2. TUJUAN
Pemeriksaan Kompatibilitas Pra Transfusi
• Tujuan : memastikan ada
tidaknya alLoantibodi pada darah
resipien yang akan bereaksi
dengan darah donor bila
ditransfusikan dan/atau
sebaliknya.
Kompatibilitas
pre transfusi
Crossmatch/ uji
silang serasi
Skrining
antibodi
3. Adanya variasi dalam gol darah pada individu
maka pasien multi transfusi berisiko membentuk
antibodi thd gol darah donor
Reaksi antigen donor dengan antibodi
pasien menyebabkan darah donor
rusak sehingga Hb tidak naik
4. Clinically significant antibody
Antibodi yang bereaksi pada suhu 37C
Antibodi yang dapat menimbulkan reaksi transfusi
Dinilai dengan adanya tanda hemolisis secara laboratorium
(peningkatan bilirubin, LDH, dsb) dan/atau gejala klinis
(ikterus) atau reaksi transfusi hemolitik (HTR)
5. STANDAR UJI SILANG SERASI /
CROSSMATCH
• Pemeriksaan uji silang serasi dilakukan untuk
setiap permintaan darah yang mengandung sel
darah merah (WB, PRC, WE).
• Untuk setiap permintaan komponen darah yang
tidak mengandung sel darah merah (TC, FFP,
Cryopracipitate), uji silang serasi yang dilakukan
hanya uji silang minor. Kecuali jika darah donor
telah diperiksa uji saring antibodi, maka
pemeriksaan uji silang minor tidak perlu
dilakukan.
6. Pemeriksaan uji silang serasi :
Darah
Donor
Suspensi
Sel Donor 5%
Suspensi
Sel Pasien 5%
Plasma Donor Serum Pasien
Darah
Pasien
Auto
Kontrol
8. FASE PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI
• Reaksi silang Mayor, Minor maupun
autokontrol harus dilakukan secara
bersamaan dalam 3 (tiga) fase:
– Fase I fase suhu kamar di dalam medium
salin (immediate-spin crossmatch).
– Fase II fase inkubasi suhu 37°C di dalam
medium Bovine Albumin 22%.
– Fase III, fase uji antiglobulin (AHG
crossmatch).
9. FASE I
• Reaksi antigen antibodi dilakukan pada suhu
kamar
• Tujuan untuk mendeteksi antibodi tipe IgM
seperti antibodi dari sistim golongan darah
ABO, P1, MN, dan Lewis.
10. FASE II UJI SILANG SERASI
• Reaksi di suhu 37oC selama 15menit dengan penambahan bovine
albumin 22% yang bertujuan sebagai media penguat atau
potentiator.
• Bovine albumin berperan dalam mengurangi zeta potensial yaitu
mengurangi jarak antara sel darah merah yang disebabkan oleh
adanya ion-ion positif & negatif yang menyelubungi sel darah
merah.
• Proses Inkubasi pada suhu 37oC bertujuan untuk memberikan
kesempatan antibodi tipe IgG bereaksi dengan antigen sehingga
terjadi sensitisasi dan terlihat sebagai agglutinasi.
• Bila tidak terlihat aglutinasi maka dilanjutkan ke fase III.
12. Fase III (fase anti human globulin/ AHG)
•Pada fase III, dilakukan penambahan AHG yang berperan untuk
menjembatani sel darah merah yang telah disensitisasi oleh antibodi
IgG sehingga hasil reaksi aglutinasi dapat dilihat secara makroskopis
dan mikroskopis.
•Hasil uji silang serasi yang negatif harus divalidasi dengan
menambahkan reagensia coomb’s control cells (CCC), yang akan
memberikan hasil reaksi agglutinasi (positif).
•Apabila reaksinya tetap negatif, maka pemeriksaan menjadi ’invalid’.
14. JSD 14
Fase Suhu Kamar
(20 – 25 °C )
Fase Inkubasi
( 37 °C)
Fase Antiglobulin
HUBUNGAN ANTARA SUHU & MEDIUM
UNTUK DETEKSI ANTIBODI SPESIFIK
PADA TES KOMPATIBILITAS
A1
M
P1
I-H
Lea
D-E-c
K
S
Lea-Leb
D-E-c
K
Fya
Jka
S
Lea-Leb
15. Column agglutination test (CAT)
Menggunakan prinsip saringan.
Bila terjadi reaksi antigen-antibodi (aglutinasi) maka
aglutinat akan tertahan pada bagian atas atau dalam
kolom diinterpretasikan sebagai hasil positif.
Sel yang tidak beraglutinasi akan membentuk pellet
pada bagian bawah dari kolom diinterpretasikan
sebagai hasil negatif.
Semakin besar agglutinasi yang terjadi maka reaksi
agglutinasi akan berada di bagian atas gel.
16. METODE TABUNG
METODE LAIN : COLUMN
AGGLUTINATION TECHNIQUE
(CAT)
• PERSIAPAN SAMPEL PASIEN
• Pencucian
• Suspensi dengan NaCl 0.9%
• POTENTIATOR ditambahkan
pada setiap fase
• Fase 2 : bovine albumin 22%
• Fase 3 : AHG
• PROSES PENCUCIAN ANTARA
FASE 2 DAN 3
• PERSIAPAN SAMPEL PASIEN
– Pencucian
– Suspensi dengan potentiator
(LISS atau sejenisnya)
– Ditambahkan ke dalam Kolom
yang berisi potentiator (AHG)
• Tidak ada proses pencucian
antara fase
LEBIH CEPAT
DOKUMENTASI HASIL DAPAT
DISIMPAN
17. PEMBACAAN & INTERPRETASI
HASIL
Metode Tabung
Aglutinat
METODE LAIN : COLUMN
AGGLUTINATION TECHNIQUE (CAT)
Aglutinat terjebak pada partikel
dalam kolom
19. PENCATATAN / DOKUMENTASI
• Hasil pemeriksaan uji pra transfusi harus dicatat
pada lembar kerja yang telah disiapkan dan
terlampir pada Prosedur Kerja Standar.
• Pencatatan harus divalidasi dengan jalan
membubuhkan tanda tangan dan nama jelas
pemeriksa serta pengawas.
• Selanjutnya semua pencatatan harus
didokumentasikan / diarsipkan.
20. PENYIMPANAN SAMPEL
SETELAH UJI SILANG SERASI
- Dilakukan setelah darah donor diberi identitas/label
kecocokan
- Sampel darah resipien dan donor (dari selang kantong
darah donor yang sudah dipotong) diikat menjadi satu
- Sampel darah resipien dan donor disimpan dalam blood
bank selama 7 (tujuh) hari
- Didalam blood bank penyimpanan, sampel darah donor
dan resipien disusun menurut hari
- Sampel darah ini dapat dipakai sebagai bahan
pemeriksaan kalau ada laporan reaksi transfusi
23. PROSEDUR UJI SILANG SERASI
1. Uji silang serasi mayor untuk mendeteksi adanya
antibodi pada serum/plasma pasien yang bereaksi
dengan sel darah merah pendonor
2. Uji silang serasi minor untuk mendeteksi adanya
antibodi pada serum/plasma pendonor yang bereaksi
dengan sel darah merah pasien
3. AUTOKONTROL Mereaksikan antara sel darah merah
resipien dengan serumnya. untuk mengetahui apakah
sel darah merah resipien bereaksi dengan serum
(plasma)nya sendiri, dapat juga untuk melihat reaksi
otoimun.
24. Pemeriksaan uji silang serasi /
crossmatch
Uji silang serasi mayor :
serum pasien + eritrosit
donor
Uji silang serasi minor :
Plasma donor + eritrosit
pasien
Contoh Darah
Pasien
Contoh Darah
Donor