2. PENDAHULUAN
Reaksi aglutinasi adalah reaksi antara antigen yang tidak
larut dengan antibodi yang larut.
Dapat juga antigen yang bereaksi adalah antigen larut,
tetapi diikat oleh suatu pembawa (carrier) yang tidak larut,
misalnya: sel darah merah, butiran latex dll.
Reaksi aglutinasi dilakukan untuk mendeteksi,
mengkuantisasi, dan menghitung antigen seluler.
Aglutinin merupakan antibodi yang menggumpalkan
(aglutinasi) suatu antigen. Aglutinin bereaksi dengan
antigen selular, seperti bakteri, sel darah putih, sel darah
merah, dan semua antigen lain yang berbentuk sel. 2
3. Mekanisme reaksi : reaksi antigen dengan antigen
binding site yang terdapat pada antibodi antibodi
bereaksi dengan antigen lain gumpalan antigen-
antibodi
Faktor yang mempengaruhi aglutinasi :
Muatan listrik protein
Molaritas medium
Vaskositas media
Fenomena prozone
Jumlah antigen dan antibodi yang seimbang
3
4. Berdasarkan sifat partikelnya :
1. Aglutinasi langsung
Antigen yang digunakan adalah antigen dalam bentuk
aslinya berupa partikel, misalnya suspensi bakteri.
2. Aglutinasi pasif
Antigen dilekatkan pada suatu carrier berupa partikel
inert (latex, gelatin, silika), agar hasil reaksi dapat
terlihat dengan mata.
4
5. MACAM-MACAM
REAKSI AGLUTINASI
• Untuk menetapkan Ab terhadap Ag yang
berupa partikel atau sel
• Contoh pemeriksaan:
• Reaksi widal (deteksi antibodi
terhadap Salmonella typhi)
• Reaksi golongan darah
• Interpretasi:
• Positif : Terbentuk gumpalan
• Negatif : Tidak terbentuk gumpalan
AGLUTINASI DIREK/LANGSUNG
5
7. • Untuk menetapkan antibodi terhadap antigen
yang larut dengan melekatkan dengan antigen
ini terlebih dahulu pada suatu partikel yang di
sebut ”carrier”.
• Partikel yang digunakan dalam teknik ini
adalah lateks, eritrosit, silika, karbon dan lain-
lain.
• Faktor yang mempengaruhi: afinitas konjugat
antigen terhadap carrier, waktu inkubasi
dengan serum penderita dan interaksi yang
terjadi pada lingkungan mikro (pH dan
konsentrasi protein).
AGLUTINASI INDIREK
7
10. • Untuk menyatakan antigen yang larut dalam
serum atau partikel lain
• Antibodi spesifik terhadap antigen
bersangkutan dilekatkan pada permukaan
carrier, baik eritrosit maupun partikel lain.
• Contoh pemeriksaan :
• Deteksi Antigen Tiroid
AGLUTINASI PASIF TERBALIK
10
12. • Modifikasi teknik aglutinasi untuk mendeteksi
antigen yang larut
• Prinsip : kompetisi ikatan antara antibodi
dengan antigen dalam larutan (sampel) dengan
antigen yang sama yang dilekatkan pada
partikel
• Cara kerja:
• Serum atau cairan yang akan diperiksa
direaksikan terlebih dahulu dengan antibodi
spesifik.
• Direaksikan dengan antigen yang dilekatkan
pada suatu partikel. Dilihat ada tidaknya
aglutinasi.
HAMBATAN AGLUTINASI
12
13. • Contoh pemeriksaan :
• Pemeriksaan kehamilan (HCG) dan mendeteksi
berbagai virus
• Interpretasi:
• Ag yang ada pada serum atau cairan yang
diperiksa, mengikat Ab spesifik sehingga Ab
tidak mampu lagi bereaksi dengan Ag pada
permukaan partikel Uji positif(+)/tidak
terjadi aglutinasi
• Apabila dalam serum atau cairan yang diperiksa
tidak tedapat Ag, maka antibodi yang bebas
dapat bereaksi dengan Ag melekat pada
permukaan partikel Uji negatif(-)/terjadi
aglutinasi
HAMBATAN AGLUTINASI
13
14. + + K Aglutinasi
-
Ab Ag ?
+ + K K
Aglutinasi +14
16. PENDAHULUAN
Reaksi presipitasi adalah reaksi antara antigen terlarut dengan
antibodi terlarut menghasilkan kompleks yang terlihat (tidak
larut).
Berlangsung dalam medi cair atau semisolid (agar).
Pembentukan presipitat terjadi apabila konsentrasi antigen dan
antibodi seimbang.
Faktor yg mempengaruhi :
Aviditas antibodi → stabilitas kompleks Ag-Ab
Waktu dan Suhu (optimal 0-37o C)
Elektrolit dan pH (netral = 6-7,5), pH < 6 ; >7,5 → mudah
disosiasi
Molaritas (molaritas < 0,15 M) ; >0,15 M → mencegah
presipitasi
16
18. •Kondisi ketika konsentrasi antigen sangat rendah
dibandingkan jumlah antibodi. Dalam kondisi ini, proses
pembentukan kompleks tetap terjadi, tetapi endapan tetap
dalam jumlah sedikit dan terdapat pada supernatant.
ZONE OF ANTIBODY EXCESS
•Kondisi ketika konsentrasi antigen mulai meningkat dan
mulai terbentuk endapan akibat terbentuknya Kristal oleh
reaksi antigen dengan antibodi.
ZONE OF EQUIVALENT
•Ketika jumlah antigen banyak tetapi antibodi sedikit.
Akibatnya proses presipitasi tidak berjalan dengan
sempurna. Pada kondisi tertentu, ini dapat menyebabkan
penyakit pada manusia yang disebut dengan serum
sickness.
ZONE OF ANTIGEN EXCESS
18
19. • Daerah ketika konsentrasi antigen sangat
rendah, sedangkan konsentrasi antibodi banyak
yang akan membentuk formasi komplek, akan
tetapi endapan antigen-antibodi tetap berada di
supernatan dan presipitasi mulai meningkat.
PRO-ZONE
• Daerah dimana konsentrasi antigen sangat
tinggi, sedangkan konsentrasi antibodi menurun
(rendah) dan presipitasi menurun.
POST-ZONE
19
20. MACAM-MACAM
REAKSI PRESIPITASI
• Dengan mencampur pada tabung, masukkan
dilusi antigen atau antibodi dengan jumlah
tertentu. Dilusi dilakukan dari konsentrasi
tinggi (tabung pertama) sampai konsentrasi
terendah (tabung terakhir). Presipitat timbul
pada tabung yang mengandung Ag dan Ab
secara proporsional.
• Contoh :
• Tes C-Reaktif Protein (CRP)
UJI TABUNG
20
22. • Menetapkan antigen / antibodi
• Merupakan uji kualtiatif / semikuantitatif
• Baik antigen maupun antibodi berdifusi secara
bebas melalui media semipadat secara dua
dimensi baik vertikal maupun horizontal.
• Agar dituang pada plate. Di bagian tengah diisi
antigen atau antiserum, sedangkan sera atau
ekstrak di bagian tepi. Pita presipitasi terbentuk
dalam gel pada posisi Ag dan Ab mencapai
proporsi optimal setelah berdifusi.
• Dapat dimodifikasi dengan mikrodilusi
menggunakan obyek glass.
DIFUSI GANDA (OUCHTERLONY)
22
23. • Menetapkan antigen / antibodi
• Merupakan uji kualtiatif / semikuantitatif
• Antibodi didistribusi secara merata pada gel
dan suatu antigen ditambahkan dalam satu
sumuran yang memotong pada gel tersebut.
Antigen akan menyebar keluar sumuran,
terjadi penggabungan antigen-antibodi
yang berubah proporsinya sampai zona
ekuivalen tercapai dan satu jaringan lattice
terbentuk dalam gel tersebut.
IMUNODIFUSI RADIAL TUNGGAL
23
24. • Menetapkan antigen / antibodi
• Merupakan uji kualitatif
• Jika terdapat sejumlah Ag dalam larutan seperti
serum, sulit memisahkan pita presipitasi yang
timbul pada setiap reaksi Ab-Ag, sehingga
komponen serum tersebut dapat dipisahkan
dengan elektroforesis dalam agar gel dan
antiserum dibiarkan berdifusi melalui
komponen yang dihasilkan pada pita-pita yang
terbentuk.
ELEKTROIMUNODIFUSI
24
25. • Merupakan metode kuantitatif
• Dilakukan elektroforesis antigen ke dalam gel
yang telah mengandung antibodi.
• Presipitasi yang terjadi berbentuk roket,
panjang masing-masing roket menunjukkan
konsentrasi antigen.
IMUNOELEKTROFORESIS
(ROCKET)
25
26. Teknik Uji Keuntungan Kerugian
Uji tabung Mudah Tidak sensitif
Waktu reaksi lama
Semikuantitatif
Difusi ganda Dapat mendeteksi
Ag yang sama
Semikuantitatif
Waktu reaksi lama
Imunodifusi radial
tunggal
Sensitif
Kuantitatif
Waktu reaksi
(kinetik 18 jam,
endpoint 48 jam)
Hanya menentukan
1 Ag / plate
Imunoelektroforesis
(Rocket)
Waktu reaksi cepat
kuantitatif
Hanya menentukan
1 Ag/ plate
26
28. Flokulus terbentuk bila Ag & Ab mengadakan ikatan bersama dgn
bahan lain
Uji flokulasi dilakukan dengan cara melakukan VDRL dengan
menggunakan antigen heterophile yang merupakan gabungan
antara antigen spirochete sifilis dengan antigen hati sapi. Antigen
yang digunakan bersifat water-insoluble cardiolipin yang jika
terdapat kehadiran substansi yang menyerupai antibodi pada serum
dari penderita sifilis akan membentuk agregat-agregat.
Tes flokulasi dapat dilakukan pada glass slide atau pada
commercialy available cards melalui tes RPR (Rapid Plasma Reagin).
28
29. 29
Presipitat Aglutinat Flokulus
• Granular halus
• Stabil
• Agregasi dari
partikel-partikel
atau sel-sel yang
mengangkut
Antigen atau
Antibodi
• Cukup stabil
• Kabut, kasar
• Tidak begitu
stabil
31. Pada suatu interaksi antigen-antibodi, komplemen yang ada
dalam serum dapat diikat atau dikonsumsi oleh kompleks
antigen-antibodi tersebut.
Komplemen dapat diaktivasi oleh kompleks erithrosit-hemolisin,
sehingga mengakibatkan eritrosit tersebut melisis.
Digunakan untuk menetapan antigen maupun antibodi.
Pengujian ini didasarkan atas reaksi yang terdiri atas 2 tahap:
Tahap pertama dimana sejumlah tertentu komplemen oleh
suatu kompleks antigen-antibodi.
Tahap kedua dimana komplemen yang tersisa (bila ada)
menghancurkan eritrosit yang telah dilapisi hemolisin.
Banyaknya komplemen yang tidak dikonsumsi pada reaksi
tahap pertama, dan yang mengakibatkan hemolisis pada
reaksi tahap kedua, secara tidak langsung merupakan
parameter untuk antibodi atau antigen yang diperiksa.
31