SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Get Homework/Assignment
Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malnutrisi energi protein (MEP) merupakan salah satu dari empat masalah
gizi utama di Indonesia. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah umur
lima tahun (balita) serta pada ibu hamil dan menyusui. Berdasarkan Riskesdas
2007, 13% balita menderita gizi kurang dan 5,4% balita menderita gizi buruk.
Pada Risdesdas 2010, 13% balita menderita gizi kurang sedangkan angka gizi
buruk turun menjadi 4,9%.
. Berdasarkan lama dan beratnya kekurangan energi protein, MEP
diklasifikasikan menjadi MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang) dan MEP
derajat berat (gizi buruk). Gizi kurang belum menunjukkan gejala klinis yang
khas, hanya dijumpai gangguan pertumbuhan dan anak tampak kurus. Pada gizi
buruk, di samping gejala klinis didapatkan kelainan biokimia sesuai dengan
bentuk klinis. Pada gizi buruk didapatkan 3 bentuk klinis yaitu kwashiorkor,
1
marasmus, dan marasmik kwashiorkor, walaupun demikian penatalaksanaannya
sama.
Kwashiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi
protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat. Penyebab terjadinya
kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlangsung kronis.
Anak penderita kwashiorkor secara umum mempunyai ciri-ciri pucat, kurus, atrofi
pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites
. Pentingnya memperhatikan asupan makanan bagi anak harus disadari oleh
semua orang tua agar tidak terjadi defisit kronis yang menyebabkan kwashiorkor.
Di sisi lain orang tua tidak semua paham akan nutrisi yang diperlukan bagi
pertumbuhan anak. Orang tua juga perlu mengetahui ciri-ciri bila anak menderita
kwashorkor dan memerlukan tindakan kuratif.
Di seluruh dunia, diperkirakan terdapat 825 juta orang yang
menderita gizi buruk pada tahun 2000 – 2002, dengan 815 juta orang yang
hidup di negara berkembang. Berdasarkan perkembangan masalah gizi,
pada tahun 2005 diperkirakan sekitar 5 juta anak menderita gizi kurang
(berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Dari
anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita
gizi buruk tingkat berat yang disebut marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-
kwashiorkor, yang memerlukan perawatan kesehatan yang intensif di
Puskesmas dan Rumah Sakit. Masalah gizi kurang dan gizi buruk terjadi
hampir di semua Kabupaten dan Kota. Pada saat ini masih terdapat 110
Kabupaten/Kota dari 440 Kabupaten/Kota di Indonesia yang
mempunyai prevalensi di atas 30% (berat badan menurut umur).
Menurut WHO keadaan ini masih tergolong sangat tinggi. Berdasarkan
hasil surveilans dinas Kesehatan Propinsi dari bulan Januari sampai dengan
bulan Desember 2005, total kasus gizi buruk sebanyak 76.178 balita.
Untuk Provinsi Sumatera Selatan, berdasarkan riskesdas 2010,
angka kejadian gizi kurang pada balita sebesar 14.4% dan buruk sebanyak 5.5%
dengan indikator berat badan per umur. Sebagai perbandingan berdasarkan
laporan yang ada dalam profil kesehatan Kota Palembang tahun 2007
2
dijelaskan bahwa angka gizi buruk tahun 2007 adalah 1,4% menurun
bila dibanding tahun 2006 yaitu 2,21%, angka KEP total tahun 2007
adalah 15% meningkat dibanding tahun 2006 yaitu 12,9%, sedangkan
gizi lebih tahun 2007 adalah 2,8% menurun dibanding dengan tahun
2006 yaitu 4% dan balita yang gizi baik tahun 2007 adalah 82,12% bila
dibanding tahun 2006 terdapat penurunan dimana tahun 2006 berjumlah
84%. Pada tahun 2008 dari 144 ribu balita dikota Palembang,
400 diantaranya mengalami kurang gizi atau berada dibawah garis
merah dalam kartu menuju sehat hasil pemantauan di 889 posyandu
aktif. H a l t e r s e b u t menunjukkan bahwa untuk Kota Palembang, angka
kurang gizi pada balita juga masih tegolong tinggi. Pada tahun 2010, angka
kejadian gizi buruk berjumlah 24 kasus dengan prevalensi gizi buruk tertinggi
terjadi di wilayah Kecamatan Seberang Ulu 1 sejumlah 8 kasus (33,3%). Angka
kejadian gizi kurang berjumlah 876 kasus, dengan prevalensi gizi kurang tertinggi
terjadi di wilayah Kecamatan Ilir Timur 1 sebanyak 143 kasus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identitas Pasien
Nama : RY
Usia : 2 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM : 096266
Tanggal masuk : 27-06-2013
Alamat : Desa aur standing kec.pemulutan OI
2.2 Anamnesis
Keluhan utama : Demam
Keluhan tambahan : Badan tampak kurus
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:
3
+ 1 minggu SMRS, Os mengeluh demam. Demam naik turun. Demam
dirasakan terutama sore hari, kejang (-). Mual munta (-), batuk (+), BAB
(+) cair dengan frekuensi 2x sehari, lendir (-), darah (-). Sejak bayi hingga
sekarang Os hanya makan ASI tanpa makanan pendamping lainnya.
+ 3 bulan yang lalu Os mengalami demam disertai kejang. Kejang hanya
terjadi satu kali dan tidak berulang sampai sekarang, riwayat keluarga
yang kejang (+) ada. Sejak demam tinggi dan kejang Os mengalami
penurunan berat badan, batuk (+) berdahak. Riwayat TB tidak ditemukan.
SMRS Os merasa keluhan tidak berkurang dan Os memutuskan untuk
datang berobat ke poli anak dan dianjurkan untuk dirawat.
Riwayat Penyakit Terdahulu:
Os mengalami kejang demam sederhana saat + 3 bulan yang lalu dan di
obati oleh orang pintar/dukun.
Riwayat Penyakit keluarga:
Riwayat kejang dalam keluarga (+) ada.
Riwayat Pengobatan:
Pernah berobat ke bidan di berikan obat penurun panas dan batuk. Dan
pernah berobat ke orang pintar/dukun untuk menghilangkan demam
disertai kejang.
Riwayat Kelahiran
Lahir dari ibu G1P1A0, cukup bulan, lahir dengan SC a/i KPSW (+) 10
jam, BBL = 2800 gram. Bayi tidak langsung menangis dan dirawat di RS
selama 2 minggu.
Riwayat Makan
Hanya makan ASI tanpa makanan pendamping lainnya dari usia 0 bulan
sampai sekarang.
4
Riwayat Perkembangan Fisik
• Bicara tidak dapat di mengerti : 7 bulan
• Tengkurap : 9 bulan
• Merangkak : belum bisa
• Duduk : belum bisa
• Berdiri : belum bisa
• Berjalan : belum bisa
Kesan : Gangguan tumbuh kembang.
Riwayat Imunisasi
• BCG : 1 kali
• DPT : 1 kali
• Polio : 1 kali
• Hepatitis B : 1 kali
• Campak : 0 kali
Kesan: status imunisasi dasar penderita tidak lengkap karena ibu Os
mengatakan Os selalu demam.
Riwayat Sosial Ekonomi
• Penderita adalah anak pertama dari Tn. M yang bekerja sebagai petani
dan Ny. W sebagai ibu rumah tangga. Secara ekonomi, keluarga penderita
tergolong kurang.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Kesan Umum : Tampak sakit sedang
Sensorium : Compos mentis
Tanda Utama
• Tekanan Darah : 90/70 mmHg
5
• Nadi : 98x/menit reguler, isi dan tegangan cukup.
• Pernapasan : 28x/menit
• Suhu : 36,2°C
Status Gizi
• Berat Badan : 6,6 Kg
• Tinggi Badan : 75,5 cm
• Kesimpulan status gizi : Buruk
Keadaan spesifik
• Kepala : Normocephali, rambut hitam, dan tidak
mudah dicabut
• Wajah : Simetris, sianosis (-), pucat (-)
• Mata : Oedem Palpebra (-), anemis (-), sklera
ikterik (-)
• Telinga : Refleks Cahaya (+) membran Tympani
(utuh), Sekret (-)
• Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-), Napas
cuping hidung(-)
• Mulut : Bibir kering (-), thifoid tounge (-), sianosis
(-), tonsil T1/T1 tenang , hiperemis (-), Detritus (-), crypta (-)
• Leher : Perbesaran KGB (-), Kelenjar Tiroid tidak
teraba membesar, Peningkatan JVP (-)
• Thoraks :
Paru-paru
• Inspeksi : Gerak napas kedua hemithoraks simetris, Retraksi
sela iga (-)
• Palpasi : Vocal fremitus sama kiri dan kanan
6
• Perkusi : Sonor kiri dan kanan
• Auskultasi : Vesikuler (+) normal, Wheezing (-/-), Rochi (-/-)
Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Thrill tidak teraba
• Perkusi : Batas jantung kiri pada 1 cm medial garis mid
klavikula sinistra ICS 5 Batas jantung kanan pada garis sterna dextra ICS 4
• Auskultasi : HR: 98x/menit ,S1-S2 regular, murmur (-), gallop
(-)
• Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Palpasi : Lemas, Nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba
• Perkusi : Tympani
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Ekstremitas
• Atas : akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT< 2 detik
• Bawah : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT<2 detik
• Status neurologikus
Fungsi motorik
Pemeriksaan
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
7
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus (-) (-)
Refleks fisiologis (+)
normal
(+)
normal
(+)
normal
(+)
normal
Refleks patologis (-) (-) (-) (-)
Fungsi sensorik : dalam batas normal
Nn. Cranialis : dalam batas normal
GRM : tidak ada
• Tanda klinis gizi buruk
1. Tampak sangat kurus
2. Paha dan pantat keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit
(baggy pants)
3. Piano sign
4. Disertai penyakit infeksi (GE R-S)
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 8,7gr/dl
Leukosit : 13.200 /ul
Trombosit : 864.000
Ht : 29
Hitung Jenis : 0/1/1/65/30/3
Urinalisis :
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Hitung jenis : 1,010
Ph : 6,5
Glukosa : negatif
Bilirubin : negatif
Keton : negatif
Darah/Hb : negatif
8
Protein : negatif
Urobilinogen : 1+
Nitrit : negatif
Leukosit : negatif
Sedimen :
Leukosit : 1-2 Sel epitel : positif
Eritrosit : 0-1 Kristal : negatif
Silinder : negatif Bakteri : negatif
2.5 Diagnosis
Kwashiorkor kondisi III
2.6 Tatalaksana
1. Vit. B komplek
2. Vit C
3. Foris drop 0,6 ml
4. Nistatin drop 1 cc
5. Diet fivo 130 cc
6. F 100 6×130 cc
7. Domperidone 1 tab
8. Injeksi amikasin 80 mg
9. Makanan lumat dan sari buah→540 kkal
2.7 Follow up
Tanggal 15/7/2013
Pukul 07.00 WIB
S/ Nafsu makan kurang, badan kurus, atropi otot, bagging pants (+), iga
gambang (+)
O/ Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Sensorium : Compos Mentis
Vital Sign
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 98x/menit, reguler, isi tegangan cukup
9
RR : 28 x/menit
Temp : 36,3°C
A/ Kwashiorkor kondisi III
T/
1. Vit. B komplek
2. Vit C
3. Foris drop 0,6 ml
4. Nistatin drop 1 cc
5. Diet fivo 130 cc
6. F 100 6×130 cc
7. Domperidone 1 tab
Tanggal 16/7/2013
Pukul 07.00 WIB
S/ Nafsu makan kurang, badan kurus, atropi otot, bagging pants (+), iga
gambang (+)
O/ Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Sensorium : Compos Mentis
Vital Sign
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 90x/menit, reguler, isi tegangan cukup
RR : 36 x/menit
Temp : 36,2°C
A/ Kwashiorkos kondisi III
T/
1. Vit. B komplek
2. Vit C
3. Foris drop 0,6 ml
4. Nistatin drop 1 cc
5. Diet fivo 130 cc
6. F 100 6×130 cc
10
7. Domperidone 1 tab
8. Injeksi amikasin 80 mg
Tanggal 17/7/2013
Pukul 07.00 WIB
S/ Nafsu makan kurang, badan kurus, atropi otot, bagging pants (+), iga
gambang (+)
O/ Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Sensorium : Compos Mentis
Vital Sign
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 99x/menit, reguler, isi tegangan cukup
RR : 36 x/menit
Temp : 36,4°C
A/ Kwashiorkor kondisi III
T/
1. Vit. B komplek
2. Vit C
3. Foris drop 0,6 ml
4. Nistatin drop 1 cc
5. Diet fivo 130 cc
6. F 100 6×130 cc
7. Domperidone 1 tab
8. Injeksi amikasin 2×50 mg
Tanggal 18/7/2013
Pukul 07.00 WIB
S/ Nafsu makan kurang, badan kurus, atropi otot, bagging pants (+), iga
gambang (+)
O/ Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Sensorium : Compos Mentis
11
Vital Sign
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 98x/menit, reguler, isi tegangan cukup
RR : 28 x/menit
Temp : 36,2°C
A/ Kwashiorkor kondisi III
T/
1. Vit. B komplek
2. Vit C
3. Foris drop 0,6 ml
4. Nistatin drop 1 cc
5. Diet fivo 130 cc
6. F 100 6×130 cc
7. Domperidone 1 tab
8. Injeksi amikasin 2×50mg
9. Makanan lumat dan sari buah→540 kkal
Tanggal 19/7/2013
Pukul 07.00 WIB
S/ Nafsu makan kurang, badan kurus, atropi otot, bagging pants (+), iga
gambang (+)
O/ Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Sensorium : Compos Mentis
Vital Sign
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 92x/menit, reguler, isi tegangan cukup
RR : 33 x/menit
Temp : 36,3°C
A/ Kwashiorkor kondisi III
T/
1. Vit. B komplek
2. Vit C
12
3. Foris drop 0,6 ml
4. Nistatin drop 1 cc
5. Diet fivo 130 cc
6. F 100 6×130 cc
7. Domperidone 1 tab
8. Amikasin 2×50mg
9. Makanan lumat dan sari buah→540 kkal
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kwashiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi
protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat. Dari kekurangan masukan
13
atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang
disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut
menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Kwashiorkor berarti
“anak tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi menghisap, dapat menjadi jelas
sejak masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sudah menyapih dari
ASI. Walaupun pertambahan tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan,
ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak yang secara
tetap bergizi baik .
3.2 Klasifikasi
Klasifikasi MEP berdasarkan WHO-NCHS Menurut pengukuran berat
badan:
a. MEP Ringan (BB/U) 70-80% atau (BB/TB) 80-90%
b. MEP Sedang (BB/U) 60-70% atau (BB/TB) 70-80%
c. MEP Berat (BB/U) <60% atau (BB/TB) <70%
Menurut bentuk klinis:
a. Marasmus
b. Kwashiorkor
c. Marasmus-KwashiorkorTanpa melihat berat badan bila disertai edema
yang bukan karena penyakitlain adalah MEP berat/ gizi buruk tipe
Kwashiorkor.
3.3 Etiologi
Etiologi dari kwashiorkor adalah
1. Kekurangan intake protein
2. Gangguan penyerapan protein pada diare kronik
3. Kehilangan protein secara berlebihan seperti pada proteinuria dan
infeksikronik
4. Gangguan sintesis protein seperti pada penyakit hati kronis.
kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlangsung kronis.
Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain :
:1. Pola makan
14
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak
untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori
yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein / asam amino yang
memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI
yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari
sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dll) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap
terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan penggantin
ASI.
2.Faktorsosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan
sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu dan sudah berlangsung turun temurun dapat menjadi hal yang
menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3.Faktorekonomi
Kemiskinan keluarga / penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana
ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan
infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan
sebaliknyaMEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh
terhadapinfeksi. Seperti gejala malnutrisi protein disebabkan oleh gangguan
penyerapanprotein, misalnya yang dijumpai pada keadaan diare kronis,
kehilangan proteinsecara tidak normal pada proteinuria (nefrosis), infeksi saluran
pencernaan, sertakegagalan mensintesis protein akibat penyakit hati yang kronis.
Penyebab KEP berdasarkan/bagan sederhana yang disebut sebagai
“modelhirarki” yang terjadi setelah melalui lima level seperti yang tertera sebagai
berikut :
15
Bagan 1. Model Hirarki penyebab KEP
3.4 Patogenesis
MEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam
makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga
diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya
Disebut malnutrisi primer bila kejadian MEP akibat kekurangan asupan
nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan
serta rendahnya pengetahuan di bidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi
masalah nutrisi seperti di atas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti
kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang
mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun
dan/meningkatnya kehilangan nutrisi
.Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan
makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan
pembakaran cadangan karbonhidrat kemudian cadangan lemak serta protein
dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stress katabolik (infeksi) maka
kebutuhan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi
16
protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih di atas
-3SD (-2SD- -3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi
akut /”decompensated malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal
bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi di
bawah -3SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi
kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai di bawah -3 SD maka akan
terjadilah marasmik (malnutrisikronik / compensated malnutrition)
.Dengan demikian pada MEP dapat terjadi: gangguan pertumbuhan, atrofi
otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem
kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesis enzim.
17
Bagan 2 Mekanisme marasmik-kwashiorkor
18
3.5 Patologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori
dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan
perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan
protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum
yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot,
makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi
albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya odema. Perlemakan hati
terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak
dari hati terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
Bagan 3. Mekanisme edema pada kwashiorkor
3.5 Manifestasi klinis
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan malnutrisi energi
protein kwashiorkor, antara lain :
1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi
pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka
19
penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya edema. Penampilan
anak kwashiorkor sepertianakgemuk(sugar baby).
2. Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan,
tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada
stadium lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan
anak menjadi pasif. Perubahan mental bisa menjadi tanda anak mengalami
dehidrasi. Gizi buruk dapat mempengaruhi perkembangan mental anak.
Terdapat dua hipotesis yang menjelaskan hal tersebut: karakteristik
perilaku anak yang gizinya kurang menyebabkan penurunan interaksi
dengan lingkungannya dan keadaan iniselanjutnya akan menimbulkan
outcome perkembangan yang buruk, hipotesis lain mengatakan bahwa
keadaan gizi buruk mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional
pada otak.
4. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun
berat. Edemanya bersifat pitting Edema terjadi bisa disebabkan
hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan hormonal akibat dari
gangguan eliminasi ADH.
Gambar 1. Edema pada kwashiorkor
5. KelainanRambut
20
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya
(texture), maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor
ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita
kwashiorkor lanjut, rambutakan tampak kusam, halus, kering, jarang dan
berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi panjang. Rambut
yang mudah dicabut di daerah temporal (Signo de la bandera) terjadi
karena kurangnya protein menyebabkan degenerasi pada rambut dan
kutikula rambut yang rusak. Rambut terdiri dari keratin (senyawa protein)
sehingga kurangnya protein akan menyebabkan kelainan pada rambut.
Warna rambut yang merah (seperti jagung) dapat diakibatkan karena
kekurangan vitamin A, C, E.
Gambar 2. Kelainan rambut pada kwashiorkor
6. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit
yang lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan
persisikan kulit karena habisnya cadangan energi maupun protein. Pada
sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk
penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan
bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada
bagian tubuh yang sering mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu
terus-menerus dan disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti
pada bokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki, paha,lipat paha, dan
sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil
merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi
21
hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian
yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh
hiperpigmentasi. Kurangnya nicotinamide dan tryptophan menyebabkan
gampang terjadi radang pada kulit.
Gambar3. Crazy pavement dermatosis
7. Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi,
osteoporosis,dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries
pada gigi penderita.
8. Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi
hati yang hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering
juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus.
Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor lipotropik.
9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila
disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis,
amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi
disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan darah
seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat,B6). Kelainan dari
pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan
defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga
22
menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya
terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.
10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal,
saliva dan usus halus terjadi perlemakan. Pada pankreas terjadi atrofi sel
asinus sehingga menurunkan produksi enzim pankreas terutama lipase.
11. Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung
disebabkan hipokalemi dan hipomagnesemia.
12. Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia
kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan
ditolak dan makanan hanya dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare
terdapat pada sebagian besar penderita. Hal ini terjadi karena 3 masalah
utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa, dan
malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase.
Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konjugasi hati,
defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus. Pada anak
dengan gizi buruk dapat terjadi defisiensi enzim disakaridase.
13. Atrofi Otot
Massa otot berkurang karena kurangnya protein. Protein juga dibakar
untuk dijadikan kalori demi penyelamatan hidup.
14. Kelainan Ginjal
Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi
glomerulus sehingga GFR menurun.
23
Gambar 4. Manifestasi klinis kwashiorkor pada anak
3.6 Diagnosis
Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak kurus, atau
berat badannya kurang. Selain itu ada keluhan anak kurang/tidak mau makan,
sering menderita sakit yang berulang atau timbulnya bengkak pada kedua kaki,
kadang sampai seluruh tubuh.
.Pemeriksaan Fisik :
1. Perubahan mental sampai apatis
2. Anemia
3. Perubahan warna dan tekstur rambut, mudah dicabut / rontok
4. Gangguan sistem gastrointestinal
5. Pembesaran hati
6. Perubahan kulit (dermatosis)
7. Atrofi otot
8. Edema simetris pada kedua punggung kaki, dapat sampai seluruh tubuh
Marasmus:
Marasmik-kwashiorkor terdapat tanda dan gejala klinis marasmus dan
kwashiorkor secara bersamaan. Gejala klinis marasmus antara lain: Penampilan
24
wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus. Perubahan mental, cengeng. Kulit
kering, dingin dan mengendor, keriput. Lemak subkutan menghilang hingga
turgor kulit berkurang. Otot atrofi sehingga kontur tulang terlihat jelas. Kadang-
kadang terdapat bradikardi. Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat
yangsebaya.
Hasil pemeriksaan pada anak dengan MEP:1.
1. Kondisi I Jika ditemukan:
a.Renjatan (Shock)
b.Letargis
c.Muntah dan atau diare atau dehidras
2. Kondisi II Jika ditemukan:
a.Letargis
b.Muntah dan atau diare atau dehidrasi
3. Kondisi III
Jika ditemukan: muntah dan atau diare atau dehidrasi
4.Kondisi IV
Jika ditemukan letargis
5.Kondisi V Jika tidak ditemukan:
a.Renjatan (Shock )
b.Letargis
c.Muntah/diare/dehidrasi
Penyakit penyerta yang sering ditemui pada MEP:
1. Gangguanmata
2.Gangguan kulit
3.Diare persisten
4.Anemia berat
5.Parasit/cacing
6.Tuberkulosis
7.Malaria
8.HIV
25
3.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan:
1. Pemeriksaan laboratorium: kadar gula darah, darah tepi lengkap, feses
lengkap, elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), feritin. Pada
pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis
normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat
hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang
kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu
dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.
2. .Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan
untuk menemukanadanyakelainanpadaparu.
3. Tes mantoux
4. EKG
3.8 Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi
dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial
untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat
kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor yang
terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara
permanen. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan dari kwashiorkor yaitu :
1. Defisiensi zat besi
2. .Hiperpigmentasi kulit
3. Edemaanasarka
4. Imunitas menurun sehingga mudah infeksi
5. Diare karena terjadi atrofi epitel usus
6. Hipoglikemia, hipomagnesemia
Refeeding syndrome adalah salah satu komplikasi metabolik dari
dukungan nutrisi pada pasien malnutrisi berat yang ditandai oleh hipofosfatemia,
hipokalemia, dan hipomagnesemia. Hal ini terjadi sebagai akibat perubahan
sumber energi utama metabolisme tubuh, dari lemak pada saat kelaparan menjadi
26
karbonhidrat yang diberikan sebagai bagian dari dukungan nutrisi, sehingga
terjadi peningkatan kadar insulin serta perpindahan elektrolit yang diperlukan
untuk metabolism intraseluler. Secara klinis pasien dapat mengalami disritmia,
gagal jantung, gagal napas akut, koma paralisis, nefropati, dan disfungsi hati. Oleh
sebab itu dalam pemberian dukungan nutrisi pada pasien malnutrisi berat perlu
diberikan secara bertahap.
3.9 Tatalaksana
27
Berikut ini adalah bagan langkah rencana pengobatan anak gizi buruk:
28
Bagan 4. Langkah Rencana Pengobatan Anak Gizi Buruk
Anak marasmus kwashiorkor berat memerlukan perawatan
karena terdapat berbagai komplikasi yang membahayakan hidupnya.
Tindakan yang dilakukan berdasarkan pada ada tidaknya tanda bahaya dan tanda
penting, yang dikelompokkanmenjadi 5, yaitu:
1. Kondisi I
Jika ditemukan: Renjatan (syok), letargis, muntah dan atau diare atau
dehidrasi.Lakukan Rencana I, dengan tindakan segera, yaitu:
• Pasang O2 1-2L/menit
• Pasang infuse RL dan dextrose/glukosa 10% dengan perbandingan
1:1 (RLG 5%)
• Berikan glukosa 10% intravena (IV) bolus, dosis 5 ml/kgBB
bersamaan dengan
• ReSoMal 5ml/kgBB melalui NGT
2. Kondisi II
Jika ditemukan: letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi.
Lakukan Rencana II,dengan tindakan segera, yaitu:
29
1. Berikan bolus glukosa 10 % intravena, 5ml/kgBB
2. Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT
sebanyak 50ml
3. 2 jam pertama
• berikan ReSoMal secara Oral/NGT setiap 30 menit, dosis :
5ml/kgBBsetiap pemberian
• catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30 menit
3. Kondisi III
Jika ditemukan: muntah dan atau diare atau dehidrasi. Lakukan
Rencana III, dengantindakan segera, yaitu:
1. Berikan 50ml glukosa atau larutan gula pasir 10% (oral/NGT)
2. 2 Jam pertama
• berikan ReSoMal secara oral / NGT setiap 30 menit, dosis
5ml/kgBBsetiap pemberian
• catat nadi, frekuensi nafas dan beri ReSoMal setiap 30 menit
4. Kondisi IV
Jika ditemukan: letargis. Lakukan Rencana IV, dengan tindakan
segera, yaitu:
1. Berikan bolus glukosa 10% intravena, 5ml/kgBB
2. Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT
sebanyak 50 ml
3. 2 jam pertama
• berikan F 75 setiap 30 menit, . dari dosis untuk 2 jam sesuai
dengan berat badan (NGT)
• catat nadi, frekuensi nafas
5. Kondisi V
Jika tidak ditemukan: renjatan (syok), letargis, muntah dan atau diare
atau dehidrasi.Lakukan Rencana V, dengan tindakan segera, yaitu:
1. Berikan 50ml glukosa atau larutan gula pasir 10% oral
2. Catat nadi, pernafasan dan kesadaran
30
Menurut Depkes RI pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam
4 fase yang harus dilalui yaitu fase stabilisasi (hari 1-7), fase transisi
(8-14) faserehabilitasi (Minggu ke 3 – 6), fase tindak lanjut (Minggu
ke 7 – 26). Dimanatindakan pelayanan terdiri dari 10 tindakan pelayanan sbb:
Bagan 5 Langkah Utama Tatalaksana Anak Gizi Buruk
Pada fase tindak lanjut dapat dilakukan di rumah, dimana anak
secara berkala (1minggu/kali) berobat jalan ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
Medikamentosa
1. Pengobatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Rehidrasi secara oral dengan Resomal, secara parenteral hanya
padadehidrasi berat atau syok
31
2. Atasi/cegah hipoglikemi
GDA < 50 mg/dl→50 ml D10% bolus IV→evaluasi tiap 2 jam
berimakanan tiap 2 jam3.
3. Atasi gangguan elektrolit
Beri cairan rendah Na (resomal)Makanan rendah garam
4. Atasi/cegah dehidrasi
Penilaian dehidrasi→denyut nadi, pernafasan, frekuensi kencing,
airmata.Cairan resomal peroral 5 ml/kgbb5.
5. Atasi/cegah hipotermi
Suhu < 36°→hangatkan, berikan makanan tiap 2 jam
6. Antibiotika sebagai pengobatan pencegahan infeksi:
a.Bila tidak jelas ada infeksi, berikan kotrimoksasol selama 5 hari
b.Bila infeksi nyata: Ampisilin IV selama 2 hari, dilanjutkan denganoral
sampai 7 hari, ditambah dengan gentamisin IM selama 7 hari7.
7. Mulai pemberian makanan
Fase awal→faali hemostasis kurang jadi harus hati-hatiPemberian porsi
kecil, sering, rendah laktosa→oral nasogastrik Kalori 80-100 kal?Kgbb/
hari, cairan 130 ml/hari
8. Atasi penyakit penyerta yang ada sesuai pedomana.
a. Bila ada ulkus di mata diberikan:
i. Tetes mata chloramphenicol atau salep mata tetracycline,setiap 2-3
jam selama 7-10 hariii.
ii.Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5hariiii.
iii.Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
b. Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit
mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar,sering disertai
infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.Tatalaksana:
i. Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO(kalium-
permanganat) 1% selama 10 meniti
ii. Beri salep atau krim (Zn dengan minyak katsor)
32
iii.Usahakan agar daerah perineum tetap kering
iv.Umumnya terdapat defisiensi seng (Zn): beri preparat Zn peroral
c.Parasit/cacing
Beri Mebendazole 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau
preparat antelmintik.
d.Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan
keadaanumum. Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan
mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila
mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri: Metronidazole 7,5
mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.
e. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/mantoux
(seringkali alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positif atau sangat mungkin
TB, diobati sesuai pedoman pengobatan TB.
9. Vitamin A (dosis sesuai usia, yaitu <6 bulan : 50.000 SI, 6-12 bulan :
100.000 SI, >1 tahun : 200.000 SI) pada awal perawatan dan hari ke-
15atau sebelum pulang10.
10. Multivitamin-mineral, khusus asam folat hari pertama 5 mg, selanjutnya
1mg per hari.
11. Tindakan kegawatana.
Syok (renjatan)Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai
KEP berat dansulit membedakan keduanya secara klinis saja. Syok karena
dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena,
sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak akan membaik dengan cepat.
Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan:
Berikan larutan dextrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan ringer
dengan kadar dextrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam
pertama.Evaluasi setelah 1 jam:
33
i. Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan
pernafasan) dan status hidrasi, maka syok disebabkan
dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk
1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian
Resomal/penggantil, per oral/nasogastrik, 10
ml/kgBB/jamselama 10 jam, selanjutnya mulai berikan
formula khusus (-75/pengganti).
ii. Bila tidak ada perbaikan klinis maka anak menderita
syok septik. Dalam hal ini, berikan cairan rumat sebanyak
4-20ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak
10ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam).
Kemudianmulailah pemberian formula (F-75/pengganti).
b.Anemia berat
Tranfusi darah diperlukan bila:
i.Hb < 4 g/dl
ii.Hb 4-6 g/dl disertai distress pernafasan atau tanda
gagal jantung
Tranfusi darah:
1.Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam Bila ada tanda gagal
jantung, gunakan „ packed red cells‟untuk transfusi dengan jumlah yang
sama.
2.Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat
transfusidimulai.Perhatikan adanya reaksi tranfusi (demam, gatal, Hb-
uria,syok). Bila pada anak dengan distres nafas setelah transfusiHb tetap
< 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl, jangan ulangipemberian darah
12. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosionalKasih sayang, lingkungan
yang ceria, bermain
13.Tindak lanjut di rumahBeri makanan sering→energi dan protein padat
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Laporan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010
www.diskes.jabarprov. go.id/download.php?title=RISKESDAS%202010
2. Behrman, L. Richard dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson
Jakarta:EGC3.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Petunjuk Teknis
Tata Laksana Anak Gizi Buruk: Buku II Jakarta: Departemen Kesehatan.
4. Hidajat, Irawan dan Hidajati Pedoman Diagnosis dan Terapi:
Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak Surabaya: RSU dr. Soetomo.
5. Golden M.H.N., 2001.Severe Malnutrition Dalam: (Golden MHN
ed).Childhood Malnutrition: Its consequences and mangement. What is
theetiology of kwashiorkor? Surakarta: Joint symposium
betweenDepartement of Nutrition & Departement of Paediatrics Faculty
of Medicine, Sebelas Maret University and the Centre for Human
Nutrition,University of Sheffielob UK, 1278-1296.
6. Pudjiadi, Hegar, Handryastuti dkk. 2010. Pedoman Pelayanan
Medis.Jakarta: IDAI
7. Puone T, Sanders D, Chopra M,. 2001. Evaluating the
ClinicalManagement of Severely Malnourished Children. A Study of Two
RuralDistrict Hospital Afr Med J 22: 137-141.
8. Rudolph, Abraham M. dkk. 2006. Buku Ajar Pediatrik Rudolph
Jakarta:EGC
9. .M. William. 2004.Pedoman Klinis Pediatri Jakarta: EGC
10. WHO. 1999.Management of Severe Malnutrition: a Manual for Physicians
and Other Senior Health WorkersGeneva World HealthOrganization
11. WHO Indonesia. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Jakarta: WHO Indonesia.
35
36

More Related Content

What's hot

Bahan Presentasi "Komitmen dan Kompetensi Bidan Poskesdes, Sukses Karier, Nya...
Bahan Presentasi "Komitmen dan Kompetensi Bidan Poskesdes, Sukses Karier, Nya...Bahan Presentasi "Komitmen dan Kompetensi Bidan Poskesdes, Sukses Karier, Nya...
Bahan Presentasi "Komitmen dan Kompetensi Bidan Poskesdes, Sukses Karier, Nya...Cut Ampon Lambiheue
 
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...Argo Dio
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
161092743 case-sindroma-nefrotik-anak
161092743 case-sindroma-nefrotik-anak161092743 case-sindroma-nefrotik-anak
161092743 case-sindroma-nefrotik-anakhomeworkping7
 
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Adeline Dlin
 
Malnutrisi Energi dan Protein Geriatri
Malnutrisi Energi dan Protein GeriatriMalnutrisi Energi dan Protein Geriatri
Malnutrisi Energi dan Protein GeriatriZarah Dzulhijjah
 
BAB III Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB III Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB III Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB III Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangSyscha Lumempouw
 
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangSyscha Lumempouw
 
127138896 case-stomatitis-kuuu-docx
127138896 case-stomatitis-kuuu-docx127138896 case-stomatitis-kuuu-docx
127138896 case-stomatitis-kuuu-docxhomeworkping8
 
Gizi buruk pada balita
Gizi buruk pada balitaGizi buruk pada balita
Gizi buruk pada balitawina_syafar
 
127385992 case-diare
127385992 case-diare127385992 case-diare
127385992 case-diarehomeworkping8
 
Bimbingan kesehatan-haji-ii
Bimbingan kesehatan-haji-iiBimbingan kesehatan-haji-ii
Bimbingan kesehatan-haji-iiMuhammad Hanafi
 

What's hot (19)

Cbd kd dr.sri
Cbd kd dr.sriCbd kd dr.sri
Cbd kd dr.sri
 
Bahan Presentasi "Komitmen dan Kompetensi Bidan Poskesdes, Sukses Karier, Nya...
Bahan Presentasi "Komitmen dan Kompetensi Bidan Poskesdes, Sukses Karier, Nya...Bahan Presentasi "Komitmen dan Kompetensi Bidan Poskesdes, Sukses Karier, Nya...
Bahan Presentasi "Komitmen dan Kompetensi Bidan Poskesdes, Sukses Karier, Nya...
 
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Ikterus Neonatus
Ikterus NeonatusIkterus Neonatus
Ikterus Neonatus
 
Gizi Buruk
Gizi BurukGizi Buruk
Gizi Buruk
 
161092743 case-sindroma-nefrotik-anak
161092743 case-sindroma-nefrotik-anak161092743 case-sindroma-nefrotik-anak
161092743 case-sindroma-nefrotik-anak
 
Contoh sap
Contoh sapContoh sap
Contoh sap
 
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
Malnutrisi Energi dan Protein Geriatri
Malnutrisi Energi dan Protein GeriatriMalnutrisi Energi dan Protein Geriatri
Malnutrisi Energi dan Protein Geriatri
 
BAB III Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB III Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB III Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB III Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
 
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
 
Askeb pp dg anemi
Askeb pp dg anemiAskeb pp dg anemi
Askeb pp dg anemi
 
127138896 case-stomatitis-kuuu-docx
127138896 case-stomatitis-kuuu-docx127138896 case-stomatitis-kuuu-docx
127138896 case-stomatitis-kuuu-docx
 
Askeb anc poli
Askeb anc poliAskeb anc poli
Askeb anc poli
 
Gizi buruk pada balita
Gizi buruk pada balitaGizi buruk pada balita
Gizi buruk pada balita
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
127385992 case-diare
127385992 case-diare127385992 case-diare
127385992 case-diare
 
Bimbingan kesehatan-haji-ii
Bimbingan kesehatan-haji-iiBimbingan kesehatan-haji-ii
Bimbingan kesehatan-haji-ii
 

Viewers also liked

126382905 imci-case-study
126382905 imci-case-study126382905 imci-case-study
126382905 imci-case-studyhomeworkping8
 
125727827 case-study-on-whirpool
125727827 case-study-on-whirpool125727827 case-study-on-whirpool
125727827 case-study-on-whirpoolhomeworkping8
 
126161197 case-hepatitis-drug-induce
126161197 case-hepatitis-drug-induce126161197 case-hepatitis-drug-induce
126161197 case-hepatitis-drug-inducehomeworkping8
 
212445783 complete-study-guide
212445783 complete-study-guide212445783 complete-study-guide
212445783 complete-study-guidehomeworkping8
 
212660334 case-study-2
212660334 case-study-2212660334 case-study-2
212660334 case-study-2homeworkping8
 
126553270 amoebiasis-case
126553270 amoebiasis-case126553270 amoebiasis-case
126553270 amoebiasis-casehomeworkping8
 
125892868 chiang-kai-shek-college-vs-ca
125892868 chiang-kai-shek-college-vs-ca125892868 chiang-kai-shek-college-vs-ca
125892868 chiang-kai-shek-college-vs-cahomeworkping8
 
211302951 biology-and-sped
211302951 biology-and-sped211302951 biology-and-sped
211302951 biology-and-spedhomeworkping8
 
212116669 surgical-cs-case-study-bang
212116669 surgical-cs-case-study-bang212116669 surgical-cs-case-study-bang
212116669 surgical-cs-case-study-banghomeworkping8
 
213112145 contoh-case
213112145 contoh-case213112145 contoh-case
213112145 contoh-casehomeworkping8
 
Brand content sur Doctissimo
Brand content sur DoctissimoBrand content sur Doctissimo
Brand content sur DoctissimoAhuDocti
 

Viewers also liked (13)

126382905 imci-case-study
126382905 imci-case-study126382905 imci-case-study
126382905 imci-case-study
 
125727827 case-study-on-whirpool
125727827 case-study-on-whirpool125727827 case-study-on-whirpool
125727827 case-study-on-whirpool
 
126161197 case-hepatitis-drug-induce
126161197 case-hepatitis-drug-induce126161197 case-hepatitis-drug-induce
126161197 case-hepatitis-drug-induce
 
212445783 complete-study-guide
212445783 complete-study-guide212445783 complete-study-guide
212445783 complete-study-guide
 
169869825 5-1
169869825 5-1169869825 5-1
169869825 5-1
 
212660334 case-study-2
212660334 case-study-2212660334 case-study-2
212660334 case-study-2
 
126553270 amoebiasis-case
126553270 amoebiasis-case126553270 amoebiasis-case
126553270 amoebiasis-case
 
126345691 ip-case
126345691 ip-case126345691 ip-case
126345691 ip-case
 
125892868 chiang-kai-shek-college-vs-ca
125892868 chiang-kai-shek-college-vs-ca125892868 chiang-kai-shek-college-vs-ca
125892868 chiang-kai-shek-college-vs-ca
 
211302951 biology-and-sped
211302951 biology-and-sped211302951 biology-and-sped
211302951 biology-and-sped
 
212116669 surgical-cs-case-study-bang
212116669 surgical-cs-case-study-bang212116669 surgical-cs-case-study-bang
212116669 surgical-cs-case-study-bang
 
213112145 contoh-case
213112145 contoh-case213112145 contoh-case
213112145 contoh-case
 
Brand content sur Doctissimo
Brand content sur DoctissimoBrand content sur Doctissimo
Brand content sur Doctissimo
 

Similar to Gizi Buruk Pada Balita

83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemihTracey Rompas
 
PPT NIFAS ROMIH RATNANINGSIH.pptx
PPT NIFAS ROMIH RATNANINGSIH.pptxPPT NIFAS ROMIH RATNANINGSIH.pptx
PPT NIFAS ROMIH RATNANINGSIH.pptxSalmaNurfadila2
 
et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder
et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorderet causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder
et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disordervinil26
 
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdfLaporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdfKikiFricila
 
Deteksi dini balita gizi buruk
Deteksi dini balita gizi burukDeteksi dini balita gizi buruk
Deteksi dini balita gizi burukpkmminggir
 
127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastik127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastikhomeworkping8
 
99103061 lapsus-invaginasi
99103061 lapsus-invaginasi99103061 lapsus-invaginasi
99103061 lapsus-invaginasissuser37779f
 
99103061 lapsus-invaginasi
99103061 lapsus-invaginasi99103061 lapsus-invaginasi
99103061 lapsus-invaginasiElvira Cesarena
 
PPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxPPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxSuciMayvera1
 
Thalasemia Case Report
Thalasemia Case ReportThalasemia Case Report
Thalasemia Case ReportPhil Adit R
 
194507152 case-linggau
194507152 case-linggau194507152 case-linggau
194507152 case-linggauhomeworkping3
 
dokumen.tips_gagal-tumbuh-ppt.pdf
dokumen.tips_gagal-tumbuh-ppt.pdfdokumen.tips_gagal-tumbuh-ppt.pdf
dokumen.tips_gagal-tumbuh-ppt.pdfNurhalizaAnjli
 

Similar to Gizi Buruk Pada Balita (20)

83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
 
PPT NIFAS ROMIH RATNANINGSIH.pptx
PPT NIFAS ROMIH RATNANINGSIH.pptxPPT NIFAS ROMIH RATNANINGSIH.pptx
PPT NIFAS ROMIH RATNANINGSIH.pptx
 
et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder
et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorderet causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder
et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder
 
TUTKLIN KDS.pptx
TUTKLIN KDS.pptxTUTKLIN KDS.pptx
TUTKLIN KDS.pptx
 
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdfLaporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Deteksi dini balita gizi buruk
Deteksi dini balita gizi burukDeteksi dini balita gizi buruk
Deteksi dini balita gizi buruk
 
127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastik127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastik
 
208548844 case-fix
208548844 case-fix208548844 case-fix
208548844 case-fix
 
99103061 lapsus-invaginasi
99103061 lapsus-invaginasi99103061 lapsus-invaginasi
99103061 lapsus-invaginasi
 
99103061 lapsus-invaginasi
99103061 lapsus-invaginasi99103061 lapsus-invaginasi
99103061 lapsus-invaginasi
 
PPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxPPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptx
 
REFKAS (2).docx
REFKAS (2).docxREFKAS (2).docx
REFKAS (2).docx
 
asasdwadw
asasdwadwasasdwadw
asasdwadw
 
Thalasemia Case Report
Thalasemia Case ReportThalasemia Case Report
Thalasemia Case Report
 
Anc linda charlie
Anc linda charlieAnc linda charlie
Anc linda charlie
 
Materi inti i jan 2013
Materi inti i jan 2013Materi inti i jan 2013
Materi inti i jan 2013
 
Anc linda charlie
Anc linda charlieAnc linda charlie
Anc linda charlie
 
194507152 case-linggau
194507152 case-linggau194507152 case-linggau
194507152 case-linggau
 
dokumen.tips_gagal-tumbuh-ppt.pdf
dokumen.tips_gagal-tumbuh-ppt.pdfdokumen.tips_gagal-tumbuh-ppt.pdf
dokumen.tips_gagal-tumbuh-ppt.pdf
 

Recently uploaded

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 

Gizi Buruk Pada Balita

  • 1. Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malnutrisi energi protein (MEP) merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah umur lima tahun (balita) serta pada ibu hamil dan menyusui. Berdasarkan Riskesdas 2007, 13% balita menderita gizi kurang dan 5,4% balita menderita gizi buruk. Pada Risdesdas 2010, 13% balita menderita gizi kurang sedangkan angka gizi buruk turun menjadi 4,9%. . Berdasarkan lama dan beratnya kekurangan energi protein, MEP diklasifikasikan menjadi MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang) dan MEP derajat berat (gizi buruk). Gizi kurang belum menunjukkan gejala klinis yang khas, hanya dijumpai gangguan pertumbuhan dan anak tampak kurus. Pada gizi buruk, di samping gejala klinis didapatkan kelainan biokimia sesuai dengan bentuk klinis. Pada gizi buruk didapatkan 3 bentuk klinis yaitu kwashiorkor, 1
  • 2. marasmus, dan marasmik kwashiorkor, walaupun demikian penatalaksanaannya sama. Kwashiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat. Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlangsung kronis. Anak penderita kwashiorkor secara umum mempunyai ciri-ciri pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites . Pentingnya memperhatikan asupan makanan bagi anak harus disadari oleh semua orang tua agar tidak terjadi defisit kronis yang menyebabkan kwashiorkor. Di sisi lain orang tua tidak semua paham akan nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhan anak. Orang tua juga perlu mengetahui ciri-ciri bila anak menderita kwashorkor dan memerlukan tindakan kuratif. Di seluruh dunia, diperkirakan terdapat 825 juta orang yang menderita gizi buruk pada tahun 2000 – 2002, dengan 815 juta orang yang hidup di negara berkembang. Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 diperkirakan sekitar 5 juta anak menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk tingkat berat yang disebut marasmus, kwashiorkor, dan marasmus- kwashiorkor, yang memerlukan perawatan kesehatan yang intensif di Puskesmas dan Rumah Sakit. Masalah gizi kurang dan gizi buruk terjadi hampir di semua Kabupaten dan Kota. Pada saat ini masih terdapat 110 Kabupaten/Kota dari 440 Kabupaten/Kota di Indonesia yang mempunyai prevalensi di atas 30% (berat badan menurut umur). Menurut WHO keadaan ini masih tergolong sangat tinggi. Berdasarkan hasil surveilans dinas Kesehatan Propinsi dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2005, total kasus gizi buruk sebanyak 76.178 balita. Untuk Provinsi Sumatera Selatan, berdasarkan riskesdas 2010, angka kejadian gizi kurang pada balita sebesar 14.4% dan buruk sebanyak 5.5% dengan indikator berat badan per umur. Sebagai perbandingan berdasarkan laporan yang ada dalam profil kesehatan Kota Palembang tahun 2007 2
  • 3. dijelaskan bahwa angka gizi buruk tahun 2007 adalah 1,4% menurun bila dibanding tahun 2006 yaitu 2,21%, angka KEP total tahun 2007 adalah 15% meningkat dibanding tahun 2006 yaitu 12,9%, sedangkan gizi lebih tahun 2007 adalah 2,8% menurun dibanding dengan tahun 2006 yaitu 4% dan balita yang gizi baik tahun 2007 adalah 82,12% bila dibanding tahun 2006 terdapat penurunan dimana tahun 2006 berjumlah 84%. Pada tahun 2008 dari 144 ribu balita dikota Palembang, 400 diantaranya mengalami kurang gizi atau berada dibawah garis merah dalam kartu menuju sehat hasil pemantauan di 889 posyandu aktif. H a l t e r s e b u t menunjukkan bahwa untuk Kota Palembang, angka kurang gizi pada balita juga masih tegolong tinggi. Pada tahun 2010, angka kejadian gizi buruk berjumlah 24 kasus dengan prevalensi gizi buruk tertinggi terjadi di wilayah Kecamatan Seberang Ulu 1 sejumlah 8 kasus (33,3%). Angka kejadian gizi kurang berjumlah 876 kasus, dengan prevalensi gizi kurang tertinggi terjadi di wilayah Kecamatan Ilir Timur 1 sebanyak 143 kasus BAB II PEMBAHASAN 2.1 Identitas Pasien Nama : RY Usia : 2 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki No. RM : 096266 Tanggal masuk : 27-06-2013 Alamat : Desa aur standing kec.pemulutan OI 2.2 Anamnesis Keluhan utama : Demam Keluhan tambahan : Badan tampak kurus Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang: 3
  • 4. + 1 minggu SMRS, Os mengeluh demam. Demam naik turun. Demam dirasakan terutama sore hari, kejang (-). Mual munta (-), batuk (+), BAB (+) cair dengan frekuensi 2x sehari, lendir (-), darah (-). Sejak bayi hingga sekarang Os hanya makan ASI tanpa makanan pendamping lainnya. + 3 bulan yang lalu Os mengalami demam disertai kejang. Kejang hanya terjadi satu kali dan tidak berulang sampai sekarang, riwayat keluarga yang kejang (+) ada. Sejak demam tinggi dan kejang Os mengalami penurunan berat badan, batuk (+) berdahak. Riwayat TB tidak ditemukan. SMRS Os merasa keluhan tidak berkurang dan Os memutuskan untuk datang berobat ke poli anak dan dianjurkan untuk dirawat. Riwayat Penyakit Terdahulu: Os mengalami kejang demam sederhana saat + 3 bulan yang lalu dan di obati oleh orang pintar/dukun. Riwayat Penyakit keluarga: Riwayat kejang dalam keluarga (+) ada. Riwayat Pengobatan: Pernah berobat ke bidan di berikan obat penurun panas dan batuk. Dan pernah berobat ke orang pintar/dukun untuk menghilangkan demam disertai kejang. Riwayat Kelahiran Lahir dari ibu G1P1A0, cukup bulan, lahir dengan SC a/i KPSW (+) 10 jam, BBL = 2800 gram. Bayi tidak langsung menangis dan dirawat di RS selama 2 minggu. Riwayat Makan Hanya makan ASI tanpa makanan pendamping lainnya dari usia 0 bulan sampai sekarang. 4
  • 5. Riwayat Perkembangan Fisik • Bicara tidak dapat di mengerti : 7 bulan • Tengkurap : 9 bulan • Merangkak : belum bisa • Duduk : belum bisa • Berdiri : belum bisa • Berjalan : belum bisa Kesan : Gangguan tumbuh kembang. Riwayat Imunisasi • BCG : 1 kali • DPT : 1 kali • Polio : 1 kali • Hepatitis B : 1 kali • Campak : 0 kali Kesan: status imunisasi dasar penderita tidak lengkap karena ibu Os mengatakan Os selalu demam. Riwayat Sosial Ekonomi • Penderita adalah anak pertama dari Tn. M yang bekerja sebagai petani dan Ny. W sebagai ibu rumah tangga. Secara ekonomi, keluarga penderita tergolong kurang. 2.3 Pemeriksaan Fisik Kesan Umum : Tampak sakit sedang Sensorium : Compos mentis Tanda Utama • Tekanan Darah : 90/70 mmHg 5
  • 6. • Nadi : 98x/menit reguler, isi dan tegangan cukup. • Pernapasan : 28x/menit • Suhu : 36,2°C Status Gizi • Berat Badan : 6,6 Kg • Tinggi Badan : 75,5 cm • Kesimpulan status gizi : Buruk Keadaan spesifik • Kepala : Normocephali, rambut hitam, dan tidak mudah dicabut • Wajah : Simetris, sianosis (-), pucat (-) • Mata : Oedem Palpebra (-), anemis (-), sklera ikterik (-) • Telinga : Refleks Cahaya (+) membran Tympani (utuh), Sekret (-) • Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-), Napas cuping hidung(-) • Mulut : Bibir kering (-), thifoid tounge (-), sianosis (-), tonsil T1/T1 tenang , hiperemis (-), Detritus (-), crypta (-) • Leher : Perbesaran KGB (-), Kelenjar Tiroid tidak teraba membesar, Peningkatan JVP (-) • Thoraks : Paru-paru • Inspeksi : Gerak napas kedua hemithoraks simetris, Retraksi sela iga (-) • Palpasi : Vocal fremitus sama kiri dan kanan 6
  • 7. • Perkusi : Sonor kiri dan kanan • Auskultasi : Vesikuler (+) normal, Wheezing (-/-), Rochi (-/-) Jantung • Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat • Palpasi : Thrill tidak teraba • Perkusi : Batas jantung kiri pada 1 cm medial garis mid klavikula sinistra ICS 5 Batas jantung kanan pada garis sterna dextra ICS 4 • Auskultasi : HR: 98x/menit ,S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-) • Abdomen • Inspeksi : Perut tampak datar • Palpasi : Lemas, Nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba • Perkusi : Tympani • Auskultasi : Bising usus (+) normal • Ekstremitas • Atas : akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT< 2 detik • Bawah : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT<2 detik • Status neurologikus Fungsi motorik Pemeriksaan Tungkai Lengan Kanan Kiri Kanan Kiri 7
  • 8. Gerakan Luas Luas Luas Luas Kekuatan +5 +5 +5 +5 Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni Klonus (-) (-) Refleks fisiologis (+) normal (+) normal (+) normal (+) normal Refleks patologis (-) (-) (-) (-) Fungsi sensorik : dalam batas normal Nn. Cranialis : dalam batas normal GRM : tidak ada • Tanda klinis gizi buruk 1. Tampak sangat kurus 2. Paha dan pantat keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit (baggy pants) 3. Piano sign 4. Disertai penyakit infeksi (GE R-S) 2.4 Pemeriksaan Penunjang Hemoglobin : 8,7gr/dl Leukosit : 13.200 /ul Trombosit : 864.000 Ht : 29 Hitung Jenis : 0/1/1/65/30/3 Urinalisis : Warna : kuning Kejernihan : jernih Hitung jenis : 1,010 Ph : 6,5 Glukosa : negatif Bilirubin : negatif Keton : negatif Darah/Hb : negatif 8
  • 9. Protein : negatif Urobilinogen : 1+ Nitrit : negatif Leukosit : negatif Sedimen : Leukosit : 1-2 Sel epitel : positif Eritrosit : 0-1 Kristal : negatif Silinder : negatif Bakteri : negatif 2.5 Diagnosis Kwashiorkor kondisi III 2.6 Tatalaksana 1. Vit. B komplek 2. Vit C 3. Foris drop 0,6 ml 4. Nistatin drop 1 cc 5. Diet fivo 130 cc 6. F 100 6×130 cc 7. Domperidone 1 tab 8. Injeksi amikasin 80 mg 9. Makanan lumat dan sari buah→540 kkal 2.7 Follow up Tanggal 15/7/2013 Pukul 07.00 WIB S/ Nafsu makan kurang, badan kurus, atropi otot, bagging pants (+), iga gambang (+) O/ Keadaan umum : Tampak sakit sedang Sensorium : Compos Mentis Vital Sign TD : 90/70 mmHg Nadi : 98x/menit, reguler, isi tegangan cukup 9
  • 10. RR : 28 x/menit Temp : 36,3°C A/ Kwashiorkor kondisi III T/ 1. Vit. B komplek 2. Vit C 3. Foris drop 0,6 ml 4. Nistatin drop 1 cc 5. Diet fivo 130 cc 6. F 100 6×130 cc 7. Domperidone 1 tab Tanggal 16/7/2013 Pukul 07.00 WIB S/ Nafsu makan kurang, badan kurus, atropi otot, bagging pants (+), iga gambang (+) O/ Keadaan umum : Tampak sakit sedang Sensorium : Compos Mentis Vital Sign TD : 90/70 mmHg Nadi : 90x/menit, reguler, isi tegangan cukup RR : 36 x/menit Temp : 36,2°C A/ Kwashiorkos kondisi III T/ 1. Vit. B komplek 2. Vit C 3. Foris drop 0,6 ml 4. Nistatin drop 1 cc 5. Diet fivo 130 cc 6. F 100 6×130 cc 10
  • 11. 7. Domperidone 1 tab 8. Injeksi amikasin 80 mg Tanggal 17/7/2013 Pukul 07.00 WIB S/ Nafsu makan kurang, badan kurus, atropi otot, bagging pants (+), iga gambang (+) O/ Keadaan umum : Tampak sakit sedang Sensorium : Compos Mentis Vital Sign TD : 90/70 mmHg Nadi : 99x/menit, reguler, isi tegangan cukup RR : 36 x/menit Temp : 36,4°C A/ Kwashiorkor kondisi III T/ 1. Vit. B komplek 2. Vit C 3. Foris drop 0,6 ml 4. Nistatin drop 1 cc 5. Diet fivo 130 cc 6. F 100 6×130 cc 7. Domperidone 1 tab 8. Injeksi amikasin 2×50 mg Tanggal 18/7/2013 Pukul 07.00 WIB S/ Nafsu makan kurang, badan kurus, atropi otot, bagging pants (+), iga gambang (+) O/ Keadaan umum : Tampak sakit sedang Sensorium : Compos Mentis 11
  • 12. Vital Sign TD : 90/70 mmHg Nadi : 98x/menit, reguler, isi tegangan cukup RR : 28 x/menit Temp : 36,2°C A/ Kwashiorkor kondisi III T/ 1. Vit. B komplek 2. Vit C 3. Foris drop 0,6 ml 4. Nistatin drop 1 cc 5. Diet fivo 130 cc 6. F 100 6×130 cc 7. Domperidone 1 tab 8. Injeksi amikasin 2×50mg 9. Makanan lumat dan sari buah→540 kkal Tanggal 19/7/2013 Pukul 07.00 WIB S/ Nafsu makan kurang, badan kurus, atropi otot, bagging pants (+), iga gambang (+) O/ Keadaan umum : Tampak sakit sedang Sensorium : Compos Mentis Vital Sign TD : 90/70 mmHg Nadi : 92x/menit, reguler, isi tegangan cukup RR : 33 x/menit Temp : 36,3°C A/ Kwashiorkor kondisi III T/ 1. Vit. B komplek 2. Vit C 12
  • 13. 3. Foris drop 0,6 ml 4. Nistatin drop 1 cc 5. Diet fivo 130 cc 6. F 100 6×130 cc 7. Domperidone 1 tab 8. Amikasin 2×50mg 9. Makanan lumat dan sari buah→540 kkal BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Kwashiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat. Dari kekurangan masukan 13
  • 14. atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Kwashiorkor berarti “anak tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi menghisap, dapat menjadi jelas sejak masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sudah menyapih dari ASI. Walaupun pertambahan tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak yang secara tetap bergizi baik . 3.2 Klasifikasi Klasifikasi MEP berdasarkan WHO-NCHS Menurut pengukuran berat badan: a. MEP Ringan (BB/U) 70-80% atau (BB/TB) 80-90% b. MEP Sedang (BB/U) 60-70% atau (BB/TB) 70-80% c. MEP Berat (BB/U) <60% atau (BB/TB) <70% Menurut bentuk klinis: a. Marasmus b. Kwashiorkor c. Marasmus-KwashiorkorTanpa melihat berat badan bila disertai edema yang bukan karena penyakitlain adalah MEP berat/ gizi buruk tipe Kwashiorkor. 3.3 Etiologi Etiologi dari kwashiorkor adalah 1. Kekurangan intake protein 2. Gangguan penyerapan protein pada diare kronik 3. Kehilangan protein secara berlebihan seperti pada proteinuria dan infeksikronik 4. Gangguan sintesis protein seperti pada penyakit hati kronis. kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlangsung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain : :1. Pola makan 14
  • 15. Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein / asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dll) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan penggantin ASI. 2.Faktorsosial Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlangsung turun temurun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor. 3.Faktorekonomi Kemiskinan keluarga / penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya 4. Faktor infeksi dan penyakit lain telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknyaMEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadapinfeksi. Seperti gejala malnutrisi protein disebabkan oleh gangguan penyerapanprotein, misalnya yang dijumpai pada keadaan diare kronis, kehilangan proteinsecara tidak normal pada proteinuria (nefrosis), infeksi saluran pencernaan, sertakegagalan mensintesis protein akibat penyakit hati yang kronis. Penyebab KEP berdasarkan/bagan sederhana yang disebut sebagai “modelhirarki” yang terjadi setelah melalui lima level seperti yang tertera sebagai berikut : 15
  • 16. Bagan 1. Model Hirarki penyebab KEP 3.4 Patogenesis MEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya Disebut malnutrisi primer bila kejadian MEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan di bidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti di atas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi .Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbonhidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stress katabolik (infeksi) maka kebutuhan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi 16
  • 17. protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih di atas -3SD (-2SD- -3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut /”decompensated malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi di bawah -3SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai di bawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik (malnutrisikronik / compensated malnutrition) .Dengan demikian pada MEP dapat terjadi: gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesis enzim. 17
  • 18. Bagan 2 Mekanisme marasmik-kwashiorkor 18
  • 19. 3.5 Patologi Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya odema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati. Bagan 3. Mekanisme edema pada kwashiorkor 3.5 Manifestasi klinis Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan malnutrisi energi protein kwashiorkor, antara lain : 1. Wujud Umum Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka 19
  • 20. penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya edema. Penampilan anak kwashiorkor sepertianakgemuk(sugar baby). 2. Retardasi Pertumbuhan Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat. 3. Perubahan Mental Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif. Perubahan mental bisa menjadi tanda anak mengalami dehidrasi. Gizi buruk dapat mempengaruhi perkembangan mental anak. Terdapat dua hipotesis yang menjelaskan hal tersebut: karakteristik perilaku anak yang gizinya kurang menyebabkan penurunan interaksi dengan lingkungannya dan keadaan iniselanjutnya akan menimbulkan outcome perkembangan yang buruk, hipotesis lain mengatakan bahwa keadaan gizi buruk mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional pada otak. 4. Edema Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya bersifat pitting Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH. Gambar 1. Edema pada kwashiorkor 5. KelainanRambut 20
  • 21. Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambutakan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi panjang. Rambut yang mudah dicabut di daerah temporal (Signo de la bandera) terjadi karena kurangnya protein menyebabkan degenerasi pada rambut dan kutikula rambut yang rusak. Rambut terdiri dari keratin (senyawa protein) sehingga kurangnya protein akan menyebabkan kelainan pada rambut. Warna rambut yang merah (seperti jagung) dapat diakibatkan karena kekurangan vitamin A, C, E. Gambar 2. Kelainan rambut pada kwashiorkor 6. Kelainan Kulit Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit karena habisnya cadangan energi maupun protein. Pada sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki, paha,lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi 21
  • 22. hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi. Kurangnya nicotinamide dan tryptophan menyebabkan gampang terjadi radang pada kulit. Gambar3. Crazy pavement dermatosis 7. Kelainan Gigi dan Tulang Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis,dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita. 8. Kelainan Hati Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor lipotropik. 9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat,B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga 22
  • 23. menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen. 10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus terjadi perlemakan. Pada pankreas terjadi atrofi sel asinus sehingga menurunkan produksi enzim pankreas terutama lipase. 11. Kelainan Jantung Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi dan hipomagnesemia. 12. Kelainan Gastrointestinal Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita. Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konjugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus. Pada anak dengan gizi buruk dapat terjadi defisiensi enzim disakaridase. 13. Atrofi Otot Massa otot berkurang karena kurangnya protein. Protein juga dibakar untuk dijadikan kalori demi penyelamatan hidup. 14. Kelainan Ginjal Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi glomerulus sehingga GFR menurun. 23
  • 24. Gambar 4. Manifestasi klinis kwashiorkor pada anak 3.6 Diagnosis Anamnesis Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak kurus, atau berat badannya kurang. Selain itu ada keluhan anak kurang/tidak mau makan, sering menderita sakit yang berulang atau timbulnya bengkak pada kedua kaki, kadang sampai seluruh tubuh. .Pemeriksaan Fisik : 1. Perubahan mental sampai apatis 2. Anemia 3. Perubahan warna dan tekstur rambut, mudah dicabut / rontok 4. Gangguan sistem gastrointestinal 5. Pembesaran hati 6. Perubahan kulit (dermatosis) 7. Atrofi otot 8. Edema simetris pada kedua punggung kaki, dapat sampai seluruh tubuh Marasmus: Marasmik-kwashiorkor terdapat tanda dan gejala klinis marasmus dan kwashiorkor secara bersamaan. Gejala klinis marasmus antara lain: Penampilan 24
  • 25. wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus. Perubahan mental, cengeng. Kulit kering, dingin dan mengendor, keriput. Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit berkurang. Otot atrofi sehingga kontur tulang terlihat jelas. Kadang- kadang terdapat bradikardi. Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yangsebaya. Hasil pemeriksaan pada anak dengan MEP:1. 1. Kondisi I Jika ditemukan: a.Renjatan (Shock) b.Letargis c.Muntah dan atau diare atau dehidras 2. Kondisi II Jika ditemukan: a.Letargis b.Muntah dan atau diare atau dehidrasi 3. Kondisi III Jika ditemukan: muntah dan atau diare atau dehidrasi 4.Kondisi IV Jika ditemukan letargis 5.Kondisi V Jika tidak ditemukan: a.Renjatan (Shock ) b.Letargis c.Muntah/diare/dehidrasi Penyakit penyerta yang sering ditemui pada MEP: 1. Gangguanmata 2.Gangguan kulit 3.Diare persisten 4.Anemia berat 5.Parasit/cacing 6.Tuberkulosis 7.Malaria 8.HIV 25
  • 26. 3.7 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang diperlukan: 1. Pemeriksaan laboratorium: kadar gula darah, darah tepi lengkap, feses lengkap, elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), feritin. Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. 2. .Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan untuk menemukanadanyakelainanpadaparu. 3. Tes mantoux 4. EKG 3.8 Komplikasi Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara permanen. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan dari kwashiorkor yaitu : 1. Defisiensi zat besi 2. .Hiperpigmentasi kulit 3. Edemaanasarka 4. Imunitas menurun sehingga mudah infeksi 5. Diare karena terjadi atrofi epitel usus 6. Hipoglikemia, hipomagnesemia Refeeding syndrome adalah salah satu komplikasi metabolik dari dukungan nutrisi pada pasien malnutrisi berat yang ditandai oleh hipofosfatemia, hipokalemia, dan hipomagnesemia. Hal ini terjadi sebagai akibat perubahan sumber energi utama metabolisme tubuh, dari lemak pada saat kelaparan menjadi 26
  • 27. karbonhidrat yang diberikan sebagai bagian dari dukungan nutrisi, sehingga terjadi peningkatan kadar insulin serta perpindahan elektrolit yang diperlukan untuk metabolism intraseluler. Secara klinis pasien dapat mengalami disritmia, gagal jantung, gagal napas akut, koma paralisis, nefropati, dan disfungsi hati. Oleh sebab itu dalam pemberian dukungan nutrisi pada pasien malnutrisi berat perlu diberikan secara bertahap. 3.9 Tatalaksana 27
  • 28. Berikut ini adalah bagan langkah rencana pengobatan anak gizi buruk: 28
  • 29. Bagan 4. Langkah Rencana Pengobatan Anak Gizi Buruk Anak marasmus kwashiorkor berat memerlukan perawatan karena terdapat berbagai komplikasi yang membahayakan hidupnya. Tindakan yang dilakukan berdasarkan pada ada tidaknya tanda bahaya dan tanda penting, yang dikelompokkanmenjadi 5, yaitu: 1. Kondisi I Jika ditemukan: Renjatan (syok), letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi.Lakukan Rencana I, dengan tindakan segera, yaitu: • Pasang O2 1-2L/menit • Pasang infuse RL dan dextrose/glukosa 10% dengan perbandingan 1:1 (RLG 5%) • Berikan glukosa 10% intravena (IV) bolus, dosis 5 ml/kgBB bersamaan dengan • ReSoMal 5ml/kgBB melalui NGT 2. Kondisi II Jika ditemukan: letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi. Lakukan Rencana II,dengan tindakan segera, yaitu: 29
  • 30. 1. Berikan bolus glukosa 10 % intravena, 5ml/kgBB 2. Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50ml 3. 2 jam pertama • berikan ReSoMal secara Oral/NGT setiap 30 menit, dosis : 5ml/kgBBsetiap pemberian • catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30 menit 3. Kondisi III Jika ditemukan: muntah dan atau diare atau dehidrasi. Lakukan Rencana III, dengantindakan segera, yaitu: 1. Berikan 50ml glukosa atau larutan gula pasir 10% (oral/NGT) 2. 2 Jam pertama • berikan ReSoMal secara oral / NGT setiap 30 menit, dosis 5ml/kgBBsetiap pemberian • catat nadi, frekuensi nafas dan beri ReSoMal setiap 30 menit 4. Kondisi IV Jika ditemukan: letargis. Lakukan Rencana IV, dengan tindakan segera, yaitu: 1. Berikan bolus glukosa 10% intravena, 5ml/kgBB 2. Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50 ml 3. 2 jam pertama • berikan F 75 setiap 30 menit, . dari dosis untuk 2 jam sesuai dengan berat badan (NGT) • catat nadi, frekuensi nafas 5. Kondisi V Jika tidak ditemukan: renjatan (syok), letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi.Lakukan Rencana V, dengan tindakan segera, yaitu: 1. Berikan 50ml glukosa atau larutan gula pasir 10% oral 2. Catat nadi, pernafasan dan kesadaran 30
  • 31. Menurut Depkes RI pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam 4 fase yang harus dilalui yaitu fase stabilisasi (hari 1-7), fase transisi (8-14) faserehabilitasi (Minggu ke 3 – 6), fase tindak lanjut (Minggu ke 7 – 26). Dimanatindakan pelayanan terdiri dari 10 tindakan pelayanan sbb: Bagan 5 Langkah Utama Tatalaksana Anak Gizi Buruk Pada fase tindak lanjut dapat dilakukan di rumah, dimana anak secara berkala (1minggu/kali) berobat jalan ke Puskesmas atau Rumah Sakit. Medikamentosa 1. Pengobatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Rehidrasi secara oral dengan Resomal, secara parenteral hanya padadehidrasi berat atau syok 31
  • 32. 2. Atasi/cegah hipoglikemi GDA < 50 mg/dl→50 ml D10% bolus IV→evaluasi tiap 2 jam berimakanan tiap 2 jam3. 3. Atasi gangguan elektrolit Beri cairan rendah Na (resomal)Makanan rendah garam 4. Atasi/cegah dehidrasi Penilaian dehidrasi→denyut nadi, pernafasan, frekuensi kencing, airmata.Cairan resomal peroral 5 ml/kgbb5. 5. Atasi/cegah hipotermi Suhu < 36°→hangatkan, berikan makanan tiap 2 jam 6. Antibiotika sebagai pengobatan pencegahan infeksi: a.Bila tidak jelas ada infeksi, berikan kotrimoksasol selama 5 hari b.Bila infeksi nyata: Ampisilin IV selama 2 hari, dilanjutkan denganoral sampai 7 hari, ditambah dengan gentamisin IM selama 7 hari7. 7. Mulai pemberian makanan Fase awal→faali hemostasis kurang jadi harus hati-hatiPemberian porsi kecil, sering, rendah laktosa→oral nasogastrik Kalori 80-100 kal?Kgbb/ hari, cairan 130 ml/hari 8. Atasi penyakit penyerta yang ada sesuai pedomana. a. Bila ada ulkus di mata diberikan: i. Tetes mata chloramphenicol atau salep mata tetracycline,setiap 2-3 jam selama 7-10 hariii. ii.Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5hariiii. iii.Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali b. Dermatosis Dermatosis ditandai adanya hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar,sering disertai infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.Tatalaksana: i. Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO(kalium- permanganat) 1% selama 10 meniti ii. Beri salep atau krim (Zn dengan minyak katsor) 32
  • 33. iii.Usahakan agar daerah perineum tetap kering iv.Umumnya terdapat defisiensi seng (Zn): beri preparat Zn peroral c.Parasit/cacing Beri Mebendazole 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antelmintik. d.Diare melanjut Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaanumum. Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri: Metronidazole 7,5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari. e. Tuberkulosis Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/mantoux (seringkali alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positif atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman pengobatan TB. 9. Vitamin A (dosis sesuai usia, yaitu <6 bulan : 50.000 SI, 6-12 bulan : 100.000 SI, >1 tahun : 200.000 SI) pada awal perawatan dan hari ke- 15atau sebelum pulang10. 10. Multivitamin-mineral, khusus asam folat hari pertama 5 mg, selanjutnya 1mg per hari. 11. Tindakan kegawatana. Syok (renjatan)Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dansulit membedakan keduanya secara klinis saja. Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak akan membaik dengan cepat. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi. Pedoman pemberian cairan: Berikan larutan dextrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan ringer dengan kadar dextrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.Evaluasi setelah 1 jam: 33
  • 34. i. Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernafasan) dan status hidrasi, maka syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/penggantil, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jamselama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus (-75/pengganti). ii. Bila tidak ada perbaikan klinis maka anak menderita syok septik. Dalam hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4-20ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak 10ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudianmulailah pemberian formula (F-75/pengganti). b.Anemia berat Tranfusi darah diperlukan bila: i.Hb < 4 g/dl ii.Hb 4-6 g/dl disertai distress pernafasan atau tanda gagal jantung Tranfusi darah: 1.Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam Bila ada tanda gagal jantung, gunakan „ packed red cells‟untuk transfusi dengan jumlah yang sama. 2.Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusidimulai.Perhatikan adanya reaksi tranfusi (demam, gatal, Hb- uria,syok). Bila pada anak dengan distres nafas setelah transfusiHb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl, jangan ulangipemberian darah 12. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosionalKasih sayang, lingkungan yang ceria, bermain 13.Tindak lanjut di rumahBeri makanan sering→energi dan protein padat 34
  • 35. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010 www.diskes.jabarprov. go.id/download.php?title=RISKESDAS%202010 2. Behrman, L. Richard dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Jakarta:EGC3. 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk: Buku II Jakarta: Departemen Kesehatan. 4. Hidajat, Irawan dan Hidajati Pedoman Diagnosis dan Terapi: Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak Surabaya: RSU dr. Soetomo. 5. Golden M.H.N., 2001.Severe Malnutrition Dalam: (Golden MHN ed).Childhood Malnutrition: Its consequences and mangement. What is theetiology of kwashiorkor? Surakarta: Joint symposium betweenDepartement of Nutrition & Departement of Paediatrics Faculty of Medicine, Sebelas Maret University and the Centre for Human Nutrition,University of Sheffielob UK, 1278-1296. 6. Pudjiadi, Hegar, Handryastuti dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis.Jakarta: IDAI 7. Puone T, Sanders D, Chopra M,. 2001. Evaluating the ClinicalManagement of Severely Malnourished Children. A Study of Two RuralDistrict Hospital Afr Med J 22: 137-141. 8. Rudolph, Abraham M. dkk. 2006. Buku Ajar Pediatrik Rudolph Jakarta:EGC 9. .M. William. 2004.Pedoman Klinis Pediatri Jakarta: EGC 10. WHO. 1999.Management of Severe Malnutrition: a Manual for Physicians and Other Senior Health WorkersGeneva World HealthOrganization 11. WHO Indonesia. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Jakarta: WHO Indonesia. 35
  • 36. 36