SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Penemuan Hukum
1
Penemuan Hukum
• Ada kalanya undang-undang tidak lengkap atau tidak jelas, jika hakim harus
mencari hukumnya, harus menemukan hukumnya.
• Hakim harus melakukan penemuan hukum (rechtsvinding).
• Penegakan hukum dan pelaksanaan hukum sering merupakan penemuan
hukum dan tidak sekedar penerapan hukum.
• Bahwasanya pekerjaan hakim menjadi suatu faktor atau kekuatan yang
membentuk hukum, itu telah diakui resmi oleh undang-undang sendiri.
2
• Hakim tidak hanya turut pada undang-undang, seperti apa yang pernah dikemukakan
oleh Montesquieu yang mengatakan “la boche qui prononce les paralos de la loi”
(atau dengan kata lain Hakim sebagai terompet undang-undang), hal ini sudah lama
ditinggalkan.
• Penemuan hukum lazimnya diartikan sebagai suatu proses pembentukan hukum oleh
hakim atau petugas-petugas hukum lainnya yang diberi tugas melaksanakan hukum
terhadap peristiwa-peristiwa hukum yang konkrit.
• Ini merupakan proses konkretisasi dan individualisasi peraturan hukum yang bersifat
umum dengan mengingat peristiwa konkrit.
3
• Penemuan hukum yang dilakukan oleh hakim adalah hukum, sedangkan penemuan hukum
yang dilakukan oleh pakar ilmu hukum bukan hukum melainkan sumber hukum (doktrin).
• Sering juga hakim mengambil doktrin dalam memutus suatu perkara, maka doktrin tadi
sudah menjadi hukum.
• Dalam penemuan hukum hakim dapat sepenuhnya tunduk pada undang-undang.
• Penemuan hukum ini terjadi berdasarkan peraturan-peraturan di luar hukum.
• Pembentuk undang-undang membuat peraturan umumnya, sedangkan hakim hanya dapat
mengonstatir bahwa undang-undang dapat diterapkan pada peristiwanya, kemudian hakim
menerapkannya menurut bunyi undang-undang.
• Penemuan hukum tidak lain merupakan penerapan undang-undang yang terjadi secara logis
terpaksa sebagai silogisme.
• Agar dapat mencapai kehendak tujuan undang-undang serta dapat menerapkan undang-
undang sesuai dengan kenyataan sosial, maka hakim menggunakan metode penemuan
hukum.
4
Hakim sebagai Penemu Hukum
 Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman:
“Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu
perkara yang diajukan dengan dalih hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan
wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”.
• Pasal 5 ayat (1):
“Hakim dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”. 5
Metode Penemuan Hukum
1. Metode Penafsiran, dan
2. Metode Argumentasi (Konstruksi)
6
Metode Penafsiran
• Interpretasi atau penafsiran oleh hakim merupakan penjelasan yang harus
menuju kepada pelaksanaan yang dapat diterima oleh masyarakat mengenai
peraturan hukum terhadap peristiwa yang konkrit.
• Metode interpretasi adalah sarana atau alat untuk mengetahui makna undang-
undang.
• Di dalam ilmu hukum terdapat beberapa macam metode interpretasi yang sering
dilakukan hakim dalam melakukan kegiatan penemuan hukum, yakni bahasa,
historis, sistematis, teleologis atau sosiologis, perbandingan hukum, futuristik,
restriktif, dan ekstensif.
7
Interpretasi menurut Bahasa (Gramatikal)
• Memberikan penekanan pada pentingnya kedudukan bahasa dalam rangka
memberikan makna terhadap sesuatu objek.
• Metode interpretasi gramatikal disebut juga metode penafsiran objektif
merupakan cara penafsiran atau penjelasan yang paling sederhana untuk
mengetahui makna ketentuan undang-undang dengan menguraikan menurut
bahasa, susunan kata atau bunyinya.
Contoh: istilah “tanpa sepengetahuan miliknya” diartikan sebagai “melawan
hukum” (Pasal 362 KUHP).
8
Interpretasi menurut Sejarah (Historis)
• Makna ketentuan dalam suatu peraturan perundang-undangan dapat
ditafsirkan dengan cara meneliti sejarah pembentukan peraturan itu sendiri.
Penafsiran menurut sejarah undang-undang
Penafsiran menurut sejarah hukum
Contoh: menjelaskan ketentuan yang terdapat dalam KUH Perdata atau KUH
Pidana
9
Interpretasi Sistematik
• Menafsirkan undang-undang sebagai bagian dari keseluruhan sistem
perundang-undangan yang ada dengan menghubungkannya dengan undang-
undang lain.
• Contoh: apabila hendak mengetahui tentang sifat pengakuan anak yang
dilahirkan di luar perkawinan oleh orang tuanya, tidak cukup hanya mencari
ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata saja, tetapi harus dihubungkan juga
dengan Pasal 278 KUHP (pengakuan anak yang ternyata bukan bapak anak
tersebut diancam pidana penjara paling lama 3 tahun) .
10
Interpretasi Teleologis atau Sosiologis
• Interpretasi ini dilakukan apabila makna undang-undang ditetapkan
berdasarkan tujuan kemasyarakatan.
• Peraturan perundang-undangan disesuaikan dengan hubungan dan situasi
sosial yang baru. Peraturan hukum yang lam disesuaikan dengan keadaan
baru atau dengan kata lain peraturan yang lama dibuat aktual.
Contoh: Pasal 534 KUH Pidana tentang perbuatan mempertunjukkan alat
pencegah kehamilan mengalami dekiriminalisasi demi tujuan sosiologis (sejalan
dengan program KB nasional).
11
Interpretasi Komparatif (Perbandingan)
• Metode penafsiran yang dilakukan dengan jalan membandingkan antara beberapa aturan
hukum.
• Tujuan hakim membandingkan dimaksudkan untuk mencari kejelasan mengenai makna dari
suatu kejelasan mengenai makna dari suatu ketentuan undang-undang.
• Penafsiran dengan cara membandingkan peraturan pada suatu sistem hukum dengan
peraturan yang ada pada sistem hukum lainnya, dengan menemukan persamaan dan
perbedaannya.
Contoh: syarat-syarat gugatan class action dalam Pasal 46 UU Perlindungan Konsumen
ditafsirkan dengan membandingkan syarat-syarat gugatan class action menurut Article 23 US
Federal Rule of Civil Procedure.
12
Interpretasi Futuristik
• Metode penemuan hukum yang bersifat antisipasi terhadap penjelasan
ketentuan undang-undang yang belum mempunyai kekuatan hukum.
• Mengacu pada rumusan yang ada dalam suatu rancangan undang-undang
(RUU), atau rumusan yang dicita-citakan (ius constituendum).
Contoh : penerapan Pertanggungjawaban Pidana (PJP) terhadap tindak pidana
yang dilakukan terhadap korporasi, mengacu pada rumusan sistem PJP “vicarious
liability” yang dirumuskan dalam Pasal 32 ayat (2) RUU (konsep) KUHP “Baru”
tahun 2007.
13
Penafsiran Doktrinal
• Metode yang dilakukan dengan cara memahami aturan undang-undang
melalui sistem preseden atau melalui praktik peradilan. Metode penafsiran ini
banyak dipengaruhi oleh tradisi common law yang digunakan sebagai
pendekatannya.
14
Interpretasi Restriktif
• Interpretasi restriktif adalah penjelasan atau penafsiran yang bersifat
membatasi. Untuk menjelaskan suatu ketentuan undang-undang, ruang
lingkup dari ketentuan itu dibatasi.
Contoh: menurut interpretasi gramatikal “tetangga” menurut Pasal 666 KUH
Perdata dapat diartikan setiap tetangga termasuk seorang penyewa dari
pekarangan sebelahnya. Namun dalam penafsiran restriktif tetangga ditafsirkan
tidak termasuk seorang penyewa dari pekarangan sebelahnya.
15
Interpretasi Ekstensif
• Dalam interpretasi ekstensif dilampaui batas-batas yag ditetapkan oleh
interpretasi gramatikal.
• Cakupan atau ruang lingkup suatu ketentuan dalam undang-undang
diperluas.
Contoh: kata “menjual” dalam Pasal 1576 KUH Perdata oleh HR ditafsirkan
luas yaitu bukan semata-mata hanya berarti jual beli saja, tetapi juga “peralihan”
16
Metode Argumentasi (Konstruksi)
• Hal ini terjadi apabila hakim dihadapkan pada kekosongan hukum (rechtsvacum) atau
ketidaklengkapan undang-undang, namun di satu pihak undang-undang mewajibkan
hakim untuk tetap memeriksa dan mengadili perkara tersebut.
• Metode ini terdiri dari:
a. Metode berpikir analogi
b. Metode penyempitan hukum
c. Argumentum a contrario
17
Analogi
• Penemuan hukum dilakukan dengan jalan analogi adalah dengan mencari
peraturan umumnya dari peraturan khusus, dan akhirnya menggali asas yang
terdapat di dalamnya.
• Disini akhirnya peraturan perundang-undangan yang dijadikan peraturan
yang berifat umum yang tidak tertulis dalam undang-undang, diterapkan
terhadap suatu peristiwa hukum, sedangkan peraturan peraturan perundang-
undangan tersebut sesungguhnya tidak meliputi peristiwa khusus itu. Akan
tetapi peristiwa khusus tadi hanyalah mirip dengan peristiwa yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
18
Contoh:
• Hakim menafsirkan Pasal 1576 KUH Perdata, yang menyebut:
“Penjualan barang yang disewa tidak memutuskan perjanjian sewa menyewa kecuali
apabila telah diperjanjikan”.
Padahal Pasal 1576 KUH Perdata ini, khusus diperuntukan bagi penjualan barang.
Sementara itu, timbul peristiwa konkrit, bahwa barang tersebut tidak dijual akan
tetapi dihibahkan, ditukarkan, dihadiahkan atau diwariskan secara legal.
Pasal 1576 KUH Perdata yang pada dasarnya bersifat khusus dan kemudian dijadikan
umum, dapat diterapkan terhadap hibah atau bentuk peralihan lain.
Analogi
Yang khusus dijadikan umum
19
PERATURAN KHUSUS
Pasal 1576 KUH Perdata
Jual beli tidak memutuskan sewa
menyewa
Diterapkan pada peristiwa khusus: Jual Beli
PERATURAN UMUM
Penjualan merupakan peralihan hak
Diterapkan pada setiap peralihan:
Hibah, Menghadiahkan, Warisan, dsb
Penyempitan Hukum (Penghalusan Hukum)
• Sebagai kebalikan analogi.
• Peraturan perundang-undangan yang ruang lingkupnya terlalu umum atau luas perlu dipersempit
untuk dapat diterapkan terhadap suatu peristiwa konkrit.
• Dibentuklah pengecualian hukum, atau penyimpangan-penyimpangan baru dari peraturan yang
bersifat umum.
• Peraturan yang sifatnya umum diterapkan terhadap peristiwa atau hubungan hukum yang khusus
atau konstruksi dengan memberi ciri-ciri.
Contoh: pengertian “perbuatan melawan hukum” seperti yang tercantum dalam Pasal 1365 KUH
Perdata yang memiliki ruang lingkup yang luas kemudian dipersempit. Di suatu jalan terjadi tabrakan
antara A dan B. Kedua kendaraan sama-sama berkecepatan tinggi dan sama-sama rusak. Apabila A
menuntut ganti rugi terhadap B, maka B juga dapat menuntut ganti rugi terhadap A. Dengan demikian
kedua-duanya salah, sama-sama saling memberi ganti rugi sehingga terjadi suatu kompensasi.
20
Argumentum a contrario
• Ada kalanya suatu peristiwa tidak secara khusus diatur oleh undang-undang,
tetapi kebalikan peristiwa tersebut diatur oleh undang-undang.
• Cara menemukan hukum dengan pertimbangan bahwa apabila undang-
undang menetapkan hal-hal tertentu untuk peristiwa tertentu itu dan untuk
peristiwa di luarnya berlaku kebalikannya.
• Pada argumentum a contrario titik berat diletakan pada ketidaksamaan
peristiwanya. Di sini diperlakukan segi negatif dari undang-undang, dengan
kata lain peristiwa yang tidak sama tidak diperlakukan sama (a contrario).
21
Gambar untuk menjelaskan Argumentum a contrario
a contrario
22
Pasal 39 PP No. 9 Tahun 1975
Istri yang cerai boleh
Kawin lagi setelah
Masa Idah
Pasal 39 PP No. 9 Tahun 1975
Ditetapkan secara kebalikannya
Diterapkan terhadap Peristiwa
khusus (istri yang cerai)
Diterapkan terhadap Persitiwa
khusus lain (suami yang cerai
hendak Kawin lagi).
SEKIAN
23

More Related Content

What's hot

Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang UndanganPengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang UndanganImbang Jaya Trenggana
 
Ciri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatCiri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatNuelimmanuel22
 
Resume Materi Hukum Pidana
Resume Materi Hukum PidanaResume Materi Hukum Pidana
Resume Materi Hukum PidanaIca Diennissa
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANADian Oktavia
 
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTAndhika Pratama
 
Perbedaan sistem peradilan di Indonesia dengan negara-negara lain..
Perbedaan sistem peradilan di Indonesia dengan negara-negara lain..Perbedaan sistem peradilan di Indonesia dengan negara-negara lain..
Perbedaan sistem peradilan di Indonesia dengan negara-negara lain..PT PINUS MERAH ABADI
 
Aliran aliran hukum pidana
 Aliran aliran hukum pidana  Aliran aliran hukum pidana
Aliran aliran hukum pidana hanggardatu
 
Materi kuliah Antropologi Hukum,Triyono, UNDIP
Materi kuliah Antropologi Hukum,Triyono, UNDIPMateri kuliah Antropologi Hukum,Triyono, UNDIP
Materi kuliah Antropologi Hukum,Triyono, UNDIPNur Fitriana Damayanti
 
Civil law and Common Law System Part I
Civil law and Common Law System Part ICivil law and Common Law System Part I
Civil law and Common Law System Part IFenti Anita Sari
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
Pengantar Hukum Indonesia
Pengantar Hukum IndonesiaPengantar Hukum Indonesia
Pengantar Hukum IndonesiaAryo Adiwoso
 
Filsafat hukum pengertian ruang lingkup manfaat
Filsafat hukum pengertian ruang lingkup manfaatFilsafat hukum pengertian ruang lingkup manfaat
Filsafat hukum pengertian ruang lingkup manfaatRetno Wulandari
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiKardoman Tumangger
 
Peristilahan hukum adat
Peristilahan hukum adatPeristilahan hukum adat
Peristilahan hukum adatNuelimmanuel22
 

What's hot (20)

Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang UndanganPengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
 
Ciri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatCiri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adat
 
Resume Materi Hukum Pidana
Resume Materi Hukum PidanaResume Materi Hukum Pidana
Resume Materi Hukum Pidana
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Perbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum PidanaPerbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum Pidana
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
 
Perbedaan sistem peradilan di Indonesia dengan negara-negara lain..
Perbedaan sistem peradilan di Indonesia dengan negara-negara lain..Perbedaan sistem peradilan di Indonesia dengan negara-negara lain..
Perbedaan sistem peradilan di Indonesia dengan negara-negara lain..
 
Aliran aliran hukum pidana
 Aliran aliran hukum pidana  Aliran aliran hukum pidana
Aliran aliran hukum pidana
 
Materi kuliah Antropologi Hukum,Triyono, UNDIP
Materi kuliah Antropologi Hukum,Triyono, UNDIPMateri kuliah Antropologi Hukum,Triyono, UNDIP
Materi kuliah Antropologi Hukum,Triyono, UNDIP
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
Civil law and Common Law System Part I
Civil law and Common Law System Part ICivil law and Common Law System Part I
Civil law and Common Law System Part I
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Pengantar Hukum Indonesia
Pengantar Hukum IndonesiaPengantar Hukum Indonesia
Pengantar Hukum Indonesia
 
Filsafat hukum pengertian ruang lingkup manfaat
Filsafat hukum pengertian ruang lingkup manfaatFilsafat hukum pengertian ruang lingkup manfaat
Filsafat hukum pengertian ruang lingkup manfaat
 
Teori biologi kriminal
Teori biologi kriminalTeori biologi kriminal
Teori biologi kriminal
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
 
Peristilahan hukum adat
Peristilahan hukum adatPeristilahan hukum adat
Peristilahan hukum adat
 

Similar to PENEMUANHUKUM

XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptxXIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptxdonihasmanto
 
09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukummudanp.com
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negaranurul khaiva
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negaranurul khaiva
 
Kesulitan pendefinisan hukum
Kesulitan pendefinisan hukumKesulitan pendefinisan hukum
Kesulitan pendefinisan hukumEnoNk CoMunity
 
07 asas asas hukum
07 asas asas hukum07 asas asas hukum
07 asas asas hukummudanp.com
 
PENAFSIRAN_&_CARA_MENGISI_KEKOSONGAN_HUKUM.pptx
PENAFSIRAN_&_CARA_MENGISI_KEKOSONGAN_HUKUM.pptxPENAFSIRAN_&_CARA_MENGISI_KEKOSONGAN_HUKUM.pptx
PENAFSIRAN_&_CARA_MENGISI_KEKOSONGAN_HUKUM.pptxAgusRismawan3
 
Bab III ANALISIS HTN
Bab III ANALISIS HTNBab III ANALISIS HTN
Bab III ANALISIS HTNRezki2704
 
Tugas merangkum ilmu hukum
Tugas merangkum ilmu hukumTugas merangkum ilmu hukum
Tugas merangkum ilmu hukumAndrew Hutabarat
 
Materi Sesi 3.pptx
Materi Sesi 3.pptxMateri Sesi 3.pptx
Materi Sesi 3.pptxMARosyid
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALSISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALZainal Abidin
 
XII. Asas Hukum.pptx
XII. Asas Hukum.pptxXII. Asas Hukum.pptx
XII. Asas Hukum.pptxdonihasmanto
 
Hubungan hi dan hn
Hubungan hi dan hnHubungan hi dan hn
Hubungan hi dan hnNuelnuel11
 
Menganalisis-sistem-hukum-dan-peradilan-di-Indonesia-sesuai-dengan-UUD-Negara...
Menganalisis-sistem-hukum-dan-peradilan-di-Indonesia-sesuai-dengan-UUD-Negara...Menganalisis-sistem-hukum-dan-peradilan-di-Indonesia-sesuai-dengan-UUD-Negara...
Menganalisis-sistem-hukum-dan-peradilan-di-Indonesia-sesuai-dengan-UUD-Negara...ssuserb1f6831
 
Maria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptx
Maria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptxMaria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptx
Maria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptxMariaDwinoverin
 

Similar to PENEMUANHUKUM (20)

XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptxXIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
 
Penemuan Hukumm
Penemuan HukummPenemuan Hukumm
Penemuan Hukumm
 
09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara
 
1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara1. hukum administrasi negara
1. hukum administrasi negara
 
Kesulitan pendefinisan hukum
Kesulitan pendefinisan hukumKesulitan pendefinisan hukum
Kesulitan pendefinisan hukum
 
07 asas asas hukum
07 asas asas hukum07 asas asas hukum
07 asas asas hukum
 
Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukum
 
Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukum
 
PENAFSIRAN_&_CARA_MENGISI_KEKOSONGAN_HUKUM.pptx
PENAFSIRAN_&_CARA_MENGISI_KEKOSONGAN_HUKUM.pptxPENAFSIRAN_&_CARA_MENGISI_KEKOSONGAN_HUKUM.pptx
PENAFSIRAN_&_CARA_MENGISI_KEKOSONGAN_HUKUM.pptx
 
4 - Sumber-sumber hukum.ppt
4 - Sumber-sumber hukum.ppt4 - Sumber-sumber hukum.ppt
4 - Sumber-sumber hukum.ppt
 
Bab III ANALISIS HTN
Bab III ANALISIS HTNBab III ANALISIS HTN
Bab III ANALISIS HTN
 
Tugas merangkum ilmu hukum
Tugas merangkum ilmu hukumTugas merangkum ilmu hukum
Tugas merangkum ilmu hukum
 
Materi Sesi 3.pptx
Materi Sesi 3.pptxMateri Sesi 3.pptx
Materi Sesi 3.pptx
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALSISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
 
XII. Asas Hukum.pptx
XII. Asas Hukum.pptxXII. Asas Hukum.pptx
XII. Asas Hukum.pptx
 
Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukum
 
Hubungan hi dan hn
Hubungan hi dan hnHubungan hi dan hn
Hubungan hi dan hn
 
Menganalisis-sistem-hukum-dan-peradilan-di-Indonesia-sesuai-dengan-UUD-Negara...
Menganalisis-sistem-hukum-dan-peradilan-di-Indonesia-sesuai-dengan-UUD-Negara...Menganalisis-sistem-hukum-dan-peradilan-di-Indonesia-sesuai-dengan-UUD-Negara...
Menganalisis-sistem-hukum-dan-peradilan-di-Indonesia-sesuai-dengan-UUD-Negara...
 
Maria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptx
Maria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptxMaria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptx
Maria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptx
 

More from mudanp.com

Radikalisme terorisme
Radikalisme   terorismeRadikalisme   terorisme
Radikalisme terorismemudanp.com
 
PARTAI POLITIK
PARTAI POLITIKPARTAI POLITIK
PARTAI POLITIKmudanp.com
 
PENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARA
PENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARAPENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARA
PENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARAmudanp.com
 
Pengantar ilmu politik
Pengantar ilmu politik Pengantar ilmu politik
Pengantar ilmu politik mudanp.com
 
13 bidang2 studi hukum
13 bidang2 studi hukum13 bidang2 studi hukum
13 bidang2 studi hukummudanp.com
 
12 hukum kekuasaan
12 hukum   kekuasaan12 hukum   kekuasaan
12 hukum kekuasaanmudanp.com
 
10 penerapan penegakan hukum
10 penerapan   penegakan hukum10 penerapan   penegakan hukum
10 penerapan penegakan hukummudanp.com
 
08 sumber hukum
08 sumber hukum08 sumber hukum
08 sumber hukummudanp.com
 
06 dasar mengikatnya hukum
06 dasar mengikatnya hukum06 dasar mengikatnya hukum
06 dasar mengikatnya hukummudanp.com
 
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukummudanp.com
 
04 hub manusia,masy,norma dg hukum
04 hub manusia,masy,norma dg hukum04 hub manusia,masy,norma dg hukum
04 hub manusia,masy,norma dg hukummudanp.com
 
03 manusia, masyarakat, norma
03 manusia, masyarakat, norma03 manusia, masyarakat, norma
03 manusia, masyarakat, normamudanp.com
 
02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk
02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk 02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk
02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk mudanp.com
 
01 pengantar ilmu hukum
01 pengantar ilmu hukum01 pengantar ilmu hukum
01 pengantar ilmu hukummudanp.com
 
MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMMATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMmudanp.com
 
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM mudanp.com
 
Make a negative and interrogative sentence for each number
Make a negative and interrogative sentence for each numberMake a negative and interrogative sentence for each number
Make a negative and interrogative sentence for each numbermudanp.com
 
Introduce preposition
Introduce prepositionIntroduce preposition
Introduce prepositionmudanp.com
 

More from mudanp.com (20)

Radikalisme terorisme
Radikalisme   terorismeRadikalisme   terorisme
Radikalisme terorisme
 
PARTAI POLITIK
PARTAI POLITIKPARTAI POLITIK
PARTAI POLITIK
 
PENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARA
PENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARAPENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARA
PENGANTAR ILMU POLITIK - NEGARA
 
Pengantar ilmu politik
Pengantar ilmu politik Pengantar ilmu politik
Pengantar ilmu politik
 
13 bidang2 studi hukum
13 bidang2 studi hukum13 bidang2 studi hukum
13 bidang2 studi hukum
 
12 hukum kekuasaan
12 hukum   kekuasaan12 hukum   kekuasaan
12 hukum kekuasaan
 
10 penerapan penegakan hukum
10 penerapan   penegakan hukum10 penerapan   penegakan hukum
10 penerapan penegakan hukum
 
08 sumber hukum
08 sumber hukum08 sumber hukum
08 sumber hukum
 
06 dasar mengikatnya hukum
06 dasar mengikatnya hukum06 dasar mengikatnya hukum
06 dasar mengikatnya hukum
 
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
 
04 hub manusia,masy,norma dg hukum
04 hub manusia,masy,norma dg hukum04 hub manusia,masy,norma dg hukum
04 hub manusia,masy,norma dg hukum
 
03 manusia, masyarakat, norma
03 manusia, masyarakat, norma03 manusia, masyarakat, norma
03 manusia, masyarakat, norma
 
02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk
02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk 02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk
02 ilmu hk,hk sbg ilmu,ciri keilmuan hk
 
01 pengantar ilmu hukum
01 pengantar ilmu hukum01 pengantar ilmu hukum
01 pengantar ilmu hukum
 
MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMMATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
 
MUAMALAH PAI
MUAMALAH PAIMUAMALAH PAI
MUAMALAH PAI
 
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
 
Make a negative and interrogative sentence for each number
Make a negative and interrogative sentence for each numberMake a negative and interrogative sentence for each number
Make a negative and interrogative sentence for each number
 
Soal latihan
Soal latihanSoal latihan
Soal latihan
 
Introduce preposition
Introduce prepositionIntroduce preposition
Introduce preposition
 

Recently uploaded

LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 

Recently uploaded (20)

LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 

PENEMUANHUKUM

  • 2. Penemuan Hukum • Ada kalanya undang-undang tidak lengkap atau tidak jelas, jika hakim harus mencari hukumnya, harus menemukan hukumnya. • Hakim harus melakukan penemuan hukum (rechtsvinding). • Penegakan hukum dan pelaksanaan hukum sering merupakan penemuan hukum dan tidak sekedar penerapan hukum. • Bahwasanya pekerjaan hakim menjadi suatu faktor atau kekuatan yang membentuk hukum, itu telah diakui resmi oleh undang-undang sendiri. 2
  • 3. • Hakim tidak hanya turut pada undang-undang, seperti apa yang pernah dikemukakan oleh Montesquieu yang mengatakan “la boche qui prononce les paralos de la loi” (atau dengan kata lain Hakim sebagai terompet undang-undang), hal ini sudah lama ditinggalkan. • Penemuan hukum lazimnya diartikan sebagai suatu proses pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum lainnya yang diberi tugas melaksanakan hukum terhadap peristiwa-peristiwa hukum yang konkrit. • Ini merupakan proses konkretisasi dan individualisasi peraturan hukum yang bersifat umum dengan mengingat peristiwa konkrit. 3
  • 4. • Penemuan hukum yang dilakukan oleh hakim adalah hukum, sedangkan penemuan hukum yang dilakukan oleh pakar ilmu hukum bukan hukum melainkan sumber hukum (doktrin). • Sering juga hakim mengambil doktrin dalam memutus suatu perkara, maka doktrin tadi sudah menjadi hukum. • Dalam penemuan hukum hakim dapat sepenuhnya tunduk pada undang-undang. • Penemuan hukum ini terjadi berdasarkan peraturan-peraturan di luar hukum. • Pembentuk undang-undang membuat peraturan umumnya, sedangkan hakim hanya dapat mengonstatir bahwa undang-undang dapat diterapkan pada peristiwanya, kemudian hakim menerapkannya menurut bunyi undang-undang. • Penemuan hukum tidak lain merupakan penerapan undang-undang yang terjadi secara logis terpaksa sebagai silogisme. • Agar dapat mencapai kehendak tujuan undang-undang serta dapat menerapkan undang- undang sesuai dengan kenyataan sosial, maka hakim menggunakan metode penemuan hukum. 4
  • 5. Hakim sebagai Penemu Hukum  Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman: “Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”. • Pasal 5 ayat (1): “Hakim dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”. 5
  • 6. Metode Penemuan Hukum 1. Metode Penafsiran, dan 2. Metode Argumentasi (Konstruksi) 6
  • 7. Metode Penafsiran • Interpretasi atau penafsiran oleh hakim merupakan penjelasan yang harus menuju kepada pelaksanaan yang dapat diterima oleh masyarakat mengenai peraturan hukum terhadap peristiwa yang konkrit. • Metode interpretasi adalah sarana atau alat untuk mengetahui makna undang- undang. • Di dalam ilmu hukum terdapat beberapa macam metode interpretasi yang sering dilakukan hakim dalam melakukan kegiatan penemuan hukum, yakni bahasa, historis, sistematis, teleologis atau sosiologis, perbandingan hukum, futuristik, restriktif, dan ekstensif. 7
  • 8. Interpretasi menurut Bahasa (Gramatikal) • Memberikan penekanan pada pentingnya kedudukan bahasa dalam rangka memberikan makna terhadap sesuatu objek. • Metode interpretasi gramatikal disebut juga metode penafsiran objektif merupakan cara penafsiran atau penjelasan yang paling sederhana untuk mengetahui makna ketentuan undang-undang dengan menguraikan menurut bahasa, susunan kata atau bunyinya. Contoh: istilah “tanpa sepengetahuan miliknya” diartikan sebagai “melawan hukum” (Pasal 362 KUHP). 8
  • 9. Interpretasi menurut Sejarah (Historis) • Makna ketentuan dalam suatu peraturan perundang-undangan dapat ditafsirkan dengan cara meneliti sejarah pembentukan peraturan itu sendiri. Penafsiran menurut sejarah undang-undang Penafsiran menurut sejarah hukum Contoh: menjelaskan ketentuan yang terdapat dalam KUH Perdata atau KUH Pidana 9
  • 10. Interpretasi Sistematik • Menafsirkan undang-undang sebagai bagian dari keseluruhan sistem perundang-undangan yang ada dengan menghubungkannya dengan undang- undang lain. • Contoh: apabila hendak mengetahui tentang sifat pengakuan anak yang dilahirkan di luar perkawinan oleh orang tuanya, tidak cukup hanya mencari ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata saja, tetapi harus dihubungkan juga dengan Pasal 278 KUHP (pengakuan anak yang ternyata bukan bapak anak tersebut diancam pidana penjara paling lama 3 tahun) . 10
  • 11. Interpretasi Teleologis atau Sosiologis • Interpretasi ini dilakukan apabila makna undang-undang ditetapkan berdasarkan tujuan kemasyarakatan. • Peraturan perundang-undangan disesuaikan dengan hubungan dan situasi sosial yang baru. Peraturan hukum yang lam disesuaikan dengan keadaan baru atau dengan kata lain peraturan yang lama dibuat aktual. Contoh: Pasal 534 KUH Pidana tentang perbuatan mempertunjukkan alat pencegah kehamilan mengalami dekiriminalisasi demi tujuan sosiologis (sejalan dengan program KB nasional). 11
  • 12. Interpretasi Komparatif (Perbandingan) • Metode penafsiran yang dilakukan dengan jalan membandingkan antara beberapa aturan hukum. • Tujuan hakim membandingkan dimaksudkan untuk mencari kejelasan mengenai makna dari suatu kejelasan mengenai makna dari suatu ketentuan undang-undang. • Penafsiran dengan cara membandingkan peraturan pada suatu sistem hukum dengan peraturan yang ada pada sistem hukum lainnya, dengan menemukan persamaan dan perbedaannya. Contoh: syarat-syarat gugatan class action dalam Pasal 46 UU Perlindungan Konsumen ditafsirkan dengan membandingkan syarat-syarat gugatan class action menurut Article 23 US Federal Rule of Civil Procedure. 12
  • 13. Interpretasi Futuristik • Metode penemuan hukum yang bersifat antisipasi terhadap penjelasan ketentuan undang-undang yang belum mempunyai kekuatan hukum. • Mengacu pada rumusan yang ada dalam suatu rancangan undang-undang (RUU), atau rumusan yang dicita-citakan (ius constituendum). Contoh : penerapan Pertanggungjawaban Pidana (PJP) terhadap tindak pidana yang dilakukan terhadap korporasi, mengacu pada rumusan sistem PJP “vicarious liability” yang dirumuskan dalam Pasal 32 ayat (2) RUU (konsep) KUHP “Baru” tahun 2007. 13
  • 14. Penafsiran Doktrinal • Metode yang dilakukan dengan cara memahami aturan undang-undang melalui sistem preseden atau melalui praktik peradilan. Metode penafsiran ini banyak dipengaruhi oleh tradisi common law yang digunakan sebagai pendekatannya. 14
  • 15. Interpretasi Restriktif • Interpretasi restriktif adalah penjelasan atau penafsiran yang bersifat membatasi. Untuk menjelaskan suatu ketentuan undang-undang, ruang lingkup dari ketentuan itu dibatasi. Contoh: menurut interpretasi gramatikal “tetangga” menurut Pasal 666 KUH Perdata dapat diartikan setiap tetangga termasuk seorang penyewa dari pekarangan sebelahnya. Namun dalam penafsiran restriktif tetangga ditafsirkan tidak termasuk seorang penyewa dari pekarangan sebelahnya. 15
  • 16. Interpretasi Ekstensif • Dalam interpretasi ekstensif dilampaui batas-batas yag ditetapkan oleh interpretasi gramatikal. • Cakupan atau ruang lingkup suatu ketentuan dalam undang-undang diperluas. Contoh: kata “menjual” dalam Pasal 1576 KUH Perdata oleh HR ditafsirkan luas yaitu bukan semata-mata hanya berarti jual beli saja, tetapi juga “peralihan” 16
  • 17. Metode Argumentasi (Konstruksi) • Hal ini terjadi apabila hakim dihadapkan pada kekosongan hukum (rechtsvacum) atau ketidaklengkapan undang-undang, namun di satu pihak undang-undang mewajibkan hakim untuk tetap memeriksa dan mengadili perkara tersebut. • Metode ini terdiri dari: a. Metode berpikir analogi b. Metode penyempitan hukum c. Argumentum a contrario 17
  • 18. Analogi • Penemuan hukum dilakukan dengan jalan analogi adalah dengan mencari peraturan umumnya dari peraturan khusus, dan akhirnya menggali asas yang terdapat di dalamnya. • Disini akhirnya peraturan perundang-undangan yang dijadikan peraturan yang berifat umum yang tidak tertulis dalam undang-undang, diterapkan terhadap suatu peristiwa hukum, sedangkan peraturan peraturan perundang- undangan tersebut sesungguhnya tidak meliputi peristiwa khusus itu. Akan tetapi peristiwa khusus tadi hanyalah mirip dengan peristiwa yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. 18
  • 19. Contoh: • Hakim menafsirkan Pasal 1576 KUH Perdata, yang menyebut: “Penjualan barang yang disewa tidak memutuskan perjanjian sewa menyewa kecuali apabila telah diperjanjikan”. Padahal Pasal 1576 KUH Perdata ini, khusus diperuntukan bagi penjualan barang. Sementara itu, timbul peristiwa konkrit, bahwa barang tersebut tidak dijual akan tetapi dihibahkan, ditukarkan, dihadiahkan atau diwariskan secara legal. Pasal 1576 KUH Perdata yang pada dasarnya bersifat khusus dan kemudian dijadikan umum, dapat diterapkan terhadap hibah atau bentuk peralihan lain. Analogi Yang khusus dijadikan umum 19 PERATURAN KHUSUS Pasal 1576 KUH Perdata Jual beli tidak memutuskan sewa menyewa Diterapkan pada peristiwa khusus: Jual Beli PERATURAN UMUM Penjualan merupakan peralihan hak Diterapkan pada setiap peralihan: Hibah, Menghadiahkan, Warisan, dsb
  • 20. Penyempitan Hukum (Penghalusan Hukum) • Sebagai kebalikan analogi. • Peraturan perundang-undangan yang ruang lingkupnya terlalu umum atau luas perlu dipersempit untuk dapat diterapkan terhadap suatu peristiwa konkrit. • Dibentuklah pengecualian hukum, atau penyimpangan-penyimpangan baru dari peraturan yang bersifat umum. • Peraturan yang sifatnya umum diterapkan terhadap peristiwa atau hubungan hukum yang khusus atau konstruksi dengan memberi ciri-ciri. Contoh: pengertian “perbuatan melawan hukum” seperti yang tercantum dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang memiliki ruang lingkup yang luas kemudian dipersempit. Di suatu jalan terjadi tabrakan antara A dan B. Kedua kendaraan sama-sama berkecepatan tinggi dan sama-sama rusak. Apabila A menuntut ganti rugi terhadap B, maka B juga dapat menuntut ganti rugi terhadap A. Dengan demikian kedua-duanya salah, sama-sama saling memberi ganti rugi sehingga terjadi suatu kompensasi. 20
  • 21. Argumentum a contrario • Ada kalanya suatu peristiwa tidak secara khusus diatur oleh undang-undang, tetapi kebalikan peristiwa tersebut diatur oleh undang-undang. • Cara menemukan hukum dengan pertimbangan bahwa apabila undang- undang menetapkan hal-hal tertentu untuk peristiwa tertentu itu dan untuk peristiwa di luarnya berlaku kebalikannya. • Pada argumentum a contrario titik berat diletakan pada ketidaksamaan peristiwanya. Di sini diperlakukan segi negatif dari undang-undang, dengan kata lain peristiwa yang tidak sama tidak diperlakukan sama (a contrario). 21
  • 22. Gambar untuk menjelaskan Argumentum a contrario a contrario 22 Pasal 39 PP No. 9 Tahun 1975 Istri yang cerai boleh Kawin lagi setelah Masa Idah Pasal 39 PP No. 9 Tahun 1975 Ditetapkan secara kebalikannya Diterapkan terhadap Peristiwa khusus (istri yang cerai) Diterapkan terhadap Persitiwa khusus lain (suami yang cerai hendak Kawin lagi).