SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
MAKALAH MK. HUKUM KESEHATAN
“ABORSI”
Dosen Pembimbing:
DR. Maryati Sutarno, SPd, SST, MARS, MH
Disusun Oleh:
KELAS C S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG
KELOMPOK 10
1. Raden Renni Roostriyani
2. Yanti Heryani Salim
3. Humairah
4. Adinda Putri Kinanti
5. Linda Pramita
6. Irliana Anggraini
7. Nurlela Azzlina
8. Erlina Widiyaningrum
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN ALIH JENJANG
STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA TAHUN 2021/2022
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirobbil’alamiin. Segala puji kami panjatkan atas berkah rahmat yang
diberikan Allah SWT., sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa ada
halangan yang berarti.
Tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum
Kesehatan. Makalah ini secara umum akan membahas tentang aborsi. Terciptanya makalah ini,
tidak hanya hasil dari kerja keras kami, melainkan banyak pihak-pihak yang memberikan
dorongan–dorongan serta motivasi. Sekali lagi kami mengucapkan banyak terimakasih atas
terselesainya makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesan sempurna.
Untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini di waktu
mendatang.
Jakarta, Maret 2022
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A. Definisi Dan Pengertian ......................................................................... 3
B. Jenis-Jenis Aborsi .................................................................................. 4
C. Pelaku Aborsi ......................................................................................... 6
D. Alasan Terjadinya Aborsi ...................................................................... 7
E. Faktor-Faktor Penyebab Aborsi ............................................................. 8
F. Resiko Melakukan Aborsi ..................................................................... 10
G. Awal Kehidupan Manusia ..................................................................... 10
H. Pro Dan Kontra Aborsi .......................................................................... 12
I. Hukum Positif Di Indonesia Tentang Aborsi ........................................ 15
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 21
A. Kesimpulan ............................................................................................. 21
B. Saran ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 22
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia abortus bukan masalah baru, sejak lama sudah terdapat obat-obatan
(ramuan) tradisional yang berkhasiat menggugurkan kandungan. Ini berarti praktek
abortus sudah lama terjadi di Indonesia. Saat ini abortus masih merupakan masalah
besar di Indonesia, hal ini berkaitan dengan praktek abortus sering dilakukan oleh
generasi muda apalagi pelajar. Angka kejadian abortus provokatus kriminalis di
Indonesia mencapai 2,5 juta kasus pertahun, atau 43 abortus untuk setiap 100 kehamilan
dan sekitar 30% diantara kasus abortus itu dilakukan oleh penduduk usia 15-24 tahun.
Perdebatan mengenai aborsi di Indonesia akhir-akhir ini semakin ramai karena
dipicu oleh berbagai peristiwa yang mengguncang sendi-sendi kehidupan manusia.
Kehidupan yang diberikan kepada setiap manusia merupakan Hak Asasi Manusia yang
hanya boleh dicabut oleh pemberi kehidupan tersebut. Berbicara mengenai aborsi
tentunya kita berbicara tentang kehidupan manusia karena aborsi erat kaitannya dengan
wanita dan janin yang ada didalam kandungan wanita.
Pengguguran kandungan (aborsi) selalu menjadi perbicangan, baik dalam forum
resmi maupun tidak resmi yang menyangkut bidang kedokteran, hukum maupun
disiplin ilmu lainnya. Aborsi merupakan fenomena sosial yang semakin hari semakin
memprihatinkan. Keprihatinan itu bukan tanpa alasan, karena sejauh ini perilaku
pengguguran kandungan banyak menimbulkan efek negatif baik untuk diri pelaku
maupun pada masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena aborsi menyangkut norma
moral serta hukum suatu kehidupan bangsa.
Aborsi telah dikenal sejak lama, aborsi memiliki sejarah panjang dan telah
dilakukan oleh berbagai metode baik itu natural atau herbal, penggunaan alat-alat tajam,
trauma fisik dan metode tradisional lainnya. Jaman kontemporer memanfaatkan obat-
obatan dan prosedur operasi teknologi tinggi dalam melakukan aborsi. Legalitas,
normalitas, budaya dan pandangan mengenai aborsi secara substansial berbeda di
seluruh negara. Di banyak negara di dunia, isu aborsi adalah permasalahan menonjol
dan memecah belah publik atas kontroversi etika dan hukum. Aborsi dan masalah-
masalah yang berhubungan dengan aborsi menjadi topik menonjol dalam politik
nasional di banyak negara, seringkali melibatkan gerakan menentang aborsi pro
kehidupan dan pro pilihan atas aborsi diseluruh dunia.
2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka untuk mempermudah penyusunan
makalah, penyusun merumuskan masalah-masalah pokok yang akan dibahas sebagai
berikut:
1. Apa definisi dan pengertian aborsi?
2. Apa jenis-jenis aborsi?
3. Siapa pelaku aborsi?
4. Apa alasan terjadinya aborsi?
5. Apa faktor-faktor penyebab aborsi?
6. Apa resiko melakukan aborsi?
7. Bagaimana awal kehidupan manusia?
8. Bagaimana pro dan kontra aborsi?
9. Apa hukum positif di Indonesia tentang aborsi?
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk menghasilkan hasil yang lebih terarah, maka diperlukan adanya tujuan
dari penyusunan makalah ini. Adapun tujuan dari penyusunan makalah adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dan pengertian aborsi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis aborsi
3. Untuk mengetahui siapa pelaku aborsi
4. Untuk mengetahui alasan terjadinya aborsi
5. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab aborsi
6. Untuk mengetahui resiko melakukan aborsi
7. Untuk mengetahui awal kehidupan manusia
8. Untuk mengetahui pro dan kontra aborsi
9. Untuk mengetahui hukum positif di Indonesia tentang aborsi
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI DAN PENGERTIAN
Secara medis, aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum
kandungan mencapai usia 20 minggu atau berat bayi kurang dari 500 gr, yaitu sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri. Abortus adalah kehamilan yang
berhenti prosesnya pada umur kehamilan di bawah 20 minggu, atau berat fetus yang
lahir 500 gr atau kurang. Aborsi berarti terhentinya kehamilan yang terjadi di antara saat
tertanamnya sel telur yang sudah di Rahim (blastosit) sampai kehamilan 28 minggu.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi
belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr.
1. Arti Etimologis
Aborsi (abortion) berasal dari kata bahasa latin abortio ialah pengeluaran hasil
konsepsi dari uterus secara prematur pada umur dimana janin itu belum bisa
hidup di luar kandungan pada umur 24 minggu. Secara medis aborsi berarti
pengeluaran kandungan sebelum berumur 24 minggu dan mengakibatkan
kematian. Sedangkan dalam pengertian moral dan hukum, aborsi berarti
pengeluaran janin sejak adanya konsepsi sampai dengan kelahirannya yang
mengakibatkan kematian.
2. Arti Leksikal
Abortus artinya melakukan pengguguran dengan sengaja, karena tidak
menginginkan bakal bayi yang dikandung. Dalam kamus kedokteran, istilah
yang digunakan adalah abortus, yang berarti keguguran, yaitu terhentinya
kehamilan sebelum 28 minggu.
3. Menurut Para Ahli
 Menurut Eastman, Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus belum sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum
sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya 400-1000 gr atau kehamilan
kurang dari 28 minggu.
 Menurut Holmer, Aborsi adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu
ke-16 di mana plasentasi belum selesai.
 Menurut Dr. Boyke Dian Nugraha Spog Mars. Seksolog, menurutnya di
dalam dunia kedokteran, menggugurkan kandungan dikenal dengan
4
istilah abortus atau yang lebih popular adalah istilah aborsi. Aborsi
Merupakan suatu perbuatan yang sangat keji, kecuali aborsi itu dilakukan
karena pertimbangan-pertimbangan medis, demi keselamatan jiwa sang
ibu.
B. JENIS-JENIS ABORSI
1. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum
janin dapat bertahan. Abortus spontaneous adalah aborsi yang terjadi dengan tidak
didahului faktor-faktor mekanis ataupun medicinalis, semata-mata disebabkan oleh
faktor alamiah. Abortus spontan dikategorikan sesuai dengan pengeluran janin.
Berikut ini klasifikasi abortus spontan yaitu:
 Abortus Imminens
Terjadinya pendarahan uterus pada kehamilan sebelum usia kehamilan 20
minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks.
 Abortus Insipiens
Peristiwa pendarahan uterus pada kehamilan sebelum usia kehamilan 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks.
 Abortus Inkompletus
Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih
ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus atau dengan kata lain
keguguran bersisa artinya hanya ada sebagian dari hasil konsepsi yang
dikeluarkan tertinggal adalah plasenta.
 Abortus kompletus atau keguguran lengkap
Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rongga rahim kosong. Pada
abortus kompletus ditemukan pendarahan sedikit, uterus sudah mengecil dan
tidak memerlukan pengobatan khusus.
 Missed abortion
Adalah kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari
dan tidak dapat dihindari. Missed abortion, keadaan di mana janin sudah mati
tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau
lebih.
 Abortus habitualis atau keguguran berulang
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau
lebih.
5
 Abortus infeksious atau abortus septic
Adalah Abortus yang disertai infeksi genital.
2. Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-
obatan maupun alat-alat. Abortus provokatus merupakan istilah lain yang secara
resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Abortus provokatus
merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan
untuk bertumbuh. Abortus provokatus terbagi menjadi dua jenis yaitu abortus
provokatus medicinalis dan abortus provokatus kriminalis.
 Abortus Provokatus Medicinalis
Abortus provokatus medicinalis adalah abortus yang dilakukan oleh dokter atas
dasar indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan
membahayakan nyawa ibu.
 Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus provokatus kriminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh
aborsi yang dilakukan dalam rangka melenyapkan janin akibat hubungan
seksual di luar perkawinan. Secara umum abortus provokatus kriminalis adalah
suatu kelahiran dini sebelum bayi itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar
kandungan. Pada umumnya janin yang keluar itu sudah tidak bernyawa lagi.
Sedangkan secara yuridis abortus provokatus kriminalis adalah setiap
penghentian kehamilan sebelum hasil konsepsi dilahirkan, tanpa
memperhitungkan umur bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan dalam
keadaan mati atau hidup.
3. Aborsi Eugenetik
Aborsi eugenetik adalah penghentian kehamilan untuk menghindari kelahiran bayi
cacat atau bayi yang mempunyai penyakit genetis. Eugenisme adalah ideologi yang
diterapkan untuk mendapatkan keturunan hanya unggul atau baik saja. Kalau
kriteria eugenetik ini diterapkan pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, maka tidak
ada masalah etikanya. Akan tetapi kalau kriteria ini diterapkan pada manusia, maka
ini akan menjadi masalah yang besar, sebab dengan tindakan itu berarti orang-orang
sakit atau jompo tidak berhak untuk hidup di dunia dan harus dimusnahkan.
6
4. Aborsi Langsung Dan Aborsi Tak Langsung
 Aborsi langsung
Aborsi langsung adalah tindakan (intervensi medis) yang tujuannya secara
langsung ingin membunuh janin yang ada di dalam rahim sang ibu
 Aborsi tak langsung
Aborsi tak langsung adalah suatu tindakan (intervensi medis) yang
mengakibatkan aborsi, meskipun aborsi sendiri tidak dimaksudkan dan bukan
menjadi tujuan dalam tindakan itu. Misalnya, seorang ibu yang hamil dan
ketahuan mempunyai penyakit kanker rahim ganas dalam kondisi
menghawatirkan. Oleh karena janin ada dalam rahim yang diangkat, maka
janin tersebut ikut terangkat dan ikut mati.
5. Selektif Abortion
Selektif abortion adalah penghentian kehamilan karena janin yang dikandung tidak
memenuhi kriteria yang diinginkan. Misalkan ada orang tua yang menghendaki
anak perempuan, maka begitu ketahuan anak yang didalam kandungannya itu laki-
laki, maka kandungannya digugurkan.
C. PELAKU ABORSI
1. Menurut Prof. Dr. Sudradji Sumapraja, seorang ahli kebidanan dan kandungan
rahim dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, sebagian besar
pelakunya adalah ibu rumah tangga yang sudah menikah (99,7 %).
2. Biran Affandi, ketua umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi (POGI)
mengatakan bahwa 89% pelaku aborsi adalah ibu-ibu yang sudah menikah, 11%
yang belum menikah, 45% yang akan menikah dan 55% yang belum berencana
untuk menikah.
3. Menurut Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH, Depkes dan Kessos pelaku aborsi di
kalangan remaja yang belum menikah hanya 15%-20%, sebagian besar adalah ibu
yang sudah menikah.
4. Mengenai umur wanita yang melakukan aborsi, menurut Deputi II bidang
kesetaraan gender, Yusuf Supiandi, 51% berusia 20-29 tahun, berusia 30-46 tahun
dan 15% berusia di bawah 20 tahun. Meskipun Undang-Undang Kesehatan No. 23
tahun 1952 pasal 15 ayat 2D, dengan tegas menyebutkan bahwa aborsi hanya boleh
dilakukan disebuah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang
memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah, akan tetapi
dalam kenyataan banyak aborsi terjadi di rumah sakit dan klinik tertentu yang tidak
7
mempunyai izin praktek untuk itu. Aborsi juga dilakukan di rumah-rumah keluarga,
terutama dengan bantuan dukun.
5. Menurut Prof. Dr. Budi Utomo, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, pelaku aborsi di kota lebih tinggi dari pada di desa. Walaupun sudah
ditegaskan dalam UU kesehatan No. 23 tahun1992 pasal 15 ayat 2 C yang berbunyi,
“Aborsi hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan wewenang untuk itu, dan sesuai dengan tanggung jawab profesi, serta
berdasarkan pertimbangan tim ahli”, tetapi masih ada 80% aborsi dilakukan oleh
tenaga tradisional atau dukun. Diperkirakan sekitar 70% pelaku aborsi, sudah
melakukan usahan sendiri untuk menggugurkan kandungan sebelum ke klinik atau
rumah sakit dengan berbagai cara, misalnya minum jamu, memijat perut,
memasukan benda-benda tertentu ke perut dan lain-lain.
D. ALASAN TERJADINYA ABORSI
1. Alasan Medis
Tidak bisa disangkal bahwa menggugurkan kandungan adalah suatu cara
membunuh kehidupan manusiawi. Tidak mengherankan bahwa hal itu biasa terjadi
juga dalam konteks kehamilan, karena kehamilan merupakan suatu situasi
manusiawi yang sangat unik. Selama sembilan bulan dua insan mengalami
simbiosis (persekutuan hidup) begitu erat, sehingga yang satu (janin) sama sekali
tergantung pada yang lain (ibu). Tetapi bisa juga terjadi bahwa hadirnya janin dalam
kandungan mengganggu dan bahkan mengancam kehidupan atas kesehatan si ibu.
Disini juga tetap berlaku kewajiban untuk menghormati kehidupan manusia. Dalam
situasi seperti ini, mengakhiri kehamilan dapat dibenarkan biarpun akan dilakukan
dengan berat hati. Seandainya dokter mempunyai alternatif lain, ia tidak akan
melakukannya, tetapi alternatif lain tidak ada, maka dengan demikian kehamilan
boleh diakhiri karena alasan medis. Secara medis, aborsi dapat dilakukan apabila
ada indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/cacat
bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan.
2. Alasan Non Medis
Aborsi selain dilakukan oleh wanita yang berstatus menikah, juga dilakukan oleh
wanita yang belum menikah dengan berbagai alasan. Anehnya lebih banyak wanita
8
hamil melakukan aborsi dengan alasan non medis dibandingkan dengan medis,
seperti:
 Demi karier
 Tidak cukup waktu untuk merawat anak
 Pria yang menghamilinya tidak bertanggung jawab
 Malu, takut dikucilkan.
Alasan non medis tersebut hanya menunjukkan ketidakpedulian seorang wanita
akan janinnya. Adapun wanita yang belum menikah menjadi hamil, memang sering
menghadapi masalah-masalah yang tidak mudah baginya. Kadang-kadang ia
merasa masih terlalu muda dan bingung untuk menjadi seorang ibu. Ia merasa
pendidikannya terganggu oleh anak yang akan dilahirkan, tempat kerja terancam
dan teman laki-laki akan meninggalkan dia kalau ia tidak menyetujui
menggugurkan anak mereka sebelum kehamilan diketahui. Selain itu ada juga yang
merasa khawatir tidak mampu membesarkan anak karena alasan kesehatan, karena
keadaan ekonomi rumah tangga yang serba kurang, juga anak-anak yang sudah
memerlukan perhatian. Kadang-kadang para suami memaksa istri untuk
menggugurkan anak mereka karena sifat egois atau tidak mau repot, ingin
menikmati uang untuk membeli barang dan tidak mau diganggu, ingin masih bebas.
Alasan lain lagi adalah:
 Kehamilan yang terjadi belum dikehendaki, artinya bahwa wanita yang
bersangkutan, belum siap untuk menjadi ibu.
 Umur anak dan jarak kehamilan terlalu dekat
 Kehamilan yang tidak disetujui oleh keluarga.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, membuka peluang kepada setiap
orang untuk mengekspresikan kehebatannya. Akan tetapi ketika ada kesempatan,
manusia terbius dengan alat-alat yang digunakan, usia manusia diperpendek bahkan
dimusnahkan sebelum menjadi manusia utuh. Nyawa bayi-bayi yang tidak bersalah
menjadi korban teknologi. Para wanita yang kurang menghargai kehidupan
memutuskan untuk menghentikan kehamilan dengan berbagai macam alasan, tanpa
memperhitung akibat yang akan terjadi di kemudian hari. Di sini kita melihat bahwa
ternyata penghormatan terhadap martabat manusia masih sangat minim.
E. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ABORSI
Aborsi tergolong kasus antik dalam sejarah kemanusiaan. Entah pada tingkat
teoritis maupun praktis, aborsi tetap menjadi sebuah masalah yang dipertanyakan dalam
9
hati nurani manusia. Akar persoalan aborsi perlu digali secara menyeluruh sebelum
muncul penilaian etis atas praktek aborsi. Mengapa manusia ingin melakukan aborsi?
Tinjauan interdisipliner akan menolong kita untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
ini.
1. Secara sosiologis, umumnya aborsi muncul karena adanya ketidakpastian seseorang
untuk mempertanggungjawabkan tindakannya setelah bersenggama baik di dalam
maupun di luar perkawinan, buah kandungan tidak diinginkan. Mereka takut
mengalami aib sosial dan penolakan dari keluarga. Status anak yang bakal
dilahirkan akan dicap sebagai anak haram walaupun di dunia barat sudah dikenal
peran sosial sebagai single parent.
2. Terkadang muncul alasan ekonomi untuk melakukan aborsi. Keluarga tidak akan
sanggup menghidupi dan membiayai anak yang akan dilahirkan. Untuk alasan
inilah mereka melakukan aborsi agar anak tidak dilahirkan.
3. Kemajuan teknologi yang secara langsung berpengaruh bagi perubahan perilaku
orang terhadap aborsi. Pertama, soal bahaya fisik aborsi. Dulu aborsi bisa sangat
berbahaya dan bisa mengakibatkan penderita fisik yang tak berkesudahan, cacat
fisik atau bahkan kematian ibu. Akan tetapi, oleh karena adanya alat-alat
kedokteran canggih dewasa ini, maka aborsi bisa dilakukan tanpa berisiko tinggi
atau kematian ibu. Tentu saja bagi sebagian orang, resiko yang kecil ini menjadikan
aborsi bukan lagi hal yang harus ditakuti. Kedua, ada beberapa tenaga medis yang
melupakan sumpahnya untuk tidak melakukan pengguguran dan lebih banyak
berorientasi pada uang sehingga mereka dengan mudah melayani orang yang ingin
melakukan pengguguran, tanpa merasa bersalah. Ada tempat-tempat tertentu yang
menyediakan jasa semacam ini, meskipun secara resmi aborsi dilarang. Ketiga,
adanya internet dan handphone (HP) yang bisa menjelajah dunia maya yang banyak
situs-situs porno. Kemudahan ini menjadikan semua orang bisa mengakses dan
melihat semua hal yang selama ini tidak boleh dilihat karena dipandang tabu dan
porno. Tidak sedikit kasus tindakan seksual yang menyimpang atau kekerasan
seksual yang terjadi, yang diakibatkan oleh film atau gambar porno yang didapat
dari internet atau yang lainnya. Dengan adanya kemudahan teknologi itu, orang
lebih mudah bermain-main dengan seksualitasnya yang mengakibatkan semakin
banyak terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki dan yang berakhir pada aborsi.
10
F. RESIKO MELAKUKAN ABORSI
Masalah psikologis akan dialami seseorang setelah melakukan aborsi walaupun
gejala ini belum digali secara mendalam. Biasanya, mereka akan di hinggapi post-
traumatic abortion syndrome (PAS) yang mengandung unsur stress pasca aborsi.
Mekanisme bela diri akan muncul dari pelaku aborsi. Gejalanya mereka akan merasa
bersalah, menyesal, malu, harga diri rendah, insomnia dan mengalami mimpi-mimpi
yang mengerikan. Acap kali, muncul rasa benci atau permusuhan dengan kaum pria,
seperti pria atau lelaki yang menghamilinya. Tak heran, tidak sedikit mereka akan lari
ke alkohol atau narkoba. Dalam hal ini keterlibatan kita yang menolong mereka yang
menderita sangat diperlukan. Dalam kasus ini, proses penyembuhan yang
berkesinambungan diperlukan.
Ada beberapa langkah penyembuhan. Pertama, sadarkan mereka dan ajak
mereka mengakui bahwa mereka ambil bagian dalam pembunuhan bayinya. Ajaklah
mereka untuk menyesali kematian bayinya. Kedua, carilah pengampunan ilahi sebagai
bagian hakiki bagi setiap pelaku aborsi. Ketiga, ampunilah sesamamu. Ini sulit. Tetapi,
ini diperlukan untuk menyempurnakan penyembuhan dan membebaskan diri dari
kemarahan yang menekan. Dan keempat, ampunilah diri sendiri supaya kita mencapai
kedamaian batin. Sementara itu, mereka yang berada di sekitar pelaku aborsi seharusnya
mengungkapkan rasa kesetiakawanan, mendukung, dan memahami mereka.
Hal-hal yang harus diketahui oleh setiap wanita adalah banyak masalah
kesehatan yang akan dihadapi selama dan sesudah melakukan aborsi, terlepas dari
prosedur “aman” dan “tidak aman”. Aborsi pada wanita di bawah usia 20 tahun, 100%
akan mempunyai resiko komplikasi medis dibandingkan dengan usia 25-29 tahun.
Komplikasi berupa robekan uterus, pendarahan hebat, emboli, infeksi, kejang, luka
rahim, syok, dll. Di antaranya 2% memerlukan perawatan seumur hidup, serta
percobaan bunuh diri meningkat. Selain itu perempuan yang menghentikan kehamilan
pertamanya di awal trisemester, resiko mendapat kanker payudara. Dari survei pasca
aborsi ditemukan 28% mencoba membunuh diri, 60% menyatakan aborsi membuat
hidupnya lebih buruk dari sebelumnya, 94% menyesal dengan keputusannya dan
kecenderungan alkoholik dan menggunakan obat-obatan naik 40%.
G. AWAL KEHIDUPAN MANUSIA
Perkembangan semua bagian embrio dimulai pada saat pembuahan, ketika ovum
atau sel telur wanita dibuahi oleh sel sperma pria. Karena kemajuan baru dalam
11
teknologi, para pakar bisa mengamati perubahan menakjubkan yang terjadi di dalam
inti telur bersel tunggal yang telah dibuahi. Molekul-molekul yang membentuk DNA
(asam deoksiribonukleat) sang ayah dan sang ibu berpadu membentuk kehidupan
manusia yang belum pernah ada.
Sel tunggal itu memulai proses menakjubkan, yakni membangun manusia yang
utuh. Proyek “pembangunan” ini ditentukan oleh gen-gen kita, yaitu segmen-segmen
DNA. Gen-gen tersebut mengontrol hampir segala sesuatu mengenai diri kita, seperti
tinggi badan, ciri-ciri wajah, warna mata dan rambut, dan ribuan sifat lainnya.
Belakangan, saat sel yang mula-mula itu membelah “cetak biru” genetis yang
lengkap digandakan ke setiap sel baru. Yang menakjubkan, setiap sel ini diprogram
untuk berkembang menjadi sel apa pun yang diperlukan. Ini termasuk jaringan hati, otak,
tulang, kulit, dan bahkan jaringan transparan untuk mata kita. Tidak heran,
pemrograman awal untuk perkembangan manusia baru yang unik yang terjadi di dalam
sel yang semula itu sering disebut “keajaiban”.
Manusia sudah sepenuhnya diprogram untuk pertumbuhan dan perkembangan
selama seluruh kehidupannya sejak ia masih satu sel” lapor Dr. David Fu-Chi Mark,
seorang biolog molekuler yang dihormati. Ia menyimpulkan, “Tidak ada lagi keraguan
apa pun bahwa setiap manusia benar-benar unik sejak awal mula kehidupannya pada
saat pembuahan”.
1. Manusia di Dalam Rahim
Sejak saat pembuahan didalam rahim, si anak adalah manusia yang tersendiri,
bukan sekadar bagian dari jaringan sang ibu. Tubuh sang ibu menganggap si anak
sebagai benda asing. Seandainya tidak ada “lingkungan yang terlindung” di dalam
rahim, si anak akan segera ditolak oleh tubuh sang ibu. Kehidupan manusia yang
baru ini dipisahkan dari ibunya oleh ruang pelindung adalah manusia dengan sidik
jari DNA yang tersendiri.
Masa janin ada didalam rahim sering juga disebut dengan masa pranatal.
Samsunuwiyati (2012:69) dalam bukunya “Psikologi Perkembangan” telah
menjelaskan bahwa pranatal ini merupakan periode perkembangan manusia yang
paling singkat, tetapi justru pada masa ini terjadi perkembangan yang sangat cepat.
Di dalam rahim, janin akan cepat berkembang. Mulai dari pembentukan jantung,
otak, mata, kaki, telinga dan organ lainnya. Dengan begitu berat tubuh seorang
ibu akan terus bertambah karena perkembangan janin dalam kandungannya.
Meski begitu, perempuan yang telah sukses mengandung dengan bantuan
rahimnya tak selamanya akan dielu-elu. Ada perempuan yang berusaha untuk
12
melenyapkan janin tersebut jika memang kehadirannya tidak diinginkan. Namun
ada juga yang berusaha merawatnya karena kehadirannya sangat diharapkan.
2. Fase Penciptaan Manusia
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan bayi.
Ringkasnya, ciri-ciri utama tahap perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
• Tahap Pertama atau Pre-Embriotik
Proses penciptaan manusia dapat dijelaskan pada fase yang pertama atau
disebut dengan pre-embriotik. Saat fase ini, zigot tumbuh membesar melalui
pembelahan sel kemudian menjadi segumpalan sel yang membenamkan diri
pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin besar, sel-sel
penyusunnya mengatur diri mereka sendiri untuk membentuk tiga lapisan.
• Tahap kedua atau Embriotik
Proses penciptaan manusia yang berikutnya memasuki tahap kedua atau
disebut dengan embriotik. Tahap ini berlangsung lima setengah minggu. Bayi
pada tahap ini disebut "embrio". Pada tahap ini organ dan sistem tubuh bayi
mulai terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut.
• Tahap ketiga atau Fetus
Proses penciptaan manusia yang ketiga atau fase fetus dimulai sejak
kehamilan bulan 8 hingga kelahiran. Pada tahap ini bayi telah menyerupai
manusia dengan wajah, kedua tangan dan kakinya.
Meskipun pada awalnya memiliki panjang hanya 3 cm, kesemua organnya
sudah jelas. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan
perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.
H. PRO DAN KONTRA ABORSI
Di Indonesia kasus aborsi bukan lagi hal yang tabu, bahkan banyak sekali
kejadian remaja yang melakukan tindakan aborsi yang biasanya disebabkan karena
hamil diluar nikah. Bahkan tidak hanya remaja yang melakukan tindak aborsi ini, ibu
rumah tangga pun juga ada yang melakukan aborsi dengan alasan bocornya alat
kontrasepsi dan alasan lainnya.
Padahal Di Indonesia, hukum aborsi diatur dalam UU Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa aborsi di Indonesia tidak
13
diizinkan, dengan pengecualian karena darurat medis yang mengancam nyawa ibu
ataupun janin, serta bagi korban perkosaan.
Jadi tidak sembarangan orang bisa melakukan tindakan aborsi. Jika orang yang
tidak memenuhi syarat yang diperbolehkan untuk melakukan aborsi seperti yang
dijelaskan dalam pasal diatas maka orang tersebut dianggap telah melakukan tindak
kriminal. Remaja yang emosinya masih tidak stabil dan terlibat dalam pergaulan bebas
terkadang memilih cara ini sebagai cara yang cepat dan dianggap tepat untuk
mengakhiri kandungannya. Padahal tindakan aborsi tidak hanya berbahaya bagi
kesehatan fisiknya saja tetapi juga sangat berpengaruh terhadap psikologisnya.
Dalam psikologi terdapat salah satu kajian yang dinamakan perspektif biologis
(biopsikologi), dimana perspektif biologis ini mempelajari bagaimana proses otak dan
fungsi-fungsi kerja alat tubuh mempengaruhi perilaku manusia. Saat seseorang
memutuskan untuk melakukan aborsi disanalah proses otaknya bekerja untuk membuat
suatu keputusan, persepsi (mengambil kesimpulan) dan berpikir bahwa tindakan aborsi
itu adalah hal yang tepat untuk mengugurkan kandungan.
Oleh karena itu, tindakan aborsi ini sangat tepat berada dalam pembahasan
kontra di Indonesia, hal ini dikarenakan beberapa alasan yang pertama karena dari segi
agama, tindakan aborsi berarti sama saja dengan tindakan menghilangkan nyawa
seseorang apalagi seorang janin yang masih suci, banyak sekali ayat-ayat yang
menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia.
Agama manapun tidak ada yang mengizinkan untuk melakukan pembunuhan.
Bahkan sangat ditekankan hukuman (balasan) di hari akhir nanti bagi orang-orang yang
melakukan pembunuhan sangatlah berat.
Alasan yang kedua, sangat banyak risiko yang ditimbulkan karena aborsi dari
segi medis. Baik itu risiko jangka pendek ataupun jangka panjang. Contoh risiko jangka
pendeknya adalah rahim sobek (Uterine Perforation), terjadi kebocoran uterus,
pendarahan rahim yang tidak berhenti, bagian bayi masih ada yang tertinggal didalam
rahim, rasa sakit pada bagian kemaluan sampai pinggang, dan bahkan dapat merusak
organ tubuh lainnya. Sedangkan contoh risiko jangka panjangnya keguguran kandungan
di kehamilan berikutnya, kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen
pada wanita), kanker leher rahim (Cervical Cancer), tidak dapat hamil kembali (mandul)
karena ada bagian rahim yang sudah terinfeksi, kelahiran prematur dikehamilan
berikutnya, peradangan di bagian pelvis dan bahkan bisa sampai menyebabkan kematian.
Hal seperti yang dijelaskan diatas juga terdapat dalam buku “Facts of Life” yang ditulis
oleh Brian Clowes, Phd.
14
Alasan yang ketiga, tidak kalah bahaya atau dampak dari segi medis adapun dari
segi psikologisnya yaitu dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion
Syndrome” (Sindrom Paska Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam
“Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-
Abortion Review (1994). Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan
mengalami hal-hal seperti kehilangan harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%),
mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%), ingin melakukan bunuh diri (28%),
mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%), tidak bisa menikmati lagi
hubungan seksual (59%) dan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama
bertahun-tahun dalam hidupnya.
Alasan terakhir, dari segi kemanusiaan bila calon bayi yang belum lahir itu
diaborsi bukankah itu sudah melanggar hak asasi manusia? Dimana dalam HAM tertulis
semua manusia memiliki hak untuk hidup. Terlepas dari ia masih segumpal darah atau
embrio atau janin, semua orang mengetahui bahwa yang berupa segumpal darah atau
embrio atau janin itu nantinya akan menjadi manusia.
Berarti janin memiliki hak hidup setara manusia. Kemudian bagaimana seorang
ibu bisa tega menggugurkan buah hatinya sendiri. Bukankah itu berarti sang ibu tidak
mempunyai rasa belas kasihan dan perikemanusiaan terhadap calon anaknya itu.
Memang jika dilihat dari pihak yang pro terhadap aborsi, mereka juga memberikan
alasan mengapa aborsi boleh dilakukan. Misalnya jika kehamilan tersebut dapat
membahayakan ibu dan janin maka dengan terpaksa kandungan tersebut boleh
digugurkan.
Selain itu, pihak yang mendukung tindakan aborsi ini beranggapan bahwa
tindakan aborsi dapat mengurangi jumlah kepadatan penduduk terutama di Indonesia
yang tercatat sebagai negara padat penduduk nomor 4 didunia dan juga jika kepadatan
penduduk semakin rendah otomatis kemiskinan juga akan semakin menurun.
Lalu pihak pro beranggapan bahwa tindakan aborsi sah-sah saja karena
dilakukan berdasarkan persetujuan dari orang yang bersangkutan maupun dari pihak
keluarga sehingga tidak ada unsur paksaan didalamnya dan seorang bayi tidak harus
lahir kedalam dunia dalam keadaan yang tidak diinginkan. Terlebih lagi jika calon ibu
masih dibawah umur yang emosi (mentalnya) dan reproduksinya belum matang
sempurna sehingga lebih baik dilakukan aborsi saja.
Pada intinya adalah bahwa memang aborsi disatu sisi dapat memberikan
keuntungan bagi negara (seperti menurunnya kepadatan penduduk dan kemiskinan)
tetapi di sisi lain aborsi dapat dikatakan sebagai tindak kriminal karena melanggar hak
15
hidup seseorang (walaupun masih dalam bentuk janin) dan sangat banyak efek samping
yang dapat diterima setelah melakukan aborsi ini.
I. HUKUM POSITIF DI INDONESIA TENTANG ABORSI
Masalah pengguguran kandungan pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan
kaitannya dengan nilai-nilai serta norma-norma agama yang berkembang dalam
masyarakat Indonesia, terkait dengan hukum pidana positif di Indonesia pengaturan
masalah pengguguran kandungan tersebut terdapat pada pasal 346, 347, 348, 349 dan
350 KUHP.
Menurut ketentuan yang tercantum dalam pasal 346, 347, dan 348 KUHP
tersebut abortus criminalis meliputi perbuatan-perbuatan sebagai berikut:
1. Menggugurkan kandungan (afdrijving van de vrucht)
2. Membunuh kandungan (de dood van vrucht veroorzaken)
Undang-undang tidak memberikan penjelasan mengenai perbedaan pengertian
menggugurkan kandungan dan membunuh kandungan, demikian pula mengenai
pengertian dari kandungan itu sendiri. Dari segi tata bahasa menggugurkan berarti
membuat gugur atau menyebabkan gugur, dimana sama artinya dengan jatuh atau lepas.
Jadi menggugurkan kandungan berarti membuat kandungan menjadi gugur atau
menyebabkan menjadi gugur.
Sedangkan membunuh sama dengan menyebabkan mati atau menghilangkan
nyawa. Jadi, membunuh kandungan berarti menyebabkan kandungan menjadi mati atau
menghilangkan nyawa kandungan. Pada pengguguran kandungan yaitu lepasnya
kandungan dari rahim dan keluarnya kandungan tersebut dari tubuh wanita yang
mengandung. Sedangkan pada pembunuhan kandungan perbuatan yang dihukum adalah
menyebabkan matinya kandungan.
Dari segi hukum positif yang berlaku di Indonesia, masih ada perdebatan dan
pertentangan dari yang pro dan yang kontra soal persepsi atau pemahaman mengenai
undang-undang yang ada sampai saat ini. Baik undang-undang kesehatan, undang-
undang praktik kedokteran, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), undang-
undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, dan undang-undang hak asasi
manusia.
Keadaan seperti inilah dengan begitu banyak permasalahan yang kompleks yang
membuat banyak timbul praktek aborsi gelap yang dilakukan baik oleh tenaga medis
16
formal maupun tenaga medis informal, dan yang sesuai dengan standar operasional
medis maupun yang tidak. Sebelum keluarnya UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009
tentang kesehatan, ketentuan aborsi diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1992. Dimana dalam ketentuan undang-undang kesehatan memuat tentang aborsi yang
dilakukan atas indikasi kedaruratan medis, yang mengancam nyawa ibu dan bayi lahir
cacat sehingga sulit hidup diluar kandungan.
Sebelum terjadinya revisi undang-undang kesehatan, masih banyak perdebatan
mengenai aborsi yang dilakukan oleh korban perkosaan. Hal itu dikarenakan tidak
terdapat pasal yang secara jelas mengatur mengenai aborsi terhadap korban perkosaan.
Selama ini banyak pandangan yang menafsirkan bahwa aborsi terhadap korban
perkosaan disamakan dengan indikasi medis sehingga dapat dilakukan karena gangguan
psikis terhadap ibu yang juga dapat mengancam nyawa sang ibu. Namun dipihak lain
ada juga yang memandang bahwa aborsi terhadap korban perkosaan adalah aborsi
kriminalis karena memang tidak membahayakan nyawa sang ibu dan dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan tidak termuat secara jelas didalam
pasalnya. Dengan keluarnya revisi undang-undang kesehatan maka mengenai legalitas
aborsi terhadap korban perkosaan telah termuat dengan jelas didalam Pasal 75 Ayat 2
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adapun ketentuan yang
berkaitan dengan soal aborsi dan penyebabnya dapat dilihat pada KUHP Bab XIX Pasal
229, 346, 347, 348, 349 yang memuat jelas larangan dilakukannya aborsi. Sedangkan
dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur
ketentuan aborsi dalam Pasal 76, 77, 78 terdapat perbedaan antara KUHP dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam mengatur masalah
aborsi. KUHP dengan tegas melarang aborsi dengan alasan apapun, sedangkan undang-
undang kesehatan memperbolehkan aborsi atau indikasi kedaruratan medis maupun
karena adanya perkosaan.
Pada dasarnya masalah aborsi (pengguguran kandungan) yang dikualifikasikan
sebagai perbuatan kejahatan atau tindak pidana hanya dapat kita lihat dalam KUHP
walaupun dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan memuat
juga sanksi terhadap perbuatan aborsi tersebut. KUHP mengatur berbagai kejahatan
maupun pelanggaran. Salah satu kejahatan yang diatur didalam KUHP adalah masalah
aborsi kriminalis. Ketentuan mengenai aborsi kriminalis dapat dilihat dalam Bab XIV
17
Buku ke-II KUHP tentang kejahatan terhadap nyawa (khususnya Pasal 346–349).
Adapun rumusan selengkapnya pasal-pasal tersebut:
 Pasal 299:
1. Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang perempuan atau
mengerjakan sesuatu perbuatan terhadap seorang perempuan dengan
memberitahukan atau menimbulkan pengharapan bahwa oleh karena itu
dapat gugur kandungannya, dihukum penjara selama-lamanya empat
tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 45.000.
2. Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan atau
jika ia seorang tabib, bidan, atau juru obat, pidananya tersebut ditambah
sepertiga
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian.
 Pasal 346:
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama
4 tahun.
 Pasal 347:
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama 12 tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan
pidana penjara paling lama 15 tahun.
Dalam KUHP ini tidak diberikan penjelasan mengenai pengertian kandungan itu
sendiri dan memberikan arti yang jelas mengenai aborsi dan membunuh (mematikan
kandungan). Dengan demikian kita mengetahui bahwa KUHP hanya mengatur
mengenai aborsi provocatus kriminalis, dimana semua jenis aborsi dilarang dan tidak
diperbolehkan oleh undang-undang apapun alasannya.
Pengaturan abortus provocatus didalam KUHP yang merupakan warisan zaman
Belanda bertentangan dengan landasan dan politik hukum yaitu, “Melindungi segenap
bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum berdasarkan Pancasila
18
dan UUD 1945 karena melarang aborsi provokatus tanpa pengecualian”. Hal ini dirasa
sangat memberatkan kalangan medis yang terpaksa harus melakukan aborsi
provokatus untuk menyelamatkan jiwa si ibu yang selama ini merupakan pengecualian
diluar undang-undang.
Contohnya adalah berlakunya Pasal 349 KUHP, jika pasal ini diterapkan secara
mutlak, maka para Dokter, Bidan, Perawat, dan tenaga medis lainnya dapat dituduh
melanggar hukum dan mendapat ancaman pidana penjara. Padahal bisa saja mereka
melakukan aborsi provokatus untuk menyelamatkan nyawa sang ibu. Oleh karena itu
dibutuhkan untuk suatu peraturan perundang-undangan yang baru yang mengandung
aspek perlindungan hukum yang tinggi bagi para tenaga medis dalam menjalankan
kewajibannya. Kebutuhan akan peraturan perundang-undangan baru tersebut dipenuhi
dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Pada perkembangannya, peraturan mengenai aborsi provokatus atau aborsi
kriminalis dapat dijumpai dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Jika pada Pasal 299 dan 346-349 KUHP tidak ada diatur masalah aborsi
provokatus (khususnya hukum pidana) hanya bersifat mengatur dan eksplikasitif
(menjelaskan). Asas ini berfungsi untuk menjelaskan berlakunya Pasal 75-78 ketika
harus dikonfrontasikan dengan pasal-pasal KUHP yang mengatur masalah abortus
provocatus.
Melihat rumusan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan tampaklah bahwa dengan jelas undang-undang tersebut melarang aborsi
kecuali untuk jenis aborsi provocatus therapeuticus (aborsi yang dilakukan untuk
menyelamatkan jiwa si ibu dan/atau janinnya). Dalam dunia kedokteran abortus
provocatus medicinalis dapat dilakukan jika nyawa si ibu terancam bahaya maut dan
juga dapat dilakukan jika anak yang akan lahir diperkirakan mengalami cacat berat
dan diindikasikan tidak dapat hidup diluar kandungan, misalnya janin menderita
kelainan ectopia kordalis (janin yang akan dilahirkan tanpa dinding dada sehingga
terlihat jantungnya), rakiskisis (janin yang akan lahir dengan tulang punggung terbuka
tanpa ditutupi kulit), maupun anensefalus (janin akan dilahirkan tanpa otak besar).
Dalam undang-undang kesehatan juga telah mengatur mengenai aborsi yang
dilakukan oleh korban perkosaan yang diindikasikan dapat menyebabkan trauma
psikis bagi si ibu. Jika dalam undang-undang kesehatan yang lama tidak dimuat secara
khusus mengenai aborsi terhadap korban perkosaan sehingga menimbulkan
19
perdebatan dan penafsiran diberbagai kalangan. Dengan adanya undang-undang
kesehatan yang baru maka hal tersebut tidak diperdebatkan lagi mengenai kepastian
hukumnya karena telah terdapat pasal yang mengatur secara khusus.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pasal 75 Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur mengenai aborsi provokatus yang
diperbolehkan di Indonesia, yakni abortus provocatus atau indikasi medis atau
medicinalis. Apabila ditelaah lebih jauh, kedua peraturan tersebut berbeda satu sama
lain. KUHP mengenal larangan aborsi provokatus tanpa kecuali, termasuk abortus
provocatus medicinalis atau abortus provocatus therapeutic. Tetapi Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan justru memperbolehkan terjadinya abortus
provocatus medicinalis dengan spesifikasi therapeutics.
Dalam konteks hukum pidana, terjadilah perbedaan antara perundang-undangan
yang lama (KUHP) dengan peraturan perundang-undangan yang baru. Padahal
peraturan perundang-undangan disini berlaku asas “Lex Posteriori Derogate Legi
Priori”. Asas ini beranggapan bahwa jika diundangkan peraturan baru dengan tidak
mencabut peraturan lama yang mengatur materi yang sama dan keduanya saling
bertentangan satu sama lain, maka peraturan yang baru itu mengalahkan atau
melumpuhkan peraturan yang lama. Dengan demikian Pasal 75 Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengatur tentang abortus provocatus
medicinalis tetap dapat berlaku di Indonesia meskipun sebenarnya aturan berbeda
dengan rumusan aborsi provokatus kriminalis menurut KUHP.
Berlakunya asas “Lex Posteriori Derogate Legi Priori" sebenarnya merupakan
salah satu upaya pemerintah untuk mengembangkan hukum pidana di Indonesia.
Banyak aturan-aturan KUHP yang dalam situasi khusus tidak relevan lagi untuk
diterapkan pada masa sekarang ini. Untuk mengatasi kelemahan KUHP tersebut
pemerintah mengeluarkan undang-undang kesehatan dengan harapan dapat
memberikan suasana yang kondusif bagi dinamika masyarakat Indonesia pada masa
sekarang ini. Asas “Lex Posteriori Derogate Legi Priori” merupakan asas hukum yang
berkembang diseluruh bidang hukum.
Suatu hal yang merupakan kelebihan dari pasal-pasal aborsi provokatus Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan adalah ketentuan pidananya.
Ancaman pidana yang diberikan terhadap pelaku abortus provocatus criminalis jauh
lebih berat daripada ancaman pidana sejenis KUHP. Dalam Pasal 194 Undang-Undang
20
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pidana yang diancam adalah pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun. Sedangkan dalam KUHP, (Pasal 299 KUHP) pidana
yang diancam paling lama hanya 4 (empat) tahun penjara atau denda paling banyak
Rp 45.000 (empat puluh lima ribu rupiah), paling lama 4 (empat) tahun penjara (Pasal
346 KUHP), paling lama 12 (dua belas) tahun penjara (Pasal 347 KUHP), dan paling
lama 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan penjara (Pasal 348 KUHP).
Ketentuan pidana mengenai abortus provocatus criminalis dalam undang-
undang kesehatan dianggap bagus karena mengandung umum dan prevensi khusus
untuk menekan angka kejahatan aborsi kriminalis. Dengan merasakan ancaman pidana
yang demikian beratnya itu, diharapkan para pelaku aborsi menjadi jera dan tidak
mengulangi perbuatannya, dalam dunia hukum hal ini disebut sebagai prevensi khusus,
yaitu usaha pencegahan agar pelaku aborsi provocatus kriminalis tidak lagi mengulang
perbuatannya. Sedangkan prevensi umumnya berlaku bagi warga masyarakat karena
mempertimbangkan baik-baik sebelum melakukan aborsi daripada terkena sanksi
pidana yang amat berat tersebut. Prevensi umum dan prevensi khusus inilah yang
diharapkan oleh para pembentuk undang-undang dapat menekan seminimal mungkin
angka kejahatan aborsi provokatus di Indonesia.
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aborsi berarti pengeluaran kandungan sebelum berumur 24 minggu dan
mengakibatkan kematian. Sedangkan dalam pengertian moral dan hukum, aborsi
berarti pengeluaran janin sejak adanya konsepsi sampai dengan kelahirannya yang
mengakibatkan kematian.
Di Indonesia kasus aborsi bukan lagi hal yang tabu, bahkan banyak sekali
kejadian remaja yang melakukan tindakan aborsi yang biasanya disebabkan karena
hamil diluar nikah. Bahkan tidak hanya remaja yang melakukan tindak aborsi ini, ibu
rumah tangga pun juga ada yang melakukan aborsi dengan alasan bocornya alat
kontrasepsi dan alasan lainnya.
Padahal di Indonesia, hukum aborsi diatur dalam UU Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa aborsi di Indonesia
tidak diizinkan, dengan pengecualian karena darurat medis yang mengancam nyawa
ibu ataupun janin, serta bagi korban perkosaan.
KUHP menegaskan bahwa segala macam aborsi dilarang dengan tidak ada
pengecualiannya. Pasal-pasal yang berhubungan langsung dengan aborsi adalah Pasal
299, 346, dan 347, sedangkan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan mengatur mengenai aborsi provokatus yang diperbolehkan di Indonesia,
yakni abortus provocatus atau indikasi medis atau medicinalis.
B. SARAN
Aborsi sebaiknya tidak dilakukan, apalagi tanpa indikasi medis dan dilakukan
oleh tenaga tidak terlatih serta alat tidak steril, tetapi bila memang harus dilakukan
misalnya demi keselamatan ibu, maka:
1. Aborsi sebaiknya dilakukan di rumah sakit atau klinik yang memenuhi
persyaratan dan mendapatkan izin serta dilakukan oleh dokter ahli dengan
peralatan-peralatan steril (aman dan legal).
2. Diagnosis dan perawatan yang cepat dan tepat bila terjadi abortus septic.
3. Pemakaian kontrasepsi untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Badudu-Zein, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996).
Mardjono Reksodipuro, Pembaharuan Hukum Pengguguran Kandungan, Departemen
Kesehatan R.I, Kumpulan Naskah-naskah Ilmiah Dalam Simposium, Jakarta, 2014.
Bertens, Aborsi Sebagai Masalah Etika, (Jakarta: Grasindo, 2002)
CB. Kusmaryanto, Kontroversi Aborsi, (Jakarta: Grasindo, 2002)
https://www.merdeka.com/jatim/3-proses-penciptaan-manusia
https://yoursay.suara.com/news/2020/03/03/103208/pro-dan-kontra-aborsi-di-indonesia

More Related Content

Similar to ABORSI-pertemuan-4.docx (20)

Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Pandangan Agama Terhadap Kesehatan
Pandangan Agama Terhadap KesehatanPandangan Agama Terhadap Kesehatan
Pandangan Agama Terhadap Kesehatan
 
Makalah abortus
Makalah  abortusMakalah  abortus
Makalah abortus
 
Makalah abortus
Makalah  abortusMakalah  abortus
Makalah abortus
 
pandangan agama terhadap kesehatan
pandangan agama terhadap kesehatanpandangan agama terhadap kesehatan
pandangan agama terhadap kesehatan
 
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus AborsiMakalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
 
Aborsi [Tinjauan Tafsir Kontemporer] pdf
Aborsi [Tinjauan Tafsir Kontemporer] pdfAborsi [Tinjauan Tafsir Kontemporer] pdf
Aborsi [Tinjauan Tafsir Kontemporer] pdf
 
Garuda956500
Garuda956500Garuda956500
Garuda956500
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap AborsiMasail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
 
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis IlmiahKarya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah
 
Slide-LSE-LSE-Slide-10.pptx
Slide-LSE-LSE-Slide-10.pptxSlide-LSE-LSE-Slide-10.pptx
Slide-LSE-LSE-Slide-10.pptx
 
Jawaban tugas-mch-aborsi-kelompok
Jawaban tugas-mch-aborsi-kelompokJawaban tugas-mch-aborsi-kelompok
Jawaban tugas-mch-aborsi-kelompok
 
Persentase aborsi
Persentase aborsiPersentase aborsi
Persentase aborsi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Abortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhAbortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhh
 
Bab i aborsi
Bab i aborsiBab i aborsi
Bab i aborsi
 

Recently uploaded

Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 

Recently uploaded (20)

Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 

ABORSI-pertemuan-4.docx

  • 1. MAKALAH MK. HUKUM KESEHATAN “ABORSI” Dosen Pembimbing: DR. Maryati Sutarno, SPd, SST, MARS, MH Disusun Oleh: KELAS C S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG KELOMPOK 10 1. Raden Renni Roostriyani 2. Yanti Heryani Salim 3. Humairah 4. Adinda Putri Kinanti 5. Linda Pramita 6. Irliana Anggraini 7. Nurlela Azzlina 8. Erlina Widiyaningrum PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN ALIH JENJANG STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA TAHUN 2021/2022
  • 2. ii KATA PENGANTAR Alhamdulillaahirobbil’alamiin. Segala puji kami panjatkan atas berkah rahmat yang diberikan Allah SWT., sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa ada halangan yang berarti. Tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Kesehatan. Makalah ini secara umum akan membahas tentang aborsi. Terciptanya makalah ini, tidak hanya hasil dari kerja keras kami, melainkan banyak pihak-pihak yang memberikan dorongan–dorongan serta motivasi. Sekali lagi kami mengucapkan banyak terimakasih atas terselesainya makalah ini. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesan sempurna. Untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini di waktu mendatang. Jakarta, Maret 2022 Penyusun
  • 3. iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3 A. Definisi Dan Pengertian ......................................................................... 3 B. Jenis-Jenis Aborsi .................................................................................. 4 C. Pelaku Aborsi ......................................................................................... 6 D. Alasan Terjadinya Aborsi ...................................................................... 7 E. Faktor-Faktor Penyebab Aborsi ............................................................. 8 F. Resiko Melakukan Aborsi ..................................................................... 10 G. Awal Kehidupan Manusia ..................................................................... 10 H. Pro Dan Kontra Aborsi .......................................................................... 12 I. Hukum Positif Di Indonesia Tentang Aborsi ........................................ 15 BAB III PENUTUP ................................................................................................. 21 A. Kesimpulan ............................................................................................. 21 B. Saran ....................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 22
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia abortus bukan masalah baru, sejak lama sudah terdapat obat-obatan (ramuan) tradisional yang berkhasiat menggugurkan kandungan. Ini berarti praktek abortus sudah lama terjadi di Indonesia. Saat ini abortus masih merupakan masalah besar di Indonesia, hal ini berkaitan dengan praktek abortus sering dilakukan oleh generasi muda apalagi pelajar. Angka kejadian abortus provokatus kriminalis di Indonesia mencapai 2,5 juta kasus pertahun, atau 43 abortus untuk setiap 100 kehamilan dan sekitar 30% diantara kasus abortus itu dilakukan oleh penduduk usia 15-24 tahun. Perdebatan mengenai aborsi di Indonesia akhir-akhir ini semakin ramai karena dipicu oleh berbagai peristiwa yang mengguncang sendi-sendi kehidupan manusia. Kehidupan yang diberikan kepada setiap manusia merupakan Hak Asasi Manusia yang hanya boleh dicabut oleh pemberi kehidupan tersebut. Berbicara mengenai aborsi tentunya kita berbicara tentang kehidupan manusia karena aborsi erat kaitannya dengan wanita dan janin yang ada didalam kandungan wanita. Pengguguran kandungan (aborsi) selalu menjadi perbicangan, baik dalam forum resmi maupun tidak resmi yang menyangkut bidang kedokteran, hukum maupun disiplin ilmu lainnya. Aborsi merupakan fenomena sosial yang semakin hari semakin memprihatinkan. Keprihatinan itu bukan tanpa alasan, karena sejauh ini perilaku pengguguran kandungan banyak menimbulkan efek negatif baik untuk diri pelaku maupun pada masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena aborsi menyangkut norma moral serta hukum suatu kehidupan bangsa. Aborsi telah dikenal sejak lama, aborsi memiliki sejarah panjang dan telah dilakukan oleh berbagai metode baik itu natural atau herbal, penggunaan alat-alat tajam, trauma fisik dan metode tradisional lainnya. Jaman kontemporer memanfaatkan obat- obatan dan prosedur operasi teknologi tinggi dalam melakukan aborsi. Legalitas, normalitas, budaya dan pandangan mengenai aborsi secara substansial berbeda di seluruh negara. Di banyak negara di dunia, isu aborsi adalah permasalahan menonjol dan memecah belah publik atas kontroversi etika dan hukum. Aborsi dan masalah- masalah yang berhubungan dengan aborsi menjadi topik menonjol dalam politik nasional di banyak negara, seringkali melibatkan gerakan menentang aborsi pro kehidupan dan pro pilihan atas aborsi diseluruh dunia.
  • 5. 2 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka untuk mempermudah penyusunan makalah, penyusun merumuskan masalah-masalah pokok yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Apa definisi dan pengertian aborsi? 2. Apa jenis-jenis aborsi? 3. Siapa pelaku aborsi? 4. Apa alasan terjadinya aborsi? 5. Apa faktor-faktor penyebab aborsi? 6. Apa resiko melakukan aborsi? 7. Bagaimana awal kehidupan manusia? 8. Bagaimana pro dan kontra aborsi? 9. Apa hukum positif di Indonesia tentang aborsi? C. TUJUAN PENULISAN Untuk menghasilkan hasil yang lebih terarah, maka diperlukan adanya tujuan dari penyusunan makalah ini. Adapun tujuan dari penyusunan makalah adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui definisi dan pengertian aborsi 2. Untuk mengetahui jenis-jenis aborsi 3. Untuk mengetahui siapa pelaku aborsi 4. Untuk mengetahui alasan terjadinya aborsi 5. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab aborsi 6. Untuk mengetahui resiko melakukan aborsi 7. Untuk mengetahui awal kehidupan manusia 8. Untuk mengetahui pro dan kontra aborsi 9. Untuk mengetahui hukum positif di Indonesia tentang aborsi
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI DAN PENGERTIAN Secara medis, aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu atau berat bayi kurang dari 500 gr, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri. Abortus adalah kehamilan yang berhenti prosesnya pada umur kehamilan di bawah 20 minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gr atau kurang. Aborsi berarti terhentinya kehamilan yang terjadi di antara saat tertanamnya sel telur yang sudah di Rahim (blastosit) sampai kehamilan 28 minggu. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr. 1. Arti Etimologis Aborsi (abortion) berasal dari kata bahasa latin abortio ialah pengeluaran hasil konsepsi dari uterus secara prematur pada umur dimana janin itu belum bisa hidup di luar kandungan pada umur 24 minggu. Secara medis aborsi berarti pengeluaran kandungan sebelum berumur 24 minggu dan mengakibatkan kematian. Sedangkan dalam pengertian moral dan hukum, aborsi berarti pengeluaran janin sejak adanya konsepsi sampai dengan kelahirannya yang mengakibatkan kematian. 2. Arti Leksikal Abortus artinya melakukan pengguguran dengan sengaja, karena tidak menginginkan bakal bayi yang dikandung. Dalam kamus kedokteran, istilah yang digunakan adalah abortus, yang berarti keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum 28 minggu. 3. Menurut Para Ahli  Menurut Eastman, Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya 400-1000 gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu.  Menurut Holmer, Aborsi adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16 di mana plasentasi belum selesai.  Menurut Dr. Boyke Dian Nugraha Spog Mars. Seksolog, menurutnya di dalam dunia kedokteran, menggugurkan kandungan dikenal dengan
  • 7. 4 istilah abortus atau yang lebih popular adalah istilah aborsi. Aborsi Merupakan suatu perbuatan yang sangat keji, kecuali aborsi itu dilakukan karena pertimbangan-pertimbangan medis, demi keselamatan jiwa sang ibu. B. JENIS-JENIS ABORSI 1. Abortus Spontan Abortus spontan adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan. Abortus spontaneous adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medicinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Abortus spontan dikategorikan sesuai dengan pengeluran janin. Berikut ini klasifikasi abortus spontan yaitu:  Abortus Imminens Terjadinya pendarahan uterus pada kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks.  Abortus Insipiens Peristiwa pendarahan uterus pada kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks.  Abortus Inkompletus Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus atau dengan kata lain keguguran bersisa artinya hanya ada sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan tertinggal adalah plasenta.  Abortus kompletus atau keguguran lengkap Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rongga rahim kosong. Pada abortus kompletus ditemukan pendarahan sedikit, uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan khusus.  Missed abortion Adalah kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari dan tidak dapat dihindari. Missed abortion, keadaan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.  Abortus habitualis atau keguguran berulang Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
  • 8. 5  Abortus infeksious atau abortus septic Adalah Abortus yang disertai infeksi genital. 2. Abortus Provokatus Abortus provokatus adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat- obatan maupun alat-alat. Abortus provokatus merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Abortus provokatus merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Abortus provokatus terbagi menjadi dua jenis yaitu abortus provokatus medicinalis dan abortus provokatus kriminalis.  Abortus Provokatus Medicinalis Abortus provokatus medicinalis adalah abortus yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan membahayakan nyawa ibu.  Abortus Provokatus Kriminalis Abortus provokatus kriminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena tindakan- tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh aborsi yang dilakukan dalam rangka melenyapkan janin akibat hubungan seksual di luar perkawinan. Secara umum abortus provokatus kriminalis adalah suatu kelahiran dini sebelum bayi itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar kandungan. Pada umumnya janin yang keluar itu sudah tidak bernyawa lagi. Sedangkan secara yuridis abortus provokatus kriminalis adalah setiap penghentian kehamilan sebelum hasil konsepsi dilahirkan, tanpa memperhitungkan umur bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan dalam keadaan mati atau hidup. 3. Aborsi Eugenetik Aborsi eugenetik adalah penghentian kehamilan untuk menghindari kelahiran bayi cacat atau bayi yang mempunyai penyakit genetis. Eugenisme adalah ideologi yang diterapkan untuk mendapatkan keturunan hanya unggul atau baik saja. Kalau kriteria eugenetik ini diterapkan pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, maka tidak ada masalah etikanya. Akan tetapi kalau kriteria ini diterapkan pada manusia, maka ini akan menjadi masalah yang besar, sebab dengan tindakan itu berarti orang-orang sakit atau jompo tidak berhak untuk hidup di dunia dan harus dimusnahkan.
  • 9. 6 4. Aborsi Langsung Dan Aborsi Tak Langsung  Aborsi langsung Aborsi langsung adalah tindakan (intervensi medis) yang tujuannya secara langsung ingin membunuh janin yang ada di dalam rahim sang ibu  Aborsi tak langsung Aborsi tak langsung adalah suatu tindakan (intervensi medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun aborsi sendiri tidak dimaksudkan dan bukan menjadi tujuan dalam tindakan itu. Misalnya, seorang ibu yang hamil dan ketahuan mempunyai penyakit kanker rahim ganas dalam kondisi menghawatirkan. Oleh karena janin ada dalam rahim yang diangkat, maka janin tersebut ikut terangkat dan ikut mati. 5. Selektif Abortion Selektif abortion adalah penghentian kehamilan karena janin yang dikandung tidak memenuhi kriteria yang diinginkan. Misalkan ada orang tua yang menghendaki anak perempuan, maka begitu ketahuan anak yang didalam kandungannya itu laki- laki, maka kandungannya digugurkan. C. PELAKU ABORSI 1. Menurut Prof. Dr. Sudradji Sumapraja, seorang ahli kebidanan dan kandungan rahim dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, sebagian besar pelakunya adalah ibu rumah tangga yang sudah menikah (99,7 %). 2. Biran Affandi, ketua umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi (POGI) mengatakan bahwa 89% pelaku aborsi adalah ibu-ibu yang sudah menikah, 11% yang belum menikah, 45% yang akan menikah dan 55% yang belum berencana untuk menikah. 3. Menurut Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH, Depkes dan Kessos pelaku aborsi di kalangan remaja yang belum menikah hanya 15%-20%, sebagian besar adalah ibu yang sudah menikah. 4. Mengenai umur wanita yang melakukan aborsi, menurut Deputi II bidang kesetaraan gender, Yusuf Supiandi, 51% berusia 20-29 tahun, berusia 30-46 tahun dan 15% berusia di bawah 20 tahun. Meskipun Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1952 pasal 15 ayat 2D, dengan tegas menyebutkan bahwa aborsi hanya boleh dilakukan disebuah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah, akan tetapi dalam kenyataan banyak aborsi terjadi di rumah sakit dan klinik tertentu yang tidak
  • 10. 7 mempunyai izin praktek untuk itu. Aborsi juga dilakukan di rumah-rumah keluarga, terutama dengan bantuan dukun. 5. Menurut Prof. Dr. Budi Utomo, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pelaku aborsi di kota lebih tinggi dari pada di desa. Walaupun sudah ditegaskan dalam UU kesehatan No. 23 tahun1992 pasal 15 ayat 2 C yang berbunyi, “Aborsi hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan wewenang untuk itu, dan sesuai dengan tanggung jawab profesi, serta berdasarkan pertimbangan tim ahli”, tetapi masih ada 80% aborsi dilakukan oleh tenaga tradisional atau dukun. Diperkirakan sekitar 70% pelaku aborsi, sudah melakukan usahan sendiri untuk menggugurkan kandungan sebelum ke klinik atau rumah sakit dengan berbagai cara, misalnya minum jamu, memijat perut, memasukan benda-benda tertentu ke perut dan lain-lain. D. ALASAN TERJADINYA ABORSI 1. Alasan Medis Tidak bisa disangkal bahwa menggugurkan kandungan adalah suatu cara membunuh kehidupan manusiawi. Tidak mengherankan bahwa hal itu biasa terjadi juga dalam konteks kehamilan, karena kehamilan merupakan suatu situasi manusiawi yang sangat unik. Selama sembilan bulan dua insan mengalami simbiosis (persekutuan hidup) begitu erat, sehingga yang satu (janin) sama sekali tergantung pada yang lain (ibu). Tetapi bisa juga terjadi bahwa hadirnya janin dalam kandungan mengganggu dan bahkan mengancam kehidupan atas kesehatan si ibu. Disini juga tetap berlaku kewajiban untuk menghormati kehidupan manusia. Dalam situasi seperti ini, mengakhiri kehamilan dapat dibenarkan biarpun akan dilakukan dengan berat hati. Seandainya dokter mempunyai alternatif lain, ia tidak akan melakukannya, tetapi alternatif lain tidak ada, maka dengan demikian kehamilan boleh diakhiri karena alasan medis. Secara medis, aborsi dapat dilakukan apabila ada indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan. 2. Alasan Non Medis Aborsi selain dilakukan oleh wanita yang berstatus menikah, juga dilakukan oleh wanita yang belum menikah dengan berbagai alasan. Anehnya lebih banyak wanita
  • 11. 8 hamil melakukan aborsi dengan alasan non medis dibandingkan dengan medis, seperti:  Demi karier  Tidak cukup waktu untuk merawat anak  Pria yang menghamilinya tidak bertanggung jawab  Malu, takut dikucilkan. Alasan non medis tersebut hanya menunjukkan ketidakpedulian seorang wanita akan janinnya. Adapun wanita yang belum menikah menjadi hamil, memang sering menghadapi masalah-masalah yang tidak mudah baginya. Kadang-kadang ia merasa masih terlalu muda dan bingung untuk menjadi seorang ibu. Ia merasa pendidikannya terganggu oleh anak yang akan dilahirkan, tempat kerja terancam dan teman laki-laki akan meninggalkan dia kalau ia tidak menyetujui menggugurkan anak mereka sebelum kehamilan diketahui. Selain itu ada juga yang merasa khawatir tidak mampu membesarkan anak karena alasan kesehatan, karena keadaan ekonomi rumah tangga yang serba kurang, juga anak-anak yang sudah memerlukan perhatian. Kadang-kadang para suami memaksa istri untuk menggugurkan anak mereka karena sifat egois atau tidak mau repot, ingin menikmati uang untuk membeli barang dan tidak mau diganggu, ingin masih bebas. Alasan lain lagi adalah:  Kehamilan yang terjadi belum dikehendaki, artinya bahwa wanita yang bersangkutan, belum siap untuk menjadi ibu.  Umur anak dan jarak kehamilan terlalu dekat  Kehamilan yang tidak disetujui oleh keluarga. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, membuka peluang kepada setiap orang untuk mengekspresikan kehebatannya. Akan tetapi ketika ada kesempatan, manusia terbius dengan alat-alat yang digunakan, usia manusia diperpendek bahkan dimusnahkan sebelum menjadi manusia utuh. Nyawa bayi-bayi yang tidak bersalah menjadi korban teknologi. Para wanita yang kurang menghargai kehidupan memutuskan untuk menghentikan kehamilan dengan berbagai macam alasan, tanpa memperhitung akibat yang akan terjadi di kemudian hari. Di sini kita melihat bahwa ternyata penghormatan terhadap martabat manusia masih sangat minim. E. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ABORSI Aborsi tergolong kasus antik dalam sejarah kemanusiaan. Entah pada tingkat teoritis maupun praktis, aborsi tetap menjadi sebuah masalah yang dipertanyakan dalam
  • 12. 9 hati nurani manusia. Akar persoalan aborsi perlu digali secara menyeluruh sebelum muncul penilaian etis atas praktek aborsi. Mengapa manusia ingin melakukan aborsi? Tinjauan interdisipliner akan menolong kita untuk menemukan jawaban atas pertanyaan ini. 1. Secara sosiologis, umumnya aborsi muncul karena adanya ketidakpastian seseorang untuk mempertanggungjawabkan tindakannya setelah bersenggama baik di dalam maupun di luar perkawinan, buah kandungan tidak diinginkan. Mereka takut mengalami aib sosial dan penolakan dari keluarga. Status anak yang bakal dilahirkan akan dicap sebagai anak haram walaupun di dunia barat sudah dikenal peran sosial sebagai single parent. 2. Terkadang muncul alasan ekonomi untuk melakukan aborsi. Keluarga tidak akan sanggup menghidupi dan membiayai anak yang akan dilahirkan. Untuk alasan inilah mereka melakukan aborsi agar anak tidak dilahirkan. 3. Kemajuan teknologi yang secara langsung berpengaruh bagi perubahan perilaku orang terhadap aborsi. Pertama, soal bahaya fisik aborsi. Dulu aborsi bisa sangat berbahaya dan bisa mengakibatkan penderita fisik yang tak berkesudahan, cacat fisik atau bahkan kematian ibu. Akan tetapi, oleh karena adanya alat-alat kedokteran canggih dewasa ini, maka aborsi bisa dilakukan tanpa berisiko tinggi atau kematian ibu. Tentu saja bagi sebagian orang, resiko yang kecil ini menjadikan aborsi bukan lagi hal yang harus ditakuti. Kedua, ada beberapa tenaga medis yang melupakan sumpahnya untuk tidak melakukan pengguguran dan lebih banyak berorientasi pada uang sehingga mereka dengan mudah melayani orang yang ingin melakukan pengguguran, tanpa merasa bersalah. Ada tempat-tempat tertentu yang menyediakan jasa semacam ini, meskipun secara resmi aborsi dilarang. Ketiga, adanya internet dan handphone (HP) yang bisa menjelajah dunia maya yang banyak situs-situs porno. Kemudahan ini menjadikan semua orang bisa mengakses dan melihat semua hal yang selama ini tidak boleh dilihat karena dipandang tabu dan porno. Tidak sedikit kasus tindakan seksual yang menyimpang atau kekerasan seksual yang terjadi, yang diakibatkan oleh film atau gambar porno yang didapat dari internet atau yang lainnya. Dengan adanya kemudahan teknologi itu, orang lebih mudah bermain-main dengan seksualitasnya yang mengakibatkan semakin banyak terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki dan yang berakhir pada aborsi.
  • 13. 10 F. RESIKO MELAKUKAN ABORSI Masalah psikologis akan dialami seseorang setelah melakukan aborsi walaupun gejala ini belum digali secara mendalam. Biasanya, mereka akan di hinggapi post- traumatic abortion syndrome (PAS) yang mengandung unsur stress pasca aborsi. Mekanisme bela diri akan muncul dari pelaku aborsi. Gejalanya mereka akan merasa bersalah, menyesal, malu, harga diri rendah, insomnia dan mengalami mimpi-mimpi yang mengerikan. Acap kali, muncul rasa benci atau permusuhan dengan kaum pria, seperti pria atau lelaki yang menghamilinya. Tak heran, tidak sedikit mereka akan lari ke alkohol atau narkoba. Dalam hal ini keterlibatan kita yang menolong mereka yang menderita sangat diperlukan. Dalam kasus ini, proses penyembuhan yang berkesinambungan diperlukan. Ada beberapa langkah penyembuhan. Pertama, sadarkan mereka dan ajak mereka mengakui bahwa mereka ambil bagian dalam pembunuhan bayinya. Ajaklah mereka untuk menyesali kematian bayinya. Kedua, carilah pengampunan ilahi sebagai bagian hakiki bagi setiap pelaku aborsi. Ketiga, ampunilah sesamamu. Ini sulit. Tetapi, ini diperlukan untuk menyempurnakan penyembuhan dan membebaskan diri dari kemarahan yang menekan. Dan keempat, ampunilah diri sendiri supaya kita mencapai kedamaian batin. Sementara itu, mereka yang berada di sekitar pelaku aborsi seharusnya mengungkapkan rasa kesetiakawanan, mendukung, dan memahami mereka. Hal-hal yang harus diketahui oleh setiap wanita adalah banyak masalah kesehatan yang akan dihadapi selama dan sesudah melakukan aborsi, terlepas dari prosedur “aman” dan “tidak aman”. Aborsi pada wanita di bawah usia 20 tahun, 100% akan mempunyai resiko komplikasi medis dibandingkan dengan usia 25-29 tahun. Komplikasi berupa robekan uterus, pendarahan hebat, emboli, infeksi, kejang, luka rahim, syok, dll. Di antaranya 2% memerlukan perawatan seumur hidup, serta percobaan bunuh diri meningkat. Selain itu perempuan yang menghentikan kehamilan pertamanya di awal trisemester, resiko mendapat kanker payudara. Dari survei pasca aborsi ditemukan 28% mencoba membunuh diri, 60% menyatakan aborsi membuat hidupnya lebih buruk dari sebelumnya, 94% menyesal dengan keputusannya dan kecenderungan alkoholik dan menggunakan obat-obatan naik 40%. G. AWAL KEHIDUPAN MANUSIA Perkembangan semua bagian embrio dimulai pada saat pembuahan, ketika ovum atau sel telur wanita dibuahi oleh sel sperma pria. Karena kemajuan baru dalam
  • 14. 11 teknologi, para pakar bisa mengamati perubahan menakjubkan yang terjadi di dalam inti telur bersel tunggal yang telah dibuahi. Molekul-molekul yang membentuk DNA (asam deoksiribonukleat) sang ayah dan sang ibu berpadu membentuk kehidupan manusia yang belum pernah ada. Sel tunggal itu memulai proses menakjubkan, yakni membangun manusia yang utuh. Proyek “pembangunan” ini ditentukan oleh gen-gen kita, yaitu segmen-segmen DNA. Gen-gen tersebut mengontrol hampir segala sesuatu mengenai diri kita, seperti tinggi badan, ciri-ciri wajah, warna mata dan rambut, dan ribuan sifat lainnya. Belakangan, saat sel yang mula-mula itu membelah “cetak biru” genetis yang lengkap digandakan ke setiap sel baru. Yang menakjubkan, setiap sel ini diprogram untuk berkembang menjadi sel apa pun yang diperlukan. Ini termasuk jaringan hati, otak, tulang, kulit, dan bahkan jaringan transparan untuk mata kita. Tidak heran, pemrograman awal untuk perkembangan manusia baru yang unik yang terjadi di dalam sel yang semula itu sering disebut “keajaiban”. Manusia sudah sepenuhnya diprogram untuk pertumbuhan dan perkembangan selama seluruh kehidupannya sejak ia masih satu sel” lapor Dr. David Fu-Chi Mark, seorang biolog molekuler yang dihormati. Ia menyimpulkan, “Tidak ada lagi keraguan apa pun bahwa setiap manusia benar-benar unik sejak awal mula kehidupannya pada saat pembuahan”. 1. Manusia di Dalam Rahim Sejak saat pembuahan didalam rahim, si anak adalah manusia yang tersendiri, bukan sekadar bagian dari jaringan sang ibu. Tubuh sang ibu menganggap si anak sebagai benda asing. Seandainya tidak ada “lingkungan yang terlindung” di dalam rahim, si anak akan segera ditolak oleh tubuh sang ibu. Kehidupan manusia yang baru ini dipisahkan dari ibunya oleh ruang pelindung adalah manusia dengan sidik jari DNA yang tersendiri. Masa janin ada didalam rahim sering juga disebut dengan masa pranatal. Samsunuwiyati (2012:69) dalam bukunya “Psikologi Perkembangan” telah menjelaskan bahwa pranatal ini merupakan periode perkembangan manusia yang paling singkat, tetapi justru pada masa ini terjadi perkembangan yang sangat cepat. Di dalam rahim, janin akan cepat berkembang. Mulai dari pembentukan jantung, otak, mata, kaki, telinga dan organ lainnya. Dengan begitu berat tubuh seorang ibu akan terus bertambah karena perkembangan janin dalam kandungannya. Meski begitu, perempuan yang telah sukses mengandung dengan bantuan rahimnya tak selamanya akan dielu-elu. Ada perempuan yang berusaha untuk
  • 15. 12 melenyapkan janin tersebut jika memang kehadirannya tidak diinginkan. Namun ada juga yang berusaha merawatnya karena kehadirannya sangat diharapkan. 2. Fase Penciptaan Manusia Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan bayi. Ringkasnya, ciri-ciri utama tahap perkembangan tersebut adalah sebagai berikut: • Tahap Pertama atau Pre-Embriotik Proses penciptaan manusia dapat dijelaskan pada fase yang pertama atau disebut dengan pre-embriotik. Saat fase ini, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel kemudian menjadi segumpalan sel yang membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin besar, sel-sel penyusunnya mengatur diri mereka sendiri untuk membentuk tiga lapisan. • Tahap kedua atau Embriotik Proses penciptaan manusia yang berikutnya memasuki tahap kedua atau disebut dengan embriotik. Tahap ini berlangsung lima setengah minggu. Bayi pada tahap ini disebut "embrio". Pada tahap ini organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut. • Tahap ketiga atau Fetus Proses penciptaan manusia yang ketiga atau fase fetus dimulai sejak kehamilan bulan 8 hingga kelahiran. Pada tahap ini bayi telah menyerupai manusia dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang hanya 3 cm, kesemua organnya sudah jelas. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran. H. PRO DAN KONTRA ABORSI Di Indonesia kasus aborsi bukan lagi hal yang tabu, bahkan banyak sekali kejadian remaja yang melakukan tindakan aborsi yang biasanya disebabkan karena hamil diluar nikah. Bahkan tidak hanya remaja yang melakukan tindak aborsi ini, ibu rumah tangga pun juga ada yang melakukan aborsi dengan alasan bocornya alat kontrasepsi dan alasan lainnya. Padahal Di Indonesia, hukum aborsi diatur dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa aborsi di Indonesia tidak
  • 16. 13 diizinkan, dengan pengecualian karena darurat medis yang mengancam nyawa ibu ataupun janin, serta bagi korban perkosaan. Jadi tidak sembarangan orang bisa melakukan tindakan aborsi. Jika orang yang tidak memenuhi syarat yang diperbolehkan untuk melakukan aborsi seperti yang dijelaskan dalam pasal diatas maka orang tersebut dianggap telah melakukan tindak kriminal. Remaja yang emosinya masih tidak stabil dan terlibat dalam pergaulan bebas terkadang memilih cara ini sebagai cara yang cepat dan dianggap tepat untuk mengakhiri kandungannya. Padahal tindakan aborsi tidak hanya berbahaya bagi kesehatan fisiknya saja tetapi juga sangat berpengaruh terhadap psikologisnya. Dalam psikologi terdapat salah satu kajian yang dinamakan perspektif biologis (biopsikologi), dimana perspektif biologis ini mempelajari bagaimana proses otak dan fungsi-fungsi kerja alat tubuh mempengaruhi perilaku manusia. Saat seseorang memutuskan untuk melakukan aborsi disanalah proses otaknya bekerja untuk membuat suatu keputusan, persepsi (mengambil kesimpulan) dan berpikir bahwa tindakan aborsi itu adalah hal yang tepat untuk mengugurkan kandungan. Oleh karena itu, tindakan aborsi ini sangat tepat berada dalam pembahasan kontra di Indonesia, hal ini dikarenakan beberapa alasan yang pertama karena dari segi agama, tindakan aborsi berarti sama saja dengan tindakan menghilangkan nyawa seseorang apalagi seorang janin yang masih suci, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Agama manapun tidak ada yang mengizinkan untuk melakukan pembunuhan. Bahkan sangat ditekankan hukuman (balasan) di hari akhir nanti bagi orang-orang yang melakukan pembunuhan sangatlah berat. Alasan yang kedua, sangat banyak risiko yang ditimbulkan karena aborsi dari segi medis. Baik itu risiko jangka pendek ataupun jangka panjang. Contoh risiko jangka pendeknya adalah rahim sobek (Uterine Perforation), terjadi kebocoran uterus, pendarahan rahim yang tidak berhenti, bagian bayi masih ada yang tertinggal didalam rahim, rasa sakit pada bagian kemaluan sampai pinggang, dan bahkan dapat merusak organ tubuh lainnya. Sedangkan contoh risiko jangka panjangnya keguguran kandungan di kehamilan berikutnya, kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita), kanker leher rahim (Cervical Cancer), tidak dapat hamil kembali (mandul) karena ada bagian rahim yang sudah terinfeksi, kelahiran prematur dikehamilan berikutnya, peradangan di bagian pelvis dan bahkan bisa sampai menyebabkan kematian. Hal seperti yang dijelaskan diatas juga terdapat dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd.
  • 17. 14 Alasan yang ketiga, tidak kalah bahaya atau dampak dari segi medis adapun dari segi psikologisnya yaitu dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post- Abortion Review (1994). Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti kehilangan harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%), ingin melakukan bunuh diri (28%), mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%), tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%) dan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. Alasan terakhir, dari segi kemanusiaan bila calon bayi yang belum lahir itu diaborsi bukankah itu sudah melanggar hak asasi manusia? Dimana dalam HAM tertulis semua manusia memiliki hak untuk hidup. Terlepas dari ia masih segumpal darah atau embrio atau janin, semua orang mengetahui bahwa yang berupa segumpal darah atau embrio atau janin itu nantinya akan menjadi manusia. Berarti janin memiliki hak hidup setara manusia. Kemudian bagaimana seorang ibu bisa tega menggugurkan buah hatinya sendiri. Bukankah itu berarti sang ibu tidak mempunyai rasa belas kasihan dan perikemanusiaan terhadap calon anaknya itu. Memang jika dilihat dari pihak yang pro terhadap aborsi, mereka juga memberikan alasan mengapa aborsi boleh dilakukan. Misalnya jika kehamilan tersebut dapat membahayakan ibu dan janin maka dengan terpaksa kandungan tersebut boleh digugurkan. Selain itu, pihak yang mendukung tindakan aborsi ini beranggapan bahwa tindakan aborsi dapat mengurangi jumlah kepadatan penduduk terutama di Indonesia yang tercatat sebagai negara padat penduduk nomor 4 didunia dan juga jika kepadatan penduduk semakin rendah otomatis kemiskinan juga akan semakin menurun. Lalu pihak pro beranggapan bahwa tindakan aborsi sah-sah saja karena dilakukan berdasarkan persetujuan dari orang yang bersangkutan maupun dari pihak keluarga sehingga tidak ada unsur paksaan didalamnya dan seorang bayi tidak harus lahir kedalam dunia dalam keadaan yang tidak diinginkan. Terlebih lagi jika calon ibu masih dibawah umur yang emosi (mentalnya) dan reproduksinya belum matang sempurna sehingga lebih baik dilakukan aborsi saja. Pada intinya adalah bahwa memang aborsi disatu sisi dapat memberikan keuntungan bagi negara (seperti menurunnya kepadatan penduduk dan kemiskinan) tetapi di sisi lain aborsi dapat dikatakan sebagai tindak kriminal karena melanggar hak
  • 18. 15 hidup seseorang (walaupun masih dalam bentuk janin) dan sangat banyak efek samping yang dapat diterima setelah melakukan aborsi ini. I. HUKUM POSITIF DI INDONESIA TENTANG ABORSI Masalah pengguguran kandungan pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan nilai-nilai serta norma-norma agama yang berkembang dalam masyarakat Indonesia, terkait dengan hukum pidana positif di Indonesia pengaturan masalah pengguguran kandungan tersebut terdapat pada pasal 346, 347, 348, 349 dan 350 KUHP. Menurut ketentuan yang tercantum dalam pasal 346, 347, dan 348 KUHP tersebut abortus criminalis meliputi perbuatan-perbuatan sebagai berikut: 1. Menggugurkan kandungan (afdrijving van de vrucht) 2. Membunuh kandungan (de dood van vrucht veroorzaken) Undang-undang tidak memberikan penjelasan mengenai perbedaan pengertian menggugurkan kandungan dan membunuh kandungan, demikian pula mengenai pengertian dari kandungan itu sendiri. Dari segi tata bahasa menggugurkan berarti membuat gugur atau menyebabkan gugur, dimana sama artinya dengan jatuh atau lepas. Jadi menggugurkan kandungan berarti membuat kandungan menjadi gugur atau menyebabkan menjadi gugur. Sedangkan membunuh sama dengan menyebabkan mati atau menghilangkan nyawa. Jadi, membunuh kandungan berarti menyebabkan kandungan menjadi mati atau menghilangkan nyawa kandungan. Pada pengguguran kandungan yaitu lepasnya kandungan dari rahim dan keluarnya kandungan tersebut dari tubuh wanita yang mengandung. Sedangkan pada pembunuhan kandungan perbuatan yang dihukum adalah menyebabkan matinya kandungan. Dari segi hukum positif yang berlaku di Indonesia, masih ada perdebatan dan pertentangan dari yang pro dan yang kontra soal persepsi atau pemahaman mengenai undang-undang yang ada sampai saat ini. Baik undang-undang kesehatan, undang- undang praktik kedokteran, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), undang- undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, dan undang-undang hak asasi manusia. Keadaan seperti inilah dengan begitu banyak permasalahan yang kompleks yang membuat banyak timbul praktek aborsi gelap yang dilakukan baik oleh tenaga medis
  • 19. 16 formal maupun tenaga medis informal, dan yang sesuai dengan standar operasional medis maupun yang tidak. Sebelum keluarnya UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, ketentuan aborsi diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992. Dimana dalam ketentuan undang-undang kesehatan memuat tentang aborsi yang dilakukan atas indikasi kedaruratan medis, yang mengancam nyawa ibu dan bayi lahir cacat sehingga sulit hidup diluar kandungan. Sebelum terjadinya revisi undang-undang kesehatan, masih banyak perdebatan mengenai aborsi yang dilakukan oleh korban perkosaan. Hal itu dikarenakan tidak terdapat pasal yang secara jelas mengatur mengenai aborsi terhadap korban perkosaan. Selama ini banyak pandangan yang menafsirkan bahwa aborsi terhadap korban perkosaan disamakan dengan indikasi medis sehingga dapat dilakukan karena gangguan psikis terhadap ibu yang juga dapat mengancam nyawa sang ibu. Namun dipihak lain ada juga yang memandang bahwa aborsi terhadap korban perkosaan adalah aborsi kriminalis karena memang tidak membahayakan nyawa sang ibu dan dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan tidak termuat secara jelas didalam pasalnya. Dengan keluarnya revisi undang-undang kesehatan maka mengenai legalitas aborsi terhadap korban perkosaan telah termuat dengan jelas didalam Pasal 75 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adapun ketentuan yang berkaitan dengan soal aborsi dan penyebabnya dapat dilihat pada KUHP Bab XIX Pasal 229, 346, 347, 348, 349 yang memuat jelas larangan dilakukannya aborsi. Sedangkan dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur ketentuan aborsi dalam Pasal 76, 77, 78 terdapat perbedaan antara KUHP dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam mengatur masalah aborsi. KUHP dengan tegas melarang aborsi dengan alasan apapun, sedangkan undang- undang kesehatan memperbolehkan aborsi atau indikasi kedaruratan medis maupun karena adanya perkosaan. Pada dasarnya masalah aborsi (pengguguran kandungan) yang dikualifikasikan sebagai perbuatan kejahatan atau tindak pidana hanya dapat kita lihat dalam KUHP walaupun dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan memuat juga sanksi terhadap perbuatan aborsi tersebut. KUHP mengatur berbagai kejahatan maupun pelanggaran. Salah satu kejahatan yang diatur didalam KUHP adalah masalah aborsi kriminalis. Ketentuan mengenai aborsi kriminalis dapat dilihat dalam Bab XIV
  • 20. 17 Buku ke-II KUHP tentang kejahatan terhadap nyawa (khususnya Pasal 346–349). Adapun rumusan selengkapnya pasal-pasal tersebut:  Pasal 299: 1. Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang perempuan atau mengerjakan sesuatu perbuatan terhadap seorang perempuan dengan memberitahukan atau menimbulkan pengharapan bahwa oleh karena itu dapat gugur kandungannya, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 45.000. 2. Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan atau jika ia seorang tabib, bidan, atau juru obat, pidananya tersebut ditambah sepertiga 3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian.  Pasal 346: Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.  Pasal 347: 1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun. 2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling lama 15 tahun. Dalam KUHP ini tidak diberikan penjelasan mengenai pengertian kandungan itu sendiri dan memberikan arti yang jelas mengenai aborsi dan membunuh (mematikan kandungan). Dengan demikian kita mengetahui bahwa KUHP hanya mengatur mengenai aborsi provocatus kriminalis, dimana semua jenis aborsi dilarang dan tidak diperbolehkan oleh undang-undang apapun alasannya. Pengaturan abortus provocatus didalam KUHP yang merupakan warisan zaman Belanda bertentangan dengan landasan dan politik hukum yaitu, “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum berdasarkan Pancasila
  • 21. 18 dan UUD 1945 karena melarang aborsi provokatus tanpa pengecualian”. Hal ini dirasa sangat memberatkan kalangan medis yang terpaksa harus melakukan aborsi provokatus untuk menyelamatkan jiwa si ibu yang selama ini merupakan pengecualian diluar undang-undang. Contohnya adalah berlakunya Pasal 349 KUHP, jika pasal ini diterapkan secara mutlak, maka para Dokter, Bidan, Perawat, dan tenaga medis lainnya dapat dituduh melanggar hukum dan mendapat ancaman pidana penjara. Padahal bisa saja mereka melakukan aborsi provokatus untuk menyelamatkan nyawa sang ibu. Oleh karena itu dibutuhkan untuk suatu peraturan perundang-undangan yang baru yang mengandung aspek perlindungan hukum yang tinggi bagi para tenaga medis dalam menjalankan kewajibannya. Kebutuhan akan peraturan perundang-undangan baru tersebut dipenuhi dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pada perkembangannya, peraturan mengenai aborsi provokatus atau aborsi kriminalis dapat dijumpai dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jika pada Pasal 299 dan 346-349 KUHP tidak ada diatur masalah aborsi provokatus (khususnya hukum pidana) hanya bersifat mengatur dan eksplikasitif (menjelaskan). Asas ini berfungsi untuk menjelaskan berlakunya Pasal 75-78 ketika harus dikonfrontasikan dengan pasal-pasal KUHP yang mengatur masalah abortus provocatus. Melihat rumusan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tampaklah bahwa dengan jelas undang-undang tersebut melarang aborsi kecuali untuk jenis aborsi provocatus therapeuticus (aborsi yang dilakukan untuk menyelamatkan jiwa si ibu dan/atau janinnya). Dalam dunia kedokteran abortus provocatus medicinalis dapat dilakukan jika nyawa si ibu terancam bahaya maut dan juga dapat dilakukan jika anak yang akan lahir diperkirakan mengalami cacat berat dan diindikasikan tidak dapat hidup diluar kandungan, misalnya janin menderita kelainan ectopia kordalis (janin yang akan dilahirkan tanpa dinding dada sehingga terlihat jantungnya), rakiskisis (janin yang akan lahir dengan tulang punggung terbuka tanpa ditutupi kulit), maupun anensefalus (janin akan dilahirkan tanpa otak besar). Dalam undang-undang kesehatan juga telah mengatur mengenai aborsi yang dilakukan oleh korban perkosaan yang diindikasikan dapat menyebabkan trauma psikis bagi si ibu. Jika dalam undang-undang kesehatan yang lama tidak dimuat secara khusus mengenai aborsi terhadap korban perkosaan sehingga menimbulkan
  • 22. 19 perdebatan dan penafsiran diberbagai kalangan. Dengan adanya undang-undang kesehatan yang baru maka hal tersebut tidak diperdebatkan lagi mengenai kepastian hukumnya karena telah terdapat pasal yang mengatur secara khusus. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pasal 75 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur mengenai aborsi provokatus yang diperbolehkan di Indonesia, yakni abortus provocatus atau indikasi medis atau medicinalis. Apabila ditelaah lebih jauh, kedua peraturan tersebut berbeda satu sama lain. KUHP mengenal larangan aborsi provokatus tanpa kecuali, termasuk abortus provocatus medicinalis atau abortus provocatus therapeutic. Tetapi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan justru memperbolehkan terjadinya abortus provocatus medicinalis dengan spesifikasi therapeutics. Dalam konteks hukum pidana, terjadilah perbedaan antara perundang-undangan yang lama (KUHP) dengan peraturan perundang-undangan yang baru. Padahal peraturan perundang-undangan disini berlaku asas “Lex Posteriori Derogate Legi Priori”. Asas ini beranggapan bahwa jika diundangkan peraturan baru dengan tidak mencabut peraturan lama yang mengatur materi yang sama dan keduanya saling bertentangan satu sama lain, maka peraturan yang baru itu mengalahkan atau melumpuhkan peraturan yang lama. Dengan demikian Pasal 75 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengatur tentang abortus provocatus medicinalis tetap dapat berlaku di Indonesia meskipun sebenarnya aturan berbeda dengan rumusan aborsi provokatus kriminalis menurut KUHP. Berlakunya asas “Lex Posteriori Derogate Legi Priori" sebenarnya merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengembangkan hukum pidana di Indonesia. Banyak aturan-aturan KUHP yang dalam situasi khusus tidak relevan lagi untuk diterapkan pada masa sekarang ini. Untuk mengatasi kelemahan KUHP tersebut pemerintah mengeluarkan undang-undang kesehatan dengan harapan dapat memberikan suasana yang kondusif bagi dinamika masyarakat Indonesia pada masa sekarang ini. Asas “Lex Posteriori Derogate Legi Priori” merupakan asas hukum yang berkembang diseluruh bidang hukum. Suatu hal yang merupakan kelebihan dari pasal-pasal aborsi provokatus Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan adalah ketentuan pidananya. Ancaman pidana yang diberikan terhadap pelaku abortus provocatus criminalis jauh lebih berat daripada ancaman pidana sejenis KUHP. Dalam Pasal 194 Undang-Undang
  • 23. 20 Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pidana yang diancam adalah pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun. Sedangkan dalam KUHP, (Pasal 299 KUHP) pidana yang diancam paling lama hanya 4 (empat) tahun penjara atau denda paling banyak Rp 45.000 (empat puluh lima ribu rupiah), paling lama 4 (empat) tahun penjara (Pasal 346 KUHP), paling lama 12 (dua belas) tahun penjara (Pasal 347 KUHP), dan paling lama 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan penjara (Pasal 348 KUHP). Ketentuan pidana mengenai abortus provocatus criminalis dalam undang- undang kesehatan dianggap bagus karena mengandung umum dan prevensi khusus untuk menekan angka kejahatan aborsi kriminalis. Dengan merasakan ancaman pidana yang demikian beratnya itu, diharapkan para pelaku aborsi menjadi jera dan tidak mengulangi perbuatannya, dalam dunia hukum hal ini disebut sebagai prevensi khusus, yaitu usaha pencegahan agar pelaku aborsi provocatus kriminalis tidak lagi mengulang perbuatannya. Sedangkan prevensi umumnya berlaku bagi warga masyarakat karena mempertimbangkan baik-baik sebelum melakukan aborsi daripada terkena sanksi pidana yang amat berat tersebut. Prevensi umum dan prevensi khusus inilah yang diharapkan oleh para pembentuk undang-undang dapat menekan seminimal mungkin angka kejahatan aborsi provokatus di Indonesia.
  • 24. 21 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Aborsi berarti pengeluaran kandungan sebelum berumur 24 minggu dan mengakibatkan kematian. Sedangkan dalam pengertian moral dan hukum, aborsi berarti pengeluaran janin sejak adanya konsepsi sampai dengan kelahirannya yang mengakibatkan kematian. Di Indonesia kasus aborsi bukan lagi hal yang tabu, bahkan banyak sekali kejadian remaja yang melakukan tindakan aborsi yang biasanya disebabkan karena hamil diluar nikah. Bahkan tidak hanya remaja yang melakukan tindak aborsi ini, ibu rumah tangga pun juga ada yang melakukan aborsi dengan alasan bocornya alat kontrasepsi dan alasan lainnya. Padahal di Indonesia, hukum aborsi diatur dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa aborsi di Indonesia tidak diizinkan, dengan pengecualian karena darurat medis yang mengancam nyawa ibu ataupun janin, serta bagi korban perkosaan. KUHP menegaskan bahwa segala macam aborsi dilarang dengan tidak ada pengecualiannya. Pasal-pasal yang berhubungan langsung dengan aborsi adalah Pasal 299, 346, dan 347, sedangkan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur mengenai aborsi provokatus yang diperbolehkan di Indonesia, yakni abortus provocatus atau indikasi medis atau medicinalis. B. SARAN Aborsi sebaiknya tidak dilakukan, apalagi tanpa indikasi medis dan dilakukan oleh tenaga tidak terlatih serta alat tidak steril, tetapi bila memang harus dilakukan misalnya demi keselamatan ibu, maka: 1. Aborsi sebaiknya dilakukan di rumah sakit atau klinik yang memenuhi persyaratan dan mendapatkan izin serta dilakukan oleh dokter ahli dengan peralatan-peralatan steril (aman dan legal). 2. Diagnosis dan perawatan yang cepat dan tepat bila terjadi abortus septic. 3. Pemakaian kontrasepsi untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
  • 25. 22 DAFTAR PUSTAKA Badudu-Zein, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996). Mardjono Reksodipuro, Pembaharuan Hukum Pengguguran Kandungan, Departemen Kesehatan R.I, Kumpulan Naskah-naskah Ilmiah Dalam Simposium, Jakarta, 2014. Bertens, Aborsi Sebagai Masalah Etika, (Jakarta: Grasindo, 2002) CB. Kusmaryanto, Kontroversi Aborsi, (Jakarta: Grasindo, 2002) https://www.merdeka.com/jatim/3-proses-penciptaan-manusia https://yoursay.suara.com/news/2020/03/03/103208/pro-dan-kontra-aborsi-di-indonesia