2. Disusun Oleh:
Tri Wahuyuningsih
030.08.244
Pembimbing : dr. Fritz Sumantri, SpS., FINS
KEPANITERAAN KLINIK SMF NEUROLOGI RSUP FATMAWATI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 10 JUNI 2013 – 14 JULI 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya laporan kasus departemen neurologi yang berjudul
“Low Back Pain” dapat tersusun dan terselesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Fritz Sumantri,Sp.S., FINS selaku
pembimbing penulisan yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian laporan
2
3. kasus ini.
Adapun pembuatan tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan kasus LBP,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan mendukung penerapan
klinis yang lebih baik dalam memberikan kontribusi positif sistem pelayanan
kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini masih
banyak terdapat kekurangan di dalam penulisannya, baik di dalam penyusunan
kalimat maupun di dalam teorinya. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik
dan saran. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 23 Juli 2013
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis kelamin :Wanita
Umur : 46 Tahun
3
4. Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : jawa
Alamat : Ciledug
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 19 juli 2013
Keluhan Utama:
Nyeri di daerah pinggang yang menjalar ke kedua tungkai sejak 2
bulan SMRS
Keluhan Tambahan :
Tangan kanan terasa nyeri dan kesemutan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli Saraf RSUP Fatmawati dengan keluhan nyeri
di daerah pinggang yang menjalar ke kedua tungkai sejak 2 bulan SMRS.
Pasien juga mengeluh tangan kanan terasa nyeri dan kesemutan sejak 2
tahun. Pasien mengaku nyeri di daerah pinggangnya timbul terus terusan
selama 2 bulan dan hanya berkurang saat istirahat. Pasien juga mengatakan
saat berjongkok dan bangun setelah berjongkok, sakit yang dirasakan
makin hebat. Nyeri juga dirasakan bertambah berat saat pasien bersin atau
batuk. Pasien mengaku sering mengangkat beban yang berat seperti beras
dan agua galon sejak 2 tahun dan jarang berolahraga. keluhan ini
mengganggu aktivitas sehari-hari pasien yang bekerja sebagai pedagang.
Pasien belum pernah berobat sebelumnya, untuk mengurangi rasa nyeri,
pasien hanya minum obat warung dan memakai koyo. Pasien sudah tidak
4
5. haid sejak 3 tahun yang lalu, riwayat demam sebelum nyeri pinggang
disangkal, tidak terdapat keluhan bermakna dalam BAB dan BAK.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku sebelumnya tidak pernah mengalami kecelakaan. Pasien
menyangkal memiliki riwayat darah tinggi, kencing manis. Pasien juga
menyangkal adanya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat dan
adanya riwayat batuk-batuk yang lama.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien menyangkal adanya keluhan yang sama seperti pasien dalam
keluarga, riwayat penyakit kegana san dalam keluarga (-), Darah tinggi (-),
kencing manis (-), stroke (-).
Riwayat Kebiasaaan
Pasien sering mengangkat beban berat yang merupakan barang
dagangannya di warung seperti galon dan beras dalam 2 tahun terakhir,
pasien mengaku jarang olah raga.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4V5M6
Kooperatif : Kooperatif
Keadaan Gizi : Cukup
Tekanan Darah : 130 / 80 mmHg
Nadi : 84 x/mnt
Suhu : 36,6 0
C
Pernafasan : 20x/mnt
5
6. Keadaan Lokal
Trauma Stigmata :-
Pulsasi A.Carotis : Teraba, kanan = kiri, reguler
Perdarahan Perifer : capilary refil time < 2 detik
Columna Vertebralis : letak ditengah, skoliosis (-), lordosis (-)
Kulit : Warna sawo matang, sianosis (-), ikterik(-)
Kepala : Normosefali, rambut hitam beruban, distribusi
merata, tidak mudah dicabut, tidak ada alopesia,
Mata : Konjungtiva anemis -/-, ptosis -/-, lagoftalmus -/-,
pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+,
refleks cahaya tidak langsung +/+.
Telinga : Normotia +/+, perdarahan -/-
Hidung : Deviasi septum -/-, perdarahan -/-
Mulut : Bibir sianosis(-), lidah kotor (-),
Tenggorok : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1.
Leher : Bentuk simetris, trakea lurus di tengah, tidak
teraba pembesaran KGB dan tiroid.
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 midklavikula line
sinistra.
Perkusi : batas kanan jantung di ICS 6 midklavikula line
dekstra, batas kiri jantung di 1 ICS 5 midklavikula
line sinistra, pinggang jantung di ICS 3 linea para
sternalis sinistra.
6
7. Auskultasi : S1 dan S2 normal reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru
Inspeksi : pergerakkan dada simetris pada statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama,tidak teraba
benjolan.
Perkusi : perkusi di seluruh lapang paru sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-.
Abdomen
Inspeksi : buncit
Palpasi : supel,nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba
membesar
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising Usus (+) normal
Ekstremitas
Atas : akral hangat + / +, edema - / -
Bawah : akral hangat + / +, edema - / -
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Rangsang Selaput Otak
Kaku kuduk : -
Laseque : >700
/ >700
Kerniq : > 1350
/ > 1350
Brudzinsky I : -
7
8. Brudzinsky II : - / -
Peningkatan Tekanan Intrakranial :
Muntah proyektil : -
Sakit kepala :-
Penurunan Kesadaran : -
Funduskopi : tidak diperiksa
Saraf-saraf Kranialis
N.I (olfaktorius) : normosmia + / +
N.II (optikus)
Acies visus : baik
Visus campus : baik / baik
Lihat warna : baik / baik
Funduskopi : tidak dilakukan
N.III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducen)
Kedudukkan bola mata : ortoposisi + / +
Pergerakkan bola mata : baik ke segala arah +/+ (nasal,
temporal, superior, inferior, nasal
atas dan bawah, temporal atas dan
bawah)
Exopthalmus : - / -
Nystagmus : - / -
Pupil
Bentuk : bulat, isokor, 3mm/3mm
8
9. Reflek cahaya langsung : +/+
Reflek cahaya tidak langsung : +/+
Reflek akomodasi : +/+
Reflek konvergensi : +/+
N.V (Trigeminus)
Cabang Motorik : baik / baik
Cabang sensorik
Ophtalmikus : baik / baik
Maksilaris : baik / baik
Mandibularis : baik / baik
N.VII (Fasialis)
Motorik orbitofrontalis : baik / baik
Motorik orbikularis : baik / baik
Pengecapan lidah : baik / baik
N.VIII (Vestibulocochlearis)
Vestibular : Vertigo : -
Nistagmus : - / -
Koklearis : Tuli Konduktif : -
Tuli Perseptif : -
Test berbisik : baik/baik
N.IX, X (Glossopharyngeus, Vagus)
Motorik : baik / baik
9
10. Sensorik : baik / baik
N.XI (Accesorius)
Mengangkat bahu : baik/ baik
Menoleh : baik / baik
N.XII (Hypoglossus)
Pergerakkan lidah : baik
Atrofi : -
Fasikulasi : -
Tremor : -
Sistem Motorik
Ekstremitas atas proksimal - distal : 5555/5555
Ekstremitas bawah proksimal - distal : 5555/5555
Gerakkan Involunter
Tremor : - / -
Chorea : - / -
Atetose : - / -
Miokloni : - / -
Tics : - / -
Trofik : eutrofik + / +
Tonus : normotonus + / +
Sistem Sensorik :
10
11. Propioseptif : baik / baik
Eksteroseptif : baik / baik
Fungsi Serebelar
Ataxia : -
Tes Romberg : Baik
Disdiadokokinesia : Baik
Jari-jari : baik / baik
Jari-hidung : baik / baik
Tumit-lutut : baik / baik
Rebound phenomenon : - / -
Hipotoni : - / -
Fungsi Luhur
Astereognosia : -
Apraxia : -
Afasia : -
Fungsi Otonom
Miksi : baik
Defekasi : baik
Sekresi keringat : baik
Refleks Fisiologis
Kornea : + / +
Biceps : +2 / +2
11
13. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Tidak ada (belum dilakukan pemeriksaan)
RESUME
Pasien wanita berusia 46 tahun, datang ke Poli Saraf RSUP Fatmawati
dengan keluhan nyeri di daerah pinggang yang menjalar sampi ke kedua tungkai
sejak 2 bulan. Pasien juga mengeluh tangan kanan terasa nyeri dan kesemutan
sejak 2 tahun. Pasien mengaku nyeri di daerah pinggangnya timbul terus terusan
selama 2 bulan dan hanya berkurang saat istirahat. Pasien juga mengatakan saat
berjongkok dan bangun setelah berjongkok, sakit yang dirasakan makin hebat.
Pasien juga mengaku sering mengangkat beras dan galon sejak 2 tahun dan jarang
berolahraga. Riwayat trauma, kencing manis dan darah tinggi disangkal pasien.
Pemeriksaan fisik:
♦ Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4V5M6
♦ Tanda vital baik
Pemeriksaan neurologis:
♦ Tanda rangsang meningeal: -
♦ N. Cranialis: parese –
♦ Motorik:
Ekstremitas atas proksimal - distal : 5555/5555
Ekstremitas bawah proksimal - distal : 5555/5555
♦ Reflek fisiologis : ++ / ++
♦ Reflek patologis : - / -
♦ Sensorik : baik
13
14. ♦ Autonom : baik
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak ada
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Tidak ada
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Klinis
Nyeri pinggang dan menjalar ke kedua tungkai, tangan kanan nyeri dan
kesemutan
Diagnosis Etiologi
Kompresi radiks
Diagnosis Topis
Regio lumbosakral
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
Piroxicam 2 x 20 mg PO
Tramadol 3 x 50 mg PO
Metil kobalamin 3 x 500 mg PO
Non medikamentosa :
Bed rest
Fisioterapi
14
15. Olahraga yang teratur
Hindari mengangkat beban yang berat dan aktivitas berlebihan
RENCANA PEMERIKSAAN
Darah lengkap, gula darah sewaktu, ureum darah, kreatinin darah, rontgen
daerah lumbosakral
PROGNOSA
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Low Back Pain adalah nyeri yang terjadi pada bagian bawah dari
punggung dan biasa terjadi secara akut ( kurang dari 6 minggu), sub akut
(terjadi dalam 6-12 minggu) dan kronik (lebih dari 12 minggu).
Kebanyakan LBP tidak menimbulakan masalah yang serius dan akan
sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu
(Medinfo,2008). Untuk mendapatkan diagnosis LBP harus ada tanda
tertentu dan spesifik yaitu nyeri menyebar turun ke pinggul dan ke bawah
lutut mengindikasikan terjadinya yaitu sacrolitiasis,kerusakan degenerative
sambungan tulang vertebra, pemyempitan spinal atau iritasi saraf juga
menyebabkan nyeri ini(Hellman D.B)
15
16. ETIOLOGI
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi :
Diskogenik
Non-diskogenik
Diskogenik :
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nucleus
pulposus yang merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa
dalam bentuk suatu protrusion atau prolaps dari nucleus pulposus dan
keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling
sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang jarang sekali pada daerah
torakal. Nutrisi dari annulus fibrosus bagian dalam tergantung dari difusi
air dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya
bagian luar dari annulus yang menerima suplai darah dari ruang
epidural.Pada trauma yang berulang menyebabkan robekan serat-serat
annulus baik secara melingkar maupun radikal. Beberapa robekan anular
dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yaitu menyebabkan
berkurangnya nutrisi dan hidrasi nucleus.Perpaduan robekan secara
melingkar dan radial menyebabkan massa nucleus berpindah keluar dari
annulus lingkaran ke ruangan epidural dan menyebabkan iritasi atau
kompresi akar saraf.
Non-diskogenik :
Biasanya penyebab LBP yang Non-diskogenik adalah iritasi pada
serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk n.iskiadikus dan bisa
disebabkan oleh neoplasma, infeksi,proses toksik atau imunologis, yang
mengiritasi n.iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis,
daerah pelvic, sendi sakroiliaka, sendi pelvis sampai jalannnya
n.iskiadikus
FAKTOR RESIKO
16
17. Faktor resiko terjadinya LBP adalah usia, kondisi kesehatan yang
buruk, masalah psikologik dan psikososial, arthritis degeneratif, merokok,
skoliosis mayor (kurvatura >80), obesitas, tinggi badan yang berlebih, hal
yang berhubungan dengan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam
waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja statik),
getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban, membungkuk,
memutar dan kehamilan.
PATOFISIOLOGI
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri)
yang terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi).
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator
inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri
merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga
proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah
spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang
timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi, atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi
primer pada sistem saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2
kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus
saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri
inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan
peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan
kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi
perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion
lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang
sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan
dasar pemeriksaan Laseque.
17
18. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan etiologinya
masing-masing seperti beberapa contoh dibawah ini :
LBP akibat sikap yang salah
• Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku
dan
tidak enak namun lokasi tidak jelas.
• Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di
daerah
lumbal, namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna,
walaupun hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak
enak
• Lordosis yang menonjol
• Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon
• Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan.
Pada Herniasi Diskus Lumbal
• Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau
terasa
tidak enak, sering intermiten, walau kadang onsetnya mendadak dan berat.
• Diperhebat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan, batuk
atau
bersin.
• Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai
yang
sakit difleksikan.
• Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebrata yang
menyebabkan
nyeri sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh.
• Setelah periode tertentu timbul skiatika atau iskialgia.
18
19. LBP pada Spondilosis
• Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi
diskus, walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis
• Dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang
terkena
• Dapat disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks
• Terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra
yang
menekan medula spinalis.
• Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat
stenosis kanal lumbal.
LBP pada Spondilitis Tuberkulosis
• Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan,
keringat
malam, demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol.
• Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyeri vertebra/lokal dan
menghilang
bila istirahat.
• Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada 20%
kasus (akibat abses dingin)
• Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan
kifosis)
• Diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut, diikuti
paraparesis yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus,
hiperrefleksia dan refleks Babinsky bilateral. Dapat ditemukan deformitas
dan nyeri ketok tulang vertebra.
• Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul
terutama gangguan motorik.
LPB pada Spondilitis Ankilopoetika
• Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun.
19
20. • Tidak hilang dengan istirahat dan tidak diperberat oleh gerakan.
• Pemeriksaan fisik menunjukkan pembatasan gerakan di sendi
sakrolumbal
dan seluruh tulang belakang lumbal.
• Laju endap darah meninggi.
• Terjadi osifikasi ligamenta interspinosa
PEMERIKSAAN
1.Riwayat penyakit dengan perhatian khusus pada lokasi dan
penjalaran nyeri, posisi tubuh yang menimbulkan atau memperberat
nyeri, trauma, ligitasi, (medikolegal), obat-obat penghilang nyeri yang
dipakai dan jumlah yang di butuhkan, kemungkinan keganasan
2.Pemeriksaan fisis, dengan perhatian khusus pada tanda-tanda infeksi
sistemis, tanda-tanda keganasan yang tersembunyi, nyeri tekan lokal
atau pada insisura iskiatika, spasme otot, ruang lingkup gerakan, tes
angkat tungkai lurus (Laseque), dan pemeriksan rektum (tonus sfingter
dan prostat).
3.Pemeriksaan neurologis, dengan perhatian khusus pada afek dan
alam perasaan, kelemahan otot, atrofi, atau fasikulasi, defisit sensorik
termasuk perineum, refleks (tendon dalam, abdominal, anal,
kremaster).
4.Pemeriksaan laboratorium yaitu foto rontgen polos (posterior, lateral,
oblik) hitung darah lengkap dan laju endap darah, serum : kreatinin,
kalsium, fosfat, alkali fosfatase, asam urat, fosfatase asam (pria), gula
darah puasa.
5.Pemeriksaan khusus (misalnya scan tulang, gula darah 2-jam
postprandial, sken magnetik resonan, sken tomografik, mielografi)
bergantung pada hasil pemeriksaan rutin di atas
20
21. PENATALAKSANAAN
Nyeri pinggang dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan,
istirahat dan modalitas. Pemberian obat anti inflamasi non steroid
(OAINS) diperlukan untuk jangka waktu pendek disertai dengan
penjelasan kemungkinan efek samping dan interaksi obat. Tidak
dianjurkan penggunaan muscle relaxan karena memiliki efek depresan.
Namun pada pasien dengan depresi premorbid atau timbul depresi akibat
rasa nyeri, penggunaan anti depresan dianjurkan. Untuk pengobatan
simptomatis lainnya, kadang memerlukan campuran antara obat analgesik,
antiinflamasi,OAINS, dan penenang.
Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan manfaat.
Tirah baring pada alas keras dimaksudkan untuk mencegah
melengkungnya tulang punggung. Modalitas dapat berupa kompres es,
semprotan etil klorida, dan fluorimetan. Tidak semua nyeri dapat diatasi
dengan cara-cara di atas. Terkadang diperlukan tindakan injeksi anestetik
atau antiinflamasi steroid pada tempat-tempat seperti pada faset, radiks
saraf, epidural, intradural. Bahkan untuk beberapa kasus LBP dibutuhkan
pembedahan.
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
NSAID dibagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu
golongan salisilat (diantaranya aspirin/asam asetilsalisilat, metil
salisilat, magnesium salisilat, salisil salisilat, dan salisilamid),
golongan asam arilalkanoat (diantaranya diklofenak,
indometasin, proglumetasin, dan oksametasin), golongan
profen/asam 2-arilpropionat (diantaranya ibuprofen,
alminoprofen, fenbufen, indoprofen, naproxen, dan ketorolac),
golongan asam fenamat/asam N-arilantranilat (diantaranya
asam mefenamat, asam flufenamat, dan asam tolfenamat),
golongan turunan pirazolidin (diantaranya fenilbutazon,
ampiron, metamizol, dan fenazon), golongan oksikam
(diantaranya piroksikam, dan meloksikam), golongan
21
22. penghambat COX-2 (celecoxib, lumiracoxib), golongan
sulfonanilida (nimesulide), serta golongan lain (licofelone dan
asam lemak omega 3). Sebagian besar NSAID adalah asam lemah,
dengan pKa 3-5, diserap baik pada lambung dan usus halus.
NSAID juga terikat dengan baik pada protein plasma (lebih dari
95%), pada umumnya dengan albumin. Hal ini menyebabkan
volume distribusinya bergantung pada volume plasma. NSAID
termetabolisme di hati oleh proses oksidasi dan konjugasi sehingga
menjadi zat metabolit yang tidak aktif, dan dikeluarkan melalui
urin atau cairan empedu. NSAID merupakan golongan obat yang
relatif aman, namun ada 2 macam efek samping utama yang
ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran pencernaan
(mual, muntah, diare, pendarahan lambung, dan dispepsia) serta
efek samping pada ginjal (penahanan garam dan cairan, dan
hipertensi) . Efek samping ini tergantung pada dosis yang
digunakan. Obat ini tidak disarankan untuk digunakan oleh wanita
hamil, terutama pada trimester ketiga. Namun parasetamol
dianggap aman digunakan oleh wanita hamil , namun harus
diminum sesuai aturan karena dosis tinggi dapat menyebabkan
keracunan hati.
Semprotan Etil klorida
Etil klorida merupakan anestesi topikal secara aerosol dengan cara
membekukan kulit. Ketika digunakan secara topikal pada kulit, Etil
Kloride membentuk efek pendinginan pada permukaan kulit dengan cara
menguap secara cepat. Dingin yang diciptakan oleh semprotan tersebut
mengganggu kemampuan tubuh untuk merasakan sakit. Hal ini terjadi
karena dingin mengurangi kecepatan antaran saraf dari serat C dan serat
A-delta. Hal ini mengganggu input nociceptive (rangsangan ke otak
sehingga menimbulkan sensasi rasa sakit) ke sumsum tulang belakang.
Proses ini mematikan sementara daerah tersebut
22
23. TERAPI
DAFTAR PROGRAM LATIHAN LBP
Teknik Latihan
Sikap dasar adalah telentang
- Pelvic Tilting
Untuk menguatkan otot gluteus maksimus dan mencegah
hiperlordosis lumbal
Teknik : menekankan punggung pada alas sambil menegangkan
otot perut dan kedua otot gluteus maksimus . Pertahankan selama
5-10 hitungan.
- Lutut ke dada
Untuk meregangkan otot punggung yang tegang dan spasme
Teknik : tarik lutut ke dada bergantian semaksimal mungkin tanpa
menimbulkan rasa sakit, dipertahankan 5-10 detik, lakukan juga
dengan kedua lutut.
- Meregangkan tubuh bagian lateral
Untuk meregangkan otot lateral tubuh yang tegang
Teknik ; dengan tangan di bawah kepala dan siku menempel pada
alas, paha kanan disilangkan ke paha kiri kemudian tarik
kesamping kanan dan kiri sejauh mungkin, lakukan juga dengan
menyilangkan paha kiri di atas paha kanan.
- Straight Leg Raising
Untuk meregangkan dan menguatkan otot hamstring dan gluteus
Teknik : satu lutut kanan di tekuk, kaki kiri di naikkan ke atas
23
24. tanpa bantuan lengan dan tangan , dipertahankan 5-10 detik, ulangi
sebaliknya
- Sit Up
Untuk menguatkan otot perut dan punggung bawah
Teknik : pelan-pelan menaikkan kepala dan leher sehingga dagu
menyentuh dada, diteruskan dengan mengangkat punggung bagian
sampai kedua tangan mencapai lutut (tangan diluruskan),
sedangkan punggung bagian tengah dan bawah tetap menempel
pada dasar.
- Hidung ke lutut
Untuk memperkuat otot perut dan meregangkan otot iliopsoas
Teknik : dengan posisi menekuk , lutut secara bergantian ditarik
sampai ke hidung, pertahankan 5-10 detik, lakukan pada lutut
satunya.
- Gerakan gunting
Untuk meregangkan dan menguatkan otot hamstring, punggung,
gluteus dan abdomen
Teknik : kedua tangan di belakang kepala, tarik kedua tungkai ke
atas, kemudian kedua kaki disilangkan, tungkai ditarik ke muka
belakang bergantian, lakukan 10 kali, kemudian ke samping kanan
dan samping kiri
- Hiperestensi sendi paha
Untuk menguatkan otot gluteus dan punggung bawah serta
24
25. meregangkan otot fleksor paha
Teknik ; dengan posisi tengkurap, tungkai ditarik ke atas , ulangi
pada kaki sebelahnya.
PROGNOSIS
Dengan operasi 90% perbaikan fungsi secara baik dalam 1 tahun.
Perbaikan motoris biasanya lebih cepat dari pada sensorik. Menurut
Anderson, faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan/prognosis
adalah: diagnosis etiologi spesifik, usia lanjut, pernah nyeri pinggang
sebelumnya dan gangguan psikososial. Sebagian besar pasien sembuh
secara cepat dan tanpa gangguan fungsional. Rata-rata 60-70% sembuh
dalam 6 minggu, 80-90% dalam 12 minggu. Penyembuhan setelah 12
minggu berjalan sangat lambat dan tak pasti. Diagnosis sangat berkaitan
dengan penyembuhan, penderita nyeri pinggang bawah dengan iskialgia
membutuhkan waktu lebih lama dibanding dengan tanpa iskialgia. Dari
penelitian Weber, tahun pertama terdapat perbaikan secara signifikan pada
kelompok yang dioperasi dibanding tanpa operasi, namun kedua kelompok
baik dioperasi maupun tidak, pada observasi tahun ke 4-10 terlihat
perbaikan yang ada tidak berbeda secara signifikan.
Alasan penanganan non operatif didukung oleh penelitian secara
klinis dan otopsi yang memperlihatkan protrusi dan ekstrusi dari material
diskus dapat diabsorbsi dikemudian hari. Dimana 90% dari pasien yang
sudah diagnosis definitif herniasi diskus lumbal dan radikulopati, adanya
kriteria jelas untuk operasi, berhasil ditangani dengan cara rehabilitasi
secara agresif dan medikamentosa
KESIMPULAN
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain /LBP ) adalah sindroma klinik yang
ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah
25
26. tulang punggung bagian bawah. Dalam masyarakat LBP tidak mengenal
perbedaan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat pendidikan,
semuanya bisa terkena LBP. Lebih dari 80 % umat manusia dalam hidupnya
pernah mengalami LBP.
Banyak klasifikasi nyeri pinggang ditemukan, masing masing mempunyai
kelemahan ada yang berdasarkan anatomis ( nyeri pinggang primer, sekunder,
referral dan psikosomatik), ada yang berdasarkan sumbar rasa nyeri (viserogenik,
neurogenik, vaskulogenik, spindelogenik, dan psikogenik), penyebab nyeri
pinggang sangat bervariasi, ada yang ringan (sikap tubuh yang salah) sampai ada
yang serius (keganasan).
Evaluasi nyeri pinggang membutuhkan pendekatan kritis dan sisitematik,
yang harus disesuaikan dengan keluhan si penderita.
Dengan pola latihan yang benar, bertahap dan teratur, keluhan LBP akan
berkurang dan tidak tergantung dengan pemberian obat. Selain itu dengan pola
hidup yang sehat, tidak menggunakan hak yang tinggi, tidak tidur di atas kasur
dengan per, akan membantu mengurangi keluhan LBP
DAFTAR PUSTAKA
26
27. 1. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik,
patofisioloogi dan penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A,
Purba JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167.
2. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet
1999; 354:581-5.
3. Wheeler AH, Stubbart JR. Pathophysiology of Chronic Back Pain. (Cited
Jan 2004) Available from: URL
http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm .
4. Sidharta P. Anamnesa kasus nyeri di ekstermitas dan pinggang. Sakit
pinggang. In: Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : Pustaka
universitas, 1980: 64-75
5. Armis, Prinsip-prinsip Umur Fraktur dalam Trauma Sistema
Muskuloskeletal, FKUGM, Yogyakarta, hal : 1-32.
6. Berend ME, Harrelson JM, Feagin JA, Fractures and Dislocation in Sabiston
Jr DC, Texbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical
Practice, Fifteenth Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1997,
pp. 1398-1400.
7. Carter MA, Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam Price SA,
Wilson LM, Patofisiologi Konsep-konsep Klinis Proses- proses Penyakit,
Buku II, edisi 4, EGC, Jakarta, 1994, hal 1175-80.
8. Dorland, Kamus Kedokteran, edisi 26, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 1996, hal 523,638,1119.
9. Reksoprodjo, S, Pemeriksaan Orthopaedi dalam Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah FKUI, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1995, hal : 453-471.
10. Yatim, Faisal. 2006. Penyakit Tulang dan Persendian. Jakarta : Pustaka
Populer Obor.
11. Jackson. 2004. Calcium plus Vitamin D Supplementation and the Risk of
Fractures.NEJM.
27