SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
REAKSI AGLUTINASI
Dosen Pengampu:
Tiara Dini Harlita, S.S.T., M.Si.
1
PENDAHULUAN
 Reaksi aglutinasi adalah reaksi antara antigen yang tidak
larut dengan antibodi yang larut.
 Dapat juga antigen yang bereaksi adalah antigen larut,
tetapi diikat oleh suatu pembawa (carrier) yang tidak larut,
misalnya: sel darah merah, butiran latex dll.
 Reaksi aglutinasi dilakukan untuk mendeteksi,
mengkuantisasi, dan menghitung antigen seluler.
 Aglutinin merupakan antibodi yang menggumpalkan
(aglutinasi) suatu antigen. Aglutinin bereaksi dengan
antigen selular, seperti bakteri, sel darah putih, sel darah
merah, dan semua antigen lain yang berbentuk sel. 2
 Mekanisme reaksi : reaksi antigen dengan antigen
binding site yang terdapat pada antibodi antibodi
bereaksi dengan antigen lain  gumpalan antigen-
antibodi
 Faktor yang mempengaruhi aglutinasi :
 Muatan listrik protein
 Molaritas medium
 Vaskositas media
 Fenomena prozone
 Jumlah antigen dan antibodi yang seimbang
3
Berdasarkan sifat partikelnya :
1. Aglutinasi langsung
Antigen yang digunakan adalah antigen dalam bentuk
aslinya berupa partikel, misalnya suspensi bakteri.
2. Aglutinasi pasif
Antigen dilekatkan pada suatu carrier berupa partikel
inert (latex, gelatin, silika), agar hasil reaksi dapat
terlihat dengan mata.
4
MACAM-MACAM
REAKSI AGLUTINASI
• Untuk menetapkan Ab terhadap Ag yang
berupa partikel atau sel
• Contoh pemeriksaan:
• Reaksi widal (deteksi antibodi
terhadap Salmonella typhi)
• Reaksi golongan darah
• Interpretasi:
• Positif : Terbentuk gumpalan
• Negatif : Tidak terbentuk gumpalan
AGLUTINASI DIREK/LANGSUNG
5
• Antigen berupa sel/partikel + Antibodi 
Aglutinasi
AGLUTINASI DIREK/LANGSUNG
+
6
• Untuk menetapkan antibodi terhadap antigen
yang larut dengan melekatkan dengan antigen
ini terlebih dahulu pada suatu partikel yang di
sebut ”carrier”.
• Partikel yang digunakan dalam teknik ini
adalah lateks, eritrosit, silika, karbon dan lain-
lain.
• Faktor yang mempengaruhi: afinitas konjugat
antigen terhadap carrier, waktu inkubasi
dengan serum penderita dan interaksi yang
terjadi pada lingkungan mikro (pH dan
konsentrasi protein).
AGLUTINASI INDIREK
7
• Contoh pemeriksaan :
• Deteksi anti-HBs
• Tes Treponema Pallidum Haemagglutination
Assay (TPHA)
• Tes Faktor Reumatoid
• Interpretasi Hasil :
• Positif : Terbentuk gumpalan
• Negatif : Tidak terbentuk gumpalan
AGLUTINASI INDIREK
8
AGLUTINASI INDIREK
K
K
Ag +
?
K
K
K
9
• Untuk menyatakan antigen yang larut dalam
serum atau partikel lain
• Antibodi spesifik terhadap antigen
bersangkutan dilekatkan pada permukaan
carrier, baik eritrosit maupun partikel lain.
• Contoh pemeriksaan :
• Deteksi Antigen Tiroid
AGLUTINASI PASIF TERBALIK
10
AGLUTINASI PASIF TERBALIK
ERI
Ag
Ag
?
ERI
Ag
Ag
11
• Modifikasi teknik aglutinasi untuk mendeteksi
antigen yang larut
• Prinsip : kompetisi ikatan antara antibodi
dengan antigen dalam larutan (sampel) dengan
antigen yang sama yang dilekatkan pada
partikel
• Cara kerja:
• Serum atau cairan yang akan diperiksa
direaksikan terlebih dahulu dengan antibodi
spesifik.
• Direaksikan dengan antigen yang dilekatkan
pada suatu partikel. Dilihat ada tidaknya
aglutinasi.
HAMBATAN AGLUTINASI
12
• Contoh pemeriksaan :
• Pemeriksaan kehamilan (HCG) dan mendeteksi
berbagai virus
• Interpretasi:
• Ag yang ada pada serum atau cairan yang
diperiksa, mengikat Ab spesifik sehingga Ab
tidak mampu lagi bereaksi dengan Ag pada
permukaan partikel  Uji positif(+)/tidak
terjadi aglutinasi
• Apabila dalam serum atau cairan yang diperiksa
tidak tedapat Ag, maka antibodi yang bebas
dapat bereaksi dengan Ag melekat pada
permukaan partikel  Uji negatif(-)/terjadi
aglutinasi
HAMBATAN AGLUTINASI
13
+ + K Aglutinasi
-
Ab Ag ?
+ + K K
Aglutinasi +14
REAKSI PRESIPITASI
Dosen Pengampu:
Tiara Dini Harlita, S.S.T., M.Si.
15
PENDAHULUAN
 Reaksi presipitasi adalah reaksi antara antigen terlarut dengan
antibodi terlarut menghasilkan kompleks yang terlihat (tidak
larut).
 Berlangsung dalam medi cair atau semisolid (agar).
 Pembentukan presipitat terjadi apabila konsentrasi antigen dan
antibodi seimbang.
 Faktor yg mempengaruhi :
 Aviditas antibodi → stabilitas kompleks Ag-Ab
 Waktu dan Suhu (optimal 0-37o C)
 Elektrolit dan pH (netral = 6-7,5), pH < 6 ; >7,5 → mudah
disosiasi
 Molaritas (molaritas < 0,15 M) ; >0,15 M → mencegah
presipitasi
16
Prozone Postzone
Zona of
Equivalent
Zona of antibody
excess
Ab >>>
Zona of antigen
excess
Ag >>>
PRESIPITASIANTIGEN-ANTIBODI
KONSENTRASI ANTIGEN
17
•Kondisi ketika konsentrasi antigen sangat rendah
dibandingkan jumlah antibodi. Dalam kondisi ini, proses
pembentukan kompleks tetap terjadi, tetapi endapan tetap
dalam jumlah sedikit dan terdapat pada supernatant.
ZONE OF ANTIBODY EXCESS
•Kondisi ketika konsentrasi antigen mulai meningkat dan
mulai terbentuk endapan akibat terbentuknya Kristal oleh
reaksi antigen dengan antibodi.
ZONE OF EQUIVALENT
•Ketika jumlah antigen banyak tetapi antibodi sedikit.
Akibatnya proses presipitasi tidak berjalan dengan
sempurna. Pada kondisi tertentu, ini dapat menyebabkan
penyakit pada manusia yang disebut dengan serum
sickness.
ZONE OF ANTIGEN EXCESS
18
• Daerah ketika konsentrasi antigen sangat
rendah, sedangkan konsentrasi antibodi banyak
yang akan membentuk formasi komplek, akan
tetapi endapan antigen-antibodi tetap berada di
supernatan dan presipitasi mulai meningkat.
PRO-ZONE
• Daerah dimana konsentrasi antigen sangat
tinggi, sedangkan konsentrasi antibodi menurun
(rendah) dan presipitasi menurun.
POST-ZONE
19
MACAM-MACAM
REAKSI PRESIPITASI
• Dengan mencampur pada tabung, masukkan
dilusi antigen atau antibodi dengan jumlah
tertentu. Dilusi dilakukan dari konsentrasi
tinggi (tabung pertama) sampai konsentrasi
terendah (tabung terakhir). Presipitat timbul
pada tabung yang mengandung Ag dan Ab
secara proporsional.
• Contoh :
• Tes C-Reaktif Protein (CRP)
UJI TABUNG
20
21
• Menetapkan antigen / antibodi
• Merupakan uji kualtiatif / semikuantitatif
• Baik antigen maupun antibodi berdifusi secara
bebas melalui media semipadat secara dua
dimensi baik vertikal maupun horizontal.
• Agar dituang pada plate. Di bagian tengah diisi
antigen atau antiserum, sedangkan sera atau
ekstrak di bagian tepi. Pita presipitasi terbentuk
dalam gel pada posisi Ag dan Ab mencapai
proporsi optimal setelah berdifusi.
• Dapat dimodifikasi dengan mikrodilusi
menggunakan obyek glass.
DIFUSI GANDA (OUCHTERLONY)
22
• Menetapkan antigen / antibodi
• Merupakan uji kualtiatif / semikuantitatif
• Antibodi didistribusi secara merata pada gel
dan suatu antigen ditambahkan dalam satu
sumuran yang memotong pada gel tersebut.
Antigen akan menyebar keluar sumuran,
terjadi penggabungan antigen-antibodi
yang berubah proporsinya sampai zona
ekuivalen tercapai dan satu jaringan lattice
terbentuk dalam gel tersebut.
IMUNODIFUSI RADIAL TUNGGAL
23
• Menetapkan antigen / antibodi
• Merupakan uji kualitatif
• Jika terdapat sejumlah Ag dalam larutan seperti
serum, sulit memisahkan pita presipitasi yang
timbul pada setiap reaksi Ab-Ag, sehingga
komponen serum tersebut dapat dipisahkan
dengan elektroforesis dalam agar gel dan
antiserum dibiarkan berdifusi melalui
komponen yang dihasilkan pada pita-pita yang
terbentuk.
ELEKTROIMUNODIFUSI
24
• Merupakan metode kuantitatif
• Dilakukan elektroforesis antigen ke dalam gel
yang telah mengandung antibodi.
• Presipitasi yang terjadi berbentuk roket,
panjang masing-masing roket menunjukkan
konsentrasi antigen.
IMUNOELEKTROFORESIS
(ROCKET)
25
Teknik Uji Keuntungan Kerugian
Uji tabung Mudah Tidak sensitif
Waktu reaksi lama
Semikuantitatif
Difusi ganda Dapat mendeteksi
Ag yang sama
Semikuantitatif
Waktu reaksi lama
Imunodifusi radial
tunggal
Sensitif
Kuantitatif
Waktu reaksi
(kinetik 18 jam,
endpoint 48 jam)
Hanya menentukan
1 Ag / plate
Imunoelektroforesis
(Rocket)
Waktu reaksi cepat
kuantitatif
Hanya menentukan
1 Ag/ plate
26
REAKSI
FLOKULASI
Dosen Pengampu:
Tiara Dini Harlita, S.S.T., M.Si.
27
 Flokulus terbentuk bila Ag & Ab mengadakan ikatan bersama dgn
bahan lain
 Uji flokulasi dilakukan dengan cara melakukan VDRL dengan
menggunakan antigen heterophile yang merupakan gabungan
antara antigen spirochete sifilis dengan antigen hati sapi. Antigen
yang digunakan bersifat water-insoluble cardiolipin yang jika
terdapat kehadiran substansi yang menyerupai antibodi pada serum
dari penderita sifilis akan membentuk agregat-agregat.
 Tes flokulasi dapat dilakukan pada glass slide atau pada
commercialy available cards melalui tes RPR (Rapid Plasma Reagin).
28
29
Presipitat Aglutinat Flokulus
• Granular halus
• Stabil
• Agregasi dari
partikel-partikel
atau sel-sel yang
mengangkut
Antigen atau
Antibodi
• Cukup stabil
• Kabut, kasar
• Tidak begitu
stabil
REAKSI
FIKSASI KOMPLEMEN
Dosen Pengampu:
Tiara Dini Harlita, S.S.T., M.Si.
30
 Pada suatu interaksi antigen-antibodi, komplemen yang ada
dalam serum dapat diikat atau dikonsumsi oleh kompleks
antigen-antibodi tersebut.
 Komplemen dapat diaktivasi oleh kompleks erithrosit-hemolisin,
sehingga mengakibatkan eritrosit tersebut melisis.
 Digunakan untuk menetapan antigen maupun antibodi.
 Pengujian ini didasarkan atas reaksi yang terdiri atas 2 tahap:
 Tahap pertama dimana sejumlah tertentu komplemen oleh
suatu kompleks antigen-antibodi.
 Tahap kedua dimana komplemen yang tersisa (bila ada)
menghancurkan eritrosit yang telah dilapisi hemolisin.
 Banyaknya komplemen yang tidak dikonsumsi pada reaksi
tahap pertama, dan yang mengakibatkan hemolisis pada
reaksi tahap kedua, secara tidak langsung merupakan
parameter untuk antibodi atau antigen yang diperiksa.
31
Fiksasi komplemen
+
+
c
Ag
Ab?
+
c
Ag
+
+
+
Eritrosit
domba
Hemolisin
+ +
Sistem hemolitik
Hemolisin tidak Hemolisis
32

More Related Content

What's hot

Pelatihan Quality Control
Pelatihan Quality Control Pelatihan Quality Control
Pelatihan Quality Control ferinurgianto
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimeRiskymessyana99
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaIrwin Septian
 
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPatriciaGitaNaully
 
Immunoassay berlabel
Immunoassay berlabelImmunoassay berlabel
Immunoassay berlabelrastukaryana1
 
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletalPraktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletalSyscha Lumempouw
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitSurya Seftiawan Pratama
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinMita Yurike
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)PRAMITHA GALUH
 
Bahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar SitohistoteknologiBahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar SitohistoteknologiRisa Wahyuningsih
 

What's hot (20)

Pelatihan Quality Control
Pelatihan Quality Control Pelatihan Quality Control
Pelatihan Quality Control
 
Th5
Th5Th5
Th5
 
Tkik4
Tkik4Tkik4
Tkik4
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting Time
 
Sel darah merah
Sel darah merahSel darah merah
Sel darah merah
 
Pewarnaan BTA/BTTA
Pewarnaan BTA/BTTA Pewarnaan BTA/BTTA
Pewarnaan BTA/BTTA
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimia
 
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
 
Immunoassay berlabel
Immunoassay berlabelImmunoassay berlabel
Immunoassay berlabel
 
Sistem komplemen
Sistem komplemenSistem komplemen
Sistem komplemen
 
Radioimmunoassay
RadioimmunoassayRadioimmunoassay
Radioimmunoassay
 
Ti16
Ti16Ti16
Ti16
 
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletalPraktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
 
Pewarnaan gram
Pewarnaan gramPewarnaan gram
Pewarnaan gram
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urin
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
 
Bahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar SitohistoteknologiBahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar Sitohistoteknologi
 
Sel-sel pada leukosit
Sel-sel pada leukositSel-sel pada leukosit
Sel-sel pada leukosit
 
LED (Laju Endap Darah)
LED (Laju Endap Darah)LED (Laju Endap Darah)
LED (Laju Endap Darah)
 

Similar to Vilep imunologi semester iv

EbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptx
EbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptxEbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptx
EbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptxTetiPuspitasari1
 
Uji Pra Transfusi II
Uji Pra Transfusi IIUji Pra Transfusi II
Uji Pra Transfusi IINoviErsanto
 
endotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogenendotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogenPutri Indayani
 
Praktikum imunologi by.saras
Praktikum imunologi by.sarasPraktikum imunologi by.saras
Praktikum imunologi by.sarasNheeya Warz
 
Tutor imunologi lulut
Tutor imunologi lulutTutor imunologi lulut
Tutor imunologi lulutandreei
 
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptxTeknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptxandinovriani1
 
Tpibaru7
Tpibaru7Tpibaru7
Tpibaru7andreei
 
Tibaru15
Tibaru15Tibaru15
Tibaru15andreei
 
_ELISA-WPS Office.pptx
_ELISA-WPS Office.pptx_ELISA-WPS Office.pptx
_ELISA-WPS Office.pptxJiah20
 
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdfBUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdfDdokebi18
 
Tibaru16
Tibaru16Tibaru16
Tibaru16andreei
 

Similar to Vilep imunologi semester iv (20)

11622916.ppt
11622916.ppt11622916.ppt
11622916.ppt
 
11622916.ppt
11622916.ppt11622916.ppt
11622916.ppt
 
Tugas elisa gandi
Tugas elisa gandiTugas elisa gandi
Tugas elisa gandi
 
Pemeriksaan hiv
Pemeriksaan hivPemeriksaan hiv
Pemeriksaan hiv
 
ELISA DAN RIA.pptx
ELISA DAN RIA.pptxELISA DAN RIA.pptx
ELISA DAN RIA.pptx
 
EbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptx
EbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptxEbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptx
EbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptx
 
PERMUKAAN SEL
PERMUKAAN SELPERMUKAAN SEL
PERMUKAAN SEL
 
Uji Pra Transfusi II
Uji Pra Transfusi IIUji Pra Transfusi II
Uji Pra Transfusi II
 
endotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogenendotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogen
 
Praktikum imunologi by.saras
Praktikum imunologi by.sarasPraktikum imunologi by.saras
Praktikum imunologi by.saras
 
Tutor imunologi lulut
Tutor imunologi lulutTutor imunologi lulut
Tutor imunologi lulut
 
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptxTeknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
 
Tpibaru7
Tpibaru7Tpibaru7
Tpibaru7
 
Tibaru15
Tibaru15Tibaru15
Tibaru15
 
_ELISA-WPS Office.pptx
_ELISA-WPS Office.pptx_ELISA-WPS Office.pptx
_ELISA-WPS Office.pptx
 
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdfBUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
 
Makalah mikrobiolog ant yi
Makalah mikrobiolog ant yiMakalah mikrobiolog ant yi
Makalah mikrobiolog ant yi
 
Crosmatch
CrosmatchCrosmatch
Crosmatch
 
Rkk5
Rkk5Rkk5
Rkk5
 
Tibaru16
Tibaru16Tibaru16
Tibaru16
 

More from AhmadPurnawarmanFais (20)

Pertemuan 16
Pertemuan 16Pertemuan 16
Pertemuan 16
 
Pertemuan 15
Pertemuan 15Pertemuan 15
Pertemuan 15
 
Pertemuan 14
Pertemuan 14Pertemuan 14
Pertemuan 14
 
Pertemuan 13
Pertemuan 13Pertemuan 13
Pertemuan 13
 
Pertemuan 11 12
Pertemuan 11 12Pertemuan 11 12
Pertemuan 11 12
 
Pertemuan 9 10
Pertemuan 9 10Pertemuan 9 10
Pertemuan 9 10
 
Pengantar
PengantarPengantar
Pengantar
 
Suppositoria
SuppositoriaSuppositoria
Suppositoria
 
Aerosol
AerosolAerosol
Aerosol
 
Power point ikm 12
Power point   ikm 12Power point   ikm 12
Power point ikm 12
 
Power point ikm 11
Power point   ikm 11Power point   ikm 11
Power point ikm 11
 
Kromatografi
KromatografiKromatografi
Kromatografi
 
Identifikasi senyawa
Identifikasi senyawaIdentifikasi senyawa
Identifikasi senyawa
 
Pemurnian (rekristalisasi)
Pemurnian (rekristalisasi)Pemurnian (rekristalisasi)
Pemurnian (rekristalisasi)
 
Kristalisasi
KristalisasiKristalisasi
Kristalisasi
 
Materi 4 kimfar ii sem iv c
Materi 4 kimfar ii sem iv cMateri 4 kimfar ii sem iv c
Materi 4 kimfar ii sem iv c
 
Bhn kuliah cth soal mikrobiologi
Bhn kuliah cth soal mikrobiologiBhn kuliah cth soal mikrobiologi
Bhn kuliah cth soal mikrobiologi
 
Cemaran mikroba pangan sni (5)
Cemaran mikroba pangan sni (5)Cemaran mikroba pangan sni (5)
Cemaran mikroba pangan sni (5)
 
Pertumbuhan dan penghitungan sel mikroba
Pertumbuhan dan penghitungan sel   mikrobaPertumbuhan dan penghitungan sel   mikroba
Pertumbuhan dan penghitungan sel mikroba
 
Materi 3 kimfar ii sem iv
Materi 3 kimfar ii sem ivMateri 3 kimfar ii sem iv
Materi 3 kimfar ii sem iv
 

Recently uploaded

Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 

Recently uploaded (19)

Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 

Vilep imunologi semester iv

  • 1. REAKSI AGLUTINASI Dosen Pengampu: Tiara Dini Harlita, S.S.T., M.Si. 1
  • 2. PENDAHULUAN  Reaksi aglutinasi adalah reaksi antara antigen yang tidak larut dengan antibodi yang larut.  Dapat juga antigen yang bereaksi adalah antigen larut, tetapi diikat oleh suatu pembawa (carrier) yang tidak larut, misalnya: sel darah merah, butiran latex dll.  Reaksi aglutinasi dilakukan untuk mendeteksi, mengkuantisasi, dan menghitung antigen seluler.  Aglutinin merupakan antibodi yang menggumpalkan (aglutinasi) suatu antigen. Aglutinin bereaksi dengan antigen selular, seperti bakteri, sel darah putih, sel darah merah, dan semua antigen lain yang berbentuk sel. 2
  • 3.  Mekanisme reaksi : reaksi antigen dengan antigen binding site yang terdapat pada antibodi antibodi bereaksi dengan antigen lain  gumpalan antigen- antibodi  Faktor yang mempengaruhi aglutinasi :  Muatan listrik protein  Molaritas medium  Vaskositas media  Fenomena prozone  Jumlah antigen dan antibodi yang seimbang 3
  • 4. Berdasarkan sifat partikelnya : 1. Aglutinasi langsung Antigen yang digunakan adalah antigen dalam bentuk aslinya berupa partikel, misalnya suspensi bakteri. 2. Aglutinasi pasif Antigen dilekatkan pada suatu carrier berupa partikel inert (latex, gelatin, silika), agar hasil reaksi dapat terlihat dengan mata. 4
  • 5. MACAM-MACAM REAKSI AGLUTINASI • Untuk menetapkan Ab terhadap Ag yang berupa partikel atau sel • Contoh pemeriksaan: • Reaksi widal (deteksi antibodi terhadap Salmonella typhi) • Reaksi golongan darah • Interpretasi: • Positif : Terbentuk gumpalan • Negatif : Tidak terbentuk gumpalan AGLUTINASI DIREK/LANGSUNG 5
  • 6. • Antigen berupa sel/partikel + Antibodi  Aglutinasi AGLUTINASI DIREK/LANGSUNG + 6
  • 7. • Untuk menetapkan antibodi terhadap antigen yang larut dengan melekatkan dengan antigen ini terlebih dahulu pada suatu partikel yang di sebut ”carrier”. • Partikel yang digunakan dalam teknik ini adalah lateks, eritrosit, silika, karbon dan lain- lain. • Faktor yang mempengaruhi: afinitas konjugat antigen terhadap carrier, waktu inkubasi dengan serum penderita dan interaksi yang terjadi pada lingkungan mikro (pH dan konsentrasi protein). AGLUTINASI INDIREK 7
  • 8. • Contoh pemeriksaan : • Deteksi anti-HBs • Tes Treponema Pallidum Haemagglutination Assay (TPHA) • Tes Faktor Reumatoid • Interpretasi Hasil : • Positif : Terbentuk gumpalan • Negatif : Tidak terbentuk gumpalan AGLUTINASI INDIREK 8
  • 10. • Untuk menyatakan antigen yang larut dalam serum atau partikel lain • Antibodi spesifik terhadap antigen bersangkutan dilekatkan pada permukaan carrier, baik eritrosit maupun partikel lain. • Contoh pemeriksaan : • Deteksi Antigen Tiroid AGLUTINASI PASIF TERBALIK 10
  • 12. • Modifikasi teknik aglutinasi untuk mendeteksi antigen yang larut • Prinsip : kompetisi ikatan antara antibodi dengan antigen dalam larutan (sampel) dengan antigen yang sama yang dilekatkan pada partikel • Cara kerja: • Serum atau cairan yang akan diperiksa direaksikan terlebih dahulu dengan antibodi spesifik. • Direaksikan dengan antigen yang dilekatkan pada suatu partikel. Dilihat ada tidaknya aglutinasi. HAMBATAN AGLUTINASI 12
  • 13. • Contoh pemeriksaan : • Pemeriksaan kehamilan (HCG) dan mendeteksi berbagai virus • Interpretasi: • Ag yang ada pada serum atau cairan yang diperiksa, mengikat Ab spesifik sehingga Ab tidak mampu lagi bereaksi dengan Ag pada permukaan partikel  Uji positif(+)/tidak terjadi aglutinasi • Apabila dalam serum atau cairan yang diperiksa tidak tedapat Ag, maka antibodi yang bebas dapat bereaksi dengan Ag melekat pada permukaan partikel  Uji negatif(-)/terjadi aglutinasi HAMBATAN AGLUTINASI 13
  • 14. + + K Aglutinasi - Ab Ag ? + + K K Aglutinasi +14
  • 15. REAKSI PRESIPITASI Dosen Pengampu: Tiara Dini Harlita, S.S.T., M.Si. 15
  • 16. PENDAHULUAN  Reaksi presipitasi adalah reaksi antara antigen terlarut dengan antibodi terlarut menghasilkan kompleks yang terlihat (tidak larut).  Berlangsung dalam medi cair atau semisolid (agar).  Pembentukan presipitat terjadi apabila konsentrasi antigen dan antibodi seimbang.  Faktor yg mempengaruhi :  Aviditas antibodi → stabilitas kompleks Ag-Ab  Waktu dan Suhu (optimal 0-37o C)  Elektrolit dan pH (netral = 6-7,5), pH < 6 ; >7,5 → mudah disosiasi  Molaritas (molaritas < 0,15 M) ; >0,15 M → mencegah presipitasi 16
  • 17. Prozone Postzone Zona of Equivalent Zona of antibody excess Ab >>> Zona of antigen excess Ag >>> PRESIPITASIANTIGEN-ANTIBODI KONSENTRASI ANTIGEN 17
  • 18. •Kondisi ketika konsentrasi antigen sangat rendah dibandingkan jumlah antibodi. Dalam kondisi ini, proses pembentukan kompleks tetap terjadi, tetapi endapan tetap dalam jumlah sedikit dan terdapat pada supernatant. ZONE OF ANTIBODY EXCESS •Kondisi ketika konsentrasi antigen mulai meningkat dan mulai terbentuk endapan akibat terbentuknya Kristal oleh reaksi antigen dengan antibodi. ZONE OF EQUIVALENT •Ketika jumlah antigen banyak tetapi antibodi sedikit. Akibatnya proses presipitasi tidak berjalan dengan sempurna. Pada kondisi tertentu, ini dapat menyebabkan penyakit pada manusia yang disebut dengan serum sickness. ZONE OF ANTIGEN EXCESS 18
  • 19. • Daerah ketika konsentrasi antigen sangat rendah, sedangkan konsentrasi antibodi banyak yang akan membentuk formasi komplek, akan tetapi endapan antigen-antibodi tetap berada di supernatan dan presipitasi mulai meningkat. PRO-ZONE • Daerah dimana konsentrasi antigen sangat tinggi, sedangkan konsentrasi antibodi menurun (rendah) dan presipitasi menurun. POST-ZONE 19
  • 20. MACAM-MACAM REAKSI PRESIPITASI • Dengan mencampur pada tabung, masukkan dilusi antigen atau antibodi dengan jumlah tertentu. Dilusi dilakukan dari konsentrasi tinggi (tabung pertama) sampai konsentrasi terendah (tabung terakhir). Presipitat timbul pada tabung yang mengandung Ag dan Ab secara proporsional. • Contoh : • Tes C-Reaktif Protein (CRP) UJI TABUNG 20
  • 21. 21
  • 22. • Menetapkan antigen / antibodi • Merupakan uji kualtiatif / semikuantitatif • Baik antigen maupun antibodi berdifusi secara bebas melalui media semipadat secara dua dimensi baik vertikal maupun horizontal. • Agar dituang pada plate. Di bagian tengah diisi antigen atau antiserum, sedangkan sera atau ekstrak di bagian tepi. Pita presipitasi terbentuk dalam gel pada posisi Ag dan Ab mencapai proporsi optimal setelah berdifusi. • Dapat dimodifikasi dengan mikrodilusi menggunakan obyek glass. DIFUSI GANDA (OUCHTERLONY) 22
  • 23. • Menetapkan antigen / antibodi • Merupakan uji kualtiatif / semikuantitatif • Antibodi didistribusi secara merata pada gel dan suatu antigen ditambahkan dalam satu sumuran yang memotong pada gel tersebut. Antigen akan menyebar keluar sumuran, terjadi penggabungan antigen-antibodi yang berubah proporsinya sampai zona ekuivalen tercapai dan satu jaringan lattice terbentuk dalam gel tersebut. IMUNODIFUSI RADIAL TUNGGAL 23
  • 24. • Menetapkan antigen / antibodi • Merupakan uji kualitatif • Jika terdapat sejumlah Ag dalam larutan seperti serum, sulit memisahkan pita presipitasi yang timbul pada setiap reaksi Ab-Ag, sehingga komponen serum tersebut dapat dipisahkan dengan elektroforesis dalam agar gel dan antiserum dibiarkan berdifusi melalui komponen yang dihasilkan pada pita-pita yang terbentuk. ELEKTROIMUNODIFUSI 24
  • 25. • Merupakan metode kuantitatif • Dilakukan elektroforesis antigen ke dalam gel yang telah mengandung antibodi. • Presipitasi yang terjadi berbentuk roket, panjang masing-masing roket menunjukkan konsentrasi antigen. IMUNOELEKTROFORESIS (ROCKET) 25
  • 26. Teknik Uji Keuntungan Kerugian Uji tabung Mudah Tidak sensitif Waktu reaksi lama Semikuantitatif Difusi ganda Dapat mendeteksi Ag yang sama Semikuantitatif Waktu reaksi lama Imunodifusi radial tunggal Sensitif Kuantitatif Waktu reaksi (kinetik 18 jam, endpoint 48 jam) Hanya menentukan 1 Ag / plate Imunoelektroforesis (Rocket) Waktu reaksi cepat kuantitatif Hanya menentukan 1 Ag/ plate 26
  • 27. REAKSI FLOKULASI Dosen Pengampu: Tiara Dini Harlita, S.S.T., M.Si. 27
  • 28.  Flokulus terbentuk bila Ag & Ab mengadakan ikatan bersama dgn bahan lain  Uji flokulasi dilakukan dengan cara melakukan VDRL dengan menggunakan antigen heterophile yang merupakan gabungan antara antigen spirochete sifilis dengan antigen hati sapi. Antigen yang digunakan bersifat water-insoluble cardiolipin yang jika terdapat kehadiran substansi yang menyerupai antibodi pada serum dari penderita sifilis akan membentuk agregat-agregat.  Tes flokulasi dapat dilakukan pada glass slide atau pada commercialy available cards melalui tes RPR (Rapid Plasma Reagin). 28
  • 29. 29 Presipitat Aglutinat Flokulus • Granular halus • Stabil • Agregasi dari partikel-partikel atau sel-sel yang mengangkut Antigen atau Antibodi • Cukup stabil • Kabut, kasar • Tidak begitu stabil
  • 30. REAKSI FIKSASI KOMPLEMEN Dosen Pengampu: Tiara Dini Harlita, S.S.T., M.Si. 30
  • 31.  Pada suatu interaksi antigen-antibodi, komplemen yang ada dalam serum dapat diikat atau dikonsumsi oleh kompleks antigen-antibodi tersebut.  Komplemen dapat diaktivasi oleh kompleks erithrosit-hemolisin, sehingga mengakibatkan eritrosit tersebut melisis.  Digunakan untuk menetapan antigen maupun antibodi.  Pengujian ini didasarkan atas reaksi yang terdiri atas 2 tahap:  Tahap pertama dimana sejumlah tertentu komplemen oleh suatu kompleks antigen-antibodi.  Tahap kedua dimana komplemen yang tersisa (bila ada) menghancurkan eritrosit yang telah dilapisi hemolisin.  Banyaknya komplemen yang tidak dikonsumsi pada reaksi tahap pertama, dan yang mengakibatkan hemolisis pada reaksi tahap kedua, secara tidak langsung merupakan parameter untuk antibodi atau antigen yang diperiksa. 31