Pasien wanita berusia 71 tahun datang dengan keluhan utama pusing berputar. Pemeriksaan fisik dan status neurologis menunjukkan adanya tanda-tanda vertigo perifer. Diagnosis kerja adalah benign paroxysmal positional vertigo (BPPV). Pasien diberikan penatalaksanaan non-medikamentosa berupa manuver Epley dan medikamentosa seperti betahistine, flunarizine, dan diazepam.
3. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
No Rekam Medis : 321XXX
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 10-11-1951
Usia : 71 tahun
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kemiling, Bandarlampung
Masuk RS : 21-11-2022
5. Riwayat Penyakit Sekarang
Satu minggu sebelum masuk RS pasien mengeluhkan pusing berputar, pusing berputar dirasakan oleh pasien hilang timbul
dan di sertai mual muntah yang hebat.
Keluhan pusing berputar datang tiba-tiba saat pasien berubah posisi dari berbaring ke duduk, hilang timbul, dengan durasi
± 20 menit, jeda ± 10-15 menit. Pasien merasa lingkungan disekitarnya berputar. Pasien mengaku jika memiringkan posisi
kepalanya ke kiri dan ke kanan, maka pusing bertambah berat dan tidak membaik saat menutup mata ataupun saat
istirahat.
Dua hari sebelum masuk RS pasien tidak bisa tidur dengan nyenyak dan pusing dirasakan semakin memberat.
Pasien merasakan mual tapi tidak muntah sebanyak 4 kali sebelum masuk RS
Pasien pernah periksa ke dokter umum di klinik dan diberikan obat untuk 3 hari,
Jika keluhan tidak baik pasien disarankan untuk periksa ke rumah sakit.
Setelah minum obat dari dokter di klinik tidak banyak perubahan terhadap keluhan pasien.
Keluhan telinga berdengung (+), telinga terasa penuh (-), keluar cairan dari telinga (-), penurunan pendengaran (-), riw. Korek
telinga (+). Keluhan lemah anggota gerak (-), demam (-), kejang (-), nyeri kepala (-), kejang (-), pandangan kabur (-), sulit
menelan (-), keluhan BAK dan BAB disangkal. Sekitar 3 tahun lalu, pasien pernah merasakan keluhan serupa, berobat ke
bidan dan di beri obat, namun pasien lupa nama obatnya.
6. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluhan serupa disangkal -Riwayat keluhan serupa dikeluarga disangkal
-Riwayat stroke sebelumnya disangkal -Riwayat stroke pada keluarga disangkal
-Riwayat hipertensi disangkal -Riwayat DM pada keluarga disangkal
-Riwayat trauma kepala disangkal -Riwayat hipertensi pada keluarga disangkal
-Riwayat operasi disangkal
-Riwayat batuk pilek lama disangkal
-Riwayat sakit telinga disangkal
Riwayat Alergi Riwayat Aktivitas Sosial
Riwayat alergi obat disangkal - Riwayat merokok disangkal
- Riwayat minum alcohol disangkal
7. Sistem Cerebrospinal Gelisah (-), Lemah (-), demam (-), sakit
kepala (-)
Sistem cardiovascular Akral hangat (+), sianosis (-), anemis (-),
berdebar-debar (-)
Sistem Respiratorius Batuk (-), Sesak napas (-)
Sistem Genitorinarius Disuria (-), hematuria (-), kencing
menetes (-), kencing berwarna seperti
the (-)
Sistem Gastrointestinal Nyeri epigastrium (-), mual (-), muntah (-
), BAB hitan (-)
Sistem Badan terasa lemas (-), atrofi otot (-)
Anamnesis Sistem
8. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 M6 V5
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
SPO2 : 98%
Skala Nyeri : VAS (skor 6)
9. STATUS GENERALIS
KEPALA
Bentuk/ukuran : Normocephal, laserasi (-), memar (-)
Rambut : Hitam, merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
Telinga : Normotia, darah (-/-), sekret (-/-), hematom (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-/-), deviasi (-/-), sekret (-/-),
darah (-/-), memar (-/-)
Mulut : Mukosa kering (-), pucat (-), sianosis (-), luka (-)
10. Pemeriksaan Fisik
Leher
• Pembesaran KGB : (-)
• Pembesaran tiroid : (-)
• Peningkatan JVP : (-)
• Trakea : Letak tengah, deviasi (-)
Thorax
Paru:
• I: Gerakan dinding dada simetris, retraksi (-/-)
• P: Fremitus taktil normal, ekspansi dinding dada
simetris
• P: Sonor (+/+)
• A: Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung:
• I : Ictus cordis tidak terlihat
• P : Ictus cordis tidak teraba
• P : Batas jantung dalam batas normal
• A : BJ I dan II normal, regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
• I : Datar, distensi (-),
• A : Bising usus (+) 4x/menit
• P : Timpani
• P : Nyeri Tekan (-)
12. Status Neurologis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : GCS E4V5M6 (Compos Mentis)
Refleks batang otak
Refleks pupil : Isokor (+/+), bulat 3mm/3mm
Refleks cahaya : Ada/ada
Refleks kornea : (+/+)
Caloric test : Tidak dilakukan
13. •STATUS NEUROLOGIS
•GCS : E4 M6 V5
•RANGSANG MENINGEAL
Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : (-)
Laseque : (-)
Kernig sign : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinzky II : (-)
Brudzinzky III : (-)
Brudzinzky IV : (-)
14. Tes koordinasi
Point to point movement
• Telunjuk hidung : dbn
• Tangan jari : dbn
• Rapid alternating movement : dbn
Gait
• Berjalan : sempoyongan
• Berjalan tandem : tidak dilakukan
• Berjalan tumit-jinjit : tidak dilakukan
• Melompat ditempat : tidak dilakukan
Pronator drift test : tidak dilakukan
Tes Nistagmus (+) : horizontal
15. Status Neurologis
Saraf Cranial
N I : Daya penciuman baik
N II : Tajam penglihatan, lapang penglihatan, dan test warna dalam batas normal
N III N IV N VI :
Inspeksi : Ptosis (-/-), endoftalmus (-/-), eksoftalmus (-/-)
Pupil : Isokor, posisi ditengah
Refleks cahaya langsung (+/+)
Refleks cahaya tidak langsung : (+/+)
Gerakan bola mata:
Medial (+/+)
Lateral (+/+)
Superior (+/+)
Inferior (+/+)
Refleks Pupil Akomodasi (+/+)
Refleks Pupil Konvergensi (+/+)
Motorik (+/+)
16. Saraf Cranial
N V :
Motorik : Mengatupkan rahang, membuka mulut, protrusi dan retraksi rahang dalam batas normal
Sensorik : raba halus, nyeri, suhu dalam batas normal
Refleks kornea : dalam batas normal
Refleks masseter : dalam batas normal
N VII :
Inspeksi : Atrofi (-), fasikulasi (-), lipatan nasolabial simetris
Motorik : meringis, tersenyum, mengernyitkan dahi, mencembungkan pipi dalam batas normal
Sensorik : Tes pengecapan 2/3 anterior lidah dalam batas normal
N VIII :
Vestibular : Romberg’s sign (+), Romberg’s diperkuat (+), past pointing test (dbn)
Cochlea : Tes bisik ( Normal), rinne , weber, schwabach tidak dilakukan
N IX & X :
Tes pengecapan 1/3 posterior lidah dalam batas normal
Uvula, refleks muntah, uji menelan dalam batas normal
N XI : M. Sternocleidomastoideus dan M. Trapezius dalam batas normal
N XII : Menjulurkan lidah ke kanan dan ke kiri, saat membuka mulut lidah berada pada dasar mulut
dalam batas normal
20. Eksteroseptif
Rasa raba :Normostesia
Rasa nyeri :Normostesia
Rasa suhu :Normostesia
Propioseptif
Rasa gerak :Tidak di lakukan pemeriksaan
Rasa getar :Tidak di lakukan pemeriksaan
Rasa sikap :Tidak di lakukan pemeriksaan
Rasa arah :Tidak di lakukan pemeriksaan
Nyeri dalam :Tidak di lakukan pemeriksaan
I. KOORDINASI
Tesr tujuk hidung :Tidak di lakukan pemeriksaan
Test telunju-telunjuk :Tidak di lakukan pemeriksaan
Test pronasi-supinasi :Tidak di lakukan pemeriksaan
•SENSIBILITAS
27. VERTIGO
DEFINISI
Vertigo berasal dari bahasa Latin VERTERE yang artinya memutar
merujuk pada sensasi berputar
Vertigo merupakan adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh
atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama
dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat
keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit.
Vertigo merupakan suatu ilusi gerakan, biasanya berupa sensasi
berputar yang akan meningkat dengan perubahan posisi kepala.
29. PENYEBAB UMUM
Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
Obat-obatan (alkohol, gentamisin)
Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler
Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam
(menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
Herpes zoster
Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
30. Peradangan saraf vestibuler
Penyakit Meniere
Kelainan neurologis
Sklerosis multipel
Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya
Tumor otak
Tumor yang menekan saraf vestibularis.
System saraf pusat
Trauma
Epilepsy
Hipoksia serebri : anemia, arteriosklerosis, hipertensi kronis, dll
Infeksi : meningitis, encephalitis, dll
31. PATOFISIOLOGI
Rasa pusing atau Vertigo disebabkan oleh gangguan alat
keseimbangan tubuh mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi
tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan
saraf pusat.
32. Perbedaan Klinis Vertigo Vestibular dan Non Vestibular
Vertigo Vastibuler Vertigo Non-vastibuler
Sifat vertigo Rasa berputar(True vertigo) Rasa melayang,
sempoyongan
Sifat serangan Episodik Kontinyu
Mual muntah + -
Gangguan pendengaran +/- -
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan obyek visual
Situasi pencetus - Ramai orang, lalu lintas
macet, sibuk, pasar
swalayan
Letak lesi Sistem Vastibular Sistem visual,
somatosensorik
(propioseptif)
33. Perbedaan Klinis Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral
Vertigo Vastibuler
Perifer
Vertigo Vastibuler
Sentral
Bangkitan vertigo Mendadak Rasa melayang,
sempoyongan
Intensitas Berat Ringan
Pengaruh gerakan
kepala
+ -
Gerakan otonom ++ +/-
Gangguan pendengaran + -
Tanda fokal otak - +
34. Vertigo Berdasarkan Gejala Klinis
Vertigo Paroksimal : Serangan mendadak, beberapa menit atau hari,
hilang sempurna, bisa muncul kembali, diantara serangan bebas sama sekali
Vertigo jenis ini antara lain:
1.Vertigo dengan keluhan telinga.
Sindroma Meniere, tumor fossa kranii posterior, kelainan gigi/odontogen.
2. Vertigo tanpa keluhan telinga.
Epilepsi, lesi lambung, vertigo pada anak (vertigo de L enfance), labirin picu (Trigger
Labyrinthyh).
3. Perubahan posisi.
Vertigo posisional paroksismal yang laten
Vertigo posisional paroksismal benigna
35. Vertigo Kronis : Menetap lama, konstan tidak ada serangan akut.
1. Disertai keluhan telinga : Otitis Media Kronika, Meningitis TBC.
2. Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, Ensefalitis pontis, Sklerosis multiple.
3. Dipengaruhi posisi : Hipotensi orthostatik, Vertigo servikalis.
Vertigo Akut : Berangsur-angsur berkurang, tidak bebas total.
1. Dengan keluhan telinga : Trauma labirin, Herpes Zoster Otikus, Labirinitis akut,
Perdarahan labirin, Neuritis N. VIII, Cedera a. auditiva interna, a. vestibulokohlearis.
2. Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis
36. Penegakan Diagnosis
ANAMNESIS :
1. Bentuk vertigo (melayang, goyang, berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu, dsb.
2. Keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo. (perubahan posisi kepala dan tubuh,
keletihan,
ketegangan)
3. Profil waktu (timbulnya akut, perlahan-lahan, hilang timbul, kronik, progresif/membaik).
4. Keluhan lain (keluhan pada telinga, pandangan kabur, mual muntah,dsb).
37. PEMERIKSAAN FISIK :
Umum
kemungkinan kelainan sistemik yang dicurigai mendasari timbulnya vertigo
seperti hipotensi ortostatik.
Neurologi
untuk mengevaluasi apakah kelainannya di sentral atau perifer.
38. 1. Uji Romberg :
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula
dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup.
Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik.
Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan
posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara
tertentu).
Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan
penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah
kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan
penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan
bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup.
39. 2. Uji Tandem Gait :
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/ kanan diletakkan pada ujung jari
kaki kanan/ kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan
menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
3. Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan :
Pada kelainan vestibular posisi penderita akan menyimpang ke arah lesi dengan
gerakan seperti orang melempar cakram, kepala dan badan berputar ke arah
lesi, kedua tangan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisis lesi turun dan
yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah
lesi
40. 4. Uji Unterberger:
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke
depan dan jalan di tempat dengan mengangkat
lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler, posisi penderita akan
menyimpang/ berputar ke arah lesi dengan gerakan
seperti orang melempar cakram; kepala dan badan
berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke
arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan
yang lainnya naik.
Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat
ke arah lesi.
41. 5. Past-Pointing Test (Uji Tunjuk Barany):
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan,
penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas,
kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan
pemeriksa.
Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka
dan tertutup.
Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan
lengan penderita ke arah lesi.
6. Uji Babinsky-Weil :
• Pasien dengan mata tertutup berulang
kali berjalan lima langkah ke depan dan
lima langkah ke belakang selama
setengah menit; jika ada gangguan
vestibuler unilateral, pasien akan
berjalan dengan arah berbentuk bintang.
42. 7. Tes Menulis Vertikal:
Penderita duduk didepan meja, tangan dan tubuh penderita tidak boleh menyentuh meja,
tangan yang satu diatas lutut yang lainnya disuruh menulis huruf A,B,C dst bersusun
kebawah. Mula-mula dengan mata terbuka kemudian tertutup. Bila ada deviasi dari deretan
huruf-huruf yang paling atas terhadap yang paling bawah lebih besar dari 10 derajat berarti
ada kelainan labirin unilateral. Bila tulisan tidak teratur atau makin lama huruf makin besar
(makrografi) berarti ada kelainan serebellum.
8. Tes dismetria:
Adalah gangguan kemampuan untuk mengelola kecepatan, kekuatan dan jangkauan
gerakan.
Tes yang sering digunakan dalam klinik adalah :
tes telunjuk hidung
tes hidung-telunjuk hidung
tes telunjuk-telunjuk
47. Penatalaksanaan (rehabilitasi)
• Seseorang menetap pada posisi supine selama 30 detik dan pada posisi
duduk tegak selama 1 menit.
• Dengan demikian siklus ini membutuhkan waktu 2 ½ menit.
• Pada dasarnya 3 siklus hanya mengutamakan untuk beranjak tidur, sangat
baik dilakukan pada malam hari daripada pagi atau siang hari, karena jika
seseorang merasa pusing setelah latihan ini, dapat teratasi sendiri dengan
tidur.
48. Latihan CRT / Epley maneuver
• Seseorang menetap pada posisi supine selama 30 detik dan pada posisi
duduk tegak selama 1 menit.
• Dengan demikian siklus ini membutuhkan waktu 2 ½ menit.
• Pada dasarnya 3 siklus hanya mengutamakan untuk beranjak tidur, sangat
baik dilakukan pada malam hari daripada pagi atau siang hari, karena jika
seseorang merasa pusing setelah latihan ini, dapat teratasi sendiri dengan
tidur.
49. Metode Brandt Daroff
• Pasien duduk tegak ditepi tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung.
• Lalu dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat kesalah satu
sisi, pertahankan selama 30 detik, setelah itu duduk tegak kembali.
• Setelah 30 detik baringkan dengan cepat kesisi lain, pertahankan selama 30
detik, lalu duduk tegak kembali.
• Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi hari sebelum bangun tidur, dan 3 kali
pada malam hari sebelum tidur, sampai 2 hari berturut-turut tidak timbul
vertigo lagi.