Pasien pria berusia 56 tahun datang dengan keluhan sesak napas dan batuk yang sudah berlangsung lama. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda gangguan paru seperti penggunaan otot bantu pernafasan. Hasil rontgen paru menunjukkan gambaran tuberkulosis paru dan penyakit paru obstruktif kronik. Diagnosis bandingnya adalah PPOK eksaserbasi dan TB Paru. Pasien diberikan tatalaksana berupa obat nebulizer
1. PPOK Eksaserbasi + TB Paru
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU
RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI RUMAH SAKIT
PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
2023
Oleh:
Aulia Dwi Juanita, S. Ked
(NIM 21360331)
Preseptor:
dr. Silman Hadori, Sp. Rad, MH. Kes
2. IDENTITAS
No. RM : 141585
Nama : Tn. P
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal lahir : 11-11-1967
Umur : 56 tahun
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jl. Kulit Gg. Damai No.70 Bandar Lampung
Masuk IGD RSPBA : Minggu, 2/07/2023 pukul 19.05 WIB
Masuk Rawat Inap : Senin, 3/07/2023 pukul 07.00 WIB
3. ANAMNESIS
Keluhan utama
Sesak napas yang memberat sejak 1 hari SMRS
Keluhan tambahan
Batuk (+), lemas (+), penurunan BB (+), mual (+), riwayat demam (+)
4. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSPBA dengan keluhan sesak sejak 1 tahun yang lalu dan
memberat sejak 1 hari SMRS. Keluhan disertai sesak napas yang semakin memberat
saat beraktivitas dan sedikit berkurang saat istirahat. Sesak tidak disertai nyeri dada.
Keluhan sudah dirasakan sejak lama dan hilang timbul. Keluhan ini disertai batuk
berdahak. Dahak berwarna putih kekuningan, terkadang disertai darah. Batuk hilang
timbul sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengalami penurunan BB drastis dalam 6
bulan terakhir yaitu dari sekitar 58kg menjadi 50kg. Pasien juga mengeluhkan mual
sejak 1 hari yang lalu.
5. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sudah sering
keluar masuk rumah sakit
dengan keluhan yang sama.
Riwayat penyakit gagal jantung
tidak ada. Alergi terhadap obat-
obatan atau makanan tertentu
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku ibunya memiliki
penyakit hipertensi
Riwayat Pengobatan
Saat ini pasien sedang menjalani
pengobatan OAT kategori I
Riwayat Pekerjaan, Sosial
Ekonomi, dan Kebiasaan
Pasien merupakan perokok aktif
sejak 20 tahun yang lalu namun
sudah berhenti sejak 1 tahun
yang lalu.
6. Pemeriksaan Fisik
Status pasien
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
Vital Sign
TD : 120/80 mmHg
HR : 104 x/menit
T : 36,5 °C
RR : 24 x/menit
SPO2 : 97-98 % dengan NC 3 lpm
7. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris tidak ada hematoma
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-)
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Napas cuping hidung (+)
Mulut/tenggorokan : Pursed lip breathing (+),
sianosis (-)
Leher : Tidak ada kelainan
KGB : Tidak ada kelainan
Kulit :Pink puffer (-), blue bloater (-)
Inspeksi : Retraksi (+), penggunaan otot bantu
pernapasan (+), barrel chest (-), gerak pernafasan simetris
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri menurun, nyeri tekan
tidak ada, tidak teraba massa, sela iga melebar
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan
lapang paru kanan bagian atas-tengah, redup pada lapang
paru kanan bawah
Auskultasi : Wheezing (+), ekspirasi memanjang pada
lapang paru kanan dan kiri, ronkhi (+)
Paru
8. Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 6x/menit
Palpasi : Hepar/lien tak teraba, tidak teraba
massa tumor, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Pemeriksaan Fisik
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I dan II normal, reguler murmur (-) gallop
(-)
Ekstremitas atas : Edema (-), akral hangat, palmar eritema
(-), tremor (-). refleks fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-),
kekuatan otot 5/5
Ekstremitas bawah :Kedua tungkai simetris, edema tungkai
(+), refleks fisiologi (+/+), refleks patologis (-/-), kekuatan otot
5/5
10. Pemeriksaan
Penunjang
Rontgen thorax PA (1 JULI 2023)
Kesan:
Radiografi thorax PA saat ini menunjukkan adanya
gambaran suspek KP lama duplex aktif dengan
effusi pleura kanan dan suspek effusi pleura kiri
minimal serta top schwarte kanan, perlu
dipertimbangkan (bagaimana klinis dan lab?)
Scoliosis vertebra thoracalis
Tidak tampak kardiomegali
11. RESUME
Pasien datang ke IGD RSPBA dengan keluhan sesak sejak 1 tahun yang lalu dan memberat
sejak 1 hari SMRS. Keluhan ini disertai batuk berdahak. Dahak berwarna putih kekuningan,
terkadang disertai darah. Pasien memiliki riwayat merokok sejak 20 tahun yang lalu. Pasien
saat ini sedang menjalani pengobatan OAT kategori I.
Pada pemeriksaan fisik head to toe didapatkan pursed lip breathing. Pada pemeriksaan paru.
Inspeksi terdapat retraksi dan penggunaan otot bantu pernapasan, pada palpasi didapatkan
fremitus kanan dan kiri menurun dan sela iga melebar, pada perkusi didapatkan bunyi sonor
pada seluruh lapang paru kiri dan lapang paru kanan bagian atas-tengah, redup pada lapang
paru kanan bawah, pada auskultasi didapatkan suara wheezing (+), ekspirasi memanjang
pada lapang paru kanan dan kiri, ronkhi (+).
12. RESUME
Pada pemeriksaan Laboratoriun didapatkan kalium menurun. Pada pemeriksaan rontgen thorax PA
menunjukkan adanya gambaran suspek KP lama duplex aktif dengan effusi pleura kanan dan suspek
effusi pleura kiri minimal serta top schwarte kanan perlu dipertimbangkan, serta scoliosis vertebra
thoracalis.
14. TATALAKSANA
PROGNOSIS
IVFD RL + aminophilin ½ ampul per 12 jam
Omeprazol 2x1
Codein 3x1
R. batuk 3x1
Nac 3x1
Curcuma 3x1
Nebu combivent 4x1
Nebu pulmicort 3x1
OAT Fase Intensif Kategori 1 (KDT yang terdiri dari
Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, dan Etambutol)
1x3 tab
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
15. FOLLOW UP
Fase Intensif Kategori 1 (KDT yang terdiri dari Rifampisin,
Isoniazid, Pirazinamid, dan Etambutol) 1x3 tab
16. FOLLOW UP
Fase Intensif Kategori 1 (KDT yang terdiri dari
Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, dan Etambutol)
1x3 tab
19. IDENTITAS (JENIS KELAMIN)
Laki-laki berisiko 2,82 kali lebih besar
untuk menderita PPOK dibandingkan
dengan perempuan
TEORI
Berdasarkan identitas pasien, pasien
berjenis kelamin laki-laki dengan usia
56 tahun.
CASE
Sumber :
Ismail L, Sahrudin, Ibrahim K. 2017. Analisis faktir risiko kejadian penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di Wilayah Kerja
Puskesmas Lepo-Lepi Kota Kendari Tahun 2017. Jimkesmas. 2(6): 1-10
20. ANAMNESIS
• Gejala PPOK adalah sesak
napas, batuk, dan wheezing.
• Faktor risiko yang dapat
menyebabkan PPOK adalah
kebiasaan merokok.
TEORI
• Pasien mengeluh sesak sejak 1
tahun yang lalu dan memberat
sejak 1 hari SMRS disertai batuk
berdahak sejak 3 bulan yang
lalu.
• Pasien perokok aktif sejak 20
tahun yang lalu namun sudah
berhenti sejak 1 tahun yang lalu
CASE
Sumber :
Kemenkes RI. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Keputusan menteri kesehatan RI nomor HK.01.07/Menkes/687/2019
Hartina S, Wahiduddin, Rismayanti. 2021. Faktir risiko kejadian penyakit paru obstruktif kronik pada pasien RSUD Kota Makassar. HJPH. 2(2): 159-171
21. PEMERIKSAAN FISIK
• Penggunaan otot bantu napas terlihat dari
retraksi dinding dada serta pelebaran sela
iga.
• Pada perkusi didapatkan hipersonor
akibat peningkatan jumlah udara yang
terperangkap.
TEORI
• RR meningkat : 24x/menit
• Inspeksi : pursed-lips breathing,
retraksi, penggunaan otot bantu
pernapasan,
• Palpasi : fremitus kanan dan kiri
menurun dan sela iga yang melebar
CASE
Sumber :
Kemenkes RI. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Keputusan menteri kesehatan RI nomor HK.01.07/Menkes/687/2019
22. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Temuan rontgen PPOK adalah diafragma
rendah dan rata, hiperlusen, jantung
penduler , ruang retrosternal melebar, dan
diafragma yang datar.
• Rontgen TB dengan KP (koch pulmonum)
atau tb lama yang ditandai adanya gambaran
inifltrat disertai garis-garis keras di lapang
apex sampai tengah kedua paru
TEORI
• Pada paru didapatkan gambaran hilus
kanan dan kiri tertarik ke atas
• Corakan bronkovaskular bertambah
• Tampak infiltrat disertai garis-garis
keras di lapang apex sampai tengah
kedua paru, yang menarik hilus kanan
dan kiri ke atas
• Tampak perselubungan opak
inhomogen di hemithorax kanan atas
CASE
Sumber :
Marvellini RY dan Izaak RP. 2021. Gambaran radiografi foto thorax penderita tuberkukosis pada usia
produktif di RSUD Pasar Minggu (Periode Juli 2016 sampai Juli 2017. Jurnal Kedokteran. 9(1): 1219-1223.
23. TATALAKSANA
• Pasien PPOK diberikan SAMA dan SABA
untuk memperbaiki gejala
• Ipratropium bromide merupakan obat
golongan SAMA (short-acting muscarinic)
• Salbutamol sulphate merupakan golongan
obat SABA yaitu (short-acting β-agonist).
TEORI
• Pasien ini diberikan terapi farmakologi
berupa combivent (ipratropium bromide
dan salbutamol sulphate)
CASE
Sumber :
Kemenkes RI. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Penyakit Paru Obstruktif
Kronik. Keputusan menteri kesehatan RI nomor HK.01.07/Menkes/687/2019
24. TATALAKSANA
• Pulmicort merupakan golongan obat
kortikosteroid.
• Pada pasien PPOK, pengobatan dengan
inhaled corticosteroid (ICS) menunjukkan
respon yang baik.
TEORI
• Pasien ini diberikan terapi farmakologi
berupa pulmicort (steroid).
CASE
Sumber :
Kemenkes RI. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Keputusan menteri kesehatan RI nomor HK.01.07/Menkes/687/2019
25. TATALAKSANA
• Aminofilin merupakan golongan obat
bronkodilator (meningkatkan FEV1)
• Obat ini bekerja dengan mengubah tonus
otot polos pada saluran pernafasan dan
meningkatkan refleks bronkodilatasi pada
aliran ekspirasi.
TEORI
• Pasien ini diberikan terapi farmakologi
berupa aminofilin.
CASE
Sumber :
Kemenkes RI. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Keputusan menteri kesehatan RI nomor HK.01.07/Menkes/687/2019
26. TATALAKSANA
• Pasien baru pertama kali terdiagnosis TB
(TB Kasus Baru) sehingga diberikan
OAT Kategori 1 yaitu 2(HRZE)/4(HR)3
dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap
(KDT).
• Pasien sedang mengonsumsi OAT dari
Puskesmas selama 1 bulan sehingga
masuk di fase intensif
TEORI
• Pasien diberikan OAT Fase Intensif
Kategori 1 (KDT yang terdiri dari
Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, dan
Etambutol) 1x3 tab
CASE
Sumber :
Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
27. TATALAKSANA
• Azitromicin yang merupakan antibiotik
golongan makrolida.
• Omeprazole (proton pump inhibitor) untuk
menekan kadar asam lambung dan
mencegah iritasi dinding lambung.
• Curcuma untuk mencegah terjadinya
gangguan fungsi hati akibat efek samping
OAT
TEORI
• Pasien ini diberikan terapi farmakologi
azitromisin, curcuma dan omeprazole.
CASE
Sumber :
Kemenkes RI. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Keputusan menteri kesehatan RI nomor HK.01.07/Menkes/687/2019
28. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam