Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab v silogisme, definisi, dan istilah
1. SILOGISME, DEFINISI, DAN ISTILAH
5.1 Silogisme
Sumaryono (2012: 5) mengatakan ada banyak keuntungan yang dapat kita peroleh
dengan mempelajari logika, antara lain mempertinggi kemampuan untuk menyatakan
gagasan-gagasan secara jelas dan berbobot, meningkatkan keterampilan menyususn definisi
atas term dan kata-kata, serta memperluas kemampuan untuk merumuskan argumentasi dan
memberikan analisisnya secara kritis. Silogisme merupakan salah satu cara pengambilan
simpulan supaya kita tidak mengalami sesat pikir.
Silogisme adalah cara menarik simpulan dari dua pernyataan yang memenuhi syarat.
Simpulan itu dapat dibuat apabila persyaratan berikut terpenuhi.
(a) Kedua pernyataan atau salah satu dari kedua pernyataan itu berlaku umum. Secara
eksplisit, pernyataan umum itu biasanya menggunakan kata semua atau yang searti
dengan semua.
(b) Kedua pernyataan atau salah satu dari kedua pernyataan itu positif.
(c) Kedua pernyataan itu mempunyai bagian yang sama.
Dengan demikian, kesimpulan tidak dapat dibuat jika kedua pernyataan itu berlaku
hanya untuk sebagian. Begitu pula jika kedua pernyataan itu negatif atau tidak ada bagian
yang sama.
Perhatikan contoh berikut.
(1) Semua manusia normal tahu tentang baik dan buruk. (umum, positif)
(2) Pada umumnya manusia normal tidak menyukai kecurangan. (sebagian, negatif)
Kata yang bercetak miring adalah bagian yang sama. Perangkat pernyataan di atas
memenuhi persyaratan silogisme.
(1) Semua orang yang berakhlak luhur tidak suka minuman keras. (umum, negatif)
(2) Semua yang suka minuman keras tidak baik menjadi pendidik. (umum, negatif)
Perangkat pernyataan tersebut tidak memenuhi persyaratan silogisme.
Dalam menarik simpulan, harus diperhatikan hal berikut.
1. Simpulan harus positif jika kedua pernyataan itu positif.
2. Simpulan harus negatif jika salah satu dari pernyataan itu negatif.
3. Simpulan berlaku untuk sebagian jika salah satu dari pernyataan itu berlaku untuk
sebagian.
4. Bagian yang sama dari kedua pernyataan itu tidak dicantumkan dalam simpulan.
Contoh:
1. Setiap warga negara Indonesia tahu tentang Pancasila.
2. Beberapa orang dari kelompok itu tidak tahu tentang Pancasila.
Simpulan: Beberapa orang dari kelompok itu bukan warga negara Indonesia.
2. 5.2 Definisi
1. Persyaratan Definisi
Definisi merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk membuat tulisan kita
dapat dipahami oleh pembaca. Sebuah ilmu meniscayakan penggunaan definisi dan
penggunaan kata secara tepat sehingga segala sesuatu mengenai hal ini dapat diklasifikasikan
dengan baik. Definisi selalu disusun untuk menjelaskan sebuah simbol (kata, term) sebab
hanya simbol yang memiliki makna saja yang harus dijelaskan dalam definisi (Sumaryono,
2012: 41).
Syarat-syarat penyusunan definisi sebagai berikut:
a. Rumusannya harus tertuang dalam satu kalimat.
b. Tempat subjek dan predikatnya dapat dipertukarkan tanpa perubahan arti.
c. Tidak menggunakan kalimat negatif.
d. Tidak mengulang istilah yang didefinisikan.
e. Rumusannya memuat unsur yang diperlukan (lengkap).
2. Jenis Definisi
a. Definisi logis/formal/bentuk, yaitu definisi yang merumuskan sesuatu berdasarkan
bentuknya.
Contoh: Segitiga adalah bidang yang dibatasi oleh tiga garis lurus yang berpotongan.
b. Definisi fungsional yaitu definisi yang merumuskan sesuatu berdasarkan fungsinya.
Contoh: Mata ialah indera untuk melihat.
c. Definisi analitis, yaitu definisi yang merumuskan sesuatu berdasarkan sifatnya/cirinya.
Contoh: Manusia adalah makhluk yang dapat berpikir dan merasa secara ruhani.
5.3 Istilah
Istilah ialah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep,
proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah dapat dibedakan menjadi
dua bagian yakni istilah khusus dan istilah umum. istilah khusus adalah istilah yang
pemakaiannya dan/atau maknanya terbatas pada satu bidang tertentu, sedangkan istilah
umum adalah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan secara umum.
Contoh:
Istilah khusus: diagnosis, pidana
Istilah umum: daya, penilaian
Sumber Istilah
1. Kosakata Bahasa Indonesia
Kata Indonesia yang dapat dijadikan bahan istilah ialah kata umum, baik yang lazim
maupun yang tidak lazim, yang memenuhi salah satu syarat atau lebih yang berikut ini.
a. Kata yang dengan tepat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang
dimaksudkan, seperti tunak (steady), telus (percolate), imak (simulate).
b. Kata yang lebih singkat daripada yang lain yang berujukan sama seperti gulma jika
dibandingkan dengan tumbuhan pengganggu, suaka (politik) dibandingkan dengan
perlindungan (politik).
3. c. Kata yang tidak bernilai rasa (konotasi) buruk dan yang sedap didengar (eufonik), seperti
pramuria jika tidak dibandingkan dengan hostes, tunakarya dibandingkan dengan
penganggur.
2. Kosakata Bahasa Serumpun
Jika di dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan istilah yang dengan tepat dapat
mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang dimaksudkan, maka istilah dicari
dalam bahasa serumpun, baik yang lazim maupun yang tidak lazim, yang memenuhi ketiga
syarat tersebut.
Misalnya:
Istilah yang lazim: gambut (Banjar), nyeri (Sunda), timbel (Jawa)
Istilah yang tidak lazim atau kuno: gawai(Jawa), luah(Bali, Bugis, Minangkabau, Sunda)
3. Kosakata Bahasa Asing
Jika baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa serumpun tidak ditemukan istilah
yang tepat, maka bahasa asing dapat dijadikan sumber peristilahan Indonesia. Istilah baru
dapat dibentuk dengan cara menerjemahkan, meyerap, dan menyerap sekaligus
menerjemahkan istilah asing.
Sumber:
Alwi, H. dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI). Kemedikbud.
Sosiokomunikasi, KK Ilmu Kemanusiaan, FSRD-ITB 2008. Metode Penulisan Ipteks.
Bandung Penerbit ITB.