Dokumen tersebut membahas tentang aborsi dari perspektif agama Buddha. Aborsi dianggap sebagai pembunuhan karena memenuhi lima syarat kehidupan, yaitu adanya makhluk hidup, mengetahui keberadaannya, kehendak membunuh, usaha membunuh, dan kematian akibat tindakan tersebut. Oleh karena itu, aborsi dilarang dalam ajaran Buddha.
2. KOMPETENSI DASAR
menganalisis pengetahuan tentang masalah-masalah sosial ditinjau dari agama
Buddha
TUJUAN
Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan metode pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning), peserta didik dapat menganalisis dan
menalar masalah-masalah sosial terkait aborsi dan pergaulan bebas ditinjau dari agama
Buddha sehingga mampu menghayati dan menunjukkan perilaku peduli terhadap
masalah-masalah tersebut.
3. PENGERTIAN
Aborsi adalah menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal
dengan istilah “abortus”. Aborsi dapat juga berarti pengeluaran hasil konsepsi
(pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum
diberi kesempatan untuk tumbuh. Jadi aborsi dapat didefinisikan sebagai
pengeluaran janin dari rahim, sebelum janin tersebut mampu untuk
meneruskan hidupnya sendiri.
Menurut Kartono Muhammad, aborsi dapat dibedakan dengan infanticide atau
pembunuhan bayi. Aborsi ditujukan bagi usia kandungan lima bulan ke bawah
atau usia 20 minggu. Bila di atas lima bulan, kandungan itu sudah ada
tengkorak dan tulang, maka termasuk dalam pembunuhan (infanticide).
4. MACAM-MACAM ABORSI
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1. aborsi spontan/ alamiah, aborsi spontan/alamiah berlangsung tanpa tindakan
apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur
dan sel Bsperma.
2. Aborsi buatan/sengaja, aborsi buatan/sengaja adalah pengakhiran kehamilan
sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang
disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal
ini dokter, bidan atau dukun beranak).
3. Aborsi terapeutik/medis. Aborsi terapeutik/medis adalah pengguguran
kandungan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu
yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau
penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu
maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis
yang matang dan tidak tergesa-gesa
5. SEBAB ABORSI
1. Keluarga yang tidak siap karena memiliki ekonomi pas-pasan sehingga cenderung
bersikap menolak kelahiran anak.
2. Masyarakat cenderung menyisihkan dan menyudutkan wanita yang hamil di luar nikah.
Wanita selalu disalahkan, tidak ditolong atau dibesarkan jiwanya tetapi malah ditekan
dan disudutkan sehingga dalam reaksinya wanita tersebut akan melalukan aborsi.
3. Ada aturan perusahaan yang tidak memperbolehkan karyawatinya hamil (meskipun
punya suami) selama dalam kontrak dan kalau ketahuan hamilakan dihentikan dari
pekerjaannya.
4. Pergaulan yang sangat bebas bagi remaja yang masih duduk di bangku sekolah, misal
SMA, mengakibatkan kehamilan. Karena merasa malu,dengan teman-temannya, takut
kalau kesempatan belajarnya terhenti dan barangkali masa depannya pun menjadi
buruk. Ditambah dengan tekanan masyarakat yang menyisihkan sehingga akhirnya ia
melakukan aborsi supaya tetap eksistensi di masyarakat dan dapat melanjutkan
sekolah.
6. SEBAB ABORSI
5. Dari segi medis diketahui umur reproduksi sehat antara 20-35 tahun. Bila seorang
wanita hamil di luar batasan umur itu akan masuk dalam kriteria risiko tinggi.
Batasan ini sering menakutkan, sehingga perempuan yang mengalaminya lebih
menjurus menolak kehamilanya dan ujung-ujungnya akan melakukan aborsi.
6. Pandangan sebagian orang bahwa tanda-tanda kehidupan janin antara lain adanya
detak jantung yakni umur sekitar tiga bulan. Maka hal ini akan memicu seorang
wanita hamil yang mengalami suatu masalah akan melakukan aborsi dengan
alasan usia bayi belum sampai 3 bulan.
7. Praktik aborsi adalah fenomena yang timbul karena perubahan nilai di masyarakat.
Sama halnya dengan praktik pelacuran, praktik aborsi tidak dapat diantisipasi
dengan hanya bentuk pelarangan semata.
8. Selama ini indikasi medis yang dipakai sebagai dasar bolehnya aborsi hanya
didasarkan pada kesehatan badan/keselamatan jiwa dan mengabaikan konsep
definisi kesehatan secara keseluruhan (sehat fisik, psikis, dan sehat sosial).
Padahal sebagaimana tercantum dalam UU Kesehatan No. 23Tahun 1992 yang
dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
7. AKIBAT ABORSI
Tindakan aborsi merupakan praktik yang penuh risiko. Risiko ini muncul mulai dari
pendarahan, hingga kematian karena pendarahan yang terlalu banyak. Aborsi juga
dapat mengakibatkan kemandulan karena infeksi dari penghisapan rahim menjadikan
saluran indung telur tertutup. Di samping itu juga akan mengakibatkan rusaknya alat
reproduksi sang ibu.
8. Aborsi adalah suatu tindakan pembunuhan. Mereka yang telah melakukan
tindak kejahatan, akan mendapatkan akibat di kemudian hari, baik dalam
kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Dalam
Culakammavibhanga Sutta:
“Seorang pria dan wanita yang membunuh makhluk hidup, kejam dan gemar memukul
serta membunuh tanpa belas kasihan kepada makhluk hidup, akibat perbuatan
yang telah dilakukannya itu ia akan dilahirkan kembali sebagai manusia di mana
saja ia akan bertumimbal lahir, umurnya tidaklah akan panjang”.
9. PANDANGAN AGAMA BUDDHA
Dikatakan melakukan pembunuhan karena telah memenuhi syarat-syarat
perbuatan membunuh. Suatu pembunuhan telah terjadi bila terdapat lima
faktor sebagai berikut: a) Ada makhluk hidup (pano), b) Mengetahui atau
menyadari ada makhluk hidup (pannasanita), c) Ada kehendak (cetana)
untuk membunuh (vadhabacittam), d) ada usaha untuk melakukan
pembunuhan (upakkamo), e) Makhluk itu mati karena tindakan pembunuhan
(tena maranam). (Visuddhinmagga)
10. Syarat terjadinya kehidupan manusia menurut pandangan agama
Buddha yaitu adanya pertemuan antara sel sperma dan sel telur (mata
pitaro hoti). Pertemuan tersebut terjadi pada masa subur (mata utuni
hoti), dan adanya kesadaran penerus (gadhabo paccuppatthito) dalam
siklus kehidupan baru yang merupakan kelanjutan dari kesadaran ajal
(cuti citta), yang memiliki energi karma. Oleh karena itu, jika dilakukan
aborsi berarti melakukan pembunuhan makhluk hidup (manusia).
11. KESIMPULAN
Aborsi dalam pandangan medis maupun agama adalah satu, yaitu identik
dengan pembunuhan. Inilah yang kemudian diadopsi di dalam substansi
hukum sebagaimana yang diatur lewat KUHP. Dalam pandangan medis,
abortus yang diperbolehkan adalah abortus berdasarkan indikasi medis
(abortus artificialis therapicus). Apabila aborsi yang dilakukan tanpa indikasi
medis dikategorikan sebagai abortus kriminal (abortus provocatus criminalis).
Aborsi adalah suatu tindakan pengguguran kandungan atau membunuh
makhluk hidup yang sudah ada dalam rahim seorang ibu. Hal ini karena
sudah terjadi kehidupan di dalam rahimnya.
Dikatakan melakukan pembunuhan karena telah memenuhi syarat-syarat
perbuatan membunuh. Suatu pembunuhan telah terjadi bila terdapat lima
faktor sebagai berikut: a) Ada makhluk hidup (pano), b) Mengetahui atau
menyadari ada makhluk hidup (pannasanita), c) Ada kehendak (cetana)
untuk membunuh (vadhabacittam), d) ada usaha untuk melakukan
pembunuhan (upakkamo), e) Makhluk itu mati karena tindakan pembunuhan
(tena maranam).