SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

                Dosen Pengampu : Dra. Nadlifah, M.Pd




                               Disusun Oleh :

                   Ali Murfi              11470082




                   Jurusan Kependidikan Islam

                  Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

       Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

             Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013
BAB I
                                PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
           Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan
   tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-
   anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap
   jhakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus
   terkadang menyulitkan guru dalam upaya mengenali jenis dan pemberian layanan
   pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan
   pemahaman mengenai hakikat anak berkebutuhan khusus,maka mereka akan dapat
   memenuhi kebutuhan anak yang sesuai.
           Membicarakan anak-anak berkebutuhan khusus, sesungguhnya banyak
   sekali variasi dan derajat kelainan. Ini mencakup anak-anak yang mengalami
   kelainan fisik, mental-intelektual, sosial-emosional, maupun masalah akademik. Kita
   ambil contoh anak-anak yang mengalami kelainan fisik saja ada tunanetra,
   tunarungu, dan tunadaksa (cacat tubuh) dengan berbagai derajat kelaianannya. Ini
   adalah yang secara nyata dapat dengan mudah dikenali. Keadaan seperti ini sudah
   barangtentu harus dipahami oleh seorang guru, karena merekalah yang secara
   langsung memberikan pelayanan pendidikan di sekolah kepada semua anak didiknya.
   Namun keragaman yang ada pada anak-anak tersebut belum tentu dipahami semua
   guru di sekolah.
           Oleh karena itu dalam makalah ini, penulis ingin membahas tentang Anak
   Berkebutuhan Khusus (ABK) melalui pendekatan institusional.
B. Rumusan Masalah
   Berdasarkan pembatasan masalah dalam latar belakang, maka penulis dalam hal ini
   akan merumuskan permasalahan dalam beberapa pertanyaan.
   1. Apa pengertian dan konsep anak berkebutuhan khusus?
   2. Apa saja klasifikasi dan model layanan bagi anak berkebutuhan khusus ?
   3. Apa factor yang dapat mempengaruhi anak sehingga menjadi berkebutuhan
     khusus ?




                                       1
BAB II
                                      PEMBAHASAN


A.   Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
               Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak
     berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru
     yang digunakan, dan merupakan terjemahan dari child with special needs yang telah
     digunakan secara luas di dunia internasional, ada beberapa istilah lain yang pernah
     digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang,
     dan anak luar biasa, ada satu istilah yang berkembang secara luas telah digunakan
     yaitu difabel, sebenarnya merupakan kependekan dari diference ability.1
               Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seoranganak yang
     memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan
     masing-masing anak secara individual.2
               Sejalan dengan perkembangan pengakuan terhadap hak azasi manusia
     termasuk anak-anak ini, maka digunakanlah istilah anak berkebutuhan khusus.
     Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus membawa konsekuensi cara pandang
     yang berbeda dengan istilah anak luar biasa yang pernah dipergunakan dan mungkin
     masih digunakan. Jika pada istilah luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi
     (fisik, mental, emosi-sosial) anak, maka pada berkebutuhan khusus lebih pada
     kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai dengan potensinya.
B.   Konsep Anak Berkebutuhan Khusus
               Istilah anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan yang sangat luas. Dalam
     paradigma pendidikan kebutuhan khusus keberagaman anak sangat dihargai. Setiap
     anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan perkembangan yang berbeda-
     beda, dan oleh karena itu setiap anak dimungkinkan akan memilki kebutuhan khusus
     serta hambatan belajar yang berbeda pula, sehingga setiap anak sesungguhnya
     memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan sejalan dengan hambatan belajar
     dan kebutuhan masing-masing anak. Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan
     sebagai seoranganak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan
     hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.
       1
        Heri Purwanto, Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (UPI Bandung), Hal.2
       2
         Zaenal Alimin, Jurnal Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus; Reorientasi Pemahaman
 Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya Terhadap Layanan Pendidikan, (Vol.3 No 1), Hal. 1



                                                2
Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi dua
kelompok besar yaitu anank berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer)
dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (permanent).3
1. Anak berkebutuhan khusus bersifat sementara (temporer)
                    Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah
     anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan
     factor-faktor eksternal. Misalnya anak yang mengalami gangguan emosi karena
     trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman
     traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh
     intervensi yang tepat bolehjadi akan menjadi permanent. Anak seperti ini
     memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang
     disesuaikan dengan hambatan yang dialaminya tetpai anak ini tidak perlu dilyani
     diselah khusus. Di sekolah biasa banyak sekali anak-anak yang mempunyai
     kebutuhan khusus yang bersifattemporer, dan oleh karena itu mereka memerlukan
     pendidikan yang disesuaikan yang disebut pendidikan kebutuhan khusus.
2. Anak berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (permanen)
                    Anak berkebutuhan khusu yang bersifat permanen adalah anak-anak yang
     mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal
     dan akibat langsusng dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan
     fungsi penglihatan, pendengaran, gangguan perkembangan kecerdasan dan kognisi,
     gangguan gerak (motorik), gangguan interaksi-komunikasi, gangguan emosi, social
     dan tingkah laku. Dengan kata laian anak berlebutuhan khusu yang bersifat
     permanen sama artinya denagn anak penyandang kecacatan.
                    Istilah anak berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata
     lain dari anak penyandang cacat, tetapi anak berkebutuhan khusus mencakup
     spectrum yang luas yaitu meliputi anak berkebutuhan khusus temporer dan anak
     berkebutuhan khusus permanent (penyandang cacat). Oleh karena itu apabila
     menyebut anak berkebutuhan khusus selalu harus diikuti ungkapan termasuk
     penyandang cacat. Jadi anak penyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari
     anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu konsekuensi logisnya adalah lingkup
     garapan pendidikan kebutuhan khusus menjadi sangat luas, berbeda dengan lingkup
     garapan pendidikan khusu yang hanya menyangkut anak penyandang cacat.


 3
     Ibid, Hal. 2


                                            3
C.   Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
                Membicarakan anak-anak berkebutuhan khusus, sesungguhnya banyak sekali
     variasi dan derajat kelainan. Ini mencakup anak-anak yang mengalami kelainan fisik,
     mental-intelektual, sosial-emosional, maupun masalah akademik.4 Kita ambil contoh
     anak-anak yang mengalami kelainan fisik saja ada tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa
     (cacat tubuh) dengan berbagai derajat kelaianannya. Ini adalah yang secara nyata dapat
     dengan mudah dikenali. Keadaan seperti ini sudah barangtentu harus dipahami oleh
     seorang guru, karena merekalah yang secara langsung memberikan pelayanan
     pendidikan di sekolah kepada semua anak didiknya. Namun keragaman yang ada pada
     anak-anak tersebut belum tentu dipahami semua guru di sekolah.
     1. Kelainan Mental
          a. Mental Tinggi

          Sering dikenal dengan anak berbakat intelektual, dimana selain memilki
          kemampuan memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata normal yang
          signifikan juga memilki kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas.

          b. Mental Rendah
             Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rata-rata
             dapat menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners) yaitu anak
             yang memiliki IQ antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70
             dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
          c. Berkesulitan Belajar Spesifik
             Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achievement) yang
             diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki
             kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada
             bidang akademik tertentu.
     2. Kelainan Fisik
          a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)
             Adanya kondisi tubuh yang menghambat proses interaksi dan sosialisasi
             individu meliputi kelumpuhan yang dikarenakan polio, dan gangguan pada



      4
          Heri Purwanto, Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (UPI Bandung), Hal.1


                                                 4
fungsi syaraf otot yang disebabkan kelayuhan otak (cerebral palsy), serta adanya
     kehilangan organ tubuh (amputasi).
  b. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra)
     Seseorang yang sudah tidak mampu menfungsikan indera penglihatanya untuk
     keperluan pendidikan dan pengajaran walaupun telah dikoreksi dengan lensa.
     Kelainan penglihatan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu buta dan low vision.
  c. Kelainan Indera Pendengaran (Tunarungu)
     Kelainan pendengaran adalah seseorang yang telah mengalami kesulitan untuk
     menfungsikan pendengaranya untuk interaksi dan sosialisasi dengan lingkungan
     termasuk    pemdidikan    dan   pengajaran.    Kelainan    pendengaran    dapat
     dikelompokkan menjadi 2, yaitu tuli (the deaf) dan kurang dengar (hard of
     hearing).
  d. Kelainan Wicara
     Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui
     bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan
     wicara ini dapat bersifat fungsional dimana mungkin disebbkan karena
     ketunarunguan, dan organic memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan
     organ wicara maupun adanya gangguan pada organ motoris yang berkaitan
     dengan wicara.
3. Kelainan Emosi
  Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat dilihat dari
  indikasi perilaku yang tampak pada individu, adapun klasifikasi gangguan emosi
  meliputi :
  a. Gangguan Perilaku
      Mengganggu di kelas
      Tidak sabaran – terlalu cepat beraksi
      Tidak menghargai – menentang
      Menyalahkan orang lain
      Kecemasan terhadap prestasi di sekolah
      Dependen pada orang lain
      Pemahaman yang lemah
      Reaksi yang tidak sesuai
      Melamun, tidak ada perhatian dan menarik diri.



                                     5
b. Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder)
             Enam atau lebih gejala inattention, berlangsung paling sedikit 6 bulan,
             ketidakmapuan untuk beradaptasi, dan tingkat perkembanganya tidak konsisten.
             Gejala-gejala inattention tersebut adalah :
              Sering gagal untuk memperhatikan secara detail, atau sering membuat
                kesalahan dalam pekerjaan sekolah atau aktifitas yang lain.
              Sering kesulitan memperhatikan tugas-tugas atau aktifitas permainan.
              Sering tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara.
              Sering tidak mengikuti instruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah.
           c. Anak Hiperactive (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity Disorder)
              Perilaku tidak bisa diam
              Ketidakmampuan untuk member perhatian yang cukup lama.
              Hiperaktivitas
              Aktivitas motorik yang tinggi
              Canggung
              Berbuat tanpa dipikir akibatnya.


D.   Faktor-Faktor Timbulnya Kebutuhan Khusus
                Terdapat tiga factor yang dapat diidentifikasi tentang sebab musabab
     timbulnya kebutuhan khusus pada seorang anak yaitu : (1) Faktor internal pada diri
     anak. (2) Faktor eksternal dari lingkunan, dan (3) Kombinasi dari factor internal dan
     eksternal (kombinasi).5
     1. Factor Internal
           Faktor internal adalah kondisi yang dimilki oleh anak yang bersangkutan. Sebagai
           contoh seorang anak memiliki kebutuhan khusus dalam belajar karena ia tidak bisa
           melihat, tidak bisa mendengar, atau tidak mengalami kesulitan untuk bergerak.
           Keadaan seperti itu berada pada diri anak yang bersangkutan secara internal.
           Dengan kata lain hambatan yang dialami berada dlam diri anak yang bersangkutan.
     2. Factor Eksternal
           Factor eksternal adalah sesuatu yang berada diluar diri anak mengakibatkan anak
           menjadi memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar, sehingga mereka
           memiliki kebutuhan layanan khusus dalam pendidikan. Sebagai contoh seorang

       5
         Zaenal Alimin, Jurnal Asesmen Dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus; Reorientasi Pemahaman
 Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya Terhadap Layanan Pendidikan. (Vol.3 No 1), Hal. 10


                                                 6
anak yang mengalami kekerasan di rumah tangga dalam jangka panjang
          mengakibatkan anak tersebut kehilangan konsentrasi, menarik diri dan ketakuatan.
          Akibatnya anak tidak dapat belajar.
     3. Kombinasi Faktor Internal dan Eksternal
          Kombinasi antara factor internal dengan factor eksternal dapat menyebabkan
          terjadinya kebutuhan khusus pada seorang anak. Kebutuhan khusus yang
          disebabkan oleh factor internal sekaligus eksternal sekaligus diperkirakan akan
          anak akan memiliki kebutuhan khusus yang lebih kompleks.
          Sebagai contoh seorang anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian
          dengan hiperaktivitas dan dimiliki secara internal berada pada lingkungan keluarga
          yang kedua orang tuanya tidak menerima kehadiran anak, tercermin dari perlakuan
          yang diberikan kepada anak yang bersangkutan. Anak yang seperti ini memiliki
          kebutuhan khusus akibat dari kondisi dirinya dan akibat perlakuan orang tua yang
          tidak tepat.


E.   Model Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
                Menurut Hallahan dan Kauffman (1991) yang dikutip oleh Purwanto 6, bentuk
     penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ada berbagai pilihan,
     yaitu :
     a. Regular class only (Kelas biasa dengan guru biasa)
     b. Regular class with consultation (Kelas biasa dengan konsultan guru PLB)
     c. Itinerant teacher (Kelas biasa dengan guru kunjung)
     d. Resource teacher (Guru sumber, yaitu kelas biasa dengan guru biasa, namun dalam
          beberapa kesempatan anak berada pada ruang sumber dengan guru sumber)
     e. Pusat Diagnostik-Prescriptif
     f. Hospital or homebound Instruction (Pendidikan di rumah ataudi rumah sakit,yakni
          kondisi anak yang memungkinkan belum masuk ke sekolah biasa)
     g. Self-contained class (Kelas khusus di sekolah biasa bersama guru PLB)
     h. Special day school (Sekolah luar biasa tanpa asrama)
     i. Residential school (Sekolah luar biasa berasrama)




      6
          Heri Purwanto, Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (UPI Bandung), Hal.8


                                                 7
Samuel A. Kirk (1986) yang dikutip oleh Purwanto 7, membuat gradasi
layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bergradasi dari model segregasi ke
model mainstreaming seperti tersebut di bawah ini :




            Berdasarkan kedua pendapat tersebut diatas, bentuk-bentuk layanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khususdapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok
besar, yaitu :
a. Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi
                  Bentuk layanan pendidikan segregasi adalah system pendidikan yang
     terpisah dari system pendidikan anak formal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus
     melalui system segregasi maksudnya adalah penyelenggaraaan pendidikan yang
     dilaksanakan secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraaan pendidikan untuk
     anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan
     pendidikan pada lembaga pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus.
                  Ada empat bentuk penyelenggaraan pendidikan denagn system segregasi,
     yaitu :
     1) Sekolah Luar Biasa (SLB)
     2) Sekolah Luar Berasrama
     3) Kelas Jauh/Kelas Kunjung


 7
     Ibid Hal.9


                                          8
4) Sekolah Dasar Luar Biasa


b. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi
                  Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah system pendidikan
     yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar
     bersama-sama dengan anak biasa (normal) di sekolah umum. Dengan demikian,
     melalui system integrasi anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak normal
     belajar dalam satu tahap.
                  System pendidikan integrasi disebut juga system pendidikan terpadu, yaitu
     system pendidikan yang membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana
     keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan tersebut dapat bersifat menyeluruh,
     sebagian, atau keterpaduan dalam rangka sosialisasi.
                  Pada system keterpaduan secara penuh dan sebagian jumlah anak
     berkebutuhan khusus dalam satu kelas maksimal 10 % dari jumlah siswa
     keseluruhan.
                  Untuk membantu kesulitan yang dialami oleh anak berebutuhan khusus, di
     sekolah terpadu disediakan Guru Pembimbing Khusus (GPK). GPK dapat berfungsi
     sebagai konsultan bagi guru kelas, kepala sekolah, atau anak berkebutuhan, atau
     anak berkebutuhan khusus iyu sendiri. Selain itu, GPK juga berfungsi sebagai
     pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas pada kelas khusus.
                  Ada tiga tahap bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak
     berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986) yang dikutip oleh Purwanto8.
     Ketiga bentuk tersebut adalah
     1) Bentuk Kelas Biasa
     2) Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus
     3) Bentuk Kelas Khusus




 8
     Ibid 12-14


                                           9
BAB III
                                  KESIMPULAN


           Berdasarkan hasil pembahasan untuk menjawab rumusan masalah dapat ditarik
kesimpulan, bahwa Berkebutuhan khusus merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebutkan anak-anak luar biasa atau mengalami kelainan dalam konteks pendidikan. Ada
perbedaan yang signifikan pada penggunaan istilah berkebutuhan khusus dengan luar biasa
atau berkelainan. Berkebutuhan khusus lebih memandang pada kebutuhan anak untuk
mencapai prestasi dan mengembangkan kemampuannya secara optimal, sedang pada luar
biasa atau berkelainan adalah kondisi atau keadaan anak yang memerlukan perlakuan
khusus.
           Pengelompokkan anak berkebutuhan khusus hanya diperlukan untuk kebutuhan
penanganan anak secara klasikal, sedangkan untuk kepentingan yang bersifat sosial anak
berkebutuhan khusus tidak perlu dikelompokkan. Anak berkebuthan khusus dapat
dikelompokkan menjadi Kelainan Mental (Mental Tinggi, Mental Rendah, Berkesulitan
Belajar Spesifik). Kelainan Fisik (Kelainan Tubuh, Kelainan Indera Penglihatan, Kelainan
Indera Pendengaran, Kelainan Wicara). Kelainan Emosi (Gangguan Perilaku, Gangguan
Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder), Anak Hiperactive (ADHD/Attention Deficit
with Hiperactivity Disorder).
           Bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu : bentuk layanan pendidikan segregasi dan
bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi
           Terdapat tiga factor yang dapat diidentifikasi tentang sebab musabab timbulnya
kebutuhan khusus pada seorang anak yaitu : (1) Faktor internal pada diri anak. (2) Faktor
eksternal dari lingkunan, dan (3) Kombinasi dari factor internal dan eksternal (kombinasi).




                                            10
DAFTAR PUSTAKA


Purwanto, Heri. Modul Pembelajaran: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung:
     UPI.
Alimin, Zaenal. Jurnal Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus: Reorientasi
     Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya Terhadap
     Layanan Pendidikan. Vol 3 No 1. Bandung: UPI
Aqila Smart, Rose. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapai untuk
     Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Katahati




                                        11

More Related Content

What's hot

Kesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajar
Kesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajarKesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajar
Kesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajarTohir Haliwaza
 
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia diniMakalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia diniAisyahTamara
 
Hasil Observasi Anak Tunarungu
Hasil Observasi Anak TunarunguHasil Observasi Anak Tunarungu
Hasil Observasi Anak TunarunguArina Latifah
 
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakPermasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakAn Rachma
 
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniPemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniMichelle Rumawir
 
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIKPENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIKcandraabdillah1
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)Nur Arifaizal Basri
 
Hakikat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
Hakikat pertumbuhan dan perkembangan peserta didikHakikat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
Hakikat pertumbuhan dan perkembangan peserta didikanah purwani
 
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAHSTRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAHAnggi F. Jayanti
 
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptxPower Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptxTesah2
 
Perkembangan peserta didik Perkembangan anak SD
Perkembangan peserta didik Perkembangan anak SDPerkembangan peserta didik Perkembangan anak SD
Perkembangan peserta didik Perkembangan anak SDElysa Nurhani
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
 
Perkembangan Kognitif dan Bahasa Pada Anak
Perkembangan Kognitif dan Bahasa Pada AnakPerkembangan Kognitif dan Bahasa Pada Anak
Perkembangan Kognitif dan Bahasa Pada AnakKefyn Bromeng
 
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaSejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaNur Arifaizal Basri
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaSusanti Susanti
 
makalah observasi sekolah
makalah observasi sekolahmakalah observasi sekolah
makalah observasi sekolahHildadp
 

What's hot (20)

Makalah perkembangan remaja
Makalah perkembangan remajaMakalah perkembangan remaja
Makalah perkembangan remaja
 
Kesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajar
Kesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajarKesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajar
Kesulitan belajar dan identifikasi kesulitan belajar
 
Pengertian perencanaan pendidikan
Pengertian perencanaan pendidikanPengertian perencanaan pendidikan
Pengertian perencanaan pendidikan
 
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia diniMakalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
 
Hasil Observasi Anak Tunarungu
Hasil Observasi Anak TunarunguHasil Observasi Anak Tunarungu
Hasil Observasi Anak Tunarungu
 
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakPermasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
 
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniPemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
 
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIKPENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
 
Hakikat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
Hakikat pertumbuhan dan perkembangan peserta didikHakikat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
Hakikat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
 
Makalah guru profesional
Makalah guru profesionalMakalah guru profesional
Makalah guru profesional
 
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAHSTRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
 
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptxPower Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
 
Perkembangan peserta didik Perkembangan anak SD
Perkembangan peserta didik Perkembangan anak SDPerkembangan peserta didik Perkembangan anak SD
Perkembangan peserta didik Perkembangan anak SD
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
 
Perkembangan Kognitif dan Bahasa Pada Anak
Perkembangan Kognitif dan Bahasa Pada AnakPerkembangan Kognitif dan Bahasa Pada Anak
Perkembangan Kognitif dan Bahasa Pada Anak
 
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaSejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
 
makalah observasi sekolah
makalah observasi sekolahmakalah observasi sekolah
makalah observasi sekolah
 
Makalah "Kesetaraan Gender"
Makalah "Kesetaraan Gender"Makalah "Kesetaraan Gender"
Makalah "Kesetaraan Gender"
 

Similar to ABK

Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee KarengPendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee KarengTjoetnyak Izzatie
 
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...Tjoetnyak Izzatie
 
Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2Muhammad Hamdani
 
3. isi isi penting (repaired)
3. isi isi penting (repaired)3. isi isi penting (repaired)
3. isi isi penting (repaired)john law
 
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemStrategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemTjoetnyak Izzatie
 
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemStrategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemTjoetnyak Izzatie
 
Kesulitan belajar
Kesulitan belajarKesulitan belajar
Kesulitan belajarajengpujir
 
Definisi anak berkebutuhan khusus
Definisi anak berkebutuhan khususDefinisi anak berkebutuhan khusus
Definisi anak berkebutuhan khususZeffy Akmal
 
Anak Tunagrahita.pptx
Anak Tunagrahita.pptxAnak Tunagrahita.pptx
Anak Tunagrahita.pptxAdam Superman
 
buku ajar ABK .pdf
buku ajar ABK .pdfbuku ajar ABK .pdf
buku ajar ABK .pdfFelixia1
 
PPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptx
PPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptxPPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptx
PPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptxAjengSriHikmayani
 
Persentasi metode penelitian
Persentasi metode penelitianPersentasi metode penelitian
Persentasi metode penelitianagus elpin
 
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususMakalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususDedy Wiranto
 
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-3 SMP Ibrahimy Sukorejo ...
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-3 SMP Ibrahimy Sukorejo ...Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-3 SMP Ibrahimy Sukorejo ...
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-3 SMP Ibrahimy Sukorejo ...ZainulHasan13
 
Problematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
Problematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khususProblematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
Problematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khususReny Shinta Shinta
 
Anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khususAnak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus11111097
 
Anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khususAnak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus11111097
 

Similar to ABK (20)

Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee KarengPendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
 
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
 
Artikel konseptual abk
Artikel konseptual abkArtikel konseptual abk
Artikel konseptual abk
 
Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2
 
3. isi isi penting (repaired)
3. isi isi penting (repaired)3. isi isi penting (repaired)
3. isi isi penting (repaired)
 
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemStrategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
 
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemStrategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
 
Kesulitan belajar
Kesulitan belajarKesulitan belajar
Kesulitan belajar
 
Definisi anak berkebutuhan khusus
Definisi anak berkebutuhan khususDefinisi anak berkebutuhan khusus
Definisi anak berkebutuhan khusus
 
Anak Tunagrahita.pptx
Anak Tunagrahita.pptxAnak Tunagrahita.pptx
Anak Tunagrahita.pptx
 
buku ajar ABK .pdf
buku ajar ABK .pdfbuku ajar ABK .pdf
buku ajar ABK .pdf
 
PPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptx
PPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptxPPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptx
PPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptx
 
Tugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docx
Tugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docxTugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docx
Tugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docx
 
Siswa swn
Siswa swnSiswa swn
Siswa swn
 
Persentasi metode penelitian
Persentasi metode penelitianPersentasi metode penelitian
Persentasi metode penelitian
 
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususMakalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
 
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-3 SMP Ibrahimy Sukorejo ...
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-3 SMP Ibrahimy Sukorejo ...Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-3 SMP Ibrahimy Sukorejo ...
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-3 SMP Ibrahimy Sukorejo ...
 
Problematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
Problematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khususProblematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
Problematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
 
Anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khususAnak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus
 
Anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khususAnak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus
 

More from Ali Murfi

Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...Ali Murfi
 
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...Ali Murfi
 
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...Ali Murfi
 
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...Ali Murfi
 
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di IndonesiaKepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di IndonesiaAli Murfi
 
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...Ali Murfi
 
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and ChallengesIslamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and ChallengesAli Murfi
 
Achievement Motivation Training
Achievement Motivation TrainingAchievement Motivation Training
Achievement Motivation TrainingAli Murfi
 
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION Ali Murfi
 
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan KristenBias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan KristenAli Murfi
 
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini  Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini Ali Murfi
 
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...Ali Murfi
 
"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer
"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer
"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam KontemporerAli Murfi
 
Life mapping
Life mappingLife mapping
Life mappingAli Murfi
 
Kepemimpinan dan Karakter Bangsa
Kepemimpinan dan Karakter BangsaKepemimpinan dan Karakter Bangsa
Kepemimpinan dan Karakter BangsaAli Murfi
 
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...Ali Murfi
 
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)Ali Murfi
 
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIYSurvey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIYAli Murfi
 
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamWawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamAli Murfi
 
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Ali Murfi
 

More from Ali Murfi (20)

Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
 
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
 
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
 
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
 
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di IndonesiaKepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
 
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
 
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and ChallengesIslamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
 
Achievement Motivation Training
Achievement Motivation TrainingAchievement Motivation Training
Achievement Motivation Training
 
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
 
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan KristenBias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
 
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini  Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
 
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
 
"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer
"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer
"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer
 
Life mapping
Life mappingLife mapping
Life mapping
 
Kepemimpinan dan Karakter Bangsa
Kepemimpinan dan Karakter BangsaKepemimpinan dan Karakter Bangsa
Kepemimpinan dan Karakter Bangsa
 
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
 
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
 
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIYSurvey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
 
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamWawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
 
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
 

ABK

  • 1. ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pengampu : Dra. Nadlifah, M.Pd Disusun Oleh : Ali Murfi 11470082 Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak- anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap jhakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya mengenali jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hakikat anak berkebutuhan khusus,maka mereka akan dapat memenuhi kebutuhan anak yang sesuai. Membicarakan anak-anak berkebutuhan khusus, sesungguhnya banyak sekali variasi dan derajat kelainan. Ini mencakup anak-anak yang mengalami kelainan fisik, mental-intelektual, sosial-emosional, maupun masalah akademik. Kita ambil contoh anak-anak yang mengalami kelainan fisik saja ada tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa (cacat tubuh) dengan berbagai derajat kelaianannya. Ini adalah yang secara nyata dapat dengan mudah dikenali. Keadaan seperti ini sudah barangtentu harus dipahami oleh seorang guru, karena merekalah yang secara langsung memberikan pelayanan pendidikan di sekolah kepada semua anak didiknya. Namun keragaman yang ada pada anak-anak tersebut belum tentu dipahami semua guru di sekolah. Oleh karena itu dalam makalah ini, penulis ingin membahas tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) melalui pendekatan institusional. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah dalam latar belakang, maka penulis dalam hal ini akan merumuskan permasalahan dalam beberapa pertanyaan. 1. Apa pengertian dan konsep anak berkebutuhan khusus? 2. Apa saja klasifikasi dan model layanan bagi anak berkebutuhan khusus ? 3. Apa factor yang dapat mempengaruhi anak sehingga menjadi berkebutuhan khusus ? 1
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan merupakan terjemahan dari child with special needs yang telah digunakan secara luas di dunia internasional, ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa, ada satu istilah yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan kependekan dari diference ability.1 Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seoranganak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.2 Sejalan dengan perkembangan pengakuan terhadap hak azasi manusia termasuk anak-anak ini, maka digunakanlah istilah anak berkebutuhan khusus. Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus membawa konsekuensi cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa yang pernah dipergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada istilah luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental, emosi-sosial) anak, maka pada berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai dengan potensinya. B. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus Istilah anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan yang sangat luas. Dalam paradigma pendidikan kebutuhan khusus keberagaman anak sangat dihargai. Setiap anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan perkembangan yang berbeda- beda, dan oleh karena itu setiap anak dimungkinkan akan memilki kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda pula, sehingga setiap anak sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan sejalan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak. Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seoranganak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. 1 Heri Purwanto, Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (UPI Bandung), Hal.2 2 Zaenal Alimin, Jurnal Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus; Reorientasi Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya Terhadap Layanan Pendidikan, (Vol.3 No 1), Hal. 1 2
  • 4. Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi dua kelompok besar yaitu anank berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (permanent).3 1. Anak berkebutuhan khusus bersifat sementara (temporer) Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan factor-faktor eksternal. Misalnya anak yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat bolehjadi akan menjadi permanent. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan yang dialaminya tetpai anak ini tidak perlu dilyani diselah khusus. Di sekolah biasa banyak sekali anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang bersifattemporer, dan oleh karena itu mereka memerlukan pendidikan yang disesuaikan yang disebut pendidikan kebutuhan khusus. 2. Anak berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (permanen) Anak berkebutuhan khusu yang bersifat permanen adalah anak-anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat langsusng dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gangguan perkembangan kecerdasan dan kognisi, gangguan gerak (motorik), gangguan interaksi-komunikasi, gangguan emosi, social dan tingkah laku. Dengan kata laian anak berlebutuhan khusu yang bersifat permanen sama artinya denagn anak penyandang kecacatan. Istilah anak berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata lain dari anak penyandang cacat, tetapi anak berkebutuhan khusus mencakup spectrum yang luas yaitu meliputi anak berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanent (penyandang cacat). Oleh karena itu apabila menyebut anak berkebutuhan khusus selalu harus diikuti ungkapan termasuk penyandang cacat. Jadi anak penyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu konsekuensi logisnya adalah lingkup garapan pendidikan kebutuhan khusus menjadi sangat luas, berbeda dengan lingkup garapan pendidikan khusu yang hanya menyangkut anak penyandang cacat. 3 Ibid, Hal. 2 3
  • 5. C. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Membicarakan anak-anak berkebutuhan khusus, sesungguhnya banyak sekali variasi dan derajat kelainan. Ini mencakup anak-anak yang mengalami kelainan fisik, mental-intelektual, sosial-emosional, maupun masalah akademik.4 Kita ambil contoh anak-anak yang mengalami kelainan fisik saja ada tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa (cacat tubuh) dengan berbagai derajat kelaianannya. Ini adalah yang secara nyata dapat dengan mudah dikenali. Keadaan seperti ini sudah barangtentu harus dipahami oleh seorang guru, karena merekalah yang secara langsung memberikan pelayanan pendidikan di sekolah kepada semua anak didiknya. Namun keragaman yang ada pada anak-anak tersebut belum tentu dipahami semua guru di sekolah. 1. Kelainan Mental a. Mental Tinggi Sering dikenal dengan anak berbakat intelektual, dimana selain memilki kemampuan memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata normal yang signifikan juga memilki kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas. b. Mental Rendah Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rata-rata dapat menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners) yaitu anak yang memiliki IQ antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus. c. Berkesulitan Belajar Spesifik Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achievement) yang diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada bidang akademik tertentu. 2. Kelainan Fisik a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa) Adanya kondisi tubuh yang menghambat proses interaksi dan sosialisasi individu meliputi kelumpuhan yang dikarenakan polio, dan gangguan pada 4 Heri Purwanto, Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (UPI Bandung), Hal.1 4
  • 6. fungsi syaraf otot yang disebabkan kelayuhan otak (cerebral palsy), serta adanya kehilangan organ tubuh (amputasi). b. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra) Seseorang yang sudah tidak mampu menfungsikan indera penglihatanya untuk keperluan pendidikan dan pengajaran walaupun telah dikoreksi dengan lensa. Kelainan penglihatan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu buta dan low vision. c. Kelainan Indera Pendengaran (Tunarungu) Kelainan pendengaran adalah seseorang yang telah mengalami kesulitan untuk menfungsikan pendengaranya untuk interaksi dan sosialisasi dengan lingkungan termasuk pemdidikan dan pengajaran. Kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu tuli (the deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). d. Kelainan Wicara Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan wicara ini dapat bersifat fungsional dimana mungkin disebbkan karena ketunarunguan, dan organic memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ wicara maupun adanya gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan wicara. 3. Kelainan Emosi Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat dilihat dari indikasi perilaku yang tampak pada individu, adapun klasifikasi gangguan emosi meliputi : a. Gangguan Perilaku  Mengganggu di kelas  Tidak sabaran – terlalu cepat beraksi  Tidak menghargai – menentang  Menyalahkan orang lain  Kecemasan terhadap prestasi di sekolah  Dependen pada orang lain  Pemahaman yang lemah  Reaksi yang tidak sesuai  Melamun, tidak ada perhatian dan menarik diri. 5
  • 7. b. Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder) Enam atau lebih gejala inattention, berlangsung paling sedikit 6 bulan, ketidakmapuan untuk beradaptasi, dan tingkat perkembanganya tidak konsisten. Gejala-gejala inattention tersebut adalah :  Sering gagal untuk memperhatikan secara detail, atau sering membuat kesalahan dalam pekerjaan sekolah atau aktifitas yang lain.  Sering kesulitan memperhatikan tugas-tugas atau aktifitas permainan.  Sering tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara.  Sering tidak mengikuti instruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah. c. Anak Hiperactive (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity Disorder)  Perilaku tidak bisa diam  Ketidakmampuan untuk member perhatian yang cukup lama.  Hiperaktivitas  Aktivitas motorik yang tinggi  Canggung  Berbuat tanpa dipikir akibatnya. D. Faktor-Faktor Timbulnya Kebutuhan Khusus Terdapat tiga factor yang dapat diidentifikasi tentang sebab musabab timbulnya kebutuhan khusus pada seorang anak yaitu : (1) Faktor internal pada diri anak. (2) Faktor eksternal dari lingkunan, dan (3) Kombinasi dari factor internal dan eksternal (kombinasi).5 1. Factor Internal Faktor internal adalah kondisi yang dimilki oleh anak yang bersangkutan. Sebagai contoh seorang anak memiliki kebutuhan khusus dalam belajar karena ia tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, atau tidak mengalami kesulitan untuk bergerak. Keadaan seperti itu berada pada diri anak yang bersangkutan secara internal. Dengan kata lain hambatan yang dialami berada dlam diri anak yang bersangkutan. 2. Factor Eksternal Factor eksternal adalah sesuatu yang berada diluar diri anak mengakibatkan anak menjadi memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar, sehingga mereka memiliki kebutuhan layanan khusus dalam pendidikan. Sebagai contoh seorang 5 Zaenal Alimin, Jurnal Asesmen Dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus; Reorientasi Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya Terhadap Layanan Pendidikan. (Vol.3 No 1), Hal. 10 6
  • 8. anak yang mengalami kekerasan di rumah tangga dalam jangka panjang mengakibatkan anak tersebut kehilangan konsentrasi, menarik diri dan ketakuatan. Akibatnya anak tidak dapat belajar. 3. Kombinasi Faktor Internal dan Eksternal Kombinasi antara factor internal dengan factor eksternal dapat menyebabkan terjadinya kebutuhan khusus pada seorang anak. Kebutuhan khusus yang disebabkan oleh factor internal sekaligus eksternal sekaligus diperkirakan akan anak akan memiliki kebutuhan khusus yang lebih kompleks. Sebagai contoh seorang anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas dan dimiliki secara internal berada pada lingkungan keluarga yang kedua orang tuanya tidak menerima kehadiran anak, tercermin dari perlakuan yang diberikan kepada anak yang bersangkutan. Anak yang seperti ini memiliki kebutuhan khusus akibat dari kondisi dirinya dan akibat perlakuan orang tua yang tidak tepat. E. Model Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Menurut Hallahan dan Kauffman (1991) yang dikutip oleh Purwanto 6, bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ada berbagai pilihan, yaitu : a. Regular class only (Kelas biasa dengan guru biasa) b. Regular class with consultation (Kelas biasa dengan konsultan guru PLB) c. Itinerant teacher (Kelas biasa dengan guru kunjung) d. Resource teacher (Guru sumber, yaitu kelas biasa dengan guru biasa, namun dalam beberapa kesempatan anak berada pada ruang sumber dengan guru sumber) e. Pusat Diagnostik-Prescriptif f. Hospital or homebound Instruction (Pendidikan di rumah ataudi rumah sakit,yakni kondisi anak yang memungkinkan belum masuk ke sekolah biasa) g. Self-contained class (Kelas khusus di sekolah biasa bersama guru PLB) h. Special day school (Sekolah luar biasa tanpa asrama) i. Residential school (Sekolah luar biasa berasrama) 6 Heri Purwanto, Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (UPI Bandung), Hal.8 7
  • 9. Samuel A. Kirk (1986) yang dikutip oleh Purwanto 7, membuat gradasi layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bergradasi dari model segregasi ke model mainstreaming seperti tersebut di bawah ini : Berdasarkan kedua pendapat tersebut diatas, bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khususdapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu : a. Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi Bentuk layanan pendidikan segregasi adalah system pendidikan yang terpisah dari system pendidikan anak formal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui system segregasi maksudnya adalah penyelenggaraaan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraaan pendidikan untuk anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Ada empat bentuk penyelenggaraan pendidikan denagn system segregasi, yaitu : 1) Sekolah Luar Biasa (SLB) 2) Sekolah Luar Berasrama 3) Kelas Jauh/Kelas Kunjung 7 Ibid Hal.9 8
  • 10. 4) Sekolah Dasar Luar Biasa b. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah system pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak biasa (normal) di sekolah umum. Dengan demikian, melalui system integrasi anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak normal belajar dalam satu tahap. System pendidikan integrasi disebut juga system pendidikan terpadu, yaitu system pendidikan yang membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan tersebut dapat bersifat menyeluruh, sebagian, atau keterpaduan dalam rangka sosialisasi. Pada system keterpaduan secara penuh dan sebagian jumlah anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas maksimal 10 % dari jumlah siswa keseluruhan. Untuk membantu kesulitan yang dialami oleh anak berebutuhan khusus, di sekolah terpadu disediakan Guru Pembimbing Khusus (GPK). GPK dapat berfungsi sebagai konsultan bagi guru kelas, kepala sekolah, atau anak berkebutuhan, atau anak berkebutuhan khusus iyu sendiri. Selain itu, GPK juga berfungsi sebagai pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas pada kelas khusus. Ada tiga tahap bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986) yang dikutip oleh Purwanto8. Ketiga bentuk tersebut adalah 1) Bentuk Kelas Biasa 2) Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus 3) Bentuk Kelas Khusus 8 Ibid 12-14 9
  • 11. BAB III KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan untuk menjawab rumusan masalah dapat ditarik kesimpulan, bahwa Berkebutuhan khusus merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan anak-anak luar biasa atau mengalami kelainan dalam konteks pendidikan. Ada perbedaan yang signifikan pada penggunaan istilah berkebutuhan khusus dengan luar biasa atau berkelainan. Berkebutuhan khusus lebih memandang pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi dan mengembangkan kemampuannya secara optimal, sedang pada luar biasa atau berkelainan adalah kondisi atau keadaan anak yang memerlukan perlakuan khusus. Pengelompokkan anak berkebutuhan khusus hanya diperlukan untuk kebutuhan penanganan anak secara klasikal, sedangkan untuk kepentingan yang bersifat sosial anak berkebutuhan khusus tidak perlu dikelompokkan. Anak berkebuthan khusus dapat dikelompokkan menjadi Kelainan Mental (Mental Tinggi, Mental Rendah, Berkesulitan Belajar Spesifik). Kelainan Fisik (Kelainan Tubuh, Kelainan Indera Penglihatan, Kelainan Indera Pendengaran, Kelainan Wicara). Kelainan Emosi (Gangguan Perilaku, Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder), Anak Hiperactive (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity Disorder). Bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu : bentuk layanan pendidikan segregasi dan bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi Terdapat tiga factor yang dapat diidentifikasi tentang sebab musabab timbulnya kebutuhan khusus pada seorang anak yaitu : (1) Faktor internal pada diri anak. (2) Faktor eksternal dari lingkunan, dan (3) Kombinasi dari factor internal dan eksternal (kombinasi). 10
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Purwanto, Heri. Modul Pembelajaran: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI. Alimin, Zaenal. Jurnal Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus: Reorientasi Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya Terhadap Layanan Pendidikan. Vol 3 No 1. Bandung: UPI Aqila Smart, Rose. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapai untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Katahati 11