1. 0
Pendidikan Emosi
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Hadîts Tarbawiy
Dibimbing Oleh: Dr. Ali Masrur, M.Ag
Disusun Oleh: Erta Mahyudin Firdaus
NIM: 3.210.3.006
Program Pascasarjana S3
Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung 2010 M/1432 H
2. 1
PENDIDIKAN EMOSI
A. Pendahuluan
Dalam bab ini dibicarakan tentang perkembangan dan karakteristik
emosi, faktor terpenting yang mempengaruhi perkembangannya, serta perilaku
dan ragam dorongan pada manusia. Kemudian dibahas juga tentang jenis
pertumbuhan emosi, pergulatan antardorongan, serta gangguan jiwa dan cara
mengatasinya. Pada bagian akhir dari bab ini diajukan beberapa tujuan pokok
dari pendidikan emosional.
B. Perkembangan dan Karekteristik Emosi
Perkembangan emosional manusia terbentuk dari emosi, perasaan,
sensasi, dan emosi. Unsur-unsur tersebut mempengaruhi perilaku seseorang
dan membentuk karakternya yang khusus, serta mempengaruhi sikap dan
kecenderungan dalam hidupnya. Perkembangan emosional mempengaruhi
kesehatan mental, akal dan kesehatan fisik.
Karakteristik emosi manusia beragam, ada yang keras, ada yang lembut,
ada yang menyemangati, ada yang terang-terang, ada yang tersembunyi, ada
yang berkelanjutan, ada yang temporal, ada yang sederhana, ada yang
komplek, ada yang teridentifikasi sumbernya, dan ada juga yang tidak
diketahui sumbernya.
Mengkaji kandungan pendidikan dalam sunnah akan mengantarkan kita
pada kesimpulan bahwa sunnah mengakui keberadaan dan peranan penting
pengaruh emosi dalam pembentukan dan kematangan kepribadian manusia.
Kematangan tersebut ditandai antara lain dengan:
1. Kemampuan menguasai diri, mengendalikan dan menghindari
keterguncangan emosi.
2. Memiliki keseimbangan emosi dan ketepatan dalam merespon lingkungan.
Bersifat stabil, toleran, penuh cinta kasih dan bisa bergaul dengan baik
bersama orang lain.
3. 2
3. Memiliki pencitraan diri yang realistik dan tidak membanggakan diri secara
berlebihan.
4. Mampu menguasai emosi pada saat menghadapi masalah, menggantungkan
diri kepada Allah SWT dan percaya pada sendiri, serta mampu mengambil
keputusan dengan tenang dan mantap.
5. Memiliki independensi emosional, mau berkorban, mendahulukan orang
lain, suka menolong dan tidak egois.
6. Tidak terpangaruh oleh dorongan emosional yang didasarkan pada pikiran
dan dugaan yang salah tentang orang lain.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
1. Perkembangan fisik
Perkembangan emosi dipengaruhi oleh perkembangan jasmani.
Misalnya, ketika organ-organ reproduksi manusia berkembang, berkembang
pula perasaan khususnya kepada lawan jenis. Perkembangan tubuh yang
sempurna akan mempangaruhi perkembangan kepercayaan diri seseorang,
dan mempengaruhi juga caranya melihat hubungan antarsesama manusia.
Sunnah nabawiyah juga memperhatikan keterkaitan dan hubungan tersebut
dengan mangajarkan pergaulan yang baik; pergaulan yang baik akan
melahirkan perasaan tentram; sementara perasaan yang tentram akan
bepengaruh positif terhadap emosi.
2. Perkembangan akal
Perubahan yang yang terjadi pada struktrul akal manusia akan
menambah kematangan emosinya. Kemampuan seseorang dalam berpikir
dan menganalisa berpengaruh terhadap perkembangan emosinya.
Pengalaman, pengetahuan dan beragam informasi yang didapatkan
seseorang juga mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan
emosinya. Perkembangan akal mempengaruhi kemampuan manusia untuk
menyesuaikan emosi mereka dengan beragam stimulus kehidupan yang
beragam. Sunnah nabawiyah memperhatikan hal itu antara lain dengan
4. 3
mengaitkan antara tanggung jawab pribadi yang matang dengan
kemampuannya mengendalikan dan menguasai emosi.
3. Perkembangan masyarakat
Perasaan manusia juga dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang
terjadi pada masyarakat. Perhatian manusia pada keadaan masyarakat
bersamaan dengan keinginannya untuk bisa diterima oleh masyarakat
berpengaruh kepada perkembangan emosinya. Untuk memenuhi keinginan
tersebut, seseorang akan mengembangkan sikap-sikap yang dapat diterima
oleh masyarakatnya. Melalui menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang
dianut oleh suatu masyarakat, seseorang akan sukses di masa depan. Sunnah
nabawiyah misalnya mengajarkan kita untuk berpenampilan yang baik agar
bisa diterima oleh masyarakat.
4. Pergaulan keluarga dan sosial kemasyarakatan
Seorang yang sedang berkembang sangat dipengaruhi oleh pergaulan
dan pendidikan yang dia alami di tengah-tengah kelurga dan masyarakat
tempat dia berkembang. Suasana keluarga dan masyarakat yang penuh
dengan cinta kasih akan menumbuhkan emosi yang seimbang dan stabil.
Begitu juga sebaliknya, kekerasan dan kekasaran di tengah keluarga dan
masyarakat akan berakibat pada gangguan dan ketidakstabilan respon
emosional. Karena itu sunnah nabawiyah mewajibkan orang tua dan para
pendidik secara umum untuk membimbing dan membentuk kepribadian
anak-anak yang sedang berkembang.
Perilaku
Perilaku adalah kunci kepribadian manusia, karena perilaku adalah wujud
nyata dan terjemahan langsung dari kepribadiannya. Perilaku adalah pola
tingkah laku yang dapat diamati. Pola itu bersumber dari perasaan, insting, cita-
cita dan keinginan manusia. Karena itu perilaku yang baik merupakan indikator
dari pribadi yang seimbang dan sempurna. Sementara perilaku yang tidak stabil
juga merupakan indikator dari pribadi yang terganggu.
5. 4
Perilaku adalah setiap kegiatan atau aktivitas atau tingkah laku atau
perbuatan yang dilakukan oleh manusia dalam hidupnya, yang didorong oleh
motivasi tertentu. Sama saja apakah tingkah laku itu dilakukan secara sengaja
atau terjadi secara alami saja. Suatu perilaku tertentu ditampakkan oleh
seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang alamiah, individual
maupun sosial. Perilaku merupakan hasil interaksi yang dinamis dan hidup
antara manusia dengan kecenderungan dan kebutuhannya, serta dengan
lingkungan sosial tempat dia berada.
Motivasi yang mendorong lahirnya perilaku
1. Motivasi pimer
Motivasi primer adalah motivasi alamiah atau instingtif yang tidak
diusahakan dan bukan merupakan hasil dari interaksi seseorang dengan
lingkungannya, baik melalui pelajaran, latihan, pengalaman, maupun uji coba.
Motivasi ini berbentuk kesiapan alami yang menyertai sesorang ketika lahir.
Motivasi primer misalnya dorongan untuk makan, minum, tidur, istirahat, dan
berketurunan.
2. Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang hanya dimiliki oleh manusia,
tidak seperi motivasi primer yang juga ditemukan pada binatang. Ia merupakan
motivasi yang lahir dari interaksi manusia dengan lingkungan sosialnya.
Motivasi jenis ini terkait dengan posisi dan tuntutan sosial seseorang, serta
terkait juga dengan ambisinya dalam hidup. Contoh motivasi sekunder adalah
dorongan untuk merasa aman, dorongan untuk meraih penghargaan, dan
dorongan untuk bersosialisai.
D. Jenis Perkembangan Emosi
Motivasi yang mendorong lahirnya perilaku manusia ada yang instingtif
atau bersifat bawaan dan ada juga yang lahir dari hasil sosialisasi. Gabungan
dari dua jenis motivasi inilah yang melahirkan beragam bentuk perkembangan
emosional, yaitu: insting, emosi dan sentimen.
6. 5
1. Insting
Insting atau naluri adalah suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu
rangsangan tertentu yang tidak dipelajari tapi telah ada sejak kelahiran manusia
dan diperoleh secara turun-temurun atau secara warisan. Insting itu banyak
ragamnya, di antara insting manusia dan bagaimana arahan sunnah nabawiyyah
tentang pengendalian insting-insting tersebut adalah sebagai berikut:
a. Insting membunuh
Insting membunuh yang ada dalam diri manusia diarahkan oleh sunnah
nabawiyah ke arah jihad di jalan Allah. Mempertahankan diri, kehormatan,
harta, keluarga, dan negara. Orang yang meninggal dalam jihad dan
pembelaan diri tercatat sebagai orang yang mati syahid.
b. Insting berketurunan
Agama telah mengajarkan manusia cara untuk memenuhi insting ini, yaitu
melalui pernikahan halal sesuai syariat, yang tidak hanya didasarkan pada
hubungan biologis saja, tetapi juga didasarkan pada rasa cinta dan kasih
sayang.
c. Insting mencari aman
Insting ini terkait dengan perasaan takut dan keinginan melarikan diri untuk
mencari keselamatan dari mara bahaya. Sunnah nabawiyah telah
mengajarkan supaya potensi insting ini digunakan oleh manusia dalam
memelihara diri dari gangguan dan godaan hawa nafsu, memelihara diri dari
dosa dan dampak negatif segala jenis kejahatan, serta digunakan untuk
mencari keridhaan Allah Swt.
d. Insting mencari tahu
Insting ini terkait dengan tendensi manusia untuk bertanya, mengagumi,
berpikir, mendapat kemuliaan, mencari tahu, dan menggemari pengetahuan.
Insting ini berfungsi mengembangkan kemampuan akal manusia dan
memperluas wawasan dan pengalamannya. Ia juga berfungsi untuk
memperkuat pemahaman dan daya tanggkap manusia. Sunnah nabawiyyah
mengarahkan pemenuhan insting ini dengan cara belajar yang sungguh-
sungguh dan mencari ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
7. 6
e. Insting mencari makanan
Insting ini harus dipenuhi untuk menjaga keberlangsungan hidup, kesehatan
dan stamina tubuh. Sunnah nabawiyah mengajarkan pemenuhan kebutuhan
insting ini dengan cara mengkonsumsi rizki yang halal dan bergizi. Dengan
tetap memelihara keseimbangan antara kualitas dan kuantitas, serta
menjauhi berlebih-lebihan dan kesia-siaan dalam mengkonsumsi makanan.
f. Insting mengasingkan diri
Insting ini terkait dengan rasa tidak nyaman karena hal-hal yang tidak
disukai seseorang. Perasaan tersebut bisa mengakibatkan tekanan kejiwaan
atau stress. Sunnah nabawiyah memperhatikan dan memberi bimbingan
untuk insting ini agar tidak ia tidak mengakibatkan keterjatuhan dalam dosa
dan kebinasaan. Serta tidak berakibat kepada penggangguan terhadap hak-
hak orang lain.
g. Insting meminta pertolongan
Insting ini berkaitan dengan perasaan lemah yang ada pada diri manusia.
Perasaan itu menjadikan seseorang membutuhkan bantuan dari orang yang
lebih kuat dari dirinya. Perhatian sunnah nabawiyah kepada insting ini
terlihat pada penjelasannya bahwa Allah SWT lah yang memiliki segala
kekuatan untuk menolong dan membantu manusia keluar dari segala
masalah dan penderitaan.
h. Insting tunduk atau patuh
Insting ini terkait dengan perasaan memiliki kekurangan pada diri manusia,
terutama ketika dia merasa tidak mampu melakukan banyak hal. Dalam
kerangka itulah kita mendapatkan sunnah nabawiyah memberikan perhatian
besar pada insting ini. Ia mengarahkan manusia untuk menggunakan insting
ini dalam beribadah, tunduk, patuh, dan taat kepada Allah Swt dalam
menjalankan seluruh perintah dan menjauhi seluruh larangan-Nya.
i. Insting menguasai
Insting ini berkaitan dengan perasaan unggul dan percaya diri pada diri
manusia serta perasaan dominan atas orang lain. Perasaan dominan ini
diarahkan oleh sunnah nabawiyah supaya digunakan dalam kebaikan seperti
8. 7
dalam memelihara keluarga, anak dan orang-orang yang berada dalam
tanggung jawabnya, dengan penuh kasih sayang.
j. Insting memiliki
Ia merupakan salah satu insting yang penting bagi manusia. Ia menjadikan
manusia bersemangat menjalankan hidup, mendorongnya berusaha dan
berjuang meraih apa yang dia cita-citakan atau angankan dalam hidup ini.
Sunnah nabawiyah tidak mengabaikan insting ini, dengan memberi arahan
bagaimana penyalurannya, yaitu dengan cara memenuhinya menurut aturan
yang sesuai dengan syariat. Keinginan untuk memiliki harus dipenuhi
dengan bekerja halal, sehingga tidak ada orang yang dirugikan.
k. Insting menganalisa dan mensintesa
Insting ini mendorong aktifitas akal manusia; berpikir, merenung,
membayangkan, menyimpulkan dan merangkaikan berbagai hal. Insting ini
bisa bermanfaat untuk menghancurkan berbagai keyakinan yang keliru dan
membangun keyakinan yang benar berdasarkan pemikiran yang rasional.
Sunnah nabawiyah memperhatikan insting ini dengan memberikan kepada
manusia ajaran berpikir yang bisa mematangkan logika manusia, sehingga
dia bisa berijtihan memutuskan hukum yang benar. Dengan logika yang
benar manusia juga akan mamapu memperkuat keyakinannya.
l. Insting bermasyarakat
Insting ini mendorong manusia untuk berhubungan erat dengan orang lain
yang hidup bersamaanya dalam suatu masyarakat. Dengan kebersamaan itu
mereka saling tolong menolong dalam merealisasikan kebaikan umum yang
manfaatnya kembali kepada semua orang. Sunnah Nabawiyah memberi
arahan pada insting ini supaya dipenuhi dengan cara dibentuknya sebuah
masyarakat yang solid dimana anggotanya saling tolong menolong atas
dasar taqwa serta menghindari dosa dan permusuhan
m. Insting tertawa
Tertawa terkait dengan kesenangan manusia pada hiburan, senda-gurau dan
bergembira. Insting ini perlu dipenuhi kebutuhannya supaya manusia bisa
melepas kepenatan hidup dan memperbaharui semangat hidupnya. Cara
9. 8
menyikapi insting ini menurut ajaran sunnah nabawiyah adalah dengan
menggunakan cara-cara yang seimbang, yaitu tidak selalu berkerut kening,
tetapi menggembirakan diri tanpa merusak gengsi dan harga diri.
n. Insting seksual
Insting ini berkaitan erat dengan insting berketurunan yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Insting ini penting disalurkan karena dia menjadi media
keberlangsungan hidup manusia. Karena itu sunnah nabawiyah mengajarkan
nikah yang sesuai dengan sayariat agar manusia bisa menyalurkan hasrat
seksualnya dengan baik dan tidak merugikan orang lain.
2. Emosi
Manusia lahir dengan berbekal emosi yang mempengaruhi sikap,
orientasi, dan penyesuaian dirinya dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Pada
saat bayi lahir, emosi sangat mendominasi kehidupannya. Ketika dia
mendengar suara yang keras dia merasa takut, dia akan menangis ketika merasa
lapar atau tidak nyaman. Emosi anak-anak belum mapan dan cepat berubah-
ubah, sebentar-bentar dia menangis tapi kemudian terdiam, dia cepat marah
tetapi cepat membaik, dia cepat menerima dan cepat pula menolak.
Emosi manusia memiliki pengaruh terhadap perilaku manusia. Emosi
bisa memperkuat dorongan manusia melakukan sesuatu tetapi terkadang
memperlemahnya. Suatu dorongan juga memiliki emosi penyerta tertentu.
Seperti emosi marah dapat mendorong manusia membunuh, emosi takut
mendorong seseorang untuk melarikan diri mencari selamat, emosi cinta
mendorong manusia untuk berketurunan, dan emosi lapar mendorong
seseorang untuk mencari makanan.
3. Sentimen
Emosi manusia saling berhubungan antara yang satu dengan yang
lainnya, ia berkisar pada orang, benda dan nilai. Emosi menguat dan terus
bertambah sehingga membentuk sentimen. Itu artinya bahwa susunan sentimen
10. 9
itu terdiri dari beberapa emosi. Ketika sentimen menguat, maka semakin
banyak emosi yang membentuknya.
Sentimen menggambarkan kesiapan pribadi yang menguat dengan usaha,
bukan karena faktor bawaan. Sebagai hasil dari berkumpulnya beberapa emosi
dan insting yang terkait dengan orang, atau sesuatu hal. Dengan semikian
sentiman adalah orientasi emosional terhadap seseorang atau sesuatu yang
didapatkan berdasarkan pengalaman atau hasil belajar.
Sentimen itu beragam dan memiliki karakter masing-masing. Berikut ini
ada beberapa ragam perasaan sentimen, serta bagaimana arahan sunnah
nabawiyah terkait dengan masing-masing sentimen.
1. Cinta
Sunnah nabawiyah memberikan perhatian besar kepada rasa ini, dia
mengarahkan supaya rasa ini diberikan kepada Allah dan Rasulullah.
Karena cinta kepada Allah dan rasul-Nya adalah sumber segala kebaikan,
hidayah, dan kebahagiaan. Sinarnya akan menyinari kecintaan yang berada
di bawahnya seperti kepada orang tua, pasangan hidup, anak-anak, suadara
karib kerabat, teman-teman, negara, masyarakat, dan nilai-nilai yang
dimuliakan.
2. Marah
Sunnah nabawiyah menginginkan supaya perasaan ini disalurkan dengan
cara yang sehat dan adil, jauh dari hal-hal yang haram dan hina dina,
sehingga tidak berubah menjadi perilaku yang buruk. Sebagaimana cinta,
marah juga harus tulus karena Allah supaya tidak mengakibatkan
keburukan pada diri sendiri atau orang lain.
3. Malu
Sunnah nabawiyah memperhatikan sentimen ini dengan memberinya arahan
supaya diarahkan kepada hal-hal yang positif, seperti untuk mencapai
ketinggian budi pekerti serta menghindari kelakuan buruk, kecerobohan,
dan kesombongan. Sunnah nabawiyah misalnya tidak membenarkan malu
dalam konteks belajar, dengan tidak mengajukan pertanyaan ketika belum
memahami sesuatu.
11. 10
4. Cemburu
Sunnah nabawiyah mengakui adanya sentimen cemburu. Dia berposisi
meluruskan, menyeimbangkan, mendidik, meluruskan dan membimbingnya
menuju ke arah kebaikan yang dapat membantu seseorang memelihara
keyakinan, kehormatan, kemulian, dan perilaku kelompoknya.
Jenis-Jenis Sentimen
Sentimen manusia pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu sentimen
material dan sentimen immaterial. Sentimen jenis pertama berkisar pada orang-
orang tertentu, atau beberapa binatang, atau beberapa hal yang tampak dengan
jelas, semisal lukisan seni, atau pakaian atau makanan dan sebagainya.
Sentiman jenis kedua adalah sentimen yang berkisar pada nilai atau norma
yang agung, seperti sentimen keberagamaan, cinta negara, menggemari ilmu
pengetahuan, serta identifikasi diri pada karakter mulia.
Kedua jenis sentimen di atas bisa diperinci lagi menjadi beberapa jenis
berikut: 1. Sentimen yang mengarah kepada diri sendiri; 2. Sentimen yang
mengarah kepada orang lain; 3. Sentimen yang mengarah kepada kelompok; 4.
Sentieman yang mengarah kepada binatang atau benda; dan 5. Sentimen yang
dominen
D. Kebutuhuan Pribadi dan Sosial
Kebutuhan pribadi dan sosial merupakan motivasi yang memiliki dampak
besar terhadap prilaku manusia, membangkitkan semangat dan mengambil sikap
tertentu kepada orang lain. Kebutuhan pribadi dan sosial juga membentuk
kepribadian manusia, baik yang positif maupun negatif.
1. Kebutuhan rasa cinta (Need for afection and love)
Sunnah nabawiyah sering menyinggung persoalan kebutuhan ini, ia mengakui
keberadaannya dengan mengarahkan supaya kebutuhan ini dipenuhi dalam
rangka menciptakan rasa aman dan damai. Misalnya, sunnah mengajarkan
kepada kita untuk tidak membeda-bedakan antaranak dalam mendidik mereka.
12. 11
Dengan cinta anak-anak akan merasa diterima dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat.
2. Kebutuhan rasa aman (Need for security)
Kebahagiaan dan ketentraman dalam hidup akan diperoleh ketika rasa aman
dimiliki. Sunnah nabawiyah mengajarkan supaya cara memperlakukan sesama
manusia dibangun atas dasar kasih sayang dan kelembutan, terutama kepada
anak-anak.
3. Kebutuhan kebebasan (Need for freedom and independence)
Di samping memperhatikan kebutuhan rasa aman, sunnah nabawiyah juga
memperhatikan pemenuhan kebutuhan kebebasan dan kemerdekaan demia
terwujudnya kepribadian manusia yang utuh berdasarkan kekuatan dan
kepercayaan diri, terhindar dari ketergantungan kepada orang lain dan
kelemahan semangat.
4. Kebutuhan kesuksesan (Need for success)
Setiap kali manusia meraih kesuksesan, dia akan merasa bahagia dan berusaha
untuk meraih kebahagiaan yang lebih. Karena sukses manusia bisa memandang
kehidupan dengan optimis yang dipenuhi kepercayaan diri dan harapan. Untuk
meraik kesuksesan tersebut, ajaran sunnah menggariskan supaya anak-anak
dilatih untuk giat dalam beraktifitas dan bersabar dalam meraih kesuksesan.
5. Kebutuhan penghargaan (Need for recognition)
Orang yang tidak pernah dihargai akan merasakan banyak dampak negatif
dalam hidupnya, dia akan merasa tertekan dan hampa dari rasa kasih sayang,
tetapi pujian yang berlebihan akan membuat seseorang besar kepala. Untuk itu
sunnah mengajarkan supaya kita memberikan pujian dengan tidak berlebihan,
dan tidak pula merendahkan atau menghina orang lain, baik dengan perkataan
atau perbuatan.
6. Kebutuhan kontrol dan bimbingan (Need for control and guidence)
Sejak awal pertumbuhannya, manusia membutuhkan bimbingan dari orang
yang lebih dewasa dan lebih berpengalaman dibandingkan darinya. Sunnah
nabawiyah telah menegaskan dalam ajaran-ajarannya bahwa pengontrolan dan
pengarahan berperan penting dalam kehidupan. Tujuannya adalah meluruskan
13. 12
perilaku yang menyimpang tanpa hinaan atau celaan kepada orang yang
melakukan kesalahan.
E. Pertarungan Antardorongan pada Diri Manusia
Tidak jarang terjadi pertentangan antar motiviasi manusia, yang berakibat
pada ketergangguan pada kondisi diri seseorang serta orientasi hidupnya.
Pertarungan tersebut bisa disadari oleh manusia, dan bisa juga tidak disadari
dengan jelas. Dampak dari pertarungan antarmotivasi adalah sebagai berikut: a.
Merasa tertekan, sedih, dan gundah yang dapat terlihat dari perilaku yang tidak
terkontrol. b. Perasaan tersebut bisa berdampak pada beberapa perilaku yang
menhancurkan seperti merusak dan memukul. c. Terkadang orang menjadi tidak
peduli dan mengasingkan diri dari lingkungannya. d. Mengakibatkan seseorang
suka berkhayal dan berangan-angan yang macam-macam.
1. Teknik pemeliharan diri
Cara untuk memelihara diri dari ketergoncangan tersebut adalah dengan
pendidikan yang terarah dan pergaulan yang kuat berdasarkan kasih sayang,
saling menghargai, saling melindungi, memenuhi kebutuhan sesuai dengan
ajaran syariat, serta menanamkan perilaku yang mulia.
2. Teknik penguatan keinginan diri
Salah satu cara terbaik untuk menghindari pertarungan antarmotivasi adalah
dengan cara memperkuat keinginan dan keteguhan. Memperteguh semangat
untuk menanggung segala macam beban dan ujian kehidupan. Menguatkan
tanggung jawab pribadi untuk mengendalikan insting dan kecenderungan
pribadinya.
3. Teknik pemulihan diri
Sunnah nabawiyah memperhatikan cara penyembuhan pribadi seseorang dan
membantunya keluar dari gangguan kejiwaan semisal kesedihan dan ketakutan
yang berlebihan. Yaitu dengan cara memperkuat akidah, menyucikan diri
dengan ibadah, taat, istigfar, tasbih, doa dan isti’azah. Cara lain yang juga
diajarkan oleh sunnah nabawiyah adalah memperkuat keyakinan dan
14. 13
kepercayaan kepada Sang Pencipta, berprasangka baik kepada-Nya,
bertawakkal dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya, dan sebagainya.
F. Kesehatan Jiwa
Kesehatan mental memiliki banyak aspek, ia terkait dengan kesehatan
jiwa, kesahatan akal dan kesehatan syaraf-syaraf. Ia juga terkait dengan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat. Berhubungan dengan
keseimbangkan emosional, perilaku, perasaan bahagia, penerimaan diri dan orang
lain, dan kepercayaan diri. Ia juga berkaitan dengan kemampuan untuk
menanggung berbagai persoalan, tanpa merasa lemah dalam menghadapi
kegagalan.
1. Sebab-sebab penyakit jiwa
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketergangguan jiwa
seseorang, yaitu sebagai berikut:
a. Faktor keturunan
Faktor keturunan seperti seseorang yang dilahirkan dalam kondisi otak
yang lemah atau dengan membawa penyakit jasmani. Atau ada syaraf-
syarafnya yang terganggu sehingga berakibat kepada gangguan kejiwaan
atau gangguan tubuh.
b. Faktor lingkungan
Yang termasuk ke dalam faktor lingkungan banyak sekali, di antaranya:
- Gizi dan pemeliharan kesehatan; kekurangan gizi dan rendahnya kualitas
pemeliharaan kesehatan bisa mengakibatkan berbagai macam penyakit
dan kurang sempurnanya perkembangan tubuh seseorang yang
kemudian berakibat pada ketidaksempurnaan jiwanya.
- Pendidikan keluarga; keluarga yang memperlakukan anak-anaknya
dengan kekerasan dan kering dari kasih sayang akan berdampak pada
ketersiksaan dan gangguan dalam jiwa anak-anaknya.
- Status keluarga; baik dari segi budaya, ekonomi dan sosial, juga
berpengaruh kepada kondisi kejiwaan seorang, baik dan buruknya.
15. 14
Pengaruh status keluarga secara tidak langsung akan mempengaruhi
pola pemeliharaan kesehatan keluarga.
- Lingkungan masyarakat; seperti lingkungan keluarga, orang-orang yang
ada di dalamnya, lembaga atau norma-norma sosial yang dipegangi
oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Apabila
lingkungan masyarakat bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan
seseorang dengan cara yang sesuai syariat, maka orang itu akan
berkembang dengan baik, begitu pula sebaliknya, kondisi masyarakat
yang tidak kondusif akan menghambat perkembangan mental
seseorang.
2. Pengobatan gangguan kejiwaan
Pengobatan gangguan jiwa tidak mungkin dilakukan sebelum diketahui
penyebab dari gangguan tersebut. Tetapi pemahaman seseorang tentang dirinya
merupakan landasan terpenting dalam pengobatan tersebut. Dalam kerangka
tersebut ada beberapa cara yang bisa ditempuh seseorang untung mengobati
beragam bentuk gangguan kejiwaan, yaitu sebagai berikut:
a. Mengakui dosa diri; pengakuan dosa dapat meredakan ketegangan dan
mengembalikan ketenangan yang telah menghilang. Pengakuan dosa yang
jujur merupakan langkah pertama ke arah penyesalan yang mendorong
seseorang untuk bangkit memperbaiki kesalahannya.
b. Bertaubat; pengakuan dosa adalah langkah pertama penyesalan, sementara
penyesalan sendiri merupakan fase awal dari taubat. Ketika taubat dilakukan
semata-semat demi Allah, maka ia akan mampu melepaskan seseorang dari
berbagai belenggu penderitaan dan gangguan kejiwaan yang telah membuat
hidupnya sengsara.
c. Berdoa, bertasbih dan berzikir; ketiga hal ini dianggap sebagai cara yang
efektif untuk menyembuhkan diri dari gangguan kejiwaan karena cara-cara
tersebut dapat menambah keyakinan seseorang kepada Tuhannya,
menebalkan kepercayaan diri akan rahmat dan kasih sayang-Nya,
mengangkat derajat spiritualitasnya, memperkuat semangatnya untuk
menghadapi segala masalah, serta mendorong optimalisasi pekerjaan-
16. 15
pekerjaan positif. Hal-hal itulah yang dapat melahirkan jiwa-jiwa yang sehat
yang jauh dari belenggu penderitaan.
d. Memperkuat keinginan manusiawi; memperkokoh keingian seseorang untuk
berani menghadapi berbagai ujian dan cobaan dalam hidup ini adalah salah
satu kunci penyembuhan gangguan kejiwaan. Dengan semangat yang kuat,
seseorang bisa melepaskan diri dari dampak negatif yang disebabkan oleh
kekurangan dan aibnya sendiri, dan melepaskan diri dari perasaan bersalah
yang telah membuatnya merasa sedih dan berduka lara.
e. Pemeriksaan medis; kesehatan jiwa juga terkait dengan kondisi tubuh, kedua
unsur tersebut saling melengkapi menjadi satu dalam membentuk
kepribadian manusia dengan berbagai aspeknya. Karena itu,
ketidakberfungsian beberapa anggota tubuh manusia akan berakibat
ketergangguan beberapa fungsi mental. Karena itu, dipersyaratkan adanya
pemeriksaan medis untuk memastikan apakah ada gangguan fisik yang
berakibat kepada gangguan psikis.
G. Tujuan Pendidikan Emosional
1. Menyempurnakan kematangan emosi, yang ditandai dengan kamampuan
menguasai dan mengontrol diri sendiri, serta tidak terombang-ambing dalam
kegamangan emosi.
2. Mampu mengontrol dan menguasai instink, kecenderungan, keinginan dan
hawa nafsu, sehingga tidak menjadi perusak diri sendiri atau perusak
hubungan dengan orang lain.
3. Mewujudkan keseimbangan jiwa, dengan cara menyelaraskan antara
motivasi dan kebutuhan, serta dengan unsur-unsur lingkungan; baik
lingkungan agama, moral, budaya dan ekonomi.
4. Menumbuhkan keinginan manusiawi, dan meningkatkan nilai spiritual
dalam diri pribadi serta meneguhkan kepercayaan diri sehingga melahirkan
keseimbangan kepribadian.
17. 16
5. Memelihara diri dari penyimpangan dan penyeleweangan kejiwaan,
membantunya mengatasi berbagai gangguan kejiwaan serta bisa berdamai
dengan kekurangan yang dia miliki.
6. Memberi pangarahan kepada setiap orang untuk bisa melakukan
menyembukan diri sendiri menggunakan cara yang selaras dengan nilai-
niliai spiritual, moral dan sosial sehingga dia terbebas dari gangguan jiwa
dan berbahagia dalam hidupnya.
7. Menutup kehampaan spiritual yang terkadang menghinggapi manusia pada
masa-masa tertentu dalam hidupnya, serta memberinya rasa aman, tenang
dan tentram yang bersumber pada keimanan yang kuat, tawakkal, serta
keyakinan bahwa Dia akan membantu. Wallâhu A’lam bish Shawâb.
Revisi terakhir
Jakarta, 31 Desember 2010
Erta Mahyudin