SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
REFLEKSI KASUS
KEJANG DEMAM KOMPLEK
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Pembimbing:
dr. Sri Priyantini, Sp.A
Disusun oleh:
Ricky Ferdiansyah
012116504
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2
2016
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
• Nama Penderita : An. M. A P
• Umur : 20 bulan
• Jenis Kelamin : Laki- laki
• Alamat : purworejo rt 2/ 4 sayung demak
• Nama Ayah : Bp. R
• Umur : 35 tahun
• Pendidikan : SMU
• Agama : Islam
• Pekerjaan : karyawan keamanan
• Alamat : purworejo rt 2/ 4 sayung demak
• Nama Ibu : Ibu. S
• Umur : 32 tahun
• Pendidikan : SMU
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Guru
• Alamat : purworejo rt 2/ 4 sayung demak
B. DATA DASAR
Alloanamnesis dengan Ibu penderita dilakukan pada tanggal 13 Juni 2016
pukul 11.30 WIB di ruang ITH lantai 3 Anak dan didukung dengan catatan medis.
• KELUHAN UTAMA : Kejang
3
• RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
- 2 hari anak demam semlenget, demam naik turun, tidak menggigil, tidak
kejang, tidak mengigau. Anak batuk dan pilek. Batuknya tidak berdahak, tidak
sering, disertai pilek yang mengeluarkan cairan bening. Anak tidak sesak
napas, tidak muntah. Anak menjadi sulit makan, mau minum seperti biasa.
Kemudian oleh orang tuanya, anak diberi obat penurun panas. Setiap kali
diberi obat penurun panas, suhu anak kembali normal tetapi beberapa jam
kemudian suhu anak naik kembali.
- 1 hari sebelum masuk rumah sakit, anak masih demam, demamnya naik turun.
Tidak ada mimisan, tidak ada perdarahan gusi. Tidak ada bintik-bintik merah
pada kulit. Anak juga tidak mual dan muntah. Batuk dan pilek tidak membaik.
Anak semakin sulit untuk makan dan minum. Berak 1x sehari, tidak cair dan
tidak lembek. Kencing lancar, tidak berkurang dari biasanya.
- 2 jam sebelum masuk rumah sakit, anak tiba- tiba kejang yang berlangsung
kurang dari 15 menit. Saat kejang anak tidak sadar, tangan menggenggam dan
kaku berulang- ulang. Kedua mata melirik ke atas, tidak keluar busa dari
mulut. Setelah kejang, anak langsung menangis. Kemudian anak dibawa ke
IGD RSISA dan disarankan untuk mondok.
- Riwayat kejang sebelumnya disangkal, riwayat jatuh dan mendapat benturan
di kepala disangkal. Riwayat tertusuk benda tajam dan kotor disangkal. Luka
terjatuh yang kotor disangkal.
• RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Anak belum pernah mengalami kejang sebelumnya. Anak pernah menderita
demam tetapi tidak sampai menimbulkan kejang.
Penyakit lain yang pernah diderita anak
Flek/ TB : disangkal Enteritis : disangkal
Faringitis : (+) Disentri basiler : disangkal
4
Pneumonia: disangkal Disentri amoeba : disangkal
Morbili : disangkal Thyp. Abdominalis : disangkal
Pertusis : disangkal Cacingan : disangkal
Varicella : disangkal Operasi : disangkal
Bronkitis : disangkal Trauma : disangkal
Malaria : disangkal Reaksi obat/ alergi : disangkal
Polio : disangkal Difteri : disangkal
• RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.
• RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Ayah dan Ibu bekerja sebagai karyawan swasta. Berobat dengan fasilitas BPJS
non PBI
Kesan ekonomi: cukup.
C. DATA KHUSUS
1. Riwayat kehamilan
Pasien merupakan anak kedua. Ibu memeriksakan kehamilan di bidan
secara teratur, sejak mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan kurang
lebih 38 minggu. Pemeriksaan dilakukan 1x sebulan dan mendapat imunisasi
tetanus toksoid 1x. Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan.
Riwayat perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat hamil
disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun minum jamu
disangkal. Obat-obat yang diminum selama kehamilan adalah vitamin dan
tablet tambah darah.
2. Riwayat kelahiran
Lahir aterm (38 minggu), spontan, persalinan ditolong oleh bidan. Berat
badan 2500 gram, panjang badan 47 cm, langsung menangis dan kemerahan.
Kesan : neonatus aterm, vigorous baby, lahir secara spontan.
5
3. Riwayat Makan – Minum
Minum ASI sampai sekarang. Makanan pendamping ASI diberikan mulai
usia 6 bulan berupa bubur bayi. Nafsu makan dan minum cukup baik.
Kesan: Kualitas dan kuantitas cukup.
4. Riwayat Imunisasi Dasar
No Imunisasi Berapa Kali Umur
1. BCG 1x 1 bulan
2. DPT 3x 2,4,6 bulan
3. Polio 4x 0,2,4,6 bulan
4. Hepatitis B 3x 0,1,6 bulan
5. Campak 1x 9 bulan
Kesan imunisasi dasar: lengkap
5. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
- Riwayat pertumbuhan : pada KMS garis selalu terlihat normal/ diatas
garis merah.
- Riwayat Perkembangan: Senyum (usia 1 bulan), miring (usia 3 bulan),
tengkurap (usia 4 bulan), duduk (usia 6 bulan), merangkak (usia 7
bulan), berdiri (8 bulan), belum bisa berjalan.
- Kesan : Pertumbuhan dan Perkembangan Sesuai Umur
6. Riwayat KB Orang Tua
Ibu memakai KB suntik 3 bulan
Pemeriksaan Status Gizi (Z score):
Diketahui:
Umur : 10 bulan
BB : 8 kg
TB : 72 cm
6
• WAZ = BB-median/SD = (8-8,9)/1,00 = -0,9 (Normal)
• HAZ = TB-median/SD = (72-71,8)/2,70 = 0,07 (Normal)
• WHZ = BB-median/SD = (8-8,9)/0,9 = -1 (Normal)
Kesan : Gizi Baik
D. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 19 Mei 2016 jam 11.30 WIB
• Umur : 10 bulan
• Berat badan : 8 kg
• Panjang badan : 72 cm
• Suhu badan : 39’C (axilla)
• Nadi : 132 kali/menit, irama regular, isi dan tegangan
cukup, teraba kuat
• Frekuensi nafas : 30 kali/menit
KESAN UMUM
Keadaan Umum: Composmentis, tampak lemas, tidak sesak dan gizi baik.
Keadaan Tubuh :
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Kepala : mesocephale
Kulit : tidak sianosis, Ptechie (-), Turgor baik
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (+), epistaksis (-), mucosa
hyperemis
Telinga : discharge (-)
Mulut : gusi berdarah (-), lidah kotor (-), sianotik (-), bibir kering (-)
Leher : simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku kuduk (-)
Tenggorokan : hiperemis (+), T1-T1
7
Thorax
Paru-paru :
• Inspeksi : Hemithorax dextra sama dengan sinistra
• Auskultasi : SD Vesikuler, Wheezing (-),Ronkhi (-)
• Palpasi : Strem femitus dextra dan sinistra simetris
• Perkusi : tidak dilakukan
Jantung:
• Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat, tidak melebar
• Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-)
• Perkusi : tidak dilakukan
Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, simetris
Auskultasi : peristaltik (+), Normal
Perkusi : tympani
Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Genitalia : perempuan, tidak ada kelainan
Extremitas : Atas (ka/ki) Bawah (ka/ki)
• Capilary refill : < 2” < 2”
• Akral dingin : -/- -/-
• R. Fisiologis : +/+ +/+
• R. Patologis : -/- -/-
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium saat di RSISA tanggal 13 Juni 2014 :
8
DARAH RUTIN
Hemoglobin 10,6 gr/dl
Hematocrit 31,7 %
Leukosit 7,8 ribu/uL
Trombosit 340 ribu/uL
Eosinophil 0,9%
Basophil 0,5%
Netrofil 35,9 %
Limfosit 53,3 %
Monosit 8,9 %
LED 1 7 mm/jam
LED 2 16 mm/jam
Golongan darah O/rhesus +
Pemeriksaan laboratorium tanggal 19 Mei 2016
Darah rutin
Hemoglobin 12,2 gr/dl
Hematocrit 38,8%
Leukosit 8,0 ribu/uL
Trombosit 373 ribu/uL
ASSESMENT
1. Kejang Demam
2. ISPA
3. Gizi Baik
1. Assesment : kejang demam
DD : kejang demam simplek
Kejang demam kompleks
Initial plans :
Kejang demam simplek
• Ip Dx : S : -
O : pemeriksaan kaku kuduk, pemeriksaan tanda
rangsang meningeal ( tes kaku kuduk, Burdzinski I-II)
• Ip Tx : diazepam 0,3-0,5 mg/kgbb IV
• Ip Mx : KU, TTV, kejang ulangan
• Ip Ex :
9
 Meyakinkan kepada orang tua bahwa kejang demam
umumnya mempunyai prognosis yang baik
 Memberitahukan cara penanganan kejang
 Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang
kembali
 Pemberian obat untuk mencegah rekurensi mamang efektif
tapi harus diingat adanya efek samping obat
 Jika kejang beri diazepam per rektal dosis 0,5-0,75 mg/kg.
bila tetep kejang segera bawa rumah sakit.
 Saat pasien kejang :
 Tetap tenang dan tidak panic
 Semua pakaian ketat dilonggarkan terutama sekitar
leher
 Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan
kepala penderita miring, mencegah aspirasi isi
lambung
 Bersihkan muntahan atau lender di mulut dan
hidung jika ada
 Mengusahakan jalan nafas agar bebas. Walaupun
ada resiko lidah tergigit, jangan masukkan apapun
ke dalam mulut
 Ukur suhu tubuh, catat lama dan bentuk atau sifat
kejangnya
 Tetap bersama anak selama kejang
 Berikan diazepamper rektal. Jangan diberikan jika
kejang telah berhenti
 Bawa ke dokter atau rumah sakit jika kejang
berlangsung lebih dari 5 menit
2. Assessment : ISPA
DD : Rhinofaringitis
Tonsillitis
Rhinitis
Initial plans :
Rhinofaringitis
• Ip Dx : S : -
O : pengukuran suhu per axila
• Ip Tx : - infus 2A1/2N 8 tpm
- Inj dexamethasone 3x1/3 amp
- Inj cefotaxime 3x200mg
- Paracetamol 80 mg
Kebutuhan cairan menurut darrow BB : 8 kg
8 x 100 = 800
Total kebutuhan cairan : 800/hari
10
Banyaknya tetes permenit
• Ip Mx : Tanda vital
• Ip Ex :
o Tirah baring
o Minum obat teratur
o Makan makanan bergizi
o Di rumah :
 Jika panas, minum obat penurun panas
 Jika panas tidak turun, segera bawa ke rumah sakit
atau puskesmas terdekat
3. Assessment : Gizi baik
DD : Gizi baik
Gizi kurang
Gizi buruk
Initial plans
Gizi baik
• Ip Dx : S : kualitas dan kuantitas makan sehari-hari
O : berat badan pasien, Z score
• Ip Tx : Kebutuhan kalori anak usia 10 bulan, berat badan 8 kg
Kebutuhan kalorinya
( 61,0 x 8 kg ) – 51 = 437
Yang terdiri dari :
- Karbohidrat : 60 % x 437 = 262,2 kkal
- Lemak : 35 % x 437 = 152,95 kkal
- Protein : 5 % x 437 = 21,82 kkal
• Ip Mx :
 Penimbangan BB secara rutin dan teratur
 Pengukuran TB setiap bulan
• Ip Ex :
 Makan teratur
 Asupan makanan yang bergizi seimbang
FOLLOW UP
Tanggal dan TTV Keluhan Px fisik Pf penunjang Terapi
19 mei 2016
HR : 120x/menit
RR : 30x/menit
Kejang (1x),
panas (+),
batuk (+), pilek
KU: composmentis, lemah
Kepala : mesochepal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Hb : 10,6 g/dl
Ht : 31,7 %
Leu : 7,8 ribu/ul
Infus 2A1/2N 8
tpm
Inj cefotaxim
11
T: 38,5°C
BB : 8 kg
(+), sesak
nafas (-), mual
muntah (-).
Makan minum
(+), BAB dan
BAK (+)
Telinga : discharge (-)
Hidung : discharge (+)
Mulut :kering (-)
Thorak :
ParuSD vesikuler
JantungBJ I-II regular
Abdomen : datar, supel,
peristaltic (+)N
Ext: ptekie (-), akral dingin
(-)
Trombosit : 340
ribu/ul
Eosinofil : 0,9 %
Basophil : 0,5 %
Netrofil : 35,9 %
Limfosit : 53,3 %
Monosit : 8,9 %
LED 1 : 7 mm/jam
LED 2 : 16 mm/jam
Gol. Darah : O/rhesus
+
3x200 mg
Inj.
Dexamethasone
3x1/3 Amp
Paracetamol 80
mg
Diazepam 3 mg
IV jika kejang
20 mei 2016
HR : 128x/menit
RR : 32x/menit
T: 38,2 °C
BB : 8 kg
Kejang (-),
panas (+),
batuk (+) ,
pilek (+) ↓
KU: composmentis, lemah
Kepala : mesochepal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Telinga : discharge (-)
Hidung : discharge (-)
Mulut :kering (-)
Thorak :
ParuSD vesikuler
JantungBJ I-II regular
Abdomen : datar, supel,
peristaltic (+)N
Ext: ptekie (-), akral dingin
(-)
Konsul dr.SpTHT Infus 2A1/2N 8
tpm
Inj cefotaxim
3x200 mg
Inj.
Dexamethasone
3x1/3 Amp
Paracetamol 80
mg
Diazepam 3 mg
IV jika kejang
21 mei 2016
HR : 130x/menit
RR : 30x/menit
T: 37,6°C
BB : 8 kg
Kejang (-),
panas
(+)↓,batuk
pilek (+)↓
KU: composmentis, baik
Kepala : mesochepal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Telinga : discharge (-)
Hidung : discharge (-)
Mulut :kering (-)
Thorak :
ParuSD vesikuler
JantungBJ I-II regular
Abdomen : datar, supel,
peristaltic (+)N
Ext: ptekie (-), akral dingin
(-)
Hb : 12,2 g/dl
Ht : 38,8 %
Leu : 8,0 ribu/ul
Trombosit : 373
ribu/ul
Infus 2A1/2N 8
tpm
Inj cefipime
2x300 mg
Inj.
Dexamethasone
3x1/3 Amp
Paracetamol 80
mg
Diazepam 3 mg
IV jika kejang
Tarivid 3x2 tetes
AS
22 mei 2016
HR : 128x/menit
RR : 32x/menit
T: 37,5°C
BB : 8 kg
Kejang (-),
panas (-),batuk
(-), pilek (-)
KU:composmentis, baik
Kepala : mesochepal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Telinga : discharge (-)
Hidung : discharge (-)
Infus 2A1/2N 8
tpm
Inj cefipime
2x300 mg
Inj.
12
Mulut :kering (-)
Thorak :
ParuSD vesikuler
JantungBJ I-II regular
Abdomen : datar, supel,
peristaltic (+)N
Ext: ptekie (-), akral dingin
(-)
Dexamethasone
3x1/3 Amp
Paracetamol 80
mg
Diazepam 3 mg
IV jika kejang
Tarivid 3x2 tetes
AS
23 mei 2016
HR : 120x/menit
RR : 28x/menit
T: 36,9°C
BB : 8 kg
Kejang (-),
panas (-),
batuk (-), pilek
(-)
KU: composmentis, baik
Kepala : mesochepal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Telinga : discharge (-)
Hidung : discharge (-)
Mulut :kering (-)
Thorak :
ParuSD vesikuler
JantungBJ I-II regular
Abdomen : datar, supel,
peristaltic (+)N
Ext: ptekie (-), akral dingin
(-)
Infus 2A1/2N 8
tpm
Inj cefipime
2x300 mg
Inj.
Dexamethasone
3x1/3 Amp
Paracetamol 80
mg
Diazepam 3 mg
IV jika kejang
Tarivid 3x2 tetes
AS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal diatas 38 C) yang disebabkna oleh suatu proses ekstrakranium.
Atau dengan kata lain, kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat
seorang bayi atau anak (paling banyak pada anak laki-laki) mengalami demam
tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal
demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan
dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan
terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak
akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi
walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
B. Sinonim
Febrile Convulsion.
C. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang
demam biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan
kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam. Kejang
berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Kejang demam
cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor
keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam
disebabkan oleh penyakit lain, seperti keracunan, meningitis atau ensefalitis.
Roseola atau infeksi oleh virus herpes juga sering menyebabkan kejang demam
pada anak-anak. Disentri karena Shigella juga sering menyebakan demam tinggi
dan kejang demam pada anak-anak.
14
Dari contoh kejadian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam, antara lain:
- Demam itu sendiri
- Efek produk toksik dari mikroorganisme terhadap otak.
- Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
- Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
- Ensefalitis viral yang ringan yang tidak diketahui
- Gabungan semua faktor diatas
Menurut penelitian, imunisasi juga dapat diikuti oleh kejang demam walaupun
insidennya sangat jarang. Hasil penelitian yang dilakukan memperlihatkan risiko
kejang demam pada beberapa jenis imunisasi sebagai berikut:
• DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi.
Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya
• MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi.
Risiko meningkat pada hari 8-14 setelah imunisasi.
Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang
lebih besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca
imunisasi kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi
kejang demam bukan merupakan kontra indikasi imunisasi
D. Klasifikasi
Secara umum, Kejang Demam dapat dibagi dalam dua jenis yaitu :
1. Simple febrile seizures (Kejang Demam Sederhana)
yaitu kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit, umum, tonik
dan atau klonik, umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal
atau berulang dalam waktu 24 jam.
2. Complex febrile seizures (Kejang Demam Kompleks)
yaitu kejang fokal (hanya melibatkan salah satu bagian tubuh),
berlangsung > 15 menit, bersifat fokal (parsial satu sisi) dan berulang
atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.
15
Sedangkan menurut Livingston (yang sudah dimodifikasi), membedakan
kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Kejang demam sederhana
Bila memenuhi keadaan seperti dibawah ini:
- Umur anak ketika kejang, antara 6 bulan
sampai 4 tahun
- Kejang hanya berlangsung < 15 menit
- Kejang bersifat umum
- Kejang terjadi dalam 16 jam pertama setelah
timbul demam
- Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah
kejang, normal
- Pemeriksaan EEG setelah kejang, normal
- Frekuensi kejang tidak lebih dari 4 kali dalam
1 tahun
2. Epilepsi yang diprovokasi demam
Apabila tidak memenuhi dari salah satu kriteria diatas.
E. Patogenesis
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan
suatu energi yang didapatkan dari metabolisme, terutama glukosa. Proses tersebut
merupakan proses oksidasi dimana membutuhkan oksigen yang disediakan
melalui perantaraan fungi paru dan diteruskan ke otak melalui system
kardiovaskuler. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan
dalam (lipoid) dan permukaan luar (ionik). Dalam keadaan normal membrane sel
dapat dilalui dengan mudah oleh ion K dan sangat sulit dilalui oleh ion Na dan
elektrolit lainnya, kecuali ion Cl. Karena perbedaab jenis dan konsentrasi, maka
terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim.
16
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1ºC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen 20%. Karena hal inilah
maka terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu
singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran,
sehingga terjadi lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup
besar dapat meluas ke seluruh sel/membran sel di dekatnya dengan bantuan
neurotransmiter, sehingga terjadi kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi
bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan
oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada
amandel), infeksi pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya.
F. Gejala Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi atau anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi
di luar susunan saraf pusat. Berikut ini beberapa gejala yang biasanya timbul:
• Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi
secara tiba-tiba).
• Kejang tonik-klonik
• Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu
terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)
• Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik)
• Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,
biasanya berlangsung selama 1-2 menit).
• Lidah atau pipinya tergigit
• Gigi atau rahangnya terkatup rapat
• Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya)
• Gangguan pernapasan (apneu)
• Kulit kebiruan
17
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang
antara lain:
• Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama
• Riwayat kejang demam dalam keluarga
• Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah
relatif normal
• Riwayat demam yang sering
• Kejang pertama adalah complex febrile seizure
G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang
mengalami demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Suhu tubuh yang
diukur dengan cara memasukkan termometer ke dalam lubang dubur,
menunjukkan angka lebih besar dari 38,9 ºC.
Harus diketahui darimana penyebab kejang, dari dalam atau dari luar susunan
saraf pusat (otak). Hal ini penting untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti
ensefalitis, meningitis atau epilepsi. Kemudian dicari tahu apakah tergolong
kejang demam sederhana, kejang demam kompleks maupun epilepsi yang
diprovokasi demam.
H. Diagnosis Banding
Kejang
• serebral : meningitis, ensefalitis, abese otak ( infeksi intrakranial), epilepsi
(kronik berulang)
• non serebral : tetanus, tetani
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di
otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
Pemeriksaan ini dilakukan bila kejang demam pertama terjadi pada usia < 12
18
bulan. Berdasar penelitian, cairan serebrospinal yang abnormal umumnya
diperoleh pada anak dengan kejang demam yang:
- Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher)
- Mengalami complex partial seizure
- Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam
sebelumnya)
- Kejang saat tiba di IGD
- Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga
sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal
- Kejang pertama setelah usia 3 tahun
2. EEG (electroencephalogram)
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam
yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Indikasi
dilakukan pemeriksaan adalah kejang demam pada anak usia lebih dari 6
tahun atau kejang demam fokal.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium,
fosfor, magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam
pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber
demam.
4. Neuro-imaging
Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-
scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam
yang baru terjadi untuk pertama kalinya dan dilakukan atas indikasi
hemiparesis, parese N. VI, dan papiledema.
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara umum
19
Kejang demam biasanya berlangsung singkat, apabila pasien datang dalam
keadaan kejang obat yang paling efektif adalah diazepam secara intravena
dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB. Sedangkan obat yang praktis dan dapat
diberikan di rumah adalah diazepam rectal dengan dosis 0,5 – 0,75 mg/kgBB.
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rectal dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5 menit.
Apabila kejang tetap belum berhenti diberikan Fenitoin secara intravenal
dengan dosis awal 10-20mg/kgBB/hari. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya
adalah 4-8mg/kgBB/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan Fenitoin belum berhenti maka pasien harus dirawat di ICU.
Bila kejang berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang
demam dan faktor resikonya (sederhana atau kompleks).
Selain pemberian obat-obatan kepada pasien kejang, juga harus dilakukan
upaya-upaya non medis. Upaya tersebut antara lain:
o Semua pakaian ketat dilonggarkan
o Memposisikan kepala pasien agar miring, mencegah aspirasi isi
lambung.
o Mengusahakan jalan napas agar bebas
o Mengawasi secara ketat fungsi vital
2. Pemberian obat pada saat demam
a. Antipiretik
Pemberian dianjurkan, walaupun tidak ditemukan bukti dapat mengurangi
resiko terjadinya kejang demam. Dosis Acetaminofen yang digunakan adalah
10-15mg/kgBB/hari, sedangkan dosis ibuprofen adalah 5-10mg/kgBB/hari.
b. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3mg/kgBB tiap 8jam pada saat demam
menurunkan resiko berulangnya kejang. Begitu pula dengan diazepam rectal
dosis 0,5mg/kgBB tiap 8jam pada suhu >38,5 ºC. Sedangkan fenobarbital
atau fenetoin pada saat demam, tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
3. Pemberian obat rumat
20
Diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan. Untuk menurunkan resiko berulangnya kejang, pemberian
efektif adalah fenobarbital atau asam valproat tiap hari. Denagn diketahuinya
efek samping penggunaan obat terhadap fungsi kognitif dan perilaku pasien,
maka profilaksis diberikan dalam jangka pendek. Sehingga obat pilihan saat
ini adalah asam valproat dengan dosis 15-40mg/kgBB/hari, meskipun dapat
menyebabkan hepatitis.
Indikasi pemberian obat rumat :
- Kejang lama > 5 menit
- Ada kelainan Neurologis sebelum dan sesudah kejang (Hemiparesis,
Cerebral Palsy, Hidrosefalus, dsb).
- Kejang fokal
K. Komplikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak berbahaya karena
bersifat jinak (benigna) dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tapi pada kejang yang
berlangsung lama (> 15 menit) biasanya dapat menimbulkan komplikasi.
Disamping itu, bila ditemukan gejala kerusakan otak setelah kejang demam, maka
biasanya para pakar menganggapnya disebabkan oleh penyebab demam dan
bukan disebabkan oleh kejang itu sendiri. Berikut beberapa contoh kejadian yang
dianngap sebagai komplikasi dari kejang demam, antara lain:
- Epilepsi, menurut penelitian prognosis mencapai 2-4 %. Faktor risiko pada
kelainan neurologis yang jelas sebelum kejang demam pertama, kejang
demam kompleks, dan riwayat epilepsi pada orangtua atau sudara kandung
pasien.neuron otak.
- Apneu
- Hipoksia, meningkatkan permeabilitas kapiler dan mengakibatkan edema
otak dan kerusakan nervus cranialis
- Asidosis laktat (karena meningkatnya metabolisme anaerob)
- Hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
tubuh makin meningkat
21
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini seorang anak berusia 10 bulan dibawa oarang tuanya ke IGD
RSISA Semarang. Berdasarkan alloanamnesa dengan orangtua penderita, dan
setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan :
 Keluhan utama berupa kejang.
 Kejangnya berlangsung kurang dari 15 menit. Saat kejang anak tidak
sadar, tangan menggenggam dan kaku berulang- ulang. Kedua mata
melirik ke atas, tidak keluar busa dari mulut. Setelah kejang, anak
langsung menangis.
 Sebelum kejang pasien panas semlenget, panas naik turun, tidak
menggigil, tidak kejang, tidak mengigau. Anak batuk dan pilek. Batuknya
tidak berdahak, tidak sering, disertai pilek yang mengeluarkan cairan
bening. Panas dirasakan sudah 2 hari
 Sebelumnya anaksering demam tapi tidak sampai kejang. Dan sering
batuk pilek
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
o Umur : 10 bulan
o Berat badan : 8 kg
o Panjang badan : 72 cm
o Suhu badan : 39’C (axilla)
o Nadi : 132 kali/menit, irama regular, isi dan tegangan
cukup, teraba kuat
o Frekuensi nafas : 30 kali/menit
o Hidung : secret (+)
o Tenggorokan : hiperemis (+), T1-T1
23
Berdasarkan hal diatas diagnosa sementara yang dapat ditegakkan adalah
kejang demam simplek. Kejang demam sendiri adalah bangkitan kejang yang
terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38 C) yang disebabkna oleh
suatu proses ekstrakranium. Sedangkan kriteria kejang demam simpleks yaitu :
o Berlangsung singkat, kurang dari 15 menit
o Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal
o Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu badan
yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat,
misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan infeksi
saluran pernafasan lainnya. Disini pasien mengalami ISPA bagian atas, dengan
ditemukannya riwayat sering batuk pilek dan didapatkan faring hiperemis
24
BAB IV
KESIMPULAN
Kejang demam (Febrile Convulsion) adalah kejang pada bayi atau anak-
anak yang terjadi akibat demam, tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat
maupun kelainan saraf lainnya. Seorang anak yang mengalami kejang demam,
tidak berarti dia menderita epilepsi karena epilepsi ditandai dengan kejang
berulang yang tidak dipicu oleh adanya demam. Hampir sebanyak 1 dari setiap 25
anak pernah mengalami kejang demam dan lebih dari sepertiga dari anak-anak
tersebut mengalaminya lebih dari 1 kali. Kejang demam biasanya terjadi pada
anak-anak yang berusia antara 6 bulan-4 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 6
bulan maupun sesudah 3 tahun.
Kejang demam disebabkan karena terjadinya lepas muatan potensial
membran melalui neurotransmitter yang luas akibat perubahan keseimbangan dari
membran sel neuron itu sendiri. Perubahan keseimbangan tersebut diakibatkan
karena adanya kenaikan tertentu suhu tubuh dimana tiap kenaikan 1ºC, akan
meningkatkan metabolisme basal. Telah diketahui bahwa infeksi diluar susunan
saraf pusat (misal: tonsiltis, OMA, bronkitis,dll) merupakan penyebab paling
sering sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi secara cepat.
Diazepam secara oral maupun rektal adalah obat pilihan ketika pasien
kejang. Sedangkan fenobarbital dan asam valproat lebih cenderung digunakan
sebagai obat rumat. Pemberian antipiretik terbukti tidak dapat mencegah
terulangnya kejang, sehingga pemberiannya tidak dianjurkan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2001, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas Berdasarkan Gejala,
Badan Penerbit Depkes RI, Jakarta
Ganong, W.F., 1995, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 17, EGC, Jakarta
Lumbantobing, S.M.,Prof,DR,Dr, 2002, Kejang Demam (Febrile Convulsions),
FKUI, Jakarta
Price, S.A., Wilson, L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, jilid 1, edisi 4, EGC, Jakarta
Pusponegoro,H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan anak,
edisi 1, Badan Penerbit IDAI, Jakarta
Staf Pengajar IKA, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, jilid 2, edisi 11,
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta
Unit Kerja Koordinasi Nerologi, 2006, Konsensus Penanganan Kejang Demam,
IDAI, Jakarta

More Related Content

What's hot

Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...Argo Dio
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangSyscha Lumempouw
 
169324640 case-gizi-buruk
169324640 case-gizi-buruk169324640 case-gizi-buruk
169324640 case-gizi-burukhomeworkping8
 
106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsihomeworkping7
 
106418283 case-ika-epilepsi
106418283 case-ika-epilepsi106418283 case-ika-epilepsi
106418283 case-ika-epilepsihomeworkping7
 
220920557 case-anak-ii
220920557 case-anak-ii220920557 case-anak-ii
220920557 case-anak-iihomeworkping9
 
Cbd nefro 3 word nisa
Cbd nefro 3 word nisaCbd nefro 3 word nisa
Cbd nefro 3 word nisaMasayu Uti
 
Cc bangsal rs uns 20 september 2021
Cc bangsal rs uns 20 september 2021Cc bangsal rs uns 20 september 2021
Cc bangsal rs uns 20 september 2021budimansekali
 
161092743 case-sindroma-nefrotik-anak
161092743 case-sindroma-nefrotik-anak161092743 case-sindroma-nefrotik-anak
161092743 case-sindroma-nefrotik-anakhomeworkping7
 
151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hie151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hiehomeworkping4
 
172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjo172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjohomeworkping8
 

What's hot (17)

Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
 
169324640 case-gizi-buruk
169324640 case-gizi-buruk169324640 case-gizi-buruk
169324640 case-gizi-buruk
 
106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi
 
208548844 case-fix
208548844 case-fix208548844 case-fix
208548844 case-fix
 
106418283 case-ika-epilepsi
106418283 case-ika-epilepsi106418283 case-ika-epilepsi
106418283 case-ika-epilepsi
 
220920557 case-anak-ii
220920557 case-anak-ii220920557 case-anak-ii
220920557 case-anak-ii
 
Cbd nefro 3 word nisa
Cbd nefro 3 word nisaCbd nefro 3 word nisa
Cbd nefro 3 word nisa
 
Cc bangsal rs uns 20 september 2021
Cc bangsal rs uns 20 september 2021Cc bangsal rs uns 20 september 2021
Cc bangsal rs uns 20 september 2021
 
161092743 case-sindroma-nefrotik-anak
161092743 case-sindroma-nefrotik-anak161092743 case-sindroma-nefrotik-anak
161092743 case-sindroma-nefrotik-anak
 
Askeb pp dg anemi
Askeb pp dg anemiAskeb pp dg anemi
Askeb pp dg anemi
 
151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hie151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hie
 
Ppt bronkopneumonia
Ppt bronkopneumoniaPpt bronkopneumonia
Ppt bronkopneumonia
 
172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjo172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjo
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas
Asuhan kebidanan pada ibu nifasAsuhan kebidanan pada ibu nifas
Asuhan kebidanan pada ibu nifas
 
236227596 case-dhf
236227596 case-dhf236227596 case-dhf
236227596 case-dhf
 

Similar to DEMAKKOMPLEK

CASE report kejang demam sederhana .pptx
CASE report kejang demam sederhana .pptxCASE report kejang demam sederhana .pptx
CASE report kejang demam sederhana .pptxlydiaekaputri
 
TUTKLIN Kejang Demam Sederhana.pptx
TUTKLIN Kejang Demam Sederhana.pptxTUTKLIN Kejang Demam Sederhana.pptx
TUTKLIN Kejang Demam Sederhana.pptxWuriPaparazie
 
19 Oktober_Marasmus-Kwarshiokor_dr Yanuar.pptx
19 Oktober_Marasmus-Kwarshiokor_dr Yanuar.pptx19 Oktober_Marasmus-Kwarshiokor_dr Yanuar.pptx
19 Oktober_Marasmus-Kwarshiokor_dr Yanuar.pptxAgungBudiLaksono7
 
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptxPPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptxssuser6a7917
 
Case Report ITP
Case Report ITPCase Report ITP
Case Report ITPKharima SD
 
kejang demam sederhana dehidrasi akut
kejang demam sederhana dehidrasi akut kejang demam sederhana dehidrasi akut
kejang demam sederhana dehidrasi akut Nuzulul Laras
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKPhil Adit R
 
Sindrom nefrotik relaps
Sindrom nefrotik relapsSindrom nefrotik relaps
Sindrom nefrotik relapsWiwin Meiriana
 
kejang demam bed site teaching
kejang demam bed site teachingkejang demam bed site teaching
kejang demam bed site teachingcendyandestria
 
225902788 case-sindroma-nefrotik
225902788 case-sindroma-nefrotik225902788 case-sindroma-nefrotik
225902788 case-sindroma-nefrotikhomeworkping10
 
TUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptx
TUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptxTUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptx
TUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptxDianaFadhilahSari2
 
PPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxPPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxSuciMayvera1
 

Similar to DEMAKKOMPLEK (20)

CASE report kejang demam sederhana .pptx
CASE report kejang demam sederhana .pptxCASE report kejang demam sederhana .pptx
CASE report kejang demam sederhana .pptx
 
TUTKLIN Kejang Demam Sederhana.pptx
TUTKLIN Kejang Demam Sederhana.pptxTUTKLIN Kejang Demam Sederhana.pptx
TUTKLIN Kejang Demam Sederhana.pptx
 
refka gea.pptx
refka gea.pptxrefka gea.pptx
refka gea.pptx
 
Case Diare Novia.pptx
Case Diare Novia.pptxCase Diare Novia.pptx
Case Diare Novia.pptx
 
HIPERTIROID.pptx
HIPERTIROID.pptxHIPERTIROID.pptx
HIPERTIROID.pptx
 
TUTKLIN KDS.pptx
TUTKLIN KDS.pptxTUTKLIN KDS.pptx
TUTKLIN KDS.pptx
 
REFKAS (2).docx
REFKAS (2).docxREFKAS (2).docx
REFKAS (2).docx
 
19 Oktober_Marasmus-Kwarshiokor_dr Yanuar.pptx
19 Oktober_Marasmus-Kwarshiokor_dr Yanuar.pptx19 Oktober_Marasmus-Kwarshiokor_dr Yanuar.pptx
19 Oktober_Marasmus-Kwarshiokor_dr Yanuar.pptx
 
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptxPPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
 
Case Report ITP
Case Report ITPCase Report ITP
Case Report ITP
 
BATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptxBATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptx
 
askeb pitaa.pptx
askeb pitaa.pptxaskeb pitaa.pptx
askeb pitaa.pptx
 
kejang demam sederhana dehidrasi akut
kejang demam sederhana dehidrasi akut kejang demam sederhana dehidrasi akut
kejang demam sederhana dehidrasi akut
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
Diare akut.pptx
Diare akut.pptxDiare akut.pptx
Diare akut.pptx
 
Sindrom nefrotik relaps
Sindrom nefrotik relapsSindrom nefrotik relaps
Sindrom nefrotik relaps
 
kejang demam bed site teaching
kejang demam bed site teachingkejang demam bed site teaching
kejang demam bed site teaching
 
225902788 case-sindroma-nefrotik
225902788 case-sindroma-nefrotik225902788 case-sindroma-nefrotik
225902788 case-sindroma-nefrotik
 
TUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptx
TUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptxTUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptx
TUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptx
 
PPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxPPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptx
 

Recently uploaded

Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 

Recently uploaded (18)

Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 

DEMAKKOMPLEK

  • 1. REFLEKSI KASUS KEJANG DEMAM KOMPLEK Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Anak Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Pembimbing: dr. Sri Priyantini, Sp.A Disusun oleh: Ricky Ferdiansyah 012116504 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
  • 2. 2 2016 BAB I LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PENDERITA • Nama Penderita : An. M. A P • Umur : 20 bulan • Jenis Kelamin : Laki- laki • Alamat : purworejo rt 2/ 4 sayung demak • Nama Ayah : Bp. R • Umur : 35 tahun • Pendidikan : SMU • Agama : Islam • Pekerjaan : karyawan keamanan • Alamat : purworejo rt 2/ 4 sayung demak • Nama Ibu : Ibu. S • Umur : 32 tahun • Pendidikan : SMU • Agama : Islam • Pekerjaan : Guru • Alamat : purworejo rt 2/ 4 sayung demak B. DATA DASAR Alloanamnesis dengan Ibu penderita dilakukan pada tanggal 13 Juni 2016 pukul 11.30 WIB di ruang ITH lantai 3 Anak dan didukung dengan catatan medis. • KELUHAN UTAMA : Kejang
  • 3. 3 • RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG - 2 hari anak demam semlenget, demam naik turun, tidak menggigil, tidak kejang, tidak mengigau. Anak batuk dan pilek. Batuknya tidak berdahak, tidak sering, disertai pilek yang mengeluarkan cairan bening. Anak tidak sesak napas, tidak muntah. Anak menjadi sulit makan, mau minum seperti biasa. Kemudian oleh orang tuanya, anak diberi obat penurun panas. Setiap kali diberi obat penurun panas, suhu anak kembali normal tetapi beberapa jam kemudian suhu anak naik kembali. - 1 hari sebelum masuk rumah sakit, anak masih demam, demamnya naik turun. Tidak ada mimisan, tidak ada perdarahan gusi. Tidak ada bintik-bintik merah pada kulit. Anak juga tidak mual dan muntah. Batuk dan pilek tidak membaik. Anak semakin sulit untuk makan dan minum. Berak 1x sehari, tidak cair dan tidak lembek. Kencing lancar, tidak berkurang dari biasanya. - 2 jam sebelum masuk rumah sakit, anak tiba- tiba kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit. Saat kejang anak tidak sadar, tangan menggenggam dan kaku berulang- ulang. Kedua mata melirik ke atas, tidak keluar busa dari mulut. Setelah kejang, anak langsung menangis. Kemudian anak dibawa ke IGD RSISA dan disarankan untuk mondok. - Riwayat kejang sebelumnya disangkal, riwayat jatuh dan mendapat benturan di kepala disangkal. Riwayat tertusuk benda tajam dan kotor disangkal. Luka terjatuh yang kotor disangkal. • RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Anak belum pernah mengalami kejang sebelumnya. Anak pernah menderita demam tetapi tidak sampai menimbulkan kejang. Penyakit lain yang pernah diderita anak Flek/ TB : disangkal Enteritis : disangkal Faringitis : (+) Disentri basiler : disangkal
  • 4. 4 Pneumonia: disangkal Disentri amoeba : disangkal Morbili : disangkal Thyp. Abdominalis : disangkal Pertusis : disangkal Cacingan : disangkal Varicella : disangkal Operasi : disangkal Bronkitis : disangkal Trauma : disangkal Malaria : disangkal Reaksi obat/ alergi : disangkal Polio : disangkal Difteri : disangkal • RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini. • RIWAYAT SOSIAL EKONOMI Ayah dan Ibu bekerja sebagai karyawan swasta. Berobat dengan fasilitas BPJS non PBI Kesan ekonomi: cukup. C. DATA KHUSUS 1. Riwayat kehamilan Pasien merupakan anak kedua. Ibu memeriksakan kehamilan di bidan secara teratur, sejak mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan kurang lebih 38 minggu. Pemeriksaan dilakukan 1x sebulan dan mendapat imunisasi tetanus toksoid 1x. Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun minum jamu disangkal. Obat-obat yang diminum selama kehamilan adalah vitamin dan tablet tambah darah. 2. Riwayat kelahiran Lahir aterm (38 minggu), spontan, persalinan ditolong oleh bidan. Berat badan 2500 gram, panjang badan 47 cm, langsung menangis dan kemerahan. Kesan : neonatus aterm, vigorous baby, lahir secara spontan.
  • 5. 5 3. Riwayat Makan – Minum Minum ASI sampai sekarang. Makanan pendamping ASI diberikan mulai usia 6 bulan berupa bubur bayi. Nafsu makan dan minum cukup baik. Kesan: Kualitas dan kuantitas cukup. 4. Riwayat Imunisasi Dasar No Imunisasi Berapa Kali Umur 1. BCG 1x 1 bulan 2. DPT 3x 2,4,6 bulan 3. Polio 4x 0,2,4,6 bulan 4. Hepatitis B 3x 0,1,6 bulan 5. Campak 1x 9 bulan Kesan imunisasi dasar: lengkap 5. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan - Riwayat pertumbuhan : pada KMS garis selalu terlihat normal/ diatas garis merah. - Riwayat Perkembangan: Senyum (usia 1 bulan), miring (usia 3 bulan), tengkurap (usia 4 bulan), duduk (usia 6 bulan), merangkak (usia 7 bulan), berdiri (8 bulan), belum bisa berjalan. - Kesan : Pertumbuhan dan Perkembangan Sesuai Umur 6. Riwayat KB Orang Tua Ibu memakai KB suntik 3 bulan Pemeriksaan Status Gizi (Z score): Diketahui: Umur : 10 bulan BB : 8 kg TB : 72 cm
  • 6. 6 • WAZ = BB-median/SD = (8-8,9)/1,00 = -0,9 (Normal) • HAZ = TB-median/SD = (72-71,8)/2,70 = 0,07 (Normal) • WHZ = BB-median/SD = (8-8,9)/0,9 = -1 (Normal) Kesan : Gizi Baik D. PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pada tanggal 19 Mei 2016 jam 11.30 WIB • Umur : 10 bulan • Berat badan : 8 kg • Panjang badan : 72 cm • Suhu badan : 39’C (axilla) • Nadi : 132 kali/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup, teraba kuat • Frekuensi nafas : 30 kali/menit KESAN UMUM Keadaan Umum: Composmentis, tampak lemas, tidak sesak dan gizi baik. Keadaan Tubuh : Rambut : hitam, tidak mudah dicabut Kepala : mesocephale Kulit : tidak sianosis, Ptechie (-), Turgor baik Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-) Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (+), epistaksis (-), mucosa hyperemis Telinga : discharge (-) Mulut : gusi berdarah (-), lidah kotor (-), sianotik (-), bibir kering (-) Leher : simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku kuduk (-) Tenggorokan : hiperemis (+), T1-T1
  • 7. 7 Thorax Paru-paru : • Inspeksi : Hemithorax dextra sama dengan sinistra • Auskultasi : SD Vesikuler, Wheezing (-),Ronkhi (-) • Palpasi : Strem femitus dextra dan sinistra simetris • Perkusi : tidak dilakukan Jantung: • Inspeksi : ictus cordis tidak tampak • Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat, tidak melebar • Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-) • Perkusi : tidak dilakukan Abdomen Inspeksi : bentuk datar, simetris Auskultasi : peristaltik (+), Normal Perkusi : tympani Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-) Hepar : tidak teraba Lien : tidak teraba Genitalia : perempuan, tidak ada kelainan Extremitas : Atas (ka/ki) Bawah (ka/ki) • Capilary refill : < 2” < 2” • Akral dingin : -/- -/- • R. Fisiologis : +/+ +/+ • R. Patologis : -/- -/- Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium saat di RSISA tanggal 13 Juni 2014 :
  • 8. 8 DARAH RUTIN Hemoglobin 10,6 gr/dl Hematocrit 31,7 % Leukosit 7,8 ribu/uL Trombosit 340 ribu/uL Eosinophil 0,9% Basophil 0,5% Netrofil 35,9 % Limfosit 53,3 % Monosit 8,9 % LED 1 7 mm/jam LED 2 16 mm/jam Golongan darah O/rhesus + Pemeriksaan laboratorium tanggal 19 Mei 2016 Darah rutin Hemoglobin 12,2 gr/dl Hematocrit 38,8% Leukosit 8,0 ribu/uL Trombosit 373 ribu/uL ASSESMENT 1. Kejang Demam 2. ISPA 3. Gizi Baik 1. Assesment : kejang demam DD : kejang demam simplek Kejang demam kompleks Initial plans : Kejang demam simplek • Ip Dx : S : - O : pemeriksaan kaku kuduk, pemeriksaan tanda rangsang meningeal ( tes kaku kuduk, Burdzinski I-II) • Ip Tx : diazepam 0,3-0,5 mg/kgbb IV • Ip Mx : KU, TTV, kejang ulangan • Ip Ex :
  • 9. 9  Meyakinkan kepada orang tua bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis yang baik  Memberitahukan cara penanganan kejang  Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali  Pemberian obat untuk mencegah rekurensi mamang efektif tapi harus diingat adanya efek samping obat  Jika kejang beri diazepam per rektal dosis 0,5-0,75 mg/kg. bila tetep kejang segera bawa rumah sakit.  Saat pasien kejang :  Tetap tenang dan tidak panic  Semua pakaian ketat dilonggarkan terutama sekitar leher  Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala penderita miring, mencegah aspirasi isi lambung  Bersihkan muntahan atau lender di mulut dan hidung jika ada  Mengusahakan jalan nafas agar bebas. Walaupun ada resiko lidah tergigit, jangan masukkan apapun ke dalam mulut  Ukur suhu tubuh, catat lama dan bentuk atau sifat kejangnya  Tetap bersama anak selama kejang  Berikan diazepamper rektal. Jangan diberikan jika kejang telah berhenti  Bawa ke dokter atau rumah sakit jika kejang berlangsung lebih dari 5 menit 2. Assessment : ISPA DD : Rhinofaringitis Tonsillitis Rhinitis Initial plans : Rhinofaringitis • Ip Dx : S : - O : pengukuran suhu per axila • Ip Tx : - infus 2A1/2N 8 tpm - Inj dexamethasone 3x1/3 amp - Inj cefotaxime 3x200mg - Paracetamol 80 mg Kebutuhan cairan menurut darrow BB : 8 kg 8 x 100 = 800 Total kebutuhan cairan : 800/hari
  • 10. 10 Banyaknya tetes permenit • Ip Mx : Tanda vital • Ip Ex : o Tirah baring o Minum obat teratur o Makan makanan bergizi o Di rumah :  Jika panas, minum obat penurun panas  Jika panas tidak turun, segera bawa ke rumah sakit atau puskesmas terdekat 3. Assessment : Gizi baik DD : Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk Initial plans Gizi baik • Ip Dx : S : kualitas dan kuantitas makan sehari-hari O : berat badan pasien, Z score • Ip Tx : Kebutuhan kalori anak usia 10 bulan, berat badan 8 kg Kebutuhan kalorinya ( 61,0 x 8 kg ) – 51 = 437 Yang terdiri dari : - Karbohidrat : 60 % x 437 = 262,2 kkal - Lemak : 35 % x 437 = 152,95 kkal - Protein : 5 % x 437 = 21,82 kkal • Ip Mx :  Penimbangan BB secara rutin dan teratur  Pengukuran TB setiap bulan • Ip Ex :  Makan teratur  Asupan makanan yang bergizi seimbang FOLLOW UP Tanggal dan TTV Keluhan Px fisik Pf penunjang Terapi 19 mei 2016 HR : 120x/menit RR : 30x/menit Kejang (1x), panas (+), batuk (+), pilek KU: composmentis, lemah Kepala : mesochepal Mata : CA (-/-), SI (-/-) Hb : 10,6 g/dl Ht : 31,7 % Leu : 7,8 ribu/ul Infus 2A1/2N 8 tpm Inj cefotaxim
  • 11. 11 T: 38,5°C BB : 8 kg (+), sesak nafas (-), mual muntah (-). Makan minum (+), BAB dan BAK (+) Telinga : discharge (-) Hidung : discharge (+) Mulut :kering (-) Thorak : ParuSD vesikuler JantungBJ I-II regular Abdomen : datar, supel, peristaltic (+)N Ext: ptekie (-), akral dingin (-) Trombosit : 340 ribu/ul Eosinofil : 0,9 % Basophil : 0,5 % Netrofil : 35,9 % Limfosit : 53,3 % Monosit : 8,9 % LED 1 : 7 mm/jam LED 2 : 16 mm/jam Gol. Darah : O/rhesus + 3x200 mg Inj. Dexamethasone 3x1/3 Amp Paracetamol 80 mg Diazepam 3 mg IV jika kejang 20 mei 2016 HR : 128x/menit RR : 32x/menit T: 38,2 °C BB : 8 kg Kejang (-), panas (+), batuk (+) , pilek (+) ↓ KU: composmentis, lemah Kepala : mesochepal Mata : CA (-/-), SI (-/-) Telinga : discharge (-) Hidung : discharge (-) Mulut :kering (-) Thorak : ParuSD vesikuler JantungBJ I-II regular Abdomen : datar, supel, peristaltic (+)N Ext: ptekie (-), akral dingin (-) Konsul dr.SpTHT Infus 2A1/2N 8 tpm Inj cefotaxim 3x200 mg Inj. Dexamethasone 3x1/3 Amp Paracetamol 80 mg Diazepam 3 mg IV jika kejang 21 mei 2016 HR : 130x/menit RR : 30x/menit T: 37,6°C BB : 8 kg Kejang (-), panas (+)↓,batuk pilek (+)↓ KU: composmentis, baik Kepala : mesochepal Mata : CA (-/-), SI (-/-) Telinga : discharge (-) Hidung : discharge (-) Mulut :kering (-) Thorak : ParuSD vesikuler JantungBJ I-II regular Abdomen : datar, supel, peristaltic (+)N Ext: ptekie (-), akral dingin (-) Hb : 12,2 g/dl Ht : 38,8 % Leu : 8,0 ribu/ul Trombosit : 373 ribu/ul Infus 2A1/2N 8 tpm Inj cefipime 2x300 mg Inj. Dexamethasone 3x1/3 Amp Paracetamol 80 mg Diazepam 3 mg IV jika kejang Tarivid 3x2 tetes AS 22 mei 2016 HR : 128x/menit RR : 32x/menit T: 37,5°C BB : 8 kg Kejang (-), panas (-),batuk (-), pilek (-) KU:composmentis, baik Kepala : mesochepal Mata : CA (-/-), SI (-/-) Telinga : discharge (-) Hidung : discharge (-) Infus 2A1/2N 8 tpm Inj cefipime 2x300 mg Inj.
  • 12. 12 Mulut :kering (-) Thorak : ParuSD vesikuler JantungBJ I-II regular Abdomen : datar, supel, peristaltic (+)N Ext: ptekie (-), akral dingin (-) Dexamethasone 3x1/3 Amp Paracetamol 80 mg Diazepam 3 mg IV jika kejang Tarivid 3x2 tetes AS 23 mei 2016 HR : 120x/menit RR : 28x/menit T: 36,9°C BB : 8 kg Kejang (-), panas (-), batuk (-), pilek (-) KU: composmentis, baik Kepala : mesochepal Mata : CA (-/-), SI (-/-) Telinga : discharge (-) Hidung : discharge (-) Mulut :kering (-) Thorak : ParuSD vesikuler JantungBJ I-II regular Abdomen : datar, supel, peristaltic (+)N Ext: ptekie (-), akral dingin (-) Infus 2A1/2N 8 tpm Inj cefipime 2x300 mg Inj. Dexamethasone 3x1/3 Amp Paracetamol 80 mg Diazepam 3 mg IV jika kejang Tarivid 3x2 tetes AS
  • 13. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38 C) yang disebabkna oleh suatu proses ekstrakranium. Atau dengan kata lain, kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak (paling banyak pada anak laki-laki) mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit. B. Sinonim Febrile Convulsion. C. Etiologi Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang demam biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam. Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam disebabkan oleh penyakit lain, seperti keracunan, meningitis atau ensefalitis. Roseola atau infeksi oleh virus herpes juga sering menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Disentri karena Shigella juga sering menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada anak-anak.
  • 14. 14 Dari contoh kejadian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam, antara lain: - Demam itu sendiri - Efek produk toksik dari mikroorganisme terhadap otak. - Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi. - Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit. - Ensefalitis viral yang ringan yang tidak diketahui - Gabungan semua faktor diatas Menurut penelitian, imunisasi juga dapat diikuti oleh kejang demam walaupun insidennya sangat jarang. Hasil penelitian yang dilakukan memperlihatkan risiko kejang demam pada beberapa jenis imunisasi sebagai berikut: • DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi. Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya • MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi. Risiko meningkat pada hari 8-14 setelah imunisasi. Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi kejang demam bukan merupakan kontra indikasi imunisasi D. Klasifikasi Secara umum, Kejang Demam dapat dibagi dalam dua jenis yaitu : 1. Simple febrile seizures (Kejang Demam Sederhana) yaitu kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit, umum, tonik dan atau klonik, umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam. 2. Complex febrile seizures (Kejang Demam Kompleks) yaitu kejang fokal (hanya melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, bersifat fokal (parsial satu sisi) dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.
  • 15. 15 Sedangkan menurut Livingston (yang sudah dimodifikasi), membedakan kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu: 1. Kejang demam sederhana Bila memenuhi keadaan seperti dibawah ini: - Umur anak ketika kejang, antara 6 bulan sampai 4 tahun - Kejang hanya berlangsung < 15 menit - Kejang bersifat umum - Kejang terjadi dalam 16 jam pertama setelah timbul demam - Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang, normal - Pemeriksaan EEG setelah kejang, normal - Frekuensi kejang tidak lebih dari 4 kali dalam 1 tahun 2. Epilepsi yang diprovokasi demam Apabila tidak memenuhi dari salah satu kriteria diatas. E. Patogenesis Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang didapatkan dari metabolisme, terutama glukosa. Proses tersebut merupakan proses oksidasi dimana membutuhkan oksigen yang disediakan melalui perantaraan fungi paru dan diteruskan ke otak melalui system kardiovaskuler. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam (lipoid) dan permukaan luar (ionik). Dalam keadaan normal membrane sel dapat dilalui dengan mudah oleh ion K dan sangat sulit dilalui oleh ion Na dan elektrolit lainnya, kecuali ion Cl. Karena perbedaab jenis dan konsentrasi, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim.
  • 16. 16 Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1ºC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen 20%. Karena hal inilah maka terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran, sehingga terjadi lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel/membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter, sehingga terjadi kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya. F. Gejala Klinis Terjadinya bangkitan kejang pada bayi atau anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat. Berikut ini beberapa gejala yang biasanya timbul: • Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba). • Kejang tonik-klonik • Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam) • Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik) • Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit). • Lidah atau pipinya tergigit • Gigi atau rahangnya terkatup rapat • Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya) • Gangguan pernapasan (apneu) • Kulit kebiruan
  • 17. 17 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain: • Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama • Riwayat kejang demam dalam keluarga • Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal • Riwayat demam yang sering • Kejang pertama adalah complex febrile seizure G. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang mengalami demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Suhu tubuh yang diukur dengan cara memasukkan termometer ke dalam lubang dubur, menunjukkan angka lebih besar dari 38,9 ºC. Harus diketahui darimana penyebab kejang, dari dalam atau dari luar susunan saraf pusat (otak). Hal ini penting untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti ensefalitis, meningitis atau epilepsi. Kemudian dicari tahu apakah tergolong kejang demam sederhana, kejang demam kompleks maupun epilepsi yang diprovokasi demam. H. Diagnosis Banding Kejang • serebral : meningitis, ensefalitis, abese otak ( infeksi intrakranial), epilepsi (kronik berulang) • non serebral : tetanus, tetani I. Pemeriksaan Penunjang 1. Pungsi Lumbal Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan bila kejang demam pertama terjadi pada usia < 12
  • 18. 18 bulan. Berdasar penelitian, cairan serebrospinal yang abnormal umumnya diperoleh pada anak dengan kejang demam yang: - Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher) - Mengalami complex partial seizure - Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam sebelumnya) - Kejang saat tiba di IGD - Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal - Kejang pertama setelah usia 3 tahun 2. EEG (electroencephalogram) Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Indikasi dilakukan pemeriksaan adalah kejang demam pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal. 3. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam. 4. Neuro-imaging Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT- scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya dan dilakukan atas indikasi hemiparesis, parese N. VI, dan papiledema. J. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan secara umum
  • 19. 19 Kejang demam biasanya berlangsung singkat, apabila pasien datang dalam keadaan kejang obat yang paling efektif adalah diazepam secara intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB. Sedangkan obat yang praktis dan dapat diberikan di rumah adalah diazepam rectal dengan dosis 0,5 – 0,75 mg/kgBB. Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rectal dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5 menit. Apabila kejang tetap belum berhenti diberikan Fenitoin secara intravenal dengan dosis awal 10-20mg/kgBB/hari. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8mg/kgBB/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan Fenitoin belum berhenti maka pasien harus dirawat di ICU. Bila kejang berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam dan faktor resikonya (sederhana atau kompleks). Selain pemberian obat-obatan kepada pasien kejang, juga harus dilakukan upaya-upaya non medis. Upaya tersebut antara lain: o Semua pakaian ketat dilonggarkan o Memposisikan kepala pasien agar miring, mencegah aspirasi isi lambung. o Mengusahakan jalan napas agar bebas o Mengawasi secara ketat fungsi vital 2. Pemberian obat pada saat demam a. Antipiretik Pemberian dianjurkan, walaupun tidak ditemukan bukti dapat mengurangi resiko terjadinya kejang demam. Dosis Acetaminofen yang digunakan adalah 10-15mg/kgBB/hari, sedangkan dosis ibuprofen adalah 5-10mg/kgBB/hari. b. Antikonvulsan Pemakaian diazepam oral dosis 0,3mg/kgBB tiap 8jam pada saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang. Begitu pula dengan diazepam rectal dosis 0,5mg/kgBB tiap 8jam pada suhu >38,5 ºC. Sedangkan fenobarbital atau fenetoin pada saat demam, tidak berguna untuk mencegah kejang demam. 3. Pemberian obat rumat
  • 20. 20 Diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Untuk menurunkan resiko berulangnya kejang, pemberian efektif adalah fenobarbital atau asam valproat tiap hari. Denagn diketahuinya efek samping penggunaan obat terhadap fungsi kognitif dan perilaku pasien, maka profilaksis diberikan dalam jangka pendek. Sehingga obat pilihan saat ini adalah asam valproat dengan dosis 15-40mg/kgBB/hari, meskipun dapat menyebabkan hepatitis. Indikasi pemberian obat rumat : - Kejang lama > 5 menit - Ada kelainan Neurologis sebelum dan sesudah kejang (Hemiparesis, Cerebral Palsy, Hidrosefalus, dsb). - Kejang fokal K. Komplikasi Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak berbahaya karena bersifat jinak (benigna) dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tapi pada kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) biasanya dapat menimbulkan komplikasi. Disamping itu, bila ditemukan gejala kerusakan otak setelah kejang demam, maka biasanya para pakar menganggapnya disebabkan oleh penyebab demam dan bukan disebabkan oleh kejang itu sendiri. Berikut beberapa contoh kejadian yang dianngap sebagai komplikasi dari kejang demam, antara lain: - Epilepsi, menurut penelitian prognosis mencapai 2-4 %. Faktor risiko pada kelainan neurologis yang jelas sebelum kejang demam pertama, kejang demam kompleks, dan riwayat epilepsi pada orangtua atau sudara kandung pasien.neuron otak. - Apneu - Hipoksia, meningkatkan permeabilitas kapiler dan mengakibatkan edema otak dan kerusakan nervus cranialis - Asidosis laktat (karena meningkatnya metabolisme anaerob) - Hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat
  • 21. 21
  • 22. BAB III PEMBAHASAN Pada kasus ini seorang anak berusia 10 bulan dibawa oarang tuanya ke IGD RSISA Semarang. Berdasarkan alloanamnesa dengan orangtua penderita, dan setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan :  Keluhan utama berupa kejang.  Kejangnya berlangsung kurang dari 15 menit. Saat kejang anak tidak sadar, tangan menggenggam dan kaku berulang- ulang. Kedua mata melirik ke atas, tidak keluar busa dari mulut. Setelah kejang, anak langsung menangis.  Sebelum kejang pasien panas semlenget, panas naik turun, tidak menggigil, tidak kejang, tidak mengigau. Anak batuk dan pilek. Batuknya tidak berdahak, tidak sering, disertai pilek yang mengeluarkan cairan bening. Panas dirasakan sudah 2 hari  Sebelumnya anaksering demam tapi tidak sampai kejang. Dan sering batuk pilek  Pada pemeriksaan fisik didapatkan : o Umur : 10 bulan o Berat badan : 8 kg o Panjang badan : 72 cm o Suhu badan : 39’C (axilla) o Nadi : 132 kali/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup, teraba kuat o Frekuensi nafas : 30 kali/menit o Hidung : secret (+) o Tenggorokan : hiperemis (+), T1-T1
  • 23. 23 Berdasarkan hal diatas diagnosa sementara yang dapat ditegakkan adalah kejang demam simplek. Kejang demam sendiri adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38 C) yang disebabkna oleh suatu proses ekstrakranium. Sedangkan kriteria kejang demam simpleks yaitu : o Berlangsung singkat, kurang dari 15 menit o Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal o Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya. Disini pasien mengalami ISPA bagian atas, dengan ditemukannya riwayat sering batuk pilek dan didapatkan faring hiperemis
  • 24. 24 BAB IV KESIMPULAN Kejang demam (Febrile Convulsion) adalah kejang pada bayi atau anak- anak yang terjadi akibat demam, tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat maupun kelainan saraf lainnya. Seorang anak yang mengalami kejang demam, tidak berarti dia menderita epilepsi karena epilepsi ditandai dengan kejang berulang yang tidak dipicu oleh adanya demam. Hampir sebanyak 1 dari setiap 25 anak pernah mengalami kejang demam dan lebih dari sepertiga dari anak-anak tersebut mengalaminya lebih dari 1 kali. Kejang demam biasanya terjadi pada anak-anak yang berusia antara 6 bulan-4 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 6 bulan maupun sesudah 3 tahun. Kejang demam disebabkan karena terjadinya lepas muatan potensial membran melalui neurotransmitter yang luas akibat perubahan keseimbangan dari membran sel neuron itu sendiri. Perubahan keseimbangan tersebut diakibatkan karena adanya kenaikan tertentu suhu tubuh dimana tiap kenaikan 1ºC, akan meningkatkan metabolisme basal. Telah diketahui bahwa infeksi diluar susunan saraf pusat (misal: tonsiltis, OMA, bronkitis,dll) merupakan penyebab paling sering sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi secara cepat. Diazepam secara oral maupun rektal adalah obat pilihan ketika pasien kejang. Sedangkan fenobarbital dan asam valproat lebih cenderung digunakan sebagai obat rumat. Pemberian antipiretik terbukti tidak dapat mencegah terulangnya kejang, sehingga pemberiannya tidak dianjurkan.
  • 25. 25
  • 26. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 2001, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas Berdasarkan Gejala, Badan Penerbit Depkes RI, Jakarta Ganong, W.F., 1995, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 17, EGC, Jakarta Lumbantobing, S.M.,Prof,DR,Dr, 2002, Kejang Demam (Febrile Convulsions), FKUI, Jakarta Price, S.A., Wilson, L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, jilid 1, edisi 4, EGC, Jakarta Pusponegoro,H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan anak, edisi 1, Badan Penerbit IDAI, Jakarta Staf Pengajar IKA, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, jilid 2, edisi 11, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta Unit Kerja Koordinasi Nerologi, 2006, Konsensus Penanganan Kejang Demam, IDAI, Jakarta