SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
MACAM-MACAM
PERJANJIAN
Apabila dalam suatu perkara, terdapat penjual
dan pembeli dikalahkan (dibatalkan) oleh
putusan hakim, maka penjual wajib memberikan
ganti rugi kepada pembeli.
Terdapat 3 (tiga) keadaan Ganti Rugi menurut BW :
1. Si Pembeli harus menyerahkan seluruh
barangnya, termasuk :
a. Pengembalian harga pembelian;
b. Pengembalian bunga atas harga barang;
c. Mengganti biaya-biaya peradilan;
d. Penggantian lain-lain yang telah dikeluarkan atas
jual-beli barang tersebut;
2. Si Pembeli menyerahkan sebagian barang-
barangnya;
• Bila bagian itu sangat penting, karena tanpa
bagian tersebut jual beli tidak layak terjadi;
• Bila jual beli tidak gagal, pembeli dapat menuntut
ganti rugi untuk bagian barang tertentu tersebut.
3. Hakim dapat menentukan (memutuskan) adanya
beban atau biaya atas suatu barang yang dijual
tersebut;
 CACAT TERSEMBUNYI (Psl 1504 BW) :
Keadaan barang yang mengakibatkan barang itu
tidak dapat dipakai untuk keperluan yang
dimaksudkan atau mengurangi daya pemakaian
yang sedemikian rupa, sehingga seandainya si
pembeli semula tahu keadaan, ia akan membelinya
barang tersebut atau membelinya dengan harga yang
lebih rendah.
Cara Pemakaian Barangnya, tergantung dari kebiasaan,
kecuali bila ditegaskan dalam pemakaiannya.
Dalam Pasal 1505 BW :
Penjual tidak bertanggung jawab atas cacat yang
kelihatan
 Bila Terjadi Cacat Tersembunyi, Pembeli :
1. Dapat mengembalikan barangnya dan menuntut
pengembalian seluruh uang pembeliannya;
2. Dapat menuntut sebagian uang pembeliannya
dikembalikan, sesuai hasil Keputusan Hakim;
Catatan :
Hakim dalam memutuskan perkara tersebut tidak
wajib tergantung pada pendapat para ahli, jadi dapat
langsung memberikan keputusan sendiri (selain
waktunya semakin lama, juga sulitnya mencari tenaga
ahli dibidangnya).
Bagi Penjual (Psl 1508 BW) :
• Penjual harus mengembalikan harga jualnya;
• Penjual harus mengembalikan semua kerugian yang
diderita oleh pembeli.
 Tenggang Waktu :
• Di Belanda, berlaku 6 (enam) minggu sejak terjadi
pembelian, diketahui adanya cacat tersembunyi.
• Di Indonesia, tenggang waktunya diserahkan kepada
putusan Hakim.
Berikutnya terkait dengan Kewajiban Pembeli :
1. Membayar harga barang yang dibeli;
2. Tempatnya dapat di tempat si penjual dan/atau di tempat
lain yang telah ditentukan dan disepakati bersama;
3. Pembayaran dan Penyerahan Barang secara bersama-sama
(Kontan/Tunai);
Bagi Barang Tidak Bergerak, Penyerahannya :
1. Secara Hukum, pada saat balik nama di hadapan PPAT
dan/atau Notaris;
2. Secara Fakta, maka tanah/bangunan harus dalam keadaan
kosong, dan Pembeli baru dipersilahkan masuk.
 Persetujuan Jual Beli, sama dengan Persetujuan Timbal
Balik;
Artinya, bahwa hak dan kewajiban antara Penjual dan
Pembeli sama dihadapan hukum
Bagi si Penjual (Psl 1518, 1145 & 1139 BW);
Bagi si Pembeli (Psl 1516, 1496 s.d. 1512 BW).
Hak Membeli Kembali (Psl 1519 BW) :
Penjual dapat menjanjikan, bahwa ia berhak membeli
kembali barangnya yang telah dijualnya, dan harus
disebutkan dalam surat perjanjian jual-belinya. Maka
konsekuensi logisnya bahwa penjual dapat menuntut
kembali barangnya, walau barang tersebut sudah
dijual lagi ke orang lain.
Psl 1520 BW :
Batas waktu Hak Membeli Kembali tersebut maksimal
5 (lima) tahun, di atas 5 (lima) tahun maka pembelinya
dapat menjadi pemilik tetap barang tersebut.
2. TUKAR MENUKAR (BARTER) – Psl 1541 BW:
Suatu perjanjian dimana kedua belah pihak
mengikatkan dirinya untuk saling memberikan
suatu barang secara timbal balik, sebagai ganti suatu
barang yang lainnya. Hal ini biasa disebut dengan
istilah Barter.
Perjanjian ini merupakan perjanjian konsensual,
perjanjian tersebut sudah mengikat pada detik
tercapainya kata sepakat mengenai barang-barang
yang menjadi obyek dalam perjanjian.
Masing-masing pihak mendapatkan hak untuk
menuntut diserahkannya hak milik atas barang yang
menjadi obyek perjanjian.
Pemindahan hak milik (levering), perbuatan hukum
(penyerahan hak milik secara yuridis), masing-
masing harus merupakan pemilik barang yang mau
dipertukarkan.
 Psl 1977 BW :
Besitter berlaku sebagai title sempurna bagi benda
bergerak untuk mempermudah lalu lintas perdagangan,
maka untuk benda bergerak besitter dapat melakukan
jual-beli (Jadi tidak usah pemilik barang).
Kewajiban untuk menanggung (vrijwaring warranty)
akan kenikmatan dan terhadap cacat-cacat tersembunyi,
berlaku bagi seseorang yang telah memberikan
barangnya di dalam tukar-menukar.
Kelalaian dalam menunaikan kewajiban tersebut
merupakan “wan prestasi”, sehingga hal tersebut dapat
digunakan alasan untuk menuntut ganti-rugi atau
pembatalan perjanjian (Psl 1546 BW).
Bila pihak lain menerima barang yang bukan miliknya
maka dia tidak dapat dipaksa untuk menyerahkan yang
telah ia janjikan, melainkan hanya untuk mengembalikan
barang yang telah diterimanya (Psl 1453 BW).
 Psl 1545 BW :
Jika suatu barang tertentu yang telah diperjanjikan
untuk ditukar musnah diluar kesalahan pemiliknya,
maka persetujuan dianggap “gugur”, dan bagi siapa
saja dari para pihaknya telah memenuhi persyaratan/
persetujuan, maka dia dapat menuntut kembali barang
yang telah ia berikan dalam tukar-menukar.
Hukum Adat :
Tukar menukar dengan barang lain bersifat Riil
Sedangkan BW :
Tukar menukar merupakan suatu persetujuan
(consensus), dimana para pihak mengikatkan diri
untuk saling memberikan suatu barang sebagai
pengganti barang lainnya.
3. SEWA-MENYEWA :
Merupakan suatu perjanjian konsensual, artinya bahwa
perjanjian itu sah dan mengikat pada detik tercapainya kata
sepakat mengenai unsur-unsur pokoknya yaitu “barang dan
harga”. (Psl 1548 BW).
Satu pihak ada yang menyerahkan barangnya untuk
dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan pihak yang lain
wajib membayar “harga sewa”. Jadi barang yang
diserahkan tidak untuk dimiliki seperti dalam proses “jual-
beli”, tetapi hanya untuk dipakai dan dinikmati
kegunaannya (penyerahan kekuasaannya) saja.
Apabila sewa-menyewa tidak ditentukan waktunya, maka
sepanjang sudah diketahui dan disepakati barang dan
harganya, maka waktunya dapat 1 jam, 1 hari, 1 bulan atau
1 tahun dan seterusnya.
Pihak pemilik barang tidak dapat menghentikan sewanya
sewaktu-waktu dengan dalih hendak memakainya sendiri,
keculai bila sudah diperjanjikan sebelumnya (Psl 1579 BW),
mengingat terkait dengan ketentuan “waktu tertentu” tidak
ada aturannya.
 Kewajiban Pihak Pemilik :
1. Menyerahkan barang yang disewakan;
2. Memelihara barang miliknya, sehingga dapat dipakai untuk
keperluan yang dimaksudkan dalam sewa-menyewa;
3. Memberikan kenikmatan/ketentraman selama proses sewa-
menyewa berlangsung;
4. Perbaikan dan/atau pembetulan barang yang berat/besar;
5. Menanggung terhadap cacat dari barang yang disewakan;
6. Menanggung kerugian yang diakibatkan dari cacat barang yang
disewakan;
7. Menanggulangi/menangkis tuntutan hukum dari pihak 3
(terkait dengan gangguan psikis, keamanan, pelemparan,
membuang sampah dll).
• Kewajiban Penyewa :
1. Membayar biaya uang sewa;
2. Memakai barang sewa dengan sebaik-baiknya;
3. Melengkapi barang sewa secukupnya;
 Resiko dalam Sewa-Menyewa :
Kewajiban untuk memikul kerugian yang disebabkan oleh
suatu peristiwa yang terjadi di luar kesalahan salah satu pihak
yang menimpa barang yang menjadi obyek perjanjian, maka
resiko dipikul oleh Pemilik Barang (Psl 1553 BW).
Apabila barang yang disewa itu musnah, karena suatu
peristiwa yang terjadi di luar kesalahan salah satu pihak, maka
perjanjian sewa-menyewa tersebut “gugur demi hukum”
(Psl 1460 BW).
Gugur demi hukum dimaksud, adalah masing-masing pihak
tidak dapat menuntut sesuatu apapun, sehingga kerugian
sepenuhnya dipikul oleh pihak pemilik barang.
Pada azasnya setiap pemilik barang “wajib” menanggung
resiko atas barang miliknya. Apabila selama waktu sewa, si
penyewa mendapat gangguan dari pihak 3 berdasar atas suatu
hak yang dikemukakan oleh pihak 3 tersebut, si penyewa dapat
menuntut ganti rugi kepada pemilik barang, terkait dengan
pengurangan uang sewa yang sepadan dengan gangguan yang
diterimanya.
 Mengulang Sewakan Terhadap Barang Sewaan
Apabila tidak diperjanjikan dan/atau diijinkan oleh
pemilik barang, maka pada prinsipnya “tidak
diperbolehkan” mengulang sewakan barang yang
disewa ataupun melepas sewanya kepada orang lain.
Mengulang Sewakan :
Si Penyewa bertindak sendiri sebagai pihak yang
menyewakan dalam suatu perjanjian sewa menyewa
yang ke dua kepada pihak 3.
Melepas Sewa :
Si Penyewa mengundurkan diri sebagai penyewa dan
menyuruh orang lain (pihak 3) untuk menggantikan
dirinya sebagai penyewa, sehingga pihak 3 dapat
langsung berhadapan dengan pemilik barang.
Bila penyewa melakukan hal yang dilarang,
pihak pemilik barang dapat meminta
pembatalan perjanjian sewa menyewa disertai
ganti rugi.
Penyewa dapat menyewakan lagi kepada
pihak 3 bila diperbolehkan dalam perjanjian
yang asli, apabila tidak maka perjanjian sewa
menyewa kedua tersebut dapat dibatalkan oleh
pemilik barang (Psl 1559 BW).
Dengan demikian maka bila sewa menyewa
yang asli batal maka sewa menyewa yang ke
dua juga batal.
 Bentuk Sewa-Menyewa :
1. Tertulis, (Psl 1570 BW);
2. Lisan, (Psl 1571 jo Psl 1587 BW);
• Dalam Proses Jual-Beli, Tidak Memutuskan Kewajiban &
Hak Sewa-Menyewa :
Penjualan barang sebagai obyek yang disewakan, tidak
menyebabkan putusnya perjanjian sewa-menyewa (Psl
1576 BW).
Hal ini untuk melindungi pihak penyewa dari pemilik
baru, apabila barang yang disewakan dipindah-tangankan
kepada orang lain.
Pemindah-tanganan hak milik, dapat melalui jual beli,
tukar-menukar, hibah dan warisan.
Pemilik baru wajib menghormati hak penyewa, sebab
dimungkinkan dalam perjanjian sewa-menyewa aslinya
telah dicantumkan janji-janji khusus untuk kepentingan si
penyewa.
Apabila terjadi perjanjian pertanggungan (borgocht =
guaranty) dimana pihak 3 menanggung pembayaran
sewanya dengan dijualnya barang yang disewakan,
maka penanggungannya menjadi hapus.
Sita Barang Bergerak (Pand Beslag) :
Pada prinsipnya pemilik barang diberi hak utama
(privilege) atas benda atau barang-barang penyewa
yang menghiasi rumah sewaan untuk menjamin atas
pembayaran tunggakan uang sewanya.
Barang orang lain atau penyewa, yang dipakai di
rumah sewaan dapat juga disita (Psl 1140 dan 1152
BW).
Penyitaan yang dilakukan oleh pemilik atas barang-
barang perabotan rumah, disebut “Pand Beslag”.
 Berakhirnya Sewa-Menyewa :
1. Pada Waktu Tertentu yang telah diperjanjijan;
2. Diperhentikan dengan memperhatikan waktu tertentu
secara lisan;
Bila perjanjian sewa-menyewa dibuat tertulis dengan
menyebutkan tenggang waktu tertentu, maka
perjanjian sewa-menyewa berakhir sesuai dengan
batas waktu yang ditentukan dalam perjanjian.
Bila tidak menyebutkan waktu tertentu, maka sewa-
menyewa berakhir bila salah satu pihak
memberitahukan kepada pihak lainnya dengan
memperhatikan kebiasaan yang berlaku. Sehingga
bila tenggang waktu tersebut terlampaui, maka
penyewa dapat diusir sewaktu-waktu.
 Beberapa Catatan Khusus terkait Pasal-Pasal di BW yang
mengatur berakhirnya sewa-menyewa :
Psl 1572 BW : Penyewa tidak dapat secara diam-diam dalam
menyatakan persewaan baru, dan bila tenggang
waktunya habis si penyewa masih dibiarkan
menggunakan untuk menguasai barangnya, terbentuklah
persewaan baru secara lisan (persangkaan).
Psl 1573 BW : Larangan sewa-menyewa secara diam-diam,
bila tenggang waktunya habis.
Psl 1575 BW : Sewa-menyewa tidak terhenti dengan
meninggalkan salah satu pihak, maka hak-hak dan
kewajibannya beralih pada ahli waris.
Psl 1580 BW : Pemilik tidak dapat menghentikan perjanjian
sewa-menyewa dengan alasan mau dipakai sendiri,
kecuali bila ditentukan dalam perjanjian. Bila mau
dipakai sendiri, harus melihat dan mempertimbangkan
tenggang waktu sesuai dengan kebiasaan yang berlaku.
4. SEWA BELI (HUURKOOP) :
Sewa Beli, hampir sama dengan jual-beli dari pada
dengan sewa-menyewa. Sewa Beli ini tercipta dalam
praktek (kebiasaan) yang sudah diakui sah
berdasarkan “Yurisprodensi”.
Dalam Hire Purchase Act Tahun 1965 dikatakan :
bahwa suatu perjanjian sewa-menyewa dengan hak
optie dari si penyewa untuk membeli barang yang
disewakan untuk memperoleh hak milik.
Sewa-Beli berasal dari praktek, dimana seseorang
calon pembeli tidak mampu membayar harga barang
secara kontan, sehingga si penjual bersedia menerima
harga barangnya dengan cicilan/diangsur, tetapi
diperlukan jaminan bila barangnya belum terbayar
lunas tidak akan dijual oleh si pembeli. Jadi sebelum
harga lunas si pembeli masih sebagai penyewa.
Perbedaan dengan jual-beli cicilan (koop of
afbetaling = creadite sale) barang menjadi milik
pembeli (sejak cicilan pertama), walaupun
harga barang melalui cicilan/diangsur.
Setelah barang diterima, boleh dijual kepada
orang lain asal sisa pembayarannya harus
dilunasi. Dalam sewa beli penjual percaya
bahwa pembeli akan memenuhi janji
melakukan pembayaran, supaya penjual tidak
kuatir akan dirugikan dengan penjualan
barang pada pihak 3, pembeli sementara
sebagai penyewa/pemakai sebelum lunas.
Perjanjian sewa-beli ini tidak diatur dalam BW.
5. LEASING :
Perjanjian sewa-menyewa yang telah berkembang
di kalangan pengusaha, dimana lesor (pihak yang
menyewakan barang) biasanya perusahaan
leasing/menyewakan suatu perangkat alat
perusahaan (mesin-mesin termasuk service,
pemeliharaan dll) kepada lessie (pihak penyewa)
untuk suatu jangka waktu tertentu.
Barang yang disewakan sering kali bukan milik
lesor sendiri, tetapi dibeli secara cicilan dari
perusahaan atau leveransir.
Biasanya Perusahaan baru yang tidak punya banyak
modal dapat menyewa alat-alat perusahaan atas
perjanjian leasing. Dia dapat pinjaman/kredit dari
para pengusaha, perusahaan leasing, lessor diberi
hak optie yaitu memilih memperpanjang sewa-
menyewa atau membeli alat-alat yang disewa
dengan harga murah.

More Related Content

What's hot

Kumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumKumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukum
syophi
 
Perjanjian Sewa Menyewa
Perjanjian Sewa MenyewaPerjanjian Sewa Menyewa
Perjanjian Sewa Menyewa
Leks&Co
 
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Leks&Co
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
putrakarno
 

What's hot (20)

force majeur dan cidera janji
force majeur dan cidera janjiforce majeur dan cidera janji
force majeur dan cidera janji
 
Pengertian perjanjian kawin
Pengertian perjanjian kawinPengertian perjanjian kawin
Pengertian perjanjian kawin
 
Legal Drafting
Legal DraftingLegal Drafting
Legal Drafting
 
Kumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumKumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukum
 
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
 
UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
 
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
Hukum acara perdata - Definisi, fungsi, dan tujuan penyitaan, serta bentuk-be...
 
Perjanjian Sewa Menyewa
Perjanjian Sewa MenyewaPerjanjian Sewa Menyewa
Perjanjian Sewa Menyewa
 
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
 
Presentasi hukum perikatan wanprestasi
Presentasi hukum perikatan wanprestasiPresentasi hukum perikatan wanprestasi
Presentasi hukum perikatan wanprestasi
 
Perjanjian nominat dan anominat
Perjanjian nominat dan anominatPerjanjian nominat dan anominat
Perjanjian nominat dan anominat
 
Perancangan kontrak
Perancangan kontrakPerancangan kontrak
Perancangan kontrak
 
Hukum dagang
Hukum dagangHukum dagang
Hukum dagang
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
 
Ppt surat kuasa
Ppt surat kuasaPpt surat kuasa
Ppt surat kuasa
 
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar MenukarHukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
 
HUKUM KONTRAK
HUKUM KONTRAKHUKUM KONTRAK
HUKUM KONTRAK
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
Hukum Jaminan
Hukum JaminanHukum Jaminan
Hukum Jaminan
 
Konsep Tanggung Renteng dalam KUH Perdata (Idik Saeful Bahri)
Konsep Tanggung Renteng dalam KUH Perdata (Idik Saeful Bahri)Konsep Tanggung Renteng dalam KUH Perdata (Idik Saeful Bahri)
Konsep Tanggung Renteng dalam KUH Perdata (Idik Saeful Bahri)
 

Viewers also liked

Viewers also liked (6)

Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha Bersama
 
Adendum perjanjian
Adendum perjanjianAdendum perjanjian
Adendum perjanjian
 
surat wasiat
surat wasiatsurat wasiat
surat wasiat
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumah
 
Draf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaDraf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian Kerja
 
Draf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanDraf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan Perusahaan
 

Similar to MACAM-MACAM PERJANJIAN

Akutansi Ijarah & Akutansi Wadiah.pptx
Akutansi Ijarah & Akutansi Wadiah.pptxAkutansi Ijarah & Akutansi Wadiah.pptx
Akutansi Ijarah & Akutansi Wadiah.pptx
Adi211
 
Aspek hukum perjanjian sewa menyewa
Aspek hukum perjanjian sewa menyewaAspek hukum perjanjian sewa menyewa
Aspek hukum perjanjian sewa menyewa
Leks&Co
 
Presentasi hukum perikatan bab 7 KUH Perdata sewa menyewa
Presentasi hukum perikatan bab 7 KUH Perdata sewa menyewaPresentasi hukum perikatan bab 7 KUH Perdata sewa menyewa
Presentasi hukum perikatan bab 7 KUH Perdata sewa menyewa
Universitas Kristen Maranatha
 
Perjanjian Penitipan.pptx
Perjanjian Penitipan.pptxPerjanjian Penitipan.pptx
Perjanjian Penitipan.pptx
RIDHOYANSAH
 

Similar to MACAM-MACAM PERJANJIAN (20)

Materi Sesi 7.pptx
Materi Sesi 7.pptxMateri Sesi 7.pptx
Materi Sesi 7.pptx
 
Perjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaPerjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-Menyewa
 
Akutansi Ijarah & Akutansi Wadiah.pptx
Akutansi Ijarah & Akutansi Wadiah.pptxAkutansi Ijarah & Akutansi Wadiah.pptx
Akutansi Ijarah & Akutansi Wadiah.pptx
 
Hutang (Muamalat)
Hutang (Muamalat)Hutang (Muamalat)
Hutang (Muamalat)
 
3.Hk-Perikatan_22.ppt
3.Hk-Perikatan_22.ppt3.Hk-Perikatan_22.ppt
3.Hk-Perikatan_22.ppt
 
HAPUSNYA PERIKATAN & HAK YANG DAPAT MENJADI JAMINAN PIUTANG
HAPUSNYA PERIKATAN & HAK YANG DAPAT MENJADI JAMINAN PIUTANGHAPUSNYA PERIKATAN & HAK YANG DAPAT MENJADI JAMINAN PIUTANG
HAPUSNYA PERIKATAN & HAK YANG DAPAT MENJADI JAMINAN PIUTANG
 
Aspek hukum perjanjian sewa menyewa
Aspek hukum perjanjian sewa menyewaAspek hukum perjanjian sewa menyewa
Aspek hukum perjanjian sewa menyewa
 
Presentasi hukum perikatan bab 7 KUH Perdata sewa menyewa
Presentasi hukum perikatan bab 7 KUH Perdata sewa menyewaPresentasi hukum perikatan bab 7 KUH Perdata sewa menyewa
Presentasi hukum perikatan bab 7 KUH Perdata sewa menyewa
 
Pinjaman ( Ariyyah)
Pinjaman ( Ariyyah)Pinjaman ( Ariyyah)
Pinjaman ( Ariyyah)
 
WANPRESTASI.ppt
WANPRESTASI.pptWANPRESTASI.ppt
WANPRESTASI.ppt
 
Ijarah muntahia bit tamlik
Ijarah muntahia bit tamlikIjarah muntahia bit tamlik
Ijarah muntahia bit tamlik
 
94262893 makalah-fiqih-muamalat
94262893 makalah-fiqih-muamalat94262893 makalah-fiqih-muamalat
94262893 makalah-fiqih-muamalat
 
94262893 makalah-fiqih-muamalat
94262893 makalah-fiqih-muamalat94262893 makalah-fiqih-muamalat
94262893 makalah-fiqih-muamalat
 
Perjanjian Penitipan.pptx
Perjanjian Penitipan.pptxPerjanjian Penitipan.pptx
Perjanjian Penitipan.pptx
 
PART 9 IJARAH & JU’ALAH.pptx
PART 9 IJARAH & JU’ALAH.pptxPART 9 IJARAH & JU’ALAH.pptx
PART 9 IJARAH & JU’ALAH.pptx
 
Materi uk3
Materi uk3Materi uk3
Materi uk3
 
hukum perjanjian
hukum perjanjianhukum perjanjian
hukum perjanjian
 
Tugas CISG
Tugas CISGTugas CISG
Tugas CISG
 
Khiyar (Pilihan)
Khiyar (Pilihan)Khiyar (Pilihan)
Khiyar (Pilihan)
 
Hukum. Benda kuh Perda ta.pdf
Hukum. Benda kuh Perda ta.pdfHukum. Benda kuh Perda ta.pdf
Hukum. Benda kuh Perda ta.pdf
 

More from Fair Nurfachrizi

More from Fair Nurfachrizi (20)

Integrasi Nasional
Integrasi NasionalIntegrasi Nasional
Integrasi Nasional
 
Ketahanan Nasional
Ketahanan NasionalKetahanan Nasional
Ketahanan Nasional
 
Wawasan ke-Indonesiaan
Wawasan ke-IndonesiaanWawasan ke-Indonesiaan
Wawasan ke-Indonesiaan
 
Ketatanegaraan dan Sistem Hukum Nasional
Ketatanegaraan dan Sistem Hukum NasionalKetatanegaraan dan Sistem Hukum Nasional
Ketatanegaraan dan Sistem Hukum Nasional
 
Multikulturalisme & Kebangsaan Indonesia
Multikulturalisme & Kebangsaan IndonesiaMultikulturalisme & Kebangsaan Indonesia
Multikulturalisme & Kebangsaan Indonesia
 
Identitas Nasional dan Faham Kebangsaan
Identitas Nasional dan Faham KebangsaanIdentitas Nasional dan Faham Kebangsaan
Identitas Nasional dan Faham Kebangsaan
 
Ideologi Negara
Ideologi NegaraIdeologi Negara
Ideologi Negara
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etika
 
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem FilsafatPancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
 
Negara & Warga Negara
Negara & Warga NegaraNegara & Warga Negara
Negara & Warga Negara
 
Konsep Warga Negara
Konsep Warga NegaraKonsep Warga Negara
Konsep Warga Negara
 
Konsep Masyarakat Bangsa dan Negara
Konsep Masyarakat Bangsa dan NegaraKonsep Masyarakat Bangsa dan Negara
Konsep Masyarakat Bangsa dan Negara
 
Peran & Fungsi Mahasiswa Indonesia
Peran & Fungsi Mahasiswa IndonesiaPeran & Fungsi Mahasiswa Indonesia
Peran & Fungsi Mahasiswa Indonesia
 
Pancasila dan Demokrasi Ekonomi
Pancasila dan Demokrasi EkonomiPancasila dan Demokrasi Ekonomi
Pancasila dan Demokrasi Ekonomi
 
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem Pemilu
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem PemiluPemerintahan, Perwakilan dan Sistem Pemilu
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem Pemilu
 
Sistem Politik & Demokrasi
Sistem Politik & DemokrasiSistem Politik & Demokrasi
Sistem Politik & Demokrasi
 
Hak Asasi Manusia
Hak Asasi ManusiaHak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 
Globalisasi
GlobalisasiGlobalisasi
Globalisasi
 
SPT 2013 OP Norma
SPT 2013 OP NormaSPT 2013 OP Norma
SPT 2013 OP Norma
 

Recently uploaded

443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 

Recently uploaded (20)

contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
 
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XIPPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 

MACAM-MACAM PERJANJIAN

  • 2. Apabila dalam suatu perkara, terdapat penjual dan pembeli dikalahkan (dibatalkan) oleh putusan hakim, maka penjual wajib memberikan ganti rugi kepada pembeli. Terdapat 3 (tiga) keadaan Ganti Rugi menurut BW : 1. Si Pembeli harus menyerahkan seluruh barangnya, termasuk : a. Pengembalian harga pembelian; b. Pengembalian bunga atas harga barang; c. Mengganti biaya-biaya peradilan; d. Penggantian lain-lain yang telah dikeluarkan atas jual-beli barang tersebut;
  • 3. 2. Si Pembeli menyerahkan sebagian barang- barangnya; • Bila bagian itu sangat penting, karena tanpa bagian tersebut jual beli tidak layak terjadi; • Bila jual beli tidak gagal, pembeli dapat menuntut ganti rugi untuk bagian barang tertentu tersebut. 3. Hakim dapat menentukan (memutuskan) adanya beban atau biaya atas suatu barang yang dijual tersebut;
  • 4.  CACAT TERSEMBUNYI (Psl 1504 BW) : Keadaan barang yang mengakibatkan barang itu tidak dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan atau mengurangi daya pemakaian yang sedemikian rupa, sehingga seandainya si pembeli semula tahu keadaan, ia akan membelinya barang tersebut atau membelinya dengan harga yang lebih rendah. Cara Pemakaian Barangnya, tergantung dari kebiasaan, kecuali bila ditegaskan dalam pemakaiannya. Dalam Pasal 1505 BW : Penjual tidak bertanggung jawab atas cacat yang kelihatan
  • 5.  Bila Terjadi Cacat Tersembunyi, Pembeli : 1. Dapat mengembalikan barangnya dan menuntut pengembalian seluruh uang pembeliannya; 2. Dapat menuntut sebagian uang pembeliannya dikembalikan, sesuai hasil Keputusan Hakim; Catatan : Hakim dalam memutuskan perkara tersebut tidak wajib tergantung pada pendapat para ahli, jadi dapat langsung memberikan keputusan sendiri (selain waktunya semakin lama, juga sulitnya mencari tenaga ahli dibidangnya). Bagi Penjual (Psl 1508 BW) : • Penjual harus mengembalikan harga jualnya; • Penjual harus mengembalikan semua kerugian yang diderita oleh pembeli.
  • 6.  Tenggang Waktu : • Di Belanda, berlaku 6 (enam) minggu sejak terjadi pembelian, diketahui adanya cacat tersembunyi. • Di Indonesia, tenggang waktunya diserahkan kepada putusan Hakim. Berikutnya terkait dengan Kewajiban Pembeli : 1. Membayar harga barang yang dibeli; 2. Tempatnya dapat di tempat si penjual dan/atau di tempat lain yang telah ditentukan dan disepakati bersama; 3. Pembayaran dan Penyerahan Barang secara bersama-sama (Kontan/Tunai); Bagi Barang Tidak Bergerak, Penyerahannya : 1. Secara Hukum, pada saat balik nama di hadapan PPAT dan/atau Notaris; 2. Secara Fakta, maka tanah/bangunan harus dalam keadaan kosong, dan Pembeli baru dipersilahkan masuk.
  • 7.  Persetujuan Jual Beli, sama dengan Persetujuan Timbal Balik; Artinya, bahwa hak dan kewajiban antara Penjual dan Pembeli sama dihadapan hukum Bagi si Penjual (Psl 1518, 1145 & 1139 BW); Bagi si Pembeli (Psl 1516, 1496 s.d. 1512 BW). Hak Membeli Kembali (Psl 1519 BW) : Penjual dapat menjanjikan, bahwa ia berhak membeli kembali barangnya yang telah dijualnya, dan harus disebutkan dalam surat perjanjian jual-belinya. Maka konsekuensi logisnya bahwa penjual dapat menuntut kembali barangnya, walau barang tersebut sudah dijual lagi ke orang lain. Psl 1520 BW : Batas waktu Hak Membeli Kembali tersebut maksimal 5 (lima) tahun, di atas 5 (lima) tahun maka pembelinya dapat menjadi pemilik tetap barang tersebut.
  • 8. 2. TUKAR MENUKAR (BARTER) – Psl 1541 BW: Suatu perjanjian dimana kedua belah pihak mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik, sebagai ganti suatu barang yang lainnya. Hal ini biasa disebut dengan istilah Barter. Perjanjian ini merupakan perjanjian konsensual, perjanjian tersebut sudah mengikat pada detik tercapainya kata sepakat mengenai barang-barang yang menjadi obyek dalam perjanjian. Masing-masing pihak mendapatkan hak untuk menuntut diserahkannya hak milik atas barang yang menjadi obyek perjanjian. Pemindahan hak milik (levering), perbuatan hukum (penyerahan hak milik secara yuridis), masing- masing harus merupakan pemilik barang yang mau dipertukarkan.
  • 9.  Psl 1977 BW : Besitter berlaku sebagai title sempurna bagi benda bergerak untuk mempermudah lalu lintas perdagangan, maka untuk benda bergerak besitter dapat melakukan jual-beli (Jadi tidak usah pemilik barang). Kewajiban untuk menanggung (vrijwaring warranty) akan kenikmatan dan terhadap cacat-cacat tersembunyi, berlaku bagi seseorang yang telah memberikan barangnya di dalam tukar-menukar. Kelalaian dalam menunaikan kewajiban tersebut merupakan “wan prestasi”, sehingga hal tersebut dapat digunakan alasan untuk menuntut ganti-rugi atau pembatalan perjanjian (Psl 1546 BW). Bila pihak lain menerima barang yang bukan miliknya maka dia tidak dapat dipaksa untuk menyerahkan yang telah ia janjikan, melainkan hanya untuk mengembalikan barang yang telah diterimanya (Psl 1453 BW).
  • 10.  Psl 1545 BW : Jika suatu barang tertentu yang telah diperjanjikan untuk ditukar musnah diluar kesalahan pemiliknya, maka persetujuan dianggap “gugur”, dan bagi siapa saja dari para pihaknya telah memenuhi persyaratan/ persetujuan, maka dia dapat menuntut kembali barang yang telah ia berikan dalam tukar-menukar. Hukum Adat : Tukar menukar dengan barang lain bersifat Riil Sedangkan BW : Tukar menukar merupakan suatu persetujuan (consensus), dimana para pihak mengikatkan diri untuk saling memberikan suatu barang sebagai pengganti barang lainnya.
  • 11. 3. SEWA-MENYEWA : Merupakan suatu perjanjian konsensual, artinya bahwa perjanjian itu sah dan mengikat pada detik tercapainya kata sepakat mengenai unsur-unsur pokoknya yaitu “barang dan harga”. (Psl 1548 BW). Satu pihak ada yang menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan pihak yang lain wajib membayar “harga sewa”. Jadi barang yang diserahkan tidak untuk dimiliki seperti dalam proses “jual- beli”, tetapi hanya untuk dipakai dan dinikmati kegunaannya (penyerahan kekuasaannya) saja. Apabila sewa-menyewa tidak ditentukan waktunya, maka sepanjang sudah diketahui dan disepakati barang dan harganya, maka waktunya dapat 1 jam, 1 hari, 1 bulan atau 1 tahun dan seterusnya. Pihak pemilik barang tidak dapat menghentikan sewanya sewaktu-waktu dengan dalih hendak memakainya sendiri, keculai bila sudah diperjanjikan sebelumnya (Psl 1579 BW), mengingat terkait dengan ketentuan “waktu tertentu” tidak ada aturannya.
  • 12.  Kewajiban Pihak Pemilik : 1. Menyerahkan barang yang disewakan; 2. Memelihara barang miliknya, sehingga dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan dalam sewa-menyewa; 3. Memberikan kenikmatan/ketentraman selama proses sewa- menyewa berlangsung; 4. Perbaikan dan/atau pembetulan barang yang berat/besar; 5. Menanggung terhadap cacat dari barang yang disewakan; 6. Menanggung kerugian yang diakibatkan dari cacat barang yang disewakan; 7. Menanggulangi/menangkis tuntutan hukum dari pihak 3 (terkait dengan gangguan psikis, keamanan, pelemparan, membuang sampah dll). • Kewajiban Penyewa : 1. Membayar biaya uang sewa; 2. Memakai barang sewa dengan sebaik-baiknya; 3. Melengkapi barang sewa secukupnya;
  • 13.  Resiko dalam Sewa-Menyewa : Kewajiban untuk memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang terjadi di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa barang yang menjadi obyek perjanjian, maka resiko dipikul oleh Pemilik Barang (Psl 1553 BW). Apabila barang yang disewa itu musnah, karena suatu peristiwa yang terjadi di luar kesalahan salah satu pihak, maka perjanjian sewa-menyewa tersebut “gugur demi hukum” (Psl 1460 BW). Gugur demi hukum dimaksud, adalah masing-masing pihak tidak dapat menuntut sesuatu apapun, sehingga kerugian sepenuhnya dipikul oleh pihak pemilik barang. Pada azasnya setiap pemilik barang “wajib” menanggung resiko atas barang miliknya. Apabila selama waktu sewa, si penyewa mendapat gangguan dari pihak 3 berdasar atas suatu hak yang dikemukakan oleh pihak 3 tersebut, si penyewa dapat menuntut ganti rugi kepada pemilik barang, terkait dengan pengurangan uang sewa yang sepadan dengan gangguan yang diterimanya.
  • 14.  Mengulang Sewakan Terhadap Barang Sewaan Apabila tidak diperjanjikan dan/atau diijinkan oleh pemilik barang, maka pada prinsipnya “tidak diperbolehkan” mengulang sewakan barang yang disewa ataupun melepas sewanya kepada orang lain. Mengulang Sewakan : Si Penyewa bertindak sendiri sebagai pihak yang menyewakan dalam suatu perjanjian sewa menyewa yang ke dua kepada pihak 3. Melepas Sewa : Si Penyewa mengundurkan diri sebagai penyewa dan menyuruh orang lain (pihak 3) untuk menggantikan dirinya sebagai penyewa, sehingga pihak 3 dapat langsung berhadapan dengan pemilik barang.
  • 15. Bila penyewa melakukan hal yang dilarang, pihak pemilik barang dapat meminta pembatalan perjanjian sewa menyewa disertai ganti rugi. Penyewa dapat menyewakan lagi kepada pihak 3 bila diperbolehkan dalam perjanjian yang asli, apabila tidak maka perjanjian sewa menyewa kedua tersebut dapat dibatalkan oleh pemilik barang (Psl 1559 BW). Dengan demikian maka bila sewa menyewa yang asli batal maka sewa menyewa yang ke dua juga batal.
  • 16.  Bentuk Sewa-Menyewa : 1. Tertulis, (Psl 1570 BW); 2. Lisan, (Psl 1571 jo Psl 1587 BW); • Dalam Proses Jual-Beli, Tidak Memutuskan Kewajiban & Hak Sewa-Menyewa : Penjualan barang sebagai obyek yang disewakan, tidak menyebabkan putusnya perjanjian sewa-menyewa (Psl 1576 BW). Hal ini untuk melindungi pihak penyewa dari pemilik baru, apabila barang yang disewakan dipindah-tangankan kepada orang lain. Pemindah-tanganan hak milik, dapat melalui jual beli, tukar-menukar, hibah dan warisan. Pemilik baru wajib menghormati hak penyewa, sebab dimungkinkan dalam perjanjian sewa-menyewa aslinya telah dicantumkan janji-janji khusus untuk kepentingan si penyewa.
  • 17. Apabila terjadi perjanjian pertanggungan (borgocht = guaranty) dimana pihak 3 menanggung pembayaran sewanya dengan dijualnya barang yang disewakan, maka penanggungannya menjadi hapus. Sita Barang Bergerak (Pand Beslag) : Pada prinsipnya pemilik barang diberi hak utama (privilege) atas benda atau barang-barang penyewa yang menghiasi rumah sewaan untuk menjamin atas pembayaran tunggakan uang sewanya. Barang orang lain atau penyewa, yang dipakai di rumah sewaan dapat juga disita (Psl 1140 dan 1152 BW). Penyitaan yang dilakukan oleh pemilik atas barang- barang perabotan rumah, disebut “Pand Beslag”.
  • 18.  Berakhirnya Sewa-Menyewa : 1. Pada Waktu Tertentu yang telah diperjanjijan; 2. Diperhentikan dengan memperhatikan waktu tertentu secara lisan; Bila perjanjian sewa-menyewa dibuat tertulis dengan menyebutkan tenggang waktu tertentu, maka perjanjian sewa-menyewa berakhir sesuai dengan batas waktu yang ditentukan dalam perjanjian. Bila tidak menyebutkan waktu tertentu, maka sewa- menyewa berakhir bila salah satu pihak memberitahukan kepada pihak lainnya dengan memperhatikan kebiasaan yang berlaku. Sehingga bila tenggang waktu tersebut terlampaui, maka penyewa dapat diusir sewaktu-waktu.
  • 19.  Beberapa Catatan Khusus terkait Pasal-Pasal di BW yang mengatur berakhirnya sewa-menyewa : Psl 1572 BW : Penyewa tidak dapat secara diam-diam dalam menyatakan persewaan baru, dan bila tenggang waktunya habis si penyewa masih dibiarkan menggunakan untuk menguasai barangnya, terbentuklah persewaan baru secara lisan (persangkaan). Psl 1573 BW : Larangan sewa-menyewa secara diam-diam, bila tenggang waktunya habis. Psl 1575 BW : Sewa-menyewa tidak terhenti dengan meninggalkan salah satu pihak, maka hak-hak dan kewajibannya beralih pada ahli waris. Psl 1580 BW : Pemilik tidak dapat menghentikan perjanjian sewa-menyewa dengan alasan mau dipakai sendiri, kecuali bila ditentukan dalam perjanjian. Bila mau dipakai sendiri, harus melihat dan mempertimbangkan tenggang waktu sesuai dengan kebiasaan yang berlaku.
  • 20. 4. SEWA BELI (HUURKOOP) : Sewa Beli, hampir sama dengan jual-beli dari pada dengan sewa-menyewa. Sewa Beli ini tercipta dalam praktek (kebiasaan) yang sudah diakui sah berdasarkan “Yurisprodensi”. Dalam Hire Purchase Act Tahun 1965 dikatakan : bahwa suatu perjanjian sewa-menyewa dengan hak optie dari si penyewa untuk membeli barang yang disewakan untuk memperoleh hak milik. Sewa-Beli berasal dari praktek, dimana seseorang calon pembeli tidak mampu membayar harga barang secara kontan, sehingga si penjual bersedia menerima harga barangnya dengan cicilan/diangsur, tetapi diperlukan jaminan bila barangnya belum terbayar lunas tidak akan dijual oleh si pembeli. Jadi sebelum harga lunas si pembeli masih sebagai penyewa.
  • 21. Perbedaan dengan jual-beli cicilan (koop of afbetaling = creadite sale) barang menjadi milik pembeli (sejak cicilan pertama), walaupun harga barang melalui cicilan/diangsur. Setelah barang diterima, boleh dijual kepada orang lain asal sisa pembayarannya harus dilunasi. Dalam sewa beli penjual percaya bahwa pembeli akan memenuhi janji melakukan pembayaran, supaya penjual tidak kuatir akan dirugikan dengan penjualan barang pada pihak 3, pembeli sementara sebagai penyewa/pemakai sebelum lunas. Perjanjian sewa-beli ini tidak diatur dalam BW.
  • 22. 5. LEASING : Perjanjian sewa-menyewa yang telah berkembang di kalangan pengusaha, dimana lesor (pihak yang menyewakan barang) biasanya perusahaan leasing/menyewakan suatu perangkat alat perusahaan (mesin-mesin termasuk service, pemeliharaan dll) kepada lessie (pihak penyewa) untuk suatu jangka waktu tertentu. Barang yang disewakan sering kali bukan milik lesor sendiri, tetapi dibeli secara cicilan dari perusahaan atau leveransir. Biasanya Perusahaan baru yang tidak punya banyak modal dapat menyewa alat-alat perusahaan atas perjanjian leasing. Dia dapat pinjaman/kredit dari para pengusaha, perusahaan leasing, lessor diberi hak optie yaitu memilih memperpanjang sewa- menyewa atau membeli alat-alat yang disewa dengan harga murah.