SlideShare a Scribd company logo
Oleh :
Ratih Aryani, M.Farm., Apt.
STIKes BTH TASIKMALAYA
EMULSI
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan
kecil (DepkesRI, 1995).
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair
atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa,
distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang
cocok (DepkesRI, 1979)
Emulsi adalah sistem heterogen yang terdiri atas 2 cairan
tidak bercampur (secara konversi dinyatakan sebagai
minyak dan air), salah satunya terdispersi sebagai tetesan
halus secara seragam pada fasa lainnya (Agoes, 2012)
Dalam bidang farmasi :
Campuran homogen dari 2 cairan yang
dalam keadaan normal tidak bercampur
(fase air dan fase minyak), dengan
pertolongan suatu bahan penolong yang
disebut emulgator
Emulsi secara
termodinamika –
TIDAK STABIL
Diameter
tetesan 0,1-
100ΞΌm
 Fase dispers vs medium dispers
 Fase intern vs fase ekstern
 Fase diskontiyu vs fase kontinyu
Fase yang berair :
ο‚— Dapat terdiri dari air atau campuran sejumlah
substansi hidrofil seperti : alkohol, glikol, gula, garam
mineral, garam organik, dll.
Fase yang berminyak :
ο‚— Fase organik padat/cair, dapat terdiri dari substansi
lipofil seperti : asam lemak, alkohol asam lemak, lilin,
zat-zat aktif liposolubel, dll
ο‚— Tipe O/W : Minyak / Air
ο‚— Tipe W/O : Air / Minyak
ο‚— Tipe WOW : Air / Minyak / Air
ο‚— Tipe OWO : Minyak / Air / Minyak
Emulsi :
ο‚— Campuran terner : air + minyak + emulgator
ο‚— Jika surfaktan (emulgator) larut dalam air, maka akan
terbentuk emulsi minyak dalam air (m/a). Begitu juga
sebaliknya jika surfaktan (emulgator) larut dalam minya,
maka akan terbentuk emulsi air dalam minyak (a/m)
ο‚— Emulsi air dalam minyak (a/m) dapat terbentuk jika
jumlah air < 40 % dari volumenya. Jumlah yang lebih
tinggi dari 40 % akan membentuk tipe emulsi minyak
dalam air (m/a)
ο‚— Walaupun airnya hanya 20 – 30 %, emulsi minyak dalam
air (m/a) akan tetap terbentuk jika air ditambahkan pada
proses pencampuran
ο‚— Berdasarkan viskositas. Emulsi yang terbentuk
didasarkan pada viskositas setiap fase. Peningkatan
viskositas akan membentuk fase luar
ο‚— Membuat sediaan obat yang larut dalam air
maupun minyak dalam satu campuran.
ο‚— Emulsi berdasar penggunaannya :
ο‚— Emulsi untuk pemakaian dalam (per oral) Emulsi
tipe O/W.
ο‚— Emulsi untuk pemakaian luar, emulsi tipe O/W ,
W/O
1. Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak
menyenangkan dan dapat dibuat lebih enak pada pemberian oral
bila diformulasikan menjadi emulsi.
2. Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila obat-obat
tersebut diberikan secara oral dalam bentuk emulsi.
3. Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah dicuci bila
diinginkan.
4. Formulator dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan
kekasaran (greasiness) dari emulsi kosmetik maupun emulsi
dermal.
5. Emulsi telah digunakan untuk pemberian makanan berlemak
secara intravena akan lebih mudah jika dibuat dalam bentuk
emulsi.
Lachman, 1994
6. Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient
yang lebih besar daripada jika dibandingkan dengan
sediaan lain.
7. Emulsi juga memiliki keuntungan biaya yang penting
daripada preparat fase tunggal, sebagian besarlemak
dan pelarut-pelarut untuk lemak yang dimaksudkan
untuk pemakaian ke dalam tubuh manusia relatif
memakan biaya, akibatnya pengenceran dengan suatu
pengencer yang aman dan tidak mahal seperti air
sangat diinginkan dari segi ekonomis selama
kemanjuran dan penampilan tidak dirusak.
Lachman, 1994
1. Emulsi kadang-kadang sulit dibuat dan membutuhkan
tehnik pemprosesan khusus. Untuk menjamin karya
tipe ini dan untuk membuatnya sebagai sediaan yang
berguna, emulsi harus memiliki sifat yang diinginkan
dan menimbulkan sedikit mungkin masalah-masalah
yang berhubungan.
Lachman, 1994
Dalam emulsi, butir-butir tetesan (fase dispers)
dapat distabilkan dengan mekanisme teori :
1. Teori penurunan tegangan permukaan
2. Teori Oriented Wedge
3. Teori Interfacial Film (Plastic Film)
4. Teori terbentuknya lapisan ganda listrik
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi
berdasarkan adanya kelarutan selektif dari bagian molekul
emulgator : ada bagian yang bersifat suka air atau mudah
larut dalam air, dan ada bagian yang suka minyak atau
mudah larut dalam minyak.
ο‚— H.L.B = Hidrofilik Lipofilic Balance
ο‚— Angka yang menunjukkan perbandingan antara
kelompok hidrofil dengan kelompok lipofil.
ο‚— Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak
kelompok yang suka pada air sehingga emulgator
tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian
pula sebaliknya
Penurunan Tegangan Permukaan
ο‚— Peranan emulgator adalah sebagai pemberi batas antarmuka
masing – masing cairan dan mencegah penggabungan antar partikel
partikel sehingga dapat mencegah flokulasi.
Pembentuk Lapisan Antarmuka
ο‚— Pengemulsi membentuka lapisan tipis menomolekuler pada
permukaan fase terdispersi. Hal ini bedasarkan sifat amfifil (suka
minyak dan air) dan pengemulsi yang cenderung untuk
menempatkan dirinya pada tempat yang disukai. Bagian hidrofilik
mengarah keminyak sehingga dengan adanya lapisan tipis kaku ini
akan membentuk sautu penghalang meknik terhadap adhesi dan
flokulasi yang terkemas rapat, sehingga dapat dibentuk emulsi stabil.
(Lachman : 1034)
Penolakan Elektrik
ο‚— Potensial yang dihasilkan oleh lapisan rangkap tersebut
menciptakan suatu pengaruh tolak menolak antara tetesan – tetasan
minyak, sehingga mencegah penggabungan
Padatan Terbagi Halus
ο‚— Bagian emulgator ini membentuk lapisan khusus disekeliling tetesan
terdispersi dan menghasilkan emulsi yang meskipun berbutir kasar,
mempunyai stabilitas fisik. Hal ini dapat menyebabkan padatan
dapat bekerja sebagai emulgator
(Lachman : 1034)
ο‚— Gugus hidrofilik : bersifat polar (mudah bersenyawa dengan air)
ο‚— Gugus lipofilik : bersifat non polar (mudah bersenyawa dengan
minyak).
ο‚— Salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya.
ο‚— Gugus polar dominan : maka molekul-molekul surfaktan
tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan
dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi
lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase
kontinu.
ο‚— Gugus non polarnya lebih dominan, maka molekulmolekul
surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak
dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan
minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan
menjadi fase kontinu
ο‚— Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan
turunnya tegangan permukaan larutan.
ο‚— Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan
akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan.
ο‚— Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka
surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi
terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration
(CMC).
ο‚— Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai.
Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang
menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk
misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan
monomernya (Genaro, 1990)
1) Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada
suatu anion. Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin
sulfonat, garam sulfonat asam lemak rantai panjang.
2) Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada
suatu kation. Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam
dialkil-dimethil ammonium dan garam alkil dimethil benzil
ammonium.
3) Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak
bermuatan. Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam
lemak, ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina,
alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil
amina oksida.
4) Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai
muatan positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung
asam amino, betain, fosfobetain.
ο‚— Mortir dan stamfer οƒ  emulsi skala kecil
 Botol Penggojokan
ο‚— Mixer οƒ  fase dispers dihaluskan oleh pisau mixer
yang berputar dengan kecepatan tinggi.
ο‚— Homogenizer οƒ  fase dispers dilewatkan dalam
celah sempit sehingga partikel mempunyai
ukuran yang sama.
ο‚— Metode Gom Kering
CARA PEMBUATAN
4 : 2 : 1
minyak
air
2 : 1 : 1,5
minyak emulgator air
β€’ METODE GOM BASAH
(METODE INGGRIS)
Emulgator ditabur di atas air
Terbentuk mucilago/mengembang
Tambahkan minyak
(sedikit demi sedikit)
Gerus hingga terbentuk emulsi primer
β€’ METODE GOM KERING
(METODE KONTINENTAL)
Emulgator + minyak
Emulgator terbasahi
Tambahkan air sekaligus
Gerus hingga terbentuk emulsi primer
seperti susu
1. Pembuatan corpus emulsi
emulgator
Flokulasi dan Creaming
Flokulasi, karena kurangnya zat pengemulsi
sehingga kedua fase tidak tertutupi oleh lapisan
pelindung sehingga terbentuklah flok-flok atau
sebuah agregat.
Creaming, terpisahnya emulsi menjadi dua bagian
dimana yang satu mengandung fase dispers lebih
banyak daripada lapisan lain.
adanya pengaruh gravitasi membuat emulsi
memekat pada daerah permukaan dan dasar.
Creaming bersifat reversible artinya bila
dikocok perlahan-lahan akan terdispers kembali
Koalesen dan cracking (breaking)
Koalesen, yang disebabkan hilangnya lapisan film dam
globul sehingga terjadi pencampuran.
Yaitu pecahnya emulsi karema film yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak akan koalesen
(menyatu).
lapisan film mengalami pemecahan sehingga hilang
karena pengaruh suhu.
Sifatnya irreversible (tidak bisa diperbaiki)
Infersi fase
Berubahnya tipe emulsi minyak dalam air menjadi air
dalam minyak atau sebaliknya.
yang terjadi karena adanya perubahan viskositas.
Penentuan Tipe Emulsi
ο‚— Metode Pengenceran
ο‚— Uji pewarnaan
ο‚— Zat warna larut air yang ditaburkan pada permukaan
emulsi akan mengindikasikan sifat dari fasa kontinu.
ο‚— Pada emulsi M/A akan berlangsung inkorporasi
warna larutan secara cepat ke dalam sistem
ο‚— Pada emulsi A/M warna akan berupa kelompok
vesikel yang tampak.
ο‚— Peristiwa sebaliknya akan terlihat jika digunakan zat
warna larut minyak.
ο‚— Kertas kobal klorida
ο‚— Kertas asaring dibacam (diimpregnasi) dengan kobal
klorida dan dikeringkan.
ο‚— Warna biru akan berubah menjadi warna merah muda
(pink) jika diteteskan/ ditambahkan emulsi M/A.
ο‚— Dapat mengalami kegagalan (tidak berhasil) jika emulsi
tidak stabil atau pecah dengan keberadaan elektrolit.
ο‚— Fluoresensi
ο‚— Fluoresensi di bawah cahaya ultraviolet.
ο‚— Emulsi M/A menunjukkan pola bintik (titik), sedangkan
pada emulsi A/M, fluoresensi terlihat secara menyeluruh
(Agoes, 2012).
ο‚— HLB adalah singkatan dari Hydrophylic-Lipophylic
Balance) adalah nilai untuk mengukur efisiensi
surfaktan
ο‚— Makin tinggi nilai HLB makin hidrofil suatu surfaktan.
ο‚— Makin rendah nilai HLB makin lipofil suatu surfaktan.
ο‚— Menurut Griffin perhitungan HLB adalah:
ο‚— Pada pembuatan 100 ml emulsi tipe o/w diperlukan
emulgator dengan harga HLB 12. sebagai emulgator
dipakai campuran Span 20 (HLB 8,6) dan Tween 20
(HLB 16, 7) sebanyak 5 gram. Berapa perbandingan
antara Span 20 dan Tween 20 ?
ο‚— Tween 80 70% HLB 15
ο‚— Span 80 30% HLB 4,5
ο‚— Berapa HLB campuran ?
R/ Parafin cair 30% (HLB : 12)
Emulgator 5%
Air ad 100 gram
Jawab :
cara pertama pilih nilai HLB surfaktan yang diantara HLB parafin
cair (HLB 12), dipilih melalui data yaitu
span 80 (HLB 4,3) dan tween 80 (HLB 15) ).
Jumlah emulgator yang diperlukan = 5% x 100 = 5 gram
kemudian buat pemisalan untuk persamaan :
Tween 80 = a gram
Span 80 = (5-a) gram
Persamaan :
(a x HLB) + ((5-a) x HLB ) = (5 x HLB) :
(a x 15) + ((5-a) x 4,3) = (5 x 12)
15a + 21,5 - 4,3a = 60
10,7a = 38,5
a = 3,6 gram
Jadi tween 80 yang dibutuhkan = 3,6 gram
sedangkan span 80 yang dibutuhkan = (5-3,6 gram) = 1,4 gram
ο‚— Organoleptis
ο‚— Pengukuran bobot jenis
ο‚— Ukuran partikel
ο‚— pH
ο‚— Pengukuran viskositas
ο‚— Sentrifugasi
ο‚— Penentuan tipe emulsi
ο‚— Volume Terpindahkan
ο‚— Pemeriksaan keseragaman kadar
ο‚— Stabilitas suhu (cycling test)
Emulsi
Emulsi
Emulsi
Emulsi
Emulsi

More Related Content

What's hot

Suspensi Terdeflokulasi
Suspensi TerdeflokulasiSuspensi Terdeflokulasi
Suspensi Terdeflokulasi
Maulana Sakti
Β 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakLaporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakKezia Hani Novita
Β 
Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirup
sisabihi
Β 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
Ilma Nurhidayati
Β 
Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2
Cholid Maradanger
Β 
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
Abulkhair Abdullah
Β 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
Indra Gunawan
Β 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOLBIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
Surya Amal
Β 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutanYaumil Fajri
Β 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolKezia Hani Novita
Β 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi
1234ulha
Β 
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Trie Marcory
Β 
Kuliah formulasi dasar 1
Kuliah formulasi dasar 1Kuliah formulasi dasar 1
Kuliah formulasi dasar 1
Cholid Maradanger
Β 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliKezia Hani Novita
Β 
ppt gel
ppt gelppt gel
ppt gel
andi septi
Β 
Sediaan krim
Sediaan krimSediaan krim
Sediaan krimPharmacist
Β 
Laporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamLaporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamSiti Zulaikhah
Β 
laporan praktikum 3.docx
laporan praktikum 3.docxlaporan praktikum 3.docx
laporan praktikum 3.docx
akqj10oke
Β 

What's hot (20)

Suspensi Terdeflokulasi
Suspensi TerdeflokulasiSuspensi Terdeflokulasi
Suspensi Terdeflokulasi
Β 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Suspensi
Β 
GRANULASI BASAH
GRANULASI BASAHGRANULASI BASAH
GRANULASI BASAH
Β 
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakLaporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Β 
Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirup
Β 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
Β 
Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2
Β 
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
Β 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
Β 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOLBIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
Β 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
Β 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamol
Β 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi
Β 
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi
Β 
Kuliah formulasi dasar 1
Kuliah formulasi dasar 1Kuliah formulasi dasar 1
Kuliah formulasi dasar 1
Β 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Β 
ppt gel
ppt gelppt gel
ppt gel
Β 
Sediaan krim
Sediaan krimSediaan krim
Sediaan krim
Β 
Laporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamLaporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikam
Β 
laporan praktikum 3.docx
laporan praktikum 3.docxlaporan praktikum 3.docx
laporan praktikum 3.docx
Β 

Viewers also liked

Ppt emulsi
Ppt emulsiPpt emulsi
Ppt emulsi
Kalisthiana Yi Ku
Β 
Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Ayyu Sartheeqaa
Β 
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASIFORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
arymita
Β 
P pt emulsi unsiq
P pt emulsi unsiqP pt emulsi unsiq
P pt emulsi unsiqtuciel88
Β 
Ppt emulsi lotion
Ppt emulsi lotionPpt emulsi lotion
Ppt emulsi lotion
Abulkhair Abdullah
Β 
Pharmaceutical Suspensions and Emulsions
Pharmaceutical Suspensions and EmulsionsPharmaceutical Suspensions and Emulsions
Pharmaceutical Suspensions and Emulsions
Pallavi Kurra
Β 
Koloid
KoloidKoloid
Emulsi minyak dalam air
Emulsi minyak dalam airEmulsi minyak dalam air
Emulsi minyak dalam airIka Yuni Rainy
Β 
Kimia permukaan
Kimia permukaanKimia permukaan
Kimia permukaanTillapia
Β 
Suspensi Aktif
Suspensi AktifSuspensi Aktif
Suspensi Aktif
Politeknik Manufaktur Astra
Β 
Handout kimia
Handout kimiaHandout kimia
Handout kimia
085753889956
Β 
Membuat sabun-sendiri
Membuat sabun-sendiriMembuat sabun-sendiri
Membuat sabun-sendiriesraputri
Β 
Larutan ( solution )
Larutan ( solution )Larutan ( solution )
Larutan ( solution )Ranny Rolinda R
Β 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CNovi Fachrunnisa
Β 
Sistem Koloid SMAN 81 Jakarta
Sistem Koloid SMAN 81 JakartaSistem Koloid SMAN 81 Jakarta
Sistem Koloid SMAN 81 Jakarta
Hanarsp
Β 
emulsion
 emulsion emulsion
emulsion
Ravikumar Patil
Β 
Dhruti Avlani - Emulsion
Dhruti Avlani - EmulsionDhruti Avlani - Emulsion
Dhruti Avlani - Emulsion
DHRUTI AVLANI
Β 
Disperse systems
Disperse systemsDisperse systems

Viewers also liked (20)

Ppt emulsi
Ppt emulsiPpt emulsi
Ppt emulsi
Β 
Emulsi
EmulsiEmulsi
Emulsi
Β 
Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Β 
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASIFORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
Β 
P pt emulsi unsiq
P pt emulsi unsiqP pt emulsi unsiq
P pt emulsi unsiq
Β 
Ppt emulsi lotion
Ppt emulsi lotionPpt emulsi lotion
Ppt emulsi lotion
Β 
Pharmaceutical Suspensions and Emulsions
Pharmaceutical Suspensions and EmulsionsPharmaceutical Suspensions and Emulsions
Pharmaceutical Suspensions and Emulsions
Β 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
Β 
Emulsi minyak dalam air
Emulsi minyak dalam airEmulsi minyak dalam air
Emulsi minyak dalam air
Β 
Kimia permukaan
Kimia permukaanKimia permukaan
Kimia permukaan
Β 
Suspensi Aktif
Suspensi AktifSuspensi Aktif
Suspensi Aktif
Β 
Handout kimia
Handout kimiaHandout kimia
Handout kimia
Β 
Membuat sabun-sendiri
Membuat sabun-sendiriMembuat sabun-sendiri
Membuat sabun-sendiri
Β 
Larutan ( solution )
Larutan ( solution )Larutan ( solution )
Larutan ( solution )
Β 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Β 
Sistem Koloid SMAN 81 Jakarta
Sistem Koloid SMAN 81 JakartaSistem Koloid SMAN 81 Jakarta
Sistem Koloid SMAN 81 Jakarta
Β 
emulsion
 emulsion emulsion
emulsion
Β 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Suspensi
Β 
Dhruti Avlani - Emulsion
Dhruti Avlani - EmulsionDhruti Avlani - Emulsion
Dhruti Avlani - Emulsion
Β 
Disperse systems
Disperse systemsDisperse systems
Disperse systems
Β 

Similar to Emulsi

emulsi.pptx
emulsi.pptxemulsi.pptx
emulsi.pptx
Aidil284734
Β 
Emulsifikasi
EmulsifikasiEmulsifikasi
Emulsifikasi
Abulkhair Abdullah
Β 
Pembentukan emulsi & suspensi
Pembentukan emulsi & suspensiPembentukan emulsi & suspensi
Pembentukan emulsi & suspensiEva Apriliyana Rizki
Β 
Pembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooPembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooNur Rasmi
Β 
SESI 11-12 EMULSI.pptx
SESI 11-12 EMULSI.pptxSESI 11-12 EMULSI.pptx
SESI 11-12 EMULSI.pptx
diah72
Β 
Makalah emulsi
Makalah emulsiMakalah emulsi
Makalah emulsi
Vicha Lamoki
Β 
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi pptbentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
PadmaNingsih
Β 
E M U L S I-Revised.PPT
E M U L S I-Revised.PPTE M U L S I-Revised.PPT
E M U L S I-Revised.PPT
ssuser8cafc5
Β 
Kuliah Bab I.ppt
Kuliah Bab I.pptKuliah Bab I.ppt
Kuliah Bab I.ppt
YusufAndriana1
Β 
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
2110070100058
Β 
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.pptMateri tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
AFRILION1
Β 
kelompok Emulsi
kelompok Emulsikelompok Emulsi
kelompok Emulsi
Nadia Salsabyla
Β 
SESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptxSESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptx
diah72
Β 
Lotion Pegagan
Lotion PegaganLotion Pegagan
Lotion PegaganEri Krismiya
Β 
Kimia fisika
Kimia fisikaKimia fisika
Kimia fisika
balqiescarissa
Β 
Plugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasiPlugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasidukuhwaru
Β 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Mina Audina
Β 
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 a
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 aNanoemulsion kel.06 smstr 5 a
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 a
RezumProDeta
Β 

Similar to Emulsi (20)

emulsi.pptx
emulsi.pptxemulsi.pptx
emulsi.pptx
Β 
Emulsifikasi
EmulsifikasiEmulsifikasi
Emulsifikasi
Β 
Resume emulsi harsya
Resume emulsi harsyaResume emulsi harsya
Resume emulsi harsya
Β 
Pembentukan emulsi & suspensi
Pembentukan emulsi & suspensiPembentukan emulsi & suspensi
Pembentukan emulsi & suspensi
Β 
Pembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooPembuatan Shampoo
Pembuatan Shampoo
Β 
SESI 11-12 EMULSI.pptx
SESI 11-12 EMULSI.pptxSESI 11-12 EMULSI.pptx
SESI 11-12 EMULSI.pptx
Β 
Makalah emulsi
Makalah emulsiMakalah emulsi
Makalah emulsi
Β 
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi pptbentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
Β 
E M U L S I-Revised.PPT
E M U L S I-Revised.PPTE M U L S I-Revised.PPT
E M U L S I-Revised.PPT
Β 
Kuliah Bab I.ppt
Kuliah Bab I.pptKuliah Bab I.ppt
Kuliah Bab I.ppt
Β 
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
Β 
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.pptMateri tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Β 
kelompok Emulsi
kelompok Emulsikelompok Emulsi
kelompok Emulsi
Β 
E m u_l_s_i
E m u_l_s_iE m u_l_s_i
E m u_l_s_i
Β 
SESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptxSESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptx
Β 
Lotion Pegagan
Lotion PegaganLotion Pegagan
Lotion Pegagan
Β 
Kimia fisika
Kimia fisikaKimia fisika
Kimia fisika
Β 
Plugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasiPlugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasi
Β 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Β 
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 a
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 aNanoemulsion kel.06 smstr 5 a
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 a
Β 

More from Stikes BTH Tasikmalaya

ppt Listrik statis
ppt Listrik statisppt Listrik statis
ppt Listrik statis
Stikes BTH Tasikmalaya
Β 
Ppt gelombang elektromagnetik
Ppt gelombang elektromagnetikPpt gelombang elektromagnetik
Ppt gelombang elektromagnetik
Stikes BTH Tasikmalaya
Β 
Makalah respirasi
Makalah respirasiMakalah respirasi
Makalah respirasi
Stikes BTH Tasikmalaya
Β 
Respirasi
RespirasiRespirasi
Penulisan kemasan dan label obat
Penulisan kemasan dan label obatPenulisan kemasan dan label obat
Penulisan kemasan dan label obat
Stikes BTH Tasikmalaya
Β 
Laporan farfis stabilitas
Laporan farfis stabilitasLaporan farfis stabilitas
Laporan farfis stabilitas
Stikes BTH Tasikmalaya
Β 
antikonvulsi anti-parkinson-psikotropik
antikonvulsi anti-parkinson-psikotropikantikonvulsi anti-parkinson-psikotropik
antikonvulsi anti-parkinson-psikotropik
Stikes BTH Tasikmalaya
Β 
antikonvulsi_anti parkinson_psikotropik
antikonvulsi_anti parkinson_psikotropikantikonvulsi_anti parkinson_psikotropik
antikonvulsi_anti parkinson_psikotropikStikes BTH Tasikmalaya
Β 
Mikroemulsi dan nanoemulsi
Mikroemulsi dan nanoemulsiMikroemulsi dan nanoemulsi
Mikroemulsi dan nanoemulsi
Stikes BTH Tasikmalaya
Β 
Nanopartikel
NanopartikelNanopartikel
Nanopartikel
Stikes BTH Tasikmalaya
Β 
Iodometri dan iodimetri
Iodometri dan iodimetriIodometri dan iodimetri
Iodometri dan iodimetri
Stikes BTH Tasikmalaya
Β 
Anatomi Fisiologi Manusia
Anatomi Fisiologi ManusiaAnatomi Fisiologi Manusia
Anatomi Fisiologi Manusia
Stikes BTH Tasikmalaya
Β 
farmasetika (Penggolongan obat)
farmasetika (Penggolongan obat)farmasetika (Penggolongan obat)
farmasetika (Penggolongan obat)
Stikes BTH Tasikmalaya
Β 
Farmasetika (Sediaan luar)
Farmasetika (Sediaan luar)Farmasetika (Sediaan luar)
Farmasetika (Sediaan luar)
Stikes BTH Tasikmalaya
Β 

More from Stikes BTH Tasikmalaya (15)

ppt Listrik statis
ppt Listrik statisppt Listrik statis
ppt Listrik statis
Β 
Ppt gelombang elektromagnetik
Ppt gelombang elektromagnetikPpt gelombang elektromagnetik
Ppt gelombang elektromagnetik
Β 
Makalah respirasi
Makalah respirasiMakalah respirasi
Makalah respirasi
Β 
Makalah respirasi
Makalah respirasiMakalah respirasi
Makalah respirasi
Β 
Respirasi
RespirasiRespirasi
Respirasi
Β 
Penulisan kemasan dan label obat
Penulisan kemasan dan label obatPenulisan kemasan dan label obat
Penulisan kemasan dan label obat
Β 
Laporan farfis stabilitas
Laporan farfis stabilitasLaporan farfis stabilitas
Laporan farfis stabilitas
Β 
antikonvulsi anti-parkinson-psikotropik
antikonvulsi anti-parkinson-psikotropikantikonvulsi anti-parkinson-psikotropik
antikonvulsi anti-parkinson-psikotropik
Β 
antikonvulsi_anti parkinson_psikotropik
antikonvulsi_anti parkinson_psikotropikantikonvulsi_anti parkinson_psikotropik
antikonvulsi_anti parkinson_psikotropik
Β 
Mikroemulsi dan nanoemulsi
Mikroemulsi dan nanoemulsiMikroemulsi dan nanoemulsi
Mikroemulsi dan nanoemulsi
Β 
Nanopartikel
NanopartikelNanopartikel
Nanopartikel
Β 
Iodometri dan iodimetri
Iodometri dan iodimetriIodometri dan iodimetri
Iodometri dan iodimetri
Β 
Anatomi Fisiologi Manusia
Anatomi Fisiologi ManusiaAnatomi Fisiologi Manusia
Anatomi Fisiologi Manusia
Β 
farmasetika (Penggolongan obat)
farmasetika (Penggolongan obat)farmasetika (Penggolongan obat)
farmasetika (Penggolongan obat)
Β 
Farmasetika (Sediaan luar)
Farmasetika (Sediaan luar)Farmasetika (Sediaan luar)
Farmasetika (Sediaan luar)
Β 

Recently uploaded

Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
Β 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
Β 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
Β 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
Β 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
Β 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
Β 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
Β 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
Β 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
Β 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
Β 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
Β 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
Β 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
Β 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
Β 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Β 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
Β 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
Β 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
Β 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
Β 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
Β 

Recently uploaded (20)

Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Β 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Β 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
Β 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
Β 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Β 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
Β 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
Β 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Β 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
Β 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
Β 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
Β 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
Β 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
Β 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
Β 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Β 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
Β 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Β 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
Β 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Β 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Β 

Emulsi

  • 1. Oleh : Ratih Aryani, M.Farm., Apt. STIKes BTH TASIKMALAYA EMULSI
  • 2.
  • 3. Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil (DepkesRI, 1995). Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok (DepkesRI, 1979) Emulsi adalah sistem heterogen yang terdiri atas 2 cairan tidak bercampur (secara konversi dinyatakan sebagai minyak dan air), salah satunya terdispersi sebagai tetesan halus secara seragam pada fasa lainnya (Agoes, 2012)
  • 4. Dalam bidang farmasi : Campuran homogen dari 2 cairan yang dalam keadaan normal tidak bercampur (fase air dan fase minyak), dengan pertolongan suatu bahan penolong yang disebut emulgator Emulsi secara termodinamika – TIDAK STABIL Diameter tetesan 0,1- 100ΞΌm
  • 5.  Fase dispers vs medium dispers  Fase intern vs fase ekstern  Fase diskontiyu vs fase kontinyu Fase yang berair : ο‚— Dapat terdiri dari air atau campuran sejumlah substansi hidrofil seperti : alkohol, glikol, gula, garam mineral, garam organik, dll. Fase yang berminyak : ο‚— Fase organik padat/cair, dapat terdiri dari substansi lipofil seperti : asam lemak, alkohol asam lemak, lilin, zat-zat aktif liposolubel, dll
  • 6. ο‚— Tipe O/W : Minyak / Air ο‚— Tipe W/O : Air / Minyak ο‚— Tipe WOW : Air / Minyak / Air ο‚— Tipe OWO : Minyak / Air / Minyak Emulsi : ο‚— Campuran terner : air + minyak + emulgator
  • 7.
  • 8.
  • 9.
  • 10. ο‚— Jika surfaktan (emulgator) larut dalam air, maka akan terbentuk emulsi minyak dalam air (m/a). Begitu juga sebaliknya jika surfaktan (emulgator) larut dalam minya, maka akan terbentuk emulsi air dalam minyak (a/m) ο‚— Emulsi air dalam minyak (a/m) dapat terbentuk jika jumlah air < 40 % dari volumenya. Jumlah yang lebih tinggi dari 40 % akan membentuk tipe emulsi minyak dalam air (m/a) ο‚— Walaupun airnya hanya 20 – 30 %, emulsi minyak dalam air (m/a) akan tetap terbentuk jika air ditambahkan pada proses pencampuran ο‚— Berdasarkan viskositas. Emulsi yang terbentuk didasarkan pada viskositas setiap fase. Peningkatan viskositas akan membentuk fase luar
  • 11.
  • 12. ο‚— Membuat sediaan obat yang larut dalam air maupun minyak dalam satu campuran. ο‚— Emulsi berdasar penggunaannya : ο‚— Emulsi untuk pemakaian dalam (per oral) Emulsi tipe O/W. ο‚— Emulsi untuk pemakaian luar, emulsi tipe O/W , W/O
  • 13. 1. Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak menyenangkan dan dapat dibuat lebih enak pada pemberian oral bila diformulasikan menjadi emulsi. 2. Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila obat-obat tersebut diberikan secara oral dalam bentuk emulsi. 3. Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah dicuci bila diinginkan. 4. Formulator dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan kekasaran (greasiness) dari emulsi kosmetik maupun emulsi dermal. 5. Emulsi telah digunakan untuk pemberian makanan berlemak secara intravena akan lebih mudah jika dibuat dalam bentuk emulsi. Lachman, 1994
  • 14. 6. Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar daripada jika dibandingkan dengan sediaan lain. 7. Emulsi juga memiliki keuntungan biaya yang penting daripada preparat fase tunggal, sebagian besarlemak dan pelarut-pelarut untuk lemak yang dimaksudkan untuk pemakaian ke dalam tubuh manusia relatif memakan biaya, akibatnya pengenceran dengan suatu pengencer yang aman dan tidak mahal seperti air sangat diinginkan dari segi ekonomis selama kemanjuran dan penampilan tidak dirusak. Lachman, 1994
  • 15. 1. Emulsi kadang-kadang sulit dibuat dan membutuhkan tehnik pemprosesan khusus. Untuk menjamin karya tipe ini dan untuk membuatnya sebagai sediaan yang berguna, emulsi harus memiliki sifat yang diinginkan dan menimbulkan sedikit mungkin masalah-masalah yang berhubungan. Lachman, 1994
  • 16. Dalam emulsi, butir-butir tetesan (fase dispers) dapat distabilkan dengan mekanisme teori : 1. Teori penurunan tegangan permukaan 2. Teori Oriented Wedge 3. Teori Interfacial Film (Plastic Film) 4. Teori terbentuknya lapisan ganda listrik
  • 17.
  • 18. Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator : ada bagian yang bersifat suka air atau mudah larut dalam air, dan ada bagian yang suka minyak atau mudah larut dalam minyak.
  • 19. ο‚— H.L.B = Hidrofilik Lipofilic Balance ο‚— Angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok hidrofil dengan kelompok lipofil. ο‚— Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air sehingga emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian pula sebaliknya
  • 20.
  • 21.
  • 22.
  • 23.
  • 24.
  • 25.
  • 26.
  • 27.
  • 28.
  • 29. Penurunan Tegangan Permukaan ο‚— Peranan emulgator adalah sebagai pemberi batas antarmuka masing – masing cairan dan mencegah penggabungan antar partikel partikel sehingga dapat mencegah flokulasi. Pembentuk Lapisan Antarmuka ο‚— Pengemulsi membentuka lapisan tipis menomolekuler pada permukaan fase terdispersi. Hal ini bedasarkan sifat amfifil (suka minyak dan air) dan pengemulsi yang cenderung untuk menempatkan dirinya pada tempat yang disukai. Bagian hidrofilik mengarah keminyak sehingga dengan adanya lapisan tipis kaku ini akan membentuk sautu penghalang meknik terhadap adhesi dan flokulasi yang terkemas rapat, sehingga dapat dibentuk emulsi stabil. (Lachman : 1034)
  • 30. Penolakan Elektrik ο‚— Potensial yang dihasilkan oleh lapisan rangkap tersebut menciptakan suatu pengaruh tolak menolak antara tetesan – tetasan minyak, sehingga mencegah penggabungan Padatan Terbagi Halus ο‚— Bagian emulgator ini membentuk lapisan khusus disekeliling tetesan terdispersi dan menghasilkan emulsi yang meskipun berbutir kasar, mempunyai stabilitas fisik. Hal ini dapat menyebabkan padatan dapat bekerja sebagai emulgator (Lachman : 1034)
  • 31.
  • 32. ο‚— Gugus hidrofilik : bersifat polar (mudah bersenyawa dengan air) ο‚— Gugus lipofilik : bersifat non polar (mudah bersenyawa dengan minyak). ο‚— Salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. ο‚— Gugus polar dominan : maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. ο‚— Gugus non polarnya lebih dominan, maka molekulmolekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu
  • 33. ο‚— Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan. ο‚— Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. ο‚— Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). ο‚— Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya (Genaro, 1990)
  • 34.
  • 35. 1) Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion. Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat, garam sulfonat asam lemak rantai panjang. 2) Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation. Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium dan garam alkil dimethil benzil ammonium. 3) Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida. 4) Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.
  • 36.
  • 37.
  • 38.
  • 39.
  • 40.
  • 41.
  • 42.
  • 43.
  • 44. ο‚— Mortir dan stamfer οƒ  emulsi skala kecil ο‚— Botolοƒ  Penggojokan ο‚— Mixer οƒ  fase dispers dihaluskan oleh pisau mixer yang berputar dengan kecepatan tinggi. ο‚— Homogenizer οƒ  fase dispers dilewatkan dalam celah sempit sehingga partikel mempunyai ukuran yang sama.
  • 46.
  • 47. CARA PEMBUATAN 4 : 2 : 1 minyak air 2 : 1 : 1,5 minyak emulgator air β€’ METODE GOM BASAH (METODE INGGRIS) Emulgator ditabur di atas air Terbentuk mucilago/mengembang Tambahkan minyak (sedikit demi sedikit) Gerus hingga terbentuk emulsi primer β€’ METODE GOM KERING (METODE KONTINENTAL) Emulgator + minyak Emulgator terbasahi Tambahkan air sekaligus Gerus hingga terbentuk emulsi primer seperti susu 1. Pembuatan corpus emulsi emulgator
  • 48.
  • 49.
  • 50. Flokulasi dan Creaming Flokulasi, karena kurangnya zat pengemulsi sehingga kedua fase tidak tertutupi oleh lapisan pelindung sehingga terbentuklah flok-flok atau sebuah agregat. Creaming, terpisahnya emulsi menjadi dua bagian dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan lain. adanya pengaruh gravitasi membuat emulsi memekat pada daerah permukaan dan dasar. Creaming bersifat reversible artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispers kembali
  • 51. Koalesen dan cracking (breaking) Koalesen, yang disebabkan hilangnya lapisan film dam globul sehingga terjadi pencampuran. Yaitu pecahnya emulsi karema film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). lapisan film mengalami pemecahan sehingga hilang karena pengaruh suhu. Sifatnya irreversible (tidak bisa diperbaiki) Infersi fase Berubahnya tipe emulsi minyak dalam air menjadi air dalam minyak atau sebaliknya. yang terjadi karena adanya perubahan viskositas.
  • 52.
  • 53.
  • 54. Penentuan Tipe Emulsi ο‚— Metode Pengenceran
  • 55. ο‚— Uji pewarnaan ο‚— Zat warna larut air yang ditaburkan pada permukaan emulsi akan mengindikasikan sifat dari fasa kontinu. ο‚— Pada emulsi M/A akan berlangsung inkorporasi warna larutan secara cepat ke dalam sistem ο‚— Pada emulsi A/M warna akan berupa kelompok vesikel yang tampak. ο‚— Peristiwa sebaliknya akan terlihat jika digunakan zat warna larut minyak.
  • 56. ο‚— Kertas kobal klorida ο‚— Kertas asaring dibacam (diimpregnasi) dengan kobal klorida dan dikeringkan. ο‚— Warna biru akan berubah menjadi warna merah muda (pink) jika diteteskan/ ditambahkan emulsi M/A. ο‚— Dapat mengalami kegagalan (tidak berhasil) jika emulsi tidak stabil atau pecah dengan keberadaan elektrolit. ο‚— Fluoresensi ο‚— Fluoresensi di bawah cahaya ultraviolet. ο‚— Emulsi M/A menunjukkan pola bintik (titik), sedangkan pada emulsi A/M, fluoresensi terlihat secara menyeluruh (Agoes, 2012).
  • 57. ο‚— HLB adalah singkatan dari Hydrophylic-Lipophylic Balance) adalah nilai untuk mengukur efisiensi surfaktan ο‚— Makin tinggi nilai HLB makin hidrofil suatu surfaktan. ο‚— Makin rendah nilai HLB makin lipofil suatu surfaktan.
  • 58. ο‚— Menurut Griffin perhitungan HLB adalah:
  • 59.
  • 60.
  • 61. ο‚— Pada pembuatan 100 ml emulsi tipe o/w diperlukan emulgator dengan harga HLB 12. sebagai emulgator dipakai campuran Span 20 (HLB 8,6) dan Tween 20 (HLB 16, 7) sebanyak 5 gram. Berapa perbandingan antara Span 20 dan Tween 20 ?
  • 62.
  • 63.
  • 64. ο‚— Tween 80 70% HLB 15 ο‚— Span 80 30% HLB 4,5 ο‚— Berapa HLB campuran ?
  • 65. R/ Parafin cair 30% (HLB : 12) Emulgator 5% Air ad 100 gram
  • 66. Jawab : cara pertama pilih nilai HLB surfaktan yang diantara HLB parafin cair (HLB 12), dipilih melalui data yaitu span 80 (HLB 4,3) dan tween 80 (HLB 15) ). Jumlah emulgator yang diperlukan = 5% x 100 = 5 gram kemudian buat pemisalan untuk persamaan : Tween 80 = a gram Span 80 = (5-a) gram Persamaan : (a x HLB) + ((5-a) x HLB ) = (5 x HLB) : (a x 15) + ((5-a) x 4,3) = (5 x 12) 15a + 21,5 - 4,3a = 60 10,7a = 38,5 a = 3,6 gram Jadi tween 80 yang dibutuhkan = 3,6 gram sedangkan span 80 yang dibutuhkan = (5-3,6 gram) = 1,4 gram
  • 67.
  • 68.
  • 69.
  • 70.
  • 71. ο‚— Organoleptis ο‚— Pengukuran bobot jenis ο‚— Ukuran partikel ο‚— pH ο‚— Pengukuran viskositas ο‚— Sentrifugasi ο‚— Penentuan tipe emulsi ο‚— Volume Terpindahkan ο‚— Pemeriksaan keseragaman kadar ο‚— Stabilitas suhu (cycling test)