Suppositoria aminofilin dibuat dengan menggunakan PEG 1000 dan PEG 4000 sebagai basis. Aminofilin ditimbang sebanyak 5 gram dan dicampur dengan PEG yang dilelehkan untuk membentuk massa yang kemudian dicetak menjadi 8 buah suppositoria. Suppositoria didinginkan sebelum dimasukkan ke dalam kemasan untuk penyimpanan.
Dokumen tersebut membahas tentang pasta sebagai sediaan farmasi semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat untuk pemakaian topikal. Dibahas pula karakteristik, penggolongan, metode pembuatan, contoh formula standar, perbedaan dengan salep, serta keuntungan dan kerugian pasta. Dokumen ini menyimpulkan bahwa kelebihan pasta adalah mengikat cairan luka dan melekat lebih lama pada kulit, sement
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Laporan ini membahas tentang pembuatan sediaan eliksir parasetamol. Terdapat tujuan pembuatan yaitu mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan eliksir parasetamol dengan baik serta membuat kemasannya. Dokumen ini juga menjelaskan teori, bahan, perhitungan, dan penetapan dosis eliksir parasetamol.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Dokumen tersebut membahas tentang pasta sebagai sediaan farmasi semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat untuk pemakaian topikal. Dibahas pula karakteristik, penggolongan, metode pembuatan, contoh formula standar, perbedaan dengan salep, serta keuntungan dan kerugian pasta. Dokumen ini menyimpulkan bahwa kelebihan pasta adalah mengikat cairan luka dan melekat lebih lama pada kulit, sement
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Laporan ini membahas tentang pembuatan sediaan eliksir parasetamol. Terdapat tujuan pembuatan yaitu mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan eliksir parasetamol dengan baik serta membuat kemasannya. Dokumen ini juga menjelaskan teori, bahan, perhitungan, dan penetapan dosis eliksir parasetamol.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sirup parasetamol. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang latar belakang parasetamol dan sirup, dasar teori pembuatan sirup, preformulasi parasetamol, analisis permasalahan dalam pembuatan sirup parasetamol, dan pendekatan formula pembuatan sirup parasetamol.
1. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air minimal 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Terdapat dua tipe krim yaitu emulsi minyak dalam air dan dispersi mikrokristal asam lemak dalam air.
2. Krim digunakan untuk memberikan efek pelembab atau emolien pada kulit serta sebagai pembawa zat obat. Jenis emulsi yang digunakan tergantung pada sifat z
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Makalah ini membahas tentang pembuatan suspensi terdeflokulasi dengan menggunakan CMC Na sebagai agen pengental dan pemeriksaan sifat fisiknya. Beberapa parameter yang diamati meliputi volume sedimentasi dan kemudahan dispersi ulang dengan variasi konsentrasi CMC Na. Tujuannya adalah mengetahui pengaruh konsentrasi CMC Na terhadap volume sedimentasi dan kemudahan dispersi ulang suspensi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk sediaan farmasi yang umum digunakan beserta keuntungan dan kerugiannya, seperti tablet, kapsul, pil, larutan, salep, krim, gel, pasta, lotion, injeksi, suppositoria, inhaler, serbuk, tetes, emulsi, dan suspensi.
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi teknologi sediaan suppositoria non steril yang berisi parasetamol. Secara ringkas, dibahas tentang indikasi, farmakokinetik, mekanisme kerja, efek samping, kontraindikasi, peringatan, dan interaksi obat parasetamol. Juga dibahas sifat fisika kimia zat aktif dan bahan tambahan seperti oleum cacao dan cetaceum yang digunakan dalam pembuatan suppositoria. Terakhir
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumSurya Amal
Dokumen tersebut membahas tentang penyerapan obat yang diberikan melalui rektum, termasuk cara kerja dan faktor yang mempengaruhinya. Pemberian obat melalui rektum dapat mendapatkan efek lokal atau sistemik, tergantung jenis obatnya. Absorpsi terjadi lewat pembuluh darah secara langsung, getah bening, atau tidak langsung, namun bioavailabilitasnya relatif rendah.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sirup parasetamol. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang latar belakang parasetamol dan sirup, dasar teori pembuatan sirup, preformulasi parasetamol, analisis permasalahan dalam pembuatan sirup parasetamol, dan pendekatan formula pembuatan sirup parasetamol.
1. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air minimal 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Terdapat dua tipe krim yaitu emulsi minyak dalam air dan dispersi mikrokristal asam lemak dalam air.
2. Krim digunakan untuk memberikan efek pelembab atau emolien pada kulit serta sebagai pembawa zat obat. Jenis emulsi yang digunakan tergantung pada sifat z
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Makalah ini membahas tentang pembuatan suspensi terdeflokulasi dengan menggunakan CMC Na sebagai agen pengental dan pemeriksaan sifat fisiknya. Beberapa parameter yang diamati meliputi volume sedimentasi dan kemudahan dispersi ulang dengan variasi konsentrasi CMC Na. Tujuannya adalah mengetahui pengaruh konsentrasi CMC Na terhadap volume sedimentasi dan kemudahan dispersi ulang suspensi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk sediaan farmasi yang umum digunakan beserta keuntungan dan kerugiannya, seperti tablet, kapsul, pil, larutan, salep, krim, gel, pasta, lotion, injeksi, suppositoria, inhaler, serbuk, tetes, emulsi, dan suspensi.
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi teknologi sediaan suppositoria non steril yang berisi parasetamol. Secara ringkas, dibahas tentang indikasi, farmakokinetik, mekanisme kerja, efek samping, kontraindikasi, peringatan, dan interaksi obat parasetamol. Juga dibahas sifat fisika kimia zat aktif dan bahan tambahan seperti oleum cacao dan cetaceum yang digunakan dalam pembuatan suppositoria. Terakhir
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumSurya Amal
Dokumen tersebut membahas tentang penyerapan obat yang diberikan melalui rektum, termasuk cara kerja dan faktor yang mempengaruhinya. Pemberian obat melalui rektum dapat mendapatkan efek lokal atau sistemik, tergantung jenis obatnya. Absorpsi terjadi lewat pembuluh darah secara langsung, getah bening, atau tidak langsung, namun bioavailabilitasnya relatif rendah.
Makalah ini membahas tentang proses pembuatan monosodium glutamat (MSG) melalui fermentasi menggunakan mikroba. Dijelaskan mengenai sejarah penggunaan glutamat, bahan baku, jenis mikroba yang digunakan, kondisi kultur yang dibutuhkan, dan proses pembuatan MSG secara keseluruhan."
Dokumen tersebut membahas tentang anestesi untuk bedah mata. Secara singkat, dibahas mengenai tiga jenis obat anti-inflamasi yang digunakan untuk mata yaitu kortikosteroid, NSAID, dan kombinasi keduanya. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat pelepasan asam arakidonat, sedangkan NSAID menghambat sintesis prostaglandin. Kedua jenis obat ini digunakan untuk mengurangi inflamasi pasca operasi mata
Dokumen tersebut membahas tentang asam salisilat, termasuk rumus strukturnya, sifat kimia dan fisikanya, kegunaannya sebagai aditif makanan dan kosmetik, bahaya kesehatannya, ambang batas penggunaannya dalam makanan, dan alternatif penggantinya.
Suppositoria aminofilin dibuat dengan menggunakan PEG 1000 dan PEG 4000 sebagai basis. Aminofilin dan PEG dicairkan dan dicampur untuk membentuk massa yang kemudian dicetak menjadi suppositoria. Suppositoria mengandung 500 mg aminofilin dan disimpan dalam kemasan aluminium foil.
Laporan akhir praktikum sediaan solid parasetamol dengan metode granulasi basah yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa farmasi UMM. Granulasi basah digunakan untuk meningkatkan kompaktibilitas dan aliran parasetamol yang buruk dengan menambahkan zat pengikat air untuk membentuk granul."
Dokumen tersebut merangkum studi pustaka tentang formulasi krim kloramfenikol dan hidrokortison asetat, mencakup definisi krim, jenis krim, persyaratan krim sebagai obat luar, metode pembuatan dan pembentukan krim, penyimpanan krim, serta monografi zat aktif dan zat tambahan yang digunakan.
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan dan standarisasi simplisia sebagai bahan obat tradisional. Beberapa faktor yang mempengaruhi mutu simplisia diantaranya bahan baku, proses pengolahan, dan penyimpanan. Proses pembuatan simplisia meliputi pengumpulan bahan, sortasi, pencucian, pengeringan, sortasi kering, dan pengepakan. Standarisasi meliputi uji parameter mutu, identifikasi, dan skrining fitokimia.
Laporan ini membahas pembuatan unguentum asam salisilat dengan bahan asam salisilat dan vaselinum flavum. Dilakukan evaluasi homogenitas, daya lekat, daya sebar, dan kemampuan proteksi. Hasilnya menunjukkan tidak homogen, daya lekat 1,3 detik, daya sebar semakin besar dengan tambahan beban, dan kemampuan proteksi 42 detik.
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatBayu Mario
Sediaan kapsul adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, yang ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. (FI edisiIV)
Sediaankapsuladalahbentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul Keras dan lunak.(FI edisiIII)
Secara umum;Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, yang mengandungsatu bahan macam obat atau lebih dan / atau bahan inert lainnya yang dimasukan kedalam cangkang atau wadah kecil umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai.
Dokumen tersebut membahas tentang dry syrup, termasuk definisi, komponen, metode pembuatan, uji mutu, dan pengemasan. Dry syrup merupakan bentuk sediaan padat yang dapat direkonsititusi dengan air untuk diberikan secara oral, dan umumnya digunakan untuk obat-obatan yang sensitif terhadap kelembaban. Ada beberapa metode pembuatan seperti pencampuran langsung, granulasi kering, dan granulasi basah. Uji mutu meliputi uk
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis sediaan obat luar yang umum, yaitu salep, krim, pasta, dan jelly. Jenis-jenis tersebut memiliki komposisi dan sifat yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan penggunaannya sebagai obat luar.
Etilen glikol adalah zat beracun yang dapat menyebabkan keracunan jika tertelan. Zat ini akan terabsorpsi dengan cepat ke darah dan diubah menjadi senyawa beracun lain di hati yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Gejala awal keracunan etilen glikol antara lain mual, muntah, dan tampak mabuk.
Etilen glikol adalah cairan beracun yang dapat menyebabkan keracunan jika tertelan. Ia akan terabsorpsi dengan cepat ke darah dan diubah menjadi senyawa beracun lain di hati yang dapat merusak ginjal. Gejala awalnya mual dan muntah, namun bisa berkembang menjadi koma dan gagal ginjal. Pengobatan cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.
1. Tetes mata adalah larutan atau suspensi steril yang digunakan untuk mata dengan cara meneteskan pada kelopak dan bola mata.
2. Keuntungan larutan mata adalah kehomogenan dan kemudahan penggunaan, sedangkan suspensi dapat memperpanjang waktu kontak obat dengan mata.
3. Bahan penting dalam tetes mata antara lain pengawet, pengisotonis, dapar, dan peningkat viskositas untuk menjaga
Similar to Rancangan formula suppositoria aminofilin (20)
Vaksin adalah suatu kuman (bakteri/virus) yang sudah dilemahkan yang kemudian dimasukkan ke dalam tubuh seseorang untuk membentuk kekebalan tubuh (imunitas) secara aktif.
Sera adalah suatu cairan tubuh yang mengandung sistem kekebalan terhadap suatu kuman yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, maka orang tersebut akan mempunyai kekebalan terhadap kuman yang sama (imunitas pasif).
Tugas ini membahas obat golongan makrolida. Makrolida adalah antibiotik yang bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri dengan mengikat subunit 50S ribosom. Obat utama golongan ini adalah eritromisin, klaritromisin, dan azitromisin. Eritromisin dan klaritromisin memiliki mekanisme kerja yang sama yaitu menghambat sintesis protein bakteri, namun klaritromisin memiliki waktu paruh yang lebih panjang.
Teks tersebut merupakan makalah tentang pengujian hewan coba pada mencit, tikus putih, kelinci dan marmut. Makalah ini membahas tentang definisi, klasifikasi, morfologi, karakteristik dan cara penanganan serta pemberian obat pada keempat jenis hewan coba tersebut.
Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...Rhiza Amalia
Vitamin C memiliki struktur kimia berupa asam askorbat yang berasal dari glukosa dan galaktosa. Terdapat dua bentuknya, yaitu bentuk tereduksi L-asam askorbat dan bentuk teroksidasi L-asam dehidroaskorbat. Hanya L-(+)-asam askorbat yang memiliki aktivitas biologis sebagai anti skorbut, sedangkan D-(-)-asam askorbat tidak.
Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...Rhiza Amalia
Vitamin C memiliki struktur kimia berupa asam askorbat yang merupakan turunan heksosa. Terdapat dua bentuk isomer optik vitamin C yaitu L-asam askorbat dan D-asam askorbat, dimana hanya L-asam askorbat yang memiliki aktivitas biologis sebagai anti skorbut dan dianggap sebagai vitamin, sedangkan D-asam askorbat hanya berperan sebagai antioksidan.
RANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBATRhiza Amalia
Asam askorbat adalah nama kimia dari Vitamin C, asam askorbat merupakan vitamin yang dapat larut dalam air dan sangat penting untuk biosintesis kolagen, karnitin dan berbagai neurotransmiter.
Dokumen tersebut membahas tentang validasi metode analisis, termasuk pengertian, tujuan, dan parameter-parameter validasi seperti akurasi, presisi, selektivitas, linearitas, batas deteksi dan kuantitasi, ketangguhan metode, dan kekuatan metode. Validasi metode analisis bertujuan untuk menunjukkan bahwa metode yang digunakan sesuai dengan tujuannya dan selalu memberikan hasil yang dapat dipercaya.
Dokumen tersebut membahas tentang golongan antibiotika makrolida, yang merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman. Makrolida pertama kali ditemukan adalah eritromisin, diikuti oleh klaritromisin dan azitromisin yang merupakan turunannya. Makrolida bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.
Dokumen tersebut merangkum tentang respirasi pada tumbuhan. Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan aktivitas tumbuhan. Terjadi di seluruh bagian tumbuhan melalui serapan oksigen, dan dibedakan menjadi respirasi aerob dan anaerob. Faktor seperti substrat, oksigen, suhu, dan jenis tumbuhan mempengaruhi laju respirasi.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. PENDAHULUAN
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot
dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada
suhu tubuh (FI ed.IV hal 1 6).
Aminofilin adalah senyawa anhidrat atau mengandung
tidak lebih dari dua molekul hidrat, tidak kurang dari 84,0%
dan tidak lebih dari 87,4 % teofilin anhidrat.
Aminofilin adalah obat yang digunakan untuk mengobati
beberapa penyakit pernafasan seperti asma, bronkitis,
emfisema dan penyakit paru-paru kronis. Selain itu
aminofilin termasuk obat golongan bronkodilator dengan
mekanisme kerja membuka saluran pernafasan di dalam
paru-paru, sehingga udara dapat mengalir dengan lancar.
3. METODE PEMBUATAN SUPPOSITORIA
• Basis diiris, diaduk dengan
bahan-bahan aktif dengan
menggunakan mortar dan
stamper, kemudian massa
digulung menjadi suatu batang
silinder dengan garis tengah
dan panjang yang dikehendaki.
Amilum atau talk dapat
mencegah pelekatan pada
tangan . Batang silinder
dipotong dan salah satu
ujungnya diruncingkan.
Menggunakan
tangan
•Parutan massa dingin
dikempa menjadi suatu
bentuk yang dikehendaki.
Suatu roda tangan berputar
menekan suatu piston pada
massa suppositoria yang
diisikan dalam silinder
sehingga massa terdorong
kedalam cetakan.
Menggunakan
pencetak
kompresi
•Bahan basis dilelehkan
diatas penangas air,
kemudian bahan-bahan
aktif diemulsikan atau
disuspensikan kedalamnya
dan massa dituang
kedalam cetakan logam
yang telah didinginkan dan
umumnya dilapisi krom
atau nikel.
Mencetak tuang
5. URAIAN BAHAN
a. Sifat kimia
• Nama lain: aminophyllinum
• Nama kimia: Theofilina
Etilendiamina
• Rumus molekul: C16H24N10D4
• Berat molekul: 420,43
b. Sifat fisika
• Pemerian: serbuk hablur putih atau agak kekuningan,
bau lemah mirip amoniak, rasa pahit, bersifat
anhydrous atau tidak mengandung lebih dari 2
molekul air. Aminofilin mengandung tidak kurang
dari 84.0% dan tidak lebih dari 87.4% teofilin
anhydrous, serta mengandung 13.5% sampai 15%
anhydrous ethylenediamine.
• Kelarutan: larut dalam lebih kurang 5 bagian air, jika
dibiarkan mungkin menjadi keruh, praktis tidak larut
dalam etanol (95%) dan dalam eter.
• Khasiat: Bronkodilator, antispasmodikan, diuretikum
• Stabilitas: Sediaan parenteral: disimpan pada suhu
15°C-30°C, terlindung dari cahaya. Disimpan dalam
kardus sampai pada waktu ingin digunakan.
Aminofilin merupakan larutan yang stabil pada suhu
ruangan. Pada pH 3.5-8.6, stabilitas dalam suhu
kamar pada konsentrasi tidak kurang dari 40 mg/mL
dapat dijaga hingga 48 jam. Stabilitas Aminofilin
dalam plastic syring es ± 5 jam. Aminofilin bersifat
basa (pH sekitar 8.8) sehingga memiliki
kecenderungan untuk meluluhkan plastik dan karet,
oleh karena itu tidak direkomendasikan
penyimpanan dalam plastic syring es dalam waktu
lama.
1. Zat aktif (Aminofilin)
6. 2. Basis suppositoria (PEG)
Pemerian: serbuk hablur putih, bau manis yang
samar/sedikit.
Titik lebur: 56 - 610C
Titik beku: 4 – 8 0C
Fungsi: Pengikat tablet; lubrikan
Kelarutan: Larut dalam air, aseton, diklorometana, etanol
dan metanol. Agak sukar larut dalam hidrokarbon alifatik
dan eter. Tidak larut dalam lemak, fixed oil, dan minyak
mineral. Semua PEG dapat bercampur dengan polietilen
glikol (setelah dipanaskan, jika diperlukan). Polietilen glikol
yang cair larut dalam aseton, alkohol, benzene, gliserin dan
glikol. Polietilen glikol yang wujudnya padat larut dalam
aseton, diklorometan, etanol (95%).
Lanjutan....
7. Stabilitas: secara kimia stabil di udara dan dalam larutan, walaupun
PEG>2000 higroskopis. PEG tidak rentan terhadap pertumbuhan
mikroba dan tidak mudah menjadi tengik. PEG (padat atau cair) dapat
disterilisasi dengan autoklaf, filtrasi atau gama iradiasi. Sterilisasi PEG
yang padat dengan pemanasan pada suhu 150ºC selama 1 jam dapat
menyebabkan oksidasi, penggelapan warna dan pembentukan
degradasi asam. Idealnya sterilisasi dilakukan pada lingkungan yang
inert. Oksidasi PEG dapat juga dihambat dengan penambahan
antioksidan yang tepat. Penyimpanan dalam nitrogen dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya oksidasi. Harus disimpan dalam
wadah yang tertutup baik pada tempat yang sejuk dan kering. Wadah
yang terbuat dari stainless steel, aluminium, kaca atau lined steel
diutamakan untuk penyimpanan PEG cair.
Lanjutan...
8. Incompatibilitas:
PEG dalam wujud padat dan cair inkompatibel dengan beberapa zat
pewarna.
Aktivitas antibakteri dari beberapa antibiotik, seperti penisilin dan
basitrasin, berkurang dalam basis PEG.
Efektivitas pengawet seperti paraben juga dapat berkurang karena
membentuk ikatan dengan PEG.
Perubahan fisik yang terjadi pada basis PEG adalah menjadi lebih lunak
atau lebih cair dengan adanya campuran fenol, asam tannat dan asam
salisilat.
Dapat menyebabkan perubahan warna sulfonamid dan ditranol, juga
pengendapan sorbitol.
Plastik, seperti polietilen, fenolformaldehid, polivinilklorida dan membran
selulosa dapat mnejadi lebih lunak atau larut dengan PEG.
Perpindahan PEG dapat terjadi dari salut film tablet, menyebabkan
interaksi dengan komponen pada inti tablet.
Lanjutan...
9. PERHITUNGAN BAHAN
Dibuat suppositoria Aminofilin dengan dosis 500 mg untuk dewasa
dengan berat per suppositorium 3 gr berjumlah 8 buah. Suppositorium
dasar yang digunakan pada sediaan ini adalah PEG 1000 (75 %) dan
PEG 4000 (25 %).
Suppositorium yang dibuat: 8 + 2 = 10 buah (perhitungan dibuat lebih)
Berat suppositorium : 10 x 3 gr = 30 gr
Aminophylin : 0,5 gr x 10 = 5 gr
Basis : berat suppos – total zat aktif
: 30 gr – 5 gr = 25 gr
PEG 1000 (75 %) :
75
100
𝑥 25 = 18,75 𝑔𝑟
PEG 4000 (25 %) :
25
100
𝑥 25 𝑔𝑟 = 6,25 𝑔𝑟
12. CARA PEMBUATAN
Siapkan alat dan
bahan yang
dibutuhkanca
Timbang seluruh bahan
yang dibutuhkan yaitu
Aminophylin: 4000 mg,
PEG 1.000: 18.750 mg,
dan PEG 4000: 6.250
mg.
Lebur PEG 1000 dan
PEG 4000 di atas
penangas air ad
mencair (massa I)
Setelah massa I melebur, turunkan
dari penangas. Tambahkan
Aminophylin yang sudah digerus
terlebih dahulu, aduk
menggunakan pengaduk kaca
(massa II). Jika massa II mengeras
lakukan sedikit saja pemanasan
sambil diaduk.
Tuang massa II kedalam cetakan
suppositoria yang telah dilubrikasi
dengan Paraffin Liquidum.
Pastikan massa II dituang kedalam
cetakan secara terus – menerus
tanpa berhenti dan biarkan isi
melebihi cetakan. Cetak
suppositoria sebanyak 8 buah.
Biarkan suppos mendingin dalam
suhu ruang terlebih dahulu.
Setelah suhu suppos sama dengan
suhu ruang, suppos dapat
dimasukkan ke lemari pendingin
untuk proses pengerasan lebih
lanjut.
Keluarkan suppos dari
lemari pendingin, buka
cetakan dan dorong suppos
perlahan dengan hati –
hati.
Segera lapisi suppositoria
dengan aluminium foil,
masukkan kedalam kotak,
simpan di tempat yang kering
dan sejuk, dan tambahkan
brosur ke dalam kotak.