3. PENGERTIAN ABORSI
Dalam dunia kedokteran, dikenal istilah abortus, yaitu
menggugurkan kandungan, yang berarti pengeluaran hasil konsepsi
(pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Menurut WHO, aborsi adalah terhentinya kehidupan
buah kehamilan di bawah 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000
gram.
4. JENIS – JENIS ABORSI
1. Aborsi Spontan ( Abortus Spontaneus )
=> aborsi secara tidak sengaja dan berlangsung alami
tanpa ada kehendak dari pihak-pihak tertentu.
2. Aborsi Buatan ( Aborsi Provocatus )
=> aborsi yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan
tertentu. Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi dua :
a. Abortus Profocatus Therapeuticum, bertujuan untuk
kepentingan medis dan terapi serta pengobatan.
b. Abortus Profocatus Criminalis, dilakukan karena alasan
yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku.
5. Tatacara Aborsi
Eckholm melihat ada 4 hal yang sering dilakukan dalam
melakukan aborsi, yaitu:
• Menggunakan jasa medis di rumah sakit atau tempat-tempat
praktek
• Menggunakan jasa dukun pijat
• Menggugurkan sendiri kandunganya dengan alat-alat kasar
dan
• Menggunakan obat-obatan tertentu.
6. Alasan dan Motivasi Aborsi
• Alasan Aborsi
1. Alasan sosial ekonomi, dikarenakan tidak mampu membiayai atau membesarkan
anak.
2. Wanita tersebut ingin membatasi atau menangguhkan perawatan anak karena
ingin melanjutkan pendidikan atau ingin mencapai suatu karir tertentu.
3. Alasan usia terlalu muda atau terlalu tua untuk mempunyai bayi.
4. Akibat adanya hubungan yang bermasalah (hamil diluar nikah) atau kehamilan
karena perkosaan.
5. Alasan bahwa kehamilan akan dapat mempengaruhi kesehatan baik bagi si ibu
maupun bayinya. Mungkin untuk alasan ini aborsi dapat dibenarkan.
7. • Motivasi Aborsi
1. Dorongan ekonomi/ dorongan individual: Dorongan ini timbul karena kekhawatiran
terhadap kemiskinan, tidak ingin mempunyai keluarga besar.
2. Dorongan fisik: Dorongan ini seperti memelihara kecantikan dan mempertahankan status
sebagai perempuan karir.
3. Indikasi psikologis: Jika kehamilan diteruskan akan memberatkan penyakit jiwa yang
dibawa ibu, seperti : perempuan yang hamil akibat perkosaan.
4. Indikasi eugenetik: Dorongan ini timbul jika khawatir akan penyakit bawaan pada
keturunan seperti adanya kelainan dari buah kehamilan.
5. Dorongan kecantikan: Dorongan ini timbul biasanya bila ada kekhawatiran bahwa janin
dalam kandungan akan lahir dalam keadaan cacat, akibat radiasi, obat-obatan, dll.
6. Dorongan Sanksi moral: Dorongan ini muncul biasanya karena perempuan yang hamil
tidak sanggup menerima sanksi sosial masyarakat.
7. Dorongan lingkungan: Faktor lingkungan juga mempengaruhi insiden pengguguran
kehamilan muda, misalnya kemudahan fasilitas.
8. Menurut Dadang Hawari, statistik membuktikan resiko bagi
perempuan jika melakukan Aborsi adalah :
• Kematian Perempuan karena aborsi jauh lebih besar dari kematian ibu
karena melahirkan (bersalin) secara normal.
• Perempuan yang melakukan aborsi berlatar belakang criminal biasanya
hamil diluar nikah . Karena malu menanggung aib
• Perempuan yang melakukan aborsi akan mengalami gangguan
kejiwaan seperti stres pasca trauma aborsi
Resiko Aborsi
9. a.Pasal 346
• “Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan pidana paling lama empat tahun
b.Pasal 347
• 1) Barangsiapa dengan sengaja mengggugurkankandungan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam
dengan penjara pidana paling lama dua belas tahun.
• 2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana paling lama lima belas tahun.
Hukum Aborsi di Indonesia
10. c. Pasal 348
1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan ataumematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjarapaling lama lima tahun enam bulan.
2)Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama 13 tahun
d.Pasal 349
“Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukangobat membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal
347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan ia dapat dipecat dari jabatan
yang digunakan untuk melakukan kejahatan”
11. Pandangan Agama tentang Aborsi
A. Islam
Majelis Ulama Indonesia memfatwakan bahwa :
1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim
ibu (nidasi).
2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat.
3. Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilah yang membolehkan aborsi
adalah: Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium
lanjut, TBC dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus
ditetapkan oleh Tim Dokter.
4. Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.
5. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina.
12. B. Kristen
Secara singkat di dalam Al Kitab dapat disimpulkan bahwa aborsi dalam bentuk
dan alasan apapun dilarang karena :
1. Apabila ada sperma dan ovum telah bertwmu maka unsure kehidupan telah ada.
2. Abortus pada janin yang cacat tidak diperbolehkan karena Tuhan mempunyai
rencana lain pada hidup seorang manusia
3. Anak adalah pemberian Tuhan.
4. Bila terjadi kasus pemerkosaan, diharapkan keluarga serta orang-orang terdekat
dapat memberi semangat.
5. Aborsi untuk menyembunyikan aib tidak dibenarkan.
13. C. Katolik
Hampir sama dengan pernyataan agama Kristen, dalam agama katolik aborsi juga
dilarang.
D. Hindu
Aborsi dalam Teologi Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut "Himsa
karma" yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh,
meyakiti, dan menyiksa. Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan
menghilangkan nyawa, maka aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal dan tidak
dibenarkan.
E. Budha
Dalam agama budha perlakuan aborsi tidak dibenarkan karena suatu karma harus
diselesaikan dengan cara yang baik, jika tidak maka akan timbul karma yang lebih
buruk lagi.
14. Dampak Aborsi
• Timbul luka-luka dan infeksi-infeksi pada dinding alat kelamin dan merusak organ-
organ di dekatnya.
• Robek mulut rahim sebelah dalam (satu otot lingkar). Hal ini dapat terjadi karena
mulut rahim sebelah dalam bukan saja sempit dan perasa sifatnya, tetapi juga kalau
tersentuh, maka ia menguncup kuat-kuat. Kalau dicoba untuk memasukinya
dengan kekerasan maka otot tersebut akan menjadi robek.
• Dinding rahim bisa tembus, karena alat-alat yang dimasukkan ke dalam rahim.
• Terjadi pendarahan. Biasanya pendarahan itu berhenti sebentar, tetapi beberapa
hari kemudian/ beberapa minggu timbul kembali. Menstruasi tidak normal lagi
selama sisa produk kehamilan belum dikeluarkan dan bahkan sisa itu dapat berubah
15. Contoh Kasus
Seorang siswi kelas I SMP berumur 13 tahun, hamil 1 bulan akibat
perkosaan. Akibatnya korban mengalami depresi. Orangtua ingin agar
janin diaborsi, kemudian berkonsultasi ke dokter. Dokter setelah
mengadakan pertimbangan dengan tim ahli (dokter, ahli agama dan
psikiater) memutuskan setuju untuk melakukan aborsi. Namun,
walaupun tim ahli telah setuju, orang tua masih bingung karena
menurutnya agama dan hukum melarang aborsi.
16.
17.
18. KESIMPULAN
Aborsi merupakan tindakan yang melanggar hukum dalam kondisi apapun
kecuali kesehatan si ibu. Aborsi memiliki dampak berbahaya bagi seseorang yang
melakukannya baik dari segi kesehatan maupun sosial. Aborsi yang tidak
memenuhi syarat dan tidak dilakukan oleh ahlinya mengakibatkan komplikasi
yang sangat berbahaya bahkan menyebabkan kematian. Hal ini juga sudah diatur
dalam hukum negara. Untuk karena itu keperawatan harus punya standar profesi
guna memberi perlindungan kepada masyarakat. Bagaimanapun aborsi
merupakan tindakan yang tidak dapat ditoleransi baik dari segi medis ataupun
hukum.
19. SARAN
Seorang tenaga medis harus lebih sering memberikan pendidikan kesehatan
terutama tentang aborsi dan dampaknya terhadap kesehatan. Sehingga masyarakat
dapat memiliki persepsi yang benar dan diharapkan dapat menurunkan angka
kejadian aborsi baik secara legal maupun ilegal. Saran penulis, seorang perawat
yang sedang merawat klien yang akan melakukan aborsi, hendaknya ciptakan
suasana yang membuat klien dapat berdiskusi secara terbuka tentang aborsi, agar
tidak terjadi pelanggaran terhadap asas-asas yang ada.