Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai penyakit TBC (tuberkulosis) yang menyerang paru-paru, termasuk penyebab, gejala, pencegahan, dan pengobatannya. Dibahas pula anatomi dan fisiologi sistem pernapasan, diagnosa, komplikasi, serta pengkajian dan diagnosis keperawatan terkait TBC paru-paru.
21. Tuberkulin adalah ekstrak steril purified protein
derivative (PPD) yang dibuat dari bakteri penyebab
TBC
22.
23.
24. Medikasi Antituberkulosis
Obat dan dosis Efek Samping Implikasi Keperawatan
Isoniasid (INH), oral 300 mg/hari a/ 900 mg
1, 2 3 x perminggu
Neuropti perifer, Hepatitis 1. Berikan pirodiksin (Vitamin B6) secara
bersamaan.
2. Monitor pemeriksaan fungsi hati (AST
dan ALT) hindari hepatotoksin lain
Rifampin (RMP) oral 600 mg/hari 2 a/ 3 x
per minggu
Hepatitis, sindrom seperti flu:demam,
warna cairan tubuh termasuk keringat,
urine, saliva, air mata & cairan
serebrospinal (CSF) (jingga merah)
1. Seperti untuk INH
2. Jangan melupakan a/ meloncati
dosis: sindrom seperti flu demam
terjadi ketika obat kembali.
3. Lensa kontak dpt menjadi tidak
berwarna & tdk boleh digunakan
Pirazinamid (PZA) oral: 1 – 2 g/hari: atau 2
g hingga 4 g 2 x/minggu
Hiperurisemia
Hepatotoksitas
1. Monitor kadar asam urat
2. Monitor AST & ALT: hindari
hepatotoksin lain.
Etambutol (EMB) oral 800 mg hingga 1600
mg/hari: atau 2 – 4 g 2x/minggu
Neuristik optic Monitor diskriminasi warna merah –hijau &
lapang pandang
Streptomisin (SM), intramuscular: 15 mg/kg,
hingga 1 g/hari a/ 25 – 30 mg/kg 2
x/minggu
Ototoksisitas, vertigo, nefrotoksisitas 1. Lakukan pemeriksaan audiometric
periodeik.
2. Monitor pemeriksaan fungsi ginjal
termasuk BUN dan kreatinin serum
25. Pemberian Medikasi
Isoniazid (INH, laniaid, Nidrazid) Isoniazid a/ obat pilihan u/ profilaksis TB & obat generasi pertama
u/ menangani penyakit aktif. Efektif untuk menangani penyakit
aktif. Efektif terhadapmorganisme intraselular & ekstraselular.
Isoniazid digunakan sendiri sebagai medikasi profilaksis & dalam
kombinasi dgn rifampin, etambutol a/ keduanya.
26. Pemberian Medikasi
Tanggung jawab
Keperawatan
1. Diberikan pada lambung kosong 1 jam sebelum atau 2 jam
setelah makan u/ efek maksimal jika ditoleransi. dpt diberikan
bersama makan u/ mengurangi efek gastrointestinal
2. Monitor efek samping
Baal & kesemutan ekstermitas (paling sering terjadi pd pasien
malnutrisi, alkoholik, a/ diabetic
Hepatototoksisitas, yg dibuktikan dgn pemeriksaan fungsi hati
abnormal & icterus sclera
Reaksi hipersensitivitas, seperti ruam, demam obat, a/ bukti
anemia, memar, perdarahan, a/ infeksi terkait agranulositosis
3. Izoniasid menganggu metabolisme diazepam (valium) fenitoin
(Dilantin) & karbamazepin. Dosis obat ini dapat diperlukan u/
mengurangi hingga mencegah toksisitas
27. Pemberian Medikasi
Edukasi Kesehatan
u/Pasien & keluarga
1. Konsumsi medikasi sesuai program u/ seluruh periode terapi u/
mencegah eradiksi tdk lengkap & perkembangan galur resisten
2. Konsumsi medikasi pd saat lambung kosong. Jika terjadi mual dan
muntah, konsumsi bersama makan.
3. Jika anoreksia, mual, muntah, & icterus (kekuningan pd kulit & putih
mata) terjadi, beri tahu dokter segera
4. Konsumsi pirodiksin sesuai program untuk mencegah neuropati perifer
5. Hindari alcohol dan agen lain yg dapat membahayakan hati
6. Beritahu dokter anda jika mengalami tanda reaksi alergi, seperti ruam,
demam, mudah memar, gusi berdarah atau keletihan
7. Gunakan tindakan u/ mencegah kehamilan ketika mengkonsumsi INH:
obat ini dapat berbahaya u/ janin yg sedang berkembang
28. Pemberian Medikasi
Rifampin (Rifadin, Rimaktan) Rifampin biasanya digunakan dalam kombinasi dengan INH &
Obat Antituberkular lain. Relatif rendah dalam hal toksisistas,
meskipun dapat menyebabkan hepatitis, respon imun seperti flu &
jarang gagal ginjal. Rifampin menstimulasi enzim microsomal hati,
meningkatkan kecepatan metabolisme banyak obat dan
menurunkan efektifitasnya.
30. Pemberian Medikasi
Penyuluhan Pasien dan
Keluarga
1. Rifampin menyebabkan cairan tubuh, antara lain keringat, urine, saliva,
& air mata menjadi berwarna merah jingga. Hal ini tidak berbahaya.
Hindari menggunakan lensa kontak karena dapat berwarna merah
jingga secara permanen.
2. Aspirin dapat menganggu absorbsi rifampin & harus tdk boleh
digunakan secara bersamaan
3. Demam, gejala seperti flu, keletihan berlebihan, nyeri tenggorok, atau
perdarahan yg tidak lazim dpt mengindikasikan reaksi simpang
terhadap obat dan harus dilaporkan ke dokter
( Priscilla Lemone, etc, 2015, Buku Ajar Kep.Med Gangguan Respirasi)
31. Pemberian Medikasi
Pirazinamid (Tebrazid) Pirzinamid biasanya diberikan dgn INH & Rifampin u/ 2 bulan pertama
terapi TB. Pengunaan pirazinamid berulang memungkinkan rangkaian
terapi yang lebih pendek. Seperti dengan banyak agens antituberkulosis,
pirazinamid toksik u/ hati. Efek samping utama lainnya adalah/
hiperuresemia. Akan tetapi gout jarang terjadi
33. Pemberian Medikasi
Edukasi Kesehatan U/
Pasien & Keluarga
1. Beritahu dokter jika mengalami penurunan nafsu makan, mual muntah,
icterus, atau gejala gout (nyeri, kemerahan, panas, pembengkakkan
sendi, seringkali mengenai jari kaki atau siku)
2. Hindari menggunakan alcohol a/ zat lain yg dpt berbahaya bagi hati
34. Pemberian Medikasi
Etambutol Etambutol ditambahkan utk regimen terapi awal a/ pengganti u/ INH
ketika galur TB yang resisten INH dicurigai. Etambutol merupakan obat
bakteriostatik yg mengurangi terjadinya resistensi terhadap agens
bakterisida generasi pertama. Efek toksik utama a/ neuristik optic antara
lain penurunan lapang pandang dan kehilangan kemampuan mengenali
warna merah-hijau. Obat ini aman digunakan pada kehamilan.
35. Pemberian Medikasi
Tanggung jawab
Keperawatan
1. Catat pemeriksaan visual dasar sebelum terapi, jadwalkan
pemeriksaan mata periodic selama rangkaian terapi
2. Berikan bersama makan u/ mengurangi efek samping gastrointestinal
3. Monitor pemeriksaan fungsi hati & ginjal serta status neurologis ketika
mengkonsumi obat ini.
36. Pemberian Medikasi
Sterptomisin
Antibiotik aminoglikosida, streptomisin sgt
efektif dalam menangani sebagain besar infeksi
mikobakteri. Resitensi dapat terjadi jika
digunakan sendiri. Ada 2 kekurangan
streptomisin.
1.Harus diberikan parental karena tidak
diabsorbsi dalam saluran gastrointensinal
2.Memiliki efek toksik pd ginjal & telinga
37. Pemberian Medikasi
Tanggung jawab
Keperawatan
1. Berikan dengan injeksi intarmuskular dalam ke dalam massa otot besar,
rotasi tempat penyuntikan u/ meminimalkan trauma jaringan
2. Monitor haluaran urine, berat badan, & pemeriksaan fungsi ginjal
(termasuk BUN & Kreatinin Serum) utk mendeteksi tanda awal
nefrotoksisitas
3. Pertahankan asupan cairan pd 2000-3000 ml/hari u/ meminimalkan
konsentrasi obat dalam tubulus ginjal
4. Kaji pendengaran dan keseimbangan secara sering. Lakukan
pemeriksaan audiometric jika diindikasikan.
38.
39. Komplikasi TBC
Otak. Jika orang dengan TBC tidak diobati sesuai standar, maka bakteri
dapat menyebar melalui aliran darah sehingga dapat menyebakan infeksi
pada organ tubuh lainnya, termasuk yang paling rawan adalah Otak.
Bakteri TBC dapat menyerang selaput otak dan kondisi ini dikenal dengan
Meningitis tuberkulosis. Gejala umum yang timbul akibat komplikasi TBC
otak adalah meningkatnya tekanan pada otak, stroke, penurunan
kesadaran dan bahkan mengakibatkan kematian
40. Mata. Mata dapat mengalami kerusakan akibat komplikasi, baik
langsung maupun tidak langsung. Ada beberapa bagian mata yang
paling sering diserang, antara lain konjungtiva, kornea, dan sklera.
Jika hal ini terjadi, gejala awal yang akan dialami adalah pandangan
yang mengabur dan kondisi mata yang tiba-tiba menjadi terlalu
sensitif terhadap cahaya.
41.
42. Tulang dan Sendi. Tulang dan sendi menjadi salah satu
kasus komplikasi yang paling sering terjadi. Pada
umumnya menyerang tulang belakang sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan serius, kerusakan
saraf, hingga rusaknya bentuk tulang belakang.
43. Ginjal. Komplikasi tuberkulosis juga sering terjadi pada organ ginjal
terutama bagian luar (cortex). Bila infeksi tidak tertangani dengan
baik dapat menginfeksi hingga ke bagian yang lebih dalam
(medula) sehingga dapat menimbulkan komplikasi lain, seperti
penumpukan kalsium, hipertensi, pembentukan jaringan nanah,
hingga gagal ginjal.
44.
45. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan:
a. Keluhan keletihan
b. Penurunan berat badan
c. Keringat malam
d. Sulit bernafas
e. Batuk produktif a/ non produktif
f. Sputum berdarah
g. Nyeri dada
h. Lingkungan tempat tinggal
i. Penggunaan alcohol