2. Definisi
suatu episode akut dari perjalanan kronis penyakit
Kusta yang ditandai
dengan PERADANGAN AKUT akibat reaksi imun
yang berakibat merugikan
3. Faktor Pencetus
1. Penderita dalam keadaan kondisi lemah
2. Kehamilan dan setelah melahirkan
3. Sesudah mendapat immunisasi
4. Infeksi (spt: malaria, infeksi pd gigi, bisul, cacing
dll)
5. Stres fisik dan mental
6. Kurang gizi
7. Pemakaian obat yang meningkatkan kekebalan
tubuh
4. Upaya Mengatasi &
Mengendalikan Faktor Pencetus
1. Memperhatikan status gizi baik dengan konsumsi gizi
seimbang
2. Pemeriksaan gigi
3. Pemberian obat neurotropic seperti vitamin B1, B6, dan
B12 untuk membantu mengurangi dampak efek samping
obat
4. Pemberian obat cacing dosis tunggal sesuai berat badan
5. Penanganan infeksi lain
6. Pemberian konseling
5. REAKSI
Dapat timbul Sebelum, selama dan sesudah pengobatan
TIPE I :
Meningkatkan
respon kekebalan
seluler
TIPE II :
Meningkatnya
respon kekebalan
humoral
6. Jenis Reaksi Kusta
TIPE I
- K.U : Demam ringan/tanpa demam
- Kulit: makula meradang kadang timbul
bercak baru
- Saraf tepi:sering terjadi neuritis dan
atau gangguan fungsi
- Terjadinya: PU segera setelah
pengobatan
- Dapat terjadi: PB maupun MB
- Organ lain: -
TIPE II
- Deman ringan sp berat disertai
kelemahan umum
- Timbul nodul ENL, merah, lunak, nyeri
tekan kadang pecah
- Jarang terjadi neuritis dan atau
gangguan fungsi
- P.U setelah pengobatan agak lamau
- Hanya terjadi pada MB
- Sering terkena (sendi, mata, testis,
Ginjal,kelenjar getah bening)
7. Reaksi kusta Tipe 1 = Reaksi Reversal
Sistem Kekebalan Tubuh
Body’s immune system
(Respons seluler)
kulit
saraf
“perang”
peradangan
kuman kusta
Kulit merah, bengkak, panas nyeri tekan dan ggn
fungsi saraf.
14. Reaksi Kusta tipe 2 = ENL
Kuman patah-
patah/hancur
terurai
Mengeluarkan
Protein kuman
Pecahan
Kuman mati
SARAF
Globus /
Kuman
hancur
KULIT
Aliran darah sistemik
Protein kuman masuk / ikut
Aliran darah sistemik
Memacu respon kekebalan tubuh
peradangan di mana-mana
(di luar bercak kusta/saraf)
(respons humoral)
ENL: Nodul2
merah,panas,bengkak,nyeri,
disertai gangguan ke organ2 lain
15.
16.
17. Reaksi Tipe I
RINGAN
• Keadaan umum: demam (-)
• Kulit: bercak radang
• Saraf tepi:
Nyeri tekan (-)
Gangguan fungsi (-)
BERAT
• Keadaan umum: demam (+)
• Kulit: bercak radang nyeri tambah
parah sampai pecah (ulcerasi)
• Saraf tepi:
Nyeri tekan (+)
Gangguan fungsi (+)
18. Reaksi Tipe II
RINGAN
• Keadaan umum: demam ada tetapi tdk
parah
• Kulit: nodul merah panas nyeri
• Saraf tepi:
Nyeri tekan (-)
Gangguan fungsi (-)
• Organ lain: tidak terkena
BERAT
• Keadaan umum: demam parah
• Kulit: nodul merah panas nyeri
bertambah parah sampai pecah
• Saraf tepi:
Nyeri tekan (+)
Gangguan fungsi (+)
• Organ lain pada umumnya: terkena
(mata, sendi, testis)
19. 19
NO GEJALA/ TANDA
REAKSI TIPE 1 REAKSI TIPE 2
RINGAN BERAT RINGAN BERAT
1. Kulit Bercak : merah,
tebal, panas,
nyeri.*
Bercak : merah,
tebal, panas, nyeri
yang bertambah
parah sampai
pecah
Nodul : merah, panas,
nyeri
Nodul : merah,
panas, nyeri yang
bertambah parah
sampai pecah
2. Saraf Tepi Nyeri pada
perabaan :
(-)
Nyeri pada
perabaan : (+)
Nyeri pada perabaan:
(-)
Nyeri pada
perabaan : (+)
Gangguan fungsi :
(-)
Gangguan fungsi :
(+)
Gangguan fungsi:(-) Gangguan fungsi
: (+)
3. Keadaan Umum Demam: (-) Demam: ± Demam: ± Demam: (+)
4. Gangguan Pada Organ
Lain
- - - +
(Misalnya pada
mata, sendi,
testis, dll)
Tabel 5.4 Perbedaan
Reaksi Ringan Dan Berat Pada Reaksi Tipe 1 dan 2
* : Bila ada reaksi pada lesi kulit yang dekat dengan lokasi saraf, dikategorikan sebagai reaksi berat.
20. Kesimpulan Pemeriksaan Fungsi Saraf (PFS) untuk
Penentuan Derajat Reaksi (Ringan/Berat)
Apakah lagopthalmus baru terjadi
dalam 6 bulan terakhir ?
Adakah nyeri tekan pada syaraf
tepi ?
Apakah kekuatan otot berkurang
dalam 6 bulan terakhir ?
Apakah rasa raba berkurang
dalam 6 bulan terakhir ?
Adakah bercak pecah atau nodul
ulserasi ?
Adakah bercak aktif di lokasi
saraf tepi ?
Jika tidak ada
jawaban “Ya”,
maka
dikategorikan
sebagai reaksi
ringan
Jika ada jawaban
“Ya” dari salah
satu pertanyaan,
maka
dikategorikan
sebagai reaksi
berat Indikasi
pemberian Obat
Anti Reaksi
21. PENANGANAN REAKSI
Prinsip Penanganan Reaksi:
1. Istirahat/ Mobilisasi
2. Pemberian Analgetik/ Antipiretik
3. Atasi Faktor Pencetus
4. Pemberian Obat Anti Reaksi
5. MDT diteruskan dengan Dosis sama
Untuk Reaksi Ringan:
No. 1; 2; 3; & 5
22. OBAT ANTI REAKSI
PREDNISON
Hanya Untuk Reaksi Berat
LAMPREN
ditambahkan
Reaksi Type II Berat Berulang
Reaksi Type II Berat Sesudah RFT
23. 1. Pemberian prednisone pada Reaksi Tipe 1 dan 2 berat
Dosis
per hari
Minggu
ke :
Follow up Pemeriksaan POD
40
mg 30
mg 20
mg 15
mg
10
mg 5
mg
1 - 2 3 - 4 5 - 6 7 - 8 9 - 10 11 - 12
24. 2. Pengobatan Reaksi Tipe 2 (ENL) berat berulang
Prednison :
Dosis
per hari
Minggu
ke :
Follow up
40
mg 30
mg 20
mg 15
mg 10
mg 5
mg
LAMPRENE 3 X 100 mg ( 2 bl ) 2 X 100 mg ( 2 bl ) 1 X 100 mg ( 2 bl )
Pemeriksaan POD tiap 1-2 minggu
1-2 3-4 5-6 7-8 11-12
STOP
9-10
25. CATATAN PEMBERIAN PREDNISON
1. Pemberian prednison harus di bawah pengawasan dokter
puskesmas/petugas kabupaten
2. Prednison diberikan sesuai skema. Setiap 2 minggu diperiksa ulang
dan hasilnya dicatat dalam form evaluasi pemberian prednisone. Jika
kondisi:
a. Membaik; dosis diturunkan sesuai skema
b. Menetap; Dosis dilanjutkan selama 3-4 minggu
c. Memburuk; dosis dinaikkan 1 tingkat di atasnya
3. Prednison diberikan dalam dosis tunggal pagi hari sesudah makan,
kecuali jika terpaksa dapat diberikan secara dosis bagi, missal 2x4
tablet per hari
4. Pada kasus neuritis yang terjadi < 6 bulan, dicari dosis awal dengan
memeriksa ulang setelah 1 minggu. Jika tidak ada perbaikan, dosis
dinaikkan menjadi 50-60 mg/hari & dipertahankan selama 2 minggu
5. Pemberian prednisone untuk pengobatan reaksi berat pada anak perlu
dipantau secara ketat. Dosis maksimum tidak boleh lebih dari 1 mg/kg
berat badan. Total lama pengobatan maksimal 2 minggu
27. INDIKASI PEMBERIAN KLOFAZIMIN
Jenis reaksi yang membutuhkan tambahan klofazimin:
1. Reaksi tipe II (ENL) berat berulang
a. Episode reaksi lebih satu kali
b. ENL berat dengan dosis naik turun
2. Reaksi ENL berat setelah RFT
Klofazimin diberikan dalam dosis tunggal, pagi hari
sesudah makan, kecuali jika kondisi terpaksa dapat
diberikan secara dosis terbagi, missal 3x1 tablet per
hari atau 2x1 tablet per hari
29. INDIKASI RUJUKAN REAKSI
Penderita reaksi kusta yang dirujuk ke Rumah Sakit:
1. ENL melepuh, suhu tubuh tinggi, neuritis, ENL yang
pecah
2. Reaksi tipe 1 dengan disertai bercak ulserasi, lesi di
wajah, edema tangan dan kaki, atau neuritis
3. Disertai komplikasi penyakit lain yang berat missal
hepatitis, DM, hipertensi, tukak lambung berat, dll
4. Ibu hamil
5. Reaksi ENL berat berulang pada penderita anak
30. 30
Gejala & Tanda Reaksi Tipe I (Reversal) Kambuh
Interval
Waktu
Kurang dari 3 tahun Lebih dari 3 tahun
Timbulnya tanda dan
gejala
Mendadak/cepat Pelan-Pelan
Lesi kulit Biasanya pada lesi kulit lama
(diatasnya)
Lesi baru muncul
Nyeri dan
pembengkakan
Ada, pada kulit dan saraf Tidak ada
Kerusakan Terjadinya mendadak Terjadinya perlahan
Kondisi umum Peradangan Tidak ada
Perbedaan Reaksi Tipe I Dengan Relaps (Kambuh)
31. 31
- Reaksi kusta dapat terjadi sebelum pengobatan,
Kadang gejala reaksi inilah yang membuat pasien mengunjungi Puskesmas
untuk mencari pengobatan. Petugas jangan lupa untuk menangggulangi
reaksi yang terjadi di samping memberikan MDT untuk kustanya.
- Reaksi kusta dapat terjadi dalam masa pengobatan
Petugas penting mewaspadai adanya gejala reaksi yang mungkin terjadi
selama masa pengobatan sehingga reaksi dapat ditanggulangi dengan cepat
dan tepat.
Jelaskan apa yang terjadi dan ingatkan pasien untuk kembali sesuai waktu
yang dipesan oleh petugas.
- Reaksi Kusta dapat terjadi setelah RFT
(Segera, atau bahkan bertahun-tahun sesudah RFT
Catatan :
32. KHUSUS BILA ADA NEURITIS
ATAU NYERI TEKAN SARAF TEPI
1mgg
Nyeri
Blm kurang
50mg
Nyeri
berkurang
40mg 30mg
1 mgg
Nyeri
Berkurang
/hilang
20mg
15
10
5
Nyeri hilang Nyeri hilang
stop
Nyeri hilang
Nyeri hilang
2 mgg
2 mgg
2 mgg
2 mgg
2 mgg
60mg
Nyeri
Blm kurang
1mgg
40mg