Berdasarkan hasil penelitian, tiga faktor yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti di Kota Lhokseumawe adalah peran petugas kesehatan, ketersediaan informasi, dan pengetahuan masyarakat. Peran petugas kesehatan yang aktif berpengaruh paling dominan dalam mendorong perilaku baik masyarakat.
2. Data dari seluruh dunia menunjukan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD
setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara
Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi nomor dua di
dunia setelah Thailand (Achmadi, 2010, p.504). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia
mula-mula ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah penderita sebanyak
72.133 orang dan merupakan wabah terbesar sejak kasus DBD ditemukan pertama kali di Indonesia
dengan 1.411 kematian. Insidensi ini terus meningkat dan tersebar di wilayah Indonesia (Humolungo,
dkk, 2013, p.504).
3. Di Provinsi Aceh tahun 2014, Dinas Kesehatan Aceh, menyebutkan jumlah DBD
pada tahun 2014 sebanyak 2.210 kasus dengan 8 kematian. Pada tahun 2015
sebanyak 1.507 kasus dengan 6 kematian (Profil Dinkes Provinsi Aceh, 2016).
DATA DBD DI LHOKSEUMAWE
378
233
300
258
128 115
0
50
100
150
200
250
300
350
400
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jlhkasus
4. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) Aedes aegypty di Kota Lhokseumawe tahun
2016.
5. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitik, bertujuan
untuk mengambarkan keadaan atau status fenomena yang terjadi dalam
kehidupan sehari - hari (Notoatmodjo, 2007). Pendekatan yang dilakukan
oleh penelitian ini adalah desain cross sectional, yaitu melalui pengukuran
data variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada penentuan waktu
yang secara bersamaan (Notoatmodjo, 2005).
6. Analisis bivariat dilakukan terhadap
2 variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi yang
dibuat dalam bentuk tabel
distribusi. Untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara kedua
variabel pada penelitian ini dipakai
analisa Uji Statistik Chi-Square.
Dengan kemaknaan nilai ρ<0,05.
Analisis multivariat
menggunakan logistic
regression, dilakukan sebagai
tindak lanjut dari analisis
statistik uji bivariat dengan
mengikutsertakan variabel yang
bermakna secara statistik (p-
value < 0,05) dan variabel yang
mempunyai nilai (p-value <
0,25).
7. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 11 Juli 2016
sampai 18 Juli 2016 di Desa Kampung Jawa Lama, Desa Teumpok
Teungoh Kecamatan Banda Sakti dan Desa Panggoi Kecamatan
Muara Dua Kota Lhokseumawe sebagai berikut :
8. 1. JenisKelamin
2. UmurResponden
Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase(%)
Laki-Laki 82 68,3
Perempuan 38 31,7
Total 120 100 %
Umur Frekuensi (f) Persentase(%)
< 25 Tahun 12 10,0
25-30 Tahun 32 26,7
31-40 Tahun 48 40,0
> 40 Tahun 28 23,3
Total 120 100%
9. 3. PendidikanTerakhir
4. Pekerjaan
Pendidikan Terakhir Frekuensi (f) Persentase (%)
SD 5 4,2
SMP 25 20,8
SMA 63 52,5
Akademi/PT 27 22,5
Total 120 100%
Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
PNS 44 36,7
Wiraswasta 48 40,0
Buruh 18 15,0
Lain-lain 10 8,3
Total 120 100%
14. 2. ANALISISBIVARIAT
No Variabel PSN-Aedes Aegypty Total ρ Value
Baik Kurang
1. Pengetahuan
0,037
Baik 40 29 69
Kurang 28 23 51
Total 68 52 120
2. Sikap
0,014
Positif 45 27 72
Negatif 23 25 48
Total 68 52 120
3. Ketersediaan Informasi
0,035
Baik 42 25 67
Kurang 26 27 63
Total 68 52 120
15. No Variabel PSN-Aedes Aegypty Total ρ Value
Baik Kurang
4. Petugas Kesehatan
0,027
Baik 39 29 68
Kurang 29 23 52
Total 68 52 120
5. Kader Kesehatan
0,049
Baik 32 26 58
Kurang 36 26 62
Total 68 52 120
6. Tokoh Masyarakat
0,048
Baik 44 31 75
Kurang 24 21 45
Total 68 52 120
7. Tokoh Agama
0,023
Baik 44 28 72
Kurang 24 24 48
Total 68 52 120
17. Berdasarkan uji statistik logistic regression, dapat diketahui bahwa faktor yang
mempengaruhi perilaku pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypty yaitu
peran petugas kesehatan, ketersediaan informasi, dan pengetahuan. Nilai
koefisien petugas kesehatan adalah ρ = 0,002 dengan Exp(B) 4,737 (95% CI :
1,803-16,754), Hal ini berarti bahwa persepsi masyarakat terhadap peran petugas
kesehatan yang aktif dalam pemberantasan sarang nyamuk mempunyai 5 kali
kemungkinan masyarakat akan berperilaku baik dalam pemberantasan sarang
nyamuk bila dibandingkan dengan peran petugas kesehatan yang kurang aktif.
18. Nilai koefisien ketersediaan informasi adalah ρ = 0,007 dengan Exp(B) 2,241 (95% CI : 1,328-
11,318), Hal ini berarti bahwa ketersediaan informasi responden yang ada dalam
pemberantasan sarang nyamuk mempunyai 2 kali kemungkinan akan berperilaku baik dalam
pemberantasan sarang nyamuk, bila dibandingkan dengan responden yang tidak ada
ketersediaan informasi.
Nilai koefisien pengetahuan adalah ρ = 0,004 dengan Exp(B) 1,956 (95% CI : 1,290-3,153), Hal
ini berarti bahwa pengetahuan responden yang baik mengenai pemberantasan sarang
nyamuk mempunyai 2 kali kemungkinan akan berperilaku baik dalam pemberantasan sarang
nyamuk, bila dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan kurang.
19. Dari nilai koefisien regresi, variabel peran petugas kesehatan (0,002)
lebih dominan/kuat pengaruhnya bila dibandingkan dengan variabel
pengetahuan (0,004), dan ketersediaan informasi (0,007).