SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
DIGLOSIA
Intan Zahra 1703456
Lita Tania 1705340
Stefanie Dita 1702708
DEFINISI DIGLOSIA
 Istilah diglosia ini pertama kali digunakan dalam bahasa Perancis diglossie yang diserap
dari bahasa Yunani oleh bahasawan Yunani Ioannis Psycharis. Ahli bahasa Arab William
Marçais lalu juga menggunakannya pada tahun 1930 untuk menuliskan situasi bahasa
di dunia Arab.
 Diglosia (diglossia) adalah situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas varian-
varian bahasa yang ada. Satu varian diberi status “tinggi” dan dipakai untuk
penggunaan resmi atau pengggunaan publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih
kompleks dan konservatif, varian lain mempunyai status “rendah” dan dipergunakan
untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi
lisan. ( Kridalaksana,2008:50)
 Fishman:
Diglosia mengacu pada penggunaan bahasa yang berbeda dengan fungsi yang berbeda.
 Henscyber:
Diglosia adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat, tetapi masing-
masing bahasa mempunyai fungsi atau peranan yang berbeda dalam konteks sosial.
 Diglosia adalah situasi kebahasaan dengan pembagian fungsional atas variasi bahasa
atau bahasa yang ada dalam masyarakat (misal ragam atau bahasa A untuk suasana
resmi di kantor dan ragam atau bahasa B untuk suasana tidak resmi di rumah).
 Diglosia adalah suatu situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas
varian-varian bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat.
 Diglosia adalah suatu situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas
varian-varian bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Yang dimaksud
bahwa terdapat perbedaan antara ragam formal atau resmi dangan tidak resmi atau
non-formal.
 Diglosia adalah situasi kebahasaan dengan pembagian fungsional atas variasi bahasa
atau bahasa yang ada dalam masyarakat (misal ragam atau bahasa A untuk suasana
resmi di kantor dan ragam atau bahasa B untuk suasana tidak resmi di rumah).
DEFINISI DIGLOSIA
fenomena
penggunaan ragam
bahasa yang dipilih
sesuai dengan
fungsinya.
Ferguson
Definisi diglosia menurut Ferguson adalah:
1. Diglosia adalah suatu situasi kebahasaan yang
relatif stabil, di mana selain terdapat sejumlah
dialek-dialek utama dari satu bahasa, terdapat
juga sebuah ragam lain.
2. Dialek-dialek utama itu di antaranya, bisa berupa
sebuah dialek standar, atau sebuah standar
regional.
3. Ragam lain itu memiliki ciri:
· Sudah terkodifikasi
· Gramatikalnya lebih kompleks
· Merupakan wahana kesusastraan tertulis yang
sangat luas dan dihormati
·Dipelajari melalui pendidikan formal
·Digunakan terutama dalam bahasa tulis dan bahasa
lisan formal
·Tidak digunaakan dalam percakapan sehari-hari
Istilah diglosia untuk
menyatakan keadaan
suatu masyarakat
dimana terdapat dua
variasi dari satu bahasa
yang hidup
berdampingan dan
masing-masing punya
peranan tertentu.
Chaer dan Agustina (1995: 148) menerangkan bahwa Ferguson menggunakan istilah diglosia
untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat dimana terdapat dua variasi dari satu bahasa
yang hidup berdampingan dan masing-masing mempunyai peranan tertentu.
Bila disimak, definisi Ferguson memberikan pengertian:
1. diglosia adalah suatu situasi kebahasaan yang relatif stabil, dimana selain terdapat
sejumlah dialek-dialek utama ( lebih tepat ragam-ragam utama) dari suatu bahasa,
terdapat juga sebuah ragam lain.
2. Dialek-dialek utama itu diantaranya bisa berupa sebuah dialek standar atau sebuah
standar regional.
3. Ragam lain (yang bukan dialek-dialek utama) itu memiliki ciri :
• Sudah sangat terkodifikasi
• Gramatikalnya lebih komplek
• Merupakan wahana kesusatraan tertulis yang sangat luas dan dihormati
• Dipelajari melalui pendidikan formal
• Digunakan terutama dalam bahasa tulis dan bahasa lisan formal
• Tidak digunakan (oleh lapisan masyarakat manapun) untuk percakapan sehari-hari.
LATAR BELAKANG SITUASI DIGLOSIA
– Fenomena diglosia pada umumnya hanya bisa ditemukan dalam komunitas masyarakat
bahasa yang bilingual dan multilingual. Dalam masyarakat bahasa tersebut kadangkala
terdapat ragam bahasa yang ditinggikan ‘ragam H’ (High Variation) dan ragam lain yang
dianggap lebih rendah (Low Variation) ‘ragam L’. Fenomena inilah yang disebut dengan
diglosia.
– Fenomena bilingualisme dan diglosia itu merupakan itu merupakan pokok kajian yang
menarik, bukan saja karena aspek teorinya, melainkan juga aspek aplikasinya dalam
kenyataan penggunaan bahasa.Contoh-contoh konkrit dapat anda temukan dalam
kehidupan anda sehari-hari. Masing-masing fenomena bilingualisme dan diglosia akan
dibahas dari segi hakikat atau acuan konseptual dan dari segi profilnya. Bilingualism dan
diglosia adalah pokok yang sangat berhubungan, kadang-kadang ada tumpang tindih
jika terhadap dua fenomena ini.
– Dilihat dari jumlah yang digunakan dalam masyarakat bahasa, ada masyarakat bahasa
yang menggunakan satu bahasa atau lebih.Masyarakat bahasa yang menggunakan satu
bahasa dan ada yang menggunakan bahasa yang dua atau lebih.Masyarakat bahasa
yang menggunakan satu bahasa disebut monolingual dan masyarakat bahasa yang
menggunakan dua bahasa atau labih disebut biligualisme. Menurut Ferguoso, diglosia
adalah fenomena penggunaan ragam bahasa yang dipilih sesuai dengan fungsinya.
Diglosia dalam masyarakat bahasa yang memiliki satu bahasa dengan dua ragam(tinggi
dan rendah) yang memiliki peranya masing-masing.
Situasi diglosia di berbagai negara
1. Paraguay
Fishman mengemukakan kasus di Paraguay di mana masyarakat mengenal dua
bahasa, yaitu bahasa Guarani, yang termasuk rumpun bahasa Indian, dan bahasa
Spanyol, yang termasuk rumpun bahasa Roman.
Di Paraguay bahasa Spanyol dianggap sebagai bahasa T (variasi pertama),
sedangkan bahasa Gurani adalah bahasa R (variasi kedua). Lebih dari separuh
penduduk Paraguay merupakan penutur bilingual.
2. Tanzania
Di Tanzania digunakan bahasa Inggris, bahasa Swahili, dan sejumlah bahasa
daerah. Pada satu situasi, bahasa Swahili adalah bahasa T, dan yang menjadi
bahasa R-nya adalah sejumlah bahasa daerah. Pada situasi lain, bahasa Swahili
menjadi bahasa R, sedangkan bahasa T-nya adalah bahasa Inggris. Jadi, bahasa
Swahili mempunyai status ganda: sebagai bahasa T terhadap bahasa-bahasa
daerah, dan sebagai bahasa R terhadap bahasa Inggris.
Situasi diglosia di berbagai negara
3. India
Dalam masyarakat tutur Khalapur ada dua bahasa, yaitu bahasa Hindi dan
bahasa Khalapur, yaitu salah satu variasi bahasa Hindi dengan sejumlah
persamaan dan perbedaam dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan
leksikon. Bahasa Khalapur dipelajari di rumah, dan digunakan oleh setiap orang
di desa untuk hubungan local sehari-hari. Sedangkan bahasa Hindi dipelajari di
sekolah, atau melalui warga yang bermukim di kota, maupun melalui kontak
luar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Khalapur adalah masyarakat
diglosis dengan bahasa Hindi sebagai bahasa T, dan bahasa Khalapur sebagai
bahasa R.
Situasi diglosia di berbagai negara
– Double overlapping diglosia, adalah adanya situasi pembedaan derajat dan fungsi
bahasa secara berganda. Contoh keadaan semacam ini bisa kita temukan di negara
Tanzania, dimana di negara tersebut digunakan Bahasa Inggris, Swahili dan beberapa
bahasa daerah. Pada satu saat tertentu Bahasa Swahili merupakan ragam H dimana
ragam Lnya adalah bahasa-bahasa daerah. Di situasi yang berbeda, Bahasa swahili
menjadi ragam L dan Bahasa Inggris berperan sebagai ragam H.
– Double-nested diglosia, adalah keadaan dalam masyarakat multilingual, terdapat dua
bahasa yang diperbedakan satu sebagai ragam H, dan yang lain sebagai ragam L.
Fenomena semacam ini ditemukan di desa Khalapur, salah satu desa di India. Di desa
tersebut terdapat dua macam bahasa yang digunakan, yakni Bahasa Khalapur dan
Bahasa Hindi. Bahasa Khalapur sebagai bahasa daerah memiliki ragam H dan L. Begitu
pula dengan Bahasa Hindi yang digunakan juga memiliki ragam H dan L.
– Linear polyglosia, bisa tergambarkan dengan jelas pada masyarakat Cina Malaysia. Pada
masyarakat Cina Malaysia yang terpelajar dan mampu berbahasa Inggris, Bahasa
Melayu ragam H, yaitu bahasa Malaysia merupakan variasi linguistik tertinggi kedua
yang digunakan dalam masyarakat itu. Bahasa Melayu informal yang disebut bahasa
Melayu Bazar mempunyai kedudukan yang sangat rendah, berada di bawah bahasa
manapun. Bahasa Inggris dan variasi bahasa Cina kedudukannya lebih tinggi dari bahasa
Melayu Bazar ini. Di samping itu terdapat bahasa Cina Mandarin yang mempunyai
kedudukan khusus, dan harus dimasukkan dalam deretan khasanahbahasa tersebut
Situasi diglosia di Indonesia
– Situasi diglosia di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu situasi pilihan bahasa dan situasi
penggunaan varian bahasa
1. Situasi pilihan bahasa disini membandingkan kedudukan yang tinggi dalam bahasa Indonesia
dan bahasa daerah. Bahasa tinggi dan bahasa rendah ditentukan oleh konteks dan situasi
kebutuhan alat komunikasi yang dikaitkan dengan fungsi bahasa pilihan. (Situasi pilihan bahasa
yaitu antara pilihan bahasa Indonesia dan bahasa daerah).
2. Situasi bahasa yang terdapat pembagian fungsional atas variasi-variasi bahasa yang ada dalam
masyarakat. (Situasi penggunaan varian bahasa yaitu situasi yang dikenakan pada pilihan ragam
dalam bahasa Indonesia yakni ragam baku dan tidak baku).
– Contoh:
Dalam situasi diglosia akan kita jumpai adanya tingkat-tingkat bahasa dalam beberapa bahasa daerah
di Indonesia, seperti bahasa Jawa, Sunda, Bali, Madura, yang masing-masing mempunyai nama.
Dalam masyarakat Sunda dikenal undak usuk basa, di dalamnya terdapat aturan tata bahasa yang
mengatur tingkatan ragam bahasa rendah dan ragam bahasa tinggi seperti basa cohag (ragam kasar),
basa loma (ragam untuk sesama), basa sedeng (ragam sedang atau tengah), basa lemes (ragam
halus). Di Jawa terdapat bahasa ngoko (tingkat paling rendah), krama (tengah), krama inggil (tingkat
tinggi). Keduanya mempunyai ukuran baku masing-masing dan diakui oleh masyarakat pemakainya.
– dan (2) Tampaknya di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari antara bahasa Indonesia
dan bahasa daerah masing-masing memiliki kedudukan tinggi dan rendahnya sesuai
dengan situasinya. Dalam situasi resmi personal bahasa tinggi jatuh kepada bahasa
Indonesia. Kemudian dalam penggunaan ragam baku dan tidak baku tampak ragam
baku merupakan ragam tinggi dan ragam tidak baku merupakan ragam rendah.
– Contoh:
– Ragam-ragam tersebut menduduki fungsi sosial, walaupun sekarang fungsi sosial
tersebut sulit dicari. Dahulu, ragam bahasa seperti dalam bahasa Sunda dan bahasa
Jawa benar-benar digunakan sesuai dengan tingkatan sosial masyarakatnya juga sesuai
situasi. Dalam bahasa Jawa misalnya, krama inggil dipakai untuk sastra (termasuk
tembang), sedangkan untuk percakapan sehari-hari menggunakan bahasa ngoko.
Begitu juga dalam bahasa Sunda, ketika seorang anak berbicara dengan seorang guru
tidak bisa menggunakan bahasa loma, tetapi harus menggunakan bahasa lemes.
Namun, sekarang hal tersebut sulit sekali untuk dicari.
– Pemakaian suatu ragam dalam bahasa-bahasa daerah itu bukan didasarkan atas topik
pembicaraan, melainkan oleh siapa (golongan atau kelas) dan untuk siapa. Dalam
masayarakat Bali, terdapat kasta-kasta dalam masyarakatnya, ada suatu aturan
pemakaian ragam bahasa. Misalnya, kasta rendah harus menggunakan bahasa rendah
untuk sesamanya dan bahasa tinggi untuk kasta yang lebih tinggi.
Menurut Kridalaksana(1976)
ragam baku sebagai ragam tinggi
digunakan dalam:
1. Komunikasi resmi
2. Wacana teknis
3. Pembicaraan di depan umum
4. Pembicaraan dengan orang
yang dihormati
Sedangkan dalam ragam tidak
baku sebagai ragam rendah
digunakan dalam:
1. Tawar-menawar di toko
2. Ceramah dalam suasana tidak
resmi
3. Percakapan dengan sejawat
4. Percakapan dengan anggota
keluarga
Pada intinya, Diglosia menitik beratkan pada logat/dialeg ciri khas suatu
daerah.Bahasa yang digunakan sudah bercampur dengan variasi bahasa
suatu daerah.Misalnya : dialeg, variasi yang lebih dimunculkan. Contoh
dioglosia dalam bahasa jawa : go, re, to, tah, leh, dsb
Di Indonesia juga ada pembedaan ragam T dan ragam R bahasa Indonesia,
ragam R digunakan dalam situasi formal seperti di dalam pendidikan;
sedangkan ragam R digunakan dalam situasi nonformal seperti dalam
pembicaraan dengan tema karib, atau sebagainya.
Dalam masyarakat Indonesia pun ragam bahasa Indonesia baku dianggap
lebih bergengsi daripada ragam bahasa Indonesia nonbaku. Dalam
masyarakat Melayu/Indonesia beberapa puluh tahun yang lalu juga ada
perbedaan bahasa Melayu dan bahasa Melayu R, di mana yang pertama
menjadi bahasa sekolah, dan yang kedua menjadi bahasa pasar.
Di Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa tulis dan bahsa lisan. Diglosia
adalah situasi kebahasaan dengan pembagian fungsional atas variasi bahasa
atau bahasa yang ada dalam masyarakat (misal ragam atau bahasa A untuk
suasana resmi di kantor dan ragam atau bahasa B untuk suasana tidak resmi
di rumah).
Situasi diglosia di Indonesia

More Related Content

What's hot

Hubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatisHubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatisMuhammad Idris
 
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiahBahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiahNanda Saragih
 
Teknik Penerjemahan
Teknik PenerjemahanTeknik Penerjemahan
Teknik PenerjemahanHikmat G.
 
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasa
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasaPemilihan bahasa dan perubahan bahasa
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasalinguistikid
 
Makalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeMakalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeYuliana Aminulloh
 
Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikDiana NakEmak
 
Gaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik laguGaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik laguDeny Pranata
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Imam Suwandi
 
Presentasi Diksi
Presentasi DiksiPresentasi Diksi
Presentasi DiksiAry Hidayat
 
Sejarah perkembangan psikolinguistik
Sejarah perkembangan psikolinguistikSejarah perkembangan psikolinguistik
Sejarah perkembangan psikolinguistikkholid harras
 

What's hot (20)

Semantik
SemantikSemantik
Semantik
 
Hubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatisHubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatis
 
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiahBahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
 
Teknik Penerjemahan
Teknik PenerjemahanTeknik Penerjemahan
Teknik Penerjemahan
 
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasa
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasaPemilihan bahasa dan perubahan bahasa
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasa
 
Makalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeMakalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kode
 
Model Analisis Wacana
Model Analisis WacanaModel Analisis Wacana
Model Analisis Wacana
 
variasi dan jenis bahasa
variasi dan jenis bahasavariasi dan jenis bahasa
variasi dan jenis bahasa
 
Puisi berdiri aku amir hamzah
Puisi berdiri aku amir hamzahPuisi berdiri aku amir hamzah
Puisi berdiri aku amir hamzah
 
Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistik
 
Beberapa masalah dalam penerjemahan
Beberapa masalah dalam penerjemahanBeberapa masalah dalam penerjemahan
Beberapa masalah dalam penerjemahan
 
Gaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik laguGaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik lagu
 
tindak tutur
tindak tuturtindak tutur
tindak tutur
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2
 
makalah Transformasi generatif
makalah Transformasi generatif makalah Transformasi generatif
makalah Transformasi generatif
 
Lahjah (Dialek)
Lahjah (Dialek)Lahjah (Dialek)
Lahjah (Dialek)
 
Presentasi Diksi
Presentasi DiksiPresentasi Diksi
Presentasi Diksi
 
Teori segitiga semiotik
Teori segitiga semiotikTeori segitiga semiotik
Teori segitiga semiotik
 
Sejarah perkembangan psikolinguistik
Sejarah perkembangan psikolinguistikSejarah perkembangan psikolinguistik
Sejarah perkembangan psikolinguistik
 
LINGUISTIK KOGNITIF
LINGUISTIK KOGNITIFLINGUISTIK KOGNITIF
LINGUISTIK KOGNITIF
 

Similar to DIGLOSIA

Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)Ibi E
 
sosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasa
sosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasasosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasa
sosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasaAjengIlla
 
Sociolinguistic - Linguistic Varieties and Multilingual Nations
Sociolinguistic - Linguistic Varieties and Multilingual Nations Sociolinguistic - Linguistic Varieties and Multilingual Nations
Sociolinguistic - Linguistic Varieties and Multilingual Nations Swadaya Gunung Jati University
 
Variasi bahasa, bahasa isyarat
Variasi bahasa, bahasa isyaratVariasi bahasa, bahasa isyarat
Variasi bahasa, bahasa isyaratWatak Bulat
 
Tugas resume bahasa indonesia
Tugas resume bahasa indonesiaTugas resume bahasa indonesia
Tugas resume bahasa indonesiajundizg
 
Linguistik umum
Linguistik umumLinguistik umum
Linguistik umumSemutAspal
 
Bahasa dan Linguistik
Bahasa dan LinguistikBahasa dan Linguistik
Bahasa dan LinguistikNor Idayu
 
Arti dan ragam bahasa
Arti dan ragam bahasaArti dan ragam bahasa
Arti dan ragam bahasaMaulana Arief
 
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistikTugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistikAhmad NazRi
 

Similar to DIGLOSIA (20)

Ragam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa IndonesiaRagam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa Indonesia
 
Ai ai
Ai aiAi ai
Ai ai
 
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
 
sosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasa
sosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasasosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasa
sosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasa
 
Bilingualisme
BilingualismeBilingualisme
Bilingualisme
 
Aspek sosial bahasa
Aspek sosial bahasaAspek sosial bahasa
Aspek sosial bahasa
 
Filsafat.ppt
Filsafat.pptFilsafat.ppt
Filsafat.ppt
 
Sociolinguistic - Linguistic Varieties and Multilingual Nations
Sociolinguistic - Linguistic Varieties and Multilingual Nations Sociolinguistic - Linguistic Varieties and Multilingual Nations
Sociolinguistic - Linguistic Varieties and Multilingual Nations
 
Variasi bahasa, bahasa isyarat
Variasi bahasa, bahasa isyaratVariasi bahasa, bahasa isyarat
Variasi bahasa, bahasa isyarat
 
Sosiolinguistik (1).ppt
Sosiolinguistik (1).pptSosiolinguistik (1).ppt
Sosiolinguistik (1).ppt
 
Teks 1 hakikat bahasa
Teks  1 hakikat bahasaTeks  1 hakikat bahasa
Teks 1 hakikat bahasa
 
Tugas resume bahasa indonesia
Tugas resume bahasa indonesiaTugas resume bahasa indonesia
Tugas resume bahasa indonesia
 
Linguistik umum
Linguistik umumLinguistik umum
Linguistik umum
 
Bahasa dan Linguistik
Bahasa dan LinguistikBahasa dan Linguistik
Bahasa dan Linguistik
 
RAGAM BAHASA.pptx
RAGAM BAHASA.pptxRAGAM BAHASA.pptx
RAGAM BAHASA.pptx
 
Arti dan ragam bahasa
Arti dan ragam bahasaArti dan ragam bahasa
Arti dan ragam bahasa
 
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistikTugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
 
Ragam_Bahasa.pptx
Ragam_Bahasa.pptxRagam_Bahasa.pptx
Ragam_Bahasa.pptx
 
Kuliah a1
Kuliah a1Kuliah a1
Kuliah a1
 
Ruj lingusosilinguistik
Ruj lingusosilinguistikRuj lingusosilinguistik
Ruj lingusosilinguistik
 

More from Lita Tania

PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK
PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK
PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK Lita Tania
 
CIRI PEMBEDA DIALEK
CIRI PEMBEDA DIALEKCIRI PEMBEDA DIALEK
CIRI PEMBEDA DIALEKLita Tania
 
IHWAL DIALEKTOLOGI
IHWAL DIALEKTOLOGIIHWAL DIALEKTOLOGI
IHWAL DIALEKTOLOGILita Tania
 
MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA Lita Tania
 
IHWAL SOSIOLINGUISTIK
IHWAL SOSIOLINGUISTIKIHWAL SOSIOLINGUISTIK
IHWAL SOSIOLINGUISTIKLita Tania
 
ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
ALIH KODE DAN CAMPUR KODEALIH KODE DAN CAMPUR KODE
ALIH KODE DAN CAMPUR KODELita Tania
 
VARIASI BAHASA
VARIASI BAHASAVARIASI BAHASA
VARIASI BAHASALita Tania
 

More from Lita Tania (8)

PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK
PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK
PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK
 
CIRI PEMBEDA DIALEK
CIRI PEMBEDA DIALEKCIRI PEMBEDA DIALEK
CIRI PEMBEDA DIALEK
 
RAGAM DIALEK
RAGAM DIALEKRAGAM DIALEK
RAGAM DIALEK
 
IHWAL DIALEKTOLOGI
IHWAL DIALEKTOLOGIIHWAL DIALEKTOLOGI
IHWAL DIALEKTOLOGI
 
MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA
 
IHWAL SOSIOLINGUISTIK
IHWAL SOSIOLINGUISTIKIHWAL SOSIOLINGUISTIK
IHWAL SOSIOLINGUISTIK
 
ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
ALIH KODE DAN CAMPUR KODEALIH KODE DAN CAMPUR KODE
ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
 
VARIASI BAHASA
VARIASI BAHASAVARIASI BAHASA
VARIASI BAHASA
 

Recently uploaded

Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

DIGLOSIA

  • 1. DIGLOSIA Intan Zahra 1703456 Lita Tania 1705340 Stefanie Dita 1702708
  • 2. DEFINISI DIGLOSIA  Istilah diglosia ini pertama kali digunakan dalam bahasa Perancis diglossie yang diserap dari bahasa Yunani oleh bahasawan Yunani Ioannis Psycharis. Ahli bahasa Arab William Marçais lalu juga menggunakannya pada tahun 1930 untuk menuliskan situasi bahasa di dunia Arab.  Diglosia (diglossia) adalah situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas varian- varian bahasa yang ada. Satu varian diberi status “tinggi” dan dipakai untuk penggunaan resmi atau pengggunaan publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, varian lain mempunyai status “rendah” dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan. ( Kridalaksana,2008:50)  Fishman: Diglosia mengacu pada penggunaan bahasa yang berbeda dengan fungsi yang berbeda.  Henscyber: Diglosia adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat, tetapi masing- masing bahasa mempunyai fungsi atau peranan yang berbeda dalam konteks sosial.
  • 3.  Diglosia adalah situasi kebahasaan dengan pembagian fungsional atas variasi bahasa atau bahasa yang ada dalam masyarakat (misal ragam atau bahasa A untuk suasana resmi di kantor dan ragam atau bahasa B untuk suasana tidak resmi di rumah).  Diglosia adalah suatu situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas varian-varian bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat.  Diglosia adalah suatu situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas varian-varian bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Yang dimaksud bahwa terdapat perbedaan antara ragam formal atau resmi dangan tidak resmi atau non-formal.  Diglosia adalah situasi kebahasaan dengan pembagian fungsional atas variasi bahasa atau bahasa yang ada dalam masyarakat (misal ragam atau bahasa A untuk suasana resmi di kantor dan ragam atau bahasa B untuk suasana tidak resmi di rumah). DEFINISI DIGLOSIA
  • 4. fenomena penggunaan ragam bahasa yang dipilih sesuai dengan fungsinya. Ferguson Definisi diglosia menurut Ferguson adalah: 1. Diglosia adalah suatu situasi kebahasaan yang relatif stabil, di mana selain terdapat sejumlah dialek-dialek utama dari satu bahasa, terdapat juga sebuah ragam lain. 2. Dialek-dialek utama itu di antaranya, bisa berupa sebuah dialek standar, atau sebuah standar regional. 3. Ragam lain itu memiliki ciri: · Sudah terkodifikasi · Gramatikalnya lebih kompleks · Merupakan wahana kesusastraan tertulis yang sangat luas dan dihormati ·Dipelajari melalui pendidikan formal ·Digunakan terutama dalam bahasa tulis dan bahasa lisan formal ·Tidak digunaakan dalam percakapan sehari-hari Istilah diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat dimana terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing punya peranan tertentu.
  • 5. Chaer dan Agustina (1995: 148) menerangkan bahwa Ferguson menggunakan istilah diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat dimana terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing mempunyai peranan tertentu. Bila disimak, definisi Ferguson memberikan pengertian: 1. diglosia adalah suatu situasi kebahasaan yang relatif stabil, dimana selain terdapat sejumlah dialek-dialek utama ( lebih tepat ragam-ragam utama) dari suatu bahasa, terdapat juga sebuah ragam lain. 2. Dialek-dialek utama itu diantaranya bisa berupa sebuah dialek standar atau sebuah standar regional. 3. Ragam lain (yang bukan dialek-dialek utama) itu memiliki ciri : • Sudah sangat terkodifikasi • Gramatikalnya lebih komplek • Merupakan wahana kesusatraan tertulis yang sangat luas dan dihormati • Dipelajari melalui pendidikan formal • Digunakan terutama dalam bahasa tulis dan bahasa lisan formal • Tidak digunakan (oleh lapisan masyarakat manapun) untuk percakapan sehari-hari.
  • 6. LATAR BELAKANG SITUASI DIGLOSIA – Fenomena diglosia pada umumnya hanya bisa ditemukan dalam komunitas masyarakat bahasa yang bilingual dan multilingual. Dalam masyarakat bahasa tersebut kadangkala terdapat ragam bahasa yang ditinggikan ‘ragam H’ (High Variation) dan ragam lain yang dianggap lebih rendah (Low Variation) ‘ragam L’. Fenomena inilah yang disebut dengan diglosia. – Fenomena bilingualisme dan diglosia itu merupakan itu merupakan pokok kajian yang menarik, bukan saja karena aspek teorinya, melainkan juga aspek aplikasinya dalam kenyataan penggunaan bahasa.Contoh-contoh konkrit dapat anda temukan dalam kehidupan anda sehari-hari. Masing-masing fenomena bilingualisme dan diglosia akan dibahas dari segi hakikat atau acuan konseptual dan dari segi profilnya. Bilingualism dan diglosia adalah pokok yang sangat berhubungan, kadang-kadang ada tumpang tindih jika terhadap dua fenomena ini. – Dilihat dari jumlah yang digunakan dalam masyarakat bahasa, ada masyarakat bahasa yang menggunakan satu bahasa atau lebih.Masyarakat bahasa yang menggunakan satu bahasa dan ada yang menggunakan bahasa yang dua atau lebih.Masyarakat bahasa yang menggunakan satu bahasa disebut monolingual dan masyarakat bahasa yang menggunakan dua bahasa atau labih disebut biligualisme. Menurut Ferguoso, diglosia adalah fenomena penggunaan ragam bahasa yang dipilih sesuai dengan fungsinya. Diglosia dalam masyarakat bahasa yang memiliki satu bahasa dengan dua ragam(tinggi dan rendah) yang memiliki peranya masing-masing.
  • 7. Situasi diglosia di berbagai negara 1. Paraguay Fishman mengemukakan kasus di Paraguay di mana masyarakat mengenal dua bahasa, yaitu bahasa Guarani, yang termasuk rumpun bahasa Indian, dan bahasa Spanyol, yang termasuk rumpun bahasa Roman. Di Paraguay bahasa Spanyol dianggap sebagai bahasa T (variasi pertama), sedangkan bahasa Gurani adalah bahasa R (variasi kedua). Lebih dari separuh penduduk Paraguay merupakan penutur bilingual. 2. Tanzania Di Tanzania digunakan bahasa Inggris, bahasa Swahili, dan sejumlah bahasa daerah. Pada satu situasi, bahasa Swahili adalah bahasa T, dan yang menjadi bahasa R-nya adalah sejumlah bahasa daerah. Pada situasi lain, bahasa Swahili menjadi bahasa R, sedangkan bahasa T-nya adalah bahasa Inggris. Jadi, bahasa Swahili mempunyai status ganda: sebagai bahasa T terhadap bahasa-bahasa daerah, dan sebagai bahasa R terhadap bahasa Inggris.
  • 8. Situasi diglosia di berbagai negara 3. India Dalam masyarakat tutur Khalapur ada dua bahasa, yaitu bahasa Hindi dan bahasa Khalapur, yaitu salah satu variasi bahasa Hindi dengan sejumlah persamaan dan perbedaam dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Bahasa Khalapur dipelajari di rumah, dan digunakan oleh setiap orang di desa untuk hubungan local sehari-hari. Sedangkan bahasa Hindi dipelajari di sekolah, atau melalui warga yang bermukim di kota, maupun melalui kontak luar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Khalapur adalah masyarakat diglosis dengan bahasa Hindi sebagai bahasa T, dan bahasa Khalapur sebagai bahasa R.
  • 9. Situasi diglosia di berbagai negara – Double overlapping diglosia, adalah adanya situasi pembedaan derajat dan fungsi bahasa secara berganda. Contoh keadaan semacam ini bisa kita temukan di negara Tanzania, dimana di negara tersebut digunakan Bahasa Inggris, Swahili dan beberapa bahasa daerah. Pada satu saat tertentu Bahasa Swahili merupakan ragam H dimana ragam Lnya adalah bahasa-bahasa daerah. Di situasi yang berbeda, Bahasa swahili menjadi ragam L dan Bahasa Inggris berperan sebagai ragam H. – Double-nested diglosia, adalah keadaan dalam masyarakat multilingual, terdapat dua bahasa yang diperbedakan satu sebagai ragam H, dan yang lain sebagai ragam L. Fenomena semacam ini ditemukan di desa Khalapur, salah satu desa di India. Di desa tersebut terdapat dua macam bahasa yang digunakan, yakni Bahasa Khalapur dan Bahasa Hindi. Bahasa Khalapur sebagai bahasa daerah memiliki ragam H dan L. Begitu pula dengan Bahasa Hindi yang digunakan juga memiliki ragam H dan L. – Linear polyglosia, bisa tergambarkan dengan jelas pada masyarakat Cina Malaysia. Pada masyarakat Cina Malaysia yang terpelajar dan mampu berbahasa Inggris, Bahasa Melayu ragam H, yaitu bahasa Malaysia merupakan variasi linguistik tertinggi kedua yang digunakan dalam masyarakat itu. Bahasa Melayu informal yang disebut bahasa Melayu Bazar mempunyai kedudukan yang sangat rendah, berada di bawah bahasa manapun. Bahasa Inggris dan variasi bahasa Cina kedudukannya lebih tinggi dari bahasa Melayu Bazar ini. Di samping itu terdapat bahasa Cina Mandarin yang mempunyai kedudukan khusus, dan harus dimasukkan dalam deretan khasanahbahasa tersebut
  • 10. Situasi diglosia di Indonesia – Situasi diglosia di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu situasi pilihan bahasa dan situasi penggunaan varian bahasa 1. Situasi pilihan bahasa disini membandingkan kedudukan yang tinggi dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa tinggi dan bahasa rendah ditentukan oleh konteks dan situasi kebutuhan alat komunikasi yang dikaitkan dengan fungsi bahasa pilihan. (Situasi pilihan bahasa yaitu antara pilihan bahasa Indonesia dan bahasa daerah). 2. Situasi bahasa yang terdapat pembagian fungsional atas variasi-variasi bahasa yang ada dalam masyarakat. (Situasi penggunaan varian bahasa yaitu situasi yang dikenakan pada pilihan ragam dalam bahasa Indonesia yakni ragam baku dan tidak baku). – Contoh: Dalam situasi diglosia akan kita jumpai adanya tingkat-tingkat bahasa dalam beberapa bahasa daerah di Indonesia, seperti bahasa Jawa, Sunda, Bali, Madura, yang masing-masing mempunyai nama. Dalam masyarakat Sunda dikenal undak usuk basa, di dalamnya terdapat aturan tata bahasa yang mengatur tingkatan ragam bahasa rendah dan ragam bahasa tinggi seperti basa cohag (ragam kasar), basa loma (ragam untuk sesama), basa sedeng (ragam sedang atau tengah), basa lemes (ragam halus). Di Jawa terdapat bahasa ngoko (tingkat paling rendah), krama (tengah), krama inggil (tingkat tinggi). Keduanya mempunyai ukuran baku masing-masing dan diakui oleh masyarakat pemakainya.
  • 11. – dan (2) Tampaknya di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing memiliki kedudukan tinggi dan rendahnya sesuai dengan situasinya. Dalam situasi resmi personal bahasa tinggi jatuh kepada bahasa Indonesia. Kemudian dalam penggunaan ragam baku dan tidak baku tampak ragam baku merupakan ragam tinggi dan ragam tidak baku merupakan ragam rendah. – Contoh: – Ragam-ragam tersebut menduduki fungsi sosial, walaupun sekarang fungsi sosial tersebut sulit dicari. Dahulu, ragam bahasa seperti dalam bahasa Sunda dan bahasa Jawa benar-benar digunakan sesuai dengan tingkatan sosial masyarakatnya juga sesuai situasi. Dalam bahasa Jawa misalnya, krama inggil dipakai untuk sastra (termasuk tembang), sedangkan untuk percakapan sehari-hari menggunakan bahasa ngoko. Begitu juga dalam bahasa Sunda, ketika seorang anak berbicara dengan seorang guru tidak bisa menggunakan bahasa loma, tetapi harus menggunakan bahasa lemes. Namun, sekarang hal tersebut sulit sekali untuk dicari. – Pemakaian suatu ragam dalam bahasa-bahasa daerah itu bukan didasarkan atas topik pembicaraan, melainkan oleh siapa (golongan atau kelas) dan untuk siapa. Dalam masayarakat Bali, terdapat kasta-kasta dalam masyarakatnya, ada suatu aturan pemakaian ragam bahasa. Misalnya, kasta rendah harus menggunakan bahasa rendah untuk sesamanya dan bahasa tinggi untuk kasta yang lebih tinggi.
  • 12. Menurut Kridalaksana(1976) ragam baku sebagai ragam tinggi digunakan dalam: 1. Komunikasi resmi 2. Wacana teknis 3. Pembicaraan di depan umum 4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati Sedangkan dalam ragam tidak baku sebagai ragam rendah digunakan dalam: 1. Tawar-menawar di toko 2. Ceramah dalam suasana tidak resmi 3. Percakapan dengan sejawat 4. Percakapan dengan anggota keluarga Pada intinya, Diglosia menitik beratkan pada logat/dialeg ciri khas suatu daerah.Bahasa yang digunakan sudah bercampur dengan variasi bahasa suatu daerah.Misalnya : dialeg, variasi yang lebih dimunculkan. Contoh dioglosia dalam bahasa jawa : go, re, to, tah, leh, dsb
  • 13. Di Indonesia juga ada pembedaan ragam T dan ragam R bahasa Indonesia, ragam R digunakan dalam situasi formal seperti di dalam pendidikan; sedangkan ragam R digunakan dalam situasi nonformal seperti dalam pembicaraan dengan tema karib, atau sebagainya. Dalam masyarakat Indonesia pun ragam bahasa Indonesia baku dianggap lebih bergengsi daripada ragam bahasa Indonesia nonbaku. Dalam masyarakat Melayu/Indonesia beberapa puluh tahun yang lalu juga ada perbedaan bahasa Melayu dan bahasa Melayu R, di mana yang pertama menjadi bahasa sekolah, dan yang kedua menjadi bahasa pasar. Di Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa tulis dan bahsa lisan. Diglosia adalah situasi kebahasaan dengan pembagian fungsional atas variasi bahasa atau bahasa yang ada dalam masyarakat (misal ragam atau bahasa A untuk suasana resmi di kantor dan ragam atau bahasa B untuk suasana tidak resmi di rumah). Situasi diglosia di Indonesia