Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Laporan Kasus Bronkopneumonia Stase Anak (Aulia Dwi Juanita)
1. LAPORAN KASUS
AN. MRA, 2 BULAN, DENGAN BROKOPNEMONIA
Disusun Oleh :
Aulia Dwi , S.Ked
(21360331)
Perseptor :
dr. Astri Pinilih, Sp. A
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT PERTAMINA - BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2023
2. ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
AN. MRA, 2 BULAN, DENGAN BROKOPNEMONIA
Yang diajukan oleh :
Aulia Dwi , S.Ked
NPM: 21360331
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Studi Pendidikan Profesi
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung
Mengetahui :
dr. Astri Pinilih, Sp.A
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT PERTAMINA - BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2023
3. iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr.Wb.
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat yang
dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah laporan kasus
dengan judul “Brokopnemonia”.
Yang bertujuan untuk memenuhi tugas dan persyaratan dalam menempuh
program Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Bintang Amin Fakultas Kedokteran
Universitas Malahayati.
Dalam proses penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak.
Pada kesempatanini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. dr. Astri Pinilih, Sp.A, atas bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada
penulis selama menempuh masa kepaniteraan klinik di bagian Anak
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
2. Teman-teman bagian Anak pada kepaniteraan klinik Rumah Sakit Bintang
Amin Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,baik
dari segi isi maupun penyajiannya untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka menyempurnakan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua, amin.
Wassalamu’alaikumWr.Wb
Bandar Lampung, April 2023
(Aulia Dwi )
4. iv
DAFTAR ISI
HALAMAN AWAL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ..ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ..iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ..iv
BAB I STATUS PASIEN ............................................................................. ..1
I. IDENTITAS .......................................................................................... ..1
II. ANAMNESIS ........................................................................................ ..2
III. PEMERIKSAAN FISIK ....................................................................... ..4
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG ......................................................... ..8
V. DIAGNOSIS .......................................................................................... ..10
VI. DIAGNOSIS BANDING ...................................................................... ..10
VII. RESUME ............................................................................................... ..11
VIII. TATA LAKSANA ................................................................................. ..11
IX. PROGNOSIS ......................................................................................... ..12
X. FOLLOW UP ......................................................................................... ..12
BAB II ANALISIS KASUS ......................................................................... ..15
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. ..21
1. Definisi....................................................................................................... ..21
2. Etiologi..........................................................................................................22
3. Faktor risiko................................................................................................. .23
4. Gejala …...................................................................................................... .23
5. Klasifikasi ………....................................................................................... .24
6. Diagnosis .................................................................................................... .24
7. Diagnosa Banding........................................................................................ .27
8. Komplikasi …….......................................................................................... .27
9. Tatalaksana ……......................................................................................... .28
10. Pencegahan ................................................................................................. .30
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................... ..31
DAFTAR PUSTAKA
5. 1
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : An. MRA
Umur : 2 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : 20 Januari 2023
BB/TB : 6,2kg / 58 cm
Agama : Islam
Alamat : Bandar Lampung
Masuk RS tanggal : 19-03-2023
Ruang Perawatan : Bangsal Anak
IDENTITAS ORANGTUA
Ayah
• Nama : Tn. KR
• Usia :27 Tahun
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Pendidikan : SMA
•
Ibu
• Nama : Ny. NN
• Usia : 25 Tahun
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Pendidikan : SMA
6. 2
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesa dari orang tua pasien pada hari Rabu
tanggal 19/03/2023 di Ruang Anak RSPBA Pukul 20:47.
Keluhan Utama
Batuk, Pilek, dan Sesak sejak 1 bulan SMRS
Keluhan Tambahan
Demam (+), Sesak bertambah bila batuk, lemas (+)
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang diantar orangtuanya dengan keluhan sesak yang hilang timbul
sejak kurang lebih 1bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan sesak
tersebut semakin bertambah terutama ketika batuk. Os juga mengalami
batuk berdahak yang hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu, dahak keputihan
dan tidak bercampur darah.
Seminggu SMRS, os mengeluhkan pilek dan demam disertai sedikit sesak.
Mual dan muntah disangkal, nyeri perut disangkal, BAB dan BAK normal.
Kemudian 1 hari SMRS os semakin sering terlihat sesak terutama jika
sedang batuk sehingga pada 19 Maret 2023 os dibawa ke RS.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Os. Belum pernah mengalami sakit serupa sebelumnya
• Riw. Alergi (-), batuk pada malam hari (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
• 2 bulan yang lalu sepupu os. mengalami batuk
• Riw. Alergi (-) pada ayah dan ibu os
Riwayat Psikososial
Os merupakan anak ke pertama. Os tinggal di rumah permanen. Os tidur
bersama kedua orang tua. Rumah os berada di komplek dan tidak ada area
perkebunan, memakai bak mandi tertutup, dan banyak sampah pada
7. 3
pembuangan air di depan rumah os, terdapat jendela dan ventilasi udara
yang baik.
Riwayat Pengobatan
Sebelum ke IGD RSPBA pasien mengkonsumsi obat penurun demam
dengan sediaan sirup.
Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan (-), riwayat alergi obat (-)
Riwayat Kehamilan & Persalinan Ibu
Lahir dari ibu G1P0A0 cukup bulan, ditolong oleh bidan secara normal,
BBL 2900 gram, PBL 50 cm, bayi langsung menangis
Riwayat Makan & Minum
• Saat ini pasien minum ASI secara eksklusif tanpa makanan tambahan
dan tanpa susu formula.
• Nafsu makan pasien tidak baik, pasien masih suka makan buah buahan.
Tetapi sulit makan sayur
Riwayat Imunisasi
Imunisasi wajib :
Pasien sudah imunisasi lengkap sesuai usianya di Posyandu oleh bidan.
• BCG : 1 bulan
• Polio : 1 bulan, 2 bulan
• DPT-Hib : 2 bulan
• Hep B : 0 bulan, 2 bulan
Riwayat Perkembangan
Os berusia 2 bulan:
Motorik : Anak baru bisa menggerakkan lengan dan tungkai dengan
mudah, dapat sedikit mengikuti gerakan ibu dengan menggerakan
8. 4
kepala ke kanan dan ke kiri, juga dapat mengangkat kepala membentuk
sudut 45°
Komunikasi : Mengeluarkan suara-suara lain (seperti mengoceh)
dan menangis
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
T : 38°
C
N : 105x/menit
RR : 30x/menit
SPO2 : 97%
Status Gizi
● Usia : 2 bulan
● BB sekarang : 6,2 kg
● PB : 58 cm
● LILA : 14 cm
● LK : 40 cm
Berdasarkan kurva pertumbuhan CDC 2000 dengan gambaran kurva
sebagai berikut:
Kurva Berat Badan Menurut Usia
9. 5
Kurva Pertumbuhan BB Menurut Usia
BB : 6,2 kg
Usia : 2 bulan
Berdasarkan pada kurva berat badan berdasarkan usia atau WAZ (Weight
for Age Z-Score) pasien berada di 0 sampai dengan 2 SD yang berarti
normal. Pada kasus ini kesan berat badan anak normal sesuai dengan
usianya.
Interpretasi:
< -3 SD : Sangat Kurus
-3 SD sampai dengan < -2 SD : Kurus
-2 SD sampai dengan 2 SD : : Normal
> 2 SD : Gemuk
Kurva Tinggi Badan Menurut Usia
Kurva Pertumbuhan PB Menurut Usia
PB : 58 cm
Usia : 2 bulan
Berdasarkan pada kurva tinggi badan berdasarkan usia atau HAZ (Height for Age
Z-Score) pasien berada di 0 SD hingga 2 SD yang berarti termasuk batas rata-rata
normal. Pada kasus ini kesan anak dengan perawakan tinggi badan sesuai umur.
Interpretasi:
< -3 SD : Sangat pendek
-3 SD sampai dengan < -2 SD : Pendek
-2 SD sampai dengan 2 SD : Normal
> 2 SD : Tinggi
10. 6
Kurva Berat Badan Menurut Tinggi Badan
Kurva Pertumbuhan BB Menurut PB
BB : 6,2 kg
PB : 58 cm
Berdasarkan pada kurva berat badan menurut tinggi badan atau WHZ (Weight for
Height Z-Score) pasien berada diantara 0 SD sampai dengan 2 SD yang berarti
gizi baik. Pada kasus ini status gizi anak adalah gizi baik.
Interpretasi:
< -3 SD : Gizi Buruk
-3 SD sampai dengan < -2 SD : Gizi Kurang
-2 SD sampai dengan 2 SD : Gizi Baik
> 2 SD : Gizi Lebih
Status Generalisata
Kepala
Bentuk : Normocephali. Rambut warna hitam tidak mudah rontok
Rambut : Warna hitam tidak mudah rontok
Mata : Refleks pupil (+/+) isokor, Konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), Edema palpebra (-/-), Mata merah (-/-), Mata berair
(-/-)
11. 7
Telinga : Bentuk normal, Tanda peradangan (-/-), Sekret (-/-),
Serumen berlebih (-/-), Pendengaran baik (+).
Hidung : Simetris, Epistaksis (-), Secret (-), Nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bentuk normal, Bibir sianosis (-), Bibir kering (-), Lidah
kotor (-), Stomatitis (-).
Leher : Simetris, Pembesaran KGB (-).
Thorax
Inspeksi : Normothorax, Simetris, retraksi dada (-), Jejas(-)
Palpasi : Vokal fremitus pada seluruh lapang paru, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler pada kedua lapang paru, rhonki basah halus
(+/+), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat, DBN, massa (-)
Palpasi : Iktus kordis teraba, massa (-), Nyeri tekan (-).
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, asites (-), jejas (-), massa (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Palpasi : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-) pada epigastrium.
Perkusi : Timpani (+)
Genitalia : Dalam batas normal.
12. 8
Ekstremitas
Atas : Gerak Aktif (+/+), Akral hangat (+/+), Ruam
makulopapular (+/+)
Bawah : Gerak Aktif (+/+), Akral hangat (+/+), Ruam
makulopapular (+/+)
Pemeriksaan tanda rangsangan meningeal
Kaku kuduk (-), brundzinski (-) ,laseq (-),kernig (-), reflek fisiologi (+),
reflek patologi (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan darah darah lengkap 19 maret 2023.
HEMATOLOGI
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Hemoglobin 8,9 Lk 14-18 Wn 12-16 gr/dl
Leukosit 11.200 4.500 - 10.700 ul
Hit. Jenis Leukosit Basofil 0 0 – 1 %
Hit. Jenis Leukosit Eosinofil 0 0 – 3 %
Hit. Jenis Batang 1 2 – 6 %
Hit. Jenis Leukosit Segmen 42 50 – 70 %
Hit. Jenis Leukosit Limposit 53 20 – 40 %
Hit. Jenis Monosit 5 2 – 8 %
Eritrosit 2,9 Lk 4,6-6,2 Wn 4,2-6,4 10^6/ul
Hematokrit 26 Lk 50-54 Wn 38-47 %
Trombosit 213.000 159.000 - 400.000 ul
13. 9
MCV 90 80 – 96 fl
MCH 31 27 – 31 pg
MCHC 34 32 - 36 g/dl
ALC 5712
NLR 0,86
Pemeriksaan Rontgen Torax
Rontgen thorax AP Tanggal : 19 Maret 2023
• Posisi trakea agak ke kanan
• Mediastinum superior tidak melebar
• Tampak bayangan opak homogen, batas tegas, tepi reguler, di daerah
paratrakeal kanan (thymus)
14. 10
• Jantung tidak membesar (CTR<50%)
• Aorta masih tampak normal
• Sinus costoprenicus dextra tumpul
• Sinus cardioprenicus bilateral normal
• Diafragma bilateral normal
• Pulmo :
o Hilus kanan normal, kiri kabur
o Corakan bronkovaskular bertambah
o Tampak suspek infiltrat di daerah suprahiler
dan perihiler kiri serta paracardial bilateral
o Kranialisasi (-)
• Skletal : Dalam batas normal
KESAN :
• Radiografi thorax AP saat ini menunjukkan adanya suspek
bronkopneumonia, perlu dipertimbangkan (Bagaimana klinis dan lab?)
• Bayangan opak homogen, batas tegas, tepi reguler, di daerah paratrakeal
kanan (thymus)
• Tidak tampak kardiomegali
V. DIAGNOSIS
Bronkopneumonia
VI. DIAGNOSIS BANDING
Bronkopneumonia
Bronkitis
Croup
15. 11
VII. RESUME
Os datang diantar orangtuanya dengan keluhan sesak yang hilang timbul sejak
kurang lebih 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan sesak tersebut
semakin bertambah terutama ketika batuk. Os juga mengalami batuk berdahak
yang hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu, dahak keputihan dan tidak
bercampur darah. Mual dan muntah disangkal, nyeri perut disangkal, BAB
dan BAK normal. 1 hari SMRS os semakin sering terlihat sesak terutama jika
sedang batuk.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu febris dan auskultasi ronki basah
halus pada kedua lapang paru. Pada pemeriksaan penunjang lab, Hb 8,9gr/dL,
Leukosit 11.200, Ht 26%, kemudian pada rontgen didapatkan kesan
bayangan opak homogen, batas tegas, tepi reguler, di daerah paratrakeal
kanan (thymus), saat ini menunjukkan adanya suspek bronkopneumonia.
VIII. TATA LAKSANA
Tatalaksana Lanjutan oleh DPJP IVFD RL 12 tpm mikro
Inj. Ondan 2 x 0,6mg
Inj. Paracetamol 3 x 6 cc
Ambroxol syr 3x0,6cc
Inj.Ceftriaxone 1x300mg + NS
50cc
Nebu Ventolin 3 x 1
O2 1-2lpm jika SpO2 <90%
16. 12
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam: Dubia ad bonam
Quo ad functionam: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam: Dubia ad bonam
X. FOLLOW UP
20/03/2023
S
sesak berkurang, sesak hanya timbul jika sedang
batuk.
Nafsu makan mulai naik
O
KU : Compos mentis ,
Hr : 99 x/menit
Rr : 22 x/menit
T : 37°C
SPO2 : 97%
A Bronkopneumonia
P
IVFD RL 12 tpm mikro
Inj. Ondan 2 x 0,6mg
Inj. Paracetamol 3 x 6 cc
Ambroxol syr 3x0,6cc
Inj.Ceftriaxone 1x300mg + NS 50cc
Nebu Ventolin 3 x 1
O2 1-2lpm jika SpO2 <90%
21/03/2023
S
sesak dirasakan hilang timbul, batuk masih dirasakan
demam (+) pasien masih sering rewel
O
KU : Compos mentis
Hr : 131 x/menit
Rr : 30 x/menit
17. 13
T : 36,7°C
SPO2 : 98%
A Bronkopneumonia
P
IVFD RL 12 tpm mikro
Inj. Ondan 2 x 0,6mg
Inj. Paracetamol 3 x 6 cc
Ambroxol syr 3x0,6cc
Inj.Ceftriaxone 1x300mg + NS 50cc
Nebu Ventolin 3 x 1
O2 1-2lpm jika SpO2 <90%
22/03/2023
S
Batuk masih dirasakan namun sudah berkurang,
sesak nafas hilang timbul demam masih ada pasien
masih terkadang gelisah
O
KU : Compos mentis
Hr : 115 x/menit
Rr : 32 x/menit
T : 36,5°C
SPO2 : 97%
A Bronkopneumonia
P
IVFD RL 12 tpm mikro
Inj. Ondan 2 x 0,6mg
Inj. Paracetamol 3 x 6 cc
Ambroxol syr 3x0,6cc
Inj.Ceftriaxone 1x300mg + NS 50cc
Nebu Ventolin 3 x 1
O2 1-2lpm jika SpO2 <90%
23/03/2023
S Keluhan membaik
O
KU : Compos mentis
Hr : 115 x/menit
18. 14
Rr : 32 x/menit
T : 36,5°C
SPO2 : 97%
A Bronkopneumonia
P
Obat pulang :
Cefixime syr 100mg/5mL : 2 x 1,5mL
Paracetamol syr 120mg/5mL : 3 x 6 cc
Zinc 1 x 5 mg
Salbutamol syr 2mg / 5mL : 3 x 2mL
Blpl
19. 15
BAB II
ANALISIS KASUS
Kasus Teori
Anamnesis
• Sesak yang hilang timbul
1bulan
• Batuk berdahak dan pilek
• Demam
• Tampak lemah
• BAB & BAK normal
• Batuk yang awalnya kering,
kemudian menjadi produktif
dengan dahak purulent bahkan
bisa berdarah.
• Sesak nafas
• Demam
• Kesulitan makan/minum
• Tampak lemah
• Serangan pertama atau berulang,
untuk membedakan dengan
kondisi imunokompromais,
kelainan anatomi bronkus, atau
asma
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : Tampak
sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis
• T : 38°
C
• N : 105x/menit
• RR : 30x/menit
• SPO2 : 97%
• Px kepala : CA (-/-) SI (-/-)
• Px mata : dbn
• Px leher : dbn
• - Demam
• - Batuk disertai sputum kental
• - Sesak nafas (RR meningkat)
• - Rewel
• - Tidak nafsu makan dan minum
• - Nadi teraba cepat
• - Adanya bunyi nafas
tambahan (ronkhi / wheezing)
Penilaian keadaan umum anak,
frekuensi napas, dan nadi harus
20. 16
16
• Px mulut: Bentuk Simetris
• Px thorax : rhonki basah
halus (+)
• Px abdomen : dbn
• Ektremitas : Akral hangat
+/+, sianosis -/-
dilakukan pada saat awal
pemeriksaan sebelum pemeriksaan
lain yang dapat menyebabkan anak
gelisah atau rewel. - Penilaian
keadaan umum antara lain meliputi
kesadaran dan kemampuan makan/
minum. - Gejala distres pernapasan
seperti takipnea, retraksi subkostal,
batuk, krepitasi, dan penurunan
suara paru - Demam dan sianosis -
Anak di bawah 5 tahun mungkin
tidak menunjukkan gejala
pneumonia yang klasik. Pada anak
yang demam dan sakit akut, terdapat
gejala nyeri yang diproyeksikan ke
abdomen. Pada bayi muda, terdapat
gejala pernapasan tak teratur dan
hipopnea.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
- Hb : 8,9 gr/dL (↓)
- Leukosit : 11.200 ul (↑)
- Eritrosit : 2,9 10^6/ul (↓)
- Ht : 26% (↓)
Pemeriksaan laboratorium pada
bronkopneumonia :
- jumlah leukosit dan hitung jenis
leukosit meningkat
- kultur dan pewarnaan gram
ditemukan bakteri penyebab
pneumonia
- LED meningkat
21. 17
17
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen Thorax AP
KESAN :
• Radiografi thorax AP saat ini
menunjukkan adanya suspek
bronkopneumonia, perlu
dipertimbangkan (Bagaimana
klinis dan lab?)
• Bayangan opak homogen,
batas tegas, tepi reguler, di
daerah paratrakeal kanan
(thymus)
Pemeriksaan Rontgen Thorax pada
Bronkopneumonia :
1. infiltrat interstitial, ditandai dengan
peningkatan corakan
bronkovaskular, peribronchial
cuffing, dan hiperaerasi
2. Infiltrat alveolar, merupakan
konsolidasi paru dengan air
bronchogram. Konsolidasi dapat
mengenai satu lobus disebut dengan
pneumonia lobaris, atau terlihat
sebagai lesi tunggal yang biasanya
cukup besar, berbentuk sferis,
berbatas tidak tegas dan menyerupai
lesi tumor paru → round pneumonia
3. Bronkopneumonia, ditandai dengan
gambaran difus merata pada kedua
lapang paru, berupa bercak-bercak
infiltrat yang dapat meluas hingga
daerah perifer paru disertai dengan
peningkatan corakan peribronkial
22. 18
ANALISIS PENATALAKSANAAN KASUS
Farmakologi
• Terapi cairan
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun
parenteral. cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada
komplikasi, penurunan kesadaran serta sulit makan. Cairan harus
mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Pemberian cairan seberapa
banyak yang diberikan bergantung perhitungan kehilangan cairan yang
sesuai dengan umur dan berat badannya.
Rumus holiday segar
<10 kg = 100 x BB Makro = 0,4 x 20 = 8 tpm
= 100 x 6,2 kg Mikro = 0,4 x 60 = 24 tpm
= 620 cc/hari
620 : 24 = 25,8 cc/jam
25,8 : 60 = 0,4 cc/menit
Pemberian terapi cairan sebanyak 8 tetes makro/menit
Antiemetik
Ondansetron adalah obat yang memiliki fungsi untuk menekan mual dan
muntah. Ondansetron dapat digunakan sendiri atau dengan obat lain untuk
mencegah mual dan muntah yang disebabkan oleh terapi obat kanker
(kemoterapi) dan terapi radiasi. Ondansetron bekerja dengan cara menghalangi
salah satu zat alami tubuh (serotonin) yang menyebabkan muntah. Apabila
23. 19
serotonin dihambat maka dapat menekan mual dan muntah pada sistem saraf
pusat.
Ondancentron : 0,1-0,2 mg/kgBB IV/kali
0,1-0,2 x 6,2kg= 0,6mg-1,2/kgBB IV/kali
Pada kasus diberikan 0,6mg/kali IV
Antipiretik
Paracetamol merupakan obat analgetik-antipiretik yang bekerja pada pusat
penghantaran suhu di hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh (antipiretik).
Diberikan inj. Paracetamol fls 10-15 mg/kgbb/kali diberikan 3-4x sehari.
Sediaan 1000mg/100ml.
Dosis pada kasus untuk BB 6,2kg = 6,2 x 10-15cc = 62mg-93 mg / kali
Pada kasus diberikan 6 cc per kali atau sama 60 mg per kali.
Ambroxol syr
Ambroxol syr adalah obat batuk mukolitik yaitu obat yang digunakan sebagai
pengencer dahak. Kandungan Ambroxol sirup adalah ambroxol yang bekerja
dengan cara memecah serat asam mukopolisakarida sehingga dahak lebih
encer. Dosis anak adalah 0,5mg/kgBB/kali. Sediaan 15mg / 5ml.
Pada kasus BB 6,2 kg adalah 6,2kg x 0,5mg = 3,1 mg atau 1 cc per kali
pemberian.
24. 20
• Antibiotik
Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat
menerima obat per oral (misal karena muntah). Antibiotik intravena yang
dianjurkan adalah ampisilin dan kloramfenikol, ceftriaxone, cefuroxime dan
cefotaxime. Dosis yang diberikan 50-80 mg/kg/hari.
Dosis pada kasus dengan BB 6,2 kg adalah 300mg – 465 mg / 24 jam.
Nebu Ventolin
Dosis 0,1-0,15mg/KgBB diencerkan dalam 2-5ml NaCl 0,9%. Sediaan
Ventolin adalah 2,5mg/2,5ml NaCl.
Dosis pada kasus dengan BB 6,2 kg adalah 0,62mg-0,93mg atau ½ - 1 ampul
+ NaCl 2cc
Oksigen
Terapi suportif pada anak dengan bronkopneumonia berupa pemberian O2 2
L/menit. Oksigen diberikan untuk mengatasi hipoksemia, menurunkan usaha
untuk bernapas, dan mengurangi kerja miokardium
25. 21
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitial. Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa
pneumonia merupakan suatu keadaan inflamasi, namun sangat sulit untuk
membuat suatu definisi tunggal yang universal. Pneumonia didefinisikan
berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta perjalanan penyakitnya. World
Health Organization (WHO) mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan
penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi
pernapasan. Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai
negara terutama di negara berkembang termasuk Indonesia.
Insidens pneumonia pada anak Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan
pneumonia, antara lain virus, jamur, dan bakteri. S. pneumoniae merupakan
penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua kelompok umur. Virus
lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun. Respiratory Syncytial
Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak kurang dari 3
tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parainfluenza virus, dan
influenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia
pneumonia, lebih sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan
penyebab tersering yang ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun.
Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa Streptococcus pneumonia dan
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan
pada apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor
meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain defek anatomi
bawaan, defisit imunologi, polusi, GER (gastroesophageal reflux), aspirasi, gizi
buruk, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu (ASI),
26. 22
imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan
kamar tidur yang terlalu padat penghuninya.
2. ETIOLOGI
27. 23
3. FAKTOR RISIKO
1. Usia
Orang berusia 65 tahun ke atas dan anak-anak usia 2 tahun ke bawah
berisiko lebih tinggi terserang bronkopneumonia dan komplikasinya.
2. Lingkungan
Bronkopneumonia lebih berisiko dialami oleh seseorang yang bekerja atau
sering mengunjungi rumah sakit atau panti jompo.
3. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat, seperti kebiasaan merokok dan mengonsumsi
minuman beralkohol, bisa meningkatkan risiko bronkopneumonia.
4. Kondisi medis
4. GEJALA
- Demam
- Batuk disertai sputum kental
- Sesak nafas
- Rewel
- Tidak nafsu makan dan minum
- Nadi teraba cepat
- Adanya bunyi nafas tambahan (ronkhi / wheezing)
28. 24
5. KLASIFIKASI PNEUMONIA (WHO)
Bayi <2 bulan
• Pneumonia berat : napas cepat atau retraksi yang berat
• Pneumonia sangat berat : tidak mau minum asi, kejang, letargis, demam
atau hipotermia, bradipnea atau napas irreguler
Anak 2 bulan-5 tahun
• Pneumonia ringan : napas cepat
• Pneumonia berat : retraksi
• Pneumonia sangat berat : tidak dapat minum atau makan, kejang,
letargis, malnutrisi
6. DIAGNOSIS
Diagnosis pasti dilakukan dengan idientifikasi kuman penyebab
pneumonia. Identifikasi kuman penyebab dapat dilakukan melalui:
- Kultur sputum/bilasan cairan lambung
- Kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus
- Deteksi antigen bakteri
Anamanesis
Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan dahak
purulen bahkan bisa berdarah
- Sesak napas
- Demam
- Kesulitan makan/minum
- Tampak lemah
- Serangan pertama atau berulang, untuk membedakan dengan kondisi
imunokompromais, kelainan anatomi bronkus, atau asma/
29. 25
Pemeriksaan Fisis
- Penilaian keadaan umum anak, frekuensi napas, dan nadi harus
dilakukan pada saat awal pemeriksaan sebelum pemeriksaan lain yang
dapat menyebabkan anak gelisah atau rewel.
- Penilaian keadaan umum antara lain meliputi kesadaran dan
kemampuan makan/ minum.
- Gejala distres pernapasan seperti takipnea, retraksi subkostal, batuk,
krepitasi, dan penurunan suara paru
- Demam dan sianosis
- Anak di bawah 5 tahun mungkin tidak menunjukkan gejala
pneumonia yang klasik. Pada anak yang demam dan sakit akut, terdapat
gejala nyeri yang diproyeksikan ke abdomen. Pada bayi muda, terdapat
gejala pernapasan tak teratur dan hipopnea.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
- jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit
- kultur dan pewarnaan gram
- LED meningkat
Pemeriksaan Rontgen Thorax
1. Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corakan
bronkovaskular, peribronchial cuffing, dan hiperaerasi
2. Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air
bronchogram. Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut
dengan pneumonia lobaris, atau terlihat sebagai lesi tunggal yang
biasanya cukup besar, berbentuk sferis, berbatas tidak tegas dan
menyerupai lesi tumor paru → round pneumonia
30. 26
3. Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada
kedua lapang paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat
meluas hingga daerah perifer paru disertai dengan peningkatan
corakan peribronkial
Radiografi AP dari anak dengan pneumonia.
Rontgen menunjukkan adanya konsolidasi udara di paru kanan yang
merupakan karakteristik BP
31. 27
7. DIAGNOSA BANDING
8. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, antara lain:
a. Atelektasis Atekektasis merupakan pengembangan paru-paru yang tidak
sempurna atau kolaps paru akibat kurangnya mobilasi atau reflek batuk
hilang
b. Empisema Empisema merupakan keadaan dimana terkumpulnya nanah
dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau terdapat pada seluruh
rongga pleura
c. Meningitis Meningitis merupakan infeksi yang menyerang selaput otak
.
32. 28
9. TATALAKSANA
Terapi suportif berupa pemberian O2 2 L/menit. Oksigen diberikan untuk
mengatasi hipoksemia, menurunkan usaha untuk bernapas, dan mengurangi
kerja miokardium. Untuk mengatasi demam pasien diberikan antipiretik
paracetamol yang diberikan selama pasien demam. Dosis yang digunakan
adalah 10-15 mg/kgBB/kali pemberian. Dapat diulang pemberiannya setiap 4-
6 jam. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Umumnya dipilih antibiotik ceftriaxone yang merupakan
antibiotik sefalopsorin generasi ketiga dengan aktivitas yang lebih luas
terhadap bakteri gram negatif. Dosis ceftriaxone yaitu 50-100
mg/KgBB/hari, dalam dua dosis pemberian. Antibiotik ceftriaxone diberikan
sebanyak 350 mg dua kali sehari secara intra vena.
Kriteria Rawat Inap Bayi:
Saturasi oksigen <92%, sianosis
RR >60 x/menit
Distres pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
Tidak mau minum/menetek
Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Kriteria Rawat Inap Anak
Saturasi oksigen <92%, sianosis
RR >50 x/menit
Distres pernapasan, Grunting
Terdapat tanda dehidrasi
Keluarga tidak bisa merawat di rumah
33. 29
Tatalaksana Umum
1. Berikan cairan intravena dan balance cairan ketat
2. Antipiretik dan analgetik,
3. Nebulisasi dengan B2 agonis dan atau Nacl untuk memperbaiki
mucocilliary clereance
4. Pasien yang menggunakan O2 harus diobservasi min. 4 jam sekali
termasuk px saturasi
5. Observasi keadaan umum/ tanda vital/ balance cairan
6. Bila kejang, dapat diberi antikejang
7. Pemberian Antibiotik
Rekomendasi UKK Respirologi
- Antibiotik untuk community acruired pneumonia
Neonatus -2 bulan : ampisilin + gentamisin
>2 bulan :
- Lini I : ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat
ditambahkan kloramfenikol
- Lini II : seftriaksone
34. 30
Kriteria pulang :
1. Gejala dan tanda pneumonia menghilang
2. Asupan peroral adekuat
3. Pemberian antibiotik di rumah diteruskan (oral)
4. Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
5. Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah
10. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan pneumonia pada anak bisa dengan imunisasi atau non
imunisasi. Upaya pencegahan non imumisasi meliputi pemberian ASI
eksklusif, pemberian nutrisi yang baik, menghindari paparan asap rokok,
perbaikan lingkungan serta berperilaku hidup sehat. Sedangkan upaya
pencegahan dengan imunisasi melalui imunisasi Pneumococus, HiB, pertusis
dan campak. Dari beberapa studi menunjukkan bahwa mencuci tangan
dengan sabun dapat mencegah atau menurunkan angka kejadian pneumonia
sebanyak 50%..
35. 31
BAB IV
KESIMPULAN
Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia yang menyebabkan infeksi dan
peradangan pada saluran udara (bronkus) dan kantung udara (alveolus). Kondisi
ini membuat saluran udara menyempit dan area pertukaran udara dengan darah
menjadi berkurang. Akibatnya, penderita bronkopneumonia menjadi kesulitan
bernapas.
36. 32
DAFTAR PUSTAKA
1. Adegbola, RA and Obaro, SK. Review diagnosis of childhood pneumonia in
the tropics. Annal of Trop Med Par. 2000;94:197-207.
2. British Thoracic Society of Standards of Care Committee. BTS guidelines for
the management of community acquired pneumonia in childhood. Thorax.
2002;57(suppl1):1i-24i.
3. Kartasasmita CB, Duddy HM, Sudigdo S, Agustian D, Setiowati I, Ahmad TH,
et al. Nasopharyngeal bacterial carriage and antimicrobial resistance in under five
children with community acquired pneumonia. Paediatr Indones. 2001;41:292-5.
4. McIntosh K. Review article: community acquired pneumonia in children. N
Engl J Med. 2002;346:429- 37.
5. Palafox M, Guiscafre H, Reyes H, Munoz O, Martinez H. Diagnostic value of
tachypnea in pneumonia defined radiologically. Arch Dis Child. 2000:82:41-5.
6. Swingler GH and Zwarenstein M. Chest radiograph in acute respiratory
infections in children. The Cochrane Library. 2002 Issue 2.