Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut menjelaskan metodologi pengujian piutang usaha yang mencakup enam tahap yaitu mengidentifikasi risiko bisnis, menetapkan materialitas dan risiko inheren, menilai risiko pengendalian, melakukan pengujian pengendalian dan transaksi, melakukan prosedur analitis, serta merancang pengujian rincian saldo.
2. Menyelesaikan Pengujian Dalam
Siklus Penjualan Dan Penagihan:
Piutang Usaha
Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach. 15th edition
Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley
3. Metodologi Untuk Merancang Pengujian
atas Rincian Saldo
Delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo:
a. Detail Tie-in
b. Keberadaan
c. Kelengkapan
d. Keakuratan
e. Klasifikasi
f. Pisah batas
g. Nilai realisasi
h. Hak
4. Metodologi Untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang
Mempengaruhi Piutang Usaha
Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Risiko
Inheren untuk Piutang Usaha
Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan
Penagihan
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian
dan Pengujian Substantif atas Transaksi Untuk Siklus
Penjualan dan Penagihan
Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis untuk
Piutang Usaha
Merancang pengujian atas Rincian Saldo Piutang
Usaha untuk Memenuhi Tujuan Audit yang Berkaitan
dengan Saldo
Tahap I
Tahap I
Tahap I
Tahap II
Tahap III
• Prosedur Audit
• Ukuran Sampel
• Unsur yang dipilih
• Waktu
Tahap
III
5. Metodologi Untuk Merancang Pengujian atas
Rincian Saldo
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha
(Tahap I)
Pemahaman mengenai industri dan lingkungan eksternal klien serta
mengevaluasi tujuan manajemen dan proses bisnis.
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko
Inheren (Tahap I)
Auditor mempertimbangkan materialitas laporan keuangan secara
keseluruhan, kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke
setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha.
Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan
(Tahap I)
Auditor harus memperhatikan tiga aspek pengendalian internal:
1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan.
2. Pengendalian terhadap pisah batas.
3. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piuang tak tertagih.
6. Metodologi Untuk Merancang Pengujian atas
Rincian Saldo
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan
Pengujian Substantif atas Transaksi (Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian menentukan penilaian risiko
pengendalian untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi.
Hasil pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh
mana risiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi
Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Prosedur analitis dilakukan selama tiga tahap audit: perencanaan,
ketika melaksanakan pengujian yang terinci, dan sebagai bagian dari
penyelesaian audit. Auditor melaksanakan prosedur analitis untuk
siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya
piutang usaha.
7. Metodologi Untuk Merancang Pengujian atas
Rincian Saldo
Merancang dan Melaksanakan pengujian atas Rincian Saldo
Piutang Usaha (Tahap III)
Tugas menghubungkan faktor yang direncanakan sangatlah kompleks
karena pengukuran faktor bersifat tidak jelas. Bukti audit yang
direncanakan adalah kebalikan dari risiko deteksi yang
direncanakan. Setelah memutuskan bukti yang direncanakan bagi
tujuan tertentu adalah tinggi, sedang, rendah, kemudian auditor
harus memutuskan prosedur audit yang sesuai, ukuran sampel, item
yang dipilih, dan penetapan waktu.
8. Merancang Pengujian atas Rincian Saldo
• Pengujian piutang usaha & piutang tak
tertagih didasarkan pada aged trial
balance.
• Auditor harus menelusuri sampel setiap
saldo ke dokumen pendukung.
1. Piutang Usaha
Ditambahkan dengan
Benar dan Sama
dengan File Induk
serta Buku Besar
Umum
• Konfirmasi saldo pelanggan.
• Jika pelanggan tidak merespon konfirmasi,
auditor memeriksa dokumen pendukung.
2. Piutang Usaha
yang Dicatat Memang
Ada
• Mengandalkan pada sifat menyeimbangkan
sendiri file induk piutang usaha.
3. Piutang Usaha
yang Ada Telah
Dicantumkan
9. Merancang Pengujian atas Rincian Saldo
• Dengan melakukan konfirmasi akun dari
neraca saldo.
• Auditor memeriksa dokumen pendukung
menyangkut pengiriman dan penerimaan
kas.
4. Piutang Usaha
Sudah Akurat
• Dengan melakukan review aged trial
balance untuk piutang yang material.
5. Piutang Usaha
Diklasifikasikan
dengan Benar
• Untuk melakukan verifikasi apakah
transaksi yang mendekati akhir
periode akuntansi telah dicatat pada
periode yang tepat.
6. Pisah Batas
Piutang Usaha Sudah
Benar
10. Merancang Pengujian atas Rincian Saldo
• Nilai realisasi piutang usaha sama
dengan piutang usaha dikurangi
penyisihan piutang tak tertagih.
7. Piutang Usaha
Dinyatakan pada Nilai
Realisasi
• Auditor dapat mereview notulen
rapat, membahasnya dengan klien,
mengkonfirmasi dengan bank, dan
memeriksa kontrak hutang.
8. Klien Memiliki Hak
Atas Piutang Usaha
• Untuk mengevaluasi apakah penyajian
dan pengungkapan telah memadai,
auditor harus memahami prinsip
akuntansi yang diterima secara umum
serta persyaratan penyajian dan
pengungkapan.
9. Penyajian dan
Pengungkapan Piutang
Usaha
11. Konfirmasi Piutang Usaha
Konfirmasi piutang usaha merupakan formulir yang
menyajikan jumlah kewajiban debitur pada tanggal
tertentu dan disertai dengan rinciannya.
Tujuan dari konfirmasi piutang usaha yaitu memenuhi
tujuan eksistensi, keakuratan, serta pisah batas.
12. Persyaratan Standar Auditing
Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha
dalam situasi yang normal. Ada tiga pengecualian terhadap
keharusan menggunakan konfirmasi:
a. Piutang usaha tidak material.
b. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak
efektif karena tingkat responnya kemungkinan tidak akan
memadai atau tidak dapat diandalkan.
c. Gabungan tingkat risiko inheren dan risiko pengendalian
rendah dan bukti substantif lainnya dapat diakumulasi
untuk menyediakan bukti yang mencukupi.
13. Jenis-Jenis Konfirmasi
Konfirmasi Positif, meminta pihak penerima untuk mengkonfirmasi
secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada permintaan
konfirmasi itu benar atau salah.
Formulir Konfirmasi yang Kosong, jenis konfirmasi positif yang
tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta
penerimanya untuk mengisi saldo atau melengkapi informasi lainnya.
Konfirmasi Faktur, jenis konfirmasi positif lainnya dimana setiap
faktur akan dikonfirmasi, dan bukan saldo piutang usaha pelanggan
secara keseluruhan.
Konfirmasi Negatif, ditujukan kepada debitur tetapi hanya akan
meminta respon jika debitur tidak setuju dengan jumlah yang
dinyatakan.
14. Penetapan Waktu
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi baru
akan diperoleh jika konfirmasi itu dikirim sedekat
mungkin dengan tanggal neraca.
15. Keputusan Sampling
a. Ukuran sampel
Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel:
1. Materialitas kinerja
2. Risiko inheren
3. Risiko pengendalian
4. Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif
lainnya
5. Jenis konfirmasi
b. Pemilihan item untuk pengujian
Diperlukan beberapa jenis stratifikasi pada sebagian
besar konfirmasi.
16. Verifikasi Alamat dan Penyelenggaraan
Pengendalian
Auditor harus melaksanakan prosedur untuk untuk
memverifikasi alamat atau alamat email yang digunakan
untuk konfirmasi.
17. Menindaklanjuti Non-respon
Jika sebanyak 3 konfirmasi yang dikirim ke pelanggan
tidak ada satupun yang dikembalikan, maka perlu
dilakukan tindak lanjut dengan prosedur alternatif.
• Penerimaan Kas Selanjutnya
• Salian Faktur Penjualan
• Dokumen Pengiriman
• Korespondensi dengan klien
18. Analisis Perbedaan dalam Konfirmasi
Pembayaran
Telah
Dilakukan
Barang Belum
Diterima
Barang Telah
Dikembalikan
Kesalahan
Klerikal dan
Jumlah yang
Diperdebatkan
19. Menarik Kesimpulan
Jika semua perbedaan telah diselesaikan, termasuk yang
ditemukan dalam melakukan prosedur alternatif, auditor
harus mengevaluasi ulang pengendalian internal. Setiap
salah saji klien harus dianalisis untuk menentukan apakah
hal tersebut konsisten atau tidak konsisten dengan
tingkat risiko pengendalian yang dinilai pada awal audit.
20. Mengembangkan Pengujian Program audit
yang terinci
Auditor menyiapkan kertas kerja perencanaan bukti
sebagai alat bantu untuk memutuskan luas pengujian
atas rincian saldo yang direncanakan. Sumber setiap
baris sbb:
a. Materialitas kinerja.
b. Risiko audit yang dapat diterima.
c. Risiko inheren.
d. Risiko pengendalian.
e. Hasil pengujian subtantif atas transaksi.
f. Prosedur analitis.
g. Risiko deteksi yang direncanakan dan bukti audit
yang direncanakan.