Dokumen tersebut membahas tentang golongan antibiotika makrolida, yang merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman. Makrolida pertama kali ditemukan adalah eritromisin, diikuti oleh klaritromisin dan azitromisin yang merupakan turunannya. Makrolida bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.
2. PENDAHULUAN
Antibiotik adalah zat-zat kimia
yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri, yang berkhasiat untuk
mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman dan
toksisitasnya bagi manusia relatif
kecil. Namun obat ini baru
dikembangkan pada permulaan
Perang Dunia II untuk mengobati
luka-luka akibat pertempuran.
Mekanisme kerja dari antibiotika
adalah dengan cara merintangi
atau menghambat sintesa protein,
merintangi terhadap dinding sel,
merintangi membran sel,
menghambat asam nukleat.
Penggolongan antibiotik:
1. Penisilin
2. Sefalosporin
3. Aminoglikosida
4. Tetrasiklin
5. Makrolida
6. Linkomisin
7. Polipeptida
8. Dan antibiotika lainnya
3. PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat
kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan
besar.
Diberikan pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga
sebelum cabut gigi.
Pengobatan antibiotik berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi,
namun tidak efektif untuk menangani infeksi akibat virus, jamur atau
non bakteri lainnya.
4. PEMBAHASAN MAKROLIDA
Antibiotik makrolida pertama kali ditemukan adalah pikromisin,
diisolasi pada tahun 1950. Makrolida merupakan salah satu golongan
obat antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba.
Makrolida adalah sekelompok senyawa yang terkait erat dan memiliki
ciri khas adanya cincin lakton makrosiklik (biasanya mengandung 14
atau 16 atom) tempat melekatnya gula deoksi.
6. ERITROMISIN
Eritromisin efektif terhadap organisme gram-positif, terutama
pneumokokus, streptokokus, stafilokokus dan korinebakteria dalam
kadar plasma sebesar 0,02-2 mcg/mL.
Farmakokinetik: Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung
sehingga harus diberikan dalam bentuk salut enterik. Eritromisin
tidak dibersihkan oleh dialisis. Sejumlah besar eritromisin yang
diberikan diekskresi dalam empedu dan hilang dalam feses, dan
hanya 5 % yang yang diekskresi dalam urine. Obat eritromisin
didistribusikan secara luas kecuali ke otak dan cairan serebrospinal.
Farmakodinamik: Erytromisin bersifat bakteristatik atau bakterisid
untuk organism-organism yang rentan pada konsentrasi tinggi.
Aktifitasnya meningkat pada alkali. Cara kerjanya menghambat
sintesis protein melalui ikatan ke RNA ribososm 50S.
Waktu paruh: Waktu paruh dalam serum normalnya sekitar 1,5 jam
dan 5 jam pada penderita anuria. Penyesuaian dosis tidak diperlukan
7. Dosis:
oral: DEWASA dan ANAK di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-
1 g tiap 12 jam; pada infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4 g/hari. ANAK
sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam. Untuk
infeksi berat dosis dapat digandakan. Sifilis stadium awal, 500 mg 4 kali
sehari selama 14 hari. Infus intravena: infeksi berat pada dewasa dan
anak, 50 mg/kg bb/hari secara infus kontinu atau dosis terbagi tiap 6
jam; infeksi ringan 25 mg/kg bb/hari bila pemberian per oral tidak
memungkinkan.
Interaksi obat: Metabolit eritromisin dapat menghambat enzim sitokrom
P450 sehingga meningkatkan konsentrasi berbagai obat dalam serum,
seperti teofilin, antikoagulan oral, siklosporin, dan metilprednisolon.
Efek samping: Efek pada saluran cerna: anoreksia, mual, muntah, dan
diare.
Penggunaan klinis: Eritromisin bermanfaat sebagai pengganti penisilin
pada individu yang alergi terhadap penisilin dengan infeksi stafilokokus
(dengan beraggapan bahwa stafilokokus yang diisolasi rentan), strepkokus
atau pneumokokus dan sebagai profilaksis terhadap endokarditis selama
prosedur gigi pada pederita penyakit katup jantung.
8. KLARITROMISIN
Klaritromisin diturunkan dari eritromisin melalui penambahan satu
gugus metil dan memiliki stabilitas asam serta absorpsi oral yang
lebih baik daripada eritromisin.
Mekanisme kerja menghambat sintesis protein melalui ikatan ke RNA
ribososm 50S.
Waktu paruh: klaritromisin memiliki waktu paruh yang lebih panjang
(6 jam) daripada eritromisin yang memungkinkan pemberian dosis
sebanyak dua kali sehari.
Metabolisme: klaritromisin dimetabolisme di dalam hati.
Interaksi obat: klaritromisin memiliki interaksi obat yang sama
dengan interaksi obat pada eritromisin.
9. KLARITROMISIN
Indikasi: infeksi saluran napas bagian atas (seperti
faringitis/tonsillitis yang disebabkan oleh staphylococus pyogenes
dan sinusitis maxillary akut yang disebabkan oleh streptococcus
pneumoniae), infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan
lunak.
Efek samping: dispepsia, sakit kepala, gangguan indra perasa dan
penciuman, hilangnya warna gigi dan lidah, stomatitis, glossitis dan
sakit kepala.
10. AZITROMISIN
Azitromisin adalah suatu senyawa cincin makrolida lakton 15 atom,
diturunkan dari eritromisin melalui penambahan nitrogen termetilasi
ke dalam cairan lakton.
Waktu paruh: obat dilepaskan secara lambat dari jaringan (waktu
paruh dalam jaringan adalah sebesar 2-4 hari) dan menghasilkan
waktu paruh eliminasi yang mendekati 3 hari.
Indikasi: infeksi-infeksi yang disebakan oleh organisme yang peka,
infeksi saluran nafas atas (tonsillitis, pharingitis), infeksi saluran
nafas bawah (bronchitis, pneumonia), infeksi kulit dan jaringan lunak,
penyakit hubungan seksual, urethritis, cervicitis yang berkaitan
dengan chlamydia trachomatis, ureaplasma urealyticum dan neisseria
gonnorhoeae.
Kontraindikasi: gangguan pada fungsi hati.
11. AZITROMISIN
Dosis: 500 mg dosis azitromisin menghasilkan kadar dalam serum
yang relatif rendah sekitar 0,4 mcg/ml.
Efek samping: anoreksia, dyspepsia, flatulens, konstipasi,
pankreatitis, hepatitis, pusing, sakit kepala, mengantuk, agitasi,
ansietas, hiperaktivitas.
Azitromisin lebih efektif terhadap Mycobacterium avium kompleks
dan Toxoplasma gondii dan sedikit kurang aktif daripada eritromisin
dan klaritromisin terhadap stafilokokus dan streptokokus serta
sedikit lebih aktif terhadap H influenzae.
12. KETOLIDA (TELITROMISIN)
Ketolida merupakan makrolida semisintesis berbentuk cincin beranggotakan
14 atom, yang berbeda dengan eritromisin karena adanya substitusi gugus
3-keto untuk gula netral 1-kladinosa.
Telitromisin disetujui untuk penggunaan klinis. Obat ini aktif terhadap
streptococus pyogenes, s. Pneumoniae, s. Aureus, h. Influenzae, moraxella
cattarhalis, mikroplasma, legionella sp, chlamydia sp, H pylori, N
gonnorhoeae, B fragilis, T gondii dan mikrobacteria nontuberkulosis.
Metabolisme: telitromisin dimetabolisme dalam hati dan dieliminasi oleh
kombinasi jalur ekskresi empedu dan urine.
Dosis: obat ini diberikan dalam dosis sekali sehari sebesar 800 mg, dan
memunculkan kadar puncak dalam serum sekitar 2 mcg/ml.
Kontraindikasi: pasien dengan disfungsi hepatik dan penurunan fungsi
ginjal.
13. PENUTUP
Makrolida adalah sekelompok senyawa yang terkait erat dan memiliki
ciri khas adanya cincin lakton makrosiklik (biasanya mengandung 14
atau 16 atom) tempat melekatnya gula deoksi. Obat prototipe
golongan ini yaitu eritromisin, yang tersusun atas 2 gugus gula yang
melekat pada cincin lakton 14-atom, ditemukan tahun 1952 dari
Streptomyces erythreus. Klaritromisin dan azitromisin merupakan
turunan semisintesis eritromisin.
Mekanisme kerja golongan makrolida adalah menghambat sintesis
protein bakteri pada ribosomnya dengan jalan berikatan secara
reversibel dengan ribosom subunit 50S.