2. Pewarnaan
Adapun Tujuan dari tahapan pewarnaan dalam
mikroteknik, ialah :
1. Supaya unsur-unsur dalam jaringan tampak jelas,
dan dapat dibedakan bagian-bagiannya di bawah
mikroskop
2. mempertajam atau memperjelas berbagai elemen
tisu, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan
dan ditelaah dengan mikroskop.
Pewarna yang sering digunakan: hemaktosilin-eosin
(HE)
3. JENIS-JENIS PEWARNAAN
HISTOKIMIA
Dalam pewarnaan hitokimia dikenal beberapa jenis
teknik pewarnaan, diantaranya :
1. Hematoxcillin-Eosin (HE) yang berfungsi untuk
memberi gambaran umum suatu jaringan.
2. AB (Alcian Blue) yang biasanya digunakan pada
sampel yang memiliki pH 2,5 dan mampu
mendeteksi mukopolisakarida asam dan biasanya
memberikan warna biru.
4. Lanjutan....
3.
PAS (Periodic Acid Schiff) digunakan untuk
mendeteksi adanya kandungan mukopolisakarida
netral pada suatu jaringan dan akan memberikan
warna magenta.
4. Lektin digunakan untuk mendeteksi adanya
kandungan residu gula dan zat kompleks lain dalam
suatu jaringan.
5. Tahapan Pewarnaan HE
1. Sampel dicuci dengan NaCI fisiologis kemudian dimasukkan ke dalam
larutan Bouin's 24 jam.
2. Dehidrasi I. Sediaan dimasukkan dalam larutan alkohol bertingkat
masing-masing selama 24 jam, alkohol 100% 3 x @ 6-8 jam
3. Clearing. Direndam dalam dan xylol I selama 1 jam, kemudian
dimasukkan ke xylol II 1 jam. Lalu dimasukkan ke xylol III 30 men t pad
a suhu ruang dan 30 menit pada inkubator. infiltrasi parafin 3 x @ 1 jam
pada suhu 50-56°C
4. Embedding. Sediaan dimasukkan dalam alat pencetak parafin yang
berisi
parafin cair sampai setengah volume, posisi sampel jaringan diatur
kemudian parafin ditambah sampai penuh.
5. Pemotongan dan affixing. Menggunakan mikrotom dengan ketebalan 5
IJm.Hasil potongan diletakkan diatas gelas obyek kemudian
dipanaskan pada meja pemanas sampai sediaan kering.
6. LANJUTAN PEWARNAAN HE
6. Deparafinisasi dan rehidrasi. Sediaan dimasukkan ke
dalam silol 3 x @ 2 menit kemudian direhidrasi dengan
merendam dalam alkohol bertingkat selama 2 menit,
dibilas dengan aquades selama 10-15 menit.
7. Pewarnaan. Dengan hematoksilin 15 detik kemudian
dibilas dengan air kemudian pewarnaan dalam eosin
selama 15 menit dan dibilas dengan air.
8. Dehidrasi II. Sediaan dimasukkan ke dalam alkohol
bertingkat selama beberapa men it, dan dimasukkan dalam
alkohol 100% 3 x @ beberapa menit.
9. Clearing. Sediaan dimasukkan ke dalam silol selama
beberapa menit sebanyak 3 kali.
10. Penutupan. Penutupan dengan entelan dan gelas
penutup. Dikeringkan dan diberi label (Rifqiyati, 2006).
8. TAHAPAN PEWARNAAN AB (Alcian
Blue)
1.Deparafinisasi dan rehidrasi sediaan dalam larutan
silol dan alkohol bertingkat masing-masing
selama 3-5 men it, kemudian dilanjutkan
pencucian dalam air mengalir selama 10 menit.
2. Penurunan pH dengan 3 % asam asetat selama 5
menit dalam suhu ruang.
3. Perendaman dalam AB pH 2.5 selama 30 menit.
4. Pencucian dengan 3 % asam asetat selama 5 menit
sebanyak 3 kali dalam suhu ruang.
5. Pencucian dengan aquades selama 5 menit
sebanyak 3 kali.
9. Lanjutan....
6. Counterstain (nuclear fast red) cek dengan mikroskop.
7. Pencucian dengan aquades selama 5 menit sebanyak 3
kali.
8. Pencucian dengan air mengalir 10-60 menit.
9. Pencucian dengan aquades selama 5 menit sebanyak 2
kali.
10. Dehidrasi dan penjernihan dalam larutan silol dan
penutupan sediaan dengan gelas penutup (Rifqiyati,
2006).
10. HASIL PEWARNAAN AB
Fotomikrograf sebaran dan
konsentrasi/kandungan
kualitatif karbohidrat pada
kelenjar Mandibularis
(A)Ayam
(C) Burung Puyuh
Sumber : Adnyane,IKM dkk., 2007
11. TAHAPAN PEWARNAAN PAS
(Periodic Acid Schiff)
1. Deparafinisasi dan rehidrasi sediaan dalam larutan silol
dan alkohol bertingkat masing-masing selama 3-5 menit,
kemudian dilanjutkan pencucian dalam air mengalir
selama 10 menit.
2. Dioksidasi dalam asam periodat 1% selama 5-10 menit.
3. Pencucian dengan aquades 3 kali, masing-masing selama 5
menit.
4. Pewarnaan digunakan larutan Reagent Schiff selama 15-30
menit.
5. Pencucian dengan air sulfit yang selalu fresh (dibuat baru)
3 x 3 menit
12. Lanjutan....
6. Pencucian dengan aquades selama 5 menit sebanyak 3
kali.
7. Counterstain dengan hematoksilin, cek dengan
mikroskop.
8. Pencucian dengan air mengalir 10-60 menit.
9. Pencucian dengan aquades selama 5 menit sebanyak 2
kali.
10. Dehidrasi dan penjernihan dalam larutan xylol dan
penutupan sediaan dengan gelas penutup (Rifqiyati,
2006).
13. HASIL PEWARNAAN PAS
Fotomikrograf sebaran dan
konsentrasi/kandungan kualitatif
karbohidrat pada kelenjar
Mandibularis
(B) Ayam
(D) burung puyuh
Sumber : Adnyane,IKM dkk., 2007
14. TAHAPAN PEWARNAAN Lektin
1. Deparafinisasi dan rehidrasi sediaan dalam larutan silol
dan alkohol bertingkat masing-masing selama 3-5 men it,
kemudian dilanjutkan pencucian dalam air mengalir
selama 10 menit.
2. Sediaan dimasukkan dalam hidrogen peroksida (H2O2) 1
% dalam PBS selama 15 menit.
3. Pencucian dengan air mengalir selama 10 men it,
dilanjutkan dengan larutan PBS 0.01 M selama 5 menit
sebanyak 3 kali.
4. Pencucian dengan PBS sebanyak 3 kali, masing-masing 5
menit.
5. Inkubasi dengan lektin selama 2 jam dalam inkubator
37"C.
6. Pencucian dengan PBS sebanyak 3 kali, masing-masing
selama 5 menit.
15. Lanjutan....
7. Visualisasi dengan 0.05 % DAB (diaminobenzidine)
dan 0.1% hidrogen peroksida (H202) pada buffer tris
0.05 M, pH 7.6 selama 10-20 menit di tempat gelap.
8. Pencucian dengan larutan PBS selama 5 menit
sebanyak 3 kali.
9. Pewamaan kontras dengan hematoksilin, beberapa
detik.
10. Pencucian dengan air mengalir selama 30 menit.
11. Dehidrasi dengan alkohol bertingkat, penjemihan
dengan menggunakan xylol dan penutupan dengan
gelas penutup (Rifqiyati, 2006).
17. DAFTAR PUSTAKA
Adnyane, I.K.M., Srihadi A., dan Ledi. E. (2007). Morfologi Kelenjar
Mandibularis dan Lingualis Ayam ( Gallus sp.) dan Burung Puyuh
(Coturnix coturnix): dengan Tinjaun Khusus pada Distribusi dan
Kandungan Karbohidrat. Media Kedokteran Hewan Vol. 23,
No. 3, September 2007 Hal : 184-191
Rifqiyati, Najda. (2006). Dinamika perkembangan ovarium rusa timor
(Cervus timorensis) dengan tinjauan khusus pada karakteristik
histokimia folikel. TESIS : Institut Pertanian Bogor (IPB).
Husna, Asmaul. (2011). Histologi Organ Indra Khusus.
(Online).(http://dokteryes.blogspot.com/2011/06/histologiorgan-indra-khusus.html diakses pada 14 Mei 2013 Pukul 20.21).
Rahmi, E., Dondin. S., Srihadi. A., dan Erni. S. (2009). Distribusi
Glikoprotein pada Lambung Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) pada Periode Pre–Pasca Natal. Jurnal Primatologi
Indonesia, Vol. 6 No. 2 Desember 2009, p.27-31.