulis dalam bahasa
Indonesia meskipun tidak sama (sebunyi) betul.
3. Contoh:
(a)patient (Inggris) menjadi pasien
(b)analysis (Inggris) menjadi analisis
(c)national (Inggris) menjadi nasional
Penulisan unsur serapan didasarkan pada dua pola yaitu tulisan dan lafal. Karena
bahasa Indonesia merupakan bahasa yang penulisan dan pelafalannya sama, setelah diserap
ke dalam bahasa Indonesia, kata-kata dilafalkan sesuai dengan tulisannya.
Contoh:
(a) biologi bukan biolohi
(b) energi bukan enerhi
(c) komputer bukan kompyuter
(d) unit bukan unit
1.5 Pemakaian Tanda Baca
Pemakaian tanda baca dalam kalimat sangat penting bukan hanya untuk ketertiban
gramatikal, melainkan juga bagaimana gagasan yang dikemukakan dapat disampaikan
dengan baik. Manusia memahami sesuatu dengan bahasa, tetapi karena bahasa pula manusia
bisa salah paham. Pemakaian tanda baca adalah salah satu cara untuk menghindari
kesalahpahaman tersebut.
Dalam ejaan bahasa Indonesia terdapat beberapa tanda baca yang dapat digunakan
dalam bahasa tulis, di antaranya:
(a) tanda titik (.)
(b) tanda koma (,)
(c) tanda titik koma (;)
(d) tanda titik dua (:)
(e) tanda hubung (-)
(f) tanda tanya (?)
(g) tanda seru (!)
(h) tanda elipsis (...)
(i) tanda petik (“...”)
(j) tanda kurung ((...))
(k) tanda garis miring (/)
Tanda baca tersebut adalah tanda baca yang sering digunakan dalam penulisan karya
tulis ilmiah. Masih terdapat beberapa tanda baca lainnya, tetapi jarang digunakan dalam
penulisan karya ilmiah.
Sumber:
Alwi, H. dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sosiokomunikasi, KK Ilmu Kemanusiaan, FSRD-ITB 2008. Metode Penulisan Ipteks.
Bandung Penerbit ITB.