SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
DRY EYE SYNDROME
EPIDEMIOLGI
 Sindrom Mata Kering menggambarkan suatu keadaan defisiensi air
mata baik secara kualitas maupun kuantitas, yang terjadi akibat
penurunan produksi air mata atau penguapan air mata yang
berlebihan
 Insiden sindrom ini sering terjadi orang usia lanjut dan wanita
menopause.
 Di Amerika Serikat, diperkirakan 3,23 juta perempuan dan 1,68 juta
laki – laki, yang berusia 50 tahun keatas mengalami sindrom ini.
 Faktor resiko terjadinya sindrom ini ialah peningkatan polusi udara,
penggunaan obat-obatan tertentu seperti obat alergi dan obat
hipertensi, peningkatan pengguna lensa kontak dan peningkatan
penggunaan komputer, serta penyakit sindrom syogren
DEFINISI
 Sindrom Mata Kering (Keratokonjungtivitis
Sicca) didefinisikan sebagai suatu gangguan
pada permukaan mata yang ditandai dengan
keringnya permukaan kornea dan konjungtiva
yang terjadi akibat ketidakstabilan produksi
dan fungsi dari lapisan air mata (akueus,
musin, atau lipid)
Pasien yang beresiko tinggi :
 Wanita usia >50 th
 Wanita yang menggunakan teraip
hormonal
 Pengguna lensa kontak
 Perokok
2. AIR MATA
 Kandungan air mata:
 Protein
 Albumin (60% dari total protein)
 Globulin
 Lisosim sebagai antimikroba
 Immunoglobulin IgA (terbanyak), IgG, dan
IgE. Sebagai anti inflamasi
 konsentrasi K+, Na+, Cl- untuk menjaga
osmolaritas
 glukosa (5mg/dl) dan urea (0,04mg/dl) yang
rendah
Screening Pasien Dry Eye
 Apakah mata anda terasa kering ? Gatal? atau
Perih ?
 Apakah anda sering mengalami pandangan
kabur ?
 Apakah anda sering merasa silau ?
 Apa anda merasa tidak nyaman ketika lama
melihat TV, komputer, atau membaca ?
 Apa anda meneteskan tetes air mata buatan
>3 kali / hari ?
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Subjektif Mata Kering
 mata terasa gatal
 adanya sensasi mata seperti
berpasir,
 Sakit
 Silau
 Penglihatan kabur.
Gejala Objektif Mata Kering
 Sekresi mukus yang berlebihan
 Sukar menggerakkan kelopak mata
 Mata tampak kering dan terdapat erosi
kornea
 Pada pemeriksaan slit lamp, meniskus air
mata pada tepi palpebra inferior menghilang
atau terganggu
 Konjungtiva bulbi tampak edema, hiperemik,
menebal, dan kusam (tidak tampak kilauan).
Kadang – kadang terdapat benang mucus
kekuning-kunigan pada forniks konjungtiva
inferior.
 Pada keadaan lanjut, biasa ditemukan
filament (benang-benang) yang satu
ujungnya melekat di kornea sedangkan
ujung lainnya bergerak bebas. Pada
keadaan ini dapat ditemukan
neovaskularisasi kornea
DIAGNOSIS
 Tes diagnostik:
1. Uji Schirmer
2. Tear Film Breakup Time (TBUT)
3. Pemulasan Fluorescein
4. Uji Rose Bengal
5. Pemeriksaan Lisozim air mata
6. Uji Ferning (Ocular Ferning Test)
7. Impresi Sitologi konjungtiva
8. Pemeriksaan osmolaritas air mata
9. Laktoferrin air mata
Derajat Keparahan Mata Kering
 Mild
Hasil tes schirmer kurang dari 10 mm dalam 5
menit
 Moderate
Hasil tes schirmer antara 5-10 mm dalam 5 menit
 Severe
Hasil tes schirmer kurang dari 5 mm dalam 5
menit,
DIAGNOSIS
KOMPLIKASI
BANDING
1. Blepharitis
2. Konjungtivitis alergi
3. Keratokonjungtivitis
Superior Limbic
4. Komplikasi Lensa
Kontak
 Pada awal perjalanan
keratokonjungtivitis sicca,
penglihatan sedikit
terganggu.
 Pada kasus lanjut, dapat
timbul ulkus kornea,
penipisan kornea, dan
perforasi. Kadang-kadang
terjadi infeksi bakteri
sekunder, dan berakibat
timbulnya jaringan parut dan
vaskularisasi pada kornea,
yang sangat menurunkan
penglihatan.
PENATALAKSANAAN
 Pengobatan sindrom mata kering adalah sebagai berikut
1. Pemberian air mata buatan
Air mata buatan diberikan 1-2 tetes pada dewasa maupun anak - anak apabila
terjadi defisiensi komponen air. Air mata buatan ini berfungsi sebagai pelumas
pada permukaan mata.
2. Salep / gel, sebagai pelumas jangka panjang, terutama saat tidur
3. Kacamata pelembab bilik
apabila penyebabnya lingkungan yang terlalu panas atau dingin. Usahakan kaca
mata hitam yang dipakai adalah yang mempunyai bentuk yang cukup lebar dan
menutupi daerah samping mata, sehingga penguapan air mata dapat dihindari.
4. Agen anti-inflamasi
- Siklosporin A topikal : diberikan 1 tetes pada setiap mata per 12 jam.
- Kortikosteriod topikal : Kortikosteroid topikal baik digunakan sendiri atau bersama
dengan Siklosporin, bisa mengurangi peradangan dan gejala mata kering.
PENATALAKSANAAN
5. Topikal / sistemik tetrasiklin
Obat ini efektif apabila terdapat disfungsi kelenjar
meibom, obat yang bisa diberikan berupa:
Doxycycline 100 mg, Minoxycline 100 mg
6. Lensa kontak
Lensa kontak diberikan pada pasien dengan
defisiensi mucus dengan derajat berat yang gagal
diterapi menggunakan obat-obatan.
7. Bedah
- Punctal plug
- Tarsorrhaphy
PROGNOSIS
 Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada
pasien dengan sindrom mata kering adalah baik.
 Sebagian besar pasien dengan derajat keparahan
ringan hingga sedang dapat diobati gejalanya dengan
pemberian lubricant, dan gejalanya bisa teratasi.
 Pada mata kering yang berat, bisa mengganggu
kualitas hidup karena seringkali pasien mengeluhkan
penglihatan kabur, iritasi berat sehingga mereka
kesulitan membuka mata dan mereka aktivitas kerja
menjadi terganggu
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot (20)

Terapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anakTerapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anak
 
Epilepsi
EpilepsiEpilepsi
Epilepsi
 
Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
 
Katarak Imatur
Katarak ImaturKatarak Imatur
Katarak Imatur
 
Presentasi katarak senilis penyuluhan
Presentasi katarak senilis penyuluhanPresentasi katarak senilis penyuluhan
Presentasi katarak senilis penyuluhan
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
Ilmu ajar penyakit mata
Ilmu ajar penyakit mataIlmu ajar penyakit mata
Ilmu ajar penyakit mata
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Dermatoterapi fix
Dermatoterapi fixDermatoterapi fix
Dermatoterapi fix
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Glaukoma
Glaukoma Glaukoma
Glaukoma
 
3. lensa
3. lensa3. lensa
3. lensa
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
Antibiotik dan golongannya
Antibiotik dan golongannyaAntibiotik dan golongannya
Antibiotik dan golongannya
 
Ulkus kornea
Ulkus korneaUlkus kornea
Ulkus kornea
 
Kuliah mata 2013
Kuliah mata 2013Kuliah mata 2013
Kuliah mata 2013
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 

Similar to DRY EYE EPIDEMIOLOGY

Similar to DRY EYE EPIDEMIOLOGY (20)

Eyes injury
Eyes injuryEyes injury
Eyes injury
 
Katarak dr. lk
Katarak dr. lkKatarak dr. lk
Katarak dr. lk
 
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptxDiskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
 
Glukoma
GlukomaGlukoma
Glukoma
 
G3 mata
G3 mataG3 mata
G3 mata
 
Askep glukoma
Askep glukomaAskep glukoma
Askep glukoma
 
Blefaritis
BlefaritisBlefaritis
Blefaritis
 
Blefaritis AKPER PEMKAB MUNA
Blefaritis AKPER PEMKAB MUNA Blefaritis AKPER PEMKAB MUNA
Blefaritis AKPER PEMKAB MUNA
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 
Penyakit mata anak
Penyakit mata anakPenyakit mata anak
Penyakit mata anak
 
Kasus 3 dhila
Kasus 3 dhilaKasus 3 dhila
Kasus 3 dhila
 
bkjbkjblkbljbkbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb 4 blok Indera.pptx
bkjbkjblkbljbkbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb 4 blok Indera.pptxbkjbkjblkbljbkbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb 4 blok Indera.pptx
bkjbkjblkbljbkbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb 4 blok Indera.pptx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i mte
Bab i mte Bab i mte
Bab i mte
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Sap katarak
Sap katarakSap katarak
Sap katarak
 
21. dr. iit farmakologi obat topikal mata
21. dr. iit   farmakologi obat topikal mata21. dr. iit   farmakologi obat topikal mata
21. dr. iit farmakologi obat topikal mata
 
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoreseinPemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
 
Softlens
SoftlensSoftlens
Softlens
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 

Recently uploaded

Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 

Recently uploaded (20)

Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 

DRY EYE EPIDEMIOLOGY

  • 2. EPIDEMIOLGI  Sindrom Mata Kering menggambarkan suatu keadaan defisiensi air mata baik secara kualitas maupun kuantitas, yang terjadi akibat penurunan produksi air mata atau penguapan air mata yang berlebihan  Insiden sindrom ini sering terjadi orang usia lanjut dan wanita menopause.  Di Amerika Serikat, diperkirakan 3,23 juta perempuan dan 1,68 juta laki – laki, yang berusia 50 tahun keatas mengalami sindrom ini.  Faktor resiko terjadinya sindrom ini ialah peningkatan polusi udara, penggunaan obat-obatan tertentu seperti obat alergi dan obat hipertensi, peningkatan pengguna lensa kontak dan peningkatan penggunaan komputer, serta penyakit sindrom syogren
  • 3. DEFINISI  Sindrom Mata Kering (Keratokonjungtivitis Sicca) didefinisikan sebagai suatu gangguan pada permukaan mata yang ditandai dengan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva yang terjadi akibat ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata (akueus, musin, atau lipid)
  • 4. Pasien yang beresiko tinggi :  Wanita usia >50 th  Wanita yang menggunakan teraip hormonal  Pengguna lensa kontak  Perokok
  • 5. 2. AIR MATA  Kandungan air mata:  Protein  Albumin (60% dari total protein)  Globulin  Lisosim sebagai antimikroba  Immunoglobulin IgA (terbanyak), IgG, dan IgE. Sebagai anti inflamasi  konsentrasi K+, Na+, Cl- untuk menjaga osmolaritas  glukosa (5mg/dl) dan urea (0,04mg/dl) yang rendah
  • 6. Screening Pasien Dry Eye  Apakah mata anda terasa kering ? Gatal? atau Perih ?  Apakah anda sering mengalami pandangan kabur ?  Apakah anda sering merasa silau ?  Apa anda merasa tidak nyaman ketika lama melihat TV, komputer, atau membaca ?  Apa anda meneteskan tetes air mata buatan >3 kali / hari ?
  • 7. MANIFESTASI KLINIS Gejala Subjektif Mata Kering  mata terasa gatal  adanya sensasi mata seperti berpasir,  Sakit  Silau  Penglihatan kabur. Gejala Objektif Mata Kering  Sekresi mukus yang berlebihan  Sukar menggerakkan kelopak mata  Mata tampak kering dan terdapat erosi kornea  Pada pemeriksaan slit lamp, meniskus air mata pada tepi palpebra inferior menghilang atau terganggu  Konjungtiva bulbi tampak edema, hiperemik, menebal, dan kusam (tidak tampak kilauan). Kadang – kadang terdapat benang mucus kekuning-kunigan pada forniks konjungtiva inferior.  Pada keadaan lanjut, biasa ditemukan filament (benang-benang) yang satu ujungnya melekat di kornea sedangkan ujung lainnya bergerak bebas. Pada keadaan ini dapat ditemukan neovaskularisasi kornea
  • 8. DIAGNOSIS  Tes diagnostik: 1. Uji Schirmer 2. Tear Film Breakup Time (TBUT) 3. Pemulasan Fluorescein 4. Uji Rose Bengal 5. Pemeriksaan Lisozim air mata 6. Uji Ferning (Ocular Ferning Test) 7. Impresi Sitologi konjungtiva 8. Pemeriksaan osmolaritas air mata 9. Laktoferrin air mata
  • 9. Derajat Keparahan Mata Kering  Mild Hasil tes schirmer kurang dari 10 mm dalam 5 menit  Moderate Hasil tes schirmer antara 5-10 mm dalam 5 menit  Severe Hasil tes schirmer kurang dari 5 mm dalam 5 menit,
  • 10. DIAGNOSIS KOMPLIKASI BANDING 1. Blepharitis 2. Konjungtivitis alergi 3. Keratokonjungtivitis Superior Limbic 4. Komplikasi Lensa Kontak  Pada awal perjalanan keratokonjungtivitis sicca, penglihatan sedikit terganggu.  Pada kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan perforasi. Kadang-kadang terjadi infeksi bakteri sekunder, dan berakibat timbulnya jaringan parut dan vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan penglihatan.
  • 11. PENATALAKSANAAN  Pengobatan sindrom mata kering adalah sebagai berikut 1. Pemberian air mata buatan Air mata buatan diberikan 1-2 tetes pada dewasa maupun anak - anak apabila terjadi defisiensi komponen air. Air mata buatan ini berfungsi sebagai pelumas pada permukaan mata. 2. Salep / gel, sebagai pelumas jangka panjang, terutama saat tidur 3. Kacamata pelembab bilik apabila penyebabnya lingkungan yang terlalu panas atau dingin. Usahakan kaca mata hitam yang dipakai adalah yang mempunyai bentuk yang cukup lebar dan menutupi daerah samping mata, sehingga penguapan air mata dapat dihindari. 4. Agen anti-inflamasi - Siklosporin A topikal : diberikan 1 tetes pada setiap mata per 12 jam. - Kortikosteriod topikal : Kortikosteroid topikal baik digunakan sendiri atau bersama dengan Siklosporin, bisa mengurangi peradangan dan gejala mata kering.
  • 12. PENATALAKSANAAN 5. Topikal / sistemik tetrasiklin Obat ini efektif apabila terdapat disfungsi kelenjar meibom, obat yang bisa diberikan berupa: Doxycycline 100 mg, Minoxycline 100 mg 6. Lensa kontak Lensa kontak diberikan pada pasien dengan defisiensi mucus dengan derajat berat yang gagal diterapi menggunakan obat-obatan. 7. Bedah - Punctal plug - Tarsorrhaphy
  • 13. PROGNOSIS  Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan sindrom mata kering adalah baik.  Sebagian besar pasien dengan derajat keparahan ringan hingga sedang dapat diobati gejalanya dengan pemberian lubricant, dan gejalanya bisa teratasi.  Pada mata kering yang berat, bisa mengganggu kualitas hidup karena seringkali pasien mengeluhkan penglihatan kabur, iritasi berat sehingga mereka kesulitan membuka mata dan mereka aktivitas kerja menjadi terganggu