Laporan kasus diare pada bayi laki-laki berusia 1 tahun 2 bulan yang dirawat selama 5 hari di RS Palang Biru Gombong karena keluhan BAB cair >10x sehari disertai muntah dan demam. Berdasarkan pemeriksaan didapatkan gejala dehidrasi ringan hingga sedang beserta infeksi tifoid. Pasien diberi terapi infus cairan dan antibiotik serta pulih selama perawatan inap.
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Case Diare Novia.pptx
1. LAPORAN KASUS DIARE
Pembimbing:
dr Ferdinandus Yanuar
Oleh:
dr Novia Anggriani Susantyo
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
RUMAH SAKIT PALANG BIRU GOMBONG
2022/2023
2. IDENTITAS
Nama lengkap : By KAF
Tempat/tanggal lahir : Gombong, 13 Februari 2021
Alamat : Klopogondo, Gombong
Umur : 1 tahun 2 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal masuk RSPB Gombong : Rabu, 4 Mei 2022
2
3. ANAMNESIS
Sabtu, 7 Mei 2022
Keluhan utama : BAB cair 10x
Keluhan tambahan : Muntah serta
demam naik turun
Riwayat Penyakit Sekarang
BAB cair 10x HMRS, ampas (-),
lender (-), darah (-), warna kotoran
kuning kecokelatan.
Muntah setiap makan atau minum
susu tidak mau makan minum.
Demam naik turun.
BAK masih dalam batas normal.
Kejang disangkal.
Sudah berobat perbaikan (-).
3
4. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
1 minggu SMRS, BAB cair 4-5x,
ampas +, warna kekuningan tidak
diberi obat, sembuh sendiri
Riwayat dirawat di RS sebanyak 2
kali karena muntah dan BAB cair
• Usia 2 bulan
• Usia 3 bulan
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang
mengalami keluhan serupa.
Riwayat Pengobatan
Sanmol syr 3x1 sendok takar
4
5. ANAMNESIS
Riwayat Perinatal
Pasien merupakan anak pertama.
Lahir di bidan secara spontan dan
cukup bulan.
BBL 3500 gram dan PBL 48 cm.
Pasien langsung menangis setelah
lahir.
Tidak ada penyulit baik pada saat
kehamilan maupun persalinan.
Riwayat Imunisasi
Setelah lahir : Hbo (+)
Bulan 1 : BCG (+), Polio 1 (+)
Bulan 2 : DPT/Hb 1 (+), Polio 2 (+)
Bulan 3 : DPT/Hb 2 (+), Polio 3 (+)
Bulan 4 : DPT/Hb 3 (+), Polio 4 (+)
Bulan 9 : Campak (+)
5
6. ANAMNESIS
Riwayat Tumbuh Kembang
BB dan TB pasien sesuai dengan
rata-rata anak seusianya
Pasien dapat berdiri sendiri dan
berjalan sambil berpegangan. Pasien
juga sudah mulai berbicara papa,
mama dan kata sederhana
Kesimpulan : Tidak ada gangguan
pertumbuhan atau perkembangan
Riwayat Asupan Nutrisi
0-5 bulan : ASI + susu formula
5 bulan-6 bulan : Susu formula
6 bulan-1 tahun : Susu formula + MP
1 tahun-sekarang : Makanan keluarga
6
7. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Frekuensi nadi : 115x/menit
Frekuensi napas : 22x/menit
Suhu : 37,1oC
Status Generalis
Kepala : Normocephal, ubun-ubun cekung
(-)
Mata : Pupil bulat, isokor, mata cekung -/-
air mata +/+
Hidung : Bentuk normal, sekret hidung -/-
Telinga : Bentuk normal, sekret -/-
Mulut : Sianosis -, mukosa kering, tonsil
T1 – T1 tidak hiperemis
Leher : Pembesaran KGB (-) 7
8. PEMERIKSAAN FISIK
Jantung
I : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
P : Teraba pulsasi ictus cordis di ICS
IV MCL sinistra
P : Batas jantung normal
A: BJ I-II regular, murmur, gallop -
Paru
I : Pergerakan simetris, retraksi -
P: Stem fremitus sama kuat
P: Sonor
A: SNV +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen
I : Tampak perut datar
A : BU + meningkat
P : Timpani
P : Supel, turgor kulit mulai ↓
Anus dan genitalia : Anus kemerahan
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
Kulit : Sianosis -, ikterik –
8
9. 9
Antropometri
Anak laki-laki usia 1 tahun 2 bulan, berat badan 10 kg, tinggi badan 81 cm.
BB/U antara -2 sampai +2 (Gizi baik)
TB/U antara -3 sampai -2 (Pendek)
BB/TB 1 antara -2 sampai +2 (Normal)
12. PEMERIKSAAN PENUNJANG
12
Hematologi 4/5/2022 Nilai Normal
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
12,8
39,2
13.000*
340.000
11-16 g/dL
37-54 %
4.000-10.000/μL
150 – 450.000/μL
Widal 4/5/2022 Nilai Normal
Paratyphi AH
Paratyphi AO
Typhi H
Typhi O
1/100*
1/100*
1/400*
1/200*
NEGATIF
NEGATIF
NEGATIF
NEGATIF
Rapid
Antibody
4/5/2022 Nilai Normal
Antibodi IgM
Antibodi IgG
Non reaktif
Reaktif
NON REAKTIF
NON REAKTIF
13. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
Diagnosis
GEA, dehidrasi ringan sedang
Demam tifoid
Tatalaksana
Infus RL 13 tpm makro
Injeksi ondansentron 1 mg setiap 8
jam
Injeksi paracetamol 100 mg prn
demam
Injeksi ceftriaxone 1x250 mg
Zinc 20 mg 1x1
13
14. FOLLOW UP
14
TANGGAL SOA PLAN
4 MEI 2022 17.00 S : BAB cair 10x, muntah setiap makan dan minum, demam
naik turun
O : CM, TS, Suhu 37,1, Nadi 115x/menit
Mata cekung -/-, air mata +/+
Abdomen : Tampak datar, BU + ↑, turgor kulit mulai ↓
Akral hangat
Anus tampak kemerahan
A : GEA dehidrasi ringan-sedang
a. RL 13 tpm makro
b. Inj. ondansentron 1 mg setiap 8
jam
c. Inj paracetamol 100 mg prn
demam
d. Zinc 1x20 mg
e. Cek darah rutin dan widal
15. 15
TANGGAL SOA PLAN
4 MEI 2022 18.00 S : BAB cair 1x
O : Suhu 36,8, Nadi 110x/menit
Air mata +/+
Kesan lab : leukositosis, widal +
A : GEA dehidrasi ringan-sedang, demam tifoid
a. Terapi dilanjutkan
b. Inj ceftriaxone 250 mg per 24 jam
5 MEI 2022 (H1) S : BAB cair 10x sejak semalam, muntah
O : Suhu 36,2, Nadi 120x/menit
Air mata +/+, Abdomen : BU + ↑, turgor kulit baik
Akral hangat
Anus tampak kemerahan
A : GEA dehidrasi ringan-sedang, demam tifoid
a. Infus RL Kaen 3B + alinamin 14
tpm
b. L-Bio 2x1 sachet
c. Aspar K 1x250 mg
d. Burnazine cream
e. Inj ceftriaxone 300 mg per 12 jam
f. Inj ondansentron 1 mg per 8 jam
g. Zinc + Paracetamol dilanjutkan
16. 16
TANGGAL SOA PLAN
6 MEI 2022 (H2) S : BAB cair 10x berampas, muntah -, batuk berdahak
O : Suhu 36,5, Nadi 120x/menit
Air mata +/+
Thorax : Rhonki +/+ minimal, wheezing -/-
Abdomen : BU + ↑, turgor kulit baik
Anus tampak kemerahan ↓
A : GEA dehidrasi ringan-sedang, demam tifoid
a. Rontgen thorax
b. Terapi dilanjutkan
c. Pulvis dexa + codein 3x1
d. Lasal expectorant 2x1/2 cth
e. Colsan 4x250
f. Nebulizer ventolin flixotide per 12
jam
7 MEI 2022 (H3) S : BAB 4x ampas -, muntah setelah minum obat, batuk ↓
O : Suhu 36,6, Nadi 118x/menit
Air mata +/+
Thorax : Rhonki +/+ minimal,
Abdomen : BU + ↑, turgor kulit baik
Rontgen gambaran bronkiolitis
A : GEA dehidrasi ringan-sedang, cholera like diarrhea,
demam tifoid, bronkiolitis
a. Terapi dilanjutkan
b. Obat minum diberi setelah makan
dan diberi jarak dari nebulizer agar
tidak muntah
c. Bila diare >5x loading infus 100 cc
d. Metronidazol 150 mg lanjut 3x75
mg
17. 17
TANGGAL SOA PLAN
8 MEI 2022 (H4) S : BAB cair 2x ampas +, muntah -, batuk berdahak ↓
O : Suhu 36,3, Nadi 112x/menit
Air mata +/+
Thorax : Rhonki +/+ minimal,
Abdomen : BU +, turgor kulit baik
A : GEA dehidrasi ringan-sedang, cholera like diarrhea,
demam tifoid, bronkiolitis
Terapi dilanjutkan
9 MEI 2022 (H5) S : BAB cair -, muntah -, batuk berdahak ↓, demam -
O : KU CM, anak tampak aktif
Suhu 36,3, Nadi 110x/menit
Air mata +/+
Thorax : Rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : BU +, turgor kulit baik
A : Cholera like diarrhea, demam tifoid, bronkiolitis
a. Boleh pulang
b. Paracetamol syr 3x1 cth prn demam
c. Zinc 1x20 mg
d. L-Bio 2x1 sachet
e. Edukasi control
18. RESUME
Telah diperiksa anak laki-laki usia 1 tahun 2 bulan dengan keluhan BAB cair >10x
HMRS.
Berdasarkan anamnesis :
BAB cair 10x HMRS, ampas (-), lender (-), darah (-), warna kotoran kuning
kecokelatan. Muntah setiap makan atau minum susu, demam naik turun. Anak
menjadi tidak mau makan dan minum.
Berdasarkan pemeriksaan fisik :
KU TSS, compos mentis, nadi 115x, pernapasan 22x, dan suhu 37,1oC dan BU +
meningkat serta turgor kulit mulai menurun. Pemeriksaan lab didapatkan leukositosis
dan widal +. Pasien dirawat selama 5 hari di bangsal. Selama perawatan pasien sempat
mengalami demam dan batuk berdahak, BAB cair mengalami perbaikan di hari ke 4
perawatan. Pasien diperbolehkan pulang pada hari ke 5 perawatan.
18
19. ANALISA KASUS
19
Anamnesis BAB cair 10x
HMRS, ampas (-), lender (-),
darah (-), kuning kecokelatan
Diare Buang air besar
>3x/hari disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lendir dan
darah
Faktor Resiko Tidak
memberikan ASI eksklusif, usia
<2 tahun
Pemeriksaan fisik Suhu 37,1,
Air mata +/+, Mukosa kering +,
Abdomen BU + meningkat,
turgor kulit menurun dehidrasi
ringan-sedang
Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis, Widal +
Tatalaksana : IVFD untuk
rehidrasi, Antibiotik untuk
infeksi (ceftriaxone), Zinc untuk
suplementasi, Obat simtomatis
berupa paracetamol bila demam
dan ondansentron bila muntah
21. “
• IDAI BAB pada bayi atau anak >3 kali/hari +
perubahan konsistensi tinja mejadi cair ± lendir
dan darah <1 minggu.
• American College of Gastroenterology ↑
frekuensi BAB atau perubahan konsistensi tinja
yang berbeda dari biasanya. Akut, <3 minggu,
kronik bila >3 minggu.
21
23. 23
Dunia WHO 1,7 miliar kasus/tahun. 2019
370.000 anak meninggal akibat diare.
2016, Global Burden of Disease Asia
Tenggara 91.013.337 kasus diare pada
balita, dengan kematian sebanyak 13.027
kasus.
Indonesia 2020 3.953.716
Jawa Tengah 438.814 kasus.
Kebumen
2019
74 kasus.
• 780 juta kesulitan air bersih
• 2,5 milyar tinggal di lingkungan
dengan sanitasi yang kurang.
• Negara dengan penghasilan
menengah ke bawah anak <3
tahun mengalami tiga episode
diare setiap tahunnya.
24. FAKTOR RISIKO
24
Tidak memberikan ASI eksklusif
Kurangnya air bersih
Pencemaran air oleh tinja
Kurangnya sarana kebersihan
(MCK)
Faktor internal gizi buruk,
imunodefisiensi, faktor genetik
25. Faktor ASI
• Kolostrum protein globulin
yang mengandung antibodi
• ASI transisi
• ASI matang faktor antimikro-
ba, enzim, protein serta faktor
resistensi terhadap stafilokokus
dan faktor Bifidus.
25
26. Faktor Usia
• 2 tahun pertama
kehidupan.
• Insidensi tertinggi
pada umur 6 – 11
bulan saat diberi
MPASI.
Infeksi Asimtomatik
• Proporsi ↑ setelah
umur 2 tahun
pembentukan imu-
nitas aktif.
Faktor Musim
• Di daerah tropik
diare rotavirus ter-
jadi sepanjang ta-
hun
• Diare bakteri ↑
pada musim hujan.
26
27. ETIOLOGI
27
Non infeksi kesulitan
makan, defek anatomis,
malabsorpsi, keracunan
makanan, neoplasma dan
alergi susu sapi.
30. 30
Virus menghancurkan sel-sel
ujung-ujung villus pada usus
halus
Fungsi absorbsi usus halus
terganggu
Sel-sel epitel usus halus yang
rusak diganti oleh enterosit
yang baru fungsinya
belum baik
Cairan dan makanan yang
tidak terserap ↑ tekanan
osmotik usus
Hiperperistaltik usus Diare osmotik.
31. 31
Gangguan absorpsi atau diare
osmotik ↓ fungsi absorpsi
(atrofi vili) atau ada bahan yang
tidak diserap
Bahan bersifat hipertonis
hiperosmolaritas
Perbedaan tekanan osmotik
antara lumen usus dan darah
air akan masuk ke arah lumen
jejunum.
Na akan mengikuti masuk ke
dalam lumen , cairan
intraluminal ↑ dengan kadar Na
yang normal.
Sebagian kecil cairan akan
direabsorpsi, akan tetapi lainnya
tetap tinggal di lumen karena ada
bahan yang tidak dapat diserap
dan melebihi kemampuan
absorpsi kolon diare.
Cairan hipertonis dalam jumlah
besar dan cepat memperberat
diare.
32. 32
Gangguan sekresi atau diare
sekretorik hiperplasia
kripta dapat menyebabkan
sekresi intestinal dan diare.
Luminal secretagogues
stimulasi sekresi lumen
(enterotoksin bakteri dan
bahan kimia)
Peningkatan konsentrasi
intrasel cAMP, cGMP atau
Ca++ mengaktifkan
protein kinase perubahan
saluran ion Cl- di kripta
keluar.
Peningkatan pompa natrium
masuk kedalam lumen
usus bersama Cl-.
Blood-Borne secretagogues
enterotoksin E. coli atau
kolera mukosa rusak
sekresi berlebihan pada
kripta dan gangguan absorpsi
pada vilus.
33. 33
Diare akibat gangguan
peristaltik
• ↓ motilitas bakteri
tumbuh diare.
• Hiperperistaltik di-
are tipe watery
Diare inflamasi
• Kehilangan sel epitel
dan kerusakan tight
junction air, elek-
trolit, mukus, protein
dan sel darah merah
dan sel darah putih
menumpuk dalam lu-
men.
Diare terkait imunologi
• Reaksi tipe I antara
sel mast dengan IgE
dan alergen makanan.
• Reaksi tipe III pada
penyakit gastroentero-
pati.
• Reaksi tipe IV pada
Coeliac disease.
35. 35
Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Demam + ++ ++ - ++ -
Mual muntah Sering Jarang Sering + - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus
kramp
Tenesmus
kolik
- Tenesmus
kramp
Kramp
Nyeri kepala - + + - - -
Lama sakit 5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
Volume tinja Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
36. 36
Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus
menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - ± Kadang - + -
Bau Langu - Busuk - - Amis
Warna Kuning-hijau Merah-hijau Kehijauan Tak berwarna Merah-hijau Cucian beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain Anoreksia Kejang Sepsis Meteorismus Infeksi
sistemik
37. 37
Strain E coli Lokasi Gejala Patogenesis
Enterotoksigenik Usus halus Watery, kram, mual, demam
ringan
Travelers diarrhea
Toksin ↑ cAMP, cGMP
diare
Enteroagregatif Usus halus Persisten
Darah ±
Demam
Pengikatan kuat ke mukosa
mencegah absorpsi
Enteropatogenik Usus halus Watery
Demam
Mual muntah
Darah –
Mukus +
Mengikat dan me-rusak sel
epitelial
Enteroinvasif Usus besar Demam, keram
Watery diarrhea disentri
(darah +)
Invasi dan merusak sel epithelial
kolon
Enterohemoragik Usus besar Kram hebat
Watery gross bloody
Demam ±
Sitotoksik shiga toxin
38. 38
Dehidrasi menurut tonisitas plasma
dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik
atau dehidrasi hipotonik.
Menurut derajat dehidrasinya bisa
tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan,
dehidrasi sedang atau dehidrasi berat.
Dehidrasi isotonik
Konsentrasi natrium serum normal (130-150
mmol/l)
Osmolalitas serum normal (275-295 mOsmol/l)
Rasa haus, penurunan turgor kulit, takikardia,
membran mukosa kering, mata cekung, kurang air
mata, fontanel anterior cekung pada bayi, dan
oliguria
Dehidrasi hipotonik (hiponatremik)
Konsentrasi natrium serum rendah (<130 mmol/l)
Osmolalitas serum rendah (<275 mOsmol/l)
Anak lesu, kejang (jarang).
39. 39
Dehidrasi hipertonik (hipernatremik)
Konsentrasi natrium serum meningkat
(>150 mmol/l)
Osmolalitas serum meningkat (>295
mOsmol/l)
Rasa haus yang parah dan tidak
sebanding dengan tingkat dehidrasi yang
terlihat, anak irritable, kejang dapat
terjadi, terutama bila konsentrasi
natrium serum melebihi 165 mmol/l.
Asidosis metabolik
Konsentrasi bikarbonat berkurang - mungkin <10
mmol/l
pH mungkin <7,10
Pernapasan dalam dan cepat, peningkatan muntah.
Deplesi kalium
Kelemahan otot, aritmia, ileus paralitik.
41. 41
ANAMNESIS Diare : lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja,
warna, bau, ada/tidak lendir dan darah.
Muntah : volume dan frekuensinya.
BAK : biasa, ↓, atau tidak kencing dalam 6 – 8 jam.
Makanan dan minuman yang diberikan selama diare.
Demam atau penyakit lain yang menyertai
Tindakan yang telah dilakukan
Riwayat imunisasi
PEMERIKSAAN FISIK Periksa BB, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta tekanan darah.
Tanda dehidrasi : kesadaran, rasa haus dan turgor kulit
abdomen, ubun-ubun cekung/tidak, mata cowong/tidak, ada
atau tidak adanya air mata, mukosa mulut kering atau basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam asidosis.
BU yang lemah atau tidak hipokalemi.
42. 42
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap, kultur urine dan
tinja, serum elektrolit, analisa gas
darah, glukosa darah, kultur dan tes
kepekaan terhadap antibiotik.
44. 44
Rehidrasi dengan oralit baru
↓ kebutuhan suplementasi IV dan ↓
pengeluaran tinja hingga 20% serta
kejadian muntah hingga 30%.
ORALIT LAMA ORALIT BARU
NaCl 3,5 g NaCl 2,6 g
NaHCO3 2,5 g Natrium Citrate 2,9 g
KCl 1,5 g KCl 1,5 g
Glukosa 20 g Glukosa 13,5 g
Na 90 mEq, K 20 mEq, HCO3 30
mEq, Cl 80 mEq, Glukosa 111 mEq
Na 75 mEq, K 20 mEq, Citrate 10
mEq, Cl 65 mEq, Glukosa 75 mEq
Osmolalitas 331 mmol/l Osmolalitas 245 mmol/l
A
<1 tahun 50-100 ml setiap kali BAB
>1 tahun 100-200 ml setiap kali BAB
B
75 ml x BB anak atau
Sampai 4 bulan (<6kg) 200-400 ml
4 -12 bulan (6-10 kg) 400-700 ml
12-24 bulan (10-12 kg) 700 -900 ml
2-5 tahun (12-19 kg) 900-1400 ml
45. 45
Dosis zinc
<6 bulan 10 mg (1/2 tablet)
per hari
>6 bulan 20 mg (1 tablet) per
hari
ASI dan makanan tetap
diteruskan mencegah
kehilangan BB serta
pengganti nutrisi yang hilang
Antibiotik jangan diberikan
kecuali ada indikasi
Nasihat untuk kembali segera
jika demam, tinja berdarah
berulang, makan atau minum
sedikit, sangat haus, diare
makin sering, atau belum
membaik dalam 3 hari.
46. 46
Terapi non spesifik dengan
antidiare tidak direkomen-
dasikan
• Adsorben
• Antimotilitas
• Bismuth subsalicylate
• Obat-obat lain cardiac
stimulant, tidak pernah
diindikasikan.
47. 47
RENCANA TERAPI A
Diare tanpa dehidrasi bila terdapat 2 tanda atau lebih : KU baik, sadar, mata tidak cekung, minum biasa, tidak haus, turgor kembali
cepat
Berikan cairan untuk mencegah dehidrasi
• 10 ml/kgBB atau usia <1 tahun adalah 50–100 ml, 1–5 tahun adalah 100–200 ml, 5–12 tahun adalah 200–300 ml dan dewasa
adalah 300–400 ml setiap BAB.
• Beri oralit sampai diare berhenti bila muntah hentikan selama 10 menit kemudian mulai lagi 1 sendok setiap 2 – 3 menit.
Beri Zinc 10 hari
ASI dan makanan yang biasa dimakan tetap harus diberikan
• Sedikit-sedikit tetapi sering (lebih kurang 6 kali sehari)
• Makanan yang merangsang (pedas, asam, terlalu banyak lemak) jangan diberikan.
• Beri makanan kaya kalium seperti pisang, air kelapa hijau.
• Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu
Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi
Nasihati ibu/pengasuh untuk kembali bila ada perburukan
48. 48
RENCANA TERAPI B
Diare dehidrasi ringan sedang bila terdapat 2 tanda atau lebih : Gelisah, rewel, mata cekung, ingin minum
terus, haus, turgor kembali agak lambat
Berikan cairan untuk mencegah dehidrasi
• Di sarana kesehatan oralit 3 jam pertama 75 cc/kgBB evaluasi (lanjut terapi A, B atau C)
• Bila mata bengkak hentikan oralit, ganti ASI atau air matang evaluasi bila sudah tidak bengkak
oralit terapi A
Beri Zinc 10 hari
ASI dan makanan yang biasa dimakan tetap harus diberikan
• Bujuk ibu untuk meneruskan ASI.
• Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini.
• Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit
Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi
Nasihati ibu/pengasuh untuk kembali bila ada perburukan
49. 49
RENCANA TERAPI C
Diare dehidrasi berat bila terdapat 2 tanda atau lebih : Lesu, lunglai, tidak sadar, mata cekung, malas minum, turgor kulit
kembali sangat lambat
Apakah bisa
memberi cairan
IV?
Y
N
• Ringer Laktat atau NaCl 0,9% 100 ml/kg BB
• <1 tahun 1 jam pertama 30 cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70
cc/kgBB.
• >1 tahun ½ jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan 2 ½ jam berikutnya 70
cc/kgBB.
• Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
• Nilai kembali tiap 15-30 menit nadi belum teraba beri tetesan lebih
cepat.
• Oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum (setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-
2 jam (anak))
• Berikan obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
• Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi pilih
rencana terapi.
50. 50
RENCANA TERAPI C
Ada terapi
terdekat? (30
menit)
Y
N
• Rujuk penderita untuk terapi Intravena.
• Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara memberikannya
selama di perjalanan.
Apakah dapat
memakai
OGT/NGT?
Y
N
• Mulai rehidrasi dengan oralit melalui NGT/OGT.
• Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
• Nilai setiap 1-2 jam
• Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.
• Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi Intravena.
• Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi.
51. 51
RENCANA TERAPI C
Apakah bisa
minum?
Y
N
• Mulai rehidrasi dengan oralit melalui mulut.
• Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
• Nilai setiap 1-2 jam:
• Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.
• Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk untuk terapi Intravena.
• Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai.
Segera rujuk
53. Gangguan Elektrolit
Hipernatremia
• Na >150 mmol/L
• Koreksi cairan 0,45% saline
atau 5% dextrose selama 8 jam
evaluasi normal
rumatan, bila tidak, lanjutkan 8
jam lagi dan evaluasi.
• Rumatan 0,18% saline atau
5% dektrosa, selama 24 jam.
• Tambahkan 10 mmol KCl pada
setiap 500 ml cairan infus.
Hiponatremia
• Na< 130 mol/L
• Oralit aman dan efektif untuk
terapi
• Koreksi Na ΔNa x 0,6 x BB
separuh diberikan dalam 8
jam, sisanya diberikan dalam 16
jam.
• Peningkatan serum Na tidak
boleh melebihi 2 mEq/L/jam.
53
54. Gangguan Elektrolit
Hiperkalemia
• K >5 mEq/L
• Koreksi Ca glukonas 10%
0,5–1 ml/kgBB IV pelan dalam
5–10 menit dengan monitor
detak jantung.
Hipokalemia
• K <3.5 mEq/L
• 2,5–3,5 mEq/L PO 75 mcg/kg/hr
dibagi 3 dosis
• <2,5 mEq/L IV drip dalam 4
jam.
• (3,5 - kadar K x BB x 0,4 + 2
mEq/kgBB/24 jam) diberikan
dalam 4 jam 20 jam
berikutnya (3,5 - kadar K x BB x
0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB).
54
55. Komplikasi Lain
Kegagalan Upaya Rehidrasi Oral
• Akibat muntah hebat, tidak
dapat minum, kembung dan
ileus paralitik.
• Berikan cairan IV.
Kejang
• Karena hipoglikemi, hiperpirek-
sia, hipernatremi atau hipona-
tremi.
55
57. PROGNOSIS
57
• Manajemen yang tepat sangat baik.
• 2005-2007 1087 kematian bayi terkait diare dilaporkan dengan 86% terjadi
di antara bayi dengan BBLR (<2500 g) . Faktor risiko termasuk jenis kelamin
laki-laki, ras kulit hitam, dan skor Apgar 5 menit yang rendah (<7).
• Kematian disebabkan oleh dehidrasi dan malnutrisi sekunder.
• Angka kematian lebih rendah di negara maju, daripada di negara tanpa
perawatan medis yang memadai.
59. DAFTAR PUSTAKA
1. Subagjo B, Nurtjahjo BS. Diare Akut Dalam : Buku Ajar Pediatrik. IDAI.
2. American College of Gastroenterology. Diarrhea in Children. [Internet]. [2012; 25 Mei 2022]. Tersedia dari :
https://gi.org/topics/diarrhea-in-children/
3. WHO. Diarrhoea. [Internet]. [25 Mei 2022]. Tersedia dari : https://www.who.int/health-topics/diarrhoea
4. GBD 2016 Diarrhoeal Disease Collaborators. Estimates of the global, regional, and national morbidity, mortality, and
aetiologies of diarrhoea in 195 countries: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2016. 19
September 2018 [26 Mei 2022]
5. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020. Jakarta: Kemenkes RI. 2021
6. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Buku Saku Kesehatan tahun 2019. Semarang: Dinkes Provinsi Jawa Tengah.
2020
7. Hesperian Health Guides. [Internet]. [2017; 26 Mei 2022]. Tersedia dari : Figure 16.7 Diarrhoea prevention: breaking
the ‘4F cycle’. | Oxford Medicine Online
8. Tampubolon CH, Ronny, Florentina R. Differences in the Incidence of Diarrhoea in Children Aged 6-24 Months Who
Receive Exclusive and Non-Exclusive Breastfeeding. Int. J. Health. Sci. 10 Oktober 2021; 11(10). 381-2 59
60. 9. Begum M, MN Absar. Diarrhea in Breastfed versus Formulafed Baby: A Hospital Based Study in 150 Children. J.
Bangladesh Coll. Phys. Surg. Januari 2016; 34(1). 22-4
10. Marcdante KJ, Robert MK. Nelson Essentials of Pediatrics. Edisi 8. Philadelphia: Elsevier. 2019
11. WHO. Readings on Diarrhoea Student Manual. 1992. 17-21
12. Enterobacteriaceae. [Internet]. [18 Februari 2015; 26 Mei 2022]. Tersedia dari : Enterobacteriaceae | Clinical Gate
13. Depkes RI. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Depkes RI. 2011
14. Bruzzese, Eugenia & Giannattasio, Antonietta & Guarino, Alfredo. Antibiotic treatment of acute gastroenteritis in
children. F1000Research. 2018
15. Guandalini S. Diarrhea. [Internet]. [31 Januari 2020; 26 Mei 2022]. Tersedia dari : Diarrhea Follow-up: Further
Outpatient Care, Further Inpatient Care, Deterrence/Prevention (medscape.com)
16. WHO. Guidelines for The Management of Typhoid Fever. WHO. 2011
17. Depkes RI. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta : Depkes RI. 2006.
18. Salwan H, Agus F, Aswhita B, Badirul H, Muzal K, Fatima SA. Gambaran Kadar Natrium dan Kalium Plasma
Berdasarkan Status Nutrisi Sebelum dan Sesudah Rehidrasi pada Kasus Diare yang Dirawat Di Departemen IKA
RSCM. Sari Pediatri. 9(6). 2008.
60
Editor's Notes
Antibodi terhadap bakteri dan virus, makrofag dan limfosit tipe-T
Lisozim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amilase, fosfodiesterase, alkali fosfatase
Laktoferin, protein pengikat B12
Laktoferin bersifat bakteriostatik kuat terhadap Escherichia coli dan menghambat Candida albicans.
Lactobacillus Bifidus adalah koloni bakteri yang memetabolisme laktosa menjadi asam laktat, sehingga pH menjadi rendah dan pertumbuhan bakteri patogen dapat dihambat.
Imunoglobulin memberikan mekanisme pertahanan yang efektif terhadap bakteri dan virus (terutama IgA) dan, ketika dikombinasikan dengan komplemen dan lisozim, merupakan antibakteri langsung terhadap E. coli.
Penelitian serangan pertama diare dapat terjadi pada semua anak, baik dengan ASI eksklusif, susu formula ataupun yang mengonsumsi kombinasi keduanya.
Serangan kedua atau lebih diare terjadi lebih banyak pada anak yang mengonsumsi susu formula ataupun kombinasi.
Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak.
Pada infeksi asimtomatik, tinja penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius karier. Terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Diare non inflammatory produksi enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan / atau translokasi dari bakteri.
Diare inflammatory disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin.
Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi.
Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.
Mg, glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa di segmen ileum.
Bahan-bahan seperti karbohidrat dari jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan, akan memberikan dampak yang sama.
Insufisiensi eksokrin pankreas. maldigesti protein, karbohidrat, dan trigliserid.
Gangguan atau kegagalan ekskresi pankreas menyebabkan kegagalan pemecahan kompleks protein, karbohidrat, trigliserid, selanjutnya menyebabkan maldigesti, malabsorpsi dan akhirnya menyebabkan diare osmotik.
Clostridium difficile menginduksi kerusakan cytoskeleton maupun protein
Bacteroides fragilis degradasi proteolitik protein tight junction
Vibrio cholera mempengaruhi distribusi protein tight junction
EPEC akumulasi protein cytoskeleton.
Tipe I, alergen yang masuk tubuh menimbulkan respon imun dengan dibentuknya IgE yang selanjutnya akan diikat oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mast dan basofil. Bila terjadi aktivasi akibat pajanan berulang dengan antigen yang spesifik, sel mast akan melepaskan mediator seperti histamin, ECF-A, PAF, SRA-A dan prostaglandin.
Tipe III terjadi reaksi komplek antigen-antibodi dalam jaringan atau pembuluh darah yang mengaktifkan komplemen. Komplemen yang diaktifkan kemudian melepaskan Macrophage Chemotactic Factor yang akan merangsang sel mast dan basofil melepas berbagai mediator.
Tipe IV terjadi respon imun seluler, disini tidak terdapat peran antibodi. Antigen dari luar dipresentasikan sel APC (Antigen Presenting Cell) ke sel Th1 yang MHC-II dependen. Terjadi pelepasan berbagai sitokin seperti MIF, MAF dan IFN-γ oleh Th1. Sitokin tersebut akan mengaktifasi makrofag dan menimbulkan kerusakan jaringan.
Berbagai mediator diatas akan menyebabkan luas permukaan mukosa berkurang akibat kerusakan jaringan, merangsang sekresi klorida diikuti oleh natrium dan air.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.
Kehilangan air dan elektrolit bertambah bila ada muntah dan demam dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan syok hipovolemia, hingga kematian bila tidak diobati dengan tepat.
Demam proses peradangan atau akibat dehidrasi.
Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rektum menunjukkan terkenanya usus besar.
Mual dan muntah adalah simptom yang non spesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas.
Selama diare, sejumlah besar bikarbonat mungkin hilang dalam tinja.
Jika ginjal terus berfungsi secara normal, banyak bikarbonat yang hilang digantikan oleh ginjal dan defisit basa yang serius tidak terjadi.
Namun, mekanisme kompensasi ini gagal ketika fungsi ginjal memburuk, seperti yang terjadi ketika aliran darah ginjal yang buruk akibat hipovolemia.
Pasien dengan diare sering mengalami deplesi kalium karena kehilangan ion ini melalui feses.
Banyak terjadi pada bayi dan bisa sangat berbahaya pada anak-anak yang kekurangan gizi, yang seringkali kekurangan kalium bahkan sebelum diare dimulai.
Ketika kalium dan bikarbonat hilang bersama-sama, hipokalemia biasanya tidak terjadi. Hal ini karena hilangnya bikarbonat menyebabkan kalium berpindah dari CIS ke CES sebagai ganti ion hidrogen, sehingga menjaga kadar kalium serum dalam kisaran normal atau bahkan meningkat.
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar saluran gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mukus infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti : E. histolytica, E. coli dan T. trichiura.
Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E. Histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja.
Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin seperti Shigella dan Salmonella.
Oralit formula lama KLB diare di Asia Selatan disentri, berkurangnya lebih banyak elektrolit tubuh, terutama natrium.
Diare saat ini virus tidak menyebabkan kekurangan elektrolit seberat pada disentri.
Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas plasma kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia.
Zinc pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan
Dapat meningkatkan aborpsi air dan elektrolit oleh usus halus
Dapat meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus
Dapat meningkatkan respon imun mempercepat pembersihan patogen dari usus.
Anak kecil larutkan dengan air atau ASI, anak lebih besar bisa dikunyah
Pemberian antibiotik yang tidak rasional memperpanjang lamanya diare karena mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu.
Resistensi terhadap antibiotik terjadi melalui inaktivasi obat melalui degradasi enzimatik oleh bakteri, perubahan struktur bakteri yang menjadi target antibiotik dan perubahan permeabilitas membran terhadap antibiotik.
Rentang nilai volume cairan ini adalah perkiraan, volume yang sesungguhnya diberikan ditentukan dengan menilai rasa haus penderita dan memantau tanda-tanda dehidrasi.
Bila penderita masih haus dan masih ingin minum harus diberi lagi. Sebaliknya bila dengan volume diatas kelopak mata menjadi bengkak, pemberian oralit harus dihentikan sementara dan diberikan minum air putih atau air tawar.
Apabila oleh karena sesuatu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan secara per-oral, oralit dapat diberikan melalui nasogastrik dengan volume yang sama dengan kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak.
Hipokalemi dapat menyebabkan kelemahan otot, ileus paralitik, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung.