SlideShare a Scribd company logo
1 of 117
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
HIV
dr. HEVRINA YUFANI
Pembimbing : Dr. dr. Efrida SpPK (K)
Pendukung Journal Reading Imunoserologi
KMK No. 90 tahun 2019
Eclipse Period
 Interval awal setelah infeksi HIV saat tidak ada pemeriksaan
diagnostik yang dapat mendeteksi HIV (10-12 hari)
Window period
 Periode antara awal infeksi dan waktu saat pemeriksaan
laboratorium dapat dengan akurat mendeteksi infeksi HIV
 Rekomendasi CDC:
• Pemeriksaan laboratorium antigen-antibodi HIV ½: 45 hari
• Pemeriksaan antibodi HIV (POCT): 90 hari
TERMINOLOGI
Seroconversion window period
 Interval antara infeksi HIV dan deteksi pertama antibodi
anti-HIV
Infeksi HIV akut
 Periode antara terdeteksi HIV RNA dan terdeteksinya antibodi
anti-HIV
TERMINOLOGI
Infeksi baru (recent infection)
 Fase setelah infeksi HIV akut sampai 6 bulan saat antibodi anti-
HIV berkembang
Infeksi awal (early infection)
 Periode setelah infeksi sampai 6 bulan (mencakup infeksi HIV akut
dan infeksi baru)
Established HIV Infection
 Waktu setelah infeksi dimana respon antibodi IgG anti-HIV
telah sepenuhnya berkembang
TERMINOLOGI
“
“A person who never made
a mistake never tried
anything new.”
Prather, et al., 2016, HIV Virus in The Elderly, Cambrige
University Press
HIV virion
HIV replication cycle
Indikasi Mayor Pemeriksaan HIV
PEMERIKSAAN HIV
• Diagnosis HIV
• Enzyme immunoassay (EIA)
• Rapid Test
• Western Blot
• HIV RNA/DNA
• Initiation and monitoring ART
• CD4
• Viral Load
Pemeriksaan serologis :
• Enzyme immunoassay (EIA)
• Rapid Test
• Western Blot
Pemeriksaan virologis dengan PCR :
• HIV DNA (Kualitatif)
• HIV RNA (Kuantitatif)
Pemeriksaan CD4
Pemeriksaan HIV
Diagnosis HIV :
• Enzyme immunoassay (EIA)
• Rapid Test
• Western Blot
• HIV RNA/DNA
Inisiasi dan monitoring ART :
• CD4 (Indirect marker)
• Viral Load (Direct marker)
Pemeriksaan HIV
• Pemeriksaan kuantitatif untuk mengukur antibodi HIV
• Dapat mendeteksi antibodi HIV 1 dan 2
• Cara kerja:
- Sampel dimasukkan ke dalam micro-well plate yang telah dilapisi
dengan antigen HIV
- Setelah penambahan reagen, inkubasi dan pencucian, plate
dibaca oleh alat
- Alat pembacaan akan mengukur densitas optik warna yang
timbul jika antibodi terdapat pada sampel pasien
Enzyme immunoassay (EIA)
PEMERIKSAAN ANTIGEN HIV
• Mendeteksi antigen p24 HIV-1
 Nilai nya berkorelasi dengan jumlah replikasi HIV
 Antigen muncul kurang lebih 1 minggu sebelum munculnya
antibodi HIV selama infeksi akut
 Dipakai untuk diagnosis awal HIV, mendeteksi infeksi HIV pada bayi
baru lahir dan memonitor terapi antiretroviral
PEMERIKSAAN ANTIGEN HIV
• Antigen p24 dideteksi dengan solid-phase antigen capture enzyme
immunoassay
• Fase solid dilapisi dengan Antibodi anti-HIV-1 monoklonal diinkubasi
dengan pasien serum atau plasma  dicuci untuk menghilangkan antigen
yang tidak terikat  antibodi anti-HIV-1 kedua yang terkonjugasi dengan
label enzim ditambahkan ke reaksi  perubahan warna menunjukkan
adanya antigen yang ditangkap. Kepadatan optik dapat diukur terhadap
kurva standar untuk membuat penentuan antigen secara kuantitatif.
• Generasi 1: mendeteksi IgG dengan crude lysat viral
• Generasi 2 : mendeteksi IgG dengan menggunakan protein atau
antigen sintetik (rekombinan)
• Generasi 3 : mendeteksi IgG dan IgM dengan tehnik sandwich
antigen antibodi
• Generasi 4 : mendeteksi IgG dan IgM dan antigen P24
Enzyme immunoassay (EIA)
Spach, DH, 2020, HIV Diagnostic Testing, Cambrige University Press
Direct ELISA
Sandwich ELISA
Indirect ELISA
False positif:
• Siklus beku-cair spesimen yang berulang diulangi
• adanya antibodi yang autoreaktif
• penyakit hati berat
• pemberian imunoglobulin pasif
• paparan vaksin tertentu
• keganasan
ELISA
False negatif:
• Sebelum serokonversi: deteksi antibodi 3-6 minggu setelah
infeksi
• Pemberian terapi imunosupresif atau transfusi tukar
• Kondisi defek sintesis antibodi seperti
hypogammaglobulinemia
• Kesalahan teknis
• Rekombinan strain HIV atau HIV-1 grup O, pemeriksaan tidak
mendeteksi antibodi virus grup O
ELISA
 Perangkat sederhana untuk mendeteksi ada atau tidaknya
target analit
 Konsep imunokromatografi adalah kombinasi dari
kromatografi (pemisahan komponen dalam sampel
berdasarkan perbedaan pergerakannya melalui sorben) dan
reaksi imunokimia
 Sistem imunokromatografi yang umum digunakan tes strip
Lateral flow immunochromatography assay (ICA)
Strip yang digunakan pada ICA mengandung 4 komponen:
• Sample application pad
• Conjugate pad
• Membran nitroselulosa
• Absorbent pad
Immunochromatography assay (ICA)
1. Sample Application Pad
• Terbuat dari selulosa dan/atau fiber glass dan sampel diaplikasikan pada
ini untuk memulai pemeriksaan
• Dapat mengangkut sampel dengan halus, berkelanjutan dan homogent
• Pretreatmen ini termasuk pemisahan komponen sampel, penghilangan
interferensi, penyesuaian pH,dll
Komponen ICA
2. Conjugate Pad
• Tempat di mana molekul biorekognisi berlabel (antibodi berlabel,
biasanya partikel emas nano colloid) dikeluarkan
• Bahan conjugate pad harus segera melepaskan konjugat berlabel saat
kontak dengan sampel
• Konjugat berlabel harus tetap stabil selama umur strip
Komponen ICA
3. Membran nitroselulosa
• Garis uji dan kontrol terletak pada membran ini
• Membran yang ideal dapat memberikan ikatan yang baik dengan probe
(antibodi, dll)
• Membran yang baik ditandai dengan absorpsi non spesifik yang lebih
rendah pada daerah garis uji dan kontrol
• Pemberian bioreagen yang tepat, pengeringan dan bloking memainkan
peranan dalam meningkatkan sensitivitas pemeriksaan
Komponen ICA
4. Adsorbent Pad
• Berfungsi sebagai saluran pembuangan di ujung strip
• Membantu mempertahankan laju aliran cairan di atas membran dan
menghentikan aliran balik sampel
Komponen ICA
 Ketika tes dijalankan, sampel ditambahkan ke sample aplication
pad
 Sampel bermigrasi melalui wilayah ini ke conjugate pad dimana
konjugat partikel telah diimobilisasi, biasanya koloid emas atau
partikel lateks monodispersi paramagnetik atau nanobead
selulosa
 Partikel ini telah terkonjugasi ke salah satu komponen biologis
spesifik dari pengujian, baik antigen atau antibodi tergantung
pada format pengujian.
Cara kerja lateral flow test
 Sampel memobilisasi kembali konjugat kering, dan analit dalam
sampel berinteraksi dengan konjugat, keduanya bermigrasi ke
bagian berikutnya dari strip.
 Zona ini, yang dikenal sebagai Matriks Reaksi adalah membran
berpori di mana komponen biologis spesifik dari pengujian
tersebut telah diimobilisasi.
 biasanya protein, baik antibodi atau antigen yang telah
diletakkan di pita pada area tertentu dari membran di mana
mereka berfungsi untuk menangkap target dan berkonjugasi
saat mereka bermigrasi ke strip.
Cara kerja lateral flow test
 Kelebihan reagen bergerak melewati garis penangkap dan
terperangkap dalam absorbed pad.
 Hasil ditafsirkan pada Matriks Reaksi sebagai ada atau tidaknya
garis dan dapat dibaca dengan mata
Cara kerja lateral flow test
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS HIV DENGAN TES ANTIBODI
menggunakan strategi III (pemeriksaan dengan menggunakan 3 jenis tes
antibodi yang berbeda sensitivitas dan spesivisitasnya).
Persyaratan reagen rapid test sebagai berikut :
• Sensitivitas reagen I ≥ 99%
• Spesifisitas reagen II ≥98% dan lebih tinggi dari spesifisitas reagen I
• Spesifisitas reagen III ≥99% dan lebih tinggi dari spesifisitas reagen I dan II
• Asal antigen atau prinsip tes dari reagen I,II,dan III tidak sama
PERBEDAAN PEMERIKSAAN HIV TIAP GENERASI
Uji HIV yang saat ini digunakan dapat dibagi menjadi 3 generasi:
• Uji HIV generasi 2: deteksi IgG anti-HIV-1/2; dapat mendeteksi HIV mulai
28 hari setelah paparan
• Uji HIV generasi 3: deteksi IgM dan IgG anti-HIV-1/2; dapat mendeteksi
HIV mulai 21 hari setelah paparan
• Uji HIV generasi 4: deteksi IgM dan IgG anti-HIV-1/2 serta antigen p24
HIV-1; dapat mendeteksi HIV mulai 14 hari sebelum paparan.
KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN RDT HIV GENERASI 4
RDT HIV generasi 4 adalah satu-satunya RDT yang
dapat mendeteksi antigen p24 HIV-1. Dengan deteksi
antigen p24 HIV-1 diharapkan infeksi akut HIV-1 dapat
segera dideteksi sehingga mencegah hasil negatif
palsu pada pasien yang baru saja terinfeksi HIV.
KETERBATASAN RDT HIV GENERASI 4
RDT HIV generasi 4 hanya dapat mendeteksi antigen
p24 HIV-1, tidak dengan antigen p24 HIV-2, sehingga
tidak dapat mendeteksi pasien dengan infeksi akut
HIV-2.
Uji HIV generasi 4 saat ini menggunakan metode
Enzyme Immunoassay (EIA), sedangkan pilihan merk
RDT masih terbatas, salah satunya adalah Alere
Determine™ HIV-1/2 Ag/Ab Combo.
• Test tambahan untuk mengkonfirmasi infeksi HIV
• Mendeteksi antibodi terhadap antigen HIV spesifik pada strip
selulosa
Western Blot
• Protein spesifik HIV yang telah terpisah berdasarkan berat molekul
oleh elektroforesis ditransferkan ke membran nitroselulosa yang
kemudian dicuci, diblok dan dibungkus
• Strip nitroselulosa diinkubasi dengan serum atau plasma pasien
dan ada juga dengan kontrol. Jika terdapat antibodi terhadap HIV
pada spesimen akan berikatan dengan antigen virus pada
membran nitroselulosa.
• Strip dicuci untuk membilas materi yang tidak berikatan. Dengan
reaksi berulang garis yang berkorelasi dengan protein gp HIV akan
terlihat pada strip nitroselulosa
Western Blot
 Positif : Ada minimal 2 dari band : p24, gp 41, gp 120/160
 Negatif : tidak terdapat band
 Indeterminate : terdapat band tapi tidak memenuhi kriteria positif
• Hasil indeterminan terutama berkaitan dengan p 18 (juga dikenal
dengan p17), p24 atau p 55 atau kombinasi dari tiga protein ini
• Kemungkinan hasil indeterminate pada western blot terutama
karena awal infeksi HIV, infeksi HIV-2, kehamilan, reaksi silang
dengan antibodi lain seperti pasien yang baru mendapatkan
imunisasi influenza atau penyakit autoimun
Interpretasi Western Blot
2. PEMERIKSAAN VIROLOGIS DENGAN PCR
• HIV DNA kualitatif: untuk diagnosis pada bayi.
• HIV RNA kuantitatif : untuk memeriksa jumlah
virus di dalam darah dan dapat digunakan untuk
pemantauan terapi ARV pada dewasa dan
diagnosis pada bayi jika HIV DNA tidak tersedia.
3. PEMERIKSAAN CD4
• Untuk mengukur status imunodefisiensi sebagai
petunjuk dini progresivitas penyakit karena jumlah
CD4 menurun lebih dahulu dibandingkan kondisi
klinis pasien.
• Pemantauan CD4 dapat digunakan untuk memulai
pemberian ARV atau penggantian obat.
3. PEMERIKSAAN CD4
Gold standard: immunophenotyping dengan analisis flow cytometry
Prinsip: Inkubasi whole blood dengan panel berlabel fluorescent
antibodi monoklonal melisiskan eritrosit menstabilkan leukosit
dengan fiksasi dengan paraformaldehyde Hasilnya dianalisis melalui
histogram yang menampilkan pola hamburan cahaya dan fluoresensi
yang dipancarkan.
3. PEMERIKSAAN CD4
CDC: dual platform technology: flow cytometer and a hematology
analyzer
Normal : 500 - 1300 sel/μL
NUCLEIC ACID TESTING
• untuk menentukan jumlah virus dan menentukan resistensi ARV
• Pemeriksaan kuantitatif asam nukleat HIV  pemeriksaan viral
load (nucleic acid amplification test)
 Memprediksi perkembangan penyakit
 Memprediksi respon ARV
 Memonitor efek terapi
• Pemeriksaan resistensi obat: pemeriksaan genotip atau fenotip
PEMERIKSAAN VIRAL LOAD
• Berbasis metode amplifikasi yang meningkatkan jumlah kopi HIV
RNA pada sampel uji ke jumlah yang dapat dideteksi.
• Metode:
1. Reverse transcriptase polymerase chain reaction (PCR) dan real-
time PCR
2. Pemeriksaan Branched chain DNA (bDNA)
3. Nucleic acid sequence-based amplification (NASBA)
Pemeriksaan Lag Avidity assay
• Kuantitatif (Enzim immunoassay)
• Membedakan infeksi HIV-1 baru atau
kronik
• Mengukur peningkatan aviditas (kekuatan
relatif ikatan dan perkembangan) antibodi
HIV
• Lower avidity infeksi <6 bulan
• High avidity infeksi kronik
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Prinsip: memperkuat urutan DNA yang melengkapi bagian genom HIV RNA.
• HIV RNA diisolasi dari plasma pasien  enzim DNA polimerase (aktivitas
reverse transkriptase) menyalin HIV RNA ke cDNA.
• cDNA di amplifikasi dengan metode PCR: untai ganda cDNA dipisah ke
untai tunggal dengan pemanasan masing-masing dapat menyediakan
template untuk mensintesis rantai DNA baru.
• Untai yang terpisah diinkubasi dengan primer, potongan DNA pendek gen
gag HIV-1 primer berikatan dengan DNA pada tempat yang sesuai
Polymerase Chain Reaction (PCR)
• Reaksi ini dipanaskan lagi dan daerah pada primer disintesis dengan
adanya enzim DNA polimerase dan empat deoxynucleoside triphosphate
• Setiap langkah ini dianggap satu siklus, menghasilkan sebuah kopi cDNA
yang disebut amplicon
• Proses ini diulangi untuk beberapa siklus dalam thermocycler otomatis,
menghasilkan pertumbuhan eksponensial dalam jumlah amplikon yang
dihasilkan
Polymerase Chain Reaction (PCR)
• Amplicon secara kimiawi didenaturasi menjadi untai tunggal, terikat piring
mikrotiter, dan dikuantifikasi dengan penambahan suatu probe berlabel
enzim, diikuti oleh substrat.
• Jumlah perubahan warna yang diproduksi di setiap well (mis., kepadatan
optik sampel) sebanding dengan jumlah HIV RNA terkandung dalam
spesimen.
• Standar RT-PCR dapat mendeteksi HIV RNA 400-75.000 kopi/mL
Ultrasensitif: 50-100.000 kopi/ml.
Pemeriksaan Branched chain DNA (bDNA)
• Berbeda dengan RT-PCR, metode bDNA didasarkan pada amplifikasi
deteksi sinyal yang dihasilkan daripada amplifikasi urutan target HIV.
Menggunakan uji hibridisasi sandwich fase padat yang menggabungkan
beberapa set probe oligonukleotida dan langkah hibridisasi untuk
membuat serangkaian molekul "bercabang“
• Pemeriksaan ini dapat mendeteksi 50-500.000 kopi/ml HIV RNA
Nucleic acid sequence-based amplification (NASBA)
• NASBA adalah pemeriksaan amplifikasi target berdasarkan pada
amplifikasi RNA HIV
• Rentang deteksi: 176-3,4 juta kopi/ml HIV-1 RNA
• Dapat menggunakan spesimen selain plasma: LCS, whole blood, semen,
bilas serviks dan sputum
Pemeriksaan resistensi obat
• Pemeriksaan laboratorium yang digunakan:
1. Pemeriksaan resistensi genotip
 Mendeteksi mutasi pada gen reverse transkriptase dan protease HIV
2. Pemeriksaan resistensi fenotip
 Menentukan kemampuan isolat klinis HIV untuk tumbuh dengan
adanya obat antiretroviral
KMK No. 90 tahun 2019
PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN
KEDOKTERAN TATA LAKSANA HIV
dr. HEVRINA YUFANI
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS HIV
Diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan
menggunakan 2 metode pemeriksaan:
1. Pemeriksaan serologis
2. Pemeriksaan virologis.
PEMERIKSAAN SEROLOGIS HIV
Metode pemeriksaan serologis :
1) Rapid immunochromatography test (tes cepat)
2) EIA (enzyme immunoassay)
 mendeteksi antibodi saja (generasi pertama)
atau antigen dan antibodi (generasi ketiga dan
keempat).
Metode western blot sudah tidak digunakan
sebagai standar konfirmasi diagnosis HIV lagi di
Indonesia.
PEMERIKSAAN VIROLOGIS HIV
Pemeriksaan virologis dilakukan dengan pemeriksaan :
• DNA HIV: pemeriksaan DNA HIV secara kualitatif
menggunakan tetes darah kering (dried blood spot
[DBS]).
• RNA HIV : bersifat kuantitatif, pada daerah yang
tidak memiliki sarana pemeriksaan DNA HIV
PEMERIKSAAN VIROLOGIS HIV
Pemeriksaan virologis dilakukan pada :
1) bayi berusia dibawah 18 bulan.
2) infeksi HIV primer.
3) kasus terminal dengan hasil pemeriksaan antibodi
negatif namun gejala klinis sangat mendukung ke
arah AIDS.
4) konfirmasi hasil inkonklusif atau konfirmasi untuk
dua hasil laboratorium yang berbeda.
HASIL PEMERIKSAAN HIV POSITIF
Hasil pemeriksaan HIV dikatakan positif apabila:
1) tiga hasil pemeriksaan serologis dengan tiga metode
atau reagen berbeda menunjukan hasil reaktif.
2) pemeriksaan virologis kuantitatif atau kualitatif
terdeteksi HIV.
Pemeriksaan yang digunakan diasumsikan mempunyai
sensitivitas minimal 99% dan spesifisitas minimal 98%
DIAGNOSIS HIV ANAK < 18 BULAN
Diagnosis definitif infeksi HIV pada anak berusia <18
bulan  pemeriksaan virologis
Uji serologis tidak dapat digunakan diagnosis
definitif infeksi HIV karena terdapat transfer
transplasental antibodi maternal terhadap HIV
WHO merekomendasikan pemeriksaan uji virologis
pertama dilakukan pada usia 4-6 minggu, PCR
tambahan: usia 4 bulan (jika hasil PCR pertama
negatif).
DIAGNOSIS HIV ANAK < 18 BULAN (PCR)
Spesifisitas PCR DNA HIV sebesar 99,8% saat lahir, dan 100% pada usia 1,3,
dan 6 bulan.
• mengidentifikasi bayi terinfeksi HIV sebesar 20-55% pada usia satu
minggu pertama; 90% pada usia 2-4 minggu; 100% pada usia 3-6 bulan.
Spesifitas PCR RNA HIV mencapai 100% saat lahir, usia 1, 3,
dan 6 bulan.
• mengidentifikasi bayi terinfeksi HIV sebesar 25-85% pada usia satu
minggu pertama; 89% pada usia satu bulan; 90-100% pada usia 2-
3 bulan.
DIAGNOSIS PRESUMTIF HIV ANAK < 18 BULAN
Apabila didapatkan kelainan terkait HIV
disertai hasil serologis HIV yang seropositif
Kriteria diagnosis presumtif infeksi HIV
memiliki sensitifitas dan spesifisitas
sebesar masing-masing 68.9% dan 81%
Konfirmasi secepatnya menggunakan uji
virologis (PCR DNA HIV) atau uji serologis
setelah anak berusia >18 bulan.
DIAGNOSIS HIV ANAK >18 BULAN, REMAJA DAN DEWASA
Tiga jenis tes antibodi untuk menegakkan diagnosis
HIV pada anak >18 bulan, remaja, dan dewasa. Hasil
pemeriksaan anti-HIV :
• reaktif
• non-reaktif (negatif)
• tidak dapat ditentukan (inkonklusif).
PENULARAN VERTIKAL IBU KE ANAK
Transmisi vertikal berperan sebagai metode penularan
utama (92%) infeksi HIV pada anak berusia <13 tahun.
• Transmisi intrauterin (5-10% ) : melalui penyebaran
hematogen melewati plasenta.
• Transmisi intranatal (10-20%) : melalui kontak
mukokutan antara bayi dengan darah ibu, cairan
amnion, dan sekret servikovaginal saat melewati jalan
lahir.
• Transmisi pascanatal (5-20%): melalui ASI
ALUR DIAGNOSTIK WHO
HIV testing strategy for diagnosis in high prevalence settings
Catatan:
Pemeriksaan A1, A2, A3 menggambarkan tiga pemeriksaan yang berbeda.
1. Untuk individu yang baru didiagnosis, hasil positif harus dikonfirmasi
dengan spesimen kedua untuk menyingkirkan kesalahan laboratorium.
2. Pemeriksaan ulang dilakukan dengan spesimen kedua yang diambil
setelah 14 hari untuk menyingkirkan serokonversi
3. bila A1 adalah pemeriksaan deteksi antigen/antibodi, dan A2 dan A3
pemeriksaan deteksi antibodi saja, pemeriksaan ulang dilakukan dengan
spesimen kedua yang diambil setelah 14 hari
HIV testing strategy for diagnosis in low prevalence settings
 Individu dengan hasil inkonklusif diminta datang kembali untuk
pemeriksaan ulang setelah 14 hari.
 Bila hasil pemeriksaan ulang selanjutnya reaktif (A1+; A2+), serokonversi
mungkin terjadi karena respon antibodi telah terbentuk dan status HIV
positif dapat dilaporkan.
 Bila hasil pemeriksaan ulang tetap berbeda (A1+; A2-) atau keduanya
nonreaktif(A1-; A2-), false reactivity telah terjadi dan dapat dilaporkan
sebagai HIV-negatif.
FOLLOW UP SETELAH DIAGNOSIS
 Spesimen dari individu dengan tanda klinis sesuai kriteria WHO stage III
atau IV dapat menunjukkan hasil yang berbeda karena penurunan
antibodi HIV1/2 dengan perkembangan penyakit lanjut dan
terganggunya fungsi imun.
 Pemeriksaan tambahan seperti jumlah CD4 dan pemeriksaan virologi HIV
dapat digunakan untuk panduan keputusan klinis.
FOLLOW UP SETELAH DIAGNOSIS
Pemeriksaan hiv
Pemeriksaan hiv

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Sel darah merah
Sel darah merahSel darah merah
Sel darah merah
 
Amoeba
AmoebaAmoeba
Amoeba
 
Vilep imunologi semester iv
Vilep imunologi semester ivVilep imunologi semester iv
Vilep imunologi semester iv
 
Leukosit 2
Leukosit 2Leukosit 2
Leukosit 2
 
Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan AutoimnitasToleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
 
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
 
Uji widal xi tlm
Uji widal xi tlmUji widal xi tlm
Uji widal xi tlm
 
Penetapan kadar hemoglobin
Penetapan kadar hemoglobinPenetapan kadar hemoglobin
Penetapan kadar hemoglobin
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
 
Pedoman Pengelolaan Spesimen Untuk Laboratorium Mikrobiologi Klinik
Pedoman Pengelolaan Spesimen Untuk Laboratorium Mikrobiologi KlinikPedoman Pengelolaan Spesimen Untuk Laboratorium Mikrobiologi Klinik
Pedoman Pengelolaan Spesimen Untuk Laboratorium Mikrobiologi Klinik
 
Pelatihan Quality Control
Pelatihan Quality Control Pelatihan Quality Control
Pelatihan Quality Control
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting Time
 
Pengantar imunoasai
Pengantar imunoasaiPengantar imunoasai
Pengantar imunoasai
 
Pemeriksaan (crp) xi tlm
Pemeriksaan (crp) xi tlmPemeriksaan (crp) xi tlm
Pemeriksaan (crp) xi tlm
 
Kimia klinik tutor 2
Kimia klinik tutor 2Kimia klinik tutor 2
Kimia klinik tutor 2
 
Enzim pada Organ Hati
Enzim pada Organ HatiEnzim pada Organ Hati
Enzim pada Organ Hati
 
Hemostasis uii
Hemostasis uiiHemostasis uii
Hemostasis uii
 
Blood gas analyzer
Blood gas analyzerBlood gas analyzer
Blood gas analyzer
 
Leukosit
LeukositLeukosit
Leukosit
 
imunoserologi
imunoserologiimunoserologi
imunoserologi
 

Similar to Pemeriksaan hiv

Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptxTeknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptxandinovriani1
 
Pemeriksaan laboratorium hiv
Pemeriksaan laboratorium hivPemeriksaan laboratorium hiv
Pemeriksaan laboratorium hivbas27
 
PPT Imunologi CMIA.pptx
PPT Imunologi CMIA.pptxPPT Imunologi CMIA.pptx
PPT Imunologi CMIA.pptxIndahAipassa1
 
Pemekrisaan hiv xi tlm
Pemekrisaan hiv xi tlmPemekrisaan hiv xi tlm
Pemekrisaan hiv xi tlmmateripptgc
 
literasi.pptx
literasi.pptxliterasi.pptx
literasi.pptxtriwandra
 
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdfBUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdfDdokebi18
 
pOTENSI-dEPARTEMEN-1.ppt
pOTENSI-dEPARTEMEN-1.pptpOTENSI-dEPARTEMEN-1.ppt
pOTENSI-dEPARTEMEN-1.pptAnonymouswpUzJB
 
HIV ( pelatihan IMS).ppt
HIV ( pelatihan IMS).pptHIV ( pelatihan IMS).ppt
HIV ( pelatihan IMS).pptRezaFiansyah1
 
Antivirus 2020.pptx
Antivirus 2020.pptxAntivirus 2020.pptx
Antivirus 2020.pptxRudiHendra
 
vnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptx
vnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptxvnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptx
vnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptxmateripptgc
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darahBiomedis Teknisi
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darahBiomedis Teknisi
 
Presentasi tentang hiv
Presentasi tentang hivPresentasi tentang hiv
Presentasi tentang hivmira selviana
 
Tatalaksana HIV AIDS.pptx
Tatalaksana HIV AIDS.pptxTatalaksana HIV AIDS.pptx
Tatalaksana HIV AIDS.pptxbismillah41
 
Tpibaru4
Tpibaru4Tpibaru4
Tpibaru4andreei
 

Similar to Pemeriksaan hiv (20)

Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptxTeknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
 
Pemeriksaan laboratorium hiv
Pemeriksaan laboratorium hivPemeriksaan laboratorium hiv
Pemeriksaan laboratorium hiv
 
PPT Imunologi CMIA.pptx
PPT Imunologi CMIA.pptxPPT Imunologi CMIA.pptx
PPT Imunologi CMIA.pptx
 
11622916.ppt
11622916.ppt11622916.ppt
11622916.ppt
 
Pemekrisaan hiv xi tlm
Pemekrisaan hiv xi tlmPemekrisaan hiv xi tlm
Pemekrisaan hiv xi tlm
 
literasi.pptx
literasi.pptxliterasi.pptx
literasi.pptx
 
Macam Macam Metode Pengujian Tes Corona (CoViD-19)
Macam Macam Metode Pengujian Tes Corona (CoViD-19)Macam Macam Metode Pengujian Tes Corona (CoViD-19)
Macam Macam Metode Pengujian Tes Corona (CoViD-19)
 
Tugas elisa gandi
Tugas elisa gandiTugas elisa gandi
Tugas elisa gandi
 
11622916.ppt
11622916.ppt11622916.ppt
11622916.ppt
 
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdfBUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
 
2. Pemeriksaan Lab HIV .pptx
2. Pemeriksaan Lab HIV .pptx2. Pemeriksaan Lab HIV .pptx
2. Pemeriksaan Lab HIV .pptx
 
pOTENSI-dEPARTEMEN-1.ppt
pOTENSI-dEPARTEMEN-1.pptpOTENSI-dEPARTEMEN-1.ppt
pOTENSI-dEPARTEMEN-1.ppt
 
HIV ( pelatihan IMS).ppt
HIV ( pelatihan IMS).pptHIV ( pelatihan IMS).ppt
HIV ( pelatihan IMS).ppt
 
Antivirus 2020.pptx
Antivirus 2020.pptxAntivirus 2020.pptx
Antivirus 2020.pptx
 
vnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptx
vnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptxvnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptx
vnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptx
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darah
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darah
 
Presentasi tentang hiv
Presentasi tentang hivPresentasi tentang hiv
Presentasi tentang hiv
 
Tatalaksana HIV AIDS.pptx
Tatalaksana HIV AIDS.pptxTatalaksana HIV AIDS.pptx
Tatalaksana HIV AIDS.pptx
 
Tpibaru4
Tpibaru4Tpibaru4
Tpibaru4
 

More from Dian Jenova

Imunologi transfusi
Imunologi transfusiImunologi transfusi
Imunologi transfusiDian Jenova
 
Pitfalls dalam penyimpanan darah 2020
Pitfalls dalam penyimpanan darah 2020Pitfalls dalam penyimpanan darah 2020
Pitfalls dalam penyimpanan darah 2020Dian Jenova
 
Diagnosis laboratorium infeksi menular seksual
Diagnosis laboratorium infeksi menular seksualDiagnosis laboratorium infeksi menular seksual
Diagnosis laboratorium infeksi menular seksualDian Jenova
 
Expanded Dengue Syndrome pada Hepar
Expanded Dengue Syndrome pada HeparExpanded Dengue Syndrome pada Hepar
Expanded Dengue Syndrome pada HeparDian Jenova
 
Pemeriksaan retraksi bekuan
Pemeriksaan retraksi bekuanPemeriksaan retraksi bekuan
Pemeriksaan retraksi bekuanDian Jenova
 
Kinetika trombosit
Kinetika trombositKinetika trombosit
Kinetika trombositDian Jenova
 
Pemeriksaan agregasi trombosit.
Pemeriksaan agregasi trombosit.Pemeriksaan agregasi trombosit.
Pemeriksaan agregasi trombosit.Dian Jenova
 
acquired von willebrand disease
acquired von willebrand diseaseacquired von willebrand disease
acquired von willebrand diseaseDian Jenova
 
Aspek laboratorium dan klinis Ret he & IPF
Aspek laboratorium dan klinis Ret he & IPFAspek laboratorium dan klinis Ret he & IPF
Aspek laboratorium dan klinis Ret he & IPFDian Jenova
 
Ekspertise Trombositosis Esensial
Ekspertise Trombositosis EsensialEkspertise Trombositosis Esensial
Ekspertise Trombositosis EsensialDian Jenova
 

More from Dian Jenova (10)

Imunologi transfusi
Imunologi transfusiImunologi transfusi
Imunologi transfusi
 
Pitfalls dalam penyimpanan darah 2020
Pitfalls dalam penyimpanan darah 2020Pitfalls dalam penyimpanan darah 2020
Pitfalls dalam penyimpanan darah 2020
 
Diagnosis laboratorium infeksi menular seksual
Diagnosis laboratorium infeksi menular seksualDiagnosis laboratorium infeksi menular seksual
Diagnosis laboratorium infeksi menular seksual
 
Expanded Dengue Syndrome pada Hepar
Expanded Dengue Syndrome pada HeparExpanded Dengue Syndrome pada Hepar
Expanded Dengue Syndrome pada Hepar
 
Pemeriksaan retraksi bekuan
Pemeriksaan retraksi bekuanPemeriksaan retraksi bekuan
Pemeriksaan retraksi bekuan
 
Kinetika trombosit
Kinetika trombositKinetika trombosit
Kinetika trombosit
 
Pemeriksaan agregasi trombosit.
Pemeriksaan agregasi trombosit.Pemeriksaan agregasi trombosit.
Pemeriksaan agregasi trombosit.
 
acquired von willebrand disease
acquired von willebrand diseaseacquired von willebrand disease
acquired von willebrand disease
 
Aspek laboratorium dan klinis Ret he & IPF
Aspek laboratorium dan klinis Ret he & IPFAspek laboratorium dan klinis Ret he & IPF
Aspek laboratorium dan klinis Ret he & IPF
 
Ekspertise Trombositosis Esensial
Ekspertise Trombositosis EsensialEkspertise Trombositosis Esensial
Ekspertise Trombositosis Esensial
 

Recently uploaded

2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 

Recently uploaded (20)

2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 

Pemeriksaan hiv

  • 1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM HIV dr. HEVRINA YUFANI Pembimbing : Dr. dr. Efrida SpPK (K) Pendukung Journal Reading Imunoserologi KMK No. 90 tahun 2019
  • 2.
  • 3. Eclipse Period  Interval awal setelah infeksi HIV saat tidak ada pemeriksaan diagnostik yang dapat mendeteksi HIV (10-12 hari) Window period  Periode antara awal infeksi dan waktu saat pemeriksaan laboratorium dapat dengan akurat mendeteksi infeksi HIV  Rekomendasi CDC: • Pemeriksaan laboratorium antigen-antibodi HIV ½: 45 hari • Pemeriksaan antibodi HIV (POCT): 90 hari TERMINOLOGI
  • 4. Seroconversion window period  Interval antara infeksi HIV dan deteksi pertama antibodi anti-HIV Infeksi HIV akut  Periode antara terdeteksi HIV RNA dan terdeteksinya antibodi anti-HIV TERMINOLOGI Infeksi baru (recent infection)  Fase setelah infeksi HIV akut sampai 6 bulan saat antibodi anti- HIV berkembang
  • 5. Infeksi awal (early infection)  Periode setelah infeksi sampai 6 bulan (mencakup infeksi HIV akut dan infeksi baru) Established HIV Infection  Waktu setelah infeksi dimana respon antibodi IgG anti-HIV telah sepenuhnya berkembang TERMINOLOGI
  • 6. “ “A person who never made a mistake never tried anything new.” Prather, et al., 2016, HIV Virus in The Elderly, Cambrige University Press
  • 7.
  • 8.
  • 9.
  • 10.
  • 13.
  • 15. PEMERIKSAAN HIV • Diagnosis HIV • Enzyme immunoassay (EIA) • Rapid Test • Western Blot • HIV RNA/DNA • Initiation and monitoring ART • CD4 • Viral Load
  • 16. Pemeriksaan serologis : • Enzyme immunoassay (EIA) • Rapid Test • Western Blot Pemeriksaan virologis dengan PCR : • HIV DNA (Kualitatif) • HIV RNA (Kuantitatif) Pemeriksaan CD4 Pemeriksaan HIV
  • 17. Diagnosis HIV : • Enzyme immunoassay (EIA) • Rapid Test • Western Blot • HIV RNA/DNA Inisiasi dan monitoring ART : • CD4 (Indirect marker) • Viral Load (Direct marker) Pemeriksaan HIV
  • 18. • Pemeriksaan kuantitatif untuk mengukur antibodi HIV • Dapat mendeteksi antibodi HIV 1 dan 2 • Cara kerja: - Sampel dimasukkan ke dalam micro-well plate yang telah dilapisi dengan antigen HIV - Setelah penambahan reagen, inkubasi dan pencucian, plate dibaca oleh alat - Alat pembacaan akan mengukur densitas optik warna yang timbul jika antibodi terdapat pada sampel pasien Enzyme immunoassay (EIA)
  • 19. PEMERIKSAAN ANTIGEN HIV • Mendeteksi antigen p24 HIV-1  Nilai nya berkorelasi dengan jumlah replikasi HIV  Antigen muncul kurang lebih 1 minggu sebelum munculnya antibodi HIV selama infeksi akut  Dipakai untuk diagnosis awal HIV, mendeteksi infeksi HIV pada bayi baru lahir dan memonitor terapi antiretroviral
  • 20. PEMERIKSAAN ANTIGEN HIV • Antigen p24 dideteksi dengan solid-phase antigen capture enzyme immunoassay • Fase solid dilapisi dengan Antibodi anti-HIV-1 monoklonal diinkubasi dengan pasien serum atau plasma  dicuci untuk menghilangkan antigen yang tidak terikat  antibodi anti-HIV-1 kedua yang terkonjugasi dengan label enzim ditambahkan ke reaksi  perubahan warna menunjukkan adanya antigen yang ditangkap. Kepadatan optik dapat diukur terhadap kurva standar untuk membuat penentuan antigen secara kuantitatif.
  • 21. • Generasi 1: mendeteksi IgG dengan crude lysat viral • Generasi 2 : mendeteksi IgG dengan menggunakan protein atau antigen sintetik (rekombinan) • Generasi 3 : mendeteksi IgG dan IgM dengan tehnik sandwich antigen antibodi • Generasi 4 : mendeteksi IgG dan IgM dan antigen P24 Enzyme immunoassay (EIA)
  • 22.
  • 23.
  • 24.
  • 25.
  • 26. Spach, DH, 2020, HIV Diagnostic Testing, Cambrige University Press
  • 27.
  • 31.
  • 32. False positif: • Siklus beku-cair spesimen yang berulang diulangi • adanya antibodi yang autoreaktif • penyakit hati berat • pemberian imunoglobulin pasif • paparan vaksin tertentu • keganasan ELISA
  • 33. False negatif: • Sebelum serokonversi: deteksi antibodi 3-6 minggu setelah infeksi • Pemberian terapi imunosupresif atau transfusi tukar • Kondisi defek sintesis antibodi seperti hypogammaglobulinemia • Kesalahan teknis • Rekombinan strain HIV atau HIV-1 grup O, pemeriksaan tidak mendeteksi antibodi virus grup O ELISA
  • 34.  Perangkat sederhana untuk mendeteksi ada atau tidaknya target analit  Konsep imunokromatografi adalah kombinasi dari kromatografi (pemisahan komponen dalam sampel berdasarkan perbedaan pergerakannya melalui sorben) dan reaksi imunokimia  Sistem imunokromatografi yang umum digunakan tes strip Lateral flow immunochromatography assay (ICA)
  • 35. Strip yang digunakan pada ICA mengandung 4 komponen: • Sample application pad • Conjugate pad • Membran nitroselulosa • Absorbent pad Immunochromatography assay (ICA)
  • 36. 1. Sample Application Pad • Terbuat dari selulosa dan/atau fiber glass dan sampel diaplikasikan pada ini untuk memulai pemeriksaan • Dapat mengangkut sampel dengan halus, berkelanjutan dan homogent • Pretreatmen ini termasuk pemisahan komponen sampel, penghilangan interferensi, penyesuaian pH,dll Komponen ICA
  • 37. 2. Conjugate Pad • Tempat di mana molekul biorekognisi berlabel (antibodi berlabel, biasanya partikel emas nano colloid) dikeluarkan • Bahan conjugate pad harus segera melepaskan konjugat berlabel saat kontak dengan sampel • Konjugat berlabel harus tetap stabil selama umur strip Komponen ICA
  • 38. 3. Membran nitroselulosa • Garis uji dan kontrol terletak pada membran ini • Membran yang ideal dapat memberikan ikatan yang baik dengan probe (antibodi, dll) • Membran yang baik ditandai dengan absorpsi non spesifik yang lebih rendah pada daerah garis uji dan kontrol • Pemberian bioreagen yang tepat, pengeringan dan bloking memainkan peranan dalam meningkatkan sensitivitas pemeriksaan Komponen ICA
  • 39. 4. Adsorbent Pad • Berfungsi sebagai saluran pembuangan di ujung strip • Membantu mempertahankan laju aliran cairan di atas membran dan menghentikan aliran balik sampel Komponen ICA
  • 40.  Ketika tes dijalankan, sampel ditambahkan ke sample aplication pad  Sampel bermigrasi melalui wilayah ini ke conjugate pad dimana konjugat partikel telah diimobilisasi, biasanya koloid emas atau partikel lateks monodispersi paramagnetik atau nanobead selulosa  Partikel ini telah terkonjugasi ke salah satu komponen biologis spesifik dari pengujian, baik antigen atau antibodi tergantung pada format pengujian. Cara kerja lateral flow test
  • 41.  Sampel memobilisasi kembali konjugat kering, dan analit dalam sampel berinteraksi dengan konjugat, keduanya bermigrasi ke bagian berikutnya dari strip.  Zona ini, yang dikenal sebagai Matriks Reaksi adalah membran berpori di mana komponen biologis spesifik dari pengujian tersebut telah diimobilisasi.  biasanya protein, baik antibodi atau antigen yang telah diletakkan di pita pada area tertentu dari membran di mana mereka berfungsi untuk menangkap target dan berkonjugasi saat mereka bermigrasi ke strip. Cara kerja lateral flow test
  • 42.  Kelebihan reagen bergerak melewati garis penangkap dan terperangkap dalam absorbed pad.  Hasil ditafsirkan pada Matriks Reaksi sebagai ada atau tidaknya garis dan dapat dibaca dengan mata Cara kerja lateral flow test
  • 43.
  • 44.
  • 45.
  • 46.
  • 47. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS HIV DENGAN TES ANTIBODI menggunakan strategi III (pemeriksaan dengan menggunakan 3 jenis tes antibodi yang berbeda sensitivitas dan spesivisitasnya). Persyaratan reagen rapid test sebagai berikut : • Sensitivitas reagen I ≥ 99% • Spesifisitas reagen II ≥98% dan lebih tinggi dari spesifisitas reagen I • Spesifisitas reagen III ≥99% dan lebih tinggi dari spesifisitas reagen I dan II • Asal antigen atau prinsip tes dari reagen I,II,dan III tidak sama
  • 48. PERBEDAAN PEMERIKSAAN HIV TIAP GENERASI Uji HIV yang saat ini digunakan dapat dibagi menjadi 3 generasi: • Uji HIV generasi 2: deteksi IgG anti-HIV-1/2; dapat mendeteksi HIV mulai 28 hari setelah paparan • Uji HIV generasi 3: deteksi IgM dan IgG anti-HIV-1/2; dapat mendeteksi HIV mulai 21 hari setelah paparan • Uji HIV generasi 4: deteksi IgM dan IgG anti-HIV-1/2 serta antigen p24 HIV-1; dapat mendeteksi HIV mulai 14 hari sebelum paparan.
  • 49. KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN RDT HIV GENERASI 4 RDT HIV generasi 4 adalah satu-satunya RDT yang dapat mendeteksi antigen p24 HIV-1. Dengan deteksi antigen p24 HIV-1 diharapkan infeksi akut HIV-1 dapat segera dideteksi sehingga mencegah hasil negatif palsu pada pasien yang baru saja terinfeksi HIV.
  • 50.
  • 51. KETERBATASAN RDT HIV GENERASI 4 RDT HIV generasi 4 hanya dapat mendeteksi antigen p24 HIV-1, tidak dengan antigen p24 HIV-2, sehingga tidak dapat mendeteksi pasien dengan infeksi akut HIV-2. Uji HIV generasi 4 saat ini menggunakan metode Enzyme Immunoassay (EIA), sedangkan pilihan merk RDT masih terbatas, salah satunya adalah Alere Determine™ HIV-1/2 Ag/Ab Combo.
  • 52. • Test tambahan untuk mengkonfirmasi infeksi HIV • Mendeteksi antibodi terhadap antigen HIV spesifik pada strip selulosa Western Blot
  • 53. • Protein spesifik HIV yang telah terpisah berdasarkan berat molekul oleh elektroforesis ditransferkan ke membran nitroselulosa yang kemudian dicuci, diblok dan dibungkus • Strip nitroselulosa diinkubasi dengan serum atau plasma pasien dan ada juga dengan kontrol. Jika terdapat antibodi terhadap HIV pada spesimen akan berikatan dengan antigen virus pada membran nitroselulosa. • Strip dicuci untuk membilas materi yang tidak berikatan. Dengan reaksi berulang garis yang berkorelasi dengan protein gp HIV akan terlihat pada strip nitroselulosa Western Blot
  • 54.
  • 55.
  • 56.
  • 57.
  • 58.
  • 59.
  • 60.
  • 61.
  • 62.
  • 63.
  • 64.  Positif : Ada minimal 2 dari band : p24, gp 41, gp 120/160  Negatif : tidak terdapat band  Indeterminate : terdapat band tapi tidak memenuhi kriteria positif • Hasil indeterminan terutama berkaitan dengan p 18 (juga dikenal dengan p17), p24 atau p 55 atau kombinasi dari tiga protein ini • Kemungkinan hasil indeterminate pada western blot terutama karena awal infeksi HIV, infeksi HIV-2, kehamilan, reaksi silang dengan antibodi lain seperti pasien yang baru mendapatkan imunisasi influenza atau penyakit autoimun Interpretasi Western Blot
  • 65.
  • 66.
  • 67.
  • 68. 2. PEMERIKSAAN VIROLOGIS DENGAN PCR • HIV DNA kualitatif: untuk diagnosis pada bayi. • HIV RNA kuantitatif : untuk memeriksa jumlah virus di dalam darah dan dapat digunakan untuk pemantauan terapi ARV pada dewasa dan diagnosis pada bayi jika HIV DNA tidak tersedia.
  • 69. 3. PEMERIKSAAN CD4 • Untuk mengukur status imunodefisiensi sebagai petunjuk dini progresivitas penyakit karena jumlah CD4 menurun lebih dahulu dibandingkan kondisi klinis pasien. • Pemantauan CD4 dapat digunakan untuk memulai pemberian ARV atau penggantian obat.
  • 70. 3. PEMERIKSAAN CD4 Gold standard: immunophenotyping dengan analisis flow cytometry Prinsip: Inkubasi whole blood dengan panel berlabel fluorescent antibodi monoklonal melisiskan eritrosit menstabilkan leukosit dengan fiksasi dengan paraformaldehyde Hasilnya dianalisis melalui histogram yang menampilkan pola hamburan cahaya dan fluoresensi yang dipancarkan.
  • 71. 3. PEMERIKSAAN CD4 CDC: dual platform technology: flow cytometer and a hematology analyzer Normal : 500 - 1300 sel/μL
  • 72. NUCLEIC ACID TESTING • untuk menentukan jumlah virus dan menentukan resistensi ARV • Pemeriksaan kuantitatif asam nukleat HIV  pemeriksaan viral load (nucleic acid amplification test)  Memprediksi perkembangan penyakit  Memprediksi respon ARV  Memonitor efek terapi • Pemeriksaan resistensi obat: pemeriksaan genotip atau fenotip
  • 73. PEMERIKSAAN VIRAL LOAD • Berbasis metode amplifikasi yang meningkatkan jumlah kopi HIV RNA pada sampel uji ke jumlah yang dapat dideteksi. • Metode: 1. Reverse transcriptase polymerase chain reaction (PCR) dan real- time PCR 2. Pemeriksaan Branched chain DNA (bDNA) 3. Nucleic acid sequence-based amplification (NASBA)
  • 74.
  • 75. Pemeriksaan Lag Avidity assay • Kuantitatif (Enzim immunoassay) • Membedakan infeksi HIV-1 baru atau kronik • Mengukur peningkatan aviditas (kekuatan relatif ikatan dan perkembangan) antibodi HIV • Lower avidity infeksi <6 bulan • High avidity infeksi kronik
  • 76. Polymerase Chain Reaction (PCR) Prinsip: memperkuat urutan DNA yang melengkapi bagian genom HIV RNA. • HIV RNA diisolasi dari plasma pasien  enzim DNA polimerase (aktivitas reverse transkriptase) menyalin HIV RNA ke cDNA. • cDNA di amplifikasi dengan metode PCR: untai ganda cDNA dipisah ke untai tunggal dengan pemanasan masing-masing dapat menyediakan template untuk mensintesis rantai DNA baru. • Untai yang terpisah diinkubasi dengan primer, potongan DNA pendek gen gag HIV-1 primer berikatan dengan DNA pada tempat yang sesuai
  • 77. Polymerase Chain Reaction (PCR) • Reaksi ini dipanaskan lagi dan daerah pada primer disintesis dengan adanya enzim DNA polimerase dan empat deoxynucleoside triphosphate • Setiap langkah ini dianggap satu siklus, menghasilkan sebuah kopi cDNA yang disebut amplicon • Proses ini diulangi untuk beberapa siklus dalam thermocycler otomatis, menghasilkan pertumbuhan eksponensial dalam jumlah amplikon yang dihasilkan
  • 78. Polymerase Chain Reaction (PCR) • Amplicon secara kimiawi didenaturasi menjadi untai tunggal, terikat piring mikrotiter, dan dikuantifikasi dengan penambahan suatu probe berlabel enzim, diikuti oleh substrat. • Jumlah perubahan warna yang diproduksi di setiap well (mis., kepadatan optik sampel) sebanding dengan jumlah HIV RNA terkandung dalam spesimen. • Standar RT-PCR dapat mendeteksi HIV RNA 400-75.000 kopi/mL Ultrasensitif: 50-100.000 kopi/ml.
  • 79. Pemeriksaan Branched chain DNA (bDNA) • Berbeda dengan RT-PCR, metode bDNA didasarkan pada amplifikasi deteksi sinyal yang dihasilkan daripada amplifikasi urutan target HIV. Menggunakan uji hibridisasi sandwich fase padat yang menggabungkan beberapa set probe oligonukleotida dan langkah hibridisasi untuk membuat serangkaian molekul "bercabang“ • Pemeriksaan ini dapat mendeteksi 50-500.000 kopi/ml HIV RNA
  • 80. Nucleic acid sequence-based amplification (NASBA) • NASBA adalah pemeriksaan amplifikasi target berdasarkan pada amplifikasi RNA HIV • Rentang deteksi: 176-3,4 juta kopi/ml HIV-1 RNA • Dapat menggunakan spesimen selain plasma: LCS, whole blood, semen, bilas serviks dan sputum
  • 81. Pemeriksaan resistensi obat • Pemeriksaan laboratorium yang digunakan: 1. Pemeriksaan resistensi genotip  Mendeteksi mutasi pada gen reverse transkriptase dan protease HIV 2. Pemeriksaan resistensi fenotip  Menentukan kemampuan isolat klinis HIV untuk tumbuh dengan adanya obat antiretroviral
  • 82.
  • 83.
  • 84.
  • 85.
  • 86.
  • 87.
  • 88.
  • 89.
  • 90.
  • 91.
  • 92.
  • 93.
  • 94.
  • 95.
  • 96.
  • 97.
  • 98.
  • 99. KMK No. 90 tahun 2019 PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA HIV dr. HEVRINA YUFANI
  • 100. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS HIV Diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan menggunakan 2 metode pemeriksaan: 1. Pemeriksaan serologis 2. Pemeriksaan virologis.
  • 101. PEMERIKSAAN SEROLOGIS HIV Metode pemeriksaan serologis : 1) Rapid immunochromatography test (tes cepat) 2) EIA (enzyme immunoassay)  mendeteksi antibodi saja (generasi pertama) atau antigen dan antibodi (generasi ketiga dan keempat). Metode western blot sudah tidak digunakan sebagai standar konfirmasi diagnosis HIV lagi di Indonesia.
  • 102. PEMERIKSAAN VIROLOGIS HIV Pemeriksaan virologis dilakukan dengan pemeriksaan : • DNA HIV: pemeriksaan DNA HIV secara kualitatif menggunakan tetes darah kering (dried blood spot [DBS]). • RNA HIV : bersifat kuantitatif, pada daerah yang tidak memiliki sarana pemeriksaan DNA HIV
  • 103. PEMERIKSAAN VIROLOGIS HIV Pemeriksaan virologis dilakukan pada : 1) bayi berusia dibawah 18 bulan. 2) infeksi HIV primer. 3) kasus terminal dengan hasil pemeriksaan antibodi negatif namun gejala klinis sangat mendukung ke arah AIDS. 4) konfirmasi hasil inkonklusif atau konfirmasi untuk dua hasil laboratorium yang berbeda.
  • 104. HASIL PEMERIKSAAN HIV POSITIF Hasil pemeriksaan HIV dikatakan positif apabila: 1) tiga hasil pemeriksaan serologis dengan tiga metode atau reagen berbeda menunjukan hasil reaktif. 2) pemeriksaan virologis kuantitatif atau kualitatif terdeteksi HIV. Pemeriksaan yang digunakan diasumsikan mempunyai sensitivitas minimal 99% dan spesifisitas minimal 98%
  • 105. DIAGNOSIS HIV ANAK < 18 BULAN Diagnosis definitif infeksi HIV pada anak berusia <18 bulan  pemeriksaan virologis Uji serologis tidak dapat digunakan diagnosis definitif infeksi HIV karena terdapat transfer transplasental antibodi maternal terhadap HIV WHO merekomendasikan pemeriksaan uji virologis pertama dilakukan pada usia 4-6 minggu, PCR tambahan: usia 4 bulan (jika hasil PCR pertama negatif).
  • 106. DIAGNOSIS HIV ANAK < 18 BULAN (PCR) Spesifisitas PCR DNA HIV sebesar 99,8% saat lahir, dan 100% pada usia 1,3, dan 6 bulan. • mengidentifikasi bayi terinfeksi HIV sebesar 20-55% pada usia satu minggu pertama; 90% pada usia 2-4 minggu; 100% pada usia 3-6 bulan. Spesifitas PCR RNA HIV mencapai 100% saat lahir, usia 1, 3, dan 6 bulan. • mengidentifikasi bayi terinfeksi HIV sebesar 25-85% pada usia satu minggu pertama; 89% pada usia satu bulan; 90-100% pada usia 2- 3 bulan.
  • 107. DIAGNOSIS PRESUMTIF HIV ANAK < 18 BULAN Apabila didapatkan kelainan terkait HIV disertai hasil serologis HIV yang seropositif Kriteria diagnosis presumtif infeksi HIV memiliki sensitifitas dan spesifisitas sebesar masing-masing 68.9% dan 81% Konfirmasi secepatnya menggunakan uji virologis (PCR DNA HIV) atau uji serologis setelah anak berusia >18 bulan.
  • 108. DIAGNOSIS HIV ANAK >18 BULAN, REMAJA DAN DEWASA Tiga jenis tes antibodi untuk menegakkan diagnosis HIV pada anak >18 bulan, remaja, dan dewasa. Hasil pemeriksaan anti-HIV : • reaktif • non-reaktif (negatif) • tidak dapat ditentukan (inkonklusif).
  • 109. PENULARAN VERTIKAL IBU KE ANAK Transmisi vertikal berperan sebagai metode penularan utama (92%) infeksi HIV pada anak berusia <13 tahun. • Transmisi intrauterin (5-10% ) : melalui penyebaran hematogen melewati plasenta. • Transmisi intranatal (10-20%) : melalui kontak mukokutan antara bayi dengan darah ibu, cairan amnion, dan sekret servikovaginal saat melewati jalan lahir. • Transmisi pascanatal (5-20%): melalui ASI
  • 111. HIV testing strategy for diagnosis in high prevalence settings
  • 112. Catatan: Pemeriksaan A1, A2, A3 menggambarkan tiga pemeriksaan yang berbeda. 1. Untuk individu yang baru didiagnosis, hasil positif harus dikonfirmasi dengan spesimen kedua untuk menyingkirkan kesalahan laboratorium. 2. Pemeriksaan ulang dilakukan dengan spesimen kedua yang diambil setelah 14 hari untuk menyingkirkan serokonversi 3. bila A1 adalah pemeriksaan deteksi antigen/antibodi, dan A2 dan A3 pemeriksaan deteksi antibodi saja, pemeriksaan ulang dilakukan dengan spesimen kedua yang diambil setelah 14 hari
  • 113. HIV testing strategy for diagnosis in low prevalence settings
  • 114.  Individu dengan hasil inkonklusif diminta datang kembali untuk pemeriksaan ulang setelah 14 hari.  Bila hasil pemeriksaan ulang selanjutnya reaktif (A1+; A2+), serokonversi mungkin terjadi karena respon antibodi telah terbentuk dan status HIV positif dapat dilaporkan.  Bila hasil pemeriksaan ulang tetap berbeda (A1+; A2-) atau keduanya nonreaktif(A1-; A2-), false reactivity telah terjadi dan dapat dilaporkan sebagai HIV-negatif. FOLLOW UP SETELAH DIAGNOSIS
  • 115.  Spesimen dari individu dengan tanda klinis sesuai kriteria WHO stage III atau IV dapat menunjukkan hasil yang berbeda karena penurunan antibodi HIV1/2 dengan perkembangan penyakit lanjut dan terganggunya fungsi imun.  Pemeriksaan tambahan seperti jumlah CD4 dan pemeriksaan virologi HIV dapat digunakan untuk panduan keputusan klinis. FOLLOW UP SETELAH DIAGNOSIS