SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
1
METODE RESPON FISIK TOTAL/TOTAL PHYSICAL RESPONSE
Latar Belakang
Total Physical Response (TPR)/Respon Fisik Total (RFT) adalah suatu metoda
pengajaran bahasa yang dibangun atas dasar koordinasi antara ucapan dan tindakan.
Metode ini mencoba mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik (motorik). Metode ini
dikembangkan oleh James Asher, seorang profesor psikologi pada Universitas Negeri San
Jose, California. Metode ini didukung oleh beberapa teori, seperti teori psikologi
pengembangan, teori belajar, dan pedagogik humanistik, serta diperkuat dengan teori
tentang prosedur pengajaran bahasa yang dikembangkan oleh oleh Harold dan Dorothy
Palmer pada tahun 1925. Mari kita bahas secara singkat latar belakang lahirnya metode
Respon Fisik Total.
Metode Respon Fisik Total dikembangkan berdasarkan "teori telusur jejak" memori
dalam kajian psikologi (Katona 1940). Teori ini menyatakan bahwa semakin sering atau
semakin intensif suatu koneksi memori ditelusuri, semakin kuat pula asosiasi memori
tersebut, serta semakin gampang untuk diingat kembali. Penulusuran itu bisa dilakukan
secara lisan (seperti dengan pengulangan hafalan) dan/atau dengan digabung bersama
aktifitas fisik. Aktifitas penelusuran memori yang dikombinasikan, seperti dengan latihan
lisan yang barengi aktivitas motor, akan meningkatkan kemungkinan sukses mengingat
ulang.
Dalam pengertian yang lebih luas, Asher melihat bahwa kesuksesan orang dewasa
dalam belajar bahasa kedua sejalan dengan proses pemerolehan bahasa pertama anak-anak.
Dia mengklaim bahwa ucapan yang diarahkan kepada anak-anak pada mulanya berisi
perintah, yang direspon oleh anak-anak secara fisik sebelum mereka memberi tanggapan
secara lisan. Asher beranggapan bahwa orang dewasa perlu meniru cara anak-anak
memperoleh (belajar) bahasa ibu mereka.
Asher dan aliran psikologi humanistik sama-sama memberi perhatian kepada peranan
faktor afeksi (emosional) dalam pembelajaran bahasa. Suatu metoda yang tidak terlalu
menitikberatkan diri pada produksi bahasa dan melibatkan semacam permainan gerak;
akan mengurangi stress pada diri pelajar. Asher percaya bahwa hal itu dapat melahirkan
suasana hati yang positif dalam diri pelajar, suatu kondisi yang sangat mendukung kegiatan
pembelajaran.
Penekanan Asher pada pengembangan keterampilan memahami sebelum pelajar
diajarkan untuk berbicara telah menjadikannya sebagai bagian dari suatu pergerakan dalam
2
pengajaran bahasa asing yang dikenal dengan sebutan Comprehension Approach
(Pendekatan Pemahaman) (Winitz 1981). Pergerakan ini mengacu pada beberapa bentuk
pengajaran bahasa yang sama-sama meyakini bahwa: (a) dalam mempelajari suatu bahasa,
kemampuan memahami didahulukan dari pada keterampilan memproduksi; (b) pengajaran
berbicara harus ditunda sampai keterampilan memahami sudah mapan; (c) keterampilan
yang diperoleh melalui mendengarkan akan berpindah ke keterampilan lain; (d) pengajaran
bahasa hendaknya lebih menekankan pada arti dibandingkan bentuk; dan (e) pembelajaran
hendaknya dapat meminimalisir stress pada siswa.
Penekanan pada pemahaman dan penggunaan gerak fisik dalam pengajaran suatu
bahasa asing untuk tingkat pemula mempunyai akar tradisi yang panjang dalam
pembelajaran bahasa. Pada abad kesembilan belas, Gouin telah mengembangkan strategi
pembelajaran berbasis situasi dimana serangkaian katakerja terkait gerak telah dijadikan
landasan untuk memperkenalkan dan mempraktekkan materi baru bahasa. Palmer juga
telah memcobakan strategi pembelajaran berbasis gerak dalam bukunya yang berjudul
English Through Actions/Belajar Bahasa Inggris dengan Gerak (pertama kali diterbitkan
Tokyo tahun 1925 lalu diterbitkan kembali dengan penulis Palmer dan Palmer pada tahun
1959). Buku ini mengklaim bahwa "tidak ada metoda pengajaran bahasa asing yang akan
sukses jika pada tahap awal ia tidak melibatkan sejumlah kegiaatan kelas menunutut siswa
menjalankan perintah yang diberikan oleh guru (Palmer dan Palmer, 1959: 39).
Pendekatan Metode TPR
Teori Hakikat Bahasa
Asher tidak secara langsung mendiskusikan tentang hakikat bahasa atau bagaimana
bahasa tersusun. Akan tetapi, nama dan urutan dril dalam kelas TPR menunjukkan bahwa
metode ini dibangun atas dasar pemahaman aliran strukturalism atau pandangan bahasa
berbasis tata bahasa. Asher menyatakan bahwa "kebanyakan struktur tatabahasa bahasa
target dan beratus-ratus materi kosa kata dapat dipelajari berdasarkan penggunaan bentuk
imperatif yang tepat yang ditunjukkan oleh instruktur" (1977: 4). Menurut Asher, katakerja
-khususnya katakerja imperatif- merupakan sentral bentuk bahasa, berdasarkan bentuk
itulah pengunaan dan pembelajaran bahasa disusun.
Asher melihat bahasa sebagai sesuatu yang tersusun dari kata-kata yang abstrak dan
nonabstrak. Kata-kata yang nonabstrak menjadi lebih jelas dalam bentuk kata benda
kongkrit dan katakerja imperatif. Asher percaya bahwa para pelajar dapat menguasai "peta
3
kognitif yang jelas" sebagaimana halnya mereka juga bisa menguasi struktur tatabahasa
tanpa ada rujukan makna abstrak.
Penyajian makna bahasa yang abstrak harus ditunda sampai para siswa telah
memahami peta kognisi yang terperinci tentang bahasa target. Makna-makna abstrak tidak
penting bagi orang-orang untuk memahami makna struktur tatabahasa. Ketika para siswa
sudah memahami suatu kode, barulah makna abstrak dapat diperkenalkan dan diterangkan
untuk bahasa target. (Asher, 1977: 11-12)
Ini adalah klaim yang menarik tentang bahasa, tetapi tidak cukup detail untuk diuji.
Sebagai contoh, apakah tenses, aspek, artikel, dan sebagainya, makna abstrak, dan
seterusnya, lalu teori peta kognitif detail apa yang bisa dibangun tanpa konsep-konsep
tersebut?
Meskipun Asher berkeyakinan bahwa pemahaman merupakan inti dari pembelajaran
bahasa, ia tidak menguraikan hubungan antara produksi pemahaman dan komunikasi
(misalnya, ia tidak mempunyai teori tentang tindak tanduk berbahasa/speech acts atau
sejenisnya), walaupun dalam pelajaran TPR tingkat lanjut bentuk kata kerja imperatif
digunakan untuk mengawali tindak tanduk berbahasa, seperti perintah ("John, mintalah
Mary untuk berjalan ke arah pintu"), dan permohonan maaf ("Ned, katakan ke Jack bahwa
kamu menyesal").
Asher juga berpendapat berdasarkan fakta bahwa bahasa dapat dipahami sebagai
suatu kesatuan yang utuh bukan hanya sederetan kata-kata. (Miller, Galanter, and Pribram
1960). tetapi Asher tidak menguraikan lebih lanjut pandangannya terkait dengan kesatuan
tersebut, dia juga tidak memberikan penjelasan lebih lanjut untuk teori bahasa lain yang
mendasari metode Respon Fisik Total. Kita hanya mendapatkan kata kunci untuk teori
bahasa yang mirip dengan apa yang dikembangkan oleh Asher dan para pendukungnya.
Teori Hakikat Belajar Bahasa
Teori tentag pengajaran bahasa yang diyakini oleh Asher mengingatkan kita pada
pandangan dari para psikolog behaviorism. Sebagai contoh, psikolog Arthur Jensen
mengusulkan model tujuh langkah untuk menguraikan tentang perkembangan belajar
bahasa lisan pada anak-anak. Langkah yang pertama dia namakan dengan tipe belajar Sv-
R. Psikolog pendidikan, John DeCecco menjelaskan tipe tersebut sebagai berikut:
Dalam pemahaman Jensen, Sv (Stimulus-verbal) mengacu pada stimulus lisan, suku
kata, kata, frase, dan seterusnya. Sementara R mengacu pada gerakan fisik yang anak
lakukan sebagai jawaban atas stimulus lisan (atau Sv). Gerakan tersebut bisa berupa
4
menyentuh, menggenggam, atau bisa juga memanipulasi benda-benda. Sebagai contoh,
sang ibu meminta anaknya yang bernama Percival (berusia 1 tahun) untuk mengambil
sebuah bola, kemudian Percival, yang bisa membedakan antara suara yang berbunyi "bola"
dan suara benda lain yang ada dalam rumah, merespon permintaan ibunya dengan
mengambil bola lalu membawanya kepada sang ibu. Bola adalah Sv (stimulus lisan), dan
tindakan Percival mengambil bola adalah responnya. Pada saat berusia seperti Percival,
Anak-Anak bereaksi terhadap kata-kata, kira-kira empat kali lebih cepat dari pada respon
mereka terhadap bunyi lain yang ada di lingkungan mereka. Tidak jelas mengapa
demikian, tetapi bisa jadi effect penguat membuat tanggapan yang cocok untuk stimulus
lisan cukup kuat untuk menyebabkan perkembangan yang cepat untuk perilaku ini. Belajar
tipe Sv-R menggabambarkan format yang paling sederhana dari perilaku lisan. (DeCecco
1968: 329)
Pandangan ini serupa sekali dengan pandangan Asher tentang pemerolehan bahasa
anak. Walaupun ahli psikologi pembelajaran seperti Jensen telah meninggalkan model
pemerolehan dan pengembangan bahasa yang mengandalkan stimulus-respon sederhana,
dan walaupun ahli bahasa sudah menolak model tersebut karena kelemahannya dalam
menjelaskan bentuk dasar pembelajaran penggunaan bahasa, tetapi Asher tetap
berpendapat bahwa pandangan stimulus-respon memberikan landasan teori untuk
memahami pedagogi pembelajaran bahasa. Sebagai tambahan, Asher telah mengelaborasi
beberapa pemahaman yang dia anggap bisa memudahkan atau menghalangi pembelajaran
bahasa asing. Pandangan tersebut terangkum dalam hipotesis-hipotesis berikut ini:
1. Adanya bio-program bawaan yang khusus untuk belajar bahasa, yang menentukan
keoptimalan pengembangan bahasa kesatu dan kedua.
2. Lateralisasi otak menggambarkan perbedaan fungsi belajar antara belahan otak kiri dan
otak kanan.
3. Stres (saringan afeksi) mempengaruhi antara kegiatan belajar dan apa yang akan
dipelajari; semakin rendah tingkat stress, semakin tinggi keberhasilan belajar.
Mari kita pahami bagaimana pemahaman Asher untuk masing-masing persoalan tersebut.
1. BIO-PROGRAM
Metode Respon Fisik Total yang dikembangkan oleh Asher merupakan "Metode
Alami", karena Asher melihat bahwa pemerolehan bahasa pertama dan belajar bahasa
kedua bahasa sebagai suatu proses yang paralel. Pembelajaran bahasa kedua hendaknya
mengagambarkan proses alamiah yang terjadi pada pemerolehan bahasa pertama. Asher
5
berpendapat ada tiga proses yang menjadi pokok, yaitu: (a) Anak-Anak mengembangkan
keterampilan menyimak sebelum mereka mengembangkan keterampilan berbicara. Pada
tahap awal pemerolehan bahasa pertama mereka bisa memahami ucapan-ucapan kompleks
yang tidak bisa mereka ucapkan atau tiru secara spontan. Asher menduga bahwa selama
periode menyimak ini, seorang pelajar mungkin sedang membuat sebuah "cetak biru"
mental tentang bahasa yang akan memungkinkan mereka menghasilkan bahasa lisan pada
tahap berikutnya. ( b) Kemampuan anak-anak dalam menyimak pemahaman diperoleh
sebab anak-anak dituntut untuk memberi respon secara fisik untuk bahasa lisan yang
berwujud perintah orangtua. (c) Ketika pondasi menyimak pemahaman telah mapan, suara
akan secara alami teruacapkan mengikuti pemahaman itu. Sebagaimana yang telah kita
jelaskan sebelumnya, prinsip ini didasarkan pada paham beberapa orang yang telah
mengembangkan beberapa metode yang secara kolektif disebut dengan Pendekatan
Pemahaman.
Sejalan dengan proses belajar bahasa pertama, pelajar bahasa asing perlu memahami
terlebih dahulu "peta kognisi" tentang bahasa target melalui latihan mendengarkan.
Mendengarkan harus dibarengi dengan pergerakan fisik. berbicara dan keterampilan
produktif lainnya akan datang kemudian. Mekanisme produksi bahasa lisan akan mulai
berfungsi secara spontan ketika dasar-dasar bahasa telah terbentuk melalui latihan
mendengarkan. Asher mendasarkan asumsi ini pada kepercayaannya akan adanya bio-
program untuk bahasa dalam otak manusia, program inilah yang menentkan urutan optimal
untuk belajar bahasa kesatu dan kedua.
2. LATERALISASI OTAK
Asher berpendapat Respon Fisik Total diarahkan pada belajar otak kanan, sedangkan
kebanyakan metoda pengajaran bahasa diarahkan pada belajar otak kiri. Asher mengacu
pada hasil studi neorologi otak kucing dan studi tentang anak epilepsi yang otak
callosumnya dipisahkan. Asher memahami bahwa otak bisa dibagi menurut fungsinya,
aktivitas bahasa terpusat pada belahan otak sebelah kanan. Berdasarkan penelitian Jean
Piaget, Asher berkeyakinan bahwa anak yang pelajar bahasa memperoleh bahasa melalui
pergerakan motorik- aktivitas otak sebelah kanan. Aktivitas otak sebelah kanan harus
terjadi sebelum belahan otak sebelah kiri dapat memproses bahasa untuk diproduksi.
Dengan cara yang sama, orang dewasa juga perlu memulai penguasaan bahasa
melalui aktivitas motorik otak sebelah kanan, sementara otak sebelah kiri mengamati dan
belajar. Ketika otak sebelah kanan telah cukup belajar, belahan otak sebelah kiri akan
6
dicetuskan untuk menghasilkan bahasa dan untuk memulai yang lain, proses berbahasa
yang lebih abstrak.
3. PENGURANGAN STRES
Kondisi terpenting untuk pelajaran bahasa yang sukses adalah terbebas dari stres.
Bahasa pertama diperoleh dalam lingkungan yang bebas dari stress, menurut Asher,
sedangkan lingkungan belajar bahasa orang dewasa sering menyebabkan stress dan
perasaan tidak nyaman. Kunci untuk menciptakan pembelajaran yang bebas dari stress
adalah dengan menyadap bio-program alami untuk pengembangan bahasa dan dengan
menangkap kembali pengalaman yang menyenangkan dan longgar yang menyertai belajar
bahasa pertama. Dengan lebih memusatkan perhatian pada makna yang ditafsirkan melalui
pergerakan, daripada bentk bahasa yang dipelajari secara teoritis, pelajar diarahkan untuk
terbebaskan dari kesadaran diri dan situasi penuh tekanan dan bisa mempersembahkan
energi belajar yang penuh.
Disain Metode TPR
Tujuan
Tujuan umum metode Respon Fisik Total adalah untuk mengajar keterampilan
berbahasa lisan pada tingkatan pemula. Pemahaman adalah alat untuk mencapai tujuan
akhir, dan tujuan akhirnya adalah untuk mengajar keterampilan berbicara tingkat dasar.
Kursus TPR bertujuan untuk menghasilkan pelajar yang mampu berkomunikasi secara
alama dan dapat dimengerti oleh penutur asli. Tujuan khusus pembelajaran tidak
dijelaskan, tujuanya akan tergantung pada kebutuhan khusus pelajar. Apapun tujuan yang
ingin diraih, harus dicapai dengan penggunaan latihan berbasis tindakan dalam bentuk
imperatif.
Silabus
Jenis silabus yang digunakan Asher dapat dipahami dari suatu analisa jenis latihan
yang digunakan dalam kelas TPR. Analisa ini mengungkapkan penggunaan silabus
berbasis kalimat, dengan kriteria tata bahasa dan kosakata sebagai landasan utama dalam
memilih materi pengajaran. Berbeda dengan metoda yang menganggap struktur atau
tatabahasa sebagai inti bahasa, metode Respon Fisik Total memberikan perhatian awal
pada makna bukan pada bentuk bahasa. Dengan begitu tatabahasa diajarkan secara
induktif. Materi tatabahasa dan kosakata tiddak dipilih menurut frekwensi kebutuhan atau
7
penggunaannya dalam situasi bahasa target, tetapi menurut situasi di mana mereka dapat
digunakan di kelas dan bisa dengan mudah dipelajari.
Ukuran yang digunakan untuk memasukkan suatu kosa kata atau bentuk tatabahasa
pada bagian tertentu dari pembelajaran adalah yang mudah dipahami oleh para siswa. Jika
suatu materi tidak bisa dipelajari dengan cepat, itu berarti para siswa tidak siap untuk
mempelajari materi itu. Singkirkan dulu lalu coba lagi pada kesempatan program pelatihan
berikutnya. (Asher, 1977: 42) Asher juga menyarankan supaya ada jumlah pasti materi
yang diperkenalkan pada waktu yang sama, untuk memudahkan pembedaan dan
pemahaman. "Dalam suatu jam, adalah mungkin untuk para siswa memahami 12 sampai
36 kosakata baru, tergantung ukuran kelompok dan tahapan pelajaran" ( Asher 1977: 42).
Asher melihat adanya kebutuhan untuk memperhatian makna umum bahasa
sekaligus memperhatikan rincian susunannya .
Pergerakan tubuh sepertinya merupakan mediator yang kuat untuk pemahaman,
organisasi dan untuk penyimpanan detail-detail kecil dari input bahasa. Bahasa dapat
dipahami secara menyeluruh, tetapi strategi alternatif harus dikembangkan untuk tuning
yang tepat ke arah detail-detail yang makro. (Asher, Kusuclo, dan tidak La Torre 1974: 28)
Suatu kursus yang dirancang berdasarkan metode prinsip Tanggapan Fisik Total,
bagaimanapun, tidak akan mengikuti sebuah silabus TPR yang eksklusif.
Kita tidak mengandalkan hanya satu strategi belajar. Sekalipun imperatif adalah
bentuk pelatihan yang besar atau kecil, adanya variasi menjadi sangat penting untuk
memelihara siswa terus merasa tertarik. Imperatif memang sebuah facilitator yang kuat
untuk belajar, tetapi ia harus digunakan dalam kombinasi dengan banyak teknik yang lain.
Kombinasi yang optimal akan berbeda-beda antara satu instruktur degan instruktur yang
lain dan dari satu kelas ke kelas yang lain. (Asher 1977: 28)
Jenis Aktivitas Pembelajaran
Latihan imperatif merupakan aktivitas kelas yang utama secara keseluruhan dalam
Metode Respon Fisik Total. Latihan ini digunakan untuk menimbulkan tindakan fisik dan
aktivitas pada pelajar. Percakapan konvensional ditunda sampai setelah sekitar 120 jam
pembelajaran. Dasar pemikiran Asher untuk hal ini adalah bahwa "percakapan sehari-hari
sangat abstrak; oleh karena itu untuk memahaminya diperlukan pemahaman bahasa target
tingkat tinggi" (1977: 95). aktivitas kelas Lain meliputi pemainan peranan dan presentasi
slide. Permainan peranan berpusat pada situasi sehari-hari, seperti di rumah makan,
supermarket, atau pompa bensin. Presentasi slide digunakan untuk memberikan sebuah
8
fokus visual untuk cerita guru, yang diikuti oleh perintah, dan pertanyaan kepada para
siswa, seperti "Orang yang mana di dalam gambar yang sebagai penjual?" Aktivitas
membaca dan menulis bisa juga digunakan lebih lanjut untuk memperkuat struktur dan
kosa kata, dan sebagai tindak lanjut dari latihan imperatif lisan.
Peran Pelajar
Pelajar dalam metode Respon Fisik Total mempunyai peran utama sebagai
pendengar dan pemeraga. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan menjawab
secara fisik perintah yang diberi oleh guru. Pelajar dituntut untuk menjawab secara
individu dan secara klasikal. Pelajar hanya mempunyai sedikit pengaruh atas materi
pelajaran, karena materi ditentukan oleh guru, yang harus mengikuti format yang pelajaran
berbasis imperatif. Pelajar juga diharapkan untuk mengenali dan bereaksi terhadap
kombinasi baru dari materi diajar yang telah diajar sebelumnya:
Kalimat yang baru merupakan penggabungan ulang dari kata yang telah Anda
gunakan secara langsung dalam pelatihan. Sebagai contoh, Anda akan mengarahkan para
siswa dengan 'Jalanlah ke meja!' dan 'Duduklah di kursi!', Ini sudah biasa bagi siswa
karena mereka sudah berlatih meresponnya, Sekarang, akankah siswa memahami jika
Anda mengejutkan seseorang dengan sebuah kalimat yang tidak familier yang Anda
ciptakan dengan mengkombinasi ulang unsur-unsur umum yang sudah dikenal ( e.g.
'Duduklah di atas meja itu!'). ( Asher 1977: 31)
Pelajar juga diharapkan untuk menghasilkan kombinasi baru milik mereka sendiri.
Pelajar memonitor dan mengevaluasi kemajuan mereka sendiri. Mereka didorong untuk
berbicara ketika mereka merasa sudah siap untuk berbicara- yaitu ketika basis cukup dalam
bahasa telah dipahami.
Peran Guru
Guru memainkan peran aktip dan mengarahkan peran dalam Respon Fisik Total.
"Guru adalah pengarah suatu ceritera sandiwara di mana para siswa adalah para
aktornya" ( Asher 1977: 43). Gurulah yang memutuskan apa yang harus diajarkan, siapa
yang menjadi model dan memeragakan materi yang baru, dan siapa yang memilih material
pendukung untuk digunakan di kelas, guru disarankan melakukan persiapan dengan baik
dan mengorganisir dengan baik sehingga pelajaran mengalir dengan enak dan terarah.
Asher juga merekomendasikan supaya pelajaran direncanakan dengan terperinci: "Adalah
bijaksana untuk menuliskan apa kalimat pasti akan Anda gunakan dan terutama perintah
9
baru sebab pergerakan di kelas begitu ceoat dan pada umumnya Anda tidak punya waktu
untuk menciptakannya secara spontan" ( 1977: 47). Interaksi kelas dan pergantian giliran
adalah lebih ditentukan oleh guru dibanding siswa. Bahkan ketika pelajar berinteraksi antar
sesama mereka, pada umumnya guru yang menginisiasi interaksi tersebut:
Guru: Maria, ambil kotak beras dan berikan ke Miguel lalu minta Miguel untuk
membacanya.
Walau demikian, Asher menekankan supaya peran guru tidak lebih banyak mengajar
dibandingkan menyediakan peluang untuk belajar. Guru mempunyai tanggung jawab untuk
menyediakan jenis pajanan bahasa terbaik agar pelajar dapat memahami ketentuan dasar
dari bahasa target. Dengan begitu guru mengontrol input bahasa yang diterima pelajar,
menyediakan bahan baku untuk "peta kognitif" yang akan pelajar susun dalam pikiran
mereka sendiri. Guru [juga harus membiarkan kemampuan berbicara pada siswa
berkembang sesuai dengan kecepatan siswa.
Di dalam memberi umpan balik kepada pelajar, guru perlu mencontoh orang tua
yang memberi umpan balik kepada anak-anak mereka. Pada mulanya, orang tua hanya
mengoreksi sedikit kecil, tetapi ketika anak tumbuh dewasa, orang tua hanya memaklumi
sedikit kesalahan dalam bicara. Begitu juga dengan cara para guru, ia harus menahan diri
dari terlalu banyak mengoreksi pada tahap awal dan hendaknya tidak menyela untuk
memperbaiki kesalahan, karena cara ini akan menghalangi pelajar. Akan tetapi intervensi
lebih guru dari guru diharapkan, ketika kemampuan berbicara siswa sudah bagus."
Asher memperingatkan para guru tentang prasangka yang ia rasa bisa merintangi
kesuksesan implementasi prinsip TPR. Pertama, ia melawan "ilusi kesederhanaan," di
mana guru meremehkan berbagai kesulitan yang dihadapi dalam belajar suatu bahasa
asing. Ini mengakibatkan guru melangkah terlalu cepat dan gagal menyediakan transisi
berangsur-angsur dari langkah mengajar ke langkah lainnya. Guru juga perlu menghindari
terlalu toleran untuk kesalahan dalam berbicara.
Anda mulai dengan toleransi yang besar untuk kesalahan bicara siswa, tetapi sejalan
dengan kemajuan pelatihan, toleransi harus dibatasi.... Ingat bahwa ketika para siswa
mengalami kemajuan dalam pelatihan mereka, maka semakin banyak unit perhatian
dibebaskan untuk mendapat umpan balik dari instruktur. Pada awalnya, hampir tidak ada
unit penting untuk dengar lalu dikoreksi oleh instruktur dalam berbicara. Semua perhatian
diarahkan untuk memproduksi kalimat. Oleh karena itu siswa tidak bisa memperhatikan
dengan baik koreksi instruktur. ( Asher 1977: 27)
10
Peran Materi Pelajaran
Secara umum tidak ada teks pokok dalam kelas dengan metode TPR. Materi
pelajaran dan Realia akan meningkat peranannya, pada langkah-langkah belajar
berikutnya. Bagi yang benar-benar pemula, pelajaran bisa tanpa menggunaan materi
tertulis, karena suara guru, tindakan, dan isyarat mungkin sudah cukup untuk menjadi basis
aktivitas di kelas. Pada tahap berikutnya guru mungkin akan menggunakan benda-benda
yang umumnya ada di kelas, seperti buku, pena, piala, mebel. Ketika kursus berkembang,
guru akan memerlukan membuat atau mengumpulkan materi pendukung untuk mendukung
inti pelajaran. Materi pendukunya bisa berupa gambar, realia, slide, dan tabel kata-kata.
Asher telah mengembangkan kotak perlengkapan TPR yang berkaiatan dengan situasi
tertentu, seperti rumah, supermarket, dan pantai. Para siswa bisa menggunakan kotak itu
untuk membangun pemandangan. ( Seperti, taruh kompor di dapur").
Prosedur Metode TPR
Asher (1977) menyediakan suatu catatan pelajaran demi pelajaran untuk kursus yang
diajarkan dengan prinsip TPR, yang bisa digunakan sebagai sumber informasi tentang
prosedur menggunakan TPR di kelas. Kursus tersebut diadakan untuk imigran dewasa dan
terdiri dari 159 jam pelajaran di kelas. Enam kelas dalam kursus tersebut berlangsung
dengan cara berikut:
Riview. Ini adalah adalah tahapan pemanasa gerak cepat di mana masing-masing siswa
dipindahkan dengan perintah seperti:
Pablo, arahkan mobilmu ke sekitar Miako lalu bunyikan klaksonmu.
Jeffe, lemparkan bunga merah ke Maria.
Maria, berteriaklah.
Rita, ambil sendok dan pisau lalu masukkan ke cangkir.
Eduardo, ambil air dengan gelas lalu serahkan gelas kepada Elaine.
Perintah baru. Katakerja berikut diperkenalkan.
Cuci tanganmu.
wajahmu.
rambutmu.
cangkir itu.
Carilah handuk.
sabun.
11
Pegang buku itu.
Piala itu
Sabun itu.
Sisirlah rambut mu.
rambut Maria.
rambut Shirou.
Sikatlah gigi mu.
celanamu
mejamu
Materi lain yang diperkenalkan adalah:
Segi empat Gambarlah sebuah segiempat di papan tulis.
Ambillah sebuah segiempat dari meja lalu beri saya.
Taruhlah segiempat di samping segitigas.
Segi tiga Ambil segi tiga itu dari meja lalu beri saya.
Tangkap segi tiga itu lalu taruh di samping segiempat.
Dengan cepat Berjalanlah dengan cepat ke pintu lalu lompat.
Dengan cepat, lari ke meja dan sentuh penyiku.
silahkan duduk dengan cepat dan tertawalah.
Perlahan Berjalan perlahan ke jendela lalu lompat.
Perlahan-lahan, berdiri.
Perlahan-lahan berjalan kemari lalu sentuh lengan saya.
Pastagigi Carilah pastagigi.
Lemparkan pasta gigi ke Wing.
Wing, bukalah tutup pastagigi itu.
Sikat gigi Keluarkan sikat gigi mu.
Sikat gigi mu.
taruh sikat gigimu dalam bukumu.
Gigi Sentuh gigi mu.
Perlihatkan gigimu ke Dolores.
Dolores, tunjuk Gigi Eduardo.
Sabun Cari sabun.
Beri sabun itu ke Elaine.
Elaine, taruh sabun itu di dalam tas Ramiro.
12
Handuk taruh handuk itu di atas Lengan tangan Juan.
Juan, taruh handuk itu di atas kepala mu lalu tertawa.
Maria, usap tanganmu pada pada handuk.
Selanjutnya Instruktur mengajukan pertanyaan sederhana yang bisa dijawab oleh
siswa dengan isyarat seperti menunjuk. Contoh bisa:
Dimana handuk? [Eduardo, menunjuk handuk!]
Di mana sikat gigi? [ Miako, menunjuk sikat gigi!]
Di mana Dolores?
Pembalikan Peran. Para siswa sudah siap menjadi sukalrelawan untuk mengucapkan
perintah yang meniru perilaku instruktur dan para siswa....
Membaca dan Menulis: instruktur menulis di papan tulis setiap item kosa kata baru dan
kalimat untuk mengilustrasikan kata itu. Kemudian dia mengucapkanya setiap kali dan
memeragakan kalimat itu. Para siswa mendengarkan ketika materi dibacakan. Beberapa
orang siswa menyalin informasi dalam buku catatan mereka
Kesimpulan
Metode Respon Fisik Total dalam beberapa hal merupakan kebangkitan kembali
dan perluasan dari pengajaran bahasa Inggris Palmer dengan Tindakan, yang diperbaharui
dengan acuan teori psikologis terbaru. Metode ini menjadi tenar karena dukungan dari
mereka yang menekankan peran pemahaman dalam pemerolehan bahasa kedua. Krashen
(1981), sebagai contoh, menganggap penekatan pada input yang dapat dipahami dan
pengurangan stress merupakan kunci kesuksesan pemerolehan bahasa, dan dia jiga
berpendapat melakukan gerakan fisik dalam bahasa target merupakan alat untuk
memberikan input yang bisa dimengerti dan dapat mengurangi stress.
Dukungan eksperimen untuk efektivitas Respon Fisik Total secara garis besar
(sebagaimana kebanyakan metoda) dan secara khas berhadapan dengan tahap
pembelajaran yang sangat dini. Para penganjur Pengajaran Bahasa Komunikatif akan
mempertanyakan keterkaitan metode ini dengan kekebutuhan pelajar di dunia nyata terkait
dengan silabus TPR dan kata dan kalimat yang digunakan dalam metode ini.
Walaubagaimanapun, Asher sendiri telah menekankan bahwa metode Respon Fisik
Total harus digunakan bersama-sama dengan metoda dan teknik yang lain. Tentu saja, para
praktisi TPR mengikuti saran ini, dengan tetap menyatakan bahwa untuk banyak para guru
13
TPR menghadirkan suatu satuan teknik yang bermanfaat dan dia kompatibel dengan
pendekatan pengajaran yang lain. oleh karena itu praktek TPR mungkin efektif untuk
dipertimbangkan selain dari apa yang diusulkan oleh Asher dan tidak harus menuntut
diterimamya teori yang digunakan sebagai landasan metode ini.
14
METODE
TOTAL PHYSICAL RESPONSE/RESPON FISIK TOTAL
Makalah
Mata Kuliah Tathawwur Thuruq al-Tadris
Dibimbing Oleh:
Prof. Dr. H. D. Hidayat, MA
Oleh:
Erta Mahyudin Firdaus
NIM: 3.210.3.006
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011 M/1432 H

More Related Content

What's hot

teori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingteori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingOktari Aneliya
 
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikPengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikkholid harras
 
pengertian dan macam-macam alat pendidikan
pengertian dan macam-macam alat pendidikanpengertian dan macam-macam alat pendidikan
pengertian dan macam-macam alat pendidikaniwan Alit
 
Aliran aliran drama
Aliran aliran dramaAliran aliran drama
Aliran aliran dramaweny maniez
 
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Ali Murfi
 
Metodologi pengajaran-bahasa
Metodologi pengajaran-bahasaMetodologi pengajaran-bahasa
Metodologi pengajaran-bahasaAi Rahayu
 
English for specific purpose hbfgd
English for specific purpose hbfgdEnglish for specific purpose hbfgd
English for specific purpose hbfgdrianthymaurer
 
Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007: Standar Pengawas Sekolah
Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007: Standar Pengawas SekolahPermendiknas Nomor 12 Tahun 2007: Standar Pengawas Sekolah
Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007: Standar Pengawas SekolahYani Pieter Pitoy
 
Sejarah ejaan bahasa indonesia
Sejarah ejaan bahasa indonesiaSejarah ejaan bahasa indonesia
Sejarah ejaan bahasa indonesiaRahmatia Azzindani
 
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakPemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakHamdan Husein Batubara
 
Perkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didikPerkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didikPoetra Chebhungsu
 
MEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio Visual
MEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio VisualMEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio Visual
MEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio VisualKhoridatul Bahiyyah
 
Pembelajaran terintegrasi
Pembelajaran terintegrasiPembelajaran terintegrasi
Pembelajaran terintegrasiNoviana Ulfa
 
Makalah bahasa indonesia tentang surat resmi
Makalah bahasa indonesia tentang surat resmiMakalah bahasa indonesia tentang surat resmi
Makalah bahasa indonesia tentang surat resmiRafi Mariska
 

What's hot (20)

teori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingteori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asing
 
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikPengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
 
DIGLOSIA
DIGLOSIADIGLOSIA
DIGLOSIA
 
pengertian dan macam-macam alat pendidikan
pengertian dan macam-macam alat pendidikanpengertian dan macam-macam alat pendidikan
pengertian dan macam-macam alat pendidikan
 
Ppt bahasa baku dan bahasa nonbaku
Ppt bahasa baku dan bahasa nonbakuPpt bahasa baku dan bahasa nonbaku
Ppt bahasa baku dan bahasa nonbaku
 
Aliran aliran drama
Aliran aliran dramaAliran aliran drama
Aliran aliran drama
 
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
 
Metodologi pengajaran-bahasa
Metodologi pengajaran-bahasaMetodologi pengajaran-bahasa
Metodologi pengajaran-bahasa
 
Ppt sintaksis
Ppt sintaksisPpt sintaksis
Ppt sintaksis
 
PUEBI
PUEBIPUEBI
PUEBI
 
English for specific purpose hbfgd
English for specific purpose hbfgdEnglish for specific purpose hbfgd
English for specific purpose hbfgd
 
BAHAN AJAR BAHASA INGGRIS
BAHAN AJAR BAHASA INGGRISBAHAN AJAR BAHASA INGGRIS
BAHAN AJAR BAHASA INGGRIS
 
Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007: Standar Pengawas Sekolah
Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007: Standar Pengawas SekolahPermendiknas Nomor 12 Tahun 2007: Standar Pengawas Sekolah
Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007: Standar Pengawas Sekolah
 
Psikolinguistik ppt
Psikolinguistik  pptPsikolinguistik  ppt
Psikolinguistik ppt
 
Sejarah ejaan bahasa indonesia
Sejarah ejaan bahasa indonesiaSejarah ejaan bahasa indonesia
Sejarah ejaan bahasa indonesia
 
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakPemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
 
Perkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didikPerkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didik
 
MEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio Visual
MEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio VisualMEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio Visual
MEDIA PEMBELAJARAN : Media Pembelajaran Visual, Audio, dan Audio Visual
 
Pembelajaran terintegrasi
Pembelajaran terintegrasiPembelajaran terintegrasi
Pembelajaran terintegrasi
 
Makalah bahasa indonesia tentang surat resmi
Makalah bahasa indonesia tentang surat resmiMakalah bahasa indonesia tentang surat resmi
Makalah bahasa indonesia tentang surat resmi
 

Similar to Total physical response

Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaYunita Siswanti
 
Performansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi ChomskyPerformansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi Chomskykholid harras
 
Pengaruh psikolinguistik terhadap suprasegmental dalam pertuturan bahasa arab
Pengaruh psikolinguistik terhadap suprasegmental dalam pertuturan bahasa arabPengaruh psikolinguistik terhadap suprasegmental dalam pertuturan bahasa arab
Pengaruh psikolinguistik terhadap suprasegmental dalam pertuturan bahasa arabUniversiti Kebangsaan Malaysia
 
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docx
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docxTeori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docx
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docxZukét Printing
 
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdf
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdfTeori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdf
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdfZukét Printing
 
Nota Literasi Bahasa
Nota Literasi BahasaNota Literasi Bahasa
Nota Literasi BahasaVince Here
 
Linguistik untuk guru bahasa
Linguistik untuk guru bahasaLinguistik untuk guru bahasa
Linguistik untuk guru bahasaKamarudin Tahir
 
Kumpulan 3 (minggu 8) PEMEROLEHAN BAHASA
Kumpulan 3 (minggu 8) PEMEROLEHAN BAHASAKumpulan 3 (minggu 8) PEMEROLEHAN BAHASA
Kumpulan 3 (minggu 8) PEMEROLEHAN BAHASAShamimi Jamudin
 
Pembentangan Sapir Whorf
Pembentangan Sapir WhorfPembentangan Sapir Whorf
Pembentangan Sapir WhorfCikgu Ib
 
Hubungan antara bahasa_dan_pikiran
Hubungan antara bahasa_dan_pikiranHubungan antara bahasa_dan_pikiran
Hubungan antara bahasa_dan_pikiranrismawijayanti
 
Hubungan antara bahasa_dan_pikiran
Hubungan antara bahasa_dan_pikiranHubungan antara bahasa_dan_pikiran
Hubungan antara bahasa_dan_pikiransyukursalman
 
Kesulitan belajar bahasa
Kesulitan belajar bahasaKesulitan belajar bahasa
Kesulitan belajar bahasaSusan MuaNistt
 

Similar to Total physical response (20)

Latihan11
Latihan11Latihan11
Latihan11
 
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
 
Bmm sem4 kk
Bmm sem4 kkBmm sem4 kk
Bmm sem4 kk
 
Performansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi ChomskyPerformansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi Chomsky
 
Pengaruh psikolinguistik terhadap suprasegmental dalam pertuturan bahasa arab
Pengaruh psikolinguistik terhadap suprasegmental dalam pertuturan bahasa arabPengaruh psikolinguistik terhadap suprasegmental dalam pertuturan bahasa arab
Pengaruh psikolinguistik terhadap suprasegmental dalam pertuturan bahasa arab
 
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docx
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docxTeori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docx
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.docx
 
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdf
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdfTeori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdf
Teori Belajar Bahasa Teori dalam Pembelajaran Bahasa.pdf
 
Nota Literasi Bahasa
Nota Literasi BahasaNota Literasi Bahasa
Nota Literasi Bahasa
 
Pemerolehan bahasa
Pemerolehan bahasaPemerolehan bahasa
Pemerolehan bahasa
 
18668 54838-1-pb
18668 54838-1-pb18668 54838-1-pb
18668 54838-1-pb
 
Makalah Pemerolehan Bahasa Anak
Makalah Pemerolehan Bahasa AnakMakalah Pemerolehan Bahasa Anak
Makalah Pemerolehan Bahasa Anak
 
Linguistik untuk guru bahasa
Linguistik untuk guru bahasaLinguistik untuk guru bahasa
Linguistik untuk guru bahasa
 
Kumpulan 3 (minggu 8) PEMEROLEHAN BAHASA
Kumpulan 3 (minggu 8) PEMEROLEHAN BAHASAKumpulan 3 (minggu 8) PEMEROLEHAN BAHASA
Kumpulan 3 (minggu 8) PEMEROLEHAN BAHASA
 
Linguistik
LinguistikLinguistik
Linguistik
 
Lozanov dan Pengajaran Teks.pptx
Lozanov dan Pengajaran Teks.pptxLozanov dan Pengajaran Teks.pptx
Lozanov dan Pengajaran Teks.pptx
 
Pembentangan Sapir Whorf
Pembentangan Sapir WhorfPembentangan Sapir Whorf
Pembentangan Sapir Whorf
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Hubungan antara bahasa_dan_pikiran
Hubungan antara bahasa_dan_pikiranHubungan antara bahasa_dan_pikiran
Hubungan antara bahasa_dan_pikiran
 
Hubungan antara bahasa_dan_pikiran
Hubungan antara bahasa_dan_pikiranHubungan antara bahasa_dan_pikiran
Hubungan antara bahasa_dan_pikiran
 
Kesulitan belajar bahasa
Kesulitan belajar bahasaKesulitan belajar bahasa
Kesulitan belajar bahasa
 

More from Erta Erta

Pengajaran kosakata dengan Media Lagu
Pengajaran kosakata dengan Media LaguPengajaran kosakata dengan Media Lagu
Pengajaran kosakata dengan Media LaguErta Erta
 
Relevansi agama dan sains
Relevansi agama dan sainsRelevansi agama dan sains
Relevansi agama dan sainsErta Erta
 
Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)
Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)
Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)Erta Erta
 
Meramal kebijakan
Meramal kebijakan Meramal kebijakan
Meramal kebijakan Erta Erta
 
E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i Erta Erta
 
Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)Erta Erta
 
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islamPemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islamErta Erta
 
Pemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islamPemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islamErta Erta
 
An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)
An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)
An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)Erta Erta
 
Memenangi globalisasi dari kritik diri
Memenangi globalisasi dari kritik diri Memenangi globalisasi dari kritik diri
Memenangi globalisasi dari kritik diri Erta Erta
 
Dawafi suluk fil quran (makalah)
Dawafi suluk fil quran (makalah)Dawafi suluk fil quran (makalah)
Dawafi suluk fil quran (makalah)Erta Erta
 
04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)
04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)
04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)Erta Erta
 
Pembaharuan sistem pendidikan pondok pesantren
Pembaharuan sistem pendidikan pondok  pesantrenPembaharuan sistem pendidikan pondok  pesantren
Pembaharuan sistem pendidikan pondok pesantrenErta Erta
 
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikanErta Erta
 
Kepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiKepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiErta Erta
 
Problem proposisi umum
Problem proposisi umumProblem proposisi umum
Problem proposisi umumErta Erta
 
Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal revised
Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal  revised Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal  revised
Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal revised Erta Erta
 
Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)
Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)
Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)Erta Erta
 
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)Erta Erta
 
00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)
00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)
00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)Erta Erta
 

More from Erta Erta (20)

Pengajaran kosakata dengan Media Lagu
Pengajaran kosakata dengan Media LaguPengajaran kosakata dengan Media Lagu
Pengajaran kosakata dengan Media Lagu
 
Relevansi agama dan sains
Relevansi agama dan sainsRelevansi agama dan sains
Relevansi agama dan sains
 
Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)
Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)
Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)
 
Meramal kebijakan
Meramal kebijakan Meramal kebijakan
Meramal kebijakan
 
E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i
 
Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)
 
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islamPemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
 
Pemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islamPemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islam
 
An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)
An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)
An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)
 
Memenangi globalisasi dari kritik diri
Memenangi globalisasi dari kritik diri Memenangi globalisasi dari kritik diri
Memenangi globalisasi dari kritik diri
 
Dawafi suluk fil quran (makalah)
Dawafi suluk fil quran (makalah)Dawafi suluk fil quran (makalah)
Dawafi suluk fil quran (makalah)
 
04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)
04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)
04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)
 
Pembaharuan sistem pendidikan pondok pesantren
Pembaharuan sistem pendidikan pondok  pesantrenPembaharuan sistem pendidikan pondok  pesantren
Pembaharuan sistem pendidikan pondok pesantren
 
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
 
Kepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiKepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islami
 
Problem proposisi umum
Problem proposisi umumProblem proposisi umum
Problem proposisi umum
 
Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal revised
Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal  revised Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal  revised
Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal revised
 
Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)
Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)
Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)
 
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
 
00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)
00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)
00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)
 

Recently uploaded

Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 

Recently uploaded (20)

Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 

Total physical response

  • 1. 1 METODE RESPON FISIK TOTAL/TOTAL PHYSICAL RESPONSE Latar Belakang Total Physical Response (TPR)/Respon Fisik Total (RFT) adalah suatu metoda pengajaran bahasa yang dibangun atas dasar koordinasi antara ucapan dan tindakan. Metode ini mencoba mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik (motorik). Metode ini dikembangkan oleh James Asher, seorang profesor psikologi pada Universitas Negeri San Jose, California. Metode ini didukung oleh beberapa teori, seperti teori psikologi pengembangan, teori belajar, dan pedagogik humanistik, serta diperkuat dengan teori tentang prosedur pengajaran bahasa yang dikembangkan oleh oleh Harold dan Dorothy Palmer pada tahun 1925. Mari kita bahas secara singkat latar belakang lahirnya metode Respon Fisik Total. Metode Respon Fisik Total dikembangkan berdasarkan "teori telusur jejak" memori dalam kajian psikologi (Katona 1940). Teori ini menyatakan bahwa semakin sering atau semakin intensif suatu koneksi memori ditelusuri, semakin kuat pula asosiasi memori tersebut, serta semakin gampang untuk diingat kembali. Penulusuran itu bisa dilakukan secara lisan (seperti dengan pengulangan hafalan) dan/atau dengan digabung bersama aktifitas fisik. Aktifitas penelusuran memori yang dikombinasikan, seperti dengan latihan lisan yang barengi aktivitas motor, akan meningkatkan kemungkinan sukses mengingat ulang. Dalam pengertian yang lebih luas, Asher melihat bahwa kesuksesan orang dewasa dalam belajar bahasa kedua sejalan dengan proses pemerolehan bahasa pertama anak-anak. Dia mengklaim bahwa ucapan yang diarahkan kepada anak-anak pada mulanya berisi perintah, yang direspon oleh anak-anak secara fisik sebelum mereka memberi tanggapan secara lisan. Asher beranggapan bahwa orang dewasa perlu meniru cara anak-anak memperoleh (belajar) bahasa ibu mereka. Asher dan aliran psikologi humanistik sama-sama memberi perhatian kepada peranan faktor afeksi (emosional) dalam pembelajaran bahasa. Suatu metoda yang tidak terlalu menitikberatkan diri pada produksi bahasa dan melibatkan semacam permainan gerak; akan mengurangi stress pada diri pelajar. Asher percaya bahwa hal itu dapat melahirkan suasana hati yang positif dalam diri pelajar, suatu kondisi yang sangat mendukung kegiatan pembelajaran. Penekanan Asher pada pengembangan keterampilan memahami sebelum pelajar diajarkan untuk berbicara telah menjadikannya sebagai bagian dari suatu pergerakan dalam
  • 2. 2 pengajaran bahasa asing yang dikenal dengan sebutan Comprehension Approach (Pendekatan Pemahaman) (Winitz 1981). Pergerakan ini mengacu pada beberapa bentuk pengajaran bahasa yang sama-sama meyakini bahwa: (a) dalam mempelajari suatu bahasa, kemampuan memahami didahulukan dari pada keterampilan memproduksi; (b) pengajaran berbicara harus ditunda sampai keterampilan memahami sudah mapan; (c) keterampilan yang diperoleh melalui mendengarkan akan berpindah ke keterampilan lain; (d) pengajaran bahasa hendaknya lebih menekankan pada arti dibandingkan bentuk; dan (e) pembelajaran hendaknya dapat meminimalisir stress pada siswa. Penekanan pada pemahaman dan penggunaan gerak fisik dalam pengajaran suatu bahasa asing untuk tingkat pemula mempunyai akar tradisi yang panjang dalam pembelajaran bahasa. Pada abad kesembilan belas, Gouin telah mengembangkan strategi pembelajaran berbasis situasi dimana serangkaian katakerja terkait gerak telah dijadikan landasan untuk memperkenalkan dan mempraktekkan materi baru bahasa. Palmer juga telah memcobakan strategi pembelajaran berbasis gerak dalam bukunya yang berjudul English Through Actions/Belajar Bahasa Inggris dengan Gerak (pertama kali diterbitkan Tokyo tahun 1925 lalu diterbitkan kembali dengan penulis Palmer dan Palmer pada tahun 1959). Buku ini mengklaim bahwa "tidak ada metoda pengajaran bahasa asing yang akan sukses jika pada tahap awal ia tidak melibatkan sejumlah kegiaatan kelas menunutut siswa menjalankan perintah yang diberikan oleh guru (Palmer dan Palmer, 1959: 39). Pendekatan Metode TPR Teori Hakikat Bahasa Asher tidak secara langsung mendiskusikan tentang hakikat bahasa atau bagaimana bahasa tersusun. Akan tetapi, nama dan urutan dril dalam kelas TPR menunjukkan bahwa metode ini dibangun atas dasar pemahaman aliran strukturalism atau pandangan bahasa berbasis tata bahasa. Asher menyatakan bahwa "kebanyakan struktur tatabahasa bahasa target dan beratus-ratus materi kosa kata dapat dipelajari berdasarkan penggunaan bentuk imperatif yang tepat yang ditunjukkan oleh instruktur" (1977: 4). Menurut Asher, katakerja -khususnya katakerja imperatif- merupakan sentral bentuk bahasa, berdasarkan bentuk itulah pengunaan dan pembelajaran bahasa disusun. Asher melihat bahasa sebagai sesuatu yang tersusun dari kata-kata yang abstrak dan nonabstrak. Kata-kata yang nonabstrak menjadi lebih jelas dalam bentuk kata benda kongkrit dan katakerja imperatif. Asher percaya bahwa para pelajar dapat menguasai "peta
  • 3. 3 kognitif yang jelas" sebagaimana halnya mereka juga bisa menguasi struktur tatabahasa tanpa ada rujukan makna abstrak. Penyajian makna bahasa yang abstrak harus ditunda sampai para siswa telah memahami peta kognisi yang terperinci tentang bahasa target. Makna-makna abstrak tidak penting bagi orang-orang untuk memahami makna struktur tatabahasa. Ketika para siswa sudah memahami suatu kode, barulah makna abstrak dapat diperkenalkan dan diterangkan untuk bahasa target. (Asher, 1977: 11-12) Ini adalah klaim yang menarik tentang bahasa, tetapi tidak cukup detail untuk diuji. Sebagai contoh, apakah tenses, aspek, artikel, dan sebagainya, makna abstrak, dan seterusnya, lalu teori peta kognitif detail apa yang bisa dibangun tanpa konsep-konsep tersebut? Meskipun Asher berkeyakinan bahwa pemahaman merupakan inti dari pembelajaran bahasa, ia tidak menguraikan hubungan antara produksi pemahaman dan komunikasi (misalnya, ia tidak mempunyai teori tentang tindak tanduk berbahasa/speech acts atau sejenisnya), walaupun dalam pelajaran TPR tingkat lanjut bentuk kata kerja imperatif digunakan untuk mengawali tindak tanduk berbahasa, seperti perintah ("John, mintalah Mary untuk berjalan ke arah pintu"), dan permohonan maaf ("Ned, katakan ke Jack bahwa kamu menyesal"). Asher juga berpendapat berdasarkan fakta bahwa bahasa dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang utuh bukan hanya sederetan kata-kata. (Miller, Galanter, and Pribram 1960). tetapi Asher tidak menguraikan lebih lanjut pandangannya terkait dengan kesatuan tersebut, dia juga tidak memberikan penjelasan lebih lanjut untuk teori bahasa lain yang mendasari metode Respon Fisik Total. Kita hanya mendapatkan kata kunci untuk teori bahasa yang mirip dengan apa yang dikembangkan oleh Asher dan para pendukungnya. Teori Hakikat Belajar Bahasa Teori tentag pengajaran bahasa yang diyakini oleh Asher mengingatkan kita pada pandangan dari para psikolog behaviorism. Sebagai contoh, psikolog Arthur Jensen mengusulkan model tujuh langkah untuk menguraikan tentang perkembangan belajar bahasa lisan pada anak-anak. Langkah yang pertama dia namakan dengan tipe belajar Sv- R. Psikolog pendidikan, John DeCecco menjelaskan tipe tersebut sebagai berikut: Dalam pemahaman Jensen, Sv (Stimulus-verbal) mengacu pada stimulus lisan, suku kata, kata, frase, dan seterusnya. Sementara R mengacu pada gerakan fisik yang anak lakukan sebagai jawaban atas stimulus lisan (atau Sv). Gerakan tersebut bisa berupa
  • 4. 4 menyentuh, menggenggam, atau bisa juga memanipulasi benda-benda. Sebagai contoh, sang ibu meminta anaknya yang bernama Percival (berusia 1 tahun) untuk mengambil sebuah bola, kemudian Percival, yang bisa membedakan antara suara yang berbunyi "bola" dan suara benda lain yang ada dalam rumah, merespon permintaan ibunya dengan mengambil bola lalu membawanya kepada sang ibu. Bola adalah Sv (stimulus lisan), dan tindakan Percival mengambil bola adalah responnya. Pada saat berusia seperti Percival, Anak-Anak bereaksi terhadap kata-kata, kira-kira empat kali lebih cepat dari pada respon mereka terhadap bunyi lain yang ada di lingkungan mereka. Tidak jelas mengapa demikian, tetapi bisa jadi effect penguat membuat tanggapan yang cocok untuk stimulus lisan cukup kuat untuk menyebabkan perkembangan yang cepat untuk perilaku ini. Belajar tipe Sv-R menggabambarkan format yang paling sederhana dari perilaku lisan. (DeCecco 1968: 329) Pandangan ini serupa sekali dengan pandangan Asher tentang pemerolehan bahasa anak. Walaupun ahli psikologi pembelajaran seperti Jensen telah meninggalkan model pemerolehan dan pengembangan bahasa yang mengandalkan stimulus-respon sederhana, dan walaupun ahli bahasa sudah menolak model tersebut karena kelemahannya dalam menjelaskan bentuk dasar pembelajaran penggunaan bahasa, tetapi Asher tetap berpendapat bahwa pandangan stimulus-respon memberikan landasan teori untuk memahami pedagogi pembelajaran bahasa. Sebagai tambahan, Asher telah mengelaborasi beberapa pemahaman yang dia anggap bisa memudahkan atau menghalangi pembelajaran bahasa asing. Pandangan tersebut terangkum dalam hipotesis-hipotesis berikut ini: 1. Adanya bio-program bawaan yang khusus untuk belajar bahasa, yang menentukan keoptimalan pengembangan bahasa kesatu dan kedua. 2. Lateralisasi otak menggambarkan perbedaan fungsi belajar antara belahan otak kiri dan otak kanan. 3. Stres (saringan afeksi) mempengaruhi antara kegiatan belajar dan apa yang akan dipelajari; semakin rendah tingkat stress, semakin tinggi keberhasilan belajar. Mari kita pahami bagaimana pemahaman Asher untuk masing-masing persoalan tersebut. 1. BIO-PROGRAM Metode Respon Fisik Total yang dikembangkan oleh Asher merupakan "Metode Alami", karena Asher melihat bahwa pemerolehan bahasa pertama dan belajar bahasa kedua bahasa sebagai suatu proses yang paralel. Pembelajaran bahasa kedua hendaknya mengagambarkan proses alamiah yang terjadi pada pemerolehan bahasa pertama. Asher
  • 5. 5 berpendapat ada tiga proses yang menjadi pokok, yaitu: (a) Anak-Anak mengembangkan keterampilan menyimak sebelum mereka mengembangkan keterampilan berbicara. Pada tahap awal pemerolehan bahasa pertama mereka bisa memahami ucapan-ucapan kompleks yang tidak bisa mereka ucapkan atau tiru secara spontan. Asher menduga bahwa selama periode menyimak ini, seorang pelajar mungkin sedang membuat sebuah "cetak biru" mental tentang bahasa yang akan memungkinkan mereka menghasilkan bahasa lisan pada tahap berikutnya. ( b) Kemampuan anak-anak dalam menyimak pemahaman diperoleh sebab anak-anak dituntut untuk memberi respon secara fisik untuk bahasa lisan yang berwujud perintah orangtua. (c) Ketika pondasi menyimak pemahaman telah mapan, suara akan secara alami teruacapkan mengikuti pemahaman itu. Sebagaimana yang telah kita jelaskan sebelumnya, prinsip ini didasarkan pada paham beberapa orang yang telah mengembangkan beberapa metode yang secara kolektif disebut dengan Pendekatan Pemahaman. Sejalan dengan proses belajar bahasa pertama, pelajar bahasa asing perlu memahami terlebih dahulu "peta kognisi" tentang bahasa target melalui latihan mendengarkan. Mendengarkan harus dibarengi dengan pergerakan fisik. berbicara dan keterampilan produktif lainnya akan datang kemudian. Mekanisme produksi bahasa lisan akan mulai berfungsi secara spontan ketika dasar-dasar bahasa telah terbentuk melalui latihan mendengarkan. Asher mendasarkan asumsi ini pada kepercayaannya akan adanya bio- program untuk bahasa dalam otak manusia, program inilah yang menentkan urutan optimal untuk belajar bahasa kesatu dan kedua. 2. LATERALISASI OTAK Asher berpendapat Respon Fisik Total diarahkan pada belajar otak kanan, sedangkan kebanyakan metoda pengajaran bahasa diarahkan pada belajar otak kiri. Asher mengacu pada hasil studi neorologi otak kucing dan studi tentang anak epilepsi yang otak callosumnya dipisahkan. Asher memahami bahwa otak bisa dibagi menurut fungsinya, aktivitas bahasa terpusat pada belahan otak sebelah kanan. Berdasarkan penelitian Jean Piaget, Asher berkeyakinan bahwa anak yang pelajar bahasa memperoleh bahasa melalui pergerakan motorik- aktivitas otak sebelah kanan. Aktivitas otak sebelah kanan harus terjadi sebelum belahan otak sebelah kiri dapat memproses bahasa untuk diproduksi. Dengan cara yang sama, orang dewasa juga perlu memulai penguasaan bahasa melalui aktivitas motorik otak sebelah kanan, sementara otak sebelah kiri mengamati dan belajar. Ketika otak sebelah kanan telah cukup belajar, belahan otak sebelah kiri akan
  • 6. 6 dicetuskan untuk menghasilkan bahasa dan untuk memulai yang lain, proses berbahasa yang lebih abstrak. 3. PENGURANGAN STRES Kondisi terpenting untuk pelajaran bahasa yang sukses adalah terbebas dari stres. Bahasa pertama diperoleh dalam lingkungan yang bebas dari stress, menurut Asher, sedangkan lingkungan belajar bahasa orang dewasa sering menyebabkan stress dan perasaan tidak nyaman. Kunci untuk menciptakan pembelajaran yang bebas dari stress adalah dengan menyadap bio-program alami untuk pengembangan bahasa dan dengan menangkap kembali pengalaman yang menyenangkan dan longgar yang menyertai belajar bahasa pertama. Dengan lebih memusatkan perhatian pada makna yang ditafsirkan melalui pergerakan, daripada bentk bahasa yang dipelajari secara teoritis, pelajar diarahkan untuk terbebaskan dari kesadaran diri dan situasi penuh tekanan dan bisa mempersembahkan energi belajar yang penuh. Disain Metode TPR Tujuan Tujuan umum metode Respon Fisik Total adalah untuk mengajar keterampilan berbahasa lisan pada tingkatan pemula. Pemahaman adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, dan tujuan akhirnya adalah untuk mengajar keterampilan berbicara tingkat dasar. Kursus TPR bertujuan untuk menghasilkan pelajar yang mampu berkomunikasi secara alama dan dapat dimengerti oleh penutur asli. Tujuan khusus pembelajaran tidak dijelaskan, tujuanya akan tergantung pada kebutuhan khusus pelajar. Apapun tujuan yang ingin diraih, harus dicapai dengan penggunaan latihan berbasis tindakan dalam bentuk imperatif. Silabus Jenis silabus yang digunakan Asher dapat dipahami dari suatu analisa jenis latihan yang digunakan dalam kelas TPR. Analisa ini mengungkapkan penggunaan silabus berbasis kalimat, dengan kriteria tata bahasa dan kosakata sebagai landasan utama dalam memilih materi pengajaran. Berbeda dengan metoda yang menganggap struktur atau tatabahasa sebagai inti bahasa, metode Respon Fisik Total memberikan perhatian awal pada makna bukan pada bentuk bahasa. Dengan begitu tatabahasa diajarkan secara induktif. Materi tatabahasa dan kosakata tiddak dipilih menurut frekwensi kebutuhan atau
  • 7. 7 penggunaannya dalam situasi bahasa target, tetapi menurut situasi di mana mereka dapat digunakan di kelas dan bisa dengan mudah dipelajari. Ukuran yang digunakan untuk memasukkan suatu kosa kata atau bentuk tatabahasa pada bagian tertentu dari pembelajaran adalah yang mudah dipahami oleh para siswa. Jika suatu materi tidak bisa dipelajari dengan cepat, itu berarti para siswa tidak siap untuk mempelajari materi itu. Singkirkan dulu lalu coba lagi pada kesempatan program pelatihan berikutnya. (Asher, 1977: 42) Asher juga menyarankan supaya ada jumlah pasti materi yang diperkenalkan pada waktu yang sama, untuk memudahkan pembedaan dan pemahaman. "Dalam suatu jam, adalah mungkin untuk para siswa memahami 12 sampai 36 kosakata baru, tergantung ukuran kelompok dan tahapan pelajaran" ( Asher 1977: 42). Asher melihat adanya kebutuhan untuk memperhatian makna umum bahasa sekaligus memperhatikan rincian susunannya . Pergerakan tubuh sepertinya merupakan mediator yang kuat untuk pemahaman, organisasi dan untuk penyimpanan detail-detail kecil dari input bahasa. Bahasa dapat dipahami secara menyeluruh, tetapi strategi alternatif harus dikembangkan untuk tuning yang tepat ke arah detail-detail yang makro. (Asher, Kusuclo, dan tidak La Torre 1974: 28) Suatu kursus yang dirancang berdasarkan metode prinsip Tanggapan Fisik Total, bagaimanapun, tidak akan mengikuti sebuah silabus TPR yang eksklusif. Kita tidak mengandalkan hanya satu strategi belajar. Sekalipun imperatif adalah bentuk pelatihan yang besar atau kecil, adanya variasi menjadi sangat penting untuk memelihara siswa terus merasa tertarik. Imperatif memang sebuah facilitator yang kuat untuk belajar, tetapi ia harus digunakan dalam kombinasi dengan banyak teknik yang lain. Kombinasi yang optimal akan berbeda-beda antara satu instruktur degan instruktur yang lain dan dari satu kelas ke kelas yang lain. (Asher 1977: 28) Jenis Aktivitas Pembelajaran Latihan imperatif merupakan aktivitas kelas yang utama secara keseluruhan dalam Metode Respon Fisik Total. Latihan ini digunakan untuk menimbulkan tindakan fisik dan aktivitas pada pelajar. Percakapan konvensional ditunda sampai setelah sekitar 120 jam pembelajaran. Dasar pemikiran Asher untuk hal ini adalah bahwa "percakapan sehari-hari sangat abstrak; oleh karena itu untuk memahaminya diperlukan pemahaman bahasa target tingkat tinggi" (1977: 95). aktivitas kelas Lain meliputi pemainan peranan dan presentasi slide. Permainan peranan berpusat pada situasi sehari-hari, seperti di rumah makan, supermarket, atau pompa bensin. Presentasi slide digunakan untuk memberikan sebuah
  • 8. 8 fokus visual untuk cerita guru, yang diikuti oleh perintah, dan pertanyaan kepada para siswa, seperti "Orang yang mana di dalam gambar yang sebagai penjual?" Aktivitas membaca dan menulis bisa juga digunakan lebih lanjut untuk memperkuat struktur dan kosa kata, dan sebagai tindak lanjut dari latihan imperatif lisan. Peran Pelajar Pelajar dalam metode Respon Fisik Total mempunyai peran utama sebagai pendengar dan pemeraga. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan menjawab secara fisik perintah yang diberi oleh guru. Pelajar dituntut untuk menjawab secara individu dan secara klasikal. Pelajar hanya mempunyai sedikit pengaruh atas materi pelajaran, karena materi ditentukan oleh guru, yang harus mengikuti format yang pelajaran berbasis imperatif. Pelajar juga diharapkan untuk mengenali dan bereaksi terhadap kombinasi baru dari materi diajar yang telah diajar sebelumnya: Kalimat yang baru merupakan penggabungan ulang dari kata yang telah Anda gunakan secara langsung dalam pelatihan. Sebagai contoh, Anda akan mengarahkan para siswa dengan 'Jalanlah ke meja!' dan 'Duduklah di kursi!', Ini sudah biasa bagi siswa karena mereka sudah berlatih meresponnya, Sekarang, akankah siswa memahami jika Anda mengejutkan seseorang dengan sebuah kalimat yang tidak familier yang Anda ciptakan dengan mengkombinasi ulang unsur-unsur umum yang sudah dikenal ( e.g. 'Duduklah di atas meja itu!'). ( Asher 1977: 31) Pelajar juga diharapkan untuk menghasilkan kombinasi baru milik mereka sendiri. Pelajar memonitor dan mengevaluasi kemajuan mereka sendiri. Mereka didorong untuk berbicara ketika mereka merasa sudah siap untuk berbicara- yaitu ketika basis cukup dalam bahasa telah dipahami. Peran Guru Guru memainkan peran aktip dan mengarahkan peran dalam Respon Fisik Total. "Guru adalah pengarah suatu ceritera sandiwara di mana para siswa adalah para aktornya" ( Asher 1977: 43). Gurulah yang memutuskan apa yang harus diajarkan, siapa yang menjadi model dan memeragakan materi yang baru, dan siapa yang memilih material pendukung untuk digunakan di kelas, guru disarankan melakukan persiapan dengan baik dan mengorganisir dengan baik sehingga pelajaran mengalir dengan enak dan terarah. Asher juga merekomendasikan supaya pelajaran direncanakan dengan terperinci: "Adalah bijaksana untuk menuliskan apa kalimat pasti akan Anda gunakan dan terutama perintah
  • 9. 9 baru sebab pergerakan di kelas begitu ceoat dan pada umumnya Anda tidak punya waktu untuk menciptakannya secara spontan" ( 1977: 47). Interaksi kelas dan pergantian giliran adalah lebih ditentukan oleh guru dibanding siswa. Bahkan ketika pelajar berinteraksi antar sesama mereka, pada umumnya guru yang menginisiasi interaksi tersebut: Guru: Maria, ambil kotak beras dan berikan ke Miguel lalu minta Miguel untuk membacanya. Walau demikian, Asher menekankan supaya peran guru tidak lebih banyak mengajar dibandingkan menyediakan peluang untuk belajar. Guru mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan jenis pajanan bahasa terbaik agar pelajar dapat memahami ketentuan dasar dari bahasa target. Dengan begitu guru mengontrol input bahasa yang diterima pelajar, menyediakan bahan baku untuk "peta kognitif" yang akan pelajar susun dalam pikiran mereka sendiri. Guru [juga harus membiarkan kemampuan berbicara pada siswa berkembang sesuai dengan kecepatan siswa. Di dalam memberi umpan balik kepada pelajar, guru perlu mencontoh orang tua yang memberi umpan balik kepada anak-anak mereka. Pada mulanya, orang tua hanya mengoreksi sedikit kecil, tetapi ketika anak tumbuh dewasa, orang tua hanya memaklumi sedikit kesalahan dalam bicara. Begitu juga dengan cara para guru, ia harus menahan diri dari terlalu banyak mengoreksi pada tahap awal dan hendaknya tidak menyela untuk memperbaiki kesalahan, karena cara ini akan menghalangi pelajar. Akan tetapi intervensi lebih guru dari guru diharapkan, ketika kemampuan berbicara siswa sudah bagus." Asher memperingatkan para guru tentang prasangka yang ia rasa bisa merintangi kesuksesan implementasi prinsip TPR. Pertama, ia melawan "ilusi kesederhanaan," di mana guru meremehkan berbagai kesulitan yang dihadapi dalam belajar suatu bahasa asing. Ini mengakibatkan guru melangkah terlalu cepat dan gagal menyediakan transisi berangsur-angsur dari langkah mengajar ke langkah lainnya. Guru juga perlu menghindari terlalu toleran untuk kesalahan dalam berbicara. Anda mulai dengan toleransi yang besar untuk kesalahan bicara siswa, tetapi sejalan dengan kemajuan pelatihan, toleransi harus dibatasi.... Ingat bahwa ketika para siswa mengalami kemajuan dalam pelatihan mereka, maka semakin banyak unit perhatian dibebaskan untuk mendapat umpan balik dari instruktur. Pada awalnya, hampir tidak ada unit penting untuk dengar lalu dikoreksi oleh instruktur dalam berbicara. Semua perhatian diarahkan untuk memproduksi kalimat. Oleh karena itu siswa tidak bisa memperhatikan dengan baik koreksi instruktur. ( Asher 1977: 27)
  • 10. 10 Peran Materi Pelajaran Secara umum tidak ada teks pokok dalam kelas dengan metode TPR. Materi pelajaran dan Realia akan meningkat peranannya, pada langkah-langkah belajar berikutnya. Bagi yang benar-benar pemula, pelajaran bisa tanpa menggunaan materi tertulis, karena suara guru, tindakan, dan isyarat mungkin sudah cukup untuk menjadi basis aktivitas di kelas. Pada tahap berikutnya guru mungkin akan menggunakan benda-benda yang umumnya ada di kelas, seperti buku, pena, piala, mebel. Ketika kursus berkembang, guru akan memerlukan membuat atau mengumpulkan materi pendukung untuk mendukung inti pelajaran. Materi pendukunya bisa berupa gambar, realia, slide, dan tabel kata-kata. Asher telah mengembangkan kotak perlengkapan TPR yang berkaiatan dengan situasi tertentu, seperti rumah, supermarket, dan pantai. Para siswa bisa menggunakan kotak itu untuk membangun pemandangan. ( Seperti, taruh kompor di dapur"). Prosedur Metode TPR Asher (1977) menyediakan suatu catatan pelajaran demi pelajaran untuk kursus yang diajarkan dengan prinsip TPR, yang bisa digunakan sebagai sumber informasi tentang prosedur menggunakan TPR di kelas. Kursus tersebut diadakan untuk imigran dewasa dan terdiri dari 159 jam pelajaran di kelas. Enam kelas dalam kursus tersebut berlangsung dengan cara berikut: Riview. Ini adalah adalah tahapan pemanasa gerak cepat di mana masing-masing siswa dipindahkan dengan perintah seperti: Pablo, arahkan mobilmu ke sekitar Miako lalu bunyikan klaksonmu. Jeffe, lemparkan bunga merah ke Maria. Maria, berteriaklah. Rita, ambil sendok dan pisau lalu masukkan ke cangkir. Eduardo, ambil air dengan gelas lalu serahkan gelas kepada Elaine. Perintah baru. Katakerja berikut diperkenalkan. Cuci tanganmu. wajahmu. rambutmu. cangkir itu. Carilah handuk. sabun.
  • 11. 11 Pegang buku itu. Piala itu Sabun itu. Sisirlah rambut mu. rambut Maria. rambut Shirou. Sikatlah gigi mu. celanamu mejamu Materi lain yang diperkenalkan adalah: Segi empat Gambarlah sebuah segiempat di papan tulis. Ambillah sebuah segiempat dari meja lalu beri saya. Taruhlah segiempat di samping segitigas. Segi tiga Ambil segi tiga itu dari meja lalu beri saya. Tangkap segi tiga itu lalu taruh di samping segiempat. Dengan cepat Berjalanlah dengan cepat ke pintu lalu lompat. Dengan cepat, lari ke meja dan sentuh penyiku. silahkan duduk dengan cepat dan tertawalah. Perlahan Berjalan perlahan ke jendela lalu lompat. Perlahan-lahan, berdiri. Perlahan-lahan berjalan kemari lalu sentuh lengan saya. Pastagigi Carilah pastagigi. Lemparkan pasta gigi ke Wing. Wing, bukalah tutup pastagigi itu. Sikat gigi Keluarkan sikat gigi mu. Sikat gigi mu. taruh sikat gigimu dalam bukumu. Gigi Sentuh gigi mu. Perlihatkan gigimu ke Dolores. Dolores, tunjuk Gigi Eduardo. Sabun Cari sabun. Beri sabun itu ke Elaine. Elaine, taruh sabun itu di dalam tas Ramiro.
  • 12. 12 Handuk taruh handuk itu di atas Lengan tangan Juan. Juan, taruh handuk itu di atas kepala mu lalu tertawa. Maria, usap tanganmu pada pada handuk. Selanjutnya Instruktur mengajukan pertanyaan sederhana yang bisa dijawab oleh siswa dengan isyarat seperti menunjuk. Contoh bisa: Dimana handuk? [Eduardo, menunjuk handuk!] Di mana sikat gigi? [ Miako, menunjuk sikat gigi!] Di mana Dolores? Pembalikan Peran. Para siswa sudah siap menjadi sukalrelawan untuk mengucapkan perintah yang meniru perilaku instruktur dan para siswa.... Membaca dan Menulis: instruktur menulis di papan tulis setiap item kosa kata baru dan kalimat untuk mengilustrasikan kata itu. Kemudian dia mengucapkanya setiap kali dan memeragakan kalimat itu. Para siswa mendengarkan ketika materi dibacakan. Beberapa orang siswa menyalin informasi dalam buku catatan mereka Kesimpulan Metode Respon Fisik Total dalam beberapa hal merupakan kebangkitan kembali dan perluasan dari pengajaran bahasa Inggris Palmer dengan Tindakan, yang diperbaharui dengan acuan teori psikologis terbaru. Metode ini menjadi tenar karena dukungan dari mereka yang menekankan peran pemahaman dalam pemerolehan bahasa kedua. Krashen (1981), sebagai contoh, menganggap penekatan pada input yang dapat dipahami dan pengurangan stress merupakan kunci kesuksesan pemerolehan bahasa, dan dia jiga berpendapat melakukan gerakan fisik dalam bahasa target merupakan alat untuk memberikan input yang bisa dimengerti dan dapat mengurangi stress. Dukungan eksperimen untuk efektivitas Respon Fisik Total secara garis besar (sebagaimana kebanyakan metoda) dan secara khas berhadapan dengan tahap pembelajaran yang sangat dini. Para penganjur Pengajaran Bahasa Komunikatif akan mempertanyakan keterkaitan metode ini dengan kekebutuhan pelajar di dunia nyata terkait dengan silabus TPR dan kata dan kalimat yang digunakan dalam metode ini. Walaubagaimanapun, Asher sendiri telah menekankan bahwa metode Respon Fisik Total harus digunakan bersama-sama dengan metoda dan teknik yang lain. Tentu saja, para praktisi TPR mengikuti saran ini, dengan tetap menyatakan bahwa untuk banyak para guru
  • 13. 13 TPR menghadirkan suatu satuan teknik yang bermanfaat dan dia kompatibel dengan pendekatan pengajaran yang lain. oleh karena itu praktek TPR mungkin efektif untuk dipertimbangkan selain dari apa yang diusulkan oleh Asher dan tidak harus menuntut diterimamya teori yang digunakan sebagai landasan metode ini.
  • 14. 14 METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE/RESPON FISIK TOTAL Makalah Mata Kuliah Tathawwur Thuruq al-Tadris Dibimbing Oleh: Prof. Dr. H. D. Hidayat, MA Oleh: Erta Mahyudin Firdaus NIM: 3.210.3.006 PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BAHASA ARAB UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2011 M/1432 H