SlideShare a Scribd company logo
TUGAS FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI 2
OBAT MAKROLIDES
DOSEN PENGAMPU :
ANDI SURYA AMAL S.Si. M.Kes. Apt
DISUSUN OLEH :
RIZA AMALIA
NIM. 35.2014.7.1.0971
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
NGAWI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Antibiotika berasal dari kata anti = lawan dan bios = hidup.
Antibiotok adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Kegiatan antiiotis
pertama kali ditemukan oleh dr. Alexander fleming (inggris, 1928,
penisilin). Namun obat ini baru dikembangkan pada permulaan Perang
Dunia II ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan untuk mengobati
luka-luka akibat pertempuran.
Antibiotika lazimnya dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi
dibiakkan dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen
atau udara sterik disalurkan kedalam cairan biakan guna mempercepat
pertumbuhan fungi dan meningkatkan produktifitas antibitikumnya.
Setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotikum dimurnikan dan
aktivitasnya ditentukan.
Pengobatan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan
penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga
digunakan sebagai alat seleksi terhadap muatan atau transforman. Obat
antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur atau
nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya
dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotik yang membidik
bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih
luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan
antibiotik mencapai lokasi tersebut.
B. Tujuan
1. Mengetahui obat antibiotik golongan makrolida
2. Mengetahui penggolongan obat makrolida dan definisinya
3. Engetahui interaksi dan efek samping dari penggunaan obat golongan
makrolida
BAB II
PEMBAHASAN
Antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama
fungi dan bakteri tanah yang dapat menghambat pertumbuhan atau
membasmi mikroba jenis lain, sedangkan toksisitasnya (racun) terhadap
manusia relatif kecil. Mekanisme kerja dari antibiotika adalah dengan cara
merintangi atau menghambat sintesa protein, sehingga kuman musnah atau
tidak dapat berkembang biak lagi misalnya makrolida, kloramfenikol,
tetrasiklin, aminoglikosida dan limkomisin. Selain itu antibiotika juga
merintangi terhadap dinding sel, misalnya penisilin dan sefalosporin dan
merintangi membran sel, misalnya polimiksin, zat-zat polyen dan
imidazol.
Penggolongan antibiotik:
1. Penisilin
2. Sefalosporin
3. Aminoglikosida
4. Tetrasiklin
5. Makrolida
6. Linkomisin
7. Polipeptida
8. Dan antibiotika lainnya
Penggunaan antibiotika
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi
akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan
besar. Secara profilaktis juga diberikan pada pasien dengan sendi dan klep
jantung buatan, juga sebelum cabut gigi. Antibiotik digunakan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi dan untuk melawan
bakteri pada tumbuhan, hewan, dan manusia dan tidak bekerja melawan
virus, seperti flu, pilek, sakit tenggorokan, gondok, bronkitis, dll.
Efek samping
Penggunaan antibiotik tanpa resep dokter atau dengan dosis yang
tidak tepat dapat menimbulkan efek samping seperti:
1. Sensitasi/hipersensitif
Pengobatan yang diberikan melalui oral maupun suntikan
memungkinkan terjadinya alergi atau hipersensitif seperti gatal pada
kulit kemerah-merahan, bentol atau bisa syok. Contoh antibiotiknya
yaitu penicilin dan kloramfenikol.
2. Resistensi
Apabila obat yang digunakan sudah resisten terhadap penyakit
dan menjadi kuat penyakitnya penyebabnya adalah karena obat yang di
minum tidak sampai habis. Misalkan hari ini minum dan besok tidak
diminum maka bakteri yang ada dalam tubuh akan kebal terhadap
antibiotik. Apabila tidak ingin terjadi resisten dalam tubuh sebaiknya
obat antibiotik dihabiskan dan apabila telah terlanjur resistensi maka
pergilah ke dokter dan meminta untuk dinaikkan dosisnya.
Makrolida adalah sekelompok senyawa yang terkait erat dan
memiliki ciri khas adanya cincin lakton makrosiklik (biasanya
mengandung 14 atau 16 atom) tempat melekatnya gula deoksi. Obat
prototipe golongan ini yaitu eritromisin, yang tersusun atas 2 gugus
gula yang melekat pada cincin lakton 14-atom, ditemukan tahun 1952
dari Streptomyces erythreus. Klaritromisin dan azitromisin merupakan
turunan semisintesis eritromisin.
Antibiotik makrolida pertama kali ditemukan adalah
pikromisin, diisolasi pada tahun 1950. Makrolida merupakan salah satu
golongan obat antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba.
Untuk kehidupanya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein.
Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan
tRNA. Pada bakteri, ribososm terdiri atas dua subunit, yang
berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S
dan 50S. Untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini
akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S. Kerja
dari makrolida ini adalah berikatan pada ribosom sub unit 50S dan
mencegah pemanjangan rantai peptida.
Antibiotik makrolida mempunyai persamaan yaitu terdapatnya
cincin lakton ang besr dalam rumus molekulnya. Ciri-ciri struktur
kimia golongan makrolida adalah sebagai berikut:
 Cincin lakton sangat besar, biasanya mengandung 12-17
atom
 Gugus keton
 Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang
berhubungan dengan cincin lakton
 Gula netral yang berhubungan dengan gula amino atau pada
cincin lakton
 Gugus dimetilamino pada residu gula, yang menyebabkan
sifat basis dari senyawa dan kemungkinan untuk dibuat
dalam bentuk gramnya
A. Penggolongan obat makrolida:
1. Eritromisin
Rumus bangun
Rumus kimia C37H67NO13
Pemerian: serbuk hablur putih atau agak kuning, tidak berbau atau praktis
tidak berbau.
Kelarutan: sukar larut dalam air; larut dalam metanol, dalam kloroform
dan dalam eter.
Struktur umum eritromisin yaitu cincin makrolida dan gula
desosamin dan kladinosa. Eritrosin sukar larut dalam air (0,1%) tetapi
mudah terdisolusi dalam pelarut organik. Larutan cukup stabil pada suhu
40
C tetapi kehilangan aktivitasnya dengan cepat pada 200
C dan pada Ph
asam. Biasanya eritromisin dikemas dalam bentuk berbagai ester dan
garam.
Aktivitas antimikroba:
Eritromisin efektif terhadap organisme gram-positif, terutama
pneumokokus, streptokokus, stafilokokus dan korinebakteria dalam kadar
plasma sebesar 0,02-2 mcg/mL. Efek antibakterial eritromisin dapat
bersifat inhibitoris atau bakterisidal, khususnya pada konsentrasi tinggi,
untuk organisme yang rentan. Aktivitas meningkat pada Ph basa.
Resistensi:
Resistensi terhadap eritromisin biasanya dikode dalam plasmid. Diketahui
adanya 3 mekanisme:
a. Penurunan permeabilitas membran sel atau efluks aktif
b. Produksi (oleh enterobacteriaceae) esterase yang menghidrolisis
makrolida
c. Modifikasi lokasi pengikatan ribosomal (proteksi ribosomal) melalui
mutasi kromosom atau melaluimetilase konstitutif atau terinduksi
makrolida
Farmakokinetik:
Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga harus
diberikan dalam bentuk salut enterik. Makanan menghambat absorpsinya.
Stearat dan ester cukup resisten terhadap asam sehingga diabsorpsi lebih
baik. Garam lauril dari ester propionil eritromisin (eritromisin estolat)
merupakan sediaan oral yang diabsorpsi paling baik. Dosis oral sebesar
2g/hari memberikan konsentrasi basa dan ester eritromisin dalam serum
sebesar 2 mcg/ml. Akan tetapi hanya bentuk basalah yang aktif secara
mikrobiologis dan konsentrasinya cenderung sama apapun formulasinya.
Dosis eritromisin laktobionat intravena sebesar 500 mg menghasilkan
kadar dalam serum sebesar 10 mcg/ml 1 jam setelah pemberian obat.
Eritromisin tidak dibersihkan oleh dialisis. Sejumlah besar
eritromisin yang diberikan diekskresi dalam empedu dan hilang dalam
feses, dan hanya 5 % yang yang diekskresi dalam urine. Obat eritromisin
didistribusikan secara luas kecuali ke otak dan cairan serebrospinal.
Farmakodinamik:
Erytromisin bersifat bakteristatik atau bakterisid untuk organism-
organism yang rentan pada konsentrasi tinggi. Aktifitasnya meningkat
pada alkali. Cara kerjanya menghambat sintesis protein melalui ikatan ke
RNA ribososm 50S.
Waktu paruh:
Waktu paruh dalam serum normalnya sekitar 1,5 jam da 5 jam
pada penderita anuria. Penyesuaian dosis tidak diperlukan pada gagal
ginjal.
Penggunaan klinis:
- Eritromisin merupakan obat pilihan pada infeksi korinebakterium
(difteri, sepsis korinebakterial, eritrasma).
- Eritromisin bermanfaat sebagai pengganti penisilin pada individu yang
alergi terhadap penisilin dengan infeksi stafilokokus (dengan
beraggapan bahwa stafilokokus yang diisolasi rentan), strepkokus atau
pneumokokus.
- Eritromisin dianjurkan sebagai profilaksis terhadap endokarditis
selama prosedur gigi pada pederita penyakit katup jantung, meskipun
klindamisin yang ditoleransi lebih baik telah banyak menggantikannya.
Reaksi simpang
- Efek pada saluran cerna: anoreksia, mual, muntah, dan diare terkadang
timbul pada pemberian oral. Intoleransi saluran cerna akibat
perangsangan langsung terhadap motilitas usus merupakan alasan
tersering penghentian eritromisin dan diganti dengan antibiotik lain.
- Toksisitas di hati: eritromisin, khususnya estolat, dapat menghasilkan
hepatitis kolestatik akut (demam, ikterus, gangguan fungsi hati)
kemungkinan akibat reaksi hipersensivitas. Kebanyakan pasien akan
sembuh namun keadaan akan kembali timbul jika diberikan lagi.
Reaksi alergi lain seperti demam, eosinofilia dan ruam.
Interaksi obat
Metabolit eritromisin dapat menghambat enzim sitokrom P450
sehingga meningkatkan konsentrasi berbagai obat dalam serum, seperti
teofilin, antikoagulan oral, siklosporin, dan metilprednisolon. Eritromisin
meningkatkan konsentrasi digoksan oral dalam serum dengan
meningkatkan bioavailabilitasnya.
2. Klaritromisin
Klaritromisin diturunkan dari eritromisin melalui penambahan satu
gugus metil dan memiliki stabilitas asam serta absorpsi oral yang lebih
baik daripada eritromisin. Klaritromisin dan eritromisin hampir identik
dalam hal aktivitas antibakteri kecuali bahwa klaritromisin lebih aktif
terhadap mycobacterium avium kompleks. Klaritromisin juga memiliki
aktivitas terhadap M leprae dan Toxoplasma gondii. Streptokokus dan
stapilokokus yang resisten terhadap eritromisin juga resisten terhadap
klaritromisin.
Mekanisme kerja sama dengan eritromisin yaitu Erytromisin
bersifat bakteristatik atau bakterisid untuk organism-organism yang rentan
pada konsentrasi tinggi. Aktifitasnya meningkat pada alkali. Cara kerjanya
menghambat sintesis protein melalui ikatan ke RNA ribososm 50S.
Dosis: klaritromisin 500 mg menghasilkan kadar dalam serum
sebesar 2-3 mcg/ml. Namun dosis yang dianjurkan adalah 250-500 mg dua
kali sehari atau 1000 mg untuk sediaan lepas-lambat sebanyak sekali
sehari sehari.
Waktu paruh: klaritromisin memiliki waktu paruh yang lebih
panjang (6 jam) daripada eritromisin yang memungkinkan pemberia dosis
sebanyak dua kali sehari.
Metabolisme: klaritromisin dimetabolisme di dalam hati. Metabolit
utamanya adalah 14-hidroksiklaritromisin yang juga mempunyai aktivitas
antibakterial. Sejumlah pbat aktif dan metabolit ini dieliminasi dalam
urine, dan penurunan dosis (misalnya, dosis awal 500 mg kemudian 250
mg sekali atau dua kali sehari) dianjurkan pada pasien dengan bersihan
kreatinin yang kurang dari 30 ml/menit.
Interaksi obat; klaritromisin memiliki interaksi obat yang sama
dengan interaksi obat pada eritromisin.
Keuntungan klaritromisin dibanding dengan eritromisin adalah
insidens intoleransi saluran cernanya lebih sedikit dan frekuensi
pemberiannya lebih sedikit.
Indikasi: infeksi saluran napas bagian atas (seperti
faringitis/tonsillitis yang disebabkan oleh staphylococus pyogenes dan
sinusitis maxillary akut yang disebabkan oleh streptococcus pneumoniae),
infeksi ringan dan sedag pada kulit dan jaringan lunak.
Efek samping: dispepsia, sakit kepala, gangguan indra perasa dan
penciuman, hilangnya warna gigi dan lidah, stomatitis, glossitis dan sakit
kepala.
3. Azitromisin
Azitromisin adalah suatu senyawa cincin makrolida lakton 15
atom, diturunkan dari eritromisin melalui penambahan nitrogen termetilasi
ke dalam cairan lakton. Spektrum aktivitas dan penggunaan klinis hampir
identik dengan klaritromisin. Azitromisin lebih efektif terhadap M avium
kompleks dan T gondii dan sedikit kurang aktif daripada eritromisin dan
klaritromisin terhadap stafilokokus dan streptokokus serta sedikit lebih
aktif terhadap H influenzae.
Dosis: 500 mg dosis azitromisin menghasilkan kadar dalam serum
yang relatif rendah sekitar 0,4 mcg/ml.
Waktu paruh: obat dilepaskan secara lambat dari jaringan (waktu
paruh dalam jaringan adalah sebesar 2-4 hari) dan menghasilkan waktu
paruh eliminasi yang mendekati 3 hari.
Indikasi: infeksi-infeksi yang disebakan oleh organisme yang peka,
infeksi saluran nafas atas (tonsillitis, pharingitis), infeksi saluran nafas
bawah (bronchitis, pneumonia), infeksi kulit dan jaringan lunak, penyakit
hubungan seksual, urethritis, cervicitis yang berkaitan dengan chlamydia
trachomatis, ureaplasma urealyticum dan neisseria gonnorhoeae.
Kontraindikasi: gangguan pada fungsi hati.
Efek samping: anoreksia, dyspepsia, flatulens, konstipasi,
pankreatitis, hepatitis, syncope, pusing, sakit kepala, mengantuk, agitasi,
ansietas, hiperaktivitas.
4. Ketolida
Ketolida merupakan makrolida semisintesis berbentuk cincin
beranggotakan 14 atom, yang berbeda dengan eritromisin karena adanya
substitusi gugus 3-keto untuk gula netral 1-kladinosa. Telitromisin
disetujui untuk penggunaan klinis. Obat ini aktif terhadap streptococus
pyogenes, s. Pneumoniae, s. Aureus, h. Influenzae, moraxella cattarhalis,
mikroplasma, legionella sp, chlamydia sp, H pylori, N gonnorhoeae, B
fragilis, T gondii dan mikrobacteria nontuberkulosis.
Metabolisme: telitromisin dimetabolisme dalam hati dan
dieliminasi oleh kombinasi jalur ekskresi empedu dan urine.
Dosis: obat ini diberikan dalam dosis sekali sehari sebesar 800 mg,
dan memunculkan kadar puncak dalam serum sekitar 2 mcg/ml.
B. Mekanisme antibiotik makrolida
Mekanisme kerja dari antibiotika adalah dengan cara merintangi
atau menghambat sintesa protein, sehingga kuman musnah atau tidak
dapat berkembang biak lagi misalnya makrolida, kloramfenikol,
tetrasiklin, aminoglikosida dan limkomisin. Selain itu antibiotika juga
merintangi terhadap dinding sel, misalnya penisilin dan sefalosporin dan
merintangi membran sel, misalnya polimiksin, zat-zat polyen dan
imidazol.
Mekanisme kerja golongan makrolida adalah menghambat sintesis
protein bakteri pada ribosomnya dengan jalan berikatan secara reversibel
dengan ribosom subunit 50S. Sintesis protein terhambat karena reaksi-
reaksi translokasi aminoasil dan hambatan pembentuk awal sehingga
pemanjangan rantai peptida tidak berjalan. Makrolida bisa bersifat sebagai
bakteriostatik atau bekterisida, tergantung antara lain pada kadar obat serta
jenis bakteri yang dicurigai. Efek bakterisida terjadi pada kadar antibiotika
yang lebi tinggi, kepadatan bakteri yang relatif rendah dan pertumbuhan
bakteri yan cepat. Aktivitas antibakterinya tergantung pada ph, meningkat
pada keadaan netral atau sedikit alkali.
Aksi makrolida dalam menghambat sintesis protein pada bakteri
dengan cara berikut:
1) Mencegah taransfer peptidil tRNA dari situs A ke situs P
2) Mencegah pembentukan peptida tRNA
3) Memblokir peptidil transferase
4) Mencegah perakitan ribosom
C. Farmakodinamik antibiotik makrolida
Erythromycin menekan sintesis protein bakteri. Mulai terjadi
preparat oral adalah 1 jam. Waktu utuk mencapai puncak adalah 4 jam dan
lama kerjanya adalah 6 jam.
D. Farmakokinetik antibiotik makrolida
1) Pemberian: basa erytromycin dihancurkan oleh asam lambung,
sehingga harus diberikan dalam bentuk tablet berselaput enterik
atau berbentuk antibiotik yang diesterifikasi. Semua diabsorpsi
secara adekuat pada pemberian oral. Clarithromycin, azithromycin
dan telithromycin bersifat stabil terhadap asam lambung dan
mudah diabsorpsi.
2) Distribusi: erythromycin didistribusikan secara baik hingga ke
seluruh cairan tubuh, kecuali CSF. Obat ini merupakan antibiotik
yang berdifusi ke dalam cairan prostatik dan memiliki karakteristik
akumulasi yang unik dalam makrofag. Keempat obat ini
terkonsentrasi dalam hati. Inflamasi membuat penetrasi dalam
jaringan lebih besar. Secara serupa, clarythromycin, azithromycin,
dan telithromycin di distribusikan secara luas dalam jaringan.
Kadar azitromycin dalam serum adalah rendah. Obat terkonsentrasi
dalam neutrofil, makrofag, dan fibroblas. Azithromycin
mempunyai waktu paruh yang paling lama dan volume distribusi
yang paling besar diantara keempat obat.
3) Metabolisme: erithromycin dan telithromycin dimetabolisme
secara ekstensif dan diketahui menghambat oksidasi sejumlah obat
melalui interaksinya sengan sistem sitokrom P450. Gangguan
terhadap metabolisme obat, seperti theophyllin dan carbamazepine,
pernah digunakan dalam penggunaan clarithromyccin.
Clarythromycin dioksidasi menjadi derivat 14-hidroksi yang
mempertahankan aktivitas antibiotika.
4) Ekskresi: erithromycin dan azithromycin terutama terkonsentrasi
dan diekskresi dalam bentuk aktif dalam empedu. Reabsorpsi
parsial terjadi melalui sirkulasi enterohepatik. Metabolit inaktif
diekskresikan dalam urine. Sebaliknya, clarithromycin dan
metabolitnya dieliminasi oleh ginjal dan juga hati, dan dianjurkan
agar dosis obat ini disesuaikan pada pasien dengan fungsi ginjal
yang menurun.
E. Interaksi dan kontraindikasi
Interaksi:
Erythromycin, telithromycin dan clarithromycin menghanmbat
metabolisme hepatik sejumlah obat, yang dapat menyebabkan
akumulasi senyawa-senyawa ini. Interaksi dengan digoxin dapat terjadi
pada beberapa pasien. Dalam hal ini, antibiotik mengeliminasi sebuah
spesies dari flora usus, yang secara umum menginaktifkan digoxin,
sehingga menyebabkan reabsorpsi digoxin menjadi lebih besar melalui
sirkulasi enterohepatik. Tidak ada interaksi yang pernah dilaporkan
untuk azithromycin.
Kontraindikasi:
Pasien dengan disfungsi hepatik harus diobati dengan hati-hati bila
harus mengunakan erythromycin, telithromycin, atau azithromycin
karena obat ini terakumulasi dalam hati. Telithromycin berpotensi
memperpanjang iterval QTc kongenital pada beberapa pasien. Oleh
karena itu obat ini dihindari pada pasien dengan pemanjangan interval
QTc kongenital dan pada pasien dengan kondisi proaritmia. Selain itu
pasien yang memiliki penurunan fungsi ginjal harus diberikan
telithromycin secara hati-hati. Telithromycin dikontraindikasikan pada
penderita miastenia gravis.
F. Penggunaan dan manfaat antibiotik makrolida
Erithromycin merupakan pilihan pertama khususnya infeksi
paru-paru dengan legionella pneumophila (penyakit veteran) dan
mycoplama pneumoniae (radang paru) juga infeksi usus dengan
campylobacter jejuni. Pada infeksi lain (saluran napas, kulit) khusus
digunakan sebagai pilihan kedua bilamana terdapat resistensi atau
hipersensitivitas untuk penisilin.
1) Infeksi mycoplasma pneumonia
Erithromycin diberikan 4 kali 500 mg sehari per oral mempercepat
turunnya panas dan mempercepat penyembuhan sakit.
2) Penyakit legionnaire
Erithromycin merupakan obat yang dianjurkan untuk pneumonia yang
disebabkan oleh legionella pneumophilla. Dosis oral adalah 4 kali 0,5-
1 g sehari atau secara intravena 1-4 g sehari.
3) Infeksi klamida
Erithromycin merupakan alternatif tetrasiklin untuk infeksi klamidia
tanpa komplikasi yang menyerang uretra, endoserviks, rektum atau
epididimis. Dosisnya ialah 4 kali sehari 500 mg per oral yang diberika
selama 7 hari. Erithromycin merupakan obat terpilih untuk wanita
hamil dan anak-anak dengan infeksi klamidia.
4) Difteri
Erithromycin sangat efektif untuk membasmi kuman difteri baik pada
infksi akut maupun pada carrier state.
5) Infeksi streptokokus
Faringitis, scariet fever dan erisipelas oleh str. Pyogenes dapat diatasi
dengan pemberian erithromycin per oral dengan dosis 30 mg/kg
BB/hari selama 10 hari. Pneumonia oleh pneumokokus juga dapat
diobati secara memuaskan dengan dosis 4 kali sehari 250-500 mg.
G. Efek samping penggunaan antibiotik makrolida
Efek samping terjadi pada lambung-usus berupa diare, nyeri
perut, nausea dan kadang-kadang muntah, yang terutama nampak pada
erithromycin akibat penguraiannya oleh asam lambung. Lebih jarang
pada sakit kepala dan reaksi kulit. Erithromycin pada dosis tinggi
dapat menimbulkan ketulian reversibel, mungkin akibat pengaruhnya
terhadap SSS. Semua makrolida dapat mengganggu fungsi hati, yang
tampak sebagai peningkatan nilai-nilai enzim tertentu dalam serum.
Juga nyeri kepala dan pusing dapat terjadi. Erithromycin dapat
menyebabkan alergi.
BAB III
PENUTUP
Makrolida adalah sekelompok senyawa yang terkait erat dan
memiliki ciri khas adanya cincin lakton makrosiklik (biasanya
mengandung 14 atau 16 atom) tempat melekatnya gula deoksi. Obat
prototipe golongan ini yaitu eritromisin, yang tersusun atas 2 gugus gula
yang melekat pada cincin lakton 14-atom, ditemukan tahun 1952 dari
Streptomyces erythreus. Klaritromisin dan azitromisin merupakan turunan
semisintesis eritromisin.
Mekanisme kerja golongan makrolida adalah menghambat sintesis
protein bakteri pada ribosomnya dengan jalan berikatan secara reversibel
dengan ribosom subunit 50S. Sintesis protein terhambat karena reaksi-
reaksi translokasi aminoasil dan hambatan pembentuk awal sehingga
pemanjangan rantai peptida tidak berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung G. Bertram. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit buku
kedokteran. Hal 771-774
Rahardja Kirana dan Hoan Tjay Tan. 2013. Obat-obat penting. PT
Gramedia Jakarta. Hal 81-84

More Related Content

What's hot

Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Surya Amal
 
Penggunaan bahasa latin
Penggunaan bahasa latinPenggunaan bahasa latin
Penggunaan bahasa latin
'whuland' Cyankimhankcha
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
Dokter Tekno
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitSurya Seftiawan Pratama
 
Reseptor obat wahyu
Reseptor obat wahyuReseptor obat wahyu
Reseptor obat wahyu
Asti Haryani
 
Obat obat anti jamur
Obat obat anti jamurObat obat anti jamur
Obat obat anti jamur
fikri asyura
 
Autoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan HipersensitivitasAutoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan Hipersensitivitas
Eva Apriliyana Rizki
 
Penislin,sefalosporin dan antibiotik beta laktam
Penislin,sefalosporin dan antibiotik beta  laktamPenislin,sefalosporin dan antibiotik beta  laktam
Penislin,sefalosporin dan antibiotik beta laktam
fikri asyura
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
Surya Amal
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
Ilma Nurhidayati
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Surya Amal
 
Aspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasiAspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasi
murianda
 
Kuliah sistem imun+alergi
Kuliah sistem imun+alergiKuliah sistem imun+alergi
Kuliah sistem imun+alergi
Ariyanto Harsono
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Taofik Rusdiana
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULITBIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
Surya Amal
 
Anti inflamasi steroid
Anti inflamasi steroidAnti inflamasi steroid
Anti inflamasi steroid
rula25
 
endotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogenendotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogen
Putri Indayani
 
Obat makrolides
Obat makrolidesObat makrolides
Obat makrolides
Rhiza Amalia
 
Kuliah formulasi dasar 1
Kuliah formulasi dasar 1Kuliah formulasi dasar 1
Kuliah formulasi dasar 1
Cholid Maradanger
 

What's hot (20)

Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
 
Penggunaan bahasa latin
Penggunaan bahasa latinPenggunaan bahasa latin
Penggunaan bahasa latin
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
 
Reseptor obat wahyu
Reseptor obat wahyuReseptor obat wahyu
Reseptor obat wahyu
 
Obat obat anti jamur
Obat obat anti jamurObat obat anti jamur
Obat obat anti jamur
 
Autoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan HipersensitivitasAutoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan Hipersensitivitas
 
Penislin,sefalosporin dan antibiotik beta laktam
Penislin,sefalosporin dan antibiotik beta  laktamPenislin,sefalosporin dan antibiotik beta  laktam
Penislin,sefalosporin dan antibiotik beta laktam
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
 
Aspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasiAspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasi
 
Kuliah sistem imun+alergi
Kuliah sistem imun+alergiKuliah sistem imun+alergi
Kuliah sistem imun+alergi
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULITBIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
 
Emulsi Farmasi
Emulsi FarmasiEmulsi Farmasi
Emulsi Farmasi
 
Anti inflamasi steroid
Anti inflamasi steroidAnti inflamasi steroid
Anti inflamasi steroid
 
endotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogenendotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogen
 
Obat makrolides
Obat makrolidesObat makrolides
Obat makrolides
 
Kuliah formulasi dasar 1
Kuliah formulasi dasar 1Kuliah formulasi dasar 1
Kuliah formulasi dasar 1
 

Similar to Macrolides fix pdf

antibiotik penghambat sintesa protein
antibiotik penghambat sintesa proteinantibiotik penghambat sintesa protein
antibiotik penghambat sintesa protein
Dectectif Dccd
 
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotikPengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotikChanra Sirait
 
demam typoid
demam typoiddemam typoid
demam typoid
sryast
 
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGARESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
Josua Sitorus
 
Bioteknologi dalam bidang obat-obatan
Bioteknologi dalam bidang obat-obatanBioteknologi dalam bidang obat-obatan
Bioteknologi dalam bidang obat-obatan
Yunita Sari
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
HenryAdhySantoso
 
MATERI FAJRUL_MIKOLOGI.pptx
MATERI FAJRUL_MIKOLOGI.pptxMATERI FAJRUL_MIKOLOGI.pptx
MATERI FAJRUL_MIKOLOGI.pptx
AdabiDarban
 
(DESINFEKTAN, ANTIBIOTIKA, ANTI TUBERKULOSIS, DAN ANTI LEPRA)
(DESINFEKTAN, ANTIBIOTIKA, ANTI TUBERKULOSIS, DAN ANTI LEPRA)(DESINFEKTAN, ANTIBIOTIKA, ANTI TUBERKULOSIS, DAN ANTI LEPRA)
(DESINFEKTAN, ANTIBIOTIKA, ANTI TUBERKULOSIS, DAN ANTI LEPRA)アブドゥル アブドゥル
 
TINJAUAN FARMAKOLOGI ERITROMISIN
TINJAUAN FARMAKOLOGI ERITROMISINTINJAUAN FARMAKOLOGI ERITROMISIN
TINJAUAN FARMAKOLOGI ERITROMISINzipiklan
 
05tbc1
05tbc105tbc1
05tbc1teput
 
Antibiotik.ppt
Antibiotik.pptAntibiotik.ppt
Antibiotik.ppt
GerakandanRespon
 
Penggunaan Antibiotik yg bijak indon.ppt
Penggunaan Antibiotik yg bijak indon.pptPenggunaan Antibiotik yg bijak indon.ppt
Penggunaan Antibiotik yg bijak indon.ppt
RifdahAulia3
 
antibiotika
antibiotikaantibiotika
antibiotika
Tri Rahmadi
 
Antibiotika%20 dalam%20kehamilan
Antibiotika%20 dalam%20kehamilanAntibiotika%20 dalam%20kehamilan
Antibiotika%20 dalam%20kehamilanAnom Anjasmara
 

Similar to Macrolides fix pdf (20)

antibiotik penghambat sintesa protein
antibiotik penghambat sintesa proteinantibiotik penghambat sintesa protein
antibiotik penghambat sintesa protein
 
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotikPengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
 
demam typoid
demam typoiddemam typoid
demam typoid
 
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGARESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
 
Power point farmakologi klmpk 2
Power point farmakologi klmpk 2Power point farmakologi klmpk 2
Power point farmakologi klmpk 2
 
Antibiotik AKPER MUNA
Antibiotik AKPER MUNA Antibiotik AKPER MUNA
Antibiotik AKPER MUNA
 
Bioteknologi dalam bidang obat-obatan
Bioteknologi dalam bidang obat-obatanBioteknologi dalam bidang obat-obatan
Bioteknologi dalam bidang obat-obatan
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
 
MATERI FAJRUL_MIKOLOGI.pptx
MATERI FAJRUL_MIKOLOGI.pptxMATERI FAJRUL_MIKOLOGI.pptx
MATERI FAJRUL_MIKOLOGI.pptx
 
Antibiotik AKPER PEMKAB MUNA
Antibiotik  AKPER PEMKAB MUNA Antibiotik  AKPER PEMKAB MUNA
Antibiotik AKPER PEMKAB MUNA
 
Antiprotozoa dan antivirus
Antiprotozoa dan antivirusAntiprotozoa dan antivirus
Antiprotozoa dan antivirus
 
(DESINFEKTAN, ANTIBIOTIKA, ANTI TUBERKULOSIS, DAN ANTI LEPRA)
(DESINFEKTAN, ANTIBIOTIKA, ANTI TUBERKULOSIS, DAN ANTI LEPRA)(DESINFEKTAN, ANTIBIOTIKA, ANTI TUBERKULOSIS, DAN ANTI LEPRA)
(DESINFEKTAN, ANTIBIOTIKA, ANTI TUBERKULOSIS, DAN ANTI LEPRA)
 
Antibiotika & kemoterapetika
Antibiotika & kemoterapetikaAntibiotika & kemoterapetika
Antibiotika & kemoterapetika
 
TINJAUAN FARMAKOLOGI ERITROMISIN
TINJAUAN FARMAKOLOGI ERITROMISINTINJAUAN FARMAKOLOGI ERITROMISIN
TINJAUAN FARMAKOLOGI ERITROMISIN
 
05tbc1
05tbc105tbc1
05tbc1
 
Anti jamur
Anti jamurAnti jamur
Anti jamur
 
Antibiotik.ppt
Antibiotik.pptAntibiotik.ppt
Antibiotik.ppt
 
Penggunaan Antibiotik yg bijak indon.ppt
Penggunaan Antibiotik yg bijak indon.pptPenggunaan Antibiotik yg bijak indon.ppt
Penggunaan Antibiotik yg bijak indon.ppt
 
antibiotika
antibiotikaantibiotika
antibiotika
 
Antibiotika%20 dalam%20kehamilan
Antibiotika%20 dalam%20kehamilanAntibiotika%20 dalam%20kehamilan
Antibiotika%20 dalam%20kehamilan
 

More from Rhiza Amalia

Vaksin n sera
Vaksin n seraVaksin n sera
Vaksin n sera
Rhiza Amalia
 
Makalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaMakalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan coba
Rhiza Amalia
 
Rancangan formula suppositoria aminofilin
Rancangan formula suppositoria aminofilinRancangan formula suppositoria aminofilin
Rancangan formula suppositoria aminofilin
Rhiza Amalia
 
Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...
Rhiza Amalia
 
Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...
Rhiza Amalia
 
RANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBAT
RANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBATRANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBAT
RANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBAT
Rhiza Amalia
 
Validasi Metode Analisis
Validasi Metode AnalisisValidasi Metode Analisis
Validasi Metode Analisis
Rhiza Amalia
 
Obat imidapril
Obat imidaprilObat imidapril
Obat imidapril
Rhiza Amalia
 
Respirasi Pada Tumbuhan
Respirasi Pada TumbuhanRespirasi Pada Tumbuhan
Respirasi Pada Tumbuhan
Rhiza Amalia
 

More from Rhiza Amalia (9)

Vaksin n sera
Vaksin n seraVaksin n sera
Vaksin n sera
 
Makalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaMakalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan coba
 
Rancangan formula suppositoria aminofilin
Rancangan formula suppositoria aminofilinRancangan formula suppositoria aminofilin
Rancangan formula suppositoria aminofilin
 
Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...
 
Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...
 
RANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBAT
RANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBATRANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBAT
RANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBAT
 
Validasi Metode Analisis
Validasi Metode AnalisisValidasi Metode Analisis
Validasi Metode Analisis
 
Obat imidapril
Obat imidaprilObat imidapril
Obat imidapril
 
Respirasi Pada Tumbuhan
Respirasi Pada TumbuhanRespirasi Pada Tumbuhan
Respirasi Pada Tumbuhan
 

Recently uploaded

sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
muhammadrezkizanuars
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan  PISP diarePanduan pencatatan dan pelaporan  PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
YantariTiyora2
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
PutriHanny4
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
andiaswindahlan1
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
kirateraofficial
 

Recently uploaded (19)

sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan  PISP diarePanduan pencatatan dan pelaporan  PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
 

Macrolides fix pdf

  • 1. TUGAS FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI 2 OBAT MAKROLIDES DOSEN PENGAMPU : ANDI SURYA AMAL S.Si. M.Kes. Apt DISUSUN OLEH : RIZA AMALIA NIM. 35.2014.7.1.0971 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR NGAWI 2016
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Antibiotika berasal dari kata anti = lawan dan bios = hidup. Antibiotok adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Kegiatan antiiotis pertama kali ditemukan oleh dr. Alexander fleming (inggris, 1928, penisilin). Namun obat ini baru dikembangkan pada permulaan Perang Dunia II ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan untuk mengobati luka-luka akibat pertempuran. Antibiotika lazimnya dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi dibiakkan dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen atau udara sterik disalurkan kedalam cairan biakan guna mempercepat pertumbuhan fungi dan meningkatkan produktifitas antibitikumnya. Setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotikum dimurnikan dan aktivitasnya ditentukan. Pengobatan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap muatan atau transforman. Obat antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotik yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut. B. Tujuan 1. Mengetahui obat antibiotik golongan makrolida 2. Mengetahui penggolongan obat makrolida dan definisinya 3. Engetahui interaksi dan efek samping dari penggunaan obat golongan makrolida
  • 3. BAB II PEMBAHASAN Antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedangkan toksisitasnya (racun) terhadap manusia relatif kecil. Mekanisme kerja dari antibiotika adalah dengan cara merintangi atau menghambat sintesa protein, sehingga kuman musnah atau tidak dapat berkembang biak lagi misalnya makrolida, kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida dan limkomisin. Selain itu antibiotika juga merintangi terhadap dinding sel, misalnya penisilin dan sefalosporin dan merintangi membran sel, misalnya polimiksin, zat-zat polyen dan imidazol. Penggolongan antibiotik: 1. Penisilin 2. Sefalosporin 3. Aminoglikosida 4. Tetrasiklin 5. Makrolida 6. Linkomisin 7. Polipeptida 8. Dan antibiotika lainnya Penggunaan antibiotika Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara profilaktis juga diberikan pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi. Antibiotik digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi dan untuk melawan bakteri pada tumbuhan, hewan, dan manusia dan tidak bekerja melawan virus, seperti flu, pilek, sakit tenggorokan, gondok, bronkitis, dll. Efek samping Penggunaan antibiotik tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat menimbulkan efek samping seperti: 1. Sensitasi/hipersensitif Pengobatan yang diberikan melalui oral maupun suntikan memungkinkan terjadinya alergi atau hipersensitif seperti gatal pada kulit kemerah-merahan, bentol atau bisa syok. Contoh antibiotiknya yaitu penicilin dan kloramfenikol. 2. Resistensi Apabila obat yang digunakan sudah resisten terhadap penyakit dan menjadi kuat penyakitnya penyebabnya adalah karena obat yang di
  • 4. minum tidak sampai habis. Misalkan hari ini minum dan besok tidak diminum maka bakteri yang ada dalam tubuh akan kebal terhadap antibiotik. Apabila tidak ingin terjadi resisten dalam tubuh sebaiknya obat antibiotik dihabiskan dan apabila telah terlanjur resistensi maka pergilah ke dokter dan meminta untuk dinaikkan dosisnya. Makrolida adalah sekelompok senyawa yang terkait erat dan memiliki ciri khas adanya cincin lakton makrosiklik (biasanya mengandung 14 atau 16 atom) tempat melekatnya gula deoksi. Obat prototipe golongan ini yaitu eritromisin, yang tersusun atas 2 gugus gula yang melekat pada cincin lakton 14-atom, ditemukan tahun 1952 dari Streptomyces erythreus. Klaritromisin dan azitromisin merupakan turunan semisintesis eritromisin. Antibiotik makrolida pertama kali ditemukan adalah pikromisin, diisolasi pada tahun 1950. Makrolida merupakan salah satu golongan obat antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba. Untuk kehidupanya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribososm terdiri atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. Untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S. Kerja dari makrolida ini adalah berikatan pada ribosom sub unit 50S dan mencegah pemanjangan rantai peptida. Antibiotik makrolida mempunyai persamaan yaitu terdapatnya cincin lakton ang besr dalam rumus molekulnya. Ciri-ciri struktur kimia golongan makrolida adalah sebagai berikut:  Cincin lakton sangat besar, biasanya mengandung 12-17 atom  Gugus keton  Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang berhubungan dengan cincin lakton  Gula netral yang berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton  Gugus dimetilamino pada residu gula, yang menyebabkan sifat basis dari senyawa dan kemungkinan untuk dibuat dalam bentuk gramnya
  • 5. A. Penggolongan obat makrolida: 1. Eritromisin Rumus bangun Rumus kimia C37H67NO13 Pemerian: serbuk hablur putih atau agak kuning, tidak berbau atau praktis tidak berbau. Kelarutan: sukar larut dalam air; larut dalam metanol, dalam kloroform dan dalam eter. Struktur umum eritromisin yaitu cincin makrolida dan gula desosamin dan kladinosa. Eritrosin sukar larut dalam air (0,1%) tetapi mudah terdisolusi dalam pelarut organik. Larutan cukup stabil pada suhu 40 C tetapi kehilangan aktivitasnya dengan cepat pada 200 C dan pada Ph asam. Biasanya eritromisin dikemas dalam bentuk berbagai ester dan garam. Aktivitas antimikroba: Eritromisin efektif terhadap organisme gram-positif, terutama pneumokokus, streptokokus, stafilokokus dan korinebakteria dalam kadar plasma sebesar 0,02-2 mcg/mL. Efek antibakterial eritromisin dapat bersifat inhibitoris atau bakterisidal, khususnya pada konsentrasi tinggi, untuk organisme yang rentan. Aktivitas meningkat pada Ph basa. Resistensi: Resistensi terhadap eritromisin biasanya dikode dalam plasmid. Diketahui adanya 3 mekanisme: a. Penurunan permeabilitas membran sel atau efluks aktif b. Produksi (oleh enterobacteriaceae) esterase yang menghidrolisis makrolida
  • 6. c. Modifikasi lokasi pengikatan ribosomal (proteksi ribosomal) melalui mutasi kromosom atau melaluimetilase konstitutif atau terinduksi makrolida Farmakokinetik: Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga harus diberikan dalam bentuk salut enterik. Makanan menghambat absorpsinya. Stearat dan ester cukup resisten terhadap asam sehingga diabsorpsi lebih baik. Garam lauril dari ester propionil eritromisin (eritromisin estolat) merupakan sediaan oral yang diabsorpsi paling baik. Dosis oral sebesar 2g/hari memberikan konsentrasi basa dan ester eritromisin dalam serum sebesar 2 mcg/ml. Akan tetapi hanya bentuk basalah yang aktif secara mikrobiologis dan konsentrasinya cenderung sama apapun formulasinya. Dosis eritromisin laktobionat intravena sebesar 500 mg menghasilkan kadar dalam serum sebesar 10 mcg/ml 1 jam setelah pemberian obat. Eritromisin tidak dibersihkan oleh dialisis. Sejumlah besar eritromisin yang diberikan diekskresi dalam empedu dan hilang dalam feses, dan hanya 5 % yang yang diekskresi dalam urine. Obat eritromisin didistribusikan secara luas kecuali ke otak dan cairan serebrospinal. Farmakodinamik: Erytromisin bersifat bakteristatik atau bakterisid untuk organism- organism yang rentan pada konsentrasi tinggi. Aktifitasnya meningkat pada alkali. Cara kerjanya menghambat sintesis protein melalui ikatan ke RNA ribososm 50S. Waktu paruh: Waktu paruh dalam serum normalnya sekitar 1,5 jam da 5 jam pada penderita anuria. Penyesuaian dosis tidak diperlukan pada gagal ginjal. Penggunaan klinis: - Eritromisin merupakan obat pilihan pada infeksi korinebakterium (difteri, sepsis korinebakterial, eritrasma). - Eritromisin bermanfaat sebagai pengganti penisilin pada individu yang alergi terhadap penisilin dengan infeksi stafilokokus (dengan beraggapan bahwa stafilokokus yang diisolasi rentan), strepkokus atau pneumokokus. - Eritromisin dianjurkan sebagai profilaksis terhadap endokarditis selama prosedur gigi pada pederita penyakit katup jantung, meskipun klindamisin yang ditoleransi lebih baik telah banyak menggantikannya. Reaksi simpang
  • 7. - Efek pada saluran cerna: anoreksia, mual, muntah, dan diare terkadang timbul pada pemberian oral. Intoleransi saluran cerna akibat perangsangan langsung terhadap motilitas usus merupakan alasan tersering penghentian eritromisin dan diganti dengan antibiotik lain. - Toksisitas di hati: eritromisin, khususnya estolat, dapat menghasilkan hepatitis kolestatik akut (demam, ikterus, gangguan fungsi hati) kemungkinan akibat reaksi hipersensivitas. Kebanyakan pasien akan sembuh namun keadaan akan kembali timbul jika diberikan lagi. Reaksi alergi lain seperti demam, eosinofilia dan ruam. Interaksi obat Metabolit eritromisin dapat menghambat enzim sitokrom P450 sehingga meningkatkan konsentrasi berbagai obat dalam serum, seperti teofilin, antikoagulan oral, siklosporin, dan metilprednisolon. Eritromisin meningkatkan konsentrasi digoksan oral dalam serum dengan meningkatkan bioavailabilitasnya. 2. Klaritromisin Klaritromisin diturunkan dari eritromisin melalui penambahan satu gugus metil dan memiliki stabilitas asam serta absorpsi oral yang lebih baik daripada eritromisin. Klaritromisin dan eritromisin hampir identik dalam hal aktivitas antibakteri kecuali bahwa klaritromisin lebih aktif terhadap mycobacterium avium kompleks. Klaritromisin juga memiliki aktivitas terhadap M leprae dan Toxoplasma gondii. Streptokokus dan stapilokokus yang resisten terhadap eritromisin juga resisten terhadap klaritromisin. Mekanisme kerja sama dengan eritromisin yaitu Erytromisin bersifat bakteristatik atau bakterisid untuk organism-organism yang rentan pada konsentrasi tinggi. Aktifitasnya meningkat pada alkali. Cara kerjanya menghambat sintesis protein melalui ikatan ke RNA ribososm 50S. Dosis: klaritromisin 500 mg menghasilkan kadar dalam serum sebesar 2-3 mcg/ml. Namun dosis yang dianjurkan adalah 250-500 mg dua kali sehari atau 1000 mg untuk sediaan lepas-lambat sebanyak sekali sehari sehari. Waktu paruh: klaritromisin memiliki waktu paruh yang lebih panjang (6 jam) daripada eritromisin yang memungkinkan pemberia dosis sebanyak dua kali sehari. Metabolisme: klaritromisin dimetabolisme di dalam hati. Metabolit utamanya adalah 14-hidroksiklaritromisin yang juga mempunyai aktivitas antibakterial. Sejumlah pbat aktif dan metabolit ini dieliminasi dalam urine, dan penurunan dosis (misalnya, dosis awal 500 mg kemudian 250 mg sekali atau dua kali sehari) dianjurkan pada pasien dengan bersihan kreatinin yang kurang dari 30 ml/menit.
  • 8. Interaksi obat; klaritromisin memiliki interaksi obat yang sama dengan interaksi obat pada eritromisin. Keuntungan klaritromisin dibanding dengan eritromisin adalah insidens intoleransi saluran cernanya lebih sedikit dan frekuensi pemberiannya lebih sedikit. Indikasi: infeksi saluran napas bagian atas (seperti faringitis/tonsillitis yang disebabkan oleh staphylococus pyogenes dan sinusitis maxillary akut yang disebabkan oleh streptococcus pneumoniae), infeksi ringan dan sedag pada kulit dan jaringan lunak. Efek samping: dispepsia, sakit kepala, gangguan indra perasa dan penciuman, hilangnya warna gigi dan lidah, stomatitis, glossitis dan sakit kepala. 3. Azitromisin Azitromisin adalah suatu senyawa cincin makrolida lakton 15 atom, diturunkan dari eritromisin melalui penambahan nitrogen termetilasi ke dalam cairan lakton. Spektrum aktivitas dan penggunaan klinis hampir identik dengan klaritromisin. Azitromisin lebih efektif terhadap M avium kompleks dan T gondii dan sedikit kurang aktif daripada eritromisin dan klaritromisin terhadap stafilokokus dan streptokokus serta sedikit lebih aktif terhadap H influenzae. Dosis: 500 mg dosis azitromisin menghasilkan kadar dalam serum yang relatif rendah sekitar 0,4 mcg/ml. Waktu paruh: obat dilepaskan secara lambat dari jaringan (waktu paruh dalam jaringan adalah sebesar 2-4 hari) dan menghasilkan waktu paruh eliminasi yang mendekati 3 hari. Indikasi: infeksi-infeksi yang disebakan oleh organisme yang peka, infeksi saluran nafas atas (tonsillitis, pharingitis), infeksi saluran nafas bawah (bronchitis, pneumonia), infeksi kulit dan jaringan lunak, penyakit hubungan seksual, urethritis, cervicitis yang berkaitan dengan chlamydia trachomatis, ureaplasma urealyticum dan neisseria gonnorhoeae. Kontraindikasi: gangguan pada fungsi hati. Efek samping: anoreksia, dyspepsia, flatulens, konstipasi, pankreatitis, hepatitis, syncope, pusing, sakit kepala, mengantuk, agitasi, ansietas, hiperaktivitas. 4. Ketolida Ketolida merupakan makrolida semisintesis berbentuk cincin beranggotakan 14 atom, yang berbeda dengan eritromisin karena adanya substitusi gugus 3-keto untuk gula netral 1-kladinosa. Telitromisin disetujui untuk penggunaan klinis. Obat ini aktif terhadap streptococus pyogenes, s. Pneumoniae, s. Aureus, h. Influenzae, moraxella cattarhalis, mikroplasma, legionella sp, chlamydia sp, H pylori, N gonnorhoeae, B fragilis, T gondii dan mikrobacteria nontuberkulosis.
  • 9. Metabolisme: telitromisin dimetabolisme dalam hati dan dieliminasi oleh kombinasi jalur ekskresi empedu dan urine. Dosis: obat ini diberikan dalam dosis sekali sehari sebesar 800 mg, dan memunculkan kadar puncak dalam serum sekitar 2 mcg/ml. B. Mekanisme antibiotik makrolida Mekanisme kerja dari antibiotika adalah dengan cara merintangi atau menghambat sintesa protein, sehingga kuman musnah atau tidak dapat berkembang biak lagi misalnya makrolida, kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida dan limkomisin. Selain itu antibiotika juga merintangi terhadap dinding sel, misalnya penisilin dan sefalosporin dan merintangi membran sel, misalnya polimiksin, zat-zat polyen dan imidazol. Mekanisme kerja golongan makrolida adalah menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya dengan jalan berikatan secara reversibel dengan ribosom subunit 50S. Sintesis protein terhambat karena reaksi- reaksi translokasi aminoasil dan hambatan pembentuk awal sehingga pemanjangan rantai peptida tidak berjalan. Makrolida bisa bersifat sebagai bakteriostatik atau bekterisida, tergantung antara lain pada kadar obat serta jenis bakteri yang dicurigai. Efek bakterisida terjadi pada kadar antibiotika yang lebi tinggi, kepadatan bakteri yang relatif rendah dan pertumbuhan bakteri yan cepat. Aktivitas antibakterinya tergantung pada ph, meningkat pada keadaan netral atau sedikit alkali. Aksi makrolida dalam menghambat sintesis protein pada bakteri dengan cara berikut: 1) Mencegah taransfer peptidil tRNA dari situs A ke situs P 2) Mencegah pembentukan peptida tRNA 3) Memblokir peptidil transferase 4) Mencegah perakitan ribosom C. Farmakodinamik antibiotik makrolida Erythromycin menekan sintesis protein bakteri. Mulai terjadi preparat oral adalah 1 jam. Waktu utuk mencapai puncak adalah 4 jam dan lama kerjanya adalah 6 jam. D. Farmakokinetik antibiotik makrolida 1) Pemberian: basa erytromycin dihancurkan oleh asam lambung, sehingga harus diberikan dalam bentuk tablet berselaput enterik atau berbentuk antibiotik yang diesterifikasi. Semua diabsorpsi secara adekuat pada pemberian oral. Clarithromycin, azithromycin dan telithromycin bersifat stabil terhadap asam lambung dan mudah diabsorpsi. 2) Distribusi: erythromycin didistribusikan secara baik hingga ke seluruh cairan tubuh, kecuali CSF. Obat ini merupakan antibiotik yang berdifusi ke dalam cairan prostatik dan memiliki karakteristik akumulasi yang unik dalam makrofag. Keempat obat ini terkonsentrasi dalam hati. Inflamasi membuat penetrasi dalam
  • 10. jaringan lebih besar. Secara serupa, clarythromycin, azithromycin, dan telithromycin di distribusikan secara luas dalam jaringan. Kadar azitromycin dalam serum adalah rendah. Obat terkonsentrasi dalam neutrofil, makrofag, dan fibroblas. Azithromycin mempunyai waktu paruh yang paling lama dan volume distribusi yang paling besar diantara keempat obat. 3) Metabolisme: erithromycin dan telithromycin dimetabolisme secara ekstensif dan diketahui menghambat oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya sengan sistem sitokrom P450. Gangguan terhadap metabolisme obat, seperti theophyllin dan carbamazepine, pernah digunakan dalam penggunaan clarithromyccin. Clarythromycin dioksidasi menjadi derivat 14-hidroksi yang mempertahankan aktivitas antibiotika. 4) Ekskresi: erithromycin dan azithromycin terutama terkonsentrasi dan diekskresi dalam bentuk aktif dalam empedu. Reabsorpsi parsial terjadi melalui sirkulasi enterohepatik. Metabolit inaktif diekskresikan dalam urine. Sebaliknya, clarithromycin dan metabolitnya dieliminasi oleh ginjal dan juga hati, dan dianjurkan agar dosis obat ini disesuaikan pada pasien dengan fungsi ginjal yang menurun. E. Interaksi dan kontraindikasi Interaksi: Erythromycin, telithromycin dan clarithromycin menghanmbat metabolisme hepatik sejumlah obat, yang dapat menyebabkan akumulasi senyawa-senyawa ini. Interaksi dengan digoxin dapat terjadi pada beberapa pasien. Dalam hal ini, antibiotik mengeliminasi sebuah spesies dari flora usus, yang secara umum menginaktifkan digoxin, sehingga menyebabkan reabsorpsi digoxin menjadi lebih besar melalui sirkulasi enterohepatik. Tidak ada interaksi yang pernah dilaporkan untuk azithromycin. Kontraindikasi: Pasien dengan disfungsi hepatik harus diobati dengan hati-hati bila harus mengunakan erythromycin, telithromycin, atau azithromycin karena obat ini terakumulasi dalam hati. Telithromycin berpotensi memperpanjang iterval QTc kongenital pada beberapa pasien. Oleh karena itu obat ini dihindari pada pasien dengan pemanjangan interval QTc kongenital dan pada pasien dengan kondisi proaritmia. Selain itu pasien yang memiliki penurunan fungsi ginjal harus diberikan telithromycin secara hati-hati. Telithromycin dikontraindikasikan pada penderita miastenia gravis. F. Penggunaan dan manfaat antibiotik makrolida Erithromycin merupakan pilihan pertama khususnya infeksi paru-paru dengan legionella pneumophila (penyakit veteran) dan mycoplama pneumoniae (radang paru) juga infeksi usus dengan campylobacter jejuni. Pada infeksi lain (saluran napas, kulit) khusus
  • 11. digunakan sebagai pilihan kedua bilamana terdapat resistensi atau hipersensitivitas untuk penisilin. 1) Infeksi mycoplasma pneumonia Erithromycin diberikan 4 kali 500 mg sehari per oral mempercepat turunnya panas dan mempercepat penyembuhan sakit. 2) Penyakit legionnaire Erithromycin merupakan obat yang dianjurkan untuk pneumonia yang disebabkan oleh legionella pneumophilla. Dosis oral adalah 4 kali 0,5- 1 g sehari atau secara intravena 1-4 g sehari. 3) Infeksi klamida Erithromycin merupakan alternatif tetrasiklin untuk infeksi klamidia tanpa komplikasi yang menyerang uretra, endoserviks, rektum atau epididimis. Dosisnya ialah 4 kali sehari 500 mg per oral yang diberika selama 7 hari. Erithromycin merupakan obat terpilih untuk wanita hamil dan anak-anak dengan infeksi klamidia. 4) Difteri Erithromycin sangat efektif untuk membasmi kuman difteri baik pada infksi akut maupun pada carrier state. 5) Infeksi streptokokus Faringitis, scariet fever dan erisipelas oleh str. Pyogenes dapat diatasi dengan pemberian erithromycin per oral dengan dosis 30 mg/kg BB/hari selama 10 hari. Pneumonia oleh pneumokokus juga dapat diobati secara memuaskan dengan dosis 4 kali sehari 250-500 mg. G. Efek samping penggunaan antibiotik makrolida Efek samping terjadi pada lambung-usus berupa diare, nyeri perut, nausea dan kadang-kadang muntah, yang terutama nampak pada erithromycin akibat penguraiannya oleh asam lambung. Lebih jarang pada sakit kepala dan reaksi kulit. Erithromycin pada dosis tinggi dapat menimbulkan ketulian reversibel, mungkin akibat pengaruhnya terhadap SSS. Semua makrolida dapat mengganggu fungsi hati, yang tampak sebagai peningkatan nilai-nilai enzim tertentu dalam serum. Juga nyeri kepala dan pusing dapat terjadi. Erithromycin dapat menyebabkan alergi.
  • 12. BAB III PENUTUP Makrolida adalah sekelompok senyawa yang terkait erat dan memiliki ciri khas adanya cincin lakton makrosiklik (biasanya mengandung 14 atau 16 atom) tempat melekatnya gula deoksi. Obat prototipe golongan ini yaitu eritromisin, yang tersusun atas 2 gugus gula yang melekat pada cincin lakton 14-atom, ditemukan tahun 1952 dari Streptomyces erythreus. Klaritromisin dan azitromisin merupakan turunan semisintesis eritromisin. Mekanisme kerja golongan makrolida adalah menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya dengan jalan berikatan secara reversibel dengan ribosom subunit 50S. Sintesis protein terhambat karena reaksi- reaksi translokasi aminoasil dan hambatan pembentuk awal sehingga pemanjangan rantai peptida tidak berjalan.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Katzung G. Bertram. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit buku kedokteran. Hal 771-774 Rahardja Kirana dan Hoan Tjay Tan. 2013. Obat-obat penting. PT Gramedia Jakarta. Hal 81-84