SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
BAB I
1.PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).Infeksi saluran
kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak
remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita
lebih sering dari pria dengan angka populasi umu, kurang lebih 5 – 15 %.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri
terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks
vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemiha, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998)
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari
uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra
dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi
traktus urinarius. Akibatnya UTI paa pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali
ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

1.2 Tujuan


1.2.1.   Tujuan Umum


Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan keperawatan PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan.


1.2.2.   Tujuan Khusus


a.   Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien dengan gangguan sistem perkemihan
dengan ISK.


b.    Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan
sisitem perkemihan
c.   Dapat membuat perencanaan pada klien pada klien dengan gangguan sisitem perkemihan
d.   Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan.


e.   Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan gangguan sistem
perkemihan.




1.3 Manfaat


1.    Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan pada
klien dengan gangguan sisitem perkemihan
2.    Asuhan keperawatan akan memberi wawasan kepada perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang benar tentang masalah klien gangguan sistem perkemihan.
1.4 Sistematika


    Untuk memberi gambaran pada pembaca mengenai keseluruhan isi maka penulis menyusun proposal
ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut yaitu :


Bab I          : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, dan
sistematika penulisan.


Bab II         : Tinjauan pustaka, terdiri dari definisi, anatomi, patofisiologi, dampak masalah dan asuhan
keperawatan.


Bab III        : Tinjauan kasus merupakan uraian yang menampilkan asuhan keperawatan terhadap
penderita secara nyata yang sistematikanya disusun sesuai bab II


Bab IV         : Mengupas kesenjangan antara teori dan fakta yang ada untuk mencari jawaban atas tujuan
penulisan


Bab V          : Penutup mengutarakan kesimpulan dari uraian, pembahasan, jawaban terhadap tujuan
penulisan dan beberapa penyampaian saran, ada dua sub bab kesimpulan dan saran yaitu kesimpulan dan
saran dari bagian akhir penulisan ini dicantumkan daftar pustaka.




                                                  BAB II
                                          TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFENISI




1. A. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya
invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).
Infeksi saluran kemih adalah berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran
kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme
lain.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh
bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti
refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian
instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal
dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak
antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik
melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi,
namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan
struktur dari traktus urinarius.
1. B. Etiologi
    1. Dapat berasal dari organisme pada faeces yang naik dari perineum uretra dan
        kandung kemih, serta menempel pada permukaan mucosa.
    2. Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap .
    3. Gangguan status metabolis (diabetes).
    4. Refluks uretrovesikel ® refluks (aliran balik) urine dari uretra ke dalam kandung
        kemih.
    5. Refluks uretrovesikel ®dapat disebabkan o/ disfungsi leher kandung kemih uretra.
        Uretrovesikel atau refluks uretrovesikel ® aliran balik urin dari kandung kemih ke
        dlm kedua ureter.
    6. Kontaminasi fekal.
    7. Hubungan seksual ® berperan masuknya organisme dari perineum ke dalam
        kandung kemih.
    8. Pemasangan alat ke dalam traktus urinarius
    9. Statis urine
2. C. Patofisiologi
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari
perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar
infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan
mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui
berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.

Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap,
gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan imunosupresi meningkatkan
resiko infeksi saluran kemih dengan cara mengganggu mekanisme normal. Infeksi saluran
kemih dapat dibagi menjadi sistisis dan pielonefritis.
Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut
juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua
ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada
individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi
dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung
kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gnoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal ; uretritis yang
tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia
frakomatik atau urea plasma urelytikum. Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas)
merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau
kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun
ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran darah
; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %.
1. D. Macam-macam ISK :
    1. Uretritis (uretra)
   2. Sistisis (kandung kemih)
   3. Pielonefritis (ginjal)
Gambaran Klinis :
Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
1. Mukosa memerah dan oedema
2. Terdapat cairan eksudat yang purulent
3. Ada ulserasi pada urethra
4. Adanya rasa gatal yang menggelitik
5. morning sign
6. Adanya nanah awal miksi
7. Nyeri pada saat miksi
8. Kesulitan untuk memulai miksi
9. Nyeri pada abdomen bagian bawah.
   Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
1. Disuria (nyeri waktu berkemih)
2. Peningkatan frekuensi berkemih
3. Perasaan ingin berkemih
4. Adanya sel-sel darah putih dalam urin
5. Nyeri punggung bawah atau suprapubic
6. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
   Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri pinggang
4. Disuria
Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut,
tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.
1. E. Manifestasi Klinis
    1. Bakteriuria
   2. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (sistisis)
   3. Hematuria
   4. Nyeri punggung
   5. Demam
   6. Menggigil, nyeri ketika berkemih
   7. Terdesak kencing (urgency), disuria
2. F. Komplikasi :
   Pembentukan Abses ginjal atau perirenal.
   Gagal ginjal
1. G. Pemeriksaan diagnostik
v Urinalisis
   Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih.
   § Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
v Bakteroilogis
   Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
   102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.
   Biakan bakteri
   Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.
1. H. Pengobatan penyakit ISK
   1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
      1. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis.
2. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis.
       3. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin.
       4. Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap
          cotrimoxazole.
       5. Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada
          anak-anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.
       6. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka
          diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
       7. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
          microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari
          depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri
          faeces.




                       KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. A. Pengkajian
    1. 1. Aktivitas / istirahat
    · Gejala         : pekerjaan mononton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi. keterbatasan aktivitas atau imobilisasi sehubungan dengan
kondisi sebelumnya.
1. 2. Sirkulasi
Tanda               : peningkatan tekanan darah, nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal).
kulit hangat dan kemerahan, pucat.
1. 3. Eliminasi
    · Gejala           : adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
(kalkulus). penurunan keluaran urine, kandung kemih penuh.
rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
    · Tanda            : poliguria, hematuria, piuria.
perubahan pola berkemih.
1. 4. Makanan / Cairan
    · Gejala           : mual dan muntah, nyeri tekan abdomen
diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan fosfat
ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup
    · Tanda            : distensi abdominal,penurunan/ tak adanya bising usus
muntah
1. 5. Nyeri / kenyamanan
    · Gejala           : episode akut, nyeri akut, nyeri kolik. lokasi tergantung pada
lokasi batu, contoh pada panggul di regio sudut kostavertebra, dapat menyebar ke
punggung abdomen, (lipat paha atau genetelia) ngeri dangkal konstan menunjukkan
kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. nyeri dapat di gambarkan sebagai akut, hebat,
tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
    · Tanda            : melindungi, perilaku distraksi
nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
1. 6. Keamanan
    · Gejala           : penggunaan alkohol
demam, menggigil.
1. B. Diagnosa Keperawatan.
    1. Nyeri yang berhubungan dengan ISK.
   2. Penyebaran Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.
   3. Ansietas berhubungan dengan koping yang tidak efektif.
   4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
      penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
2. C. Intervensi
   1. Nyeri yang berhubungan dengan ISK
Kriteria Hasil :
-     Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.

-     Kandung kemih tidak tegang

-     Pasien nampak tenang

-     Ekspresi wajah tenang

Intervensi :
1. Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri.
Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi

1. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot

1. Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih

1. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri

1. Penyebaran Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.
Kriteria Hasil :
-     Tanda vital dalam batas normal

-     Nilai kultur urine negatif

-     Urine berwarna bening dan tidak bau

Intervensi :
1. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C.
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh

1. Catat karakteristik urine
Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari
hasil yang diharapkan.

1. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih.
Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.

1. Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
   Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi
   uretra.
2. Ansietas berhubungan dengan koping yang tidak efektif.
Kriteria hasil :
- Klien tidak gelisah

- Klien tenang
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan
Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien

1. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan
pengobatan

1. Beri dorongan spiritual
Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME. Beri support
pada klien

1. Beri penjelasan tentang penyakitnya
Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.

1. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
   penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
Kriteria hasil :
-     Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan

Intervensi :
1. Berikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan, jadwal, dan
    kemungkinan efek samping.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang memungkinkan membuat
pilihan berdasarkan informasi.

1. Anjurkan melakukan aktifitas biasanya secara bertahap sesuai toleransi, dan sediakan
   waktu untuk istrahat adekuat.
Rasional : menjaga kelemahan dan meningkatkan perasaan sehat.
D. Evaluasi
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang
hendak dicapai yakni apakah terdapat :

1. Nyeri yang menetap atau bertambah
2. Perubahan warna urine
3. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing,
   menetes setelah berkemih.
BAB III
                                         PENGKAJIAN


                                             BAB III
                                     TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
  I.   Identitas
       Nama                          : An. N
       Alamat                        : SiLIMBAT
       Tempat / tanggal lahir        :SILIMBAT, 5 januari 2012
       Usia                          : 7 bulan
       Tanggal masuk rumah sakit     : 2 Juli 2012
       Ruangan                       : ZAAL X
       Nama ayah                     : Tn. F.P
       Ibu                           : Ny. K.S
       Pekerjaan ayah                : Bertani
       Umur                          : 34 tahun

       Ibu                           : Bertani
       Pendidikan ayah               : SMA

       Ibu                           : SMA
       Suku/bangsa                   : batak/indonesia
       Agama                         : kristen protestan
       Alamat                        : silimbat.
 II.   Keluhan Utama
       Satu minggu yang lalu pasien demam,. Sewaktu pasien demam ibu membawa Pasien
       berobat keklinik tetapi sudah 5 hari tidak ada perubahan sehingga pasien dibawa ke
       rumah sakit balige dengan keluhan demam 38,2C, nyeri tekan pada abdomen.
       mengeluarkan nanah pada saat pertama miksi.
III.   Riwayat masa lalu
       Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti yang dialami saat ini dan tidak pernah
       dirawat di rumah sakit, tidak ada alergi pada makanan dan obat-obatan imunisasi lengkap
       (BCG,DPT,I,II,III, polio I,II,III, dan campak)
IV.     Riawat kesehatan saat ini
        Keluhan yang dirasakan pasien saat ini pasien demam suhu 38,2, nyeri tekan pada
        abdomen, keluar nanah pada saat miksi pertama. Hal yang dilakukan untuk memperbaiki
        keadaan, pasien diberikan terapi analgesik untuk memblokir lintasan nyeri.
        Riawat kesehatan keluarga
        Pasien anak ke dua bersaudara. Orang tua dan saudara kandung tidak ada mengalami
        penyakit seperti yang dialami saat ini.




 V.     Genogram




KET :
                : Laki – laki
        Laki laki         : Perempuan
                : Klien
        perempuan
        klien
VI.     Riwayat sosial
        Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya mulai dari lahir sampai saat ini. Hubungan dengan
        anggota keluarga baik karena anggota keluarga pasien datang menjenguk asien dan
        ditunggui oleh keluarga.


VII.    Pemeriksaan fisik
        Dilakukan pada tanggal/jam : 2 juli 2012 jam 09.30 wib
        A. Keadaan umum          : lemah
           Kesadaran             : compos mentis
           Tanda-tanda vital     : RR : 28x/menit
                                   Pols 100x/menit
                                   Suhu 38,2 C
Berat badan sebelum masuk rumah sakit 5,6 kg
                          Berat badan sesudah masuk rumah sakit 5,2 kg
B. Pemeriksaan Head To Toe
   1. Kepala :
      Bentuk kepala bulat, warna rambut pirang, bentuk rambut lurus, kulit kepala
      bersih, ubun-ubun masih lembek.
   2. Wajah :
      Bentuk wajah oval, simetris kiri dan kanan dan tidak ada kelainan
   3. Mata :
      Mata tidak ikterus, pupil isokhor, mata kiri dan kanan simetris, tidaknada tanda-
      tanda infeksi, air mata ada, pergerakan mata normal.
   4. Hidung :
      Hidung tidak ada kelainan struktur, tidak ada polip, pendarahan tidak ada dan
      tidak ada pembengkakan, cupping hidung ada.
   5. Telinga :
      Tidak ada dijumpai kelainan struktur, serumen ada dalam batas normal, cairan
      tidak ada. Peradangan tidak ada, smetris kiri dan kanan.
   6. Mulut :
      Rongga mulut bersih dan tidak ada peradangan, dan pendarahan, refleks mengisap
      ada.




   7. Leher :
      Tonsi tidak ada pembengkakan kelenjar thiroid tidak bengkak, tekanan vena
      jugularis tidak meninggi.
   8. Dada :
      Bentuk simetris kiri dan kanan, puting susu ada, bunyi napas ronchi basah.
   9. Abdomen :
      Bentuk simetris kiri dan kanan, hepar tidak teraba, dan nyeri tekan pada abdomen.
   10. Integument/kulit
      Turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang
   11. Sistem pernapasan
      Pernapasan tidak normal, bernapas dengan cupping hidung, oksigen terasang
      2liter/menit
   12. Sistem kardiovaskuler
      Nyeri dada tidak ada, denyut jantung renguler, tdak dijumpai palpitasi
   13. Sistem pencernaan
      Pada sistem pencernaan tidak ada mualdan muntah, tidak terpasang NGT.
   14. Sistem reproduksi
      Organ seksual laki-laki, tidak ada pendarahan, tidak ada pembengkakan pada alat
      kelamin,terdapat pus pada saat pertama kali miksi di pagi hari.
   15. Ekstremitas
Ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan ditangan sebelah kanan terpasang
               infus RL30 tetes/menit
VIII.   Pola kebiasaan sehari-hari
        1. Nutrisi
           a. Makanan
               Sebelum masuk rumah sakit pola makan 3x sehari, jenis makanan bubur makanan
               pantangan tidak ada dan sesudah masuk rumah sakit pola makan 3 x sehari
               dengaa diet bubur, nafsu makan berkurang, porsi yang disediakan tidak habis.




           b. Cairan
               Sebelum masuk rumah sakit pola minum sebanyak 500 cc setelah masuk rumah
               sakit sebanyak 200 cc, ASI diberikan 6x/hari dan susu buatan 100 cc sehari dan
               ditangan sebelah kiri terasang infus RL30 tetesx/menit
        2. Eliminasi
           a. Buang air besar
               Sebelum masuk rumah sakit pola BAB 1-2x/hari, konsistensi lembek, warna
               kuning. Setelah masuk rumah sakit pola BAB 1 x/hari konsistensi lembek dan
               berwarna kuning.
           b. Buang air kecil
               Sebelum masuk rumah sakit pola BAK 7-9 x/hari, warna uri keruh. Setelah masuk
               rumah sakit pola BAK 5-7 x/hari dan ada kelainan dan warnah urin keruh
               bercampur nanah.
        3. Istirahat/tidur
           Sebelum masuk rumah sakit pola tidur 9jam/hari, tidur siang 2-3jam/hari. Setelah
           masuk rumah sakit kebiasaan tidur siang 1-2 jam/hari dan kebiasaan tidur malam 4-
           5jam/hari dan pasien sering sukar tidur. Yang dilakukan mengatasinya ibu
           memberikan ASI.
        4. Kebersihan persorangan
           Sebelum masuk rumah sakit pasien mandi 2x/hari, cuci rambut 1x/hari, ganti pakaian
           1x/hari. Setelah masuk rumah sakit pasien dilap 1 x sehari, cuci rambut 1x2 hari dan
           ganti pakaian i x sehari.
 IX.    Hasil pemeriksaan diagnostik

           Pemeriksaan                   hasil                           normal
          Haemoglobin                   10,4 gram%                       LK : 14-18gr%
                                                                         PR : 12-16 gr%
          Leukosit                      15.000/mm3                       4000-10000/mm3
X.    Therapi Medis /pengobatan
              Infus RL 30 tetes/menit
              Injeksi Cefotaxime 250 gr/8jam
              Paracetamol tablet 80 mg,B6, B1 (kalau perlu)
              Injeksi ranitidine 20 mg / 8 jam


XI.   Analisa Data
      No                       Data                           Etiologi        Masalah

      1     DS :                                       ISK               nyeri
            DO: Pasien lemah, HR 100x/menit,
            demam 38,2C, pasien tampak tidak
            tenang dengan keadaan nya sekarang,
            leukosit 12.000/mm3, ,.
      2     DS :                                         Intake yang     Gangguan
             DO : pasien lemah                                kurang     pemenuhan
               Nafsu makan berkurang                                     kebutuhan nutrisi
            Porsi yang disediakan tidak habis
            Diet bubur
            Berat badan sebelum 5,4kg
            Berat badan sekarang 5 kg
            Hb 10,4 gr %
      3     DS :    -                                  koping tidak      ansietas
            DO: pasien lemah                           efektif
            Pasien tidak mau bergerak gerak, pasien
            di bantu orang tua dan perawat untuk
            memberikan semua kebutuhan anak.


      B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
      1. nyeri berhubungan dengan ISK ditandai dengan pasien lemah, Pasien lemah, HR
           100x/menit, demam 38,2C, pasien tampak tidak tenang dengan keadaan nya sekarang,
           leukosit 12.000/mm3
      2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang
           ditandai dengan nafsu makan berkurang , porsi yang disediakan tidak habis, diet
           bubur, berat badan sebelum 5,4 kg, berat badan sekarang 5,2 kg, Hb 10,4 gr%
      3. ansietas berhubungan dengan koping tidak efektif di tandai dengan pasien lemah
           Pasien tidak mau bergerak gerak, pasien di bantu orang tua untuk memberikan semua
           kebutuhan anak nya.


      C. Perencanaan Imlementasi, Evaluasi
           Diagnosa keperawatan I.
1.          nyeri berhubungan dengan ISK ditandai dengan pasien lemah, Pasien
     lemah, HR 100x/menit, demam 38,2C, pasien tampak tidak tenang dengan
     keadaan nya sekarang, leukosit 12.000/mm3


Tujuan                : nyeri hilang atau berkurang
Kriteria, hasil       : nyeri tidak ada
Intervensi
1. Kaji lokasi nyeri
2. Monitor vital sign
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian dan obat-obatan

Rasionalisasi
1. Dengan mengkaji lokasi nyeri dapat di ketahui lokasi dan kualitas nyeri




Implementasi
1. Mengkaji lokasi nyeri
2. Mencatat kualitas nyeri
3. Monitor vital sign
4. Memberikan obat injeksi ranitidine dan injeksi cefotaxime

Evaluasi : masalah belum teratasi


Diagnosa keperawatan II.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhunbungan dengan intake yang kurang
ditandai dengan nafsu makan berkurang orsi yang disediakan tidak habis, diet bubur,
BB sebelum 5,6 kg, Bbsekarang 5 kg, Hb 10,4 gr%
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : - porsi makanan yang disediakan habis
                  -    Selera makan ada
                  -    Berat badan ideal

Intervensi :
1. Beri pasien makanan dalam keadaan hangat
2. Beri obat sesuai anjuran dokter
3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet.
4. Anjurkan ibu untuk pemberian ASI dan PASI.

Rasionalisasi
1. Dengan memberikan makanan dalam keadaan hangat dapat meningkatkan selera
     makan.
2. Dengan memberikan obat diharaf nafsu makan meningkat
3. Dengan pemberian diet kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4. Dengan memberikan ASI diharapkan dapat menambah nutrisi
Implementasi :
1. Memberikan makan pasien dalam keadaan hangat.
2. Memberikan obat sesuai dengan anjuran dokter.
3. Memberikan diet bubur
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI dan PASI



Evaluasi :
Masalah belum teratasi


Diagnosa keperawatan III.
ansietas berhubungan dengan koping tidak efektif di tandai dengan pasien lemah
Pasien tidak mau bergerak gerak, pasien di bantu orang tua untuk memberikan semua
kebutuhan anak nya.
Tujuan :
1. Kaji penyebab pasien ansietas.
2. Anjurkan kepada ibu pasien untuk memberikan ASI
3. Batasi jam bertamu dan jumlah pengunjung

Rasionalisasi :
1. Mengkaji penyebab ansietas diharapkan dapat mengetahui penyebab pasien
     ansietas.
2. Memberikan ASI pada pasien saat pasien menangis diharakan pasien tidak
     menangis
3. Membatasi jam bertamu daat menciptakan suasana yang tenang dan pasien dapat
     tidur.

Implementasi :
1. Mengkaji penyebab pasien ansietas
2. Menganjurkan pada ibu pasien untuk memberikan ASI
3.   Membatasi jam bertamu dan jumlah pengunjung

Evaluasi :
Masalah belum teratasi
BAB IV
                                         PEMBAHASAN
       Setelah penulis menerapkan asuhan keperawatan anak pada pasien An. N dengan
gangguan sistem perkemihan infekesi saluran perkemihan di ruangan Zaal D Rumah Sakit
HKBP BALIGE, maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus
serta faktor penghambat dan pendukung mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
           4.1 Pengkajian

              Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengenal
       masalah pasien, dalam tahap ini data diperoleh melalui pemeriksaan fisik (inspeksi,
       palpasi, perkusi, dan auskultasi), observasi dan wawancara langsung terhadap keluarga
       dan tim kesehatan sehingga permasalahan pasien baik secara bio, psiko, sosial, dan
       spritual dapat dikumpulkan secara menyeluruh.
              Pada tahap pengkajian ISK data dasar secara teori adalah aktivitas/istirahat,
       sirkulasi, integritas ego, makanan/ cairan, neurosensori, nyeri/kenyamanan, pernafasan,
       keamanan, penyuluhan/pembelajaran. Pada kasus tidak dilakukan pengkajian sirkulasi
       integritas ego, neurosensori. Ini tidak dilakukan pengkajian karena tidak ada tanda- tanda
       yang mendukung ke arah tersebut. Integritas ego tidak dapat dikaji karena usia pasien
       yang masih muda (7 bulan).
              Pada pemeriksaan diagnostik secara teori dilakukan foto toraks dan laboratorium
       yaitu pemeriksaan leukosit.
           4.2 Diagnosa Keperawatan

              Secara teori diagnosa keperawatan sebanyak 5 diagnosa dan secara kasus ada 3
       diagnosa keperawatan.
              Adapun diagnosa keperawatan yang ada di teori tetapi tidak ada dikasus adalah:

              a. Penyebaran Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada
                 saluran kemih.


              b. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
                 tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di
                 rumah.


           Diagnosa keperawatan yang ada di kasus tetapi tidak ada di teori ;
       1. Gangguan pemenuhan intake dan out put .
           Hal ini tidak ada ditemukan karena adanya ditemukan data- data yang mendukung
           dalam gangguan pemenuhan nutrisi..

           4.3 Perencanaan
              Pada tahap pelaksanaan penulis tidak menemukan kesulitan dalam merencanakan
       asuhan keperawatan karena perencanaan yang telah ditetapkan sesuai dan adanya kerja
       sama yang baik antara perawat sehingga sangat mendukung dalam penerapan asuhan
       keperawatan.
4.4 Pelaksanaan

             Pada tahap pelaksanaan penulis tidak menemukan kesulitan dalam peaksanaan
      asuhan keerawatan karena pelaksana sesuai dengan rencana tindakan yang telah
      ditetapkan dan ada kerja sama yang baik antara perawat, tim medis, partisipasi pasien,
      dan keluarga yang sangat kooperatif dengan perawat sehingga sangat mendukung dalam
      penerapan asuhan keperawatan.
             4.5 Evaluasi
      Pada tahap evaluasi dari 3 diagnosa keperawatan semua masalah dapat dapat teratasi
      yaitu sesak hilang, kebutuhan nutrisi terpenuhi, kebutuhan tidur terpenuhi. Dan penulis
      memberi penyuluhan keada keluarga tentang perawatan pasien ISK.




                                           BAB V
                               KESIMPULAN DAN SARAN
      Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan Anak pada U.P dengan sistem
perkemihan. penulis mengambil kesimpulan dan saran semoga dapat menjadi pertimbangan
dalam pelaksanan Asuhan Keperawatan dimasa yang akan datang, khususnyapada pasien ISK.
      5.1 Kesimpulan
      1. Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
          adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih
      2. Selama pengkajian yang penulis lakukan pasien sangat membantu dalam engumulan
          data-data sehingga data-data dapat terkumpul dengan baik dan ditegakkan diagnosa
          keperawatan dengan baik dan benar.
      3. Dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan secara teoritis dapat dilaksanakan dengan
          baik pada pasien An.n, sehingga masalah ada pasien dapat diatasi .
      4. Pada tahap evaluasi dari tiga diagnosa keperawatan yang dijumpai semua
      5. masalah dapat diatasi dengan baik
5.2 Saran
1. kepada keluarga diharapkan supaya tindakan keperawatan yang dilakukan di rumah
   dalam menjaga kesehatan.
2. kepada perawat dan tim kesehatan lainnya daat bekerja sama dengan baik dalam
   menerapkan asuhan keperawatan sehingga masalah yang dihadapi asien daat diatasi
   dengan baik.
no   Dx kep   intervensi                                         rsionalisasi                                      implementasi                                evaluasi
1.   I                     1. Kaji lokasi nyeri                                 1. Dengan     mengkaji   lokasi            1. Mengkaji lokasi nyeri            S: os mengatakan nyeri
                                                                                                                      2. Mencatat kualitas nyeri               berkurang
                           2. Monitor vital sign                                   nyeri dapat di ketahui lokasi
                                                                                                                      3. Monitor          vital           sign O: tidak ada nyeri tekan
                           3. Kolaborasi            dengan                         dan kualitas nyeri                                                          pada abdomen
                                                                                                                          HR : 100x/i                          A: masalah teratasi sebagian
                              dokter                    dalam                                                                                                  P: intervensi di lanjutkan
                                                                                                                      4. Memberikan obat injeksi ranitidine
                              pemberian dan obat-                                                                         dan injeksi cefotaxime
                              obatan


2.   II                    1. Beri pasien makanan                               1. Dengan        memberikan                   1. Memberikan makan pasien S : os mengatakan sudah
                                                                                   makanan dalam keadaan                                                selera makan
                               dalam keadaan hangat                                                                               dalam keadaan hangat. O: BB naik dari 5 kg menjadi
                                                                                   hangat dapat meningkatkan
                           2. Beri         obat         sesuai                                                                2. Memberikan obat sesuai 5,3 kg
                                                                                   selera makan.                                                        A : masalah teratasi
                               anjuran dokter                                                                                    dengan anjuran dokter. P: intervensi dilanjutkan
                                                                        2. Dengan memberikan obat
                           3. Kolaborasi dengan ahli                    diharaf nafsu makan meningkat                         3. Memberikan diet bubur
                               gizi dalam pemberian                  3. Dengan pemberian diet kebutuhan                       4. Menganjurkan ibu untuk
                               diet.                                     nutrisi terpenuhi.                                       tetap memberikan ASI dan
                           4. Anjurkan        ibu       untuk        4. Dengan           memberikan        ASI                    PASI
                               pemberian          ASI     dan            diharapkan dapat menambah nutrisi
                               PASI.


3    III                   1. Kaji penyebab pasien                              1. Mengkaji penyebab ansietas                 1. Mengkaji penyebab pasien S: os mengatakan sudah
                                                                                   diharapkan          dapat                                                  biasa dengan lingkungan
                               ansietas.                                                                                          ansietas                    RUMAH SAKIT
                                                                                   mengetahui       penyebab
                           2. Anjurkan kepada ibu                                                                             2. Menganjurkan      pada   ibu O: os tidak menagis lagi.
                                                                                   pasien ansietas.                                                           A: masalah teratasi
pasien           untuk   2. Memberikan ASI pada                pasien untuk memberikan P : intervensi dihentikan
   memberikan ASI              pasien saat pasien menangis        ASI
                               diharakan pasien tidak
3. Batasi   jam   bertamu                                    3.   Membatasi jam bertamu
                               menangis
   dan             jumlah   3. Membatasi jam bertamu              dan jumlah pengunjung
   pengunjung                  daat menciptakan suasana
                               yang tenang dan pasien
                               dapat tidur.
ASUHAN KEPERWATAN
no   Dx kep    intervensi                                     rsionalisasi                                      implementasi                                evaluasi
1.   I                      4. Kaji lokasi nyeri                             4. Dengan     mengkaji   lokasi            2. Mengkaji lokasi nyeri            S: os mengatakan nyeri
                                                                                                                   5. Mencatat kualitas nyeri               berkurang
                            5. Monitor vital sign                               nyeri dapat di ketahui lokasi
                                                                                                                   6. Monitor          vital           sign O: tidak ada nyeri tekan
                            6. Kolaborasi          dengan                       dan kualitas nyeri                                                          pada abdomen
                                                                                                                       HR : 100x/i                          A: masalah teratasi
                               dokter                dalam                                                                                                  P: intervensi di hentikan
                                                                                                                   7. Memberikan obat injeksi ranitidine
                               pemberian dan obat-                                                                     dan injeksi cefotaxime
                               obatan


2.   II                     5. Beri pasien makanan                           1. Dengan        memberikan                   5. Memberikan makan pasien S : os mengatakan sudah
                                                                                makanan dalam keadaan                                                selera makan
                                dalam keadaan hangat                                                                           dalam keadaan hangat. O: BB naik dari 5 kg menjadi
                                                                                hangat dapat meningkatkan
                            6. Beri     obat         sesuai                                                                6. Memberikan obat sesuai 5,3 kg
                                                                                selera makan.                                                        A : masalah teratasi
                                anjuran dokter                                                                                dengan anjuran dokter. P: intervensi dihentikan
                                                                     2. Dengan memberikan obat
                            7. Kolaborasi dengan ahli                diharaf nafsu makan meningkat                         7. Memberikan diet bubur
                                gizi dalam pemberian              5. Dengan pemberian diet kebutuhan                       8. Menganjurkan ibu untuk
                                diet.                                 nutrisi terpenuhi.                                       tetap memberikan ASI dan
                            8. Anjurkan     ibu      untuk        6. Dengan           memberikan        ASI                    PASI
                                pemberian      ASI     dan            diharapkan dapat menambah nutrisi
                                PASI.


3    III                    4. Kaji penyebab pasien                          1. Mengkaji penyebab ansietas                 4. Mengkaji penyebab pasien S: os mengatakan sudah
                                                                                diharapkan          dapat                                                    biasa dengan lingkungan
ansietas.                      mengetahui         penyebab        ansietas              RUMAH SAKIT
                                  pasien ansietas.                                         O: os tidak menagis lagi.
5. Anjurkan kepada ibu                                          5. Menganjurkan pada ibu A: masalah teratasi
                               2. Memberikan ASI pada
   pasien              untuk                                       pasien untuk memberikan P : intervensi dihentikan
                                  pasien saat pasien menangis
   memberikan ASI                 diharakan pasien tidak             ASI
6. Batasi      jam   bertamu      menangis                      6.   Membatasi jam bertamu
                               3. Membatasi jam bertamu
   dan                jumlah                                         dan jumlah pengunjung
                                  daat menciptakan suasana
   pengunjung                     yang tenang dan pasien
                                  dapat tidur.

More Related Content

What's hot (15)

Leaflet isk
Leaflet iskLeaflet isk
Leaflet isk
 
Sistitis
SistitisSistitis
Sistitis
 
Makalah isk
Makalah iskMakalah isk
Makalah isk
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Sap infeksi salurah kemih
Sap infeksi salurah kemihSap infeksi salurah kemih
Sap infeksi salurah kemih
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemihInfeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemihInfeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih
 
Askep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.EgasAskep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.Egas
 
kelompok199
kelompok199kelompok199
kelompok199
 
Sistitis
SistitisSistitis
Sistitis
 
Definisi
DefinisiDefinisi
Definisi
 
Etiologi isk
Etiologi iskEtiologi isk
Etiologi isk
 

Similar to ISK BAB I (20)

131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA Askep isk AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Satpel isk
Satpel iskSatpel isk
Satpel isk
 
Satpel isk
Satpel iskSatpel isk
Satpel isk
 
Presentasi cysdtitis
Presentasi cysdtitisPresentasi cysdtitis
Presentasi cysdtitis
 
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Etiologi isk
Etiologi iskEtiologi isk
Etiologi isk
 
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
12047606asdasd5-Infeksi-Saluran-Kemih.ppt
12047606asdasd5-Infeksi-Saluran-Kemih.ppt12047606asdasd5-Infeksi-Saluran-Kemih.ppt
12047606asdasd5-Infeksi-Saluran-Kemih.ppt
 
Laporan pendahuluan-peritonitis
Laporan pendahuluan-peritonitisLaporan pendahuluan-peritonitis
Laporan pendahuluan-peritonitis
 
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Patofisiologi isk
Patofisiologi iskPatofisiologi isk
Patofisiologi isk
 
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
3. bartolinitis & infeksi kelenjar skene
 
Askep uretritis
Askep uretritisAskep uretritis
Askep uretritis
 
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
 

More from heri damanik

Penyuluhan personal higin makanan bergizi
Penyuluhan personal higin makanan bergiziPenyuluhan personal higin makanan bergizi
Penyuluhan personal higin makanan bergiziheri damanik
 
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urbanAsuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urbanheri damanik
 
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansiaAsuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansiaheri damanik
 
Asuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilan
Asuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilanAsuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilan
Asuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilanheri damanik
 
Askep komunitas penyakit menular
Askep komunitas penyakit menularAskep komunitas penyakit menular
Askep komunitas penyakit menularheri damanik
 
Rematoid artritis lansia
Rematoid artritis lansiaRematoid artritis lansia
Rematoid artritis lansiaheri damanik
 
Prosedur pengambilan sample
Prosedur pengambilan sampleProsedur pengambilan sample
Prosedur pengambilan sampleheri damanik
 
Pengkajian katarak
Pengkajian katarakPengkajian katarak
Pengkajian katarakheri damanik
 
4a florence nightingale
4a florence nightingale4a florence nightingale
4a florence nightingaleheri damanik
 
Proposal terapi aktivitas kelompok
Proposal terapi aktivitas kelompokProposal terapi aktivitas kelompok
Proposal terapi aktivitas kelompokheri damanik
 
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinSistem pencernaan atau sistem gastroinstestin
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinheri damanik
 
Pengertian air dan syarat
Pengertian air dan syaratPengertian air dan syarat
Pengertian air dan syaratheri damanik
 

More from heri damanik (20)

Penyuluhan personal higin makanan bergizi
Penyuluhan personal higin makanan bergiziPenyuluhan personal higin makanan bergizi
Penyuluhan personal higin makanan bergizi
 
Hiv aids smu
Hiv aids smuHiv aids smu
Hiv aids smu
 
Dm bab 1 5
Dm bab 1 5Dm bab 1 5
Dm bab 1 5
 
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urbanAsuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
 
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansiaAsuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
 
Asuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilan
Asuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilanAsuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilan
Asuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilan
 
Askep komunitas penyakit menular
Askep komunitas penyakit menularAskep komunitas penyakit menular
Askep komunitas penyakit menular
 
Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5
 
Rematoid artritis lansia
Rematoid artritis lansiaRematoid artritis lansia
Rematoid artritis lansia
 
Uks
UksUks
Uks
 
Riset keperawatan
Riset keperawatanRiset keperawatan
Riset keperawatan
 
Prosedur pengambilan sample
Prosedur pengambilan sampleProsedur pengambilan sample
Prosedur pengambilan sample
 
Puskesmas
PuskesmasPuskesmas
Puskesmas
 
Pengkajian
PengkajianPengkajian
Pengkajian
 
Pengkajian katarak
Pengkajian katarakPengkajian katarak
Pengkajian katarak
 
4a florence nightingale
4a florence nightingale4a florence nightingale
4a florence nightingale
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Proposal terapi aktivitas kelompok
Proposal terapi aktivitas kelompokProposal terapi aktivitas kelompok
Proposal terapi aktivitas kelompok
 
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinSistem pencernaan atau sistem gastroinstestin
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin
 
Pengertian air dan syarat
Pengertian air dan syaratPengertian air dan syarat
Pengertian air dan syarat
 

ISK BAB I

  • 1. BAB I 1.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umu, kurang lebih 5 – 15 %. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemiha, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998) Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI paa pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius. 1.2 Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan keperawatan PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan. 1.2.2. Tujuan Khusus a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien dengan gangguan sistem perkemihan dengan ISK. b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sisitem perkemihan c. Dapat membuat perencanaan pada klien pada klien dengan gangguan sisitem perkemihan d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan. e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan. 1.3 Manfaat 1. Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan pada klien dengan gangguan sisitem perkemihan 2. Asuhan keperawatan akan memberi wawasan kepada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar tentang masalah klien gangguan sistem perkemihan.
  • 2. 1.4 Sistematika Untuk memberi gambaran pada pembaca mengenai keseluruhan isi maka penulis menyusun proposal ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut yaitu : Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan pustaka, terdiri dari definisi, anatomi, patofisiologi, dampak masalah dan asuhan keperawatan. Bab III : Tinjauan kasus merupakan uraian yang menampilkan asuhan keperawatan terhadap penderita secara nyata yang sistematikanya disusun sesuai bab II Bab IV : Mengupas kesenjangan antara teori dan fakta yang ada untuk mencari jawaban atas tujuan penulisan Bab V : Penutup mengutarakan kesimpulan dari uraian, pembahasan, jawaban terhadap tujuan penulisan dan beberapa penyampaian saran, ada dua sub bab kesimpulan dan saran yaitu kesimpulan dan saran dari bagian akhir penulisan ini dicantumkan daftar pustaka. BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 DEFENISI 1. A. Pengertian Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001). Infeksi saluran kemih adalah berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
  • 3. Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius. 1. B. Etiologi 1. Dapat berasal dari organisme pada faeces yang naik dari perineum uretra dan kandung kemih, serta menempel pada permukaan mucosa. 2. Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap . 3. Gangguan status metabolis (diabetes). 4. Refluks uretrovesikel ® refluks (aliran balik) urine dari uretra ke dalam kandung kemih. 5. Refluks uretrovesikel ®dapat disebabkan o/ disfungsi leher kandung kemih uretra. Uretrovesikel atau refluks uretrovesikel ® aliran balik urin dari kandung kemih ke dlm kedua ureter. 6. Kontaminasi fekal. 7. Hubungan seksual ® berperan masuknya organisme dari perineum ke dalam kandung kemih. 8. Pemasangan alat ke dalam traktus urinarius 9. Statis urine 2. C. Patofisiologi Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi. Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan imunosupresi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dengan cara mengganggu mekanisme normal. Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi sistisis dan pielonefritis. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter. Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop. Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gnoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal ; uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum. Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %. 1. D. Macam-macam ISK : 1. Uretritis (uretra) 2. Sistisis (kandung kemih) 3. Pielonefritis (ginjal) Gambaran Klinis :
  • 4. Uretritis biasanya memperlihatkan gejala : 1. Mukosa memerah dan oedema 2. Terdapat cairan eksudat yang purulent 3. Ada ulserasi pada urethra 4. Adanya rasa gatal yang menggelitik 5. morning sign 6. Adanya nanah awal miksi 7. Nyeri pada saat miksi 8. Kesulitan untuk memulai miksi 9. Nyeri pada abdomen bagian bawah. Sistitis biasanya memperlihatkan gejala : 1. Disuria (nyeri waktu berkemih) 2. Peningkatan frekuensi berkemih 3. Perasaan ingin berkemih 4. Adanya sel-sel darah putih dalam urin 5. Nyeri punggung bawah atau suprapubic 6. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah. Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala : 1. Demam 2. Menggigil 3. Nyeri pinggang 4. Disuria Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal. 1. E. Manifestasi Klinis 1. Bakteriuria 2. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (sistisis) 3. Hematuria 4. Nyeri punggung 5. Demam 6. Menggigil, nyeri ketika berkemih 7. Terdesak kencing (urgency), disuria 2. F. Komplikasi : Pembentukan Abses ginjal atau perirenal. Gagal ginjal 1. G. Pemeriksaan diagnostik v Urinalisis Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih. § Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih. v Bakteroilogis Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria. Biakan bakteri Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik. 1. H. Pengobatan penyakit ISK 1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif. 1. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis.
  • 5. 2. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis. 3. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin. 4. Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap cotrimoxazole. 5. Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK. 6. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. 7. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. A. Pengkajian 1. 1. Aktivitas / istirahat · Gejala : pekerjaan mononton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. keterbatasan aktivitas atau imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya. 1. 2. Sirkulasi Tanda : peningkatan tekanan darah, nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). kulit hangat dan kemerahan, pucat. 1. 3. Eliminasi · Gejala : adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus). penurunan keluaran urine, kandung kemih penuh. rasa terbakar, dorongan berkemih, diare. · Tanda : poliguria, hematuria, piuria. perubahan pola berkemih. 1. 4. Makanan / Cairan · Gejala : mual dan muntah, nyeri tekan abdomen diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan fosfat ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup · Tanda : distensi abdominal,penurunan/ tak adanya bising usus muntah 1. 5. Nyeri / kenyamanan · Gejala : episode akut, nyeri akut, nyeri kolik. lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul di regio sudut kostavertebra, dapat menyebar ke punggung abdomen, (lipat paha atau genetelia) ngeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. nyeri dapat di gambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain. · Tanda : melindungi, perilaku distraksi nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi 1. 6. Keamanan · Gejala : penggunaan alkohol demam, menggigil. 1. B. Diagnosa Keperawatan. 1. Nyeri yang berhubungan dengan ISK. 2. Penyebaran Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih. 3. Ansietas berhubungan dengan koping yang tidak efektif. 4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
  • 6. 2. C. Intervensi 1. Nyeri yang berhubungan dengan ISK Kriteria Hasil : - Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih. - Kandung kemih tidak tegang - Pasien nampak tenang - Ekspresi wajah tenang Intervensi : 1. Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri. Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi 1. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran. Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot 1. Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih 1. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi. Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri 1. Penyebaran Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih. Kriteria Hasil : - Tanda vital dalam batas normal - Nilai kultur urine negatif - Urine berwarna bening dan tidak bau Intervensi : 1. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C. Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh 1. Catat karakteristik urine Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 1. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih. Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih. 1. Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering. Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra. 2. Ansietas berhubungan dengan koping yang tidak efektif. Kriteria hasil : - Klien tidak gelisah - Klien tenang
  • 7. Intervensi : 1. Kaji tingkat kecemasan Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien 1. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan 1. Beri dorongan spiritual Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME. Beri support pada klien 1. Beri penjelasan tentang penyakitnya Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya. 1. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah. Kriteria hasil : - Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan Intervensi : 1. Berikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan, jadwal, dan kemungkinan efek samping. Rasional : memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang memungkinkan membuat pilihan berdasarkan informasi. 1. Anjurkan melakukan aktifitas biasanya secara bertahap sesuai toleransi, dan sediakan waktu untuk istrahat adekuat. Rasional : menjaga kelemahan dan meningkatkan perasaan sehat. D. Evaluasi Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat : 1. Nyeri yang menetap atau bertambah 2. Perubahan warna urine 3. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.
  • 8. BAB III PENGKAJIAN BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian I. Identitas Nama : An. N Alamat : SiLIMBAT Tempat / tanggal lahir :SILIMBAT, 5 januari 2012 Usia : 7 bulan Tanggal masuk rumah sakit : 2 Juli 2012 Ruangan : ZAAL X Nama ayah : Tn. F.P Ibu : Ny. K.S Pekerjaan ayah : Bertani Umur : 34 tahun Ibu : Bertani Pendidikan ayah : SMA Ibu : SMA Suku/bangsa : batak/indonesia Agama : kristen protestan Alamat : silimbat. II. Keluhan Utama Satu minggu yang lalu pasien demam,. Sewaktu pasien demam ibu membawa Pasien berobat keklinik tetapi sudah 5 hari tidak ada perubahan sehingga pasien dibawa ke rumah sakit balige dengan keluhan demam 38,2C, nyeri tekan pada abdomen. mengeluarkan nanah pada saat pertama miksi. III. Riwayat masa lalu Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti yang dialami saat ini dan tidak pernah dirawat di rumah sakit, tidak ada alergi pada makanan dan obat-obatan imunisasi lengkap (BCG,DPT,I,II,III, polio I,II,III, dan campak)
  • 9. IV. Riawat kesehatan saat ini Keluhan yang dirasakan pasien saat ini pasien demam suhu 38,2, nyeri tekan pada abdomen, keluar nanah pada saat miksi pertama. Hal yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan, pasien diberikan terapi analgesik untuk memblokir lintasan nyeri. Riawat kesehatan keluarga Pasien anak ke dua bersaudara. Orang tua dan saudara kandung tidak ada mengalami penyakit seperti yang dialami saat ini. V. Genogram KET : : Laki – laki Laki laki : Perempuan : Klien perempuan klien VI. Riwayat sosial Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya mulai dari lahir sampai saat ini. Hubungan dengan anggota keluarga baik karena anggota keluarga pasien datang menjenguk asien dan ditunggui oleh keluarga. VII. Pemeriksaan fisik Dilakukan pada tanggal/jam : 2 juli 2012 jam 09.30 wib A. Keadaan umum : lemah Kesadaran : compos mentis Tanda-tanda vital : RR : 28x/menit Pols 100x/menit Suhu 38,2 C
  • 10. Berat badan sebelum masuk rumah sakit 5,6 kg Berat badan sesudah masuk rumah sakit 5,2 kg B. Pemeriksaan Head To Toe 1. Kepala : Bentuk kepala bulat, warna rambut pirang, bentuk rambut lurus, kulit kepala bersih, ubun-ubun masih lembek. 2. Wajah : Bentuk wajah oval, simetris kiri dan kanan dan tidak ada kelainan 3. Mata : Mata tidak ikterus, pupil isokhor, mata kiri dan kanan simetris, tidaknada tanda- tanda infeksi, air mata ada, pergerakan mata normal. 4. Hidung : Hidung tidak ada kelainan struktur, tidak ada polip, pendarahan tidak ada dan tidak ada pembengkakan, cupping hidung ada. 5. Telinga : Tidak ada dijumpai kelainan struktur, serumen ada dalam batas normal, cairan tidak ada. Peradangan tidak ada, smetris kiri dan kanan. 6. Mulut : Rongga mulut bersih dan tidak ada peradangan, dan pendarahan, refleks mengisap ada. 7. Leher : Tonsi tidak ada pembengkakan kelenjar thiroid tidak bengkak, tekanan vena jugularis tidak meninggi. 8. Dada : Bentuk simetris kiri dan kanan, puting susu ada, bunyi napas ronchi basah. 9. Abdomen : Bentuk simetris kiri dan kanan, hepar tidak teraba, dan nyeri tekan pada abdomen. 10. Integument/kulit Turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang 11. Sistem pernapasan Pernapasan tidak normal, bernapas dengan cupping hidung, oksigen terasang 2liter/menit 12. Sistem kardiovaskuler Nyeri dada tidak ada, denyut jantung renguler, tdak dijumpai palpitasi 13. Sistem pencernaan Pada sistem pencernaan tidak ada mualdan muntah, tidak terpasang NGT. 14. Sistem reproduksi Organ seksual laki-laki, tidak ada pendarahan, tidak ada pembengkakan pada alat kelamin,terdapat pus pada saat pertama kali miksi di pagi hari. 15. Ekstremitas
  • 11. Ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan ditangan sebelah kanan terpasang infus RL30 tetes/menit VIII. Pola kebiasaan sehari-hari 1. Nutrisi a. Makanan Sebelum masuk rumah sakit pola makan 3x sehari, jenis makanan bubur makanan pantangan tidak ada dan sesudah masuk rumah sakit pola makan 3 x sehari dengaa diet bubur, nafsu makan berkurang, porsi yang disediakan tidak habis. b. Cairan Sebelum masuk rumah sakit pola minum sebanyak 500 cc setelah masuk rumah sakit sebanyak 200 cc, ASI diberikan 6x/hari dan susu buatan 100 cc sehari dan ditangan sebelah kiri terasang infus RL30 tetesx/menit 2. Eliminasi a. Buang air besar Sebelum masuk rumah sakit pola BAB 1-2x/hari, konsistensi lembek, warna kuning. Setelah masuk rumah sakit pola BAB 1 x/hari konsistensi lembek dan berwarna kuning. b. Buang air kecil Sebelum masuk rumah sakit pola BAK 7-9 x/hari, warna uri keruh. Setelah masuk rumah sakit pola BAK 5-7 x/hari dan ada kelainan dan warnah urin keruh bercampur nanah. 3. Istirahat/tidur Sebelum masuk rumah sakit pola tidur 9jam/hari, tidur siang 2-3jam/hari. Setelah masuk rumah sakit kebiasaan tidur siang 1-2 jam/hari dan kebiasaan tidur malam 4- 5jam/hari dan pasien sering sukar tidur. Yang dilakukan mengatasinya ibu memberikan ASI. 4. Kebersihan persorangan Sebelum masuk rumah sakit pasien mandi 2x/hari, cuci rambut 1x/hari, ganti pakaian 1x/hari. Setelah masuk rumah sakit pasien dilap 1 x sehari, cuci rambut 1x2 hari dan ganti pakaian i x sehari. IX. Hasil pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan hasil normal Haemoglobin 10,4 gram% LK : 14-18gr% PR : 12-16 gr% Leukosit 15.000/mm3 4000-10000/mm3
  • 12. X. Therapi Medis /pengobatan Infus RL 30 tetes/menit Injeksi Cefotaxime 250 gr/8jam Paracetamol tablet 80 mg,B6, B1 (kalau perlu) Injeksi ranitidine 20 mg / 8 jam XI. Analisa Data No Data Etiologi Masalah 1 DS : ISK nyeri DO: Pasien lemah, HR 100x/menit, demam 38,2C, pasien tampak tidak tenang dengan keadaan nya sekarang, leukosit 12.000/mm3, ,. 2 DS : Intake yang Gangguan DO : pasien lemah kurang pemenuhan Nafsu makan berkurang kebutuhan nutrisi Porsi yang disediakan tidak habis Diet bubur Berat badan sebelum 5,4kg Berat badan sekarang 5 kg Hb 10,4 gr % 3 DS : - koping tidak ansietas DO: pasien lemah efektif Pasien tidak mau bergerak gerak, pasien di bantu orang tua dan perawat untuk memberikan semua kebutuhan anak. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. nyeri berhubungan dengan ISK ditandai dengan pasien lemah, Pasien lemah, HR 100x/menit, demam 38,2C, pasien tampak tidak tenang dengan keadaan nya sekarang, leukosit 12.000/mm3 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang ditandai dengan nafsu makan berkurang , porsi yang disediakan tidak habis, diet bubur, berat badan sebelum 5,4 kg, berat badan sekarang 5,2 kg, Hb 10,4 gr% 3. ansietas berhubungan dengan koping tidak efektif di tandai dengan pasien lemah Pasien tidak mau bergerak gerak, pasien di bantu orang tua untuk memberikan semua kebutuhan anak nya. C. Perencanaan Imlementasi, Evaluasi Diagnosa keperawatan I.
  • 13. 1. nyeri berhubungan dengan ISK ditandai dengan pasien lemah, Pasien lemah, HR 100x/menit, demam 38,2C, pasien tampak tidak tenang dengan keadaan nya sekarang, leukosit 12.000/mm3 Tujuan : nyeri hilang atau berkurang Kriteria, hasil : nyeri tidak ada Intervensi 1. Kaji lokasi nyeri 2. Monitor vital sign 3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian dan obat-obatan Rasionalisasi 1. Dengan mengkaji lokasi nyeri dapat di ketahui lokasi dan kualitas nyeri Implementasi 1. Mengkaji lokasi nyeri 2. Mencatat kualitas nyeri 3. Monitor vital sign 4. Memberikan obat injeksi ranitidine dan injeksi cefotaxime Evaluasi : masalah belum teratasi Diagnosa keperawatan II. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhunbungan dengan intake yang kurang ditandai dengan nafsu makan berkurang orsi yang disediakan tidak habis, diet bubur, BB sebelum 5,6 kg, Bbsekarang 5 kg, Hb 10,4 gr% Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : - porsi makanan yang disediakan habis - Selera makan ada - Berat badan ideal Intervensi : 1. Beri pasien makanan dalam keadaan hangat 2. Beri obat sesuai anjuran dokter 3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet. 4. Anjurkan ibu untuk pemberian ASI dan PASI. Rasionalisasi 1. Dengan memberikan makanan dalam keadaan hangat dapat meningkatkan selera makan. 2. Dengan memberikan obat diharaf nafsu makan meningkat 3. Dengan pemberian diet kebutuhan nutrisi terpenuhi. 4. Dengan memberikan ASI diharapkan dapat menambah nutrisi
  • 14. Implementasi : 1. Memberikan makan pasien dalam keadaan hangat. 2. Memberikan obat sesuai dengan anjuran dokter. 3. Memberikan diet bubur 4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI dan PASI Evaluasi : Masalah belum teratasi Diagnosa keperawatan III. ansietas berhubungan dengan koping tidak efektif di tandai dengan pasien lemah Pasien tidak mau bergerak gerak, pasien di bantu orang tua untuk memberikan semua kebutuhan anak nya. Tujuan : 1. Kaji penyebab pasien ansietas. 2. Anjurkan kepada ibu pasien untuk memberikan ASI 3. Batasi jam bertamu dan jumlah pengunjung Rasionalisasi : 1. Mengkaji penyebab ansietas diharapkan dapat mengetahui penyebab pasien ansietas. 2. Memberikan ASI pada pasien saat pasien menangis diharakan pasien tidak menangis 3. Membatasi jam bertamu daat menciptakan suasana yang tenang dan pasien dapat tidur. Implementasi : 1. Mengkaji penyebab pasien ansietas 2. Menganjurkan pada ibu pasien untuk memberikan ASI 3. Membatasi jam bertamu dan jumlah pengunjung Evaluasi : Masalah belum teratasi
  • 15. BAB IV PEMBAHASAN Setelah penulis menerapkan asuhan keperawatan anak pada pasien An. N dengan gangguan sistem perkemihan infekesi saluran perkemihan di ruangan Zaal D Rumah Sakit HKBP BALIGE, maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus serta faktor penghambat dan pendukung mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. 4.1 Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengenal masalah pasien, dalam tahap ini data diperoleh melalui pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi), observasi dan wawancara langsung terhadap keluarga dan tim kesehatan sehingga permasalahan pasien baik secara bio, psiko, sosial, dan spritual dapat dikumpulkan secara menyeluruh. Pada tahap pengkajian ISK data dasar secara teori adalah aktivitas/istirahat, sirkulasi, integritas ego, makanan/ cairan, neurosensori, nyeri/kenyamanan, pernafasan, keamanan, penyuluhan/pembelajaran. Pada kasus tidak dilakukan pengkajian sirkulasi integritas ego, neurosensori. Ini tidak dilakukan pengkajian karena tidak ada tanda- tanda yang mendukung ke arah tersebut. Integritas ego tidak dapat dikaji karena usia pasien yang masih muda (7 bulan). Pada pemeriksaan diagnostik secara teori dilakukan foto toraks dan laboratorium yaitu pemeriksaan leukosit. 4.2 Diagnosa Keperawatan Secara teori diagnosa keperawatan sebanyak 5 diagnosa dan secara kasus ada 3 diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan yang ada di teori tetapi tidak ada dikasus adalah: a. Penyebaran Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih. b. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah. Diagnosa keperawatan yang ada di kasus tetapi tidak ada di teori ; 1. Gangguan pemenuhan intake dan out put . Hal ini tidak ada ditemukan karena adanya ditemukan data- data yang mendukung dalam gangguan pemenuhan nutrisi.. 4.3 Perencanaan Pada tahap pelaksanaan penulis tidak menemukan kesulitan dalam merencanakan asuhan keperawatan karena perencanaan yang telah ditetapkan sesuai dan adanya kerja sama yang baik antara perawat sehingga sangat mendukung dalam penerapan asuhan keperawatan.
  • 16. 4.4 Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan penulis tidak menemukan kesulitan dalam peaksanaan asuhan keerawatan karena pelaksana sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan dan ada kerja sama yang baik antara perawat, tim medis, partisipasi pasien, dan keluarga yang sangat kooperatif dengan perawat sehingga sangat mendukung dalam penerapan asuhan keperawatan. 4.5 Evaluasi Pada tahap evaluasi dari 3 diagnosa keperawatan semua masalah dapat dapat teratasi yaitu sesak hilang, kebutuhan nutrisi terpenuhi, kebutuhan tidur terpenuhi. Dan penulis memberi penyuluhan keada keluarga tentang perawatan pasien ISK. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan Anak pada U.P dengan sistem perkemihan. penulis mengambil kesimpulan dan saran semoga dapat menjadi pertimbangan dalam pelaksanan Asuhan Keperawatan dimasa yang akan datang, khususnyapada pasien ISK. 5.1 Kesimpulan 1. Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih 2. Selama pengkajian yang penulis lakukan pasien sangat membantu dalam engumulan data-data sehingga data-data dapat terkumpul dengan baik dan ditegakkan diagnosa keperawatan dengan baik dan benar. 3. Dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan secara teoritis dapat dilaksanakan dengan baik pada pasien An.n, sehingga masalah ada pasien dapat diatasi . 4. Pada tahap evaluasi dari tiga diagnosa keperawatan yang dijumpai semua 5. masalah dapat diatasi dengan baik
  • 17. 5.2 Saran 1. kepada keluarga diharapkan supaya tindakan keperawatan yang dilakukan di rumah dalam menjaga kesehatan. 2. kepada perawat dan tim kesehatan lainnya daat bekerja sama dengan baik dalam menerapkan asuhan keperawatan sehingga masalah yang dihadapi asien daat diatasi dengan baik.
  • 18. no Dx kep intervensi rsionalisasi implementasi evaluasi 1. I 1. Kaji lokasi nyeri 1. Dengan mengkaji lokasi 1. Mengkaji lokasi nyeri S: os mengatakan nyeri 2. Mencatat kualitas nyeri berkurang 2. Monitor vital sign nyeri dapat di ketahui lokasi 3. Monitor vital sign O: tidak ada nyeri tekan 3. Kolaborasi dengan dan kualitas nyeri pada abdomen HR : 100x/i A: masalah teratasi sebagian dokter dalam P: intervensi di lanjutkan 4. Memberikan obat injeksi ranitidine pemberian dan obat- dan injeksi cefotaxime obatan 2. II 1. Beri pasien makanan 1. Dengan memberikan 1. Memberikan makan pasien S : os mengatakan sudah makanan dalam keadaan selera makan dalam keadaan hangat dalam keadaan hangat. O: BB naik dari 5 kg menjadi hangat dapat meningkatkan 2. Beri obat sesuai 2. Memberikan obat sesuai 5,3 kg selera makan. A : masalah teratasi anjuran dokter dengan anjuran dokter. P: intervensi dilanjutkan 2. Dengan memberikan obat 3. Kolaborasi dengan ahli diharaf nafsu makan meningkat 3. Memberikan diet bubur gizi dalam pemberian 3. Dengan pemberian diet kebutuhan 4. Menganjurkan ibu untuk diet. nutrisi terpenuhi. tetap memberikan ASI dan 4. Anjurkan ibu untuk 4. Dengan memberikan ASI PASI pemberian ASI dan diharapkan dapat menambah nutrisi PASI. 3 III 1. Kaji penyebab pasien 1. Mengkaji penyebab ansietas 1. Mengkaji penyebab pasien S: os mengatakan sudah diharapkan dapat biasa dengan lingkungan ansietas. ansietas RUMAH SAKIT mengetahui penyebab 2. Anjurkan kepada ibu 2. Menganjurkan pada ibu O: os tidak menagis lagi. pasien ansietas. A: masalah teratasi
  • 19. pasien untuk 2. Memberikan ASI pada pasien untuk memberikan P : intervensi dihentikan memberikan ASI pasien saat pasien menangis ASI diharakan pasien tidak 3. Batasi jam bertamu 3. Membatasi jam bertamu menangis dan jumlah 3. Membatasi jam bertamu dan jumlah pengunjung pengunjung daat menciptakan suasana yang tenang dan pasien dapat tidur.
  • 20. ASUHAN KEPERWATAN no Dx kep intervensi rsionalisasi implementasi evaluasi 1. I 4. Kaji lokasi nyeri 4. Dengan mengkaji lokasi 2. Mengkaji lokasi nyeri S: os mengatakan nyeri 5. Mencatat kualitas nyeri berkurang 5. Monitor vital sign nyeri dapat di ketahui lokasi 6. Monitor vital sign O: tidak ada nyeri tekan 6. Kolaborasi dengan dan kualitas nyeri pada abdomen HR : 100x/i A: masalah teratasi dokter dalam P: intervensi di hentikan 7. Memberikan obat injeksi ranitidine pemberian dan obat- dan injeksi cefotaxime obatan 2. II 5. Beri pasien makanan 1. Dengan memberikan 5. Memberikan makan pasien S : os mengatakan sudah makanan dalam keadaan selera makan dalam keadaan hangat dalam keadaan hangat. O: BB naik dari 5 kg menjadi hangat dapat meningkatkan 6. Beri obat sesuai 6. Memberikan obat sesuai 5,3 kg selera makan. A : masalah teratasi anjuran dokter dengan anjuran dokter. P: intervensi dihentikan 2. Dengan memberikan obat 7. Kolaborasi dengan ahli diharaf nafsu makan meningkat 7. Memberikan diet bubur gizi dalam pemberian 5. Dengan pemberian diet kebutuhan 8. Menganjurkan ibu untuk diet. nutrisi terpenuhi. tetap memberikan ASI dan 8. Anjurkan ibu untuk 6. Dengan memberikan ASI PASI pemberian ASI dan diharapkan dapat menambah nutrisi PASI. 3 III 4. Kaji penyebab pasien 1. Mengkaji penyebab ansietas 4. Mengkaji penyebab pasien S: os mengatakan sudah diharapkan dapat biasa dengan lingkungan
  • 21. ansietas. mengetahui penyebab ansietas RUMAH SAKIT pasien ansietas. O: os tidak menagis lagi. 5. Anjurkan kepada ibu 5. Menganjurkan pada ibu A: masalah teratasi 2. Memberikan ASI pada pasien untuk pasien untuk memberikan P : intervensi dihentikan pasien saat pasien menangis memberikan ASI diharakan pasien tidak ASI 6. Batasi jam bertamu menangis 6. Membatasi jam bertamu 3. Membatasi jam bertamu dan jumlah dan jumlah pengunjung daat menciptakan suasana pengunjung yang tenang dan pasien dapat tidur.