Dokumen ini berisi laporan kasus seorang anak laki-laki berumur 20 bulan yang mengalami kejang demam kompleks. Anak tersebut sebelumnya mengalami demam selama 2 hari disertai batuk dan pilek, kemudian mengalami kejang selama kurang dari 15 menit sebelum dirujuk ke rumah sakit. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium, didiagnosis menderita kejang demam dan ISPA dengan gizi yang baik.
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
DEMAKKOMPLEK
1. REFLEKSI KASUS
KEJANG DEMAM KOMPLEK
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Pembimbing:
dr. Sri Priyantini, Sp.A
Disusun oleh:
Ricky Ferdiansyah
012116504
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2. 2
2016
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
• Nama Penderita : An. M. A P
• Umur : 20 bulan
• Jenis Kelamin : Laki- laki
• Alamat : purworejo rt 2/ 4 sayung demak
• Nama Ayah : Bp. R
• Umur : 35 tahun
• Pendidikan : SMU
• Agama : Islam
• Pekerjaan : karyawan keamanan
• Alamat : purworejo rt 2/ 4 sayung demak
• Nama Ibu : Ibu. S
• Umur : 32 tahun
• Pendidikan : SMU
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Guru
• Alamat : purworejo rt 2/ 4 sayung demak
B. DATA DASAR
Alloanamnesis dengan Ibu penderita dilakukan pada tanggal 13 Juni 2016
pukul 11.30 WIB di ruang ITH lantai 3 Anak dan didukung dengan catatan medis.
• KELUHAN UTAMA : Kejang
3. 3
• RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
- 2 hari anak demam semlenget, demam naik turun, tidak menggigil, tidak
kejang, tidak mengigau. Anak batuk dan pilek. Batuknya tidak berdahak, tidak
sering, disertai pilek yang mengeluarkan cairan bening. Anak tidak sesak
napas, tidak muntah. Anak menjadi sulit makan, mau minum seperti biasa.
Kemudian oleh orang tuanya, anak diberi obat penurun panas. Setiap kali
diberi obat penurun panas, suhu anak kembali normal tetapi beberapa jam
kemudian suhu anak naik kembali.
- 1 hari sebelum masuk rumah sakit, anak masih demam, demamnya naik turun.
Tidak ada mimisan, tidak ada perdarahan gusi. Tidak ada bintik-bintik merah
pada kulit. Anak juga tidak mual dan muntah. Batuk dan pilek tidak membaik.
Anak semakin sulit untuk makan dan minum. Berak 1x sehari, tidak cair dan
tidak lembek. Kencing lancar, tidak berkurang dari biasanya.
- 2 jam sebelum masuk rumah sakit, anak tiba- tiba kejang yang berlangsung
kurang dari 15 menit. Saat kejang anak tidak sadar, tangan menggenggam dan
kaku berulang- ulang. Kedua mata melirik ke atas, tidak keluar busa dari
mulut. Setelah kejang, anak langsung menangis. Kemudian anak dibawa ke
IGD RSISA dan disarankan untuk mondok.
- Riwayat kejang sebelumnya disangkal, riwayat jatuh dan mendapat benturan
di kepala disangkal. Riwayat tertusuk benda tajam dan kotor disangkal. Luka
terjatuh yang kotor disangkal.
• RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Anak belum pernah mengalami kejang sebelumnya. Anak pernah menderita
demam tetapi tidak sampai menimbulkan kejang.
Penyakit lain yang pernah diderita anak
Flek/ TB : disangkal Enteritis : disangkal
Faringitis : (+) Disentri basiler : disangkal
4. 4
Pneumonia: disangkal Disentri amoeba : disangkal
Morbili : disangkal Thyp. Abdominalis : disangkal
Pertusis : disangkal Cacingan : disangkal
Varicella : disangkal Operasi : disangkal
Bronkitis : disangkal Trauma : disangkal
Malaria : disangkal Reaksi obat/ alergi : disangkal
Polio : disangkal Difteri : disangkal
• RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.
• RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Ayah dan Ibu bekerja sebagai karyawan swasta. Berobat dengan fasilitas BPJS
non PBI
Kesan ekonomi: cukup.
C. DATA KHUSUS
1. Riwayat kehamilan
Pasien merupakan anak kedua. Ibu memeriksakan kehamilan di bidan
secara teratur, sejak mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan kurang
lebih 38 minggu. Pemeriksaan dilakukan 1x sebulan dan mendapat imunisasi
tetanus toksoid 1x. Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan.
Riwayat perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat hamil
disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun minum jamu
disangkal. Obat-obat yang diminum selama kehamilan adalah vitamin dan
tablet tambah darah.
2. Riwayat kelahiran
Lahir aterm (38 minggu), spontan, persalinan ditolong oleh bidan. Berat
badan 2500 gram, panjang badan 47 cm, langsung menangis dan kemerahan.
Kesan : neonatus aterm, vigorous baby, lahir secara spontan.
5. 5
3. Riwayat Makan – Minum
Minum ASI sampai sekarang. Makanan pendamping ASI diberikan mulai
usia 6 bulan berupa bubur bayi. Nafsu makan dan minum cukup baik.
Kesan: Kualitas dan kuantitas cukup.
4. Riwayat Imunisasi Dasar
No Imunisasi Berapa Kali Umur
1. BCG 1x 1 bulan
2. DPT 3x 2,4,6 bulan
3. Polio 4x 0,2,4,6 bulan
4. Hepatitis B 3x 0,1,6 bulan
5. Campak 1x 9 bulan
Kesan imunisasi dasar: lengkap
5. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
- Riwayat pertumbuhan : pada KMS garis selalu terlihat normal/ diatas
garis merah.
- Riwayat Perkembangan: Senyum (usia 1 bulan), miring (usia 3 bulan),
tengkurap (usia 4 bulan), duduk (usia 6 bulan), merangkak (usia 7
bulan), berdiri (8 bulan), belum bisa berjalan.
- Kesan : Pertumbuhan dan Perkembangan Sesuai Umur
6. Riwayat KB Orang Tua
Ibu memakai KB suntik 3 bulan
Pemeriksaan Status Gizi (Z score):
Diketahui:
Umur : 10 bulan
BB : 8 kg
TB : 72 cm
6. 6
• WAZ = BB-median/SD = (8-8,9)/1,00 = -0,9 (Normal)
• HAZ = TB-median/SD = (72-71,8)/2,70 = 0,07 (Normal)
• WHZ = BB-median/SD = (8-8,9)/0,9 = -1 (Normal)
Kesan : Gizi Baik
D. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 19 Mei 2016 jam 11.30 WIB
• Umur : 10 bulan
• Berat badan : 8 kg
• Panjang badan : 72 cm
• Suhu badan : 39’C (axilla)
• Nadi : 132 kali/menit, irama regular, isi dan tegangan
cukup, teraba kuat
• Frekuensi nafas : 30 kali/menit
KESAN UMUM
Keadaan Umum: Composmentis, tampak lemas, tidak sesak dan gizi baik.
Keadaan Tubuh :
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Kepala : mesocephale
Kulit : tidak sianosis, Ptechie (-), Turgor baik
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (+), epistaksis (-), mucosa
hyperemis
Telinga : discharge (-)
Mulut : gusi berdarah (-), lidah kotor (-), sianotik (-), bibir kering (-)
Leher : simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku kuduk (-)
Tenggorokan : hiperemis (+), T1-T1
7. 7
Thorax
Paru-paru :
• Inspeksi : Hemithorax dextra sama dengan sinistra
• Auskultasi : SD Vesikuler, Wheezing (-),Ronkhi (-)
• Palpasi : Strem femitus dextra dan sinistra simetris
• Perkusi : tidak dilakukan
Jantung:
• Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat, tidak melebar
• Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-)
• Perkusi : tidak dilakukan
Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, simetris
Auskultasi : peristaltik (+), Normal
Perkusi : tympani
Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Genitalia : perempuan, tidak ada kelainan
Extremitas : Atas (ka/ki) Bawah (ka/ki)
• Capilary refill : < 2” < 2”
• Akral dingin : -/- -/-
• R. Fisiologis : +/+ +/+
• R. Patologis : -/- -/-
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium saat di RSISA tanggal 13 Juni 2014 :
8. 8
DARAH RUTIN
Hemoglobin 10,6 gr/dl
Hematocrit 31,7 %
Leukosit 7,8 ribu/uL
Trombosit 340 ribu/uL
Eosinophil 0,9%
Basophil 0,5%
Netrofil 35,9 %
Limfosit 53,3 %
Monosit 8,9 %
LED 1 7 mm/jam
LED 2 16 mm/jam
Golongan darah O/rhesus +
Pemeriksaan laboratorium tanggal 19 Mei 2016
Darah rutin
Hemoglobin 12,2 gr/dl
Hematocrit 38,8%
Leukosit 8,0 ribu/uL
Trombosit 373 ribu/uL
ASSESMENT
1. Kejang Demam
2. ISPA
3. Gizi Baik
1. Assesment : kejang demam
DD : kejang demam simplek
Kejang demam kompleks
Initial plans :
Kejang demam simplek
• Ip Dx : S : -
O : pemeriksaan kaku kuduk, pemeriksaan tanda
rangsang meningeal ( tes kaku kuduk, Burdzinski I-II)
• Ip Tx : diazepam 0,3-0,5 mg/kgbb IV
• Ip Mx : KU, TTV, kejang ulangan
• Ip Ex :
9. 9
Meyakinkan kepada orang tua bahwa kejang demam
umumnya mempunyai prognosis yang baik
Memberitahukan cara penanganan kejang
Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang
kembali
Pemberian obat untuk mencegah rekurensi mamang efektif
tapi harus diingat adanya efek samping obat
Jika kejang beri diazepam per rektal dosis 0,5-0,75 mg/kg.
bila tetep kejang segera bawa rumah sakit.
Saat pasien kejang :
Tetap tenang dan tidak panic
Semua pakaian ketat dilonggarkan terutama sekitar
leher
Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan
kepala penderita miring, mencegah aspirasi isi
lambung
Bersihkan muntahan atau lender di mulut dan
hidung jika ada
Mengusahakan jalan nafas agar bebas. Walaupun
ada resiko lidah tergigit, jangan masukkan apapun
ke dalam mulut
Ukur suhu tubuh, catat lama dan bentuk atau sifat
kejangnya
Tetap bersama anak selama kejang
Berikan diazepamper rektal. Jangan diberikan jika
kejang telah berhenti
Bawa ke dokter atau rumah sakit jika kejang
berlangsung lebih dari 5 menit
2. Assessment : ISPA
DD : Rhinofaringitis
Tonsillitis
Rhinitis
Initial plans :
Rhinofaringitis
• Ip Dx : S : -
O : pengukuran suhu per axila
• Ip Tx : - infus 2A1/2N 8 tpm
- Inj dexamethasone 3x1/3 amp
- Inj cefotaxime 3x200mg
- Paracetamol 80 mg
Kebutuhan cairan menurut darrow BB : 8 kg
8 x 100 = 800
Total kebutuhan cairan : 800/hari
10. 10
Banyaknya tetes permenit
• Ip Mx : Tanda vital
• Ip Ex :
o Tirah baring
o Minum obat teratur
o Makan makanan bergizi
o Di rumah :
Jika panas, minum obat penurun panas
Jika panas tidak turun, segera bawa ke rumah sakit
atau puskesmas terdekat
3. Assessment : Gizi baik
DD : Gizi baik
Gizi kurang
Gizi buruk
Initial plans
Gizi baik
• Ip Dx : S : kualitas dan kuantitas makan sehari-hari
O : berat badan pasien, Z score
• Ip Tx : Kebutuhan kalori anak usia 10 bulan, berat badan 8 kg
Kebutuhan kalorinya
( 61,0 x 8 kg ) – 51 = 437
Yang terdiri dari :
- Karbohidrat : 60 % x 437 = 262,2 kkal
- Lemak : 35 % x 437 = 152,95 kkal
- Protein : 5 % x 437 = 21,82 kkal
• Ip Mx :
Penimbangan BB secara rutin dan teratur
Pengukuran TB setiap bulan
• Ip Ex :
Makan teratur
Asupan makanan yang bergizi seimbang
FOLLOW UP
Tanggal dan TTV Keluhan Px fisik Pf penunjang Terapi
19 mei 2016
HR : 120x/menit
RR : 30x/menit
Kejang (1x),
panas (+),
batuk (+), pilek
KU: composmentis, lemah
Kepala : mesochepal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Hb : 10,6 g/dl
Ht : 31,7 %
Leu : 7,8 ribu/ul
Infus 2A1/2N 8
tpm
Inj cefotaxim
11. 11
T: 38,5°C
BB : 8 kg
(+), sesak
nafas (-), mual
muntah (-).
Makan minum
(+), BAB dan
BAK (+)
Telinga : discharge (-)
Hidung : discharge (+)
Mulut :kering (-)
Thorak :
ParuSD vesikuler
JantungBJ I-II regular
Abdomen : datar, supel,
peristaltic (+)N
Ext: ptekie (-), akral dingin
(-)
Trombosit : 340
ribu/ul
Eosinofil : 0,9 %
Basophil : 0,5 %
Netrofil : 35,9 %
Limfosit : 53,3 %
Monosit : 8,9 %
LED 1 : 7 mm/jam
LED 2 : 16 mm/jam
Gol. Darah : O/rhesus
+
3x200 mg
Inj.
Dexamethasone
3x1/3 Amp
Paracetamol 80
mg
Diazepam 3 mg
IV jika kejang
20 mei 2016
HR : 128x/menit
RR : 32x/menit
T: 38,2 °C
BB : 8 kg
Kejang (-),
panas (+),
batuk (+) ,
pilek (+) ↓
KU: composmentis, lemah
Kepala : mesochepal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Telinga : discharge (-)
Hidung : discharge (-)
Mulut :kering (-)
Thorak :
ParuSD vesikuler
JantungBJ I-II regular
Abdomen : datar, supel,
peristaltic (+)N
Ext: ptekie (-), akral dingin
(-)
Konsul dr.SpTHT Infus 2A1/2N 8
tpm
Inj cefotaxim
3x200 mg
Inj.
Dexamethasone
3x1/3 Amp
Paracetamol 80
mg
Diazepam 3 mg
IV jika kejang
21 mei 2016
HR : 130x/menit
RR : 30x/menit
T: 37,6°C
BB : 8 kg
Kejang (-),
panas
(+)↓,batuk
pilek (+)↓
KU: composmentis, baik
Kepala : mesochepal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Telinga : discharge (-)
Hidung : discharge (-)
Mulut :kering (-)
Thorak :
ParuSD vesikuler
JantungBJ I-II regular
Abdomen : datar, supel,
peristaltic (+)N
Ext: ptekie (-), akral dingin
(-)
Hb : 12,2 g/dl
Ht : 38,8 %
Leu : 8,0 ribu/ul
Trombosit : 373
ribu/ul
Infus 2A1/2N 8
tpm
Inj cefipime
2x300 mg
Inj.
Dexamethasone
3x1/3 Amp
Paracetamol 80
mg
Diazepam 3 mg
IV jika kejang
Tarivid 3x2 tetes
AS
22 mei 2016
HR : 128x/menit
RR : 32x/menit
T: 37,5°C
BB : 8 kg
Kejang (-),
panas (-),batuk
(-), pilek (-)
KU:composmentis, baik
Kepala : mesochepal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Telinga : discharge (-)
Hidung : discharge (-)
Infus 2A1/2N 8
tpm
Inj cefipime
2x300 mg
Inj.
12. 12
Mulut :kering (-)
Thorak :
ParuSD vesikuler
JantungBJ I-II regular
Abdomen : datar, supel,
peristaltic (+)N
Ext: ptekie (-), akral dingin
(-)
Dexamethasone
3x1/3 Amp
Paracetamol 80
mg
Diazepam 3 mg
IV jika kejang
Tarivid 3x2 tetes
AS
23 mei 2016
HR : 120x/menit
RR : 28x/menit
T: 36,9°C
BB : 8 kg
Kejang (-),
panas (-),
batuk (-), pilek
(-)
KU: composmentis, baik
Kepala : mesochepal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Telinga : discharge (-)
Hidung : discharge (-)
Mulut :kering (-)
Thorak :
ParuSD vesikuler
JantungBJ I-II regular
Abdomen : datar, supel,
peristaltic (+)N
Ext: ptekie (-), akral dingin
(-)
Infus 2A1/2N 8
tpm
Inj cefipime
2x300 mg
Inj.
Dexamethasone
3x1/3 Amp
Paracetamol 80
mg
Diazepam 3 mg
IV jika kejang
Tarivid 3x2 tetes
AS
13. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal diatas 38 C) yang disebabkna oleh suatu proses ekstrakranium.
Atau dengan kata lain, kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat
seorang bayi atau anak (paling banyak pada anak laki-laki) mengalami demam
tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal
demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan
dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan
terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak
akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi
walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
B. Sinonim
Febrile Convulsion.
C. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang
demam biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan
kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam. Kejang
berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Kejang demam
cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor
keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam
disebabkan oleh penyakit lain, seperti keracunan, meningitis atau ensefalitis.
Roseola atau infeksi oleh virus herpes juga sering menyebabkan kejang demam
pada anak-anak. Disentri karena Shigella juga sering menyebakan demam tinggi
dan kejang demam pada anak-anak.
14. 14
Dari contoh kejadian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam, antara lain:
- Demam itu sendiri
- Efek produk toksik dari mikroorganisme terhadap otak.
- Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
- Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
- Ensefalitis viral yang ringan yang tidak diketahui
- Gabungan semua faktor diatas
Menurut penelitian, imunisasi juga dapat diikuti oleh kejang demam walaupun
insidennya sangat jarang. Hasil penelitian yang dilakukan memperlihatkan risiko
kejang demam pada beberapa jenis imunisasi sebagai berikut:
• DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi.
Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya
• MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi.
Risiko meningkat pada hari 8-14 setelah imunisasi.
Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang
lebih besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca
imunisasi kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi
kejang demam bukan merupakan kontra indikasi imunisasi
D. Klasifikasi
Secara umum, Kejang Demam dapat dibagi dalam dua jenis yaitu :
1. Simple febrile seizures (Kejang Demam Sederhana)
yaitu kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit, umum, tonik
dan atau klonik, umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal
atau berulang dalam waktu 24 jam.
2. Complex febrile seizures (Kejang Demam Kompleks)
yaitu kejang fokal (hanya melibatkan salah satu bagian tubuh),
berlangsung > 15 menit, bersifat fokal (parsial satu sisi) dan berulang
atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.
15. 15
Sedangkan menurut Livingston (yang sudah dimodifikasi), membedakan
kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Kejang demam sederhana
Bila memenuhi keadaan seperti dibawah ini:
- Umur anak ketika kejang, antara 6 bulan
sampai 4 tahun
- Kejang hanya berlangsung < 15 menit
- Kejang bersifat umum
- Kejang terjadi dalam 16 jam pertama setelah
timbul demam
- Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah
kejang, normal
- Pemeriksaan EEG setelah kejang, normal
- Frekuensi kejang tidak lebih dari 4 kali dalam
1 tahun
2. Epilepsi yang diprovokasi demam
Apabila tidak memenuhi dari salah satu kriteria diatas.
E. Patogenesis
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan
suatu energi yang didapatkan dari metabolisme, terutama glukosa. Proses tersebut
merupakan proses oksidasi dimana membutuhkan oksigen yang disediakan
melalui perantaraan fungi paru dan diteruskan ke otak melalui system
kardiovaskuler. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan
dalam (lipoid) dan permukaan luar (ionik). Dalam keadaan normal membrane sel
dapat dilalui dengan mudah oleh ion K dan sangat sulit dilalui oleh ion Na dan
elektrolit lainnya, kecuali ion Cl. Karena perbedaab jenis dan konsentrasi, maka
terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim.
16. 16
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1ºC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen 20%. Karena hal inilah
maka terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu
singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran,
sehingga terjadi lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup
besar dapat meluas ke seluruh sel/membran sel di dekatnya dengan bantuan
neurotransmiter, sehingga terjadi kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi
bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan
oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada
amandel), infeksi pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya.
F. Gejala Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi atau anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi
di luar susunan saraf pusat. Berikut ini beberapa gejala yang biasanya timbul:
• Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi
secara tiba-tiba).
• Kejang tonik-klonik
• Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu
terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)
• Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik)
• Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,
biasanya berlangsung selama 1-2 menit).
• Lidah atau pipinya tergigit
• Gigi atau rahangnya terkatup rapat
• Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya)
• Gangguan pernapasan (apneu)
• Kulit kebiruan
17. 17
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang
antara lain:
• Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama
• Riwayat kejang demam dalam keluarga
• Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah
relatif normal
• Riwayat demam yang sering
• Kejang pertama adalah complex febrile seizure
G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang
mengalami demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Suhu tubuh yang
diukur dengan cara memasukkan termometer ke dalam lubang dubur,
menunjukkan angka lebih besar dari 38,9 ºC.
Harus diketahui darimana penyebab kejang, dari dalam atau dari luar susunan
saraf pusat (otak). Hal ini penting untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti
ensefalitis, meningitis atau epilepsi. Kemudian dicari tahu apakah tergolong
kejang demam sederhana, kejang demam kompleks maupun epilepsi yang
diprovokasi demam.
H. Diagnosis Banding
Kejang
• serebral : meningitis, ensefalitis, abese otak ( infeksi intrakranial), epilepsi
(kronik berulang)
• non serebral : tetanus, tetani
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di
otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
Pemeriksaan ini dilakukan bila kejang demam pertama terjadi pada usia < 12
18. 18
bulan. Berdasar penelitian, cairan serebrospinal yang abnormal umumnya
diperoleh pada anak dengan kejang demam yang:
- Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher)
- Mengalami complex partial seizure
- Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam
sebelumnya)
- Kejang saat tiba di IGD
- Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga
sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal
- Kejang pertama setelah usia 3 tahun
2. EEG (electroencephalogram)
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam
yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Indikasi
dilakukan pemeriksaan adalah kejang demam pada anak usia lebih dari 6
tahun atau kejang demam fokal.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium,
fosfor, magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam
pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber
demam.
4. Neuro-imaging
Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-
scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam
yang baru terjadi untuk pertama kalinya dan dilakukan atas indikasi
hemiparesis, parese N. VI, dan papiledema.
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara umum
19. 19
Kejang demam biasanya berlangsung singkat, apabila pasien datang dalam
keadaan kejang obat yang paling efektif adalah diazepam secara intravena
dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB. Sedangkan obat yang praktis dan dapat
diberikan di rumah adalah diazepam rectal dengan dosis 0,5 – 0,75 mg/kgBB.
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rectal dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5 menit.
Apabila kejang tetap belum berhenti diberikan Fenitoin secara intravenal
dengan dosis awal 10-20mg/kgBB/hari. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya
adalah 4-8mg/kgBB/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan Fenitoin belum berhenti maka pasien harus dirawat di ICU.
Bila kejang berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang
demam dan faktor resikonya (sederhana atau kompleks).
Selain pemberian obat-obatan kepada pasien kejang, juga harus dilakukan
upaya-upaya non medis. Upaya tersebut antara lain:
o Semua pakaian ketat dilonggarkan
o Memposisikan kepala pasien agar miring, mencegah aspirasi isi
lambung.
o Mengusahakan jalan napas agar bebas
o Mengawasi secara ketat fungsi vital
2. Pemberian obat pada saat demam
a. Antipiretik
Pemberian dianjurkan, walaupun tidak ditemukan bukti dapat mengurangi
resiko terjadinya kejang demam. Dosis Acetaminofen yang digunakan adalah
10-15mg/kgBB/hari, sedangkan dosis ibuprofen adalah 5-10mg/kgBB/hari.
b. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3mg/kgBB tiap 8jam pada saat demam
menurunkan resiko berulangnya kejang. Begitu pula dengan diazepam rectal
dosis 0,5mg/kgBB tiap 8jam pada suhu >38,5 ºC. Sedangkan fenobarbital
atau fenetoin pada saat demam, tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
3. Pemberian obat rumat
20. 20
Diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan. Untuk menurunkan resiko berulangnya kejang, pemberian
efektif adalah fenobarbital atau asam valproat tiap hari. Denagn diketahuinya
efek samping penggunaan obat terhadap fungsi kognitif dan perilaku pasien,
maka profilaksis diberikan dalam jangka pendek. Sehingga obat pilihan saat
ini adalah asam valproat dengan dosis 15-40mg/kgBB/hari, meskipun dapat
menyebabkan hepatitis.
Indikasi pemberian obat rumat :
- Kejang lama > 5 menit
- Ada kelainan Neurologis sebelum dan sesudah kejang (Hemiparesis,
Cerebral Palsy, Hidrosefalus, dsb).
- Kejang fokal
K. Komplikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak berbahaya karena
bersifat jinak (benigna) dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tapi pada kejang yang
berlangsung lama (> 15 menit) biasanya dapat menimbulkan komplikasi.
Disamping itu, bila ditemukan gejala kerusakan otak setelah kejang demam, maka
biasanya para pakar menganggapnya disebabkan oleh penyebab demam dan
bukan disebabkan oleh kejang itu sendiri. Berikut beberapa contoh kejadian yang
dianngap sebagai komplikasi dari kejang demam, antara lain:
- Epilepsi, menurut penelitian prognosis mencapai 2-4 %. Faktor risiko pada
kelainan neurologis yang jelas sebelum kejang demam pertama, kejang
demam kompleks, dan riwayat epilepsi pada orangtua atau sudara kandung
pasien.neuron otak.
- Apneu
- Hipoksia, meningkatkan permeabilitas kapiler dan mengakibatkan edema
otak dan kerusakan nervus cranialis
- Asidosis laktat (karena meningkatnya metabolisme anaerob)
- Hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
tubuh makin meningkat
22. BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini seorang anak berusia 10 bulan dibawa oarang tuanya ke IGD
RSISA Semarang. Berdasarkan alloanamnesa dengan orangtua penderita, dan
setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan :
Keluhan utama berupa kejang.
Kejangnya berlangsung kurang dari 15 menit. Saat kejang anak tidak
sadar, tangan menggenggam dan kaku berulang- ulang. Kedua mata
melirik ke atas, tidak keluar busa dari mulut. Setelah kejang, anak
langsung menangis.
Sebelum kejang pasien panas semlenget, panas naik turun, tidak
menggigil, tidak kejang, tidak mengigau. Anak batuk dan pilek. Batuknya
tidak berdahak, tidak sering, disertai pilek yang mengeluarkan cairan
bening. Panas dirasakan sudah 2 hari
Sebelumnya anaksering demam tapi tidak sampai kejang. Dan sering
batuk pilek
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
o Umur : 10 bulan
o Berat badan : 8 kg
o Panjang badan : 72 cm
o Suhu badan : 39’C (axilla)
o Nadi : 132 kali/menit, irama regular, isi dan tegangan
cukup, teraba kuat
o Frekuensi nafas : 30 kali/menit
o Hidung : secret (+)
o Tenggorokan : hiperemis (+), T1-T1
23. 23
Berdasarkan hal diatas diagnosa sementara yang dapat ditegakkan adalah
kejang demam simplek. Kejang demam sendiri adalah bangkitan kejang yang
terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38 C) yang disebabkna oleh
suatu proses ekstrakranium. Sedangkan kriteria kejang demam simpleks yaitu :
o Berlangsung singkat, kurang dari 15 menit
o Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal
o Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu badan
yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat,
misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan infeksi
saluran pernafasan lainnya. Disini pasien mengalami ISPA bagian atas, dengan
ditemukannya riwayat sering batuk pilek dan didapatkan faring hiperemis
24. 24
BAB IV
KESIMPULAN
Kejang demam (Febrile Convulsion) adalah kejang pada bayi atau anak-
anak yang terjadi akibat demam, tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat
maupun kelainan saraf lainnya. Seorang anak yang mengalami kejang demam,
tidak berarti dia menderita epilepsi karena epilepsi ditandai dengan kejang
berulang yang tidak dipicu oleh adanya demam. Hampir sebanyak 1 dari setiap 25
anak pernah mengalami kejang demam dan lebih dari sepertiga dari anak-anak
tersebut mengalaminya lebih dari 1 kali. Kejang demam biasanya terjadi pada
anak-anak yang berusia antara 6 bulan-4 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 6
bulan maupun sesudah 3 tahun.
Kejang demam disebabkan karena terjadinya lepas muatan potensial
membran melalui neurotransmitter yang luas akibat perubahan keseimbangan dari
membran sel neuron itu sendiri. Perubahan keseimbangan tersebut diakibatkan
karena adanya kenaikan tertentu suhu tubuh dimana tiap kenaikan 1ºC, akan
meningkatkan metabolisme basal. Telah diketahui bahwa infeksi diluar susunan
saraf pusat (misal: tonsiltis, OMA, bronkitis,dll) merupakan penyebab paling
sering sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi secara cepat.
Diazepam secara oral maupun rektal adalah obat pilihan ketika pasien
kejang. Sedangkan fenobarbital dan asam valproat lebih cenderung digunakan
sebagai obat rumat. Pemberian antipiretik terbukti tidak dapat mencegah
terulangnya kejang, sehingga pemberiannya tidak dianjurkan.
26. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2001, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas Berdasarkan Gejala,
Badan Penerbit Depkes RI, Jakarta
Ganong, W.F., 1995, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 17, EGC, Jakarta
Lumbantobing, S.M.,Prof,DR,Dr, 2002, Kejang Demam (Febrile Convulsions),
FKUI, Jakarta
Price, S.A., Wilson, L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, jilid 1, edisi 4, EGC, Jakarta
Pusponegoro,H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan anak,
edisi 1, Badan Penerbit IDAI, Jakarta
Staf Pengajar IKA, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, jilid 2, edisi 11,
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta
Unit Kerja Koordinasi Nerologi, 2006, Konsensus Penanganan Kejang Demam,
IDAI, Jakarta