Berdasarkan tabel, grafik dan diagram, terjadi fluktuasi tingkat keberadaan jentik nyamuk antara tahun 2013-2018. Tingkat jentik nyamuk tertinggi terjadi pada tahun 2013 dengan presentase 80,1% sedangkan yang terendah pada tahun 2014 dengan presentase 24,1%.
2. Jentik nyamuk merupakan salah satu tahap dalam siklus hidup nyamuk.
Keberadaan jentik nyamuk erat kaitannya dengan angka kejadian deman
berdarah dengue (DBD). DBD merupakan penyakit pada daerah tropis dan
subtropis yang disebabkan oleh virus dengue (DEN-1, 2, 3, dan 4) melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Utami, 2015). Menurut
WHO dalam penelitian yang dilakukan Sari (2017) kasus DBD tertinggi di
daerah Asia berada di Indonesia, Myanmar, Bangladesh, dan India. Pada tahun
2015, tercatat terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di
Indonesia, dan 1.229 orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut
lebih tinggi dari tahun 2014, yaitu sebanyak 100.347 penderita dan sebanyak
907 meninggal (KEMENKES, 2016).
Nyamuk seringkali berkembang biak di tempat penampungan air seperti bakm
andi, tempayan, drum, barang bekas, pot tanaman air dan lain sebagainya.
Olehkarena itu, untuk mengantisipasi segala dampak yang bisa ditimbulkan
nyamuk,masyarakat umum perlu mengetahui jenis, kehidupan, permasalahan
yangdisebabkan oleh nyamuk bahkan pengetahuan mengenai kepadatan
jentik nyamuksebagai langkah awal pencegahan terhadap dampak buruk
akibat serangga(khususnya nyamuk) bagi kesehatan
PENDAHULUAN
3. NO
TAHU
N %ABJ
1 2013 80,1
2 2014 24,1
3 2015 54,2
4 2016 67,6
5 2017 46,7
6 2018 31,5
ANGKA BEBAS
JENTIK DI
INDONESIA 2013-
2018
2013
26%
2014
8%
2015
18%
2016
22%
2017
15%
2018
11%
ANGKA BEBAS JENTIK DI INDONESIA
2013-2018
80.1
24.1
54.2
67.6
46.7
31.5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2013 2014 2015 2016 2017 2018
ANGKA BEBAS JENTIK DI INDONESIA
2013-2018
4. Berdasarkan tabel, grafik dan diagram di
atas setiap tahunnya terjadi penurunan dan
peningkatan dari tahun ke tahun, termasuk
dari tahun 2013-2018. tinggi angka jentik
yaitu pada tahun 2013 dengan presentase
80,1% dan angka bebas jentik terendah
terjadi pada tahun 2014 yaitu dengan
presentase 24,1%.
Analisa data
5. Opini: Nyamuk Aedes aegypti memiliki potensi bahaya yang tinggi sebagai
vektor penyakit DBD sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan baik di
Kelurahan Petemon maupun di daerah yang memiliki kasus DBD lainnya.
Banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap populasi larva nyamuk Aedes
aegypti diharapkan dilakukan penelitian lanjutan yang mengkaji faktor
lingkungan seperti suhu dan kelembapan udara sehingga dapat diperoleh data
yang lebih akurat untuk setiap faktor yang berpengaruh terhadap populasi larva
nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, diharapkan masyarakat menerapkan pola
hidup bersih dan menambah intensitas cahaya di dalam rumah khususnya pada
ruangan yang terdapat contaier untuk mengurangi kemungkinan
berkembangnya nyamuk Aedes aegypti yang berperan sebagai vektor penyakit
DBD.